BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam pembangunan nasional, sektor pertanian pangan menempati
prioritas penting. Keadaan ini tercermin dari berbagai bentuk intervensi yang
dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti intervensi
pengembangan teknologi pangan, ketahanan pangan maupun kebijaksanaan harga.
Intervensi tersebut ditujukan untuk memecahkan masalah pangan nasional, yaitu
penyediaan pangan yang tidak merata di seluruh tanah air serta terjangkauanya
daya beli masyarakat (Amang, 1993).
Konsep ketahanan pangan yang tercantum dalam UU tersebut memberi
penekanan pada akses setiap RT terhadap pangan yang cukup, bermutu, dan
harganya terjangkau. Implikasi kebijakan dari konsep ini adalah bahwa
pemerintah disatu pihak berkewajiban menjamin kecukupan pangan. Dalam arti
jumlah dengan mutu yang baik serta stabilitas harga dan di pihak lain peningkatan
pendapatan masyarakat khususnya dari golongan berpenghasilan rendah
(Tambunan, 2003).
Secara umum dikatakan bahwa masalah pangan merupakan sebagian dari
masalah kesejahteraan pribadi, keluarga dan masyarakat akibat adanya
ketimpangan antara kebutuhan persediaan, permintaan pangan dan kesehatan.
Permintaan pangan mempunyai kaitan erat dengan pendapatan, harga pangan dan
non pangan, pendidikan rumah tangga, serta adat dan kebiasaan. Jumlah dan jenis
ketersediaan pangan nasional atau ketersediaan pasar, tetapi juga dipengaruhi oleh
daya jangkau ekonomi (daya beli), kesukaan, pendidikan dan nilai sosial budaya
yang berlaku di masyarakat (Yulianti, 2011).
Beras merupakan bahan pangan pokok sumber karbohidrat yang masih
menjadi prioritas utama di berbagai wilayah Indonesia, sehingga beras merupakan
komoditas pertanian yang memiliki nilai strategis, baik dari segi ekonomi,
lingkungan hidup, sosial maupun politik (Dermoredjo, 2003).
Campur tangan pemerintah dalam ekonomi perberasan antara lain
dilakukan melalui lembaga pangan yang bertugas melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah di bidang perberasan baik yang menyangkut aspek praproduksi, proses
produksi, serta pasca produksi. Salah satu lembaga pangan yang diberi tugas
pemerintah untuk menangani masalah pasca produksi, khususnya dalam bidang
harga, pemasaran dan distribusi adalah Badan Urusan Logsitik (Bulog). Bulog
adalah lembaga pemerintah yang dibentuk pada tahun 1967 yang ditugaskan
pemerintah untuk mengendalikan stabilitas harga dan penyediaan bahan pokok,
terutama pada tingkat konsumen dan produsen (Suryana, 2001).
Program Raskin dianggap sebagai salah satu usaha pemerintah untuk
mentransfer pendapatan kepada kelompok sasaran (keluarga miskin). Salah satu
bentuk transfer pendapatan adalah melalui komoditas beras yang dijual dengan
harga bersubsidi kepada rumah tangga miskin, sehingga kebijaksanaan ini dapat
memperkuat ketahanan pangan rumah tangga kelompok miskin dan dapat
meningkatkan daya beli mereka (Amang, 1999).
Dewasa ini program beras untuk keluarga miskin (Raskin) adalah suatu
memenuhikecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui
penyediaanberas bersubsidi.Selain itu tujuan Raskin jugamemberikan bantuan
pangan/beras kepada keluarga miskin dalam rangka mengatasimasalah
kekurangan gizi makro masyarakat guna memenuhi kebutuhan pangan pokoknya.
Sasaran Raskin untuk tahun 2012 yaitu berkurangnya beban pengeluaran
RTS berdasarkan data PPLS-11 BPS dalam mencukupi kebutuhan pangan beras
melalui pendistribusian bersubsidi sebanyak 180 kg/RTS/tahun atau setara dengan
15 kg/RTS/bulan dengan harga tebus Rp.1600,00/kg netto di titik distribusi.
Rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM) Raskin adalah rumah tangga
miskin di desa/kelurahan yang berhak menerima Raskin dan terdaftar dalam daftar
penerimaan manfaat (DPM-1) yang ditetapkan oleh kepala desa/lurah sebagai
hasil musyawarah desa/kelurahan dan disahkan oleh camat sesuai hasil
pendapatan PPLS-11 BPS tahun 2011 (BULOG, 2012).
Indikator keberhasilan pelaksanaan program Raskin menurut pedoman
umum Raskin adalah tepat sasaran penerima manfaat, tepat jumlah, tepat harga,
tepat waktu, tepat administarasi dan tepat kualitas. Tepat sasaran artinya Raskin
diberikan hanya pada rumah tangga sasaran penerima manfaat yang merupakan
hasil musyawarah desa/kelurahan yang terdaftar dalam daftar penerima manfaat
(DPM-1), tepat jumlah artinya jumlah beras Raskin yang merupakan hak rumah
tangga sasaran penerima manfaat adalah sebanyak 15 kg/RTS/bulan. Tepat harga
artinya harga beras Raskin adalah Rp. 1600,00 /kg netto di titik distribusi. Tepat
waktu artinya pelaksanaan distribusi beras Rumah Tangga Sasaran penerima
manfaat sesuai dengan rencana distribusi. Tepat administasi artinya terpenuhinya
terpenuhinya persyaratan kualitas beras sesuai dengan kualitas beras BULOG
(Hastuti, 2012).
Prinsip perencanaan dan pelaksanaan program Raskin pada
dasarnyamengacu kepada transparasi, akuntabilitas, dan partisipatif (TAP).
Transparasi, yangmaknanya membuka akses informasi kepada lintas pelaku
Raskin terutama masyarakat penerima Raskin, yang harus tahu memahami dan
mengerti adanyakegiatan Raskin serta memiliki kebebasan dalam melakukan
pengendalian secaramandiri. Partisipasi, yang maknanya mendorong masyarakat
berperan secara aktifdalam setiap tahapan Raskin, mulai dari tahap sosialisasi,
perencanaan pelaksanaandan pengendalian. Akuntabilitas, yang maknanya
mengingatkan bahwa setiappengelolahan kegiatan Raskin harus dapat
dipertanggung jawabkan kepadamasyarakat setempat maupun kepada semua
pihak yang berkompeten sesuai denganperaturan dan ketentuan yang berlaku atau
yang telah disepakati (BULOG. 2012).
Program Raskin memiliki ciri spesifik yaitu :
1. Tidak disalurkan melalui pasar umum, tetapi penjualan langsung
kepadapenerima manfaat (bersubsidi).
2. Jumlah beras yang disediakan tidak tergantung pada permintaan pasar,
tetapiberdasarkan kepada penerimaan jumlah keluarga penerima manfaat.
3. Tidak ditujukan dalam upaya stabilisasi harga pasar, tetapi untuk
membantupemenuhan kebutuhan beras keluarga yang menjadi sasaran
penerimanmanfaat Raskin.
4. Pelaksanaan Raskin melibatkan berbagai instansi sehingga untuk mempelancar
Program Raskin ditujukan kepada keluarga miskin dan rawan
denganmempertimbangkan kemampuan uang pemerintah. Penerima manfaat yaitu
keluargamiskin di Desa/Kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, yang
menjadipenerima manfaat dari program ini adalah :
a. Keluarga Pra Sejahtera (KPS) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum
dapatmemenuhi indikator KPS yang telah ditetapkan oleh BKKBN, dengan
bobotpengkategorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi indikator
keluargaprasejatera alasan ekonomi yaitu :
1. Pada umumnya anggota keluarga belum mampu makan dua kali sehari
2. Anggota keluarga belum memiliki pakaian yang berbeda untukdirumah,
bekerja, sekolah dan berpergian.
3. Bagian lantai yang terluas dari tanah.
b. Keluarga Sejahtera I (KS I) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum
memenuhi indikator KS I yang ditetapkan oleh BKKBN, dengan
bobotpengkategorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi, indikatornya
adalah
1. Paling kurang seminggu sekali keluarga makan daging/telur/ikan.
2. Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu
stelpakaian baru.
3. Luas lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap penghuni/jiwa.
Penentuan pagu dan alokasi Raskin dimulai dari kuantum pagu Raskin
Nasional ditetapkan berdasarkan besarnya subsidipangan (Raskin) yang
disediakan Pemerintahan dalam APBN.Gubernur selaku penanggung jawab tim
kepada masing-masingKabupaten/Kota dengan mengacu pada data kemiskinan
BPS yangditetapkan dalam keputusan Gubernur.Berdasarkan pagu Raskin
Kabupaten/Kota, tim koordinasi program Raskinkepada masing-masing
Kecamatan dan Desa/Kelurahan dengan mengacupada RTM dan BPS dengan
mempertimbangkan kondisi objektif daerahyang ditetapkan dalam keputusan
Bupati/Walikota.Tim Raskin Provinsi dapat mengusulkan kepada Gubernur
untukmerelokasi pagu Raskin ke Kabupaten/Kota yang dinilai tidak
dapatmendistribusikan program Raskin sesuai dengan ketentuan yang
telahditetapkan.
Data dasar penentuan RTM sasaran adalah hasil pendataan sosial
ekonomi BPS. Prioritas penerima manfaat Raskin adalah untuk seluruh RTM
dengankategori sangat miskin, miskin dan untuk sebagai RTM dengan
kategorihampir miskin. Penurunan RTM sasaran kategori hampir miskin
ditentukansesuai dengan objektif di lapangan dan ditetapkan
berdasarkanmusyawarah Desa/Kelurahan setempat. Identitas RTM penerima
manfaat program Raskin, harus sesuai dengandaftar nama dan alamat RTM yang
telah ditetapkan BPS Kabupaten/Kota.
Musyawarah Desa/Kelurahan adalah forum komunikasi di
tingkatDesa/Kelurahan yang dipimpin kepada Desa/Lurah, dihadiri oleh
perangkatDesa/Kelurahan, LSM, RT, RW, tokoh masyarakat dan tokoh agama
untukmendapatkan kesempatan tentang :
• Daftar nama RTM penerima manfaat.
• Jadwal, waktu dan tempat distribusi.
Musyawarah Desa/Kelurahan dilaksanakan secara periodik minimal 1
(satu)tahun sekali dan di selenggarakan sebelum beras program Raskin
didistribusikan.Hasil musyawarah Desa/Kelurahan dituangkan dalam berita
acaramusyawarah Desa/Kelurahan yang ditanda tangani kepala Desa/Lurah,
BadanPermusyawaratan Desa (BPD) dan diketahui oleh Camat setempat, dengan
melampirkan daftar nama-nama rumah tangga penerima manfaat (DPM-1) dan
daftar hadir peserta musyawarah.
Daftar nama-nama RTM hasil musyawarah Desa/Kelurahan ditempel
dalampapan pengumuman Desa/Kelurahan dan dilaporkan secara berjenjang
ketingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi.Daftar rumah tangga
miskin/sasaran penerima manfaat (DPM-1) dijadikandasar sebagai penerbitan
Surat Permintaan Alokasi (SPA) olehBupati/Walikota kepada perum BULOG
melalui Sub Divre setempat.
Mekanisme distribusi Raskin dimulai dengan Bupati/Walikota
mengajukan Surat Permohonan Alokasi (SPA) kepada SubDivisi Regional Perum
BULOG berdasarkan alokasi pagu Raskin dan rumah tangga sasaran penerima
manfaat di masing-masing kecamatan/desa/kelurahan.SPA yang tidak dapat
dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu(tiga) bulan, maka pagu
dapat direlokasikan ke daerah lain denganmenerbitkan SPA baru yang menunjuk
pada SPA yang tidak dapat dilayani.Berdasarkan SPA, Sub Divre menerbitkan
SPPB/DO beras untuk masing – masing kecamatan/kelurahan/desa kepada
pelaksana Raskin. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada
periode sebelumnya maka penerbitan SPPB/DO periode berikutnya ditangguhkan
beras di gudang penyimpanan perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan
beras Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang
diserahkan sesuai dengan standar kualitas BULOG. Beras yang tidak memenuhi
standartkualitas maka beras dikembalikan kepada pelaksana Raskin untuk
ditukar/diganti.
Serah terima beras Raskin dari pelaksana Raskin kepada pelaksana
distribusi dititik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST)
yangmerupakan pengalihan tanggung jawab.Pelaksanaan distribusi menyerahkan
Raskin kepada Rumah Tangga Miskin(RTM). Mekanisme distribusi secara
terperinci diatur dalam pedoman teknis Raskin kabupaten/kota disesuaikan
dengan kondisi objektif masing-masing daerah.
Penyerahan beras di titik distribusi dituangkan dalam Berita Acara
SerahTerima (BAST) yang ditandatangani oleh Satkel Sub Divre sebagai
pihakyang menerima beras. BAST tersebut diketahui dan ditandatangani
Pagu/Provinsi
Gubernur Pagu/Kab-Kota
Bupati/Walikota SPA
Perum Bulog Divre/Subdivre/Kansilog
SPPB/DO
Gudang Satgas Raskin
Titik Distribusi Pelaksana Distribusi Beras
KETUA TIM RASKIN NASIONAL Kemenko Bid Kesra
Pokja Warung desa Pokmas
Mekanisme distribusi Raskin dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Biaya operasional Raskin disediakan untuk memenuhi kebutuhan biaya
yangberkaitan dengam pelaksanaan Raskin sampai dengan titik distribusi
menjadiperum BULOG.Pengeluaran biaya operasional Raskin dilakukan secara
efisien.Biaya Raskin terdiri dari biaya umum dan biaya operasional, termasuk
pajak.Biaya umum antara lain digunakan untuk pembuatan brosur, poster dan
lainnya.
Biaya operasional terdiri dari biaya distribusi dan biaya pendukung.
Biayadistribusi meliputi biaya angkutan, pengemasan bila diperlukan,
susut,cadangan resiko (uang palsu). Biaya pendukung antara lain
meliputiadministrasi yakni yang berhubungan dengan penyelenggaraan
administrasiseperti ATK, materai, biaya transfer dan lain-lain. Biaya
pendukungselanjutnya pembuatan laporan, honor, biaya koordinasi dan biaya
rapat, biayasosialisasi, monitoring dan evaluasi (yang tidak dibiayai dari APBN).
Ongkos dari titik distribusi sampai ke penerima manfaat dialokasikan
dariAPBD setempat atau swadaya masyarakat.Pengeluaran biaya operasional
Raskin harus dipertanggung jawabkan dengan dilengkapi bukti-bukti pengeluaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku danrealisasi biaya operasional Raskin
dilaporkan ke Divre Perum BULOG.
Pembayaran Harga Penjualan Beras (HPB) Raskin dari rumah tangga
sasaranpenerima manfaat kepada pelaksana distribusi dilakukan secara tunai
Rp1.600,00/kg netto.Uang HPB tersebut langsung diserahkan kepala satker
Raskin Sub Divre dandibuat tanda terima pembayaran (kuitansi atau TT HPB
Raskin) rangkap 3(tiga). Selanjutnya oleh Satker Raskin ditransfer ke
Apabila uang HPB disetorkan langsung oleh pelaksana distribusi ke
rekeningHPB Raskin milik perum BULOG Sub Divre, maka bukti setor asli
harusdiserahkan oleh pelaksana distribusi kepada Satker Raskin Sub Divre
untukkemudian diganti dengan tanda terima pembayaran(kuitansi atau model
TTHPB Raskin) rangkap 3 (tiga) oleh pelaksana Raskin. Pelaksana Raskin
berkewajiban melakukan konfirmasi bukti setoran tersebut kepada bank yang
bersangkutan. Tanda terima pembayaran tersebut dinyatakan sah oleh Bankyang
bersangkutan.
Bupati/Walikota selaku penanggungjawab program Raskin berkewajiban
menyediakan dana talangan untuk RTM yang tidak memiliki kemampuanuntuk
membayar tunai atau pelaksana distribusi yang belum menyetor HPBpada bulan
bersangkutan.Pembiayaan distribusi Raskin berasal dari gudang perum Bulog
sampai dititik distribusi menjadi beban perum BULOG sedangkan dari titik
distribusisampai RTM sasaran penerima menjadi beban Bupati/Walikota.
Sosialisai program Raskin bertujuan untuk menyebarluaskan
informasimengenai program Raskin kepada RTM sasaran penerima manfaat,
masyarakat danpelaksana program di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan danDesa/Kelurahan. Sosialisasi program Raskin dilakukan oleh Tim
Program Raskin tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Desa/Kelurahan secara
berjenjang dan dapatmengikutsertakan pihak lain bilamana diperlukan. Materi
program Raskin yang disosialisasikan meliputi kebijakan program dan
pelaksanaan teknis tentang penetapan RTM sasaran penerima manfaat,mekanisme
distribusi, tugas dan fungsi serta tanggung jawab masing-masingpelaksana
administrasi pembayaran, penyampaian keluhan/pengaduan dari masyarakat serta
penanganan tindak lanjutnya. Sosialisasi program Raskin dapat juga dilakukan
melalui media massa (cetakdan elektronik), penyebaran pamflet, brosur, dan
berbagai forum pertemuan sosial kemasyarakatan lainnya. Sosialisasi program
Raskin merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan program Raskin
yang dapat dilakukan melalui berbagai cara mana yang paling efektif dan
memungkinkan agar masyarakat umum dan khususnyamasyarakat miskin dapat
mengetahui secara persis latar belakang, kebijakan,mekanisme, hak-hak dan
kewajibannya (BULOG, 2012).
2.2 Landasan Teori
Respon
Responberasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan, atau
tanggapan(reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga
dijelaskan definisi responadalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban.
Respon bermula dari adanya suatu tindakanpengamatan yang menghasilkan
suatu kesan sehinggakonsep responmanusia lebih banyak dikemukakan oleh
bidang-bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan perilaku
individu, kelompok, atau masyarakat.
Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi
fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap, dan
tindakan. Simon dalam Wijaya (2007), membagi respon seseorang atau kelompok
terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu: 1. Persepsi berupa
objek tersebut. 2. Sikap berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima
atau menolak objek yang dipersiapkan. 3. Tindakan, melakukan kegiatan nyata
untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek
tersebut. Munculnya ketiga respon di atas sangat dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu kondisi status sosial ekonomi seseorang, tingkat pengetahuan tentang
manfaat dan resiko yang diterima sebagai akibat tenjadi kesadaranyang dapat
dikembangkan pada masa sekarang atau pun menjadi antisipasi pada masa yang akan
datang. Jadi jelaslah bahwa pengamatan merupakan modal dasar dari respon,
sedangkan modal dari pengamatan adalah alatindera yang meliputi penglihatan dan
penginderaan (Anonimous1, 2012).
Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).B.F.Skinner
dalam buku Djamarah (2002) melahirkan banyak sub-aliran, yaitu:
1. Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental,
dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan
menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu
melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
2. Pendekatan Psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud yang meyakini
bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga
tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan,
impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam
alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dikeluarkan.
Pada pengamatan berlangsung perangsangan-perangsangan. Stimulus berarti
rangsangan dan respon berarti tanggapan. Rangsangan diciptakan untuk
memunculkan tanggapan. Respon lambat-laun tertanam atau diperkuat melalui
percobaan yang berulang-ulang.
Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui
alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti
begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya adalah
proses persepsi. Menurut Davidoff (1981) menyatakan bahwa dalam persepsi
dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman –
pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsikan sesuatu stimulus,
hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain.
Persepsi akan bersifat individual (Walgito, 2005).
Persepsi berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap
baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan
diterima dari adanya objek tersebut (Anonimous1, 2012).
Menurut Desiderato, 1976 dalam buku Psikologi komunikasi oleh
Jalaluddin rahmat (1986) menyatakan bahwa Persepsi adalah pengalaman tentang
obyek, peristiwa, atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Hubungan fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi.
Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam kaitan dengan
proses persepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasarkan diri pada proses yang
disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang ada pada lingkungan
(Adi, 2000).
Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah:
1. Motif dan kebutuhan.
2. Preparator set, yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input
sensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain.
3. Minat (Interest).
Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah:
1. Intensitas dan ukuran. Misalnya makin keras suatu bunyi maka akan semakin
menarik perhatian seseorang.
2. Kontras dengan hal-hal baru.
3. Pengulangan.
4. Pergerakan (Adi, 2000)
Sikap
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai
objek atau situasi yang relatif yang disertai adanya perasaan tertentu, dan
memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku
dalam cara yang tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2005).
Selain itu, dalam kajian sikap telah diketahui bahwa sikap tersebut dapat
bersifat negatif dan dapat pula bersifat positif. Sikap negatif memunculkan
kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, ataupun tidak menyukai
untuk menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran
objek tertentu (Mueller, 1996).
Sikap berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau
menolak objek yang dipersiapkan(Anonimous1, 2012).
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:
a. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek. Tidak ada sikap yang tanpa
objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga
masyarakat dan sebagainya.
b. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
pengalaman dan latihan.
c. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah, meskipun relatif
sulit berubah.
d. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.
e. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat beragam sesuai dengan
objek yang menjadi pusat perhatiannya.
f. Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan (Adi, 2000).
Partisipasi
Secara umum pengertian partisipasi adalah adanya keterlibatan langsung
suatu masyrakat dalam melakukan suatu kegiatan.
Menurut Bedjo (1996), yang dimaksudkan dengan partisipasi adalah:
“Perilaku yang memberikan pemikiran terhadap sesuatu atau seseorang. Perilaku
merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan
pemilihan rangsangan yang dari luar lingkungannya. Pengertian lain tentang
partisipasi adalah: “Pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu obyek, dan
juga meliputi banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang
sedang dilakukan” (Anonimous2, 2012).
Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara aktif dan
terorganisasikan dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisai,
persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi
sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada
kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan
secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat
untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan
menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah (Suprapto, 2007).
2.3 Kerangka Pemikiran
Program Raskin (beras miskin) bertujuan untuk mengurangi beban
pengeluaran rumah tangga sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan
pangan pokok dalam bentuk beras. Program Raskin masih tetap terlaksana sebagai
salah satu kebijakan ekonomi perberasan nasional dalam program jaminan
ketersediaan pangan bagi kelompok miskin. Penyaluran Raskin berawal dari surat
permohonan alokasi (SPA) dari pemerintah kota kepada perum BULOG dalam
hal ini kepada kasubdivre Medan perum bulog berdasarkan pagu Raskin (tonase
dan jumlah rumah tangga sasaran – RTS) dan rincian di Kecamatan Medan Johor
dan Kelurahan Kwala bekala.
Program beras miskin (Raskin) yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dan yang telah disalurkan bagi masyarakat miskin membutuhkan suatu penilaian
sesuai dengan indikator ketepatan dan prinsip perencanaan dan pelaksanaan
program Raskin yang mengacu kepada transparasi, akuntabilitas, dan partisipatif
(TAP). Respon masyarakat terhadap program beras bagi keluarga miskin (Raskin)
penting bagi pengelola Raskin dalam merancang implementasi Raskin yang
berorientasi sesuai harapan dan kepuasan rumah tangga sasaran. Kepuasan RTS
dinilai dengan perbandingan kinerja Raskin selama ini dengan harapan terhadap
Raskin. Dalam landasan teori sebelumnya dapat diketahui bahwa respon
masyarakat mencakup persepsi, sikap dan partisipasinya.
Berdasarkan penelitian terdahulu maka dalam penelitian terdapat
beberapa indikator dari persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat terhadap suatu
program diantaranya (1). Persepsi rumah tangga sasaran penerima manfaat
tentang Raskin mencakup pengertian masyarakat tentang program, pengetahuan
masyarakat tentang tujuan dan manfaat program serta atensi masyarakat dalam
program tersebut. (2). Sikap mencakup bagaimana penilaian masyarakat tentang
program Raskin, apakah masyarakat menerima atau menolak program ini, dan
apakah masyarakat mengharapkan atau menolak program Raskin. (3). Partisipasi
mencakup keikutsertaan masyarakat menikmati manfaat bantuan Raskin,
melaksanakan program Raskin dengan penuh persiapan, membayar Raskin sesuai
dengan harga yang telah ditetapkan, menilai hasil dari program Raskin, datang ke
tempat penyaluran Raskin sesuai dengan jadwal, melaksanakan program Raskin
dengan penuh persiapan, perencanaan, pemahaman dan evaluasi.
Respon masyarakat terhadap program beras bagi keluarga miskin
(Raskin) adalah tingkah laku balas/tindakan merupakan wujud dari persepsi, sikap
masyarakat dapat memahami dan menilai positif atau negatif, menerima/menolak
dan juga mengharapkan/menghindari serta ikut serta atau tidak dalam suatu
program yang telah dilaksanakan sehingga dapat diketahui respon masyarakat
penerima Raskin terhadap program tersebut apakah positif, netral dan negatif.
Individu menolak dan menentang program raskin, apabila program
tersebut tidak sesuai dengan keinginan yang ada dalam diri individu tersebut.
Individu menerima yang ada dikarenakan sesuai dan sejalan dengan apa yang
diinginkan oleh individu tersebut. Sedangkan Individu bersikap netral dalam hal
ini individu tidak menerima juga tidak menolak program tersebut.
Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi respon masyarakat terhadap suatu program, Faktor tersebut adalah
Umur, Pendidikan, Jumlah tanggungan, Jumlah anak, Pekerjaan,
Pendapatan/bulan, Pengalaman (Lamanya responden mengikuti program
tersebut). Sehingga dari faktor tersebut dapat dilihat hubungannya terhadap respon
Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran maka hipotesis
yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
1. Pelaksanaan program Raskin di daerah penelitian sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Respon masyarakat penerima raskin terhadapprogram beras bagi keluarga
miskin (Raskin) di daerah penelitian adalah Positif.
3. Adanya hubungan antara Umur, Pendidikan, Jumlah tanggungan, Jumlah anak,
Pekerjaan, Pendapatan/bulan, dan Pengalaman dengan Respon masyarakat Program Raskin
Respon Pemerintah
Rumah Tangga Sasaran Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi : -Umur
-Pendidikan
-Jumlah tanggungan -Jumlah anak -Pekerjaan
-Pendapatan/Bulan -Pengalaman(lamanya
memperoleh raskin)
Netaral