BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Jensen dan Meckling (1976) “mendefinisikan teori agensi merupakan
hubungan keagenan suatu kontrak antara pemilik (principal) dengan manajer (agent).
Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan baik, maka principal akan
mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada agent”.
Tujuan dari teori agensi adalah pertama, untuk meningkatkan kemampuan individu
(baik prinsipal maupun agen) dalam mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus
diambil (The belief revision role).Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang
telah diambil guna mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai
dengan kontrak kerja (Theperformance evaluation role).
Hubungan inilah disebut dengan teori keagenan.Pemisahan dalam teori keagenan ini
menandakan principal tidak lagi terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah
dialihkan kepada agent.Pihak principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan
memonitor kinerja perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent.Namun, adanya
pemisahan antara principal dan agent cenderung menimbulkan konflik keagenan yang
didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan.Principaldanagent sama–sama berusaha
memaksimumkan kesejahteraannya masing-masing. Kontrak yang efisien merupakan
kontrak yang memenuhi dua asumsi sebagai berikut :
1. Agent dan principal memiliki informasi yang simetris artinya, baik agent maupun
principal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri.
Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua yaitu”positive agency
research dan principal agent research.Positive agent research memfokuskan pada
identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan
mekanisme pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving
agen”.Principal agent research mengungkapkan bahwa hubungan agent-principal dapat
diaplikasikan secara lebih luas, misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan
pemberi kerja, lawyer dengan kliennya, auditor dengan auditee.
Menurut Scott (2000) ada dua jenis asymmetric information yaitu “adverse selection
dan moral hazard”. Adverse selection adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric
information) dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksi-transaksi
potensial yang dapat mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan
dengan pihak lain, sedangkan moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak diluar
perusahaan (investor) mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer, tetapi
investor tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian
tersebut. Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan
antara prinsipal dan agen.Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer
(agent) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal.Auditor adalah pihak
yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (shareholders) dengan
pihak manajer dalam mengelola keuangan perusahaan.
2.1.2Teori Sinyal(Signaling Theory).
Teori sinyal (signaling theory)adalah teori yang menjelaskantentang bagaimana
seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.
Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri
informasi.Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan bahwa “perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara
untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar
termasuk investor”.
Auditing dapat mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan
stakeholdersperusahaan, karena memungkinkan pihak diluar perusahaan untuk
memverifikasi validitas laporan keuangan dengan memberikan opini audit.
2.2 Auditing
American Accounting Association Committee dalam Basic Audit Concepts (1991 : 2)
telah mendefinisikan audit sebagai “suatu proses sistematis yang secara objektif memproleh
dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan penyertaan mengenai tindakan atau kejadian
ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antar pernyataan tersebut dan kriteria yang telah
ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
Menurut definisi diatas maka terdapat unsur-unsur penting mendasari istilah auditing
yaitu :
1. Proses Sistematik.
Auditing merupakan suatu proses sistematik yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis terstruktur dan jelas tujuannya bagi pengambilan keputusan dan audit bukan merupakan proses yang tidak terancang dan asal jadi.
2. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti secara objektif.
Auditing berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti tentang informasi yang akan mempengaruhi proses keputusan auditor. Bukti diartikan sebagai semua informasi yang digunakan auditor dalam menentukan kesesuain informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang telah ditetapkan. Bukti audit dapat diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti pernyataan lisan dari pihak yang diaudit (client), komunikasi tertulis dengan pihak ketiga dan hasil pengamatan auditor.
3. Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi.
dilakukan adalah menegaskan entitas atau satuan usaha yang dimaksud dalam periode waktunya.
4. Tingkat kesesuain antara pernyataan kriteria yang telah ditetapkan.
Ketika melakukan proses audit, tujuan auditor adalah menentukan apakah penyataan pihak diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai penyataan (yang berupa proses akuntansi) dapat berupa :
a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu b. Anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha c. Standar Akuntasi Keuangan (SAK)
5. Penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan.
Penyampaian hasil ini dilakukan dengan tertulis dalam bentuk laporan audit (audit
report) yang merupakan penyampaian hasil-hasil temuan kepada para pemakai
laporan.Laporan yang satu dapat berbeda dengan laporan lainnya.Tetapi pada dasarnya semua harus mampu menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Menurut Arens, dkk (2008) auditing didefinisikan sebagai “pengumpulan serta
pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan”.
Auditing merupakan suatu tindakan yang membandingkan antara fakta atau keadaan
yang sebenarnya (condition) dengan keadaan yang seharusnya (criteria). Pada dasarnya
tujuan audit bukanlah untuk memberikan informasi tambahan, namun dimaksudkan untuk
menilai apakah pelaksanaan yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan,
sehingga memungkinkan pemakai laporan keuangan lebih bergantung pada informasi yang
disusun oleh pihak lain.
2.3 Laporan Keuangan
Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan aturan atau standar yang
berlaku.Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan
kondisi ekonomis suatu perusahaan. Menurut Harahap (2011 : 105) mendefinisikan “laporan
keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”. Menurut PSAK No 1 (revisi
2009), “laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas”.Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban
Menurut PSAK No 1 (revisi 2009) laporan keuangan yang lengkap harus meliputi
komponen-komponen berikut :
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode. 2. Laporan laba rugi komprehensif.
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode 4. Laporan arus kas selama periode
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelas lainnya.
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara resrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2.4 Debt Default
Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar
hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo.Debt default atau kegagalan dalam
pembayaran hutang atau kegagalan dalam memenuhi perjanjian hutang merupakan salah satu
faktor yang dapat menimbulkan litigasi atau tuntutan pengadilan terhadap perusahaan.
Apabila jumlah tuntutan tersebut material,akan dapat mempengaruhi kelanjutan usaha
perusahaan. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil
mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa
opini seperti itu mungkin telah usai.Biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going
concern ketika perusahaan dalam keadaan default tinggi sekali.
Kegagalan dalam memenuhi hutang dan atau bunga merupakan indikator going concern
yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor utama yang akan
diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah
hutang perusahaan sudah semakin besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak
dialokasikan untuk menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi
perusahaan. Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status
Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going
concern.Seperti yang tercantum dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak
digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam
memenuhi kewajiban hutangnya (default).
2.5 Kualitas Audit
Berdasarkan teori agensi mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self interest maka
kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal
dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih
cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi. Auditor yang
memiliki banyak klien dalam industri yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih
dalam tentang resiko audit khusus mewakili industri tersebut, tetapi akan membutuhkan
pengembangan keahlian lebih daripada auditor pada umumnya. Tambahan keahlian ini akan
menghasilkan return positif dalam fee audit. Sehingga, para peneliti memiliki hipotesis
bahwa auditor dengan konsentrasi yang tinggi dalam industri tertentu akan memberikan
kualitas yang lebih tinggi.
Kualitas audit menurut Deangelo (1981) dan Schwartz (1997) definisi sebagai
probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan. Probabilitas
pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang merujuk pada audit yang dilakukan oleh auditor
untuk menghasilkan pendapatnya. Isu-isu yang berhubungan dengan isu audit adalah
kompetensi auditor, persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan audit dan persyaratan
pelaporan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk
menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang lebih
kecil.Kantor akuntan publik diklasifikasi menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang
berafiliasi dengan KAP Big Four dan kantor akuntan publik lainnya. Barnes dan Huan (1993)
auditnya menunjukkan bahwa auditor tersebut lebih mementingkan aspek komersial, hal ini
berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan
auditan.
2.6 Opini Audit
Dalam penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan
perusahaan.Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum (SPAP, 2001).Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan
pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan untuk menyatakan tidak memberikan
pendapat, sebagai pihak yang independen.Auditor tidak dibenarkan untuk memihak
kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap
kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya (IAI,
1994).Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar
terhadap suatu entitas bisnis dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode
waktu pantas.
Pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahdari laporan audit.
Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan
tersebut menginformasikan pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan
kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap
audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Berdasarkan standar profesional akuntan publik seksi 508 ada lima tipe pendapat
auditor yaitu :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified oipinion).
Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun auditor. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi kondisi berikut :
a. Standar akuntansi yang digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan.
b. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan(unqualified opinion
with explanatory language).
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut ini maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian pada laporan audit:
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan d. Standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten. 4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion).
Pendapat tidak wajar merupakan keballikan pendapat wajar tanpa pengeculian, akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia tidak bisa mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan kauangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).
Jika auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan keuangan audit ini disebut laporan tanpa pendapat (adverse opinion). Kondisi ini menyebabkan audit tidak memberikan pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya
2.7 Going Concern
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha, dengan adanya goingconcern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya
dalam jangka panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek.
PSAK 30 menyatakan bahwa “going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan
keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang
berlawanan”.Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi
kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan ketidakmampuan satuan usaha
dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian
besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi
yang dipaksakan dari luar atau kegiatan serupa lainnya.
Dalam pelaksanaan prosedur audit, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai
kondisi atau peristiwa yang tertentu yang dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan
adanya kesangsian besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka waktu pantas. Berikut bebarapa contoh, namun
tidak terbatas pada kondisi dan peristiwa yaitu :
1. Trend negatif
Sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus
kas negatif dari kegagalan usaha.
2. Petunjuk lain tentang kesulitan keuangan
Sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya, atau perjanjian serupa,
penunggakkan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan
permintaan kredit biasa, restrukturisasi hutang, kebutuhan untuk mencari sumber atau
3. Masalah intern
Sebagai contoh, pemogokkan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain,
ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak
bersifat ekonomi, kebutuhan secara signifikan memperbaiki operasi.
4. Masalah luar yang terjadi
Sebagai contoh, pengajuan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau
masalah-masalah yang lain kemungkinan membahayakan kemampuan satuan usaha untuk
beroperasi, kehilangan frenchise, lisensi, atau paten yang penting, kehilangan pelanggan
atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir atau
kekeringan yang tidak diasuransikan atau diasuransikan dengan pertanggungan rendah.
2.8 Opini Going Concern
Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk
memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP,
2004). Menurut Gray dan Manson (dalam Praptitorini dan Januarti, 2007)“going concern
merupakan salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan”.
Pihak manajemen bertanggung jawab untuk melakukan kelayakan dari persiapan laporan
keuangan menggunakan dasar goingconcern dan auditor bertanggung jawab untuk
meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan adalah layak
dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan.
Arens (dalam Fanny dan Saputra, 2005), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor
yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan adalah :
1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja.
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo dalam jangka pendek.
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan, seperti gempa bumi atau banjir atau permasalahan perburuhan yang tidak biasa. 4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi dan
PSAP seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai
berikut :
1. Jika auditor yakin terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor
harus:
a. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b. menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif direncanakan.
2. Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya,
maka auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan
pendapat (disclaimer opinion).
3. Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
diatas, maka auditor menyimpulkan berdasarkan pertimbangannya atas efektivitas
rencana tersebut.
4. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor menatakan
tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).
5. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut dalam catatan atas laporan keuangan,
maka auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
6. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif, tetapi klien tidak
mengungkapkannya dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor menyatakan
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai debt default, kualitas
audit, dan opini audit terhadap penerimaan opini going concern.Masing-masing penelitian ini
menggunakan variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun.
Berikut ini adalah beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan :
Mirna Dyah Praptitorini (2007) juga melakukan penelitian mengenai kualitas audit,
debt default, opinion shopping terhadap penerimaan opini going concern.Dimana sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 348 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 1997-2002. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas audit, debt default, opinion shopping. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi logistik (logistic regression).Hasil penelitian menujukkan bahwa
debt default berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini going concern.Perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan peneliti adalah pada variabel
independen yaitu variabel Opinion Shopping, dimana peneliti menggunakan periode 2009-2012.
Eko Budi Setyarno dkk (2006) melakukan penelitian ini mengenai kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap opini going concern. Dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 59 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2004. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi logistik (logistic regression). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan peneliti adalah pada variabel independen yaitu variabel Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan, dimana peneliti menggunakan periode 2009-2012.
Indira Januarti dan Ella Fitriasari (2008) melakukan penelitian ini mengenai Faktor perusahaan, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan mengenai terhadap penerimaan opini
going concern.Dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 1997-2006.Metode yang digunakan adalah regresi logistik (logistic regression).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt default, sales, lamanya perikatan, opini audit tahun sebelumnya dan kualitas auditor berpengaruh terhadap pemberian opini going concern.Perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan peneliti adalah pada variabel independen yaitu Faktor Perusahaan, Kepemilikan Perusahaan, dimana peneliti menggunakan periode 2009-2012.
terhadap penerimaan opini audit going concern.Perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan peneliti adalah pada variabel independen yaitu Kondisi Keuangan, Audit Lag, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Opinion Shopping, dimana peneliti menggunakan periode 2009-2012.
Endah Adityaningrum (2012) melakukan penelitian ini mengenai analisis hubungan antara kondisi keuangan perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern.Dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 26 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.Metode yang digunakan adalah regresi logistik
(logistic regression). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel current ratio (CR), Gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), debt equity, leverage ratio dan operating profit margin (OPM) berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern, sedangkan variabel return in investment (ROI), return on equity (ROE),
inventory turnover (TAT), price earning ratio (EPR), dan price book value (PBV) tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.Perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan peneliti adalah pada variabel independen yaitu variabel kondisi keuangan, dimana peneliti menggunakan periode 2009-2012.
Table 2.1
Ringkasan Peneltian Terdahulu No Nama peneliti dan Judul
penelitian
Variabel Penelitian Hasil penelitian
1. Mirna Dyah Praptitorini (2007)
Variabel debt default berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Yang Terdaftar di BEI”.
Variabel independen : kondisi keuangan
Variabel dependen : Opini audit going concern.
Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
3. Indira Januarti (2008) “Analisis Pengaruh Faktor Yang Terdaftar di BEI”.
Variabel independen : Faktor perusahaan, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan.
Variabel dependen : Penerimaan opini audit going concern.
Debt default, in sales, lamanya perikatan, opini audit tahun sebelumnya dan
kualitas auditor berpengaruh terhadap pemberian opini going concern,
sedangkan Audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan konstitusional tidak berpengaruh
terhadap pemberian opini going concern.
4. Meliyanti Yosephani Surbakti (2011)
“Faktor-Variabel independen : Debt default, kualitas
faktor Yang
Mempengaruhi Opini Audit Going ConcernStudi Empiris Pada Perusahaan
berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan kondisi keuangan, opinion shopping tidak berpengaru terhadap penerimaan opini audit going concern.
5. Endah Adityaningrum
(2012) “ Analisis
Current Ratio (CR), Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Debt Equity, Leverage Ratio dan Operating Profit Margin (OPM) berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan variabel Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE),
InventoryTurnover (TAT), price earning ratio (EPR), dan price book value (PBV) tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
2.10 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor terpenting yang telah diketahui dalam
suatu masalah. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara
variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel-variabel bebas dengan variabel-variabel terikat. Kerangka konseptual
Variabel IndependenVariabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari kerangka konseptual diatas, dapat diketahui bahwa penelitian ini menggunakan
tiga variabel independen yaitu Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit, serta satu
variabel dependen yaitu Penerimaan Opini Going Concern.
Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitur (perusahaan) untuk membayar
hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo.Debt default atau kegagalan dalam
pembayaran hutang atau kegagalan dalam memenuhi perjanjian hutang merupakan salah satu
faktor yang dapat menimbulkan litigasi atau tuntutan pengadilan terhadap perusahaan.
Apabila jumlah tuntutan tersebut material,akan dapat mempengaruhi kelanjutan usaha
perusahaan. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil
mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa
Debt Default
(X1)
Kualitas Audit
(X2)
Penerimaan Opini Audit Going Concern
(Y)
Opini Audit
opini seperti itu mungkin telah usai.Biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going
concern ketika perusahaan dalam keadaan default tinggi sekali.Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Mirna Dyah Praptitorini (2007) menunjukkan bahwa default berpengaruh
positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Kualitas audit merupakan probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan
melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi klien. Variabel kualitas audit yang
diproksikan dengan besaran kantor akunatn publik. Tanda negatif pada koefisien kualitas
audit menunjukkan bahwa perusahaan tidak cenderung memperoleh opini going concern
ketika menggunakan jasa KAP TheBig Four, sementara perusahaan yang menggunkan jasa
KAP The Non Big Four cenderung memperoleh opini going concern. Pendapat Scott (2001),
menjelaskan hal ini dimana manajer yang rasional tidak akan memilih berkualitas tinggi dan
membayar fee yang tinggi apabila karakteristik tidak bagus. Penelitian sebelumnya dilakukan
oleh Eko Budi Setyarno dkk (2006) tidak berpengaruh signifikan atas kemungkinan
penerimaan opini going concern.Bukti tersebut juga konsisten dengan penelitian Setiyarno,
Januarti dan Faisal (2006) dan Santosa (2007) bahwa kualitas audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini going concern.
Opini audit menurut kamus standar akuntansi (Ardiyos, 2007) adalah laporan yang
diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan
keuangan yang disajikan perusahaan. Sedangkan menurut kamus istilah akuntansi (Tobing,
2004) opini audit merupakan suatu laporan yang diberikan oleh auditor terdaftar yang
menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan norma atau aturan
pemeriksanaan akuntan disertai dengan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
yang diperiksa. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga
auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan
Fitriasari (2008) bahwa variabel opini audit berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
opini going concern
2.11 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008 : 49) “Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang
perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi”. Hipotesis
berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti.Hipotesis
bersifat dugaan atau jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
H1 :Debt Defaultberpengaruh secara parsial terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern.
H2 : Kualitas Audit berpengaruh secara parsial terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern.
H3 :Opini Audit berpengaruh secara parsial terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern.
H4 :Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit berpengaruh secara simultan terhadap