• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KINERJA ANGKUTAN PEDESAAN WILAYAH PESISIR (STUDI KASUS JALUR TERMINAL DEMAK - PANTAI MORO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN KINERJA ANGKUTAN PEDESAAN WILAYAH PESISIR (STUDI KASUS JALUR TERMINAL DEMAK - PANTAI MORO)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS JALUR TERMINAL DEMAK - PANTAI MORO)

Agustinus Masida Y. Rustanto Ir.Drs.Djoko Setijowarno, MT

Mahasiswa Jurusan T. Sipil Mahasiswa Jurusan T. Sipil Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Unika Soegijapranata Unika Soegijapranata Universitas Katolik Soegijapranata Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Jl. Pawiyatan Luhur IV/1

Bendan Duwur–Semarang Bendan Duwur–Semarang Bendan Duwur–Semarang Telp. (024) 441555 - 316142 Telp. (024) 441555–316142 Telp. (024) 441555 - 316142 Faks. (024) 415429 Faks. (024) 415429 Faks. (024) 415429

E-mail : unika@semarang.wasantara.net.id

ABSTRAK

Penyediaan transportasi umum perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui keseimbangan antara kebutuhan perjalanan, tingginya permintaan dengan sarana transportasi yang tersedia. Apabila tercapai keseimbangan antara ketiga faktor tersebut di atas, maka pelayanan kebutuhan transportasi akan terpenuhi dengan baik.

Studi kasus ini akan memberi gambaran secara umum tentang keadaan angkutan pedesaan di Kabupaten Demak. Penelitian ini membahas evaluasi operasional angkutan pedesaan di wilayah pesisir dengan studi kasus rute Terminal Demak-Pantai Moro. Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dengan mengu mpulkan data primer (wawancara langsung di lapangan, baik melalui pengemudi/kernet atau pemilik angkutan), dan data sekunder diambil dari data yang telah ada, meliputi biaya yang ditanggung oleh pemilik angkutan, jumlah angkutan yang beroperasi pada rute t ersebut, serta data yang berkaitan dengan hal di atas.

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi angkutan pedesaan dalam hal ini mobil penumpang isuzu pelat kuning dan pelat hitam rute Terminal Demak -Pantai Moro pada saat ini, menganalisa biaya operasi kendaraan dan memberikan usulan perbaikan dalam pengoperasian angkutan pedesaan pada rute tersebut. Rute angkutan pedesaan Terminal Demak -Pantai Moro terbagi dalam 12 (delapan) zona wilayah. Selain dilayani angkutan resmi pelat kuning ada jug a angkutan liar pelat hitam juga bebas berkeliaran menaikturunkan penumpang. Hal ini sangat merugikan pengusaha, dan pengemudi angkutan pelat kuning (jumlah angkutan pelat kuning = 28 kendaraan, sedangkan pelat hitam 23 kendaraan). Biaya operasi kendaraan hasil penelitian adalah sebesar Rp. 987,65/km

Kata kunci : angkutan pedesaan, biaya operasi kendaraan, angkutan pelat hitam

1. PENDAHULUAN

Demak sebagai satu kota kabupaten di Jawa Tengah dan sebagai daerah industri mempunyai peranan yang sangat penting unt uk transportasi dalam mengalirkan arus lalu lintas di bagian utara pantai Jawa yang cukup padat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduknya adalah pekerja atau buruh di pabrik -pabrik, disamping itu ada yang bekerja sebagai petani, pelajar dan lain-lain. Demak terdiri dari daerah daratan dan daerah pesisir atau pantai yang utamanya bekerja sebagai nelayan (petambak). Angkutan pedesaan di kawasan pesisir merupakan sarana angkutan yang sangat vital untuk mengangkut hasil komoditi, dikarenakan daerah tersebut belum atau tidak dilayani oleh angkutan/kendaraan besar(bis), contohnya pantai utara Demak.

(2)

Pada dasarnya secara keseluruhan ada 4 (empat) komponen pokok yang berkaitan dengan angkutan umum, yakni user (pemakai jasa), operator (pemilik kendaraan), regulator (pemerintah) danlaw enforcement (undang-undang dan peraturan pelaksanaannya).

Keempat komponen tersebut harus saling berkaitan dan dapat berinteraksi secara optimal, agar sistem pelayanan angkutan u mum dapat dirumuskan dengan ideal. Indonesia sudah memiliki keempat komponen tersebut. Soalnya, tinggal bagaimana merumuskan komponen itu, agar dapat berfungsi maksimal, tanpa mengabaikan atau mengenyampingkan peran antarkomponen.

Kondisi pengusaha angkut an umum saat ini, ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga. Sehingga sebenarnya tinggal menunggu waktu saja untuk gulung tikar saja. Selagi pengusaha memikirkan penghasilan yang menyusut karena menurunnya jumlah penumpang, lonjakan harga suku cadang juga tela h menciptakan kesulitan sendiri. Akibatnya pendapatan tidak lagi dapat menutupi biaya operasi sehari -hari.

Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan lalu lintas dan angkutan jalan dikuasai oleh negara dan pe mbinaannya dilakukan oleh pemerintah.

Artinya bahwa pengadaan dan penyelenggaraan angkutan umum ada pada pemerintah. Termasuk kegagalan sistem, pemerintah yang turut bertanggungjawab. Karena menyangkut kepentingan orang kebanyakan yang mampu mendukung ke giatan sosial dan ekonomi, maka penyelenggaranannya harus diatur secara ketat dan bijaksana. Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan pihak swasta lebih dominan sebagai operator, sementara peraturan yang kurang jelas menjadikannya banyak pelanggaran. Termasuk persoalan kepemilikan yang bersifat perseorangan menjadikannya kesulitan mengatur penyelenggaraan di lapangan.

1.1 Latar belakang penelitian

Keberadaan angkutan pedesaan selama ini belum tersentuh dengan kebijakan pemerintah. Pemerintah lebih banyak turut campur untuk penataan angkutan perkotaan. Salah satu kinerja pembangunan di pedesaan yang sangat dirasakan kurang adalah karena tidak tersedianya sarana transportasi yang memadai dan memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat desa. Apalagi dalam hal untuk menunjang pembangunan yang masih jauh dari keinginan. Dapat dikatakan, angkutan pedesaan masih dianggap kurang berfungsi sebagai penyokong pembangunan bagi pemerintah. Sebagian besar industri menengah dan kecil berada di daerah pedesaan atau wilayah terpencil yang masih jauh dari sarana transportasi. Minimnya perhatian tersebut, menyebabkan kurang berkembangnya angkutan pedesaan.

1.2 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi angkutan pedesaan saat ini, menganalisa biaya operasi kendaraan, dan memberikan usulan perbaikan dalam pengoperasian angkutan pedesaan.

2. Tinjauan pustaka

(3)

dan pola arus pergerakan. Permasalahan utama transportasi pada saat ini adalah pertumbuhan permintaan pelayanan angkutan umum yang sangat tinggi, namun tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana angkutan yang memadai (W arpani, 1988). Tingginya permintaan akan transportasi antara lain disebabkan :

a) pertumbuhan populasi; b) pemekaran areal perkotaan;

c) ketersediaan transportasi bermotor; d) pertumbuhan pendapatan;

e) pertumbuhan aktivitas komersial dan industri.

Keberadaan angkutan p edesaan selama ini belum tersentuh dengan kebijakan pemerintah. Pemerintah lebih banyak turut campur untuk penataan angkutan perkotaan saja. Salah satu kinerja pembangunan di pedesaan yang sangat dirasakan kurang adalah karena tidak tersedianya sarana transportasi yang memadai dan memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat desa. Apalagi dalam hal untuk menunjang pembangunan yang masih jauh dari keinginan.

Sehingga dapat dikatakan, bahwa angkutan pedesaan masih dianggap kurang berfungsi sebagai penyokong pemb angunan bagi pemerintah. Sebagian besar industri menengah dan kecil berada di daerah pedesaan atau wilayah terpencil yang masih jauh dari jangkauan sarana transportasi. Minimnya perhatian tersebut menyebabkan kurang berkembangnya angkutan pedesaan.

3. Metodologi penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Demak, dengan mengambil rute Terminal Demak Pantai Moro. Responden dalam penelitian ini berjumlah 135 responden, terdiri dari 100 responden penumpang angkutan pedesaan, 25 responden pengemudi/kernet, dan 10 responden pemilik angkutan. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner langsung bertipe pilihan bagi para responden, selain itu juga dilakukan wawancara, diskusi, pengamatan langsung di lapangan dan mencari data sekunder di instansi terkait (Dinas LLAJ K abupaten Demak dan pemilik angkutan).

3.1 Kondisi lokasi studi

Rute terminal Demak Pantai Moro sepanjang 16 km ditempuh oleh angkutan pedesaan selama  1 jam dan selalu cukup padat penumpangnya pada jam -jam tertentu. Kondisi jalan pada rute tersebut banyak berlubang dan berebu, karena termasuk jalan kabupaten yang kurang pemeliharaan. Angkutan pedesaan yang beroperasi sejumlah 51 armada yang terdiri dari pelat kuning sebanyak 28 armada, sedangkan pelat hitam sebanyak 23 armada.

Desa Moro sebagai tujuan akh ir perjalanan berada di daerah pesisir (dekat pantai) yang mata pencaharian sebagian besar penduduknya menangkap ikan. Segala adat istiadat dan budaya masih terpelihara dengan baik dan ini dapat dibuktikan dengan masih rutinnya kegiatan pesta Lomban pada setiap bulan Syawal (6 hari setelah Hari Raya Idul Fitri). Pada saat kegiatan ini berlangsung, maka arus transportasi penduduk setempat maupun pendatang sangat tinggi. tidak ketinggalan para wisatawan lokal turut ingin menikmati acara tersebut.

(4)

3.2 Pembagian zona penelitian

Penelitian ini terbagi menjadi 14 zona (pulang pergi pada rute yang sama) yang bertuju an untuk memudahkan pengambilan data primer. Adapun zona -zona tersebut adalah seperti berikut ini :

a) zona 1, Terminal Demak –Kali Cilik;

b) zona 2, Kali CilikKarang Pandan; c) zona 3, Karang Pandan –Bonang;

d) zona 4, BonangJatirogo; e) zona 5, Jatirogo–Tridono Rejo;

f) zona 6, Tridono Rejo–Gebang;

g) zona 7, GebangPantai Moro; h) zona 8, Pantai Moro–Gebang;

i) zona 9, GebangTridono Rejo; j) zona 10, Tridono Rejo –Jatirogo;

k) zona 11, Jatirogo Bonang; l) zona 12, Bonang–Karang Pandan;

m) zona 13, Karang PandanKali Cilik; n) zona 14, Kali Cilik–Terminal Demak

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis dan pembahasan didasarkan terhadap data primer dan data sekunder. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan 3 analisis, yaitu :

1) analisis pengemudi/kernet angkutan pedesaan; 2) analisis jumlah penumpang;

3) analisis biaya operasi kendaraan (BOK).

4.1 Analisis pengemudi/kernet angkutan pedesaan

Hasil survei yang dilakukan terhadap pengemudi/kernet angkutan pedesaan pada rute Terminal Demak – Pantai Moro yang memuat 14 pertanyaan, dan jumla h responden yang

memberi tanggapan dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan data 25 responden pengemudi angkutan pedesaan dengan 14 pertanyaan dapat dianalisis sebagai berikut :

a) Pekerjaan

Dari hasil jawaban diketahui bahwa pengemudi angkutan pedesaan adalah merupakan pekerjaan mereka yang utama/sehari -hari berjumlah 18 responden (72 %), sebagai kerja sampingan 7 responden (28 %). Hal ini berarti mengemudikan angkutan pedesaan merupakan pekerjaan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

b) Waktu operasi

Dari hasil survei, diketahui waktu beroperasinya angkutan pedesaan sebagian besar menjawab antara pukul 05.00 WIB s/d pukul 18.00 WIB sejumlah 23 responden (92 %). Sisanya 2 responden (8 %) menjawab pukul 06.00 WIB s/d pukul 18.00 WIB.

c) Kepemilikan

(5)

menyerahkan setoran bersih sebanyak Rp.20.000,00 per hari (sebelum di tetapkan tarif angkutan yang baru, Juli 2000), sedangkan yang menjawab milik sendiri sebanyak 4 responden (16 %).

d) Dasar penetapan tarif bagi penumpang

Dari hasil survei, diketahui ongkos/tarif yang diberlakukan kepada penumpang didasarkan pada jauh dekatnya lokasi 22 responden (88 %) dan juga banyaknya barang bawaan yang melebihi kapasitas angkut 3 responden (12 %). Sebelum adanya penetapan tarif angkutan baru, tarif rute Terminal Demak –Pantai Moro adalah Rp. 800,00.

e) Tujuan penumpang

Lokasi yang ingin dituju penumpang melalui jasa angkutan pedesaan yaitu, lokasi pemukiman sebanyak 35 responden (35 %), 23 responden (23 %) menyatakan tujuannya adalah pusat perdagangan/pasar, 15 responden (15 %) menyatakan untuk ke sekolah dan sisanya 27 responden (27 %) menyatakan untuk ke pabrik/bekerja.

f) Penghasilan bersih yang diperoleh

Penghasilan bersih rata -rata yang diperoleh pengemudi/kernet angkutan pedesaan menurut hasil survei adalah 23 responden (92 %) menjawab antara Rp. 17.500,00 s/d Rp. 20.000,00 dan sisanya 2 responden (8 %) menjawab > Rp. 20.000,00.

g) Harapan pengemudi angkutan pedesaan

Harapan yang diinginkan oleh sebagian besar pengemudi angkutan pedesaan sebanyak 25 responden (100 %) adalah adanya perbaikan sarana maupun prasarana jalan yang menunjang kelancaran pengoperasian angkutan tersebut, dikarenakan jalan pada rute Terminal Demak –

Pantai Moro banyak berlubang dan harus segera mendapatkan penanganan dari instansi terkait (dalam hal ini pihak DPU Bina Marga, DLLAJ Kab. Demak dan Kepolisian).

4.2 Analisis jumlah penumpang

Data jumlah penumpang memuat 17 pertanyaan, dan jumlah responden yang memberi jawaban dapat dilihat pada tabel 2.

a) Kebiasaan menggunakan sarana angkutan pedesaan

Responden yang menyatakan naik angkutan pedesaan setiap hari sebanyak 90 r esponden (90 %), 10 responden (10 %) menyatakan tidak setiap hari menggunakan angkutan pedesaan. Hal ini dikarenakan angkutan pedesaan merupakan sarana yang sangat vital bagi transportasi setempat, sebab tidak mungkin rute tersebut akan dilalui oleh jenis angkutan besar/bis.

b) Frekuensi menggunakan angkutan pedesaan

Responden yang menyatakan menggunakan angkutan pedesaan sekali sehari sebanyak 10 responden (10 %), dan 2 kali sehari naik angkutan pedesaan sebanyak 80 responden (80 %) sedang 10 responden (10 % ) menyatakan menggunakan angkutan pedesaan lebih dari 2 kali. Dari data di atas sebagian besar responden menggunakan angkutan pedesaan sebanyak 2 kali sehari, untuk keperluan semisal pergi pulang sekolah, pasar, pabrik/bekerja.

(6)

Sebanyak 80 responden (80 %) menyatakan naik angkutan pedesaan karena tidak adanya alternatif angkutan umum yang lain, dan 20 responden (20 %) menyatakan naik angkutan pedesaan karena hal lain-lain.

d) Saran

Sebanyak 15 responden (15 %) memberikan saran agar angkutan liar/pelat hitam perlu ditertibkan, 60 responden (60 %) memberi saran agar mutu pelayanan kepada konsumen/ penumpang perlu lebih ditingkatkan, dan 25 responden (25 %) memberi saran lain -lain.

4.3 Analisis biaya operasi kendaraan (BOK)

Jumlah penumpang untuk 1 (satu) rit dari Terminal Demak -Pantai Moro dan sebaliknya pada waktu jam-jam sibuk : pagi (06.00 – 07.30), siang (11.30 – 13.00), dan sore (16.00 -17.30)

rata-rata mencapai 25 orang, dengan nilai okupansi sebesar 72%. Padahal kapasitas angkut dari mobil isuzu adalah 18 tempat duduk penumpang. Tarif angkutan pedesaan pada jalur tersebut adalah Rp. 800, - (delapan ratus rupiah). Pendapatan untuk tiap 1 (satu) rit antara Rp. 17.500,00 – Rp. 20.000,00 dan pendapatan bersih dari pengemudi/ kernet setelah

diserahkan ke pemilik (sistem setoran) Rp. 20.000, -. Setelah dilakukan analisa biaya yang digunakan untuk operasional kendaraan, yaitu :

1) biaya tetap; a. per km = Rp. 419,19

b. per hari = Rp. 53.698,56

2) biaya variabel a. per km = Rp. 541,11

b. per hari = Rp. 69.262,08

3) biaya tak langsung per angkutan per km = Rp. 27,35 4) biaya pokok a. angkutan per km = Rp. 987,65 b. penumpang per km = Rp. 39,50 5) biaya operasi per angkutan per hari (sete lah krisis moneter) = Rp. 126.415,44

Pendapatan kotor per rit = Rp. 17.500,00 dengan satu hari sebanyak 8 rit, maka pendapatan kotor per hari = Rp. 140.000,00. Pemilik angkutan mendapatkan keuntungan walaupun kecil. Hal itu disebabkan karena harga suku cadang/onderdil kendaraan mahal dan keuntungan yang diperoleh kecil maka untuk perbaikannya perlu ditetapkan penyesuaian tarif angkutan umum yang baru.

Sehingga dari hasil penelitian tersebut yang menggunakan dasar perhitungan biaya operasi kendaraan didapat bahwa pada kondisi krisis moneter, rekapitulasi biaya pokok/biaya langsung angkutan pedesaan adalah Rp. 987,65/km (pada waktu penelitian dilakukan tahun 1999) sebelum dikeluarkannya kebijaksanaan kenaikan tarif angkutan yang baru (Juli 2000).

5 KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Dari hasil perhitungan didapat jumlah armada yang diperlukan sebanyak 24 armada, sedangkan jumlah armada saat ini yang beoperasi sejumlah 51 armada dengan rincian 28 armada pelat kuning (resm i) dan 23 armada pelat hitam (tidak resmi);

(7)

3) Sedangkan angkutan pelat hitam (tidak resmi) memiliki keuntungan rata -rata sebesar Rp. 25.000,00, karena banyak hal tidak dilakukannya seperti membayar pajak, pungutan bulanan dari organda, dll

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut berperan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Kepala Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Kabupaten Demak beserta staf,

2. Pengusaha angkutan PO. Sri Bersaudara, 3. Pengusaha angkutan PO. Sih,

4. Pengusaha angkutan PO. Sinar Jaya, 5. Pengusaha angkutan PO. Mk. Putra, 6. Penguasah angkutan PO. Abdi Utama, 7. Pengusaha angkutan PO. Jaya Setia, 8. Pengusaha angkutan PO. Barokah, 9. Pengusaha angkutan PO. Rosita, 10. Pengusaha angkutan PO. Kartika Alam, 11. Pengusaha angkutan PO. Tani Jaya,

12. Bapak-ibu, teman dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan dalam tulisan ini satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Beratha, I. Nyoman, (1982), Desa, Masyarakat Desa Dan Pembangunan Desa, Penerbit Ghalia Indonesia

Jati, P. & Robby, H., (1999), Evaluasi Angkutan Perkotaan (Studi Kasus Rute Ngaliyan -Pucang Gading), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang (tidak dipublikasikan)

Morlok, E. K. & Hainim J. K., (1985), Pengantar Teknik Dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta

Palandeng, R. & Pasaribu, Bien & Wibowo, H.,, (1993), Lalu Lintas Dan Ang kutan Jalan Aneka Pandangan Dan Opini, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum, 1996, Departemen Perhubungan

____________ (1996), Penghitungan Biaya Operasi Kendaraan, Lembaga Afiliasi Penelitian Dan Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung

____________ (1992), Petunjuk Pelaksanaan Undang -Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Penerbit CV Eko Jaya, Jakarta

____________ (1992), Peraturan Pelaksanaan Undang -Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta

(8)

LAMPIRAN

Tabel 1.Survei pengemudi angkutan pedesaan

No Pertanyaan Responden

a. pukul 05.00 s/d 18.00 WIB b. pukul 06.00 s/d 18.00 WIB Kepemilikan a. Rp.17.500,00Rp. 20.000,00 b. > Rp. 20.000,00

Harapan pengemudi angkutan pedesaan a. perbaikan sarana dan prasarana jalan

18 Sumber : Hasil survei angkutan pedesaan tahun 1999

Tabel 2.Survei jumlah penumpang

No Pertanyaan Responden

a. tidak ada alternatif angkutan umum y ang lain b. hal lain-lain

Saran

(9)

9 tetap

72 %

sampingan 28 %

Gambar 1. Pekerjaan responden

Sumber : Hasil survei angkutan pedesaan tahun 1999

pukul 05.00 s/d 18.00 WIB

92 %

pukul 06.00 s/d 18.00 WIB

8 %

Gambar 2. Waktu operasi responden

Sumber : Hasil survei angkutan pedesaan tahun 1999

Gambar 4. Dasar penetapan tarif bagi penumpang Sumber : Hasil survei angkutan pedesaan tahun 1999

pengusaha/ PO 84 %

sendiri 16 %

Gambar 3. Kepemilikan angkutan

Sumber : Hasil survei angkutan pe desaan tahun 1999

pabrik / bekerja 27%

pusat perdagangan/

pasar 23%

sekolah 15 % lokasi permukiman

35 % jauh dekatnya

lokasi 88 %

(10)

Gambar 5. Tujuan penumpang

(11)

11 Rp.

17.500,-s/d Rp. 20.000,-92 %

> Rp.20.000,-8 %

Gambar 6. Penghasilan yang diperoleh responden Sumber : Hasil survei angkutan pedesaan tahun 1999

dua kali 80%

> dua kali 10 % sekali 10 %

Gambar 8. Frekuensi menggunakan angkutan pedesaan Sumber : Hasil survei angkutan pedesaan tahun 1999

setiap hari 90 %

tidak setiap hari 10 %

Gambar 7. Kebiasaan menggunakan angkutan pedesaan Sumber : Hasil survei angkutan pedesaan tahun 1999

peningkatan mutu pelayanan

60% lain-lain

25 % penertiban angkutan liar/

pelat hitam 15 %

Gambar 10. Saran pengguna angkutan pedesaan tidak ada

alternatif angkutan umum yang

lain

hal lain-lain 20 %

Gambar

Tabel 1. Survei pengemudi angkutan pedesaan
Gambar 2. Waktu operasi responden
Gambar 10. Saran pengguna angkutan pedesaanSumber : Hasil survei angkutan pedesaan tahun 1999

Referensi

Dokumen terkait

Transparansi dan Akuntabilitas dalam penyusunan anggaran, penetapan anggaran, perubahan anggaran dan perhitungan anggaran merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah

Dalam usahanya Heyjacker Company lebih menekankan pada citra merek yang dibuat untuk menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli produk.Tujuan dilakukan penelitian ini adalah

Hipotesis dalam penelitian tabel tersebut juga menyatakan bahwa kualitas sistem informasi dan kualitas informasi memiliki pengaruh terhadap kepuasan pengguna

Kebenaran dan pertimbangan yang dituturkan ibunya itu, benar pula dalam pikiran Mariamin. Tetapi terasa dalam hatinya bahwa per- kawinan itu, yang akan dilakukannya akan membawa dia

- Batu belah dan batu pecah yang dipakai dalam pasangan batu kosong harus diletakkan pada lapisan dasar dengan cara sedemikian rupa sehingga pasangan batu kosong yang

Desain penelitian ini merupakan suatu proses yang dilakukan dalam perencanaan dalam pelaksanaan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai dampak proses produksi,

a. Tangible adalah kualitas pelayanan yang berupa sasaran fisik perkantoran, komputerisasi, ruang tunggu, tempat informasi, perlengkapan dan personil. Menurut

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aglomerasi industri berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan dana perimbangan, IPM, dan klasifikasi daerah cepat