• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGARUH GAYA HIDUP KONSUMEN DAN S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI PENGARUH GAYA HIDUP KONSUMEN DAN S"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGARUH GAYA HIDUP KONSUMEN DAN STRATEGI PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI

PAPA RON’S PIZZA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang pertumbuhan ekonominya

meningkat sejak krisis yang melanda Amerika tahun 2008 lalu. Data ini terlihat

dari data pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang berkisar di angka 6,3 % dan

pada tahun 2013 ini para ahli memperkirakan akan naik sebesar 0,3 % menjadi

6,6% (wartaekonomi.co.id, 5 Maret 2013). Grafik peningkatan pertumbuhan

ekonomi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Grafik 1.1

(2)

Salah satu imbas dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi adalah

meningkatnya jumlah golongan/kelas menengah di Indonesia. Bank Dunia

menilai pertumbuhan kelas menengah di Indonesia sangat cepat. Setiap tahun

kelas menengah tumbuh 7 juta. "Dibanding negara sepadannya, pertumbuhan

kelas menengah di Indonesia tergolong sangat cepat" ujar Kepala Perwakilan

Bank Dunia di Indonesia, Stefen Koeberle. Menurut studi Bank Dunia, kalangan

kelas menangah ini terbagi empat kelas. Pertama kelas menengah dengan

pendapatan US$2-US$4 atau Rp1-1,5juta per bulan (38,5 persen). Kedua, kelas

menengah dengan pendapatan US$4-6 atau Rp1,5 -2,6 juta perkapita perbulan

(11,7 persen). Ketiga kelas menengah dengan pendapatan US$6-US$10 atau

Rp2,6-5,2 juta perbulan (5 persen) serta golongan menengah berpendapatan

US$10-US$20 atau Rp5,2-6 juta perbulan (1,3 persen). Sementara Chief

Economist Bank Danamon Anton Gunawan mengatakan kelas menengah

Indonesia saat ini memang mendorong naiknya konsumsi

(http://fokus.news.viva.co.id, 14 Maret 2013).

Meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia tentu sebuah angin

segar bagi para pelaku industri yang mengandalkan kelas menengah sebagai

pangsa pasarnya, termasuk restoran-restoran cepat saji (fast food) dengan produk

makanan khas luar negeri, seperti pizza, spagheti, hamburger, dan lain-lain.

Produk olahan makanan ini jelas mengandalkan kelas menengah ke atas sebagai

pasngsa pasarnya, karena jenis makanan ini bukan makanan pokok kita. Selain itu,

(3)

Dengan berkembangnya dunia telekomunikasi, khususnya internet, maka

tatanan sosial pun tak terkecuali terkena imbasnya. Lingkungan yang ikut

mempengaruhi perilaku konsumen pada saat ini bukan hanya lingkungan sekitar,

namun juga lingkungan global. Pengaruh lingkungan ini berimbas pada gaya

hidup (lifestyle) masyarakat kita sehingga perlahan-lahan masyarakat kita

mengadopsi gaya hidup luar negeri.

Saat ini, kebutuhan makan di kota-kota besar bukan hanya untuk

memenuhi kebutuhan fisik (lapar dan haus) saja, namun juga untuk memenuhi

kebutuhan sosial dan budaya. Makan di restoran dengan suasana cozy, bukan lagi

sekedar menikmati menu tertentu. Saat ini makanan dikemas pula dalam sebuah

suasana restoran. Sehingga menu biasa menjadi luar biasa karena merk ataupun

suasana restoran yang tak biasa. Maka dari itu, makan pun pada zaman sekarang

menjadi sebuah lifestyle kehidupan manusia modern. Pemenuhan kebutuhan dasar

menjadi lux saat kegiatan makan dilakukan di tempat yang menjual nama dan

suasana.

Beli gengsi menandakan status sosial seseorang sedang meningkat, dari

kelas bawah ke kelas menengah, dari kelas menengah ke kelas atas. Harga diri

seseorang berubah citranya menjadi lebih baik atau buruk dinilai dari tempat

makannya oleh masyarakat kapitalis. Pengenalan status sosial dari tempat makan

ini menyebabkan orang lebih memilih tempat makan yang ngetrend di kalangan

tertentu.

Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern

(4)

antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu lama dan

dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan

bergengsi dan makanan gaul (Irianto, 2007). Jenis restoran fast food ini semakin

banyak muncul, terutama di kota-kota besar, terutama di ibukota Jakarta.

DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan negara Indonesia dan pusat

kegiatan bisnis. Daya tarik Kota Jakarta sebagai pusat bisnis memberi dampak

pada peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik

DKI Jakarta menunjukkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2012 di

ibukota mencapai 1,40 persen per tahun. Persentase ini jauh lebih tinggi

dibandingkan laju pertumbuhan dari 1990-2000 sebesar 0,17 persen per tahun.

Jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2012 telah mencapai 10.187.595 jiwa (BPS

Provinsi DKI Jakarta, 2012).

Kepadatan rata-rata penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010 sebesar

14.440 jiwa per kilo meter persegi dan membuat DKI Jakarta sebagai provinsi

terpadat di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa, bila dikalkulasi dari total jumlah

penduduk yang baru maka penduduk DKI Jakarta bisa bertambah sebanyak

134.234 jiwa per tahun (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2012).

Peningkatan jumlah penduduk tersebut memberikan peluang menjanjikan

pada sejumlah bidang usaha. Peluang usaha tersebut terkait dengan kondisi

perekonomian nasional, terutama yang menyangkut daya beli masyarakat dan

perubahan gaya hidup yang terjadi. Perubahan gaya hidup dapat terlihat dari

perubahan pola konsumsi masyarakat DKI Jakarta yang semakin praktis dan

(5)

pemenuhan kebutuhan makan di luar rumah yang semakin meningkat. Peluang

pemenuhan kebutuhan makanan di luar rumah dimanfaatkan oleh beberapa pihak

untuk mendirikan usaha penyedia makanan salah satunya adalah restoran.

DKI Jakarta merupakan pusat pertumbuhan bisnis restoran terbesar, yang

memiliki kontribusi 26,1 persen dari jumlah restoran di Indonesia. Selama tahun

2010, sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan sebesar 8,7

persen serta memberikan sumbangan terbesar terhadap total pertumbuhan PDB

yaitu sebesar 1,5 persen (BPS 2011). Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta menunjukkan terjadi peningkatan jumlah restoran pada

tahun 2006-2012 (Tabel 1.1). Pertumbuhan bisnis restoran yang cepat di DKI

Jakarta menimbulkan persaingan antar restoran untuk mendapatkan dan

memenuhi kebutuhan konsumen.

Tabel 1.1

Pertumbuhan Rata-Rata Usaha Industri Pariwisata Bidang Penyedia Makanan dan Minuman di DKI Jakarta Tahun 2006-2012

No.

Jenis

Usaha

Tahun Pertumbuhan

Rata-Rata 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Restoran 1849 1779 2014 2215 2481 2742 3523 8,39

Jumlah 2353 2305 2626 2864 3188 3525 4364 21225 (Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, 2012)

Fenomena yang menarik untuk ditelaah adalah perkembangan restoran

dengan produk olahan makanan khas luar negeri. Hal ini karena selain harus

(6)

dengan menu khas Indonesia yang makin menjamur. Maka dari itu, restoran jenis

ini harus pintar mencari strategi promosi untuk menarik pelanggan.

Kegiatan promosi bisnis merupakan bagian dari strategi pemasaran yang sangat dibutuhkan sebuah usaha, baik usaha kecil maupun usaha yang sudah berkembang besar. Sebelum mengetahui metode ataupun strategi promosi yang

sering digunakan para pelaku bisnis, yang dimaksud dengan promosi adalah

kegiatan pendukung strategi pemasaran yang sengaja diadakan untuk

mengingatkan para konsumen mengenai produk atau jasa dengan brand tertentu (Tjiptono, 2009: 7).

Strategi promosi sering digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan permintaan atau penjualan barang dan jasa yang ditawarkan,

sehingga dapat meningkatkan laba yang diperoleh. Selain itu kegiatan promosi

juga memberikan kemudahan dalam merencanakan strategi pemasaran

selanjutnya, karena biasanya kegiatan promosi dijadikan sebagai cara

berkomunikasi langsung dengan calon konsumen. Sehingga kita dapat

memperoleh informasi akurat dari para konsumen, mengenai respon produk yang

kita tawarkan.

Keadaan di lapangan yang menarik untuk diteliti adalah bagaimana

strategi promosi penjualan yang dijalankan restoran fast food khas luar negeri agar

menarik pelanggan sebanyk-banyaknya. Strategi promosi tersebut juga harus

tanggap terhadap gaya hidup para konsumennya. Maka dari itu, penulis tertarik

untuk meneliti pengaruh variabel gaya hidup konsumen dan strategi promosi

(7)

dengan tema penelitian, maka penulis membatasi lokasi penelitian di PT

Eatertaniment Indonesia Tbk. yang memegang lisensi hak usaha Papa Ron’s

Pizza.

1.2 Perumusan Masalah

Secara umum rumusan masalah penelitian ini adalah, apakah struktur

hubungan antara variabel gaya hidup konsumen dan strategi promosi penjualan

yang mempengaruhi variabel keputusan pembelian di restoran Papa Ron’s Pizza

didukung oleh fakta empirik?. Secara spesifik rumusan masalah tersebut dapat

dirinci sebagai berikut:

(1) Bagaimana deskripsi variabel gaya hidup konsumen, strategi promosi

penjualan, dan keputusan pembelian di Papa Ron’s Pizza?

(2) Apakah variabel gaya hidup konsumen, strategi promosi penjualan

sebagai variabel independen berpengaruh terhadap keputusan

pembelian di Papa Ron’s Pizza sebagai variabel dependen?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang pertama adalah untuk mengetahui gambaran atau

deskripsi konsumen yang menjadi pelanggan restoran Papa Ron’s Pizza ditinjau

dari segi gaya hidup dan tanggapannya terhadap strategi promosi penjualan

restoran. Kedua, penelitian ini ingin menganalisis besaran pengaruh variabel gaya

hidup konsumen dan strategi promosi penjualan terhadap variabel keputusan

pembelian suatu produk makanan.

(8)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah

terhadap pengembangan teori-teori dalam ilmu manajemen pemasaran, khususnya

dalam manajemen pemasaran pada bisnis restoran cepat saji (fast food).

b. Manfaat Praktis

(1) Bagi para manajer restoran, hasil kajian ini bisa menambah wawasan

tentang praktek strategi promosi penjualan dengan mengakomodir

gaya hidup konsumen dengan tanpa mengurangi kualitas pelayanan

terhadap pelanggan.

(2) Bagi para pengambil kebijakan dalam bidang industri pariwisata di

DKI Jakarta, hasil kajian ini bisa dijadikan acuan pertimbangan bagi

perumusan kebijkan mengenai bisnis restoran cepat saji yang memang

berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

(3) Bagi khalayak umum, hasil kajian ini bisa memberikan wawasan

mengenai strategi yang dilakukan restoran cepat saji yang olahan

makanannya khas luar negeri dalam bersaing di dunia industri restoran

melalui strategi promosi penjualan yang memperhatikan gaya hidup

konsumennya.

1.5 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang permasalahan penelitian, rumusan

masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara

(9)

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan

dalam penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu: metode penelitian kuantitatif, teknik

pengumpulan dan analisis data (TPAD).

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini akan membahas hasil dari proses analisa dan

pemberian interpretasi data.

Bab V Kesimpulan dan Saran

BAB II

LANDASAN TEORI

Manajemen pemasaran sebagai ujung tombak sebuah institusi bisnis tidak

(10)

ingin meraih keuntungan yang maksimal, maka mau tak mau ia harus mengerti

betul apa yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggan. Hal ini ditegaskan oleh

Philip Kotler (2012: 6), yng menulis bahwa pemasaran adalah fungsi bisnis yang

mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan

mengukur seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling

baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program

yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Jadi, pemasaran berperan sebagai

penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan pola jawaban

industri yang bersangkutan.

2.1 Tinjauan Tentang Keputusan Pembelian Konsumen

Konsep keputusan konsumen dalam membeli produk makanan dalam

penelitian ini diadaptasi dari teori keputusan pembelian oleh Kotler & Keller

(2012: 193). Terdapat enam tahap keputusan pembelian dilakukan oleh konsumen

(Pelanggan) yaitu:

1. Pemilihan Produk

Konsumen mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau

menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini perusahaan

harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat

membeli produknya.

2. Pemilihan Merek

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan

dibeli. Setiap merek mempunyai perbedaan tersendiri. Dalam hal ini

(11)

3. Pemilihan Saluran Pembelian

Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan

dikunjungi. Setipa konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur

biasanya dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah,

persediaan barang yang lengkap, kenyamanan belanja, keluasan tempat dan

sebagainya.

4. Jumlah Pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan seberapa banyak produk yang akan

dibelinya. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya

produk sesuai dengan kebutuhan konsumen.

5. Waktu Pembelian

Keputusan konsumen dalam waktu pembelian bisa berbeda-beda, misalnya:

ada yang membeli setiap hari, seminggu sekali, dua minggu sekali, bahkan

satu bulan sekali tergantung kebutuhannya.

Dalam tahapannya evaluasi keputusan konsumen membentuk evaluasi

suatu produk, yang akan menimbulkan niat pembelian yang kemudian dua faktor

mempengaruhi sebelum akhirnya memutuskan dan melakukan keputusan

pembelian. Faktor yang pertama adalah Attitudes of Others atau sikap orang lain.

Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang akan disukai orang lain

akan bergantung pada dua hal yaitu : (1) intensitas sikap negatif orang lain

terhadap alternatif yang disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk

(12)

semakin dekat orang lain dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah

niat pembeliannya.

Terkait dengan Attitudes of Others atau sikap orang lain adalah peran yang

dimainkan oleh mediasi yang mepublikasikan evaluasi mereka. faktor kedua yang

dapat mempengaruhi keputusan pembelian adalah Unanticipated situational

factors atau faktor situasi situasi yang tidak teranrisipasi yang dapat muncul dan

mengubah niat pembeli.

Keputusan pembelian yang dilakukan konsumen sangat bervariasi, ada

yang sederhana dan komplek. Kotler & Keller (2012:184) mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian dapat dibagi menjadi lima tahapan

sebagai berikut:

1. Pengenalan Kebutuhan (Problem Recognition)

Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah atau kebutuhan.

Kebutuhan dapat timbul ketika pembeli merasakan adanya rangsangan

eksternal atau internal yang mendorong dirinya untuk mengenali kebutuhan.

Rangsangan internal timbul dari dalam diri manusia itu sendiri, sedangkan

dorongan eksternal berasal dari luar diri manusia atau lingkungan.

Kebutuhan mempunyai tingkat intensitas tertentu. Makin besar tingkat

intensitasnya, maka akan semakin kuat dorongan yang timbul untuk

menguranginya dengan jalan mencari obyek baru yang dapat memuaskan

kebutuhannya.

(13)

Konsumen yang merasakan rangsangan akan kebutuhannya kemudian akan

terdorong untuk mencari dan mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya.

Rangsangan tersebut dibagi dalam dua level. Level pertama adalah

penguatan perhatian dimana pada level ini orang hanya sekedar lebih peka

terhadap informasi produk. Level selanjutnya adalah pencarian informasi

secara aktif dimana pada level ini orang mulai mencari bahan bacaan,

menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk

tertentu. Sumber informasi konsumen dapat digolongkan menjadi empat

kelompok, yaitu sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik, dan

sumber eksperimental. Melalui pengumpulan informasi yang didapat dari

berbagai sumber tersebut, konsumen kemudian dapat mempelajari

merekmerek yang bersaing beserta fitur merek tersebut.

3. Evaluasi Alternatif (Evaluation Of Alternatif)

Setelah menerima banyak informasi, konsumen akan mempelajari dan

mengolah informasi tersebut untuk sampai pada pilihan terakhir. Terdapat

banyak proses evaluasi atau penilaian konsumen terhadap produk. Namun

model yang terbaru adalah orientasi kognitif yang memandang konsumen

sebagai pembuat pertimbangan mengenai produk terutama berlandaskan

pada pertimbangan yang standar dan rasional. Untuk mengetahui proses

evaluasi yang dilakukan oleh konsumen perlu dipahami beberapa konsep

dasar yaitu :

(14)

 Bobot pentingnya ciri bagi konsumen. Pemasar harus memahami bahwa

tidak setiap konsumen mementingkan suatu atribut produk.

 Kepercayaan terhadap merek. Konsumen cenderung memperoleh

keyakinan bahwa setiap merek mempunyai kelebihan dalam atribut

tertentu berdasarkan pengalaman atau informasi yang diperoleh.

4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)

Jika keputusannya adalah membeli, maka konsumen harus mengambil

keputusan menyangkut merek, harga, penjual, kuantitas, waktu pembelian

dan cara pembayaran. Keputusan tersebut tidak terpaku harus dilakukan

melalui proses urutan seperti diatas, dan tidak semua produk memerlukan

proses keputusan tersebut. Misalnya barang keperluan sehari-hari seperti

makanan tidak perlu perencanaan dan pertimbangan membeli

5. Perilaku Pasca Pembelian (Postpurchase Behavior)

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami kepuasan atau

ketidakpuasan, hal ini akan mempengaruhi tindakan setelah pembelian.

Apabila konsumen memperoleh kepuasan maka sikap konsumen terhadap

produk tersebut menjadi lebih kuat atau sebaliknya. Para pemasar dapat

melakukan sesuatu dari konsumen yang merasa puas misalnya dengan

memasang iklan yang menggambarkan perasaan puas seseorang yang telah

memilih salah satu merek atau lokasi belanja tertentu.bagi konsumen yang

tidak puas, pemasar dapat memperkecil ketidakpuasan tersebut dengan cara

(15)

pelayanan tambahan terhadap konsumen dan sebagainya. Kotler & Keller

(2012:188).

Dari uraian di atas, maka keputusan pembelian dapat didefinisikan sebagai

hasil pemilihan konsumen terhadap dua atau lebih alternatif pilihan produk suatu

perusahaan.

2.2 Tinjauan Tentang Gaya Hidup (Lifestyle) Konsumen

Menurut Philip Kotler (2007: 178) para konsumen membuat keputusan

mereka tidak dalam sebuah tempat yang terisolasi dari lingkungan sekitar.

Perilaku membeli mereka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan,

sosial, pribadi, dan psikologis. Dan dari faktor pribadi ada faktor gaya hidup

konsumen yang ikut mempengaruhi keputusannya dalam membeli suatu produk.

Selanjutnya Kotler (2007: 192) mengemukakan bahwa :

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia.

Assael (Caroline Felicia Christine Lawalata 2010 : 16) mengungkapkan

bahwa gaya hidup adalah :

A mode of living that is identified by how people spend their time(activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions). Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).

Sedangkan menurut Susanto (Yulia Widiastuti, 2009 : 1) gaya hidup

(16)

khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.

Mowen & Minor (2002: 282) mengemukakan bahwa gaya hidup (lifestyle)

didefinisikan secara sederhana sebagai bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup

menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan

uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka.

Dari uraian di atas maka yang dimaksud gaya hidup adalah pola seseorang

yang ditunjukkan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan

uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktunya. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi gaya hidup seseorang menurut Amstrong (Nugraheni, 2003 dalam

Mutia Rahayu, 2011: 11) ada 2, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu

(internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal). Faktor internal

meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan

persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas

sosial, dan kebudayaan.

Sedangkan dalam perspektif ekonomi, gaya hidup adalah bagaimana

seseorang mengalokasikan pendapatannya dan memilih produk atau jasa dan

berbagai pilihan lainnya ketika memilih alternatif dalam satu kategori jenis

produk yang ada (Tatik Suryani, 2008 : 73). Gaya hidup adalah suatu unsur yang

luas dan menyeluruh, namun menurut Josep Plumer (Tatik Suryani, 2008 : 74)

segmentasi gaya hidup mengukur aktivitas-aktivitas manusia dalam:

a) Bagaimana mereka menghabiskan waktunya.

b) Minat mereka, apa yang dianggap penting di sekitarnya.

(17)

d) Karakter-karakter seperti daur kehidupan, penghasilan, pendidikan, tempat

tinggal.

Selain itu, dalam penentuan gaya hidup menurut Susan Fournier, David

Antes, dan Glenn Beaumier (dalam John C. Mowen dan Michael Minor, 2002):

295) terdapat sembilan gaya hidup konsumsi :

1) Funcionalists. Menghabiskan uang untuk hal-hal yang penting. Pendidikan

rata-rata, pendapatan rata-rata, kebanyakan pekerja kasar (buruh). Berusia

kurang dari 55 tahun dan telah menikah serta memiliki anak;

2) Nurturers. Muda dan berpendapatan rendah. Mereka berfokus pada

membesarkan anak, baru membangun rumahtangga dan nilai-nilai

keluarga. Pendidikan diatas rata-rata;

3) Aspirers. Berfokus pada menikmati gaya hidup tinggi dengan

membelanjakan sejumlah uang di atas rata-rata untuk barang-barang

berstatus, khususnya tempat tinggal. Memiliki karakteristik “Yuppie”

klasik. Pendidikan tinggi, pekerja kantor, menikah tanpa anak;

4) Experientials. Membelanjakan jumlah di atas rata-rata terhadap

barang-barang hiburan, hobi, dan kesenangan (convenience). Pendidikan rata-rata,

tetapi pendapatannya diatas rata-rata karena mereka adalah pekerja kantor;

5) Succeeders. Rumah tangga yang mapan. Berusia setengah baya dan

berpendidikan tinggi. Pendapatan tertinggi dari kesembilan kelompok.

Menghabiskan banyak waktu pada pendidikan dan kemajuan diri.

Menghabiskan uang di atas rata-rata untuk hal-hal yang berhubungan

(18)

6) Moral majority. Pengeluaran yang besar untuk organisasi pendidikan,

masalah politik dan gereja. Berada pada tahap empty-nest. Pendapatan

tertinggi kedua. Pencari nafkah tunggal;

7) The golden years. Kebanyakan adalah para pensiunan, tetapi

pendapatannya tertinggi ketiga. Melakukan pembelian tempat tinggal

kedua. Melakukan pengeluaran yang besar pada produk-produk padat

modal dan hiburan;

8) Sustainers. Kelompok orang dewasa dan tertua. Sudah pensiun. Tingkat

pendapatan terbesar dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari dan alkohol.

Pendidikan rendah, pendapatan terendah kedua;

9) Subsisters. Tingkat sosial ekonomi rendah. Persentase kehidupan pada

kesejahteraan di atas rata-rata. Kebanyakan merupakan keluarga-keluarga

dengan pencari nafkah dan orang tua tunggal jumlahnya di atas rata-rata

kelompok minoritas.

Gaya hidup juga identik dengan kelas sosial dalam masyarakat. Kelas

sosial adalah suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai

kedudukan yang seimbang dalam masyarakat (Anwar Prabu Mangkunegara,

2002: 42). Dalam hubungannya dengan perilaku konsumsi, maka gaya hidup

dapat dikategorikan sebagai berikut :

1) Kelas sosial atas memiliki kecenderungan membeli barang-barang yang

mahal, membeli pada toko yang berkualitas dan lengkap (toko serba ada,

supermarket), konservatif dalam konsumsinya, barang-barang yang dibeli

(19)

2) Kelas sosial menengah cenderung membeli barang untuk menampakkan

kekayaannya, membeli barang dengan jumlah yang banyak dengan

kualitas memadai. Berkeinginan membeli barang yang mahal dengan

sistem kredit, misalnya membeli kendaraan, rumah mewah, apartemen;

3) Kelas sosial rendah cenderung membeli barang dengan mementingkan

kuantitas daripada kualitas. Pada umumnya mereka membeli barang untuk

kebutuhan sehari-hari, memanfaatkan penjualan barang-barang yang

diobral atau penjualan dengan harga promosi.

Dari berbagai kelas sosial tersebut, muncul beberapa kemungkinkan

adanya gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif menurut Jhon A Walker (R.

Dendi D, 2009) mempunyai beberapa sifat, yaitu :

 Gaya hidup sebagai sebuah pola, yaitu sesuatu yang dilakukan atau tampil

secara berulang-ulang;

 Mempunyai massa atau pengikut sehingga tidak ada gaya hidup yang

bersifat personal;

 Mempunyai daur hidup (life-cycle), artinya ada masa kelahiran, tumbuh,

puncak, surut, dan mati.

Gaya hidup seorang pengusaha dan pejabat akan berbeda dengan gaya

hidup seorang musisi ataupun mahasiswa. Gaya hidup mahasiswa dapat

ditunjukkan melalui bagaimana mereka belajar, bagaimana mereka bermain,

bagaimana mereka bergaul di kalangan masyarakat, kampus atau dimana mereka

memenuhi kebutuhan hidup lainnya.

(20)

Suatu restoran untuk mencapai berbagai tujuan komunikasi dengan setiap

konsumen memerlukan salah satu elemen dari bauran pemasaran yaitu promosi.

Promosi juga berperan untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan

dengan pasar yang dituju melalui penyampaian informasi mendidik, membujuk,

atau mengingatkan konsumen akan manfaat suatu produk.

Berikut ini adalah pengertiaan promosi dari berbagai ahli : A No

Promotion is the element in a organization marketing

mix that serve to inform, persuade and remind the market of the organization and or its product. dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasa.

Berdasarkan definisi menurut para ahli dapat diketahui bahwa promosi

adalah aktivitas pemasaran suatu perusahaan yang mempunyai tujuan untuk

meyakinkan dan menarik pelanggan tentang produk perusahaan. Tujuan utama

dari promosi adalah menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pelanggan

tentang sasaran perusahaan dan bauran pemasarannya. Tujuan yang lebih spesifik

(21)

Promotional purposes, namely to increase sales volume of sales, increasing the purchase of try, to improve the re-purchase, increase loyalty, expand functionaly, create intrest, create awarness, distract attention from the price, get the support from brokers, making descrimination of the user.

Menurut Kotler dan Keller (2012:25), promosi terdiri dari 5 macam, yakni:

Iklan, Promosi Penjualan, Hubungan Masyarakat, Penjualan Personal serta Direct

Marketing & Online Marketing

Promosi penjualan merupakan intensif jangka pendek untuk mendorong

pembelian atau penjualan produk atau jasa (Kotler dan Amstrong, 2012:204).

Promosi penjualan minimal memiliki tiga manfaat yang berbeda, yaitu :

a) Komunikasi yaitu promosi penjualan menarik perhatian dan biasanya

memberikan informasi yang dapat mengarahkan konsumen kepada

produk.

b) Intensif yaitu promosi penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan,

dorongan, atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen.

c) Ajakan yaitu promosi penjualan meruapakan ajakan untuk melakukan

transaksi pembelian sekarang.

Menurut Tjiptono, Candra, Andriana (2008:519), langkah-langkah dalam

promosi penjualan dikenal dengan 6M, yaitu :

1. Menentukan tujuan, terdiri dari tujuan khusus dan tujuan umum. Tujuan

umum bersumber pada tujuan komunikasi pemasaran, untuk mempercepat

respon pasar yang ditargetkan. Sedangkan tujuan khusus terdiri dari tujuan

(22)

2. Menyeleksi alat-alat, maksudnya memilih alat promosi penjualan dengan

memperhitungkan jenis pasar, tujuan promosi, keadaan pesaing, dan

strategi biaya untuk setiap produk.

3. Menyusun program promosi.

4. Melakukan pengujian pendahuluan atas program, dapat dilakukan dengan

menyusun berbagai peringkat promosi atau dilakukan di daerah tertentu

yang luasnya terbatas.

5. Melaksanakan dan mengendalikan program, dimana harus memperhatikan

waktu persiapan, yaitu mulai sejak program sampai saat program

diluncurkan, dan waktu penjualan, yaitu mulai saat barang dikeluarkan

sampai pada barang tersebut di tangan konsumen.

6. Mengevaluasi hasil, evaluasi hasil promosi sangat penting untuk

mengetahui sejauh mana strategi promosi dan sejauh mana tujuan telah

tercapai. Sales promotion pada industri makanan merupakan insentif

dalam jangka waktu pendek untuk merespon pasar agar membeli produk

makanan tersebut.

2.4 Kerangka Pemikiran

Konsumsi merupakan suatu kegiatan yang tidak akan pernah lepas dari

manusia selaku makhluk hidup yang senantiasa tumbuh dan berkembang.

Manusia sebagai konsumen selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari-hari dengan cara mengkonsumsi berbagai barang dan jasa. Baik itu

sandang, pangan, pendidikan, bahkan life style. Sebagai makhluk sosial yang

(23)

ditunjukkan oleh seseorang lebih mengacu pada keinginannya untuk menonjolkan

gaya hidup atau sekedar untuk diterima oleh lingkungan, tanpa mementingkan

aspek-aspek manfaat yang diperolah dari apa yang dikonsumsinya tersebut.

Untuk mendapatkan keputusan pembelian maka suatu institusi bisnis

membuat strategi pemasaran dengan cara segmentasi pasar melauli lifestyle atau

analisis gaya hidup (Kotler & Keller 2012: 157). Kasali (2005:225) menyatakan bahwa “Gaya hidup akan mempengaruhi keinginan seseorang untuk berpilaku dan

akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.” Silvya (2009:3)

mengungkapkan bahwa “Gaya hidup yang merupakan bagian dari perilaku

konsumen dalam melakukan pembelian”. Danziger dalam Bernard (2009:43-44)

mengutarakan bahwa “Konsumen termotivasi dalam berbelanja karena unsur dan

dorongan kebutuhan yang muncul karena lifestyle”. Menurut Kotler & Keller

(2012:172)”Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.

Faktor pribadi meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup pembeli , pekerja dan

keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep serta gaya hidup dan nilai”.

Setelah ditemukan strategi pemasaran melalui analisis lifestyle, maka

langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat rancangan program

promosi penjualan yang down to earth, dalam artian menyentuh langsung

kebituhan dan keinginan pelanggan. Strategi promosi penjualan tersebut harus

dibuat berdasarkan pangsa pasar yang loyal terhadap produk yang dihasilkan.

Pada akhirnya, keputusan konsumen untuk membeli suatu produk

dipengaruhi oleh gaya hidup (lifestyle) yang mendasarkan pada citra merek,

(24)

Ryx1x

promosi agar terjadi peningkatan loyalitas pelanggan. Maka dari itu disusunlah

kerangka pemikiran penelitian ini seperti gambar di 2.1 di bawah.

Gambar 2.1

Pengaruh Antar Variabel 2.5 Hipotesis Penelitian

Dari asumsi penelitian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah

“Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya hidup konsumen dan

strategi promosi penjualan terhadap keputusan pembelian pada restoran Papa

Ron’s Pizza”. Hipotesis tersebut kemudian diturunkan menjadi hipotesis kerja atau

subsub hipotesis berikut:

1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya hidup

konsumen (X1) terhadap keputusan pembelian (Y).

2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara strategi promosi

penjualan (X2) terhadap keputusan pembelian (Y).

3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya hidup

konsumen (X1) dan strategi promosi penjualan (X2) secara bersama-sama

(25)
(26)

Gambar

Grafik 1.1Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2008-2012
Tabel 1.1Pertumbuhan Rata-Rata Usaha Industri Pariwisata Bidang Penyedia
Tabel 3.1Pendapat Para Ahli Mengenai Strategi Promosi
Gambar 2.1Pengaruh Antar Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Di Provinsi Sumatera Selatan jenis insektisida yang sudah cukup lama digunakan dalam kegiatan pengendalian vektor DBD adalah malation dan temefos.. Pengendalian secara kimiawi masih

Penyusun Program, Anggaran, dan Laporan Pengolah Data Barang Milik Negara Penata Dokumen Keuangan.

Dilarang memperbanyak dokumen ini, tanpa ijin Pusat Pengendali Dokumen Direktorat Jenderal Bina Marga Dalam melakukan penyusunan proposal rencana pembangunan sebagaimana

Tidak konsistennya temuan penelitian disebabkan adanya variabel kondisional yang menginteraksi pengaruh antar variabel penelitian (Amalia, 2007; dalam Eviatiwi, 2010), maka

Pengaruh Variabel Keuangan Terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan

Pemerintah Jepang pada saat itu memberi peringatan agar orangtua mengawasi anak- anaknya supaya tidak minum air keran karena sudah terkena radiasi dalam jumlah

Tabel 4.15 Pendapat Responden terhadap complaint handling pada indikator saya puas dengan pelayanan pegawai Innisfree dalam menerima keluhanan saya

Mengarahkan alokasi anggaran belanja daerah pada pembangunan infrastruktur pedesaan yang mendukung pembangunan sektor pertanian, dan pencegahan terhadap bencana alam,