Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 53 PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3
GAGAK SIPAT BOYOLALI
Nur Hikmah
Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta
ABSTRAK
Perilaku cuci tangan pakai sabun yang merupakan suatu upaya yang mudah, sederhana, murah, dan berdampak besar bagi pencegahan penyakit-penyakit menular seperti diare dan ISPA belum menjadi kebiasaan pada anak usia sekolah padahal anak diusia tersebut rentan terhadap penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku mencuci tangan pada anak SD 3 Gagak Sipat Boyolali.
Sekolah Dasar Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali memiliki siswa sejumlah 105 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari presensi siswa di SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali, tercatat 12,7% angka kesakitan siswa dan dilakukan observasi pada siswa SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali ketika berada di sekolah, hanya delapan orang siswa yang mencuci tangan.
Mayoritas perilaku mencuci tangan Anak SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali kurang sebanyak 42 orang (56%), hal ini dikarenakan masih belum memadainya fasilitas yang disediakan di sekolahan untuk mencuci tangan dan selain itu masih kurangnya pengetahuan siswa tentang pentingnya mencuci tangan. Sehingga diharapkan tenaga pengajar dapat memberikan pendidikan atau memberikan wawasan kepada para siswa tentang pentingnya mencuci tangan selain itu institusi memberikan fasilitas untuk kegiatan mencuci tangan.
Kata Kunci : Perilaku Mencuci Tangan pada Anak
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak dasar
warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pembangunan
kesehatan ke depan diarahkan pada
peningkatan upaya promotif dan
preventif, disamping peningkatan akses
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Peningkatan kesehatan masyarakat,
meliputi upaya pencegahan penyakit
menular ataupun tidak menular (Bela,
2009).
Penyakit menular seperti diare
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 54 Akut) masih menjadi masalah kesehatan
di Indonesia. Menurut UNICEF (Badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
urusan anak), setiap 30 detik ada satu
anak yang meninggal dunia karena
Diare. Di Indonesia, setiap tahun
100.000 balita meninggal karena Diare.
Pada tahun 2008 juga terjadi KLB Diare
di 15 provinsi di Indonesia dengan
jumlah kasus sebanyak 8.443 orang dan
jumlah kematian sebesar 209 orang atau
CFR 2,48%.
Penyakit ISPA diperkirakan
diderita 10% dari populasi penduduk
Indonesia, serta sebagai penyebab
kematian pada anak-anak di Indonesia,
karena dari 4 kematian 1 diantaranya
disebabkan oleh ISPA (Fajar dan
Misnaniarti, 2011).
Riset Kesehatan Dasar
menunjukkan bahwa ISPA dan diare
ditemukan dengan persentase tertinggi
pada anak usia di bawah lima tahun
yaitu 43% dan 16%. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh World
HealthOrganization (WHO) pada tahun
2007, salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan angka
kejadian diare dan ISPA adalah perilaku
cuci tangan pakai sabun. Karena
perilaku tersebut dapat menurunkan
hampir separuh kasus diare dan sekitar
seperempat kasus ISPA. Namun saat ini
hanya sekitar 17% anak usia sekolah
yang mencuci tangan pakai sabun
dengan benar, padahal anak usia tersebut
rentan terhadap penyakit seperti diare
dan ISPA(Depkes R.I.,2009).
Hal ini mengindikasikan bahwa
perilaku cuci tangan pakai sabun yang
merupakan suatu upaya yang mudah,
sederhana, murah, dan berdampak besar
bagi pencegahan penyakit-penyakit
menular seperti diare dan ISPA belum
menjadi kebiasaan pada anak usia
sekolah padahal anak diusia tersebut
rentan terhadap penyakit (Reza, dkk.
2012)
Anak pada hakikatnya
merupakan aset terpenting dalam
tercapainya keberhasilan suatu negara,
karena merupakan generasi penerus
bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan
anak pada saat ini belum bisa dikatakan
baik karena masih banyak terdapat
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 55 sekolah. Anak usia sekolah selain
rentang terhadap masalah kesehatan juga
peka terhadap perubahan. Masalah ini
kurang begitu diperhatikan baik oleh
orang tua, sekolah atau para klinisi serta
profesional kesehatan lainnya yang saat
ini masih memprioritaskan kesehatan
anak balita. Peningkatan kualitas hidup
anak salah satunya ditentukan oleh
penanaman perilaku kesehatan anak
sejak dini. Perilaku anak sekolah sangat
bervariatif. Bila tidak dikenali dan
ditangani sejak dini. Gangguan
kesehatan ini akan mempengaruhi
prestasi belajar dan masa depan anak.
Beberapa kebiasaan anak bisa
mempengaruhi perilaku kesehatan pada
anak khususnya di sekolah. Salah satu
perilaku anak di sekolah salah satunya
yaitu mencuci tangan (Zuraida dan Yeni,
2013).
Tangan merupakan pembawa
utama kuman penyakit dan praktek
mencuci tangan dengan menggunakan
sabun dapat mencegah 1 juta kematian
anak. Perilaku mencuci tangan
menggunakan sabun yang tidak benar
masih tinggi ditemukan pada anak,
sehingga dibutuhkan peningkatan
pengetahuan dan kesadaran anak akan
pentingnya mencuci tangan dengan
menggunakan sabun dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Anak-anak merupakan kelompok yang
paling rentan terhadap penyakit sebagai
akibat perilaku yang tidak sehat. Kuman
ada dimanapun, mencuci tangan
merupakan salah satu cara untuk
menghilangkan kuman dan untuk
menghindari penularan penyakit. Di
sekolah anak tidak hanya belajar, tetapi
banyak kegiatan lain yang dapat
dilakukan oleh anak di sekolah seperti
bermain, bersentuhan ataupun bertukar
barang-barang dengan teman-teman.
Kuman yang ada di alat-alat tulis,
kalkulator, buku-buku dan benda-benda
lain akan dengan mudah berpindah dari
tangan satu anak ke anak lainnya,
sehingga jika ada anak yang mempunyai
penyakit tertentu akan mudah menular
pada anak lainnya. Jadi, mencuci tangan
harus dilatih sejak dini pada anak agar
anak memiliki kebiasaan mencuci
tangan, sehingga anak terhindar dari
penyakit (Endang dan Mega, 2013).
Biasanya anak usia sekolah
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 56 penting tanganya basah saja, padahal
cuci tangan saja atau cuci tangan tidak
menggunakan sabun masih
meninggalkan kuman atau kurang bersih
sehingga belum bisa dikatakan cuci
tangan yang baik dan benar. Sehingga di
butuhkan peran pelaku kesehatan untuk
memberikan informasi kepada
masyarakat termasuk anak usia sekolah
mengenai perilaku cuci tangan pakai
sabun agar dapat mewujudkan
masyarakat berperilaku hidup bersih
sehat (Saptiningsih, Wijaya dan
Maagdelena, 2013).
Sekolah Dasar Negeri 3 Gagak
Sipat Boyolali merupakan lembaga
pendidikan sekolah dasar dengan jumlah
siswa 105 orang. Berdasarkan data yang
diperoleh dari presensi siswa di SD
Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali, tercatat
12,7% angka kesakitan siswa.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan
dengan cara observasi pada siswa SD
Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali ketika
berada di sekolah, hanya delapan orang
siswa yang mencuci tangan. Tiga dari
delapan orang siswa, mencuci tangan
dengan air yang mengalir. Ketika
mencuci tangan di sekolah, siswa hanya
mencuci telapak tangan dan punggung
tangan, sehingga banyak bagian tangan
yang terlewatkan dari proses pencucian
tangan seperti pada sela-sela jari, kuku
dan pergelangan tangan, dan ketika
mencuci tangan di sekolah, siswa tidak
pernah menggunakan sabun.
Berdasarkan uraian diatas yang
sangat penting melakukan penelitian
perilaku mencuci tangan pada anak SD
03 Gagak Sipat, Boyolali. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui
perilaku mencuci tangan pada anak SD 3
Gagak Sipat Boyolali.
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang
digunakan adalah deskriptif yang
dilaksanakan di SD Negeri 3 Gagak
Sipat Boyolali. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas II, III,
IV, V dan VI. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
simple random sampling dengan besar
sampel sebanyak 75 siswa. Instrument
yang digunakan dalam penelitian ini
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 57 pengumpulan data dengan kuesioner
dan Analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisa
univarite yaitu untuk menggambarkan
persentase perilaku mencuci tangan
siswa SD Negeri 3 Gagak Sipat
Boyolali yang disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil penelitian yang dilakukan
di SD Negeri 3 Gagak Sipat Boyolali
dengan jumlah sampel sebanyak 75
sebagai berikut :
Tabel Distribusi Frekuensi Perilaku
Mencuci Tangan di SD Negeri 3 Gagak
Sipat Boyolali
Perilaku Mencuci Tangan
Frekuensi Presentase
Baik 33 44 %
Kurang 42 56 %
Total 75 100%
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil penelitian
diatas mayoritas perilaku mencuci
tangan di SD 03 Gagak Sipat Boyolali
kurang sebanyak 42 orang (56%).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan hal ini disebabkan banyak
faktor yang mempengaruhi perilaku
mencuci tangan di SD Negeri 3 Gagak
Sipat Boyolali diantaranya adalah belum
tersedianya fasilitas untuk melakukan
tindakan mencuci tangan. Hal ini sesuai
dengan faktor yang mempengaruhi
perilaku mencuci tangan salah satu
adalah Ketersediaan sanitasi yang baik
di sekolah seperti air, sabun yang
digunakan untuk mencuci tangan dan
ketersediaan media pendidikan
/informasi di sekolah.
Selain itu masih kurangnya
pengetahuan anak tentang pentingnya
mencuci tangan. Faktor yang
mempengaruhi perilaku mencuci tangan
salah satu adalah Pengetahuan. Sebelum
anak berperilaku mencuci tangan, maka
anak harus tahu terlebih dahulu apa arti
atau manfaat perilaku dan apa resikonya
apabila tidak mencuci tangan dengan
sabun bagi dirinya atau keluarganya.
Melalui pendidikan kesehatan
mencuci tangan anak mendapatkan
pengetahuan pentingnya mencuci tangan
sehingga diharapkan anak tahu, bisa
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 58 fasilitas mencuci tangan sehingga
tercipta perilaku mencuci tangan. baik
dapat meningkatkan kesehatan, oleh
karena itu diperlukan pengetahuan yang
baik dalam mencuci tangan.
SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden perilaku
mencuci tangan kurang sehingga masih
banyak anak-anak yang tidak mencuci
tangan dengan benar. Oleh karena itu
diharapkan tenaga pengajar dapat
memberikan pendidikan atau
memberikan wawasan kepada para
siswa tentang pentingnya mencuci
tangan selain itu institusi memberikan
fasilitas untuk kegiatan mencuci tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Bela., 2009, Upaya Pencegahan Diare, Jurnal Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2009. Menyambut Hari Mencuci Tangan Sedunia. Jakarta
Endang dan Mega, 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah 2013.
Fajar dan Misnaniarti, 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada Masyarakat di Desa
Senuro Timur. Jurnal
Pembangunan Manusia Vol. 5. No 1 Tahun 2011.
Reza, dkk. 2012. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Oleh Peer Group dan Tenaga Kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Cuci Tangan Bersih pada Siswa SD N 01 dan 02 Bonasari Sempor Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Vol. 8 no 1 Februari 2012.
Saptiningsih, Wijaya dan Maagdelena. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Mencuci Tangan pada Anak Sekolah Dasar Negeri 03 Kertajaya Padalarang. E-Journal Universitas Muhammadiyah Surakarta.