• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PARKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PARKIR"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2006

TENTANG RETRIBUSI PARKIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SELATAN,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dibidang

perparkiran dan guna mewujudkan kelancaran, keamanan, ketertiban lalu

lintas serta menutup besarnya biaya penyediaan jasa perparkiran perlu

dipungut retribusi parkir bagi kendaraan yang memanfaatkan badan jalan

sebagai tempat parkir;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a

perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Parkir;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3186);

2. Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49,

(2)

4. Undang–Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana

telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi

Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2000 Nomor 317, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4033);

6. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten

Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan

Kabupaten Belitung Timur di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran

Negara Republik IndonesiaNomor 4268);

7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4548);

9. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara

(3)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu

Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 61,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN BANGKA SELATAN dan

BUPATI BANGKA SELATAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TENTANG RETRIBUSI PARKIR

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Selatan.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas – luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

(4)

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintah daerah.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Selatan.

5. Bupati adalah Bupati Bangka Selatan.

6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka Selatan.

7. Instansi Teknis adalah Perangkat Daerah yang membidangi lalu lintas dan

angkutan jalan di Kabupaten Bangka Selatan

8. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

sementara.

9. Tempat Parkir adalah tempat yang ditentukan dan ditetapkan oleh Bupati

sebagai tempat untuk memarkirkan kendaraan.

10. Tempat Parkir Umum adalah tempat untuk memarkir kendaraan meliputi

pinggir jalan dan pelataran parkir atau lingkungan parkir yang disediakan

oleh Pemerintah Daerah.

11. Tempat Parkir Insidental adalah tempat – tempat parkir kendaraan yang

diselenggarakan secara tidak tetap atau tidak permanen karena adanya

suatu kepentingan atau kegiatan baik mempergunakan fasilitas umum

maupun fasilitas lainnya.

12. Retribusi Parkir adalah biaya yang dipungut atas pemberian pelayanan dan

fasilitas tempat parkir di badan jalan.

13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas

waktu bagi wajib retribusi meliputi pinggir jalan dan pelataran parkir atau

lingkungan parkir yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

14. Kendaraan adalah setiap kendaraan yang bermotor maupun tidak bermotor

baik yang tergolong kendaraan umum maupun yang tidak tergolong

kendaraan yang tidak umum.

15. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan

(5)

16. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat

SPdORD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk

melaporkan data objek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar

penghitungan dan pembayaran retribusi yang tertunda menurut peraturan

perundang – undangan retribusi daerah.

17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD

adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang

terhutang.

18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang

selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan

tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.

19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya dapat

disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah

kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar

daripada retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang.

20. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD

adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi

berupa bunga dan atau denda.

21. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan

terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau

pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib retribusi.

22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,

mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan untuk tujuan lain dalam

rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.

23. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang

selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti

yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi

(6)

BAB II

NAMA, OBJEK, SUBYEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Parkir dipungut retribusi sebagai pembayaran atas

pelayanan dan fasilitas tempat parkir.

Pasal 3

Objek Retribusi adalah pemberian pelayanan dan fasilitas tempat parkir di

badan jalan.

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas

tempat parkir di badan jalan.

Pasal 5

Retribusi parkir termasuk golongan retribusi jasa umum.

BAB III

CARA PENGUKURAN TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan pelayanan dan fasilitas tempat

parkir.

BAB IV

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi

dimaksud untuk menutupi biaya penyelenggaraan pemberian pelayanan

dan fasilitas tempat parkir di badan jalan berdasarkan jenis dan klasifikasi.

(2) Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) untuk kegiatan pembinaan,

(7)

Pasal 8

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi pemberian pelayanan dan fasilitas

tempat parkir umum adalah sebagai berkut :

a. di Lokasi Pusat Kota Kabupaten :

1. mobil barang dengan kereta gandeng dan kereta tempel sebesar

Rp. 7.000,-

2. mobil barang dengan tonase terdiri atas :

a. mobil barang dengan tonase lebih dari 10 ton sebesar

Rp. 4.000,-

b. mobil barang dengan tonase 5s.d.10 ton sebesar Rp.3.000,-

c. mobil barang dengan tonase 2 s.d. 4 ton sebesar Rp. 2.000,-

d. mobil tangki atau mobil box besar sebesar Rp. 3.500,-

e. mobil tangki atau mobil box kecil sebesar Rp. 2.500,-

3. mobil bus terdiri atas :

a. mobil bus besar sebesar Rp. 2.500,-

b. mobil bus sedang sebesar Rp. 2.500,-

c. mobil bus kecil sebesar Rp. 1.000,-

4. mobil penumpang, sedan, pick up dan sejenisnya sebesar

Rp. 1.000,-

5. kendaraan bermotor roda tiga sebesar Rp. 1.000,-

6. sepeda Motor sebesar Rp. 1.000,-

7. sepeda sebesar Rp. 500,-

b. di Lokasi luar pusat Kota Kabupaten sebagai berikut :

1. mobil barang dengan kereta gandeng dan kereta tempel sebesar

Rp. 5.000,-

2. mobil barang dengan tonase terdiri atas :

a. mobil barang dengan tonase lebih dari 10 ton sebesar

Rp. 3.000,-

b. mobil barang dengan tonase 5 s.d. 10 ton sebesar Rp. 2.000,-

c. mobil barang dengan tonase 2 s.d. 4 ton sebesar Rp. 1.500,-

d. mobil tangki atau mobil box besar sebesar Rp. 3.000,-

(8)

3. mobil bus terdiri atas :

a. mobil bus besar sebesar Rp. 2.000,-

b. mobil bus sedang sebesar Rp. 1.500,-

c. mobil bus kecil sebesar Rp. 1.000,-

4. mobil penumpang, sedan, pick up dan sejenisnya sebesar

Rp. 1.000,-

5. kendaraan bermotor roda tiga sebesar Rp. 1.000,-

6. sepeda motor sebesar Rp. 750,-

7. sepeda sebesar Rp. 500,-

c. di Jalan kawasan parkir tertentu di pusat Kota Kabupaten dapat

diterapkan parkir progresif dengan tambahan tarif retribusi parkir setiap

jamnya adalah sebagai berikut :

1. mobil barang dengan kereta gandeng dan kereta tempel sebesar

Rp. 1.000,-

2. mobil barang dengan tonase terdiri atas :

a. mobil barang dengan tonase lebih dari 10 ton sebesar

Rp. 1.000,-

b. mobil barang dengan tonase 5 s.d. 10 ton sebesar Rp. 1.000,-

c. mobil barang dengan tonase 2 s.d. 4 ton sebesar Rp. 500,-

d. mobil tangki atau mobil box besar sebesar Rp. 500,-

3. mobil bus terdiri atas :

a. mobil bus besar sebesar Rp. 1.000,-

b. mobil bus sedang sebesar Rp. 1.000,-

c. mobil bus kecil sebesar Rp. 500,-

4. mobil penumpang, sedan, pick-up dan sejenisnya sebesar

Rp. 500,-

5. kendaraan bermotor roda tiga sebesar Rp. 500,-

6. sepeda motor sebesar Rp. 750,-

(9)

(2) Struktur dan besarnya tarif retribusi pemberian pelayanan terhadap

pelanggar fasilitas tempat parkir umum adalah sebagai berkut :

a. penderekan atau penindakan kendaraan bermotor terdiri atas :

1. mobil barang, mobil bus besar, mobil bus sedang, mobil tangki, dan

mobil box sebesar Rp. 75.000,-

2. mobil bus kecil, mobil penumpang, sedan, pick-up dan sejenisnya

sebesar Rp. 50.000,-

3. sepeda motor sebesar Rp. 10.000,-

b. pemasangan kunci roda (Wheel lock) terdiri atas :

1. mobil barang, mobil bus besar, mobil bus sedang, mobil tangki, dan

mobil box sebesar .Rp. 75.000,-

2. mobil bus kecil, mobil panumpang, sedan, pick-up dan sejenisnya

sebesar Rp. 50.000,-

c. tempat parkir, pool bagi kendaraan yang melanggar ketentuan adalah

sebagai berikut :

1. mobil barang, mobil bus besar, mobil bus sedang, mobil tangki,

dan mobil box sebesar Rp. 25.000,-

2. mobil bus kecil, mobil panumpang, sedan, pick-up dan sejenisnya

sebesar Rp. 10.000,-

3. sepeda motor sebesar Rp. 2.500,-

BAB VI

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 9

Retribusi Parkir di daerah dipungut berdasarkan tempat pelayanan jasa dan

fasilitas terdiri atas :

a. di lokasi pusat kota;

b. di lokasi luar pusat kota;

c. di jalan kawasan parkir tertentu di pusat kota;

(10)

BAB VII

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 10 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan.

BAB VIII SURAT PENDAFTARAN

Pasal 11 (1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD;

(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas,

benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Retribusi atau

kuasanya.

(3) Bentuk isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

BAB IX

PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 12

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)

ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen

lainnya yang dipersamakan.

(2) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

BAB X

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 13

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang

membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua perseratus)

setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang dibayar dan ditagih

(11)

BAB XI

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 14

(1) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dan

ditetapkan oleh Bupati.

BAB XII

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 15

(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal

tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari

setelah sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam rangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat

teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi

retribusinya yang terhutang.

(3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan oleh

Instansi Tekhnis.

BAB XIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 16

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau pejabat

yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan,

SKRDKBT dan SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai

alasan – alasan yang jelas.

(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Wajib

Retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran

(12)

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

sejak SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan

SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat

menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan

diluar kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dan ayat (3) , tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga

tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan

pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 17

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat

Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang

diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau

sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terhutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah lewat

dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan

tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 18

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan

retribusi.

(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan

Wajib Retribusi.

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan

(13)

BAB XIV

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 19

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan

permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan

kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), telah

dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan

pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus

diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan

pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung

diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

sejak diterbitkannya SKRDLB.

Pasal 20

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan

secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang–kurangnya menyebutkan:

a. nama dan alamat wajib retribusi;

b. masa retribusi;

c. besarnya kelebihan pembayaran;

d. alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan

langsung atau melalui pos tercatat .

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat

(14)

Pasal 21

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat

Perintah Membayar Kelebihan retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan hutang

retribusi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4),

pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti

pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XV

KEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 22

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampui

jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi,

kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tertangguh apabila :

a. diterbitkannya Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan hutang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung

maupun tidak langsung.

BAB XVII PENYIDIKAN

Pasal 23

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah

diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan

tindak pidana di bidang retribusi daerah yang pengangkatannya ditetapkan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Apabila tidak terdapat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di

lingkungan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

maka penyidikan atas tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini

dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan

(15)

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau

laporan yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi

agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan

sehubungan dengan tindak pidana retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan

sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain

berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti

pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta

melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana di bidang retribusi;

g. menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung

dan memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa

sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi;

i. memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

tindak pidana di bidang retribusi menurut hukum yang bertanggung

jawab.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada

Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Indonesia, sesuai

(16)

BAB XVIII KETENTUAN PIDANA

Pasal 24

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan – ketentuan dalam Peraturan Daerah ini

diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling

banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga

merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terhutang.

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah

pelanggaran.

BAB XIX KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai

teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 26

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Bangka Selatan.

Ditetapkan di Toboali

pada tanggal 20 Desember 2006 BUPATI BANGKA SELATAN,

ttd

JUSTIAR NOER Diudangkan di Toboali

pada tanggal 20 Desember 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN,

ttd

HARDI

Referensi

Dokumen terkait

Besaran butir patah pada perlakuan pratanak 0,8 kg/cm2 lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya karena dengan semakin rendahnya tekanan pengukusan menyebabkan tingkat

Dini merupakan sesuatu yang lahir lebih cepat, belum waktunya dan pagi-pagi sekali. Maka pernikahan dini yang dimaksud adalah pernikahan dini yang dilakukan oleh seorang

Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat

Tidak terasa, waktu demi waktu, hari demi hari, bulan demi bulan, sebentar lagi kita akan memasuki bulan istimewa, kita kenal dengan bulan maulud, di hari hari pada

Kajian tentang kegiatan wisata religi ini dilaksanakan pada tanggal 2-7 Maret 2009 dan berlokasi di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur,

Salah satu contoh nyata bukti bahwasanya kenikmatan itu murni datangnya dari Allah adalah kondisi seorang bayi yang baru lahir yang tidak bisa apa-apa, yang ternyata ia

Tenaga pengajar akan dilatih di School of Nursing , National Taipei University of Nursing and Health Sciences , Taipei Taiwan, selama satu bulan.. Tenaga pengajar terdiri dari

Judul yang penulis ambil dalam Laporan Akhir ini adalah Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar