• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Lor 05 Semester I"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran dan Subjek Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 05 berlokasi di Jalan Diponegoro Salatiga, Jawa Tengah. Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas V dengan jumlah 39 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki, dan 27 siswa perempuan. Hasil PTK menyajikan data-data pelaksanaan tahapan pada tiap-tiap siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II, yang diuraikan sebagai berikut :

4.2 Deskripsi Pra Siklus

Tahapan pra siklus merupakan sebuah kondisi awal, yaitu sebelum diberikannya metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai PTK pada mata pelajaran IPA kelas V, hasil belajar siswa pada pra siklus terdapat 21 siswa (52%) tidak tuntas dan jumlah siswa yang mendapat nilai tuntas sebanyak 18 siswa (48%). Didapatkan nilai pra siklus dari daftar nilai siswa yang dijabarkan dalam tabel distribusi ketuntasan hasil belajar IPA pada tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1

Nilai Ketuntasan Belajar IPA pada Pra Siklus SIswa Kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05

KKM = 65 Frekuensi

(siswa)

Presentase (%) Keterangan

< 65 21 52 Tidak Tuntas

≥ 65 18 48 Tuntas

Jumlah 39 100

Rata-rata 64

Nilai Tertinggi 90

(2)

Tabel di atas menunjukkan rendahnya tingkat ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan penelitian/prasiklus dalam mata pelajaran IPA pada materi Organ pernapasan pada hewan dan manusia dengan KKM 65, dimana' jumlah siswa 39 ketuntasan hanya 48% atau 18 siswa, dan siswa yang tidak tuntas mencapai 52% atau 21 siswa. Dari tabel di atas, hasil belajar sebagai kondisi awal siswa dapat disajikan dalam bentuk diagram berikut ini:

Gambar 4.1

Diagram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus SIswa Kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05

Di dalam proses pembelajaran, metode yang digunakan adalah motode ceramah. Adapun kondisi siswa pada saat proses pembelajaran masih kurang memiliki ketertarikan, siswa masih senang becanda dengan teman sebangku, siswa masih suka berlari-larian keliling kelas saat proses pembelajaran, dan siswa masih keluar masuk dari ruang kelas. Pembelajaran yang berlangsung cenderung pasif banyak siswa yang hanya diam. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan, Beberapa siswa mengatakan pembelajaran IPA dirasa membosankan, sehingga mengakibatkan hasil belajar IPA siswa menjadi rendah.

48% 52%

Pra Siklus

(3)

Untuk lebih jelasnya rincian daftar nilai hasil belajar siswa akan disajikan dalam bentuk tabel ditribusi.Penyajian data hasil belajar siswa dengan menggunakan tabel distribusi rentang nilai IPA kelas V SDN Sidorejo Lor 05 pada pra siklus dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2

Rentang Hasil Belajar IPA Kelas IV Pra Siklus

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil belajar IPA kelas V pada tahap pra siklus rata-rata siswa memeproleh nilai pada interval 64-53 yang mencapai 11 siswa. Berikut ini disajikan diagram batang persentase rentang hasil belajar siswa kelas V pada pra siklus, yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.2

Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Pra Siklus 0

5 10 15

100-89 88-77 76-65 64-53 52-41 40-29 28-17 10,3%

23,1%

12,8%

28,2%

20,5%

2,7% 2,7%

Pra Siklus

No. Rentang Frekuensi Persentase

1. 100-89 4 10,3%

2. 88-77 9 23,1%

3. 76-65 5 12,8%

4. 64-53 11 28,2%

5. 52-41 8 20,5%

6. 40-29 1 2,7%

(4)

Gambar 4.2 diagram batang hasil belajar IPA pra siklus, dapat dijadikan dasar dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Berdasarkan observasi terdapat proses pembelajaran IPA diperoleh beberpa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan dalam pembelajaran IPA guru hanya sebatas menerangkan materi yang ada dalam buku paket siswa dan contoh-contoh lain yang belum terdapat dalam buku paket siswa, kemudian meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan yang ada sebagai evaluasi pembelajaran. Selain itu, guru kurang memberikan perhatian seperti keliling kelas maupun memberikan teguran kepada siswa. Sehingga banyak siswa yang sibuk dengan kegiatanya sendiri seperti: berbicara dengan teman sebelah, memukul meja, menghadap ke belakang, dan keluar masuk kelas. Atau dapat dikatakan pelaksanaan pembelajaran yang terjadi dapat dikatakan belum memperhatikan karakteristik mata pelajaran IPA dan karakteristik siswa. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran seperti yang sudah dijelaskan di atas dapat dikatakan bahwa sikap siswa dalam proses pembelajaran masih kurang.

Pendekatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi atau menciptakan kondisi yang dapat membuat siswa aktif belajar melalui proses penemuan dan memerikan contoh-contoh secara langsung atau konkret, dan dapat mengembangkan kemampuan psikomotornya, serta memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berpikir dan aktif untuk memperoleh suatu pengetahuan, sehingga belajar tidak lagi hanya sekedar menghafal dan mengingat melainkan suatu proses penemuan perlu dilakukan.

(5)

4.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan Siklus I, guru menyampaiakan tujuan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning pada materi Pernapasan pada hewan. Pelaksanaan siklus I meliputi dua kali pertemuan, Siklus I dilaksanakan pada hari Jumat 22 September 2017 sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis 26 September 2017. Adapun tahapan pada siklus I dan II sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan Siklus I

Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan-persiapan sebelum melakukan penelitian, yaitu berkunjung ke SD Negeri Sidorejo Lor 05 menyerahkan surat perijinan. Selanjutnya menemui guru kelas 5 untuk melakukan konsultasi mengenai materi pembelajaran yang akan digunakan untuk penelitian, serta waktu pelaksanaan penelitian, selanjutnya bersama dengan guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang langkahnya disesuaikan dengan model Problem Based Learning. Dari tahap persiapan ini didapat kesepakatan dengan guru kelas yaitu siklus I dilakukan dua kali pertemuan, pada pertemuan pertama dilakukan membahas materi Pernapasan pada Hewan dengan menggunakan model Problem Based Learning dan pada akhir pembelajaran ke dua dilakukan evaluasi.

2) Siklus I

1) Tahap Pelaksanaan a) Pertemuan ke I

(6)

sebelum melakukan pembelajaran, kemudian bersama-sama siswa dan guru menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk pentingnya menanamkan semangat kebangsaan, dan dilanjutkan dengan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu organ pernapasan pada hewan dan manusia.

Pada kegiatan inti, guru terlebih dahulu menjelaskan topik dan kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Langkah pertama yaitu merumuskan pertanyaan atau masalah guru memberikan pertanyaan atau masalah sesuai dengan materi pembelajaran, seperti pernahkah kalian melihat ikan membuka dan menutup mulutnya di dalam air? menurut kalian apa yang sedang ikan lakukan saat itu? apakah cara bernapas ikan sama dengan hewan lain? misalkan sapi, burung, kerbau?. Selanjutnya dari beberapa pertanyaan tersebut guru menetapkan satu pertanyaan atau masalah yang akan dipecahkan yaitu bagaimana struktur organ pernapasan pada hewan dan fungsinya?

Langkah merumuskan hipotesis awal siswa menyampaikan jawaban-jawaban untuk hipotesis awal tentang permasalahan yang telah disajikan berdasarkan pengetahuan awal masing-masing siswa. Guru menuliskan jawaban-jawaban/ hipotesis awal siswa dipapan tulis. Untuk membuktikan hipotesis siswa tersebut benar atau salah, guru membimbing setiap siswa melakukan pengematan.

(7)

Kegiatan berikutnya adalah guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa, lalu guru membagikan gambar satu hewan yang berbeda pada setiap kelompok dan satu lembar kerja, dengan panduan buku paket, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan pada lembar kerja berdasarkan hewan yang ada pada gambar, ada hewan katak, burung, ikan sapi. Tetapi pada saat pembagian kelompok ada 6 siswa berlari-larian keliling kelas, dan ada dua siswa yang tidak mau mengikuti pembagian kelompok. Pada saat melakukan kerja kelompok ada 7 siswa laki-laki saat kegiatan kelompok hanya diam, ada yang mengajak temannya becanda. ada 10 siswa yang belum begitu mengerti tentang materi yang disampaikan oleh guru, jadi pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, siswa hanya mengandalkan pekerjaan teman kelompoknya. dikarenakan guru pada saat kegiatan kelompok hanya mengawasi, tidak mengarahkan siswa yang sedang melakukan kegiatan kelompok. terlihan guru masih canggung menggunakan model yang digunakan, sehingga guru harus membiasakan diri dengan menggunakan model PBL yang sedang diterapkan.

Setelah menemukan nama organ pernapasan pada hewan yang dimilikinya, guru meminta siswa untuk mencocokkan dengan hipotesis awal yang telah ditentukan, apakah sudah sesuai dengan yang ada pada hipotesis awal atau tidak. Kegiatan selanjutnya, salah satu siswa perwakilan masing-masing kelompok secara bergantian membacakan hasil mengamatannya pada teman lain di depan kelas, lalu guru mengkonfirmasi jawaban siswa apabila masih terdapat jawaban yang kurang tepat.

b) Pertemuan ke II

(8)

2) Tahap Observasi

Hasil tindakan pembelajaran siklus I berupa lembar hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterangkann oleh guru dan siswa untuk mengukur keberhasilan penerapan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL), dengan menggunakan lembar observasi. Penilaian observasi dilakukan oleh observer pada pertemuan I dan II. Adapun pengamatan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Hasil Tindakan Siklus I

Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari pemberian soal evalusi secara tertulis di akhir siklus I. Terlihat bahwa daftar nilai hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA siklus I menunjukan masih ada beberapa siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM atau kurang dari 65. Dari 39 siswa terdapat 11 siswa yang memperoleh nilai < 65 dan 28 siswa memperoleh nilai  65. Hasil belajar IPA siswa kelas V mata pelajaran IPA siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3

Nilai Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada SIklus I Siswa Kelas V SD Negeri Sideorejo Lor 05

KKM = 65 Frekuensi

(siswa)

Presentase (%) Keterangan

< 65 11 28 Tidak Tuntas

≥ 65 28 72 Tuntas

Jumlah 39 100

Rata-rata 80

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terandah 48

(9)

Gambar 4.3

Diagram Presentasi Ketuntasan NIlai Belajar IPA Siklus I Siswa Kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pelaksanaan siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 28 (72%) siswa, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 (28%) siswa. Artinya sebanyak 10 (24%) siswa dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Dengan demikian penerapaan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Rentang nilai hasil belajar siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga pada siklus I dalam daftar atau tabel sebagai berikut.

72% 28%

Siklus I

(10)

Tabel 4.4

Rentang Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Siklus I dengan KKM 65

Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan

100 - 90 6 15,4 % Tuntas

Tabel 4.4 menunjukan bahwa hasil belajar siklus I kelas V SDN Sidorejo Lor 05, sebanyak 6 siswa memperoleh nilai dalam rentang 100 - 90 dengan persentase 15,4 %, sebanyak 14 siswa memperoleh nilai dalam rentang 89 – 90 dengan persentase 35,9 %, sebanyak 4 siswa memperoleh nilai dalam rentang 79 – 70 dengan persentase 10,25 %, sebanyak 4 siswa memperoleh nilai dalam rentang 69 – 60 (4 memperoleh nilai 65 dan 6 memperoleh nilai 60) dengan persentase 10,25 % dan 15,4%, sebanyak 3 siswa memperoleh nilai dalam rentang 59 – 50 dengan persentase 7,7% %, sebanyak 2 siswa memperoleh nilai dalam rentang 49 – 40 dengan persentase 5,12 % dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah 40.

(11)

Lebih jelasnya data nilai hasil belajar siswa pada tabel 4.4 dapat dibuat diagram batang seperti tampak pada gambar 4.4 di bawah ini.

Gambar 4.4

Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 1

b. Pengamatan Kegiatan Siswa

Pada pertemuan I siklus I, pembagian kelompok, ada 6 siswa berlari-larian keliling kelas, dan ada dua siswa yang tidak mau mengikuti pembagian kelompok. Kemudian saat kerja kelompok sudah terbentuk, masih ada 7 siswa yang hanya diam, kurang dapat mengikuti kegiatan kelompok dengan baik. Siswa yang sudah masuk dalam sebuah kelompok tidak menjamin dapat membuat semua anggota klompok dapat aktif, kenyataannya masih ada siswa yang tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.

Pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, masih banyak siswa yang mengandalkan pekerjaan teman sekelompoknya yang dianggap mampu dalam mengerjakan tugas. Mereka enggan

(12)

mengerjakan tugas karena kurang memahami materi ajar, akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa dengan kegiatan kelompok, hal yang tidak diinginkan dapat teratasi. Dari pertemuan I hingga pertemuan II pada siklus I siswa mulai dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran, namun pembelajaran IPA pada siklus I belum optimal dikarenakan siswa belum terlalu terbiasa dengan belajar secara berkelompok.

c. Pengamatan Kegiatan Guru

Selain dilakukannya pengamatan terhadap kegiatan siswa, juga dilakukan pengamatan pada kegiatan guru yang dituangkan dalam lembar observasi guru. Pada siklus I pertemua I pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih belum optimal, guru masuk kurang mengarahkan dan membimbing dalam kegiatan kelompok. Hal tersebut dikarenakan guru belum terbiasa saat menerapkan pembelajaran PBL karena biasanya guru saat mengajar menggunakan metode konvensional dan pemberian tugas. Akan tetapi pada pertemuan ke II sudah lebih baik daripada pertemuan pertama saat menerapkan model pembelajara PBL. Melalui kegiatan evaluasi yang dilakukan pada akhir pertemuan, maka penulis bersama dengan guru saling berdiskusi dalam membahas kekurangan dalam pembelajaran dan langkah apa saja yang harus dilakukan pada materi selanjutnya.

Dari data yang diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada siswa dan guru, maka dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran PBL pada kelas V siklus I belum cukup baik, dan pada siklus berikutnya kendala yang terjadi pada siklus pertama akan diperbaiki.

3) Refleksi Siklus I

(13)

hasil analisis data observasi dan nilai yang diperoleh siswa melalui tes evaluasi pada siklus I. Hasil refleksi tersebut dijadikan sebagai acuan perbaikan dan perencanaan pada siklus II, sehingga indikator kerja hasil belajar IPA yang ditentukan oleh peneliti dapat tercapai.

Berdasarkan hasil tindakan kelas, penerapan pembelajaran PBL sudah baik sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada indikator pencapaian pembelajaran. Hasil refleksi pada pengamatan keseluruhan pada proses pembelajaran siklus I sebagai berikut :

1) Pada saat pembagian kelompok siswa lebih memilih bercanda dengan temanya, ada yang berlari-larian, ada juga yang tidak mau melakukan kegiatan kelompok

2) Suasana kelas belum kondusif dalam melakukan proses kegiatan kelompok, siswa masih senang bermain dan mengganggu temannya, siswa tidak memperthatikan materi yang disampaikan guru, alhasil pada saat penyelesaian tugas, siswa mengandalkan pekerjaan teman sekelompoknya.

3) Guru belum bisa mengarahkan dan membimbing dalam kegiatan kelompok

4) Tindak Lanjut

Berdasarkan data observasi di atas disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model Problem Based Learning oleh guru sudah berjalan dengan baik, namun untuk siswa terdapat beberapa kekurangan,yaitu siswa masih memilih bercanda dengan teman sebangku, siswa masih senang berlari-larian, dalam hal ini guru seharusnya memberikan peringatan terhadap siswa yaitu dengan berhitung mundur, kalau tidak bisa diam akan dihukum dengan membuat kelompok sendiri dengan anggota siswa yang tidak bisa diam tersebut dan dengan soal yang lebih sulit. Pada hasil belajar sudah ada peningkatan, namun hasil ini belum mencapai indikator kerja yang ditetapkan yaitu sebesar 80%.

(14)

siklus I yang akan diperbaiki yaitu pada manajemen kelas, guru harus selalu mengontrol kondisi kelas sedemikian rupa misalkan dengan memindah tempat duduk siswa yang sering membuat kegaduhan, agar siswa dapat mengatasi kelemahan yang ada agar hasil dari proses belajar mengajar meningkat.

4.4 Pelaksanaan Penelitian Siklus II

Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Pada siklus II dilakukan dua kali pertemuan dengan kompetensi dasar Organ pernapasan pada manusia. Alokasi waktu tiap pertemuan yaitu 2x45 menit dilaksanakan pada tanggal 26 September 2017, dengan rincian sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan Siklus II

Seperti yang dijelaskan pada poin refleksi di atas tentang kekurangan pada siklus I, maka perencanaan pada siklus II dilakukan :

1. Pada pembagian kelompok, guru harus mengambil sikap tegas terhadap siswa yang senang berbuat gaduh dengan cara menghitung mundur.

2. Untuk ngatasi siswa yang masih senang bermain dan mengganggu teman yang lain saat proses kerja kelompok.

3. Untuk mengatasi siswa yang masih mengandalkan temannya, guru mengganti kelompok diskusi yang semula berdasarkan tempat duduk menjadi keragaman nilai. Tiap kelompok terdiri dari siswa yang dipilih secara acak menurut nilai akademiknya.

(15)

mempersiapkan RPP, lembar observasi, dan LKS yang digunakan untuk menunjang pembelajaran.

b. Siklus II

1) Tahap Pelaksanaan a) Pertemuan ke I

Setelah perencanaan tersusun dengan baik, maka tindakan selanjutnya adalah melaksanakan prosesdur sebagai berikut :

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 26 September 2017 dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit Dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini, guru melakukan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatn awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun bersama sebelumnya. Pada kegiatan awal, guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan doa bersama sebelum melakukan pembelajaran, kemudian bersama-sama siswa dan guru menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk pentingnya menanamkan semangat kebangsaan, dan dilanjutkan dengan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu organ pernapasan pada hewan dan manusia.

Pada kegiatan inti guru terlebih dahulu menjelaskan topik dan kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya guru melakukan pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model PBL. Langkah pertama yaitu merumuskan pertanyaan atau masalah guru memberikan pertanyaan atau masalah sesuai dengan materi pembelajaran, seperti pentingkah manusia melakukan proses pernapasan?, bagaimana cara manusia bernapas? Organ pernapasan apa sajakah yang ada dalam tubuh manusia?

(16)

membuktikan hipotesis siswa tersebut benar atau salah, guru membimbing setiap siswa melakukan pengematan.

Langkah mengamati yaitu guru menyuruh siswa untuk mengamati sebuah video yang ditampilkan yaitu video tentang organ pernapasan pada hewan. Siswa mengamati jenis dan organ pernapasan yang ada pada video yang ditampilkan. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk memperagakan gerakan bernapas dan apa saja yang terjadi saat proses bernapas dilakukan. Siswa saat melakukan gerakan bernapas diminta untuk mendekatkan telapak tangan tepat di depat hidung atau mulut, lalu siswa diminta untuk merasakan apa yang dirasakan pada telapak tangan. saat proses pernapasan diklakukan Selanjutnya, siswa diminta untuk menanyakan hal yang belum dipahami pada video yang ditampilkan.

(17)

menggambar struktur organ pernapasan manusia dengan menampilkan contoh struktur organ pernapasan manusia pada LCD dan proyektor untuk memudahkan siswa menggambar dan menentukan nama-nama organ pernapasan yang ada pada gambar yang ditampilkan.

Setelah menemukan nama organ pernapasan pada manusia pada lembar kerja, guru meminta siswa untuk mencocokkan dengan hipotesis awal yang telah ditentukan, apakah sudah sesuai dengan yang ada pada hipotesis awal atau belum. Kegiatan selanjutnya, salah satu siswa perwakilan masing-masing kelompok secara bergantian membacakan hasil mengamatannya pada teman lain di depan kelas, lalu guru mengkonfirmasi jawaban siswa apabila masih terdapat jawaban yang kurang tepat.

b) Pertemuan ke II

Pada pertemuan ke II ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut pertemuan ke I dengan melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan ini, dan kegiatan penutup sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut kepada siswa dengan memberikan soal evaluasi untuk menguji kemampuan siswa

2) Tahap Observasi

Hasil tindakan pembelajaran siklus II berupa lembar hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterangkann oleh guru dan siswa untuk mengukur keberhasilan penerapan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL), dengan menggunakan lembar observasi. Penilaian observasi dilakukan oleh observer pada pertemuan I dan II. Adapun pengamatan yang dilakukan sebagai berikut :

a. Hasil Tindakan Siklus II

(18)

memperoleh nilai di bawah KKM atau kurang dari 65. Dari 39 siswa terdapat 5 siswa yang memperoleh nilai < 65 dan 34 siswa memperoleh nilai  65. Hasil belajar IPA siswa kelas V mata pelajaran IPA siklus II dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5

Nilai Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada SIklus II Siswa Kelas V SD Negeri Sideorejo Lor 05

KKM = 65 Frekuensi

(siswa)

Presentase (%) Keterangan

< 65 5 13 Tidak Tuntas

≥ 65 34 87 Tuntas

Jumlah 39 100

Rata-rata 84

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terandah 49

Dari tabel di atas, hasil belajar pada siklus II siswa, dapat disajikan dalam bentuk diagram berikut ini :

Gambar 4.5

Diagram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05

87% 13%

Siklus II

(19)

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 34 (87%), sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 5 (13%) siswa. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebanyak 7 siswa yang mengalami ketuntasan, dan sebanyak 5 siswa (3 laki-laki dan 2 perempuan) dinyatakan tidak tuntas belajar, karena memperoleh nilai dibawah KKM (<65). Pada siklus II telah mengalami perubahan dibandingkan pada siklus I, yaitu terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa. Pada siklus II nilai terendah adalah 49 nilai tertinggi 100, dengan nilai rata-rata siswa mencapai 84. Saran yang diberikan untuk mengatasi beberapa siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan dengan baik sampai siklus terakhir meskipun sudah diberikan tindakan dengan memindahkan tempat duduk di depan. Agar lebih jelas, berikut ini disajikan data rentang nilai hasil belajar siswa siklus II .

Rentang nilai hasil belajar siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga pada siklus II dalam daftar atau tabel sebagai berikut.

Tabel 4.6

Rentang Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Siklus II dengan KKM 65

Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan

100 – 90 14 35,9 % Tuntas

89 – 80 17 43,6 % Tuntas

79 – 70 3 7,7 % Tidak Tuntas

69 – 60 2 5,1 % Tidak Tuntas

59 – 50 1 2,6 % Tidak Tuntas

49 – 40 2 5,1 % Tidak Tuntas

< 40 0 0 %

-Tuntas 34 87 %

Tidak Tuntas 5 13 %

(20)

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa hasil belajar siklus II kelas V SDN Sidorejo Lor 05, sebanyak 14 siswa memperoleh nilai dalam rentang 100 - 90 dengan persentase 35,9 %, sebanyak 17 siswa memperoleh nilai dalam rentang 89 – 90 dengan persentase 43,6 %, sebanyak 3 siswa memperoleh nilai dalam rentang 79 – 70 dengan persentase 7,7 %, sebanyak 2 siswa memperoleh nilai dalam rentang 69 – 60 dengan persentase 5,1 %, sebanyak 1 siswa memperoleh nilai dalam rentang 59 – 50 dengan persentase 2,6 %, sebanyak 2 siswa memperoleh nilai dalam rentang 49 – 40 dengan persentase 5,1 % dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah 40.

Persentase keberhasilan atau ketuntasan hasil belajar sudah mencapai 87%, meskipun masih terdapat 7 siswa yang tidak tuntas dengan persentase 13%, namun hasil tersebut sudah mencapai tingkat ketuntasan yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Dengan demikian, penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena persentase ketuntasan sudah mencapai 87%. Untuk lebih jelasnya data nilai hasil belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dibuat diagram seperti tampak pada gambar 4.6 di bawah ini.

Gambar 4.6

(21)

b. Pengamatan Kegiatan Siswa

Melalui observasi siklus II dapat diketahui siswa lebih siap, tertarik dan berperan aktif, penuh semangat dalam kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran, namun ada 5 siswa yang memang dalam kesehariannya kurang perhatian dari orang tuanya, sehingga dalam proses kegiatan kelompok mereka masih sibuk dengan kegaitannya sendiri, yaitu dengan memutar-mutarkan buku, berbicara dengan temannya, sehingga mereka disuruh membentuk kelompok sendiri dan tugas tersendiri agar tidak membuat kegaduhan. Pada siklus II ini terlihat mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Dengan bimbingan guru, siswa lebih percaya diri karena selalu dipantau dan dibimbing oleh guru.

c. Pengamatan Kegiatan Guru

Seperti halnya observasi terhadap siswa, guru pun juga diamati mengenai cara mengajar, diantaranya kesesuaian praktik mengajar dengan model pembelajaran yang digunakan terhadap materi ajar. Dalam pengamatan kegiatan guru ada beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu mengenai penyampaian materi ajar dengan menggunakan model PBL. Pada siklus II ini proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan, karena guru dapat menguasai kelas dengan mempraktikan model pembelajaran PBL, sehingga siswa dapat berperan aktif dan selalu mengontrol kondisi kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

3) Refleksi Siklus II

(22)

indikator kerja. Berdasarkan lembar observasi siswa pada siklus II ini, siswa terlibat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan saling bekerja sama saat mengerjakan kegiatan kelompok, walaupun masih ada 5 siswa yang perlu perhatian khusus dari pihak sekolah karena mereka membutuhkan perhatian lebih agar kebiasaan bercanda dan mencari perhatian di kelas dapat teratasi. Hasil pada siklus II ini sudah maksimal dan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I, sehingga tidak diperlukan tindakan selanjutnya

4.6 Perbandingan Presentase Ketuntasan Hasil Belajar

Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada tiap siklus disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

(23)

Pencapaian hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II disajikan dalam diagram batang di bawah ini :

Gambar 4.4

Diagram Presentase Perbandingan NIlai Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Dari diagram di atas terlihat nilai tuntas siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Peningatan nilai terutama pada siswa yang pada tahap pra siklus berada di bawah KKM, bahkan ada siswa yang semula mendapatkan nilai terendah dapat meningkat pesat mencapai nilai rata-rata pada siklus I. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran PBL mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Penelitian tindakan ini difokuskan pada upaya perbaikan untuk meningkatkan nilai ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05. Model penelitian ini menuntut siswa agar dapat meningkatkan cara berpikir untuk memecahkan persoalan-persoalan yang ada pada mata pelajaran IPA.

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, ada peningkatan antara hasil belajar siklus I dengan kondisi pada pra siklus. Sebanyak 11 siswa dinyatakan

0 10 20 30 40 50

Pra Siklus Siklus I Siklus II

48%

72%

87%

52%

28%

13%

(24)

tidak tuntas belajar karena memperoleh nilai di bawah KKM (<65), sedangkan sebanyak 28 siswa mendapat nilai tuntas. Dengan hasil ini menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan pada hasil belajar. Sedangkan pada Siklus II masih ada 5 siswa yang mempunyai nilai di bawah nilai ketuntasan, dan siswa yang mendapatkan nilai tuntas sebanyak 34 siswa.

Hal ini membuktikan bahwa penerapan model PBl dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga sebanyak 87%

4.7 Pembahasan

Hasil observasi tahap pra siklus di kelas V SDN Sidorejo Lor 05, ditemukan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil belajar siswa yang masih berada di bawah KKM, dari 39 siswa kelas V hasil belajar 21 siswanya dengan persentase 52% tidak mencapai KKM. Selain persentase ketidaktuntasan yang lebih dari 50% pemerolehan nilai di kelas V juga masih rendah, meskipun nilai tertinggi telah mencapai 90 tetapi nilai terendahnya hanya 20. Hal ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa kekurangan yang membuat pembelajaran kurang menarik bagi siswa, siswa kurang fokus dalam pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajarnya yang masih rendah.

(25)

belum memperhatikan karakteristik mata pelajaran IPA dan karakteristik siswa.

Padahal seharusnya pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) harus dapat memfasilitasi atau menciptakan kondisi yang dapat membuat siswa aktif belajar IPA secara sistematis dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek kajian yang berupa benda nyata (daun dan bunga) untuk menemukan suatu pengetahuan. Sehingga, siswa tidak hanya menghafal pengetahuan melainkan belajar menemukan pengetahuan dan memecahkan masalah secara langsung dengan melakukan pengamatan dan metode yang cocok adalah menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Penerapan metode PBL pada siklus I dan siklus II diperoleh hasil belajar sebagai berikut:

1. Siklus I

Siklus I dengan menerapakan metode PBL pada materi pokok "Organ pernapasan pada hewan". Diperoleh siswa yang mencapai ketuntasan dengan KKM 65 mencapai 28 siswa dengan persentase 72% dan siswa tidak mencapai KKM atau tidak tuntas berjumlah 11 siswa dengan persentase 28%. Hasil ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahap prasiklus ketuntasan yang sebelumnya hanya 48% meningkat menjadi 72% dan presentase ketidaktuntasan mengalami penurunan dari sebelumnya sebesar 52% turun menjadi 28%. Rata-rata nilai kelas meningkat dari sebelumnya sebesar 64 menjadi 80 dengan nilai minimal 48 dan nilai maksimal 100.

2. Siklus II

(26)

dengan persentase 13%. Hasil ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahap siklus I ketuntasan yang sebelumnya sebesar 72% meningkat menjadi 87% dan presentase ketidaktuntasan mengalami penurunan dari sebelumnya sebesar 28% turun menjadi 13%. Rata-rata nilai kelas siklus II adalah 84 dengan nilai minimal 49 dan nilai maksimal 100.

Disiklus II ini masih terdapat 5 siswa yang tidak mencapai ketuntasan. Siswa yang mengalami ketidaktuntasan ini disebabkan mereka tidak memperhatikan perintah guru, mereka sibuk dengan kegiatan sendiri seperti berbicara dengan teman sebelah atau belakangnya, lempar-lemparan kertas, bermain buku yang diputar, dsb. Untuk mengatasi beberapa siswa yang tetap tidak dapat mengikuti kegiatan dengan baik sampai siklus II ini. Selain diberikan tindakan dengan dipindahkan tempat duduknya di depan yaitu dengan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil. Siswa dalam kelompok-kelompok tersebut diberi tugas sendiri-sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan, sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak penting seperti: berbicara dengan teman disebelah atau belakangnya, lempar-lemparan kertas, bermain dengan buku yang diputar

(27)

Daftar Pustaka

Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Aqib, Zainal. 2009. Penelitian

Tindakan kelas. Bandung: Yrama Widya

Amir, M. Taufiq. 2008. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.

Jakarta: Kencana

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam

Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Depdiknas

Iskandar, Srini M. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV.

Maulana

Nasution, Noehi. 2004. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi

Guru Rayon 13

Harjanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Azhar Arsyad. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Harjanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT. Rieneka Cipta

Wina Sanjaya.2000. Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta: PT. Fajar Interpratama 2008

Gambar

tabel distribusi ketuntasan hasil belajar IPA pada tabel 4.1 di bawah ini :
Gambar 4.1 Diagram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus
Tabel 4.2 Rentang Hasil Belajar IPA Kelas IV Pra Siklus
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor kompetensi karyawan merupakan manfaat utama yang diharapkan nasabah usaha kecil ketika mendapatkan layanan kredit dalam jangka waktu tertentu, diwujudkan dalam

Setelah itu melakukan percobaan system tiga komponen dimana kloroform ditambahkan dengan akuades sebanyak 5 ml kemudian di titrsai dengan asam asetat glacial.. Asam

Citra tempat tujuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai.. yang

[r]

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada fakta yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia. Munculnya berbagai macam film dan lagu dari negara luar

Dari premis kedua, “Semua siswa di Indonesia, baik yang belum maupun telah berumur 17 tahun, memiliki Nomor Induk Siswa (NIS)”, dapat disimpulkan bahwa “Semua orang Indonesia

 BANGKA

Diterimanya Islam oleh orang-orang Mindanao, Sulu, Manilad dan sepanjang pesisir pantai kepulauan Filipina tidak terlepas dari ajaran Islam yang dibawa oleh para