• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN

ANTARA

STATUS

GIZI

MASA

LALU

ANAK

DAN

PARTISIPASI

IBU

DI

POSYANDU

DENGAN

KEJADIAN

TUBERKULOSIS

PADA

MURID

TAMAN

KANAK-KANAK

NINA TRIANA

PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

RINGKASAN

NINA TRIANA. Hubungan antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak. Dibimbing oleh Dr. Ir. SITI MADANIJAH, MS.

Tujuan umum penelitian ini adalah meneliti hubungan antara status gizi masa lalu anak dan partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian TB pada murid TK. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh; 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB pada murid TK; 3) Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian TB pada murid TK; 4) Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa lalu murid TK; 5) Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu; 6) Meneliti hubungan antara status gizi masa lalu dengan kejadian TB pada murid TK; dan 7) Meneliti hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dengan kejadian TB pada murid TK

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang yang ditentukan secara purposive

dengan pertimbangan kepentingan peneliti sebagai petugas pelaksana program gizi di wilayah tersebut. Penelitian dilaksanakan selama Bulan Januari sampai dengan Mei 2006. Contoh pada penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu murid TK yang TB dan tidak TB. Penentuan contoh dilakukan dengan cara acak sebanyak 30 orang anak dari masing-masing kelompok.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi : karakteristik sosial ekonomi keluarga, faktor-faktor yang mempengaruhi TB pada anak, partisipasi ibu di Posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan. Sementara itu, data sekunder meliputi : data status TB anak, tinggi badan, berat badan, umur, riwayat penyakit, kategori Keluarga Sejahtera, data murid TK se-Kecamatan Paseh untuk kerangka sampling, dan data gambaran lokasi penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari Puskesmas, Kantor Kecamatan, Kantor Cabang Dinas Pendidikan Nasional Kecamatan, dan dari setiap TK di wilayah Kecamatan Paseh. Data yang terkumpul selanjutnya diverifikasi dan diolah dengan menggunakan program SPSS 11 for Windows. Untuk mengetahui perbedaan variabel antara dua kelompok dilakukan uji t dan uji

Mann Whitney. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji korelasi

Rank Spearman dan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel digunakan uji regeresi linier berganda.

(3)

Rata-rata jumlah anggota keluarga kelompok TB lebih sedikit dibanding kelompok tidak TB, yaitu 4 orang dibanding 5 orang. Rata-rata umur orang tua kelompok TB lebih muda dibanding kelompok tidak TB, yaitu 35,1 tahun dibanding 37,4 tahun (ayah) dan 29,5 tahun dibanding 32,8 tahun (ibu). Pendidikan orang tua kedua kelompok berkisar antara SD-Perguruan Tinggi. Walaupun demikian, jumlah orang tua yang pernah bersekolah di SMA/sederajat dan PT lebih sedikit pada kelompok TB, yaitu 10,0% dibanding 23,4% (ayah) dan 13,3% dibanding 30,0% (ibu). Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai buruh yaitu 56,7% (TB) dan 43,3% (tidak TB). Sebagian besar ibu contoh bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 83,3% (TB) dan 80,0% (tidak TB). Jumlah pendapatan/bulan/kapita kelompok TB lebih rendah dibanding kelompok tidak TB, yaitu Rp 181.916,- dibanding Rp 227.789,-. Jumlah contoh dengan status sosial ekonomi kurang lebih banyak pada kelompok TB dibanding kelompok tidak TB, yaitu 46,7% dibanding 3,3%. Jadi, karakteristik sosial ekonomi kelompok TB cenderung kurang jika dibandingkan dengan kelompok tidak TB. Uji beda terhadap karakteristik sosial ekonomi keluarga hanya menunjukkan perbedaan nyata dalam hal umur ibu dan status sosial ekonomi.

Sebagian besar contoh pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki yaitu 53,3% (TB) dan 60,0% (tidak TB). Lingkungan fisik rumah kelompok TB cenderung kurang baik dibandingkan kelompok tidak TB yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai kelompok TB yaitu 71,3 dibanding 90,0. Seluruh contoh pada kedua kelompok pernah diimunisasi BCG sewaktu bayi. Hampir semua contoh pada penelitian ini tidak pernah atau sedang menderita penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kejadian TB, yaitu 96,7% (TB) dan 100,0% (tidak TB). Seluruh contoh pada kelompok TB dan 63,3% pada kelompok tidak TB memiliki riwayat kontak dengan penderita TB dewasa. Pada kelompok TB lebih sedikit yang merokok di rumahnya yaitu 50,0% dibanding 66,7%. Perilaku sumber penularan kelompok TB ada yang kurang sebanyak 20,0% sedangkan pada kelompok tidak TB tidak ada. Pada kelompok TB terdapat 16,6% contoh dengan status gizi masa lalu kurang dan buruk sedangkan pada kelompok tidak TB tidak ada. Uji beda terhadap variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB menunjukkan perbedaan nyata dalam hal lingkungan fisik rumah, riwayat kontak dengan penderita TB dewasa, perilaku penderita TB dewasa, status sosial ekonomi keluarga, dan status gizi masa lalu anak. Berdasarkan uji regresi linier berganda faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian TB adalah perilaku penderita TB dewasa. Besarnya pengaruh faktor tersebut adalah 59,0%.

(4)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK

DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN

TUBERKULOSIS

PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK

NINA TRIANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi S1 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Hubungan Antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis

pada Murid Taman Kanak-Kanak Nama : Nina Triana

NIM : A54104303

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP 130 541 472

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP 130 422 698

(6)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia-Nya yang telah memungkinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian

Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak”.

Terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Siti Madanijah, MS yang telah membimbing penulis selama ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS yang telah memberikan berbagai saran berharga kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang beserta seluruh jajarannya untuk kesempatan penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selanjutnya, kepada rekan-rekan mahasiswa GMSK 39, 40, dan alih jenjang 41 terima kasih penulis ucapkan untuk segala bantuan dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini. Kepada suami tercinta, papah, mamah, dan seluruh keluarga penulis ucapkan terima kasih atas segala dukungan, do’a dan pengertiannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2006

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sumedang pada tanggal 10 Agustus 1974 dari ayah R. Yusuf Supandi, BA dan ibu Ukayati, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Saat ini penulis telah menikah dengan Budiana, S.Pd, M.Pd dan dikarunia seorang putri bernama Annida Aulia Sholehah.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………. Viii

PENDAHULUAN………. 1

TINJAUAN PUSTAKA Tuberkulosis (TB) pada Anak -Anak ………..… 6

Pemantauan Status Gizi dengan KMS di Posyandu………..….. 12

Partisipasi Ibu di Posyandu………... 13

Penilaian Status Gizi Masa Lalu Murid TK ………...….... 14

KERANGKA PEMIKIRAN………. 16

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ………..… 18

Contoh dan Cara Penarikan Contoh………..……….. 18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ………...……..……… 18

Pengolahan dan Analisis Data ……...……...……… 19

Definisi Operasional ………..………. 19

Kategori dalam Pengolahan Data ………... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………..……… 23

Karakteristik Contoh ………..………… 24

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga ………..…... 27

Faktor-faktor yang Mempengaruhi TB ………..…… Jenis Kelamin………. Status Imunisasi BCG……… Penyakit Tertentu……… Lingkungan Fisik Rumah………... Perilaku Sumber Penularan……… Riwayat Kontak……….. Faktor Toksik……….. Status Sosial Ekonomi……… Status Gizi……….. 34 34 35 36 36 37 39 40 41 41 Tingkat Partisipasi Ibu di Posyandu ………...…..…….. 43

Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu...……….……… 46

Hubungan Antar Variabel ………. 50

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kategori dalam pengolahan data ………….………..… 21

2. Sebaran contoh menurut umur ………..………… 24

3. Sebaran contoh menurut berat badan ………..………….. 25

4. Sebaran contoh menurut tinggi badan ………..……. 25

5. Sebaran contoh menurut berat badan lahir ………..….. 26

6. Sebaran contoh menurut jumlah anggota keluarga………..….. 27

7. Sebaran contoh menurut umur orang tua ……….. 28

8. Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua……….. 30

9. Sebaran contoh menurut jenis pekerjaan ayah.. ……… 31

10. Sebaran contoh menurut jenis pekerjaan ibu……….. 32

11. Sebaran contoh menurut pendapatan keluarga…..………...….. 33

12. Sebaran contoh menurut jenis kelamin…………..……… 34

13. Rata-rata nilai lingkungan fisik rumah………...…… 36

14. Sebaran contoh menurut lingkungan fisik rumah……...……. 37

15. Rata-rata nilai perilaku sumber penularan ………...……. 38

16. Sebaran contoh menurut perilaku sumber penularan…...…….. 39

17 Sebaran contoh menurut riwayat kontak... ……….………….. 39

18. Sebaran contoh menurut keberadaan faktor toksik…….……... 40

19. Sebaran contoh menurut status sosial ekonomi keluarga...…… 41

20. Sebaran contoh menurut status gizi masa lalu...………..…….. 42

21. Rata-rata nilai ibu menurut aspek partisipasi di Posyandu…… 43

22. Sebaran contoh menurut tingkat partisipasi ibu di Posyandu.... 44

23. Sebaran contoh menurut tingkat kehadiran ibu di Posyandu... 45

24. Rata-rata nilai pengetahuan ibu menurut aspek yang diteliti…. 46 25. Sebaran contoh menurut tingkat pengetahuan ibu…...……….. 47

26. Rata-rata nilai sikap ibu menurut aspek yang diteliti………... 48

27. Sebaran contoh menurut sikap ibu…....………...……….. 48

28. Rata-rata nilai perilaku ibu menurut aspek yang diteliti..…... 49

29. Sebaran contoh menurut perilaku ibu…..……....……….. 50

30. Hubungan partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa lalu anak………. 51

31. Hubungan partisipasi ibu di Posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu……….. 53

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Murid TK termasuk dalam kelompok usia pra sekolah. Pada masa ini seorang anak tengah berusaha membangun kemandiriannya. Tetapi karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki, dalam banyak hal mereka seringkali gagal. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikisnya sehingga anak pada masa ini rawan mengalami kecelakaan dan gangguan kesehatan (Hurlock 1999).

Anak yang sakit tidak akan menjadi orang dewasa yang sehat. Akibatnya, ia tidak akan dapat berkarya untuk masyarakat dan bangsa. First Informal Consultation on Growth of Children (Unicef 1998) menyepakati bahwa pertumbuhan anak merupakan indikator kunci dalam kesehatan dan perkembangan anak dan dapat menggambarkan bagaimana suatu masyarakat akan melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain, anak-anak merupakan sumberdaya manusia suatu bangsa.

Ukuran kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa dinyatakan dalam HDI (Human Development Index) yang merupakan indeks kualitas kesehatan, pendidikan, dan perekonomian suatu Negara. Laporan UNDP meyebutkan bahwa peringkat HDI Indonesia pada tahun 2005 berada di urutan ke-111 dari 175 negara di dunia. Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia masih rendah. Menurut Khomsan (2002) kualitas SDM yang rendah dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas kesehatan dan pendidikan.

(11)

HUBUNGAN

ANTARA

STATUS

GIZI

MASA

LALU

ANAK

DAN

PARTISIPASI

IBU

DI

POSYANDU

DENGAN

KEJADIAN

TUBERKULOSIS

PADA

MURID

TAMAN

KANAK-KANAK

NINA TRIANA

PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(12)

RINGKASAN

NINA TRIANA. Hubungan antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak. Dibimbing oleh Dr. Ir. SITI MADANIJAH, MS.

Tujuan umum penelitian ini adalah meneliti hubungan antara status gizi masa lalu anak dan partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian TB pada murid TK. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh; 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB pada murid TK; 3) Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian TB pada murid TK; 4) Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa lalu murid TK; 5) Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu; 6) Meneliti hubungan antara status gizi masa lalu dengan kejadian TB pada murid TK; dan 7) Meneliti hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dengan kejadian TB pada murid TK

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang yang ditentukan secara purposive

dengan pertimbangan kepentingan peneliti sebagai petugas pelaksana program gizi di wilayah tersebut. Penelitian dilaksanakan selama Bulan Januari sampai dengan Mei 2006. Contoh pada penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu murid TK yang TB dan tidak TB. Penentuan contoh dilakukan dengan cara acak sebanyak 30 orang anak dari masing-masing kelompok.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi : karakteristik sosial ekonomi keluarga, faktor-faktor yang mempengaruhi TB pada anak, partisipasi ibu di Posyandu, pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan. Sementara itu, data sekunder meliputi : data status TB anak, tinggi badan, berat badan, umur, riwayat penyakit, kategori Keluarga Sejahtera, data murid TK se-Kecamatan Paseh untuk kerangka sampling, dan data gambaran lokasi penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari Puskesmas, Kantor Kecamatan, Kantor Cabang Dinas Pendidikan Nasional Kecamatan, dan dari setiap TK di wilayah Kecamatan Paseh. Data yang terkumpul selanjutnya diverifikasi dan diolah dengan menggunakan program SPSS 11 for Windows. Untuk mengetahui perbedaan variabel antara dua kelompok dilakukan uji t dan uji

Mann Whitney. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji korelasi

Rank Spearman dan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel digunakan uji regeresi linier berganda.

(13)

Rata-rata jumlah anggota keluarga kelompok TB lebih sedikit dibanding kelompok tidak TB, yaitu 4 orang dibanding 5 orang. Rata-rata umur orang tua kelompok TB lebih muda dibanding kelompok tidak TB, yaitu 35,1 tahun dibanding 37,4 tahun (ayah) dan 29,5 tahun dibanding 32,8 tahun (ibu). Pendidikan orang tua kedua kelompok berkisar antara SD-Perguruan Tinggi. Walaupun demikian, jumlah orang tua yang pernah bersekolah di SMA/sederajat dan PT lebih sedikit pada kelompok TB, yaitu 10,0% dibanding 23,4% (ayah) dan 13,3% dibanding 30,0% (ibu). Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai buruh yaitu 56,7% (TB) dan 43,3% (tidak TB). Sebagian besar ibu contoh bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 83,3% (TB) dan 80,0% (tidak TB). Jumlah pendapatan/bulan/kapita kelompok TB lebih rendah dibanding kelompok tidak TB, yaitu Rp 181.916,- dibanding Rp 227.789,-. Jumlah contoh dengan status sosial ekonomi kurang lebih banyak pada kelompok TB dibanding kelompok tidak TB, yaitu 46,7% dibanding 3,3%. Jadi, karakteristik sosial ekonomi kelompok TB cenderung kurang jika dibandingkan dengan kelompok tidak TB. Uji beda terhadap karakteristik sosial ekonomi keluarga hanya menunjukkan perbedaan nyata dalam hal umur ibu dan status sosial ekonomi.

Sebagian besar contoh pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki yaitu 53,3% (TB) dan 60,0% (tidak TB). Lingkungan fisik rumah kelompok TB cenderung kurang baik dibandingkan kelompok tidak TB yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai kelompok TB yaitu 71,3 dibanding 90,0. Seluruh contoh pada kedua kelompok pernah diimunisasi BCG sewaktu bayi. Hampir semua contoh pada penelitian ini tidak pernah atau sedang menderita penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kejadian TB, yaitu 96,7% (TB) dan 100,0% (tidak TB). Seluruh contoh pada kelompok TB dan 63,3% pada kelompok tidak TB memiliki riwayat kontak dengan penderita TB dewasa. Pada kelompok TB lebih sedikit yang merokok di rumahnya yaitu 50,0% dibanding 66,7%. Perilaku sumber penularan kelompok TB ada yang kurang sebanyak 20,0% sedangkan pada kelompok tidak TB tidak ada. Pada kelompok TB terdapat 16,6% contoh dengan status gizi masa lalu kurang dan buruk sedangkan pada kelompok tidak TB tidak ada. Uji beda terhadap variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB menunjukkan perbedaan nyata dalam hal lingkungan fisik rumah, riwayat kontak dengan penderita TB dewasa, perilaku penderita TB dewasa, status sosial ekonomi keluarga, dan status gizi masa lalu anak. Berdasarkan uji regresi linier berganda faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian TB adalah perilaku penderita TB dewasa. Besarnya pengaruh faktor tersebut adalah 59,0%.

(14)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK

DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN

TUBERKULOSIS

PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK

NINA TRIANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi S1 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Hubungan Antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian Tuberkulosis

pada Murid Taman Kanak-Kanak Nama : Nina Triana

NIM : A54104303

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP 130 541 472

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP 130 422 698

(16)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia-Nya yang telah memungkinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Antara Status Gizi Masa Lalu Anak dan Partisipasi Ibu di Posyandu dengan Kejadian

Tuberkulosis pada Murid Taman Kanak-Kanak”.

Terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Siti Madanijah, MS yang telah membimbing penulis selama ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS yang telah memberikan berbagai saran berharga kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang beserta seluruh jajarannya untuk kesempatan penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selanjutnya, kepada rekan-rekan mahasiswa GMSK 39, 40, dan alih jenjang 41 terima kasih penulis ucapkan untuk segala bantuan dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini. Kepada suami tercinta, papah, mamah, dan seluruh keluarga penulis ucapkan terima kasih atas segala dukungan, do’a dan pengertiannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2006

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sumedang pada tanggal 10 Agustus 1974 dari ayah R. Yusuf Supandi, BA dan ibu Ukayati, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Saat ini penulis telah menikah dengan Budiana, S.Pd, M.Pd dan dikarunia seorang putri bernama Annida Aulia Sholehah.

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………. Viii

PENDAHULUAN………. 1

TINJAUAN PUSTAKA Tuberkulosis (TB) pada Anak -Anak ………..… 6

Pemantauan Status Gizi dengan KMS di Posyandu………..….. 12

Partisipasi Ibu di Posyandu………... 13

Penilaian Status Gizi Masa Lalu Murid TK ………...….... 14

KERANGKA PEMIKIRAN………. 16

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ………..… 18

Contoh dan Cara Penarikan Contoh………..……….. 18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ………...……..……… 18

Pengolahan dan Analisis Data ……...……...……… 19

Definisi Operasional ………..………. 19

Kategori dalam Pengolahan Data ………... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………..……… 23

Karakteristik Contoh ………..………… 24

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga ………..…... 27

Faktor-faktor yang Mempengaruhi TB ………..…… Jenis Kelamin………. Status Imunisasi BCG……… Penyakit Tertentu……… Lingkungan Fisik Rumah………... Perilaku Sumber Penularan……… Riwayat Kontak……….. Faktor Toksik……….. Status Sosial Ekonomi……… Status Gizi……….. 34 34 35 36 36 37 39 40 41 41 Tingkat Partisipasi Ibu di Posyandu ………...…..…….. 43

Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu...……….……… 46

Hubungan Antar Variabel ………. 50

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kategori dalam pengolahan data ………….………..… 21

2. Sebaran contoh menurut umur ………..………… 24

3. Sebaran contoh menurut berat badan ………..………….. 25

4. Sebaran contoh menurut tinggi badan ………..……. 25

5. Sebaran contoh menurut berat badan lahir ………..….. 26

6. Sebaran contoh menurut jumlah anggota keluarga………..….. 27

7. Sebaran contoh menurut umur orang tua ……….. 28

8. Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua……….. 30

9. Sebaran contoh menurut jenis pekerjaan ayah.. ……… 31

10. Sebaran contoh menurut jenis pekerjaan ibu……….. 32

11. Sebaran contoh menurut pendapatan keluarga…..………...….. 33

12. Sebaran contoh menurut jenis kelamin…………..……… 34

13. Rata-rata nilai lingkungan fisik rumah………...…… 36

14. Sebaran contoh menurut lingkungan fisik rumah……...……. 37

15. Rata-rata nilai perilaku sumber penularan ………...……. 38

16. Sebaran contoh menurut perilaku sumber penularan…...…….. 39

17 Sebaran contoh menurut riwayat kontak... ……….………….. 39

18. Sebaran contoh menurut keberadaan faktor toksik…….……... 40

19. Sebaran contoh menurut status sosial ekonomi keluarga...…… 41

20. Sebaran contoh menurut status gizi masa lalu...………..…….. 42

21. Rata-rata nilai ibu menurut aspek partisipasi di Posyandu…… 43

22. Sebaran contoh menurut tingkat partisipasi ibu di Posyandu.... 44

23. Sebaran contoh menurut tingkat kehadiran ibu di Posyandu... 45

24. Rata-rata nilai pengetahuan ibu menurut aspek yang diteliti…. 46 25. Sebaran contoh menurut tingkat pengetahuan ibu…...……….. 47

26. Rata-rata nilai sikap ibu menurut aspek yang diteliti………... 48

27. Sebaran contoh menurut sikap ibu…....………...……….. 48

28. Rata-rata nilai perilaku ibu menurut aspek yang diteliti..…... 49

29. Sebaran contoh menurut perilaku ibu…..……....……….. 50

30. Hubungan partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa lalu anak………. 51

31. Hubungan partisipasi ibu di Posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu……….. 53

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Murid TK termasuk dalam kelompok usia pra sekolah. Pada masa ini seorang anak tengah berusaha membangun kemandiriannya. Tetapi karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki, dalam banyak hal mereka seringkali gagal. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikisnya sehingga anak pada masa ini rawan mengalami kecelakaan dan gangguan kesehatan (Hurlock 1999).

Anak yang sakit tidak akan menjadi orang dewasa yang sehat. Akibatnya, ia tidak akan dapat berkarya untuk masyarakat dan bangsa. First Informal Consultation on Growth of Children (Unicef 1998) menyepakati bahwa pertumbuhan anak merupakan indikator kunci dalam kesehatan dan perkembangan anak dan dapat menggambarkan bagaimana suatu masyarakat akan melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain, anak-anak merupakan sumberdaya manusia suatu bangsa.

Ukuran kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa dinyatakan dalam HDI (Human Development Index) yang merupakan indeks kualitas kesehatan, pendidikan, dan perekonomian suatu Negara. Laporan UNDP meyebutkan bahwa peringkat HDI Indonesia pada tahun 2005 berada di urutan ke-111 dari 175 negara di dunia. Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia masih rendah. Menurut Khomsan (2002) kualitas SDM yang rendah dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas kesehatan dan pendidikan.

(21)

Seorang anak yang terkena penyakit TB akan menjadi seorang manusia yang lemah. Akibatnya, ia tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bahkan dapat mengalami kematian. Jika kelak ia menjadi manusia dewasa, produktivitas kerjanya akan rendah, pendapatannya kecil, dan jatuh pada kondisi kemiskinan (Ikhsan 2002).

Penyakit TB masih merupakan masalah besar dan serius di dunia meskipun sudah ditemukan paduan obat yang ampuh untuk menyembuhkannya. Pada tahun 1993 WHO menyatakan situasi ini sebagai global emergency karena setiap tahun selalu terjadi peningkatan kasus TB akibat penyebarannya yang sangat cepat dan meluas. Di Indonesia, berdasarkan hasil SKRT tahun 2001 TB menduduki peringkat pertama penyebab kematian dalam kelompok penyakit infeksi. Laporan internasional bahkan menunjukkan bahwa Indonesia adalah penyumbang kasus pasien TB terbesar ketiga di dunia setelah India dan Cina (WHO 2003).

TB pada anak tidak lepas hubungannya dengan orang dewasa karena penularannya berasal dari orang dewasa yang menderita TB (Ismail 2003). Selain itu, faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk dan HIV/AIDS (Depkes RI

et.al. 2001). Kuman TB juga mengalami masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit. Dengan demikian, kejadian TB yang terdeteksi pada murid TK memiliki kemungkinan akibat adanya infeksi pada masa lalu anak yang didukung oleh status gizi yang kurang baik.

Masalah gizi yang dialami oleh anak disebabkan oleh faktor utama yaitu konsumsi gizi yang kurang memadai dan adanya penyakit infeksi. Kedua faktor utama tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh pola asuh gizi dan kesehatan yang diterapkan oleh ibu. Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Pengasuhan anak dalam hal perilaku yang diterapkan sehari-hari seperti pemberian makan, pemeliharaan kesehatan, stimulasi mental, serta dukungan emosional dan kasih sayang akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap tumbuh kembang intelektual anak (Engel et.al. 1998 diacu dalam Wahidah 2004).

(22)

dari kontak langsung dengan penderita TB dewasa, pemeliharaan status gizi anak, dan pemeliharaan higiene dan sanitasi lingkungan. Pola asuh yang diterapkan oleh ibu terhadap anaknya antara lain dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu terutama mengenai kesehatan dan gizi. Pengetahuan ibu selain ditentukan oleh karakteristik ibu (umur, pendidikan, keadaan sosial ekonomi) juga dipengaruhi oleh akses terhadap informasi (Madanijah 2003). Pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu mengenai penyakit TB dapat mempengaruhi tingkat penyebaran penyakit ini.

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh ibu untuk memperoleh pelayanan dan informasi kesehatan. Ibu-ibu dapat memanfaatkan Posyandu yang terdekat sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuannya dalam hal gizi dan kesehatan. Melalui kegiatan di Posyandu, pemantauan status gizi dan kesehatan anak dapat dilakukan dengan baik. Selain itu, anak dapat memperoleh pelayanan imunisasi untuk melindunginya dari penyakit menular seperti TB.

Sayangnya, menjelang anak usia TK sebagian besar ibu-ibu jarang atau bahkan tidak pernah lagi datang ke Posyandu sehingga status gizi anaknya menjadi tidak terpantau dengan baik. Kenyataan ini dapat dilihat dari angka DO (Drop Out) sasaran Posyandu di wilayah Kecamatan Paseh yang mencapai 36,0% pada tahun 2005. Selain itu, cakupan tingkat partisipasi di Posyandu (D/S) pada kelompok umur 3-5 tahun di Kecamatan Paseh hanya mencapai sekitar 20% dari target 80% pada tahun yang sama. Oleh karena itu, kemungkinan seorang anak mengalami masalah gizi pada masa ini cukup besar. Akibatnya, daya tahan tubuh anak menjadi lemah sehingga mudah terkena penyakit menular seperti TB.

(23)

Tujuan

Umum : Meneliti hubungan antara status gizi masa lalu anak dan partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian TB pada murid TK.

Khusus :

1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga murid TK yang TB dan yang tidak TB.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB pada murid TK.

3. Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan kejadian TB pada murid TK.

4. Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan status gizi masa lalu murid TK.

5. Meneliti hubungan antara partisipasi ibu di Posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam hal gizi dan kesehatan anak.

6. Meneliti hubungan antara status gizi masa lalu anak dengan kejadian TB pada murid TK.

7. Meneliti hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam hal gizi dan kesehatan anak dengan kejadian TB pada murid TK.

Hipotesis

1. Terdapat hubungan negatif antara partisipasi ibu di posyandu dengan status gizi anak pada masa lalu.

2. Terdapat hubungan positif antara partisipasi ibu di posyandu dengan kejadian TB pada murid TK.

3. Terdapat hubungan positif antara partisipasi ibu di posyandu dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu.

4. Terdapat hubungan negatif antara status gizi masa lalu anak dengan kejadian TB pada murid TK.

(24)

Kegunaan

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Tuberkulosis (TB) pada Anak-Anak

Patogenesis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes RI et.al 2001).

Seorang anak menjadi terserang TB oleh kuman TB yang ada di sekelilingnya yang berasal dari penderita TB dewasa. Ketika seorang penderita TB dewasa batuk, percikan dahaknya akan menyebar di udara. Percikan ini mengandung basil TB yang masih hidup. Jika seorang anak menghirup udara yang sudah mengandung basil TB ini, perlahan-lahan basil akan berkembang biak dan menyebabkan lesi pada paru-paru (Biddulph & Stace 1999). Selain itu, kuman TB dapat menulari anak melalui makanan atau susu dari sapi yang terinfeksi TB serta melalui kulit yang luka dan terbuka (Crofton et.al 2002).

Basil TB menyebar di dalam tubuh melalui saluran limfe dan aliran darah. Sebagian basil menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar getah bening (nodus limfatikus). Basil lalu tumbuh dan menyebabkan pembesaran nodus

(Biddulph & Stace 1999). Pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher menjadi alat deteksi petugas kesehatan dalam menjaring anak yang terinfeksi TB.

Sementara itu, basil TB yang menyebar melalui aliran darah akan mencapai berbagai organ tubuh terutama organ dengan tekanan oksigen yang ti nggi seperti

(26)

Banyak anak yang terinfeksi TB tapi hanya sedikit yang menjadi sakit. Hal ini ditentukan oleh tingkat kekebalan anak (imunitas spesifik). Pada sebagian besar anak, imunitas spesifik yang terbentuk biasanya cukup kuat untuk menghambat perkembangbiakan basil TB. Dengan demikian, mereka tidak akan sakit. Beberapa anak mungkin sakit untuk sementara dengan gejala demam dan penurunan berat badan kemudian mereka akan sembuh dengan sendirinya. Pada anak dengan kekebalan lemah (imunitas spesifik tidak terbentuk atau tidak cukup kuat) akan terjadi penyakit TB dalam 12 bulan atau lebih setelah infeksi (Rahajoe 1994).

Pada umumnya, reaksi daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Bahkan, 25% penderita TB akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi. Apabila terjadi penurunan daya tahan tubuh pada seseorang yang telah terpapar kuman TB, akan timbul TB pasca primer yaitu kerusakan paru yang luas. Penurunan daya tahan tubuh dapat terjadi akibat terinfeksi HIV/AIDS atau status gizi yang buruk (Depkes RI et.al 2001).

Diagnosis TB pada Anak

Diagnosis TB pada anak sulit ditegakan. Hal ini karena specimen untuk pemeriksaan mikrobiologis seperti sputum (dahak) atau bilasan lambung sukar didapat. Seandainya pun specimen itu di dapat, hasil pemeriksaan mikroskopis dengan biakan sering negatif (Rahajoe 2002). Berdasarkan Depkes RI et.al. 2001, seorang anak harus dicurigai menderita TB kalau :

• Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB BTA positif,

• Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari),

• Terdapat gejala umum TB, yaitu :

• Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik (failure to thrive).

(27)

• Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.

• Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multipel, paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).

• Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.

• Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.

Crofton et.al (2002) sangat menganjurkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan klinis dalam upaya menghindari kesalahan-kesalahan dalam pengobatan TB pada anak-anak. Pemeriksaan tersebut terutama meliputi : riwayat kesehatan keluarga, berat badan, bunyi nafas, perabaan kelenjar getah bening, tes Mantoux (reaksi tuberkulin), dan foto toraks (Rontgen).

Dalam kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak yang dilaksanakan oleh Puskesmas Paseh, dilakukan pemeriksaan dengan cara perabaan/palpasi

kelenjar limfe di daerah leher anak. Bila teraba adanya pembengkakan, maka anak akan dirujuk ke Puskesmas dan rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam rangka penegakan diagnosis TB.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya TB 1. Umur

Bayi dan anak kecil mempunyai daya tahan tubuh yang lemah. Anak kecil mempunyai lebih sedikit kekebalan tubuh dibanding anak yang lebih tua. Makin muda umur anak makin rentan ia terhadap serangan penyakit (Crofton et.al. 2002). Sementara itu penelitian Atmosukarto et.al. (2000) diacu dalam Na’im (2004) menunjukan bahwa risiko terkena TB pada kelompok usia 0-4 tahun adalah 6 kali lebih besar daripada kelompok usia 5-14 tahun.

2. Jenis Kelamin

(28)

dibandingkan dengan laki-laki pada usia yang sama untuk menderita TB paru. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap hal tersebut adalah karena hormon dan keadaan gizi wanita terutama saat hamil melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kerentanan tubuh untuk terkena infeksi TB paru (Mulyadi 2003).

3. Ras

Terdapat bukti-bukti yang jelas bahwa populasi terasing seperti orang Eskimo atau orang Indian ketika pertama kali mereka terkena TB daya tahan tubuhnya sangat buruk (Crofton et.al 2002). Penelitian John Adam di Amerika Serikat diacu dalam Mulyadi (2003) juga menunjukan bahwa ras kulit hitam dan hispanik mempunyai risiko terkena TB aktif lebih besar dibandingkan dengan orang kulit putih.

4. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi mengarah pada kemiskinan dan kondisi pemukiman yang terlampau padat atau kondisi kerja yang buruk sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh dan memudahkan terjadinya infeksi. Orang-orang yang hidup dalam kondisi ini juga sering bergizi buruk. Masalah yang sangat kompleks ini lebih memudahkan TB berkembang menjadi penyakit (Crofton et.al. 2002).

5. Status Gizi

Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun (Moehji 1988).

(29)

menyebabkan kehilanga n bahan makanan karena diare atau muntah-muntah, dan mempengaruhi metabolisme makanan (Santoso & Ranti 1999).

Infeksi TB sering dianggap sebagai biang keladi penyebab utama kesulitan makan pada anak (Judarwanto 2005). Hal ini dapat mengakibatkan munculnya masalah gizi pada anak terutama kejadian KEP (Kurang Energi Protein). Masalah gizi ini merupakan akibat dari interaksi antara berbagai faktor, tetapi yang paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai dan adanya penyakit infeksi (Beck 1995).

TB lebih banyak terjadi pada anak yang kurang gizi sehubungan dengan lemahnya daya tahan tubuh anak yang kurang gizi. TB juga memperburuk gizi anak dan ini merupakan satu sebab lingkaran setan malnutrisi dan infeksi (Biddulph & Stace 1999). Anak-anak dengan penyakit kronis seperti TB biasanya mengalami keterlambatan pertumbuhan, tubuh mereka akan menjadi kecil terutama bila pengobatan tidak diberikan sejak dini (Jellife & Jellife 1979).

6. Lingkungan Fisik Rumah

Dengan memperhatikan cara keluar kuman TB dari penderita TB BTA (+) dan sifat kuman TB yang tahan panas, mati apabila terkena sinar matahari langsung, serta tahan beberapa jam di tempat lembab, maka ruangan yang gelap dan relatif tertutup dengan ventilasi minimum akan memperpanjang umur kuman.

Kusnindar et.al. (1993) diacu dalam Mulyadi (2003) menyatakan bahwa lingkungan perumahan yang merupakan faktor risiko penularan TB paru adalah kepadatan hunian terutama kamar tidur, pencahayaan terutama sinar matahari dan perhawaan (ventilasi). Untuk mengurangi risiko tersebut Depkes RI (1994) mensyaratkan rumah sehat harus memiliki rasio luas lantai dengan penghuni minimal 9 meter persegi perorang dan ventilasi minimal seperlima luas lantai.

7. Adanya Penyakit Tertentu

(30)

satu diantaranya adalah kelompok yang mempunyai risiko medis, yaitu :

silicosis, Gastrectomy, berat badan kurang (10% atau lebih di bawah ideal), gangguan ginjal kronik, diabetes mellitus, beberapa kelainan hematologis,

leukemia, dan sebagainya. Biddulph & Stace (1999 ) juga menyatakan bahwa TB lebih mudah menyebar dalam tubuh anak yang sudah diperlemah oleh adanya penyakit batuk rejan, campak atau infeksi lainnya seperti malaria atau diare kronik.

8. Kontak dengan Sumber Penyakit ( Penderita TB Dewasa)

Kontak erat seperti dalam keluarga dan pemaparan besar-besaran seperti pada petugas kesehatan memungkinkan penularan lewat percikan dahak. Hubungan fisik yang erat dengan sumber penyakit bisa mempengaruhi kemungkinan infeksi. Makin menigkatnya waktu berhubungan dengan penderita juga memberi kemungkinan yang lebih besar pada kontak dengan sumber penyakit (Mulyadi 2003).

9. Imunisasi BCG

BCG adalah vaksin yang terdiri dari basil hidup yang dihilangkan virulensinya. BCG merangsang kekebalan, meningkatkan daya tahan tubuh tanpa menyebabkan kerusakan. Sesudah vaksinasi BCG, TB dapat memasuki tubuh tetapi karena adanya daya pertahanan tubuh yang meningkat akan mengendalikan atau membunuh kuman-kuman tersebut. Efek BCG mungkin bertahan sampai 15 tahun, setidak-tidaknya pada populasi yang berkecukupan gizi (Crofton et.al. 2002). Sementara itu hasil penelitian Na’im (2004) menunjukan bahwa anak-anak yang tidak mendapat vaksin BCG mempunyai risiko sakit paru lebih besar 2,2 kali daripada anak-anak yang divaksin.

(31)

10. Faktor-Faktor Toksik

Merokok tembakau dan minum banyak alkohol merupakan faktor penting yang dapat menurunkan daya tahan tubuh. Sama halnya dengan obat

kortikosteroid dan immunosuposif lain yang digunakan dalam pengobatan penyakit tertentu (Crofton et.al. 2002). Penelitian Snider (1992) diacu dalam Mulyadi (2003) menunjukan bahwa merokok meningkatkan risiko terkena TB paru sebanyak 2,2 kali.

11. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan penularan TB paru antara lain meludah di sembarang tempat. Perilaku tersebut berisiko untuk menularkan kepada orang lain dimana penderita TB paru dewasa sering kurang memperhatikan kesehatan dirinya dan baru menyadarinya setelah kondisi tubuh melemah atau batuk mengeluarkan darah dan sesak nafas. Kondisi tersebut padahal merupakan kondisi yang sangat infeksius sehingga apabila penderita meludah maka ludah yang mengandung kuman TB paru akan tersebar di lingkungan sekitarnya (Ngastiyah 1997).

Pemantauan Status Gizi dengan Menggunakan KMS di Posyandu

Salah satu kegiatan yang dilakukan di Posyandu adalah penimbangan bulanan bayi dan anak balita. Melalui data hasil penimbangan berat badan yang dilakukan setiap bulan di Posyandu, perkembangan status gizi anak dapat dipanta u dalam rangka pemeliharaan kesehatannya (Depkes RI 1986).

(32)

Di Indonesia, terdapat KMS (Kartu Menuju Sehat) yang merupakan modifikasi growth chart NCHS yaitu berat badan terhadap umur balita. KMS adalah alat sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. KMS balita dapat berguna apabila penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan setiap bulan dan orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS balita (Dinkes Propinsi Jabar 2002). Grafik pertumbuhan berat badan yang terputus-putus dalam catatan KMS tidak dapat digunakan untuk memantau keadaan kesehatan dan gizi anak dengan baik. Oleh karena itu, agar status gizi dan kesehatannya dapat dipantau dengan baik maka balita harus ditimbang setiap bulan terutama di Posyandu terdekat.

Partisipasi Ibu di Posyandu

Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian dari perilaku kesehatan seseorang (Notoatmojo 1997). Dalam kegiatan Posyandu, tingkat partisipasi masyarakat di suatu wilayah dapat diukur dengan melihat perbandingan antara jumlah anak balita di daerah kerja Posyandu (S) dan jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada setiap jadwal yang ditentukan (Kasmita 2000).

(33)

Penelitian Hutagalung (1995) mendefinisikan peran serta pengguna Posyandu sebagai keterlibatan ibu balita, kader, dan tokoh masyarakat yang meliputi : kehadiran, keaktifan, penggunaan KMS, dan upaya pengembangan Posyandu. Sementara itu, Mushofiah (2002) mengelompokkan partisipasi ibu di Posyandu ke dalam bentuk-bentuk partisipasi dalam perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam evaluasi dan monitoring, dan partisipasi dalam menikmati manfaat.

Sulamto (1993) menyatakan bahwa partisipasi peserta, kader, dan tokoh masyarakat dalam kegiatan Posyandu berhubungan dengan kemampuan dan kemauan masing-masing kelompok tersebut untuk berpartisipasi. Oleh karena itu, kegiatan di Posyandu harus mampu menjadikan ibu dan anak balita merasa perlu datang ke posyandu dan merasa rugi jika tidak datang.

Penilaian Status Gizi Masa lalu Murid TK

Murid TK termasuk ke dalam kelompok umur prasekolah. Karakteristik periode ini ditandai oleh tingkat pertumbuhan yang melambat dan relatif tetap. Apabila anak-anak kurang memperoleh perawatan kesehatan dan gizi yang memadai akan mengalami keterlambatan dalam pertumbuhannya (Hurlock 1999).

Masalah gizi pada anak prasekolah meliputi masalah stunting,underweight, dan wasting. Stunting atau proses pertambahan Tinggi Badan (TB) yang tidak cukup menurut Umur (U), merupakan implikasi kesehatan yang jelek dan malnutrisi jangka panjang (Riyadi 2001). Prevalensi stunting yang tinggi banyak terjadi di Negara-negara berkembang. Keller (1991) menyatakan bahwa proporsi yang tinggi dari indeks TB/U yang rendah menunjukkan kemiskinan dan tingkat kesehatan yang rendah termasuk konsumsi yang kurang. Penelitian Bardosono (2005) di Indonesia menunjukkan stunting dengan tingkat keparahan sedang (20-30%) terjadi di Banggai Sulawesi Utara, stunting dengan tingkat keparahan tinggi di Nabire (33,1%), dan stunting dengan tingkat keparahan sangat tinggi di NTT (47,8%).

(34)

infeksi, termasuk infeksi parasit berulang (Bardosono 2005). Retardasi pertumbuhan dan pubertas yang terlambat juga dapat dihubungkan dengan penyakit kronis (Behrman & Vaughan 1988). Berdasarkan penelitian di Cebu Filipina, stunting dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang, pemberian ASI yang kurang memadai, faktor genetik, penyakit infeksi saluran pernafasan, diare, dan berat badan lahir yang rendah (Unicef 1998).

Pada anak-anak, informasi tentang umur, berat badan, dan tinggi badan akan dapat memberikan gambaran tentang akut tidaknya kekurangan gizi yang diderita oleh anak, yaitu dengan melihat rasio berat badan dengan tinggi badan, berat badan dengan umur, dan tinggi badan dengan umur. Kekuranga n makan yang akut akan mengakibatkan anak kurus berapapun umur atau tinggi badannya. Sedangkan kekurangan makan yang berlangsung lama akan mengakibatkan anak tidak hanya kurus tapi juga pendek. Tinggi badan yang kurang dari normal ini masih akan tampak walaupun anak telah mendapatkan makanan yang cukup kembali (Masjkuri 1991). Indikator antropometri yang menjelaskan proses tersebut adalah TB/U yang rendah/stunted.

Gibson (1990) menyatakan bahwa indeks TB/U yang merupakan indeks

stunting dari potensi pertumbuhan optimal anak-anak dapat digunakan untuk menilai status gizi masa lalu. Tinggi badan pada umur tertentu adalah hasil kumulatif pertumbuhan sejak lahir sehingga menggambarkan riwayat status gizi di masa lalu (Abunain & Jahari 1989). Indeks TB/U yang rendah bila dikombinasikan dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang normal dan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang rendah diinterpretasikan sebagai keadaan anak yang cukup makan tapi pernah kurang gizi Ketiga indeks tersebut digunakan secara bersamaan dalam rangka evaluasi program intervensi (WHO 1983).

Berdasarkan Riyadi (2001), sistem pelaporan indeks TB/U dapat dinyatakan dengan cara persen terhadap median. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan cara persen terhadap median adalah sebagai berikut :

(35)

2. Data TB aktual tersebut dibandingkan dengan data median TB referensi NCHS/WHO pada umur yang sama dan dikalikan 100%.

(36)

KERANGKA PEMIKIRAN

Penyakit TB yang terdeteksi pada murid TK dapat disebabkan oleh infeksi TB yang diperolehnya pada masa lalu. Hal ini karena kuman TB yang dorman dalam tubuh anak selama bertahun-tahun menjadi aktif setelah dipicu oleh daya tahan tubuh anak yang lemah. Lemahnya daya tahan tubuh anak tersebut diakibatkan oleh status gizi yang kurang baik pada saat sebelum terkena penyakit TB. Untuk menilai status gizi masa lalu murid TK, digunakan indeks Tinggi Badan (TB) menurut Umur (U). Pertumbuhan tinggi badan ini dipengaruhi juga oleh faktor genetik, berat badan lahir, kebiasaan makan, dan terpenuhinya makanan bergizi pada anak.

Selain itu, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya TB pada anak, yaitu : jenis kelamin, lingkungan fisik rumah (udara dalam rumah, pencahayaan, ventilasi, dan kepadatan penghuni), adanya penyakit tertentu yang dapat semakin memicu dan memperberat penyakit TB pada anak, kontak dengan sumber penular (penderita TB dewasa), faktor-faktor toksik (rokok dan obat-obat tertentu), perilaku kesehatan sumber penular (batuk, meludah sembarangan, dan kontak fisik yang erat dengan anak), dan status sosial ekonomi keluarga.

Karakteristik sosial ekonomi keluarga juga akan mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu yang menentukan pola asuh gizi dan kesehatan yang diterapkan terhadap anaknya. Variabel pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu ini dapat pula dipengaruhi oleh tingkat partisipasi ibu di Posyandu. Hal ini karena Posyandu merupakan sumber informasi kesehatan dan gizi yang tepat bagi bayi dan balita. Di Posyandu pula ibu-ibu dapat memperoleh pelayanan imunisasi bagi anaknya untuk pencegahan penyakit menular seperti TB. Imunisasi BCG dapat membentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit TB sehingga daya tahan tubuh anak terhadap penyakit tersebut menjadi meningkat.

(37)

Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Ibu Asuh Pola

Konsumsi Gizi

Status Gizi Saat ini Partisipasi Ibu

di Posyandu Imunisasi BCG

Daya Tahan Tubuh

Karakteristik Sosial Ekonomi

Penyakit TB

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi TB: Jenis Kelamin

Lingkungan fisik rumah Penyakit tertentu

Kontak dengan sumber penyakit Faktor Toksik

Perilaku penderita TB dewasa Status sosial ekonomi

Status Gizi Masa Lalu (TB/U)

Keterangan:

[image:37.595.115.515.97.723.2]

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Hubungan antara status gizi masa lalu anak dan partisipasi ibu di posyandu dengan kejadian TB pada murid TK.

Hubungan yang diteliti Hubungan yang tidak diteliti

Genetik BB

(38)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan dilakukan di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Lokasi penelitian ditentukan secara

purposive dengan pertimbangan kepentingan peneliti sebagai petugas gizi di wilayah tersebut. Penelitian dilaksanakan selama Bulan Januari -Mei 2006.

Contoh dan Cara Penarikan Contoh

Contoh pada penelitian ini adalah murid TK yang TB dan yang tidak TB. Menurut Hadi (1980) jumlah contoh sebanyak 30 dapat dikategorikan sebagai contoh dengan jumlah besar yang distribusi sampling statistiknya mendekati distribusi normal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan 30 murid TK yang TB dan 30 murid TK yang tidak TB sebagai contoh sehingga keseluruhan contoh menjadi 60 orang murid TK. Jumlah TK yang ada di Kecamatan Paseh adalah 19 dengan jumlah murid sebanyak 389 orang. Sedangkan jumlah murid TK yang TB adalah 88 orang. Penentuan contoh dilakukan dengan terlebih dulu membuat kerangka sampling berdasarkan daftar nama murid TK yang TB dan daftar nama murid TK yang tidak TB. Selanjutnya, dari masing-masing daftar tersebut dipilih secara acak 30 orang anak yang akan menjadi contoh dalam penelitian ini.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik sosial ekonomi keluarga, fa ktor-faktor yang mempengaruhi TB pada anak, partisipasi ibu di Posyandu, dan pengetahuan, sikap, serta perilaku ibu. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara menggunakan kuesioner. Pertanyaan diajukan dengan cara dibacakan kepada responden yaitu ibu dari anak TK. Selain itu, dilakukan pengamatan untuk melihat kondisi lingkungan fisik rumah responden dan cross cek data dengan register Posyandu untuk melihat tingkat kehadiran ibu di Posyandu.

(39)

se-Kecamatan Paseh, dan data gambaran umum lokasi penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari Puskesmas, kantor kecamatan, kantor Dinas Pendidikan Nasional kecamatan, dan dari setiap TK.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya diverifikasi dan diolah dengan program SPSS 11.0 for Windows. Perbedaan variabel antara dua kelompok dianalisis dengan uji t dan uji Mann Whitney. Hubungan antar variabel dianalisis dengan uji korelasi Rank Spearman dan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel digunakan uji regresi linier berganda.

Definisi Operasional

Murid TK adalah anak yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak dan telah diperiksa pada kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak yang dilaksanakan oleh Puskesmas Paseh pada tahun 2005.

Penyakit TB adalah penyakit akibat Mycobacterium tuberculosis pada anak dengan penegakan diagnosa melalui hasil Tes Mantoux, pemeriksaan laboratorium dan foto roentgen oleh rumah sakit.

Karakteristik sosial ekonomi keluarga adalah keadaan orang tua murid TK yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan/bulan/kapita.

Status sosial ekonomi keluarga adalah tingkat sosial ekonomi keluarga responden berdasarkan tingkat kesejahteraan keluarga menurut standar BKKBN. Data ini diperoleh dari hasil pendataan keluarga oleh BKKBN Kecamatan Paseh. Faktor-faktor yang mempengaruhi TB adalah faktor-faktor yang dapat

menyebabkan kejadian TB pada anak, meliputi : jenis kelamin, lingkungan fisik rumah, adanya penyakit tertentu, kontak dengan sumber penular, faktor-faktor toksis, perilaku kesehatan sumber penular, dan status sosial ekonomi keluarga .

(40)

Faktor-faktor toksik adalah bahan-bahan kimia yang memperburuk kondisi infeksi TB pada anak yaitu rokok.

Adanya penyakit tertentu adalah adanya penyakit yang mempermudah dan memperberat penyakit TB pada anak seperti gangguan ginjal kronik,

diabetes mellitus, leukemia, campak, batuk rejan, malaria atau diare kronik. Riwayat kontak adalah kontak fisik dengan penderita TB dewasa.

Perilaku kesehatan sumber penularan adalah kebiasaan penderita TB dewasa yang meliputi aspek menutup mulut jika batuk atau bersin, lokalisasi ludah dan dahak, dan kontak erat dengan anak-anak.

Status Imunisasi BCG adalah riwayat pemberian imunisasi BCG pada anak sewaktu bayi.

Partisipasi posyandu adalah tingkat keterlibatan ibu di posyandu pada masa anak seharusnya masih hadir di Posyandu, meliputi aspek kehadiran, upaya pengembangan, keaktifan bertanya, dan penggunaan KMS.

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku adalah tingkat pemahaman, ta nggapan, dan tindakan ibu dari murid TK, yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan terutama mengenai penyakit Tuberkulosis.

Status Gizi adalah keadaan gizi murid TK pada masa sebelum sakit TB yang ditentukan dengan indikator Tinggi Badan (TB) menurut Umur (U), sesuai dengan metode NCHS/WHO. Data tinggi badan diperoleh dari hasil pengukuran oleh petugas Puskesmas pada kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak TK.

Kategori dalam pengolahan data

(41)
[image:41.595.111.514.255.745.2]

jawaban responden salah diberi skor 0. Dalam variabel sikap ibu skor 3 diberikan untuk jawaban positif atas pernyataan positif dan jawaban negatif atas pernyataan negatif, skor 2 untuk jawaban netral, dan skor 1 untuk jawaban positif atas pernyataan negatif atau jawaban negatif atas pernyataan positif. Sedangkan variabel perilaku ibu skor 3 diberikan untuk jawaban ya/tepat, skor 2 untuk jawaban kadang-kadang/kurang tepat, dan skor 1 untuk jawaban tidak/tidak tepat. Tabel 1 menunjukkan pengkategorian variabel-variabel dalam penelitian ini. Tabel 1 Kategori dalam pengolahan data

Variabel Kategori Kriteria Sumber

Kejadian TB Sakit TB Sedang menjalani

pengobatan TB Puskesmas

Paseh Tidak sakit TB Tidak sedang menjalani

pengobatan TB

Status gizi (TB/U) Baik

Sedang

Kurang

Buruk

median > 95%

median 90-95%

85 > median < 90%

median < 85%

Riyadi

(2001)

Berat badan lahir Normal

Kurang

= 2500 g

< 2500 g

Depkes RI (1992) Jumlah Anggota Keluarga Kecil Besar = 4 > 4 BKKBN (1985) Status Imunisasi BCG Ya Tidak

Pernah diimunisasi BCG

Tidak pernah diimunisasi

BCG

Crofton

et.al. (2002)

Lingkungan fisik rumah

Baik

Kurang

Bersih, Tidak Pengap, Terang, Tidak Padat, Ventilasi Cukup (Skor 5)

Tidak bersih, Pengap, Gelap, Padat, Ventilasi Kurang (Skor < 5)

Depkes RI (1994)

Riwayat Kontak Ada

Tidak

Pernah kontak dengan

penderita TB dewasa

Tidak pernah kontak

dengan penderita TB

dewasa

Mulyadi

(42)

Tabel 1 (lanjutan)

Variabel Kategori Kriteria Sumber

Penyakit tertentu Ada

Tidak Ada

Pernah atau sedang menderita penyakit yang memperberat TB Tidak Pernah atau tidak sedang menderita penyakit yang memperberat TB

Crofton

et.al. (2002)

Faktor toksik Ada Tidak Ada

Ada yang merokok Tidak ada yang merokok

Crofton

et.al. (2002) Perilaku kesehatan sumber penular Baik Sedang Kurang > 80% 60-80% < 60% Mulyadi (2003) Status sosial ekonomi keluarga Baik Sedang Kurang KS III KS II KS I Register Pendataan Keluarga Pengetahuan ibu Baik

Sedang Kurang > 80% 60-80% < 60% Khomsan (2002)

Sikap Ibu Baik

Sedang

Kurang

> 80% 60-80%

< 60% -

Perilaku Ibu Baik

Sedang Kurang

> 80% 60-80%

< 60% -

Tingkat partisipasi ibu di Posyandu

Baik Sedang Kurang > 80% 60-80% < 60% - Umur ayah dan

Umur Ibu (tahun)

Remaja Dewasa awal Dewasa tengah < 20 20-40 40-65 Papalia & Olds (1981)

Pendapatan keluarga Diatas rata-rata

Dibawah rata-rata

> Rp 137..929,- < Rp 137.929,-

BPS & BAPPEDA

[image:42.595.112.512.104.587.2]
(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Paseh merupaka n salah satu dari 26 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang dengan luas wilayah 3297,6 ha. Kecamatan ini dilintasi oleh jalan propinsi yang menuju Cirebon. Sarana tranportasi umum untuk mencapai 10 desa yang termasuk wilayah kerja kecamatan tersebut sebagian besar harus menggunakan ojeg. Jumlah penduduk Kecamatan Paseh saat ini adalah 34.299 jiwa dengan 16.912 jiwa laki-laki dan 17.387 jiwa perempuan.

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Paseh sebagian besar adalah petani pemilik tanah. Wilayah ini cukup terkenal dengan keahlian penduduknya sebagai pembuat mebel. Dengan keahlian tersebut cukup banyak penduduk yang bekerja pada perusahaan mebel di luar kota. Selain itu, terdapat dua desa yaitu Citepok dan Haurkuning yang sumber penghasilan penduduknya sebagian besar dari hasil berdagang mie rebus instant di Jakarta. Dengan demikian, tidak sedikit kepala keluarga yang jarang berkumpul dengan anggota keluarganya.

Di Kecamatan Paseh tidak tercatat keluarga dengan kategori Pra KS, namun dalam bidang kesehatan tercatat 9,2% KK pemegang Kartu Sehat. Sarana kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat meliputi Puskesmas Kecamatan, 3 Puskesmas pembantu, 10 tempat bidan desa, 2 bidan praktek swasta, 2 dokter praktek swasta, 1 balai pengobatan, 1 apotik, dan 52 Posyandu.

(44)

Karakteristik Contoh

Umur

[image:44.595.112.518.276.447.2]

Umur contoh diketahui dengan cara pengurangan tanggal, bulan, dan tahun pelaksanaan kegiatan DDTK di setiap TK oleh tanggal, bulan, dan tahun kelahiran contoh. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data umur contoh secara tepat dalam satuan tahun dan bulan. Sebaran contoh menurut umur pada kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran contoh menurut umur

Umur (bulan) TB Tidak TB

n % n %

< 60 1 3,3 1 3,3

60-72 28 93,3 27 90,0

>72 1 3,4 2 6,7

Total 30 100,0 30 100,0

Rata-rata±SD 72,3±6,1 71,2±7,2

P=0,501

Umur contoh pada kedua kelompok berkisar antara 56-85 bulan. Rata-rata umur pada kelompok TB adalah 72,3 bulan. Sedangkan pada kelompok tidak TB adalah 71,2 bulan. Dengan demikian rata-rata umur contoh pada kelompok TB sedikit lebih tua jika dibandingkan dengan rata-rata umur contoh pada kelompok tidak TB. Hampir seluruh contoh pada kedua kelompok berumur antara 60-72 bulan ( 93,3% dan 90,0%). Uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam hal umur pada kedua kelompok contoh.

Berat Badan

(45)
[image:45.595.108.522.590.740.2]

Pada kelompok TB berat badan contoh berkisar antara 10-20 kg dengan rata-rata 16,7 kg. Sedangkan pada kelompok tidak TB berat badan contoh berkisar antara 14-21 kg dengan rata-rata 17,8 kg. Dengan demikian, rata-rata berat badan pada kelompok TB lebih ringan dibandingkan dengan yang tidak TB.

Tabel 3 Sebaran contoh menurut berat badan

Berat Badan TB Tidak TB

(kg) n % n %

10-15 18 60,0 7 23,3

16-21 12 40,0 23 76,7

Total 30 100,0 30 100,0

Rata-rata±SD 16,7±2,3 17,8±2,5

P=0,069

Sebagian besar contoh pada kelompok TB memiliki berat badan pada kategori 10-15 kg (60,0%). Sedangkan pada kelompok tidak TB sebagian besar contoh memiliki berat badan pada kategori 16-21 kg (76,7%). Uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam hal berat badan pada kedua kelompok contoh.

Tinggi Badan

Tinggi badan contoh diukur oleh petugas puskesmas pada saat kegiatan DDTK dilaksanakan di setiap TK. Kategori tinggi badan contoh dibuat berdasarkan interval kisaran tinggi badan seluruh contoh yang kemudian dikelompokan menjadi dua kategori sebagaimana tampilan pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran contoh menurut tinggi badan

Tinggi Badan TB Tidak TB

(cm) n % n %

95-107 14 46,7 6 20,0

107,5-119,5 16 53,3 24 80,0

Total 30 100,0 30 100,0

Rata-rata±SD 107,3±4,3 111,7±4,5

(46)

Pada kelompok TB tinggi badan contoh berkisar antara 95-115 cm dengan rata-rata 107,3 cm. Sedangkan pada kelompok tidak TB tinggi badan contoh berkisar antara 103-119,5 cm dengan rata 111,7 cm. Dengan demikian rata-rata tinggi badan contoh pada kelompok TB lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tidak TB. Sebagian besar contoh pada kedua kelompok memiliki tinggi badan pada kategori 107,5-119,5 cm (53,3% dan 80,0%). Uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata dalam hal tinggi badan pada kedua kelompok. Berat Badan Lahir (BBL)

[image:46.595.108.517.323.471.2]

Tabel 5 berikut ini menunjukkan hasil penelitian berat badan lahir pada kedua kelompok contoh.

Tabel 5 Sebaran contoh menurut berat badan lahir

Berat Badan TB Tidak TB

Lahir n % n %

Normal (= 2500 g) 28 93,3 27 90,0

Kurang (< 2500 g) 2 6,7 3 10,0

Total 30 100,0 30 100,0

Rata-rata±SD 3223,3±558,1 3010,0±579,2

P= 0,152

Sebagian besar contoh pada kedua kelompok memiliki berat badan lahir normal, yaitu 93,3% pada kelompok TB dan 90,0% pada kelompok tidak TB. Berat badan lahir pada kelompok TB berkisar antara 2000-4400 g dengan rata-rata 3223,3 g. Sedangkan pada kelompok tidak TB berkisar antara 1700-4500 g dengan rata-rata 3010,0 g. Uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam hal berat badan lahir pada kedua kelompok contoh.

(47)

Anak yang sehat bila bertambah umur maka akan bertambah pula berat dan tinggi badannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata berat badan dan tinggi badan pada anak yang TB lebih rendah jika dibandingkan dengan anak yang tidak TB. Artinya, gangguan kesehatan seperti penyakit TB dapat menghambat pertumbuhan anak. Ga ngguan kesehatan berupa penyakit kronis memang dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan pubertas pada anak (Berhman & Vaughan 1988).

Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata dalam hal berat badan dan berat badan lahir antara anak yang TB dengan yang tidak TB. Seringkali kenyataan ini membuat orang tua contoh merasa kaget dan heran ketika diberi tahu kalau anaknya terkena penyakit TB. Apalagi bila orang tua jarang memantau perkembangan berat badan anaknya. Hal ini dapat dijelaskan melalui mekanisme perjalanan penyakit TB yang tidak sama pada setiap anak. Dengan demikian, jangka waktu perubahan fisik terutama penurunan berat badan pada setiap anak pun berbeda tergantung jangka waktu dari sejak terinfeksi kuman TB sampai menjadi penyakit TB. Waktu yang diperlukan sejak terinfeksi hingga menjadi penyakit TB adalah 12 bulan atau lebih (Rahajoe 1994). Selain itu, terdapat faktor genetik dan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain adalah asupan gizi, higiene, sanitasi, dan stimulasi psikososial.

(48)

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

Jumlah Anggota Keluarga

[image:48.595.108.518.276.426.2]

Jumlah anggota keluarga dikategorikan berdasarkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS), yaitu kecil bila = 4 orang dan besar bila > 4 orang. Tabel 6 menunjukkan bahwa kelompok TB sebagian besar berasal dari keluarga kecil (63,3%) sedangkan kelompok tidak TB sebagian besar berasal dari keluarga besar (53,3%).

Tabel 6 Sebaran contoh menurut jumlah anggota keluarga

Jumlah Anggota TB Tidak TB

Keluarga n % n %

Kecil (= 4 orang) 19 63,3 14 46,7

Besar (>4 orang) 11 36,7 16 53,3

Total 30 100,0 30 100,0

Rata-rata±SD 4,3±1,4 4,8±1,3

P=0,144

Jumlah anggota keluarga baik pada kelompok TB maupun tidak TB berkisar antara 3-7 orang, dengan rata-rata 4 orang pada kelompok TB dan 5 orang pada kelompok tidak TB. Uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam hal jumlah anggota keluarga pada kedua kelompok contoh. Dengan demikian, jumlah anggota keluarga tidak mendasari kejadian TB. Hal ini dapat terjadi mengingat walaupun keluarga contoh tercatat sebagai keluarga besar, namun dalam kesehariannya banyak contoh lebih sering tinggal hanya dengan 1-2 orang anggota keluarga yang lain terutama ibu. Kondisi ini terjadi karena sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai buruh di luar kota dan diikuti oleh anggota keluarga lain terutama yang laki-laki.

(49)

persediaan pangan terbatas, biasanya keluarga besar dan miskin menderita gizi lebih parah daripada keluarga yang lebih kecil (Harper 1984). Status gizi yang kurang baik dapat melemahkan daya tahan tubuh seseorang sehingga menjadi lebih mudah terkena penyakit menular seperti TB.

Umur Orang Tua

[image:49.595.112.523.323.496.2]

Kategori umur orang tua contoh ditentukan berdasarkan teori Papalia & Olds (1981) yaitu < 20 tahun (remaja), 20-40 tahun (dewasa awal), dan 41-65 tahun (dewasa tengah). Tabel 7 memperlihatkan bahwa pada kedua kelompok contoh umur ayah sebagian besar berada dalam kategori dewasa awal yaitu 76,67% pada kelompok TB dan 60,0% pada kelompok tidak TB.

Tabel 7 Sebaran contoh menurut umur orang tua

Umur TB Tidak TB

Orang Tua Ayah Ibu Ayah Ibu

(thn) n % n % n % n %

20-40 23 76,7 29 96,7 18 60,0 25 83,3

41-65 7 23,3 1 3,3 12 40,0 5 16,7

Jumlah 30 100,0 30 100,0 30 100,0 30 100,0

Rata-rata±SD 35,1±7,0 29,5±5,1 37,4±8,4 32,8±6,2

P Ayah : 0,250 Ibu : 0,028

Umur ayah pada kelompok TB berkisar antara 26-52 tahun dengan rata-rata 35,1 tahun. Sedangkan pada kelompok tidak TB berkisar antara 24-59 tahun dengan rata-rata 37,4 tahun. Walaupun demikian, pada kelompok tidak TB lebih banyak ayah yang masuk pada kategori dewasa tengah (40,0%) jika dibandingkan dengan kelompok TB (23,3%). Seluruh ayah pada kedua kelompok contoh tidak ada yang termasuk dalam kategori umur remaja. Uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kedua kelompok contoh dalam hal umur ayah.

(50)

tidak TB (83,3%). Tetapi, pada kelompok tidak TB jumlah ibu yang masuk pada kategori dewasa tengah lebih banyak (16,7%) jika dibandingkan dengan kelompok TB (3,3%). Ibu pada kedua kelompok contoh tidak ada yang masuk dalam kategori umur remaja. Uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam hal umur ibu pada kedua kelompok contoh.

Individu dewasa awal baru memulai sebuah keluarga sedangkan individu dewasa menengah telah memantapkan perannya sebagai orang tua. Papalia & Olds (1981) menyatakan bahwa status baru sebagai orang tua bagi individu dewasa awal menjadi sumber konflik dan kegelisahan mereka. Sementara itu, pada masa dewasa tengah seseorang biasanya berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik secara fisik maupun psikologis. Mereka juga ada dalam kondisi keuangan yang paling aman sepanjang kehidupannya. Dengan demi kian, peran individu dewasa menengah dalam pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk dalam pemeliharaan dan perawatan kesehatan anak dapat lebih optimal.

Pendidikan Orang Tua

[image:50.595.109.518.565.758.2]

Hasil penelitian tingkat pendidikan orang tua contoh dapat dilihat pada Tabel 8. Pendidikan ayah pada kedua kelompok contoh berkisar antara SD-Perguruan Tinggi. Baik pada kelompok TB maupun tidak TB sebagian besar pendidikan ayah masuk dalam kategori SD/sederajat (53,3%). Walaupun demikian, jumlah ayah yang pernah bersekolah di SMA/sederajat dan PT lebih banyak pada kelompok tidak TB (16,7% dan 6,7%) jika dibandingkan dengan kelompok TB (6,7% dan 3,3%).

Tabel 8 Sebaran contoh menurut tingkat pendidikan orang tua

Tingkat TB Tidak TB

Pendidikan Ayah Ibu Ayah Ibu

Orang Tua

Gambar

Gambar 1 Hubungan antara status gizi masa lalu anak dan partisipasi ibu di posyandu dengan kejadian TB pada murid TK
Tabel 1 Kategori dalam pengolahan data
Tabel 1 (lanjutan)
Tabel 2 Sebaran contoh menurut umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemodelan antena untuk mendapatkan data dimensi antena telah dilakukan, kemudian dilakukan pengujian parameter antena melalui prosedur pengukuran dan analisisnya

Discussion of judicial independence typically focus on the importance of independent decision making. The need for freedom from inappropriate influence--- wether

Dari pengujian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa interferensi yang terjadi antara logam dan Tag RFID dapat berkurang dengan menambahkan perantara kertas yang memiliki

Transformasi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L. BL) Dengan Gen SoSUT1 Menggunakan Agrobacterium tumefaciens strain GV3101 dan Eksplan Kalus; Anisa Indah

Protein lain yang terletak pada diskus interkalaris, seperti zona occludens-1, desmosom memungkinkan hemichannel yang tersusun dari protein connexin43 dapat ditranspor ke

Elemen kapasitor sebagai pengganti ballast memiliki tegangan yang lebih rendah juga sebagaimana resistor terhadap ballast yaitu 45 volt, akan tetapi yang menjadi kelebihan

Hasil ini menunjukkan bahwa independensi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga, kualitas audit, dan voluntary

Makanan awetan dari bahan hewani adalah makanan yang dibuat dari SDA hewani, yang sudah melalui proses pengolahan yang tepat sesuai dan dikemas dengan baik, baik menggunakan