• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PEMBATALAN AKTA PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DI KOTA PALU (Studi Kasus Perumahan Griya Bukit Hijau di Kota Palu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PEMBATALAN AKTA PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DI KOTA PALU (Studi Kasus Perumahan Griya Bukit Hijau di Kota Palu)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

265 PEMBATALAN AKTA PENGIKATAN JUAL BELI TANAH

DI KOTA PALU

(Studi Kasus Perumahan Griya Bukit Hijau di Kota Palu)

WAHYU SETIAWAN SUPRIADI

SAHRUL

Abstrak

Akibat hukum dari pembatalan perjanjian perikatan jual beli tanah adalah para pihak harus memenuhi kewajibannya terlebih dahulu sebagaimana yang telah diperjanjikan, perjanjian perikatan jual beli dibuat dalam akta otentik sehingga memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang membuatnya.Penelitian ini merupakan penelitian tipe yuridis-empirisLokasi penelitian di kantor notaris. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang bersumber dari pengamatan langsung dilapangan serta wawancara dengan notaris dan data sekunder yang bersumber dari buku-buku.Berdasarkan hasil peneltian menggambarkan suatu perjanjian tidak senantiasa berjalan sesuai dengan kesepakatan para pihak yang membuatnya, terdapatnya kondisi-kondisi tertentu yang berakibat suatu perjanjian harus berakhir tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Perjanjian dapat diakhiri dengan wanprestasi (ingkar janji) yang akan dikenakan sanksi, yang dilakukan oleh pihak pertama (penjual) yang tidak memenuhi isi perjanjian. Sehingga pihak pertama harus menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Notaris untuk mengembalikan sejumlah uang pembayaran pertama kepada pihak yang telah dirugikan.

Kata Kunci:Pembatalan, perjanjian, jual beli tanah, dan kota palu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelaksanaan perjanjian merupakan realisasi atau pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh para pihak yang membuat perjanjian, supaya perjanjian itu dapat mencapai tujuannya. Tujuan tidak akan terwujud tanpa ada pelaksanaan

perjanjian.1Pada umumnya suatu perjanjian itu dapat dibuat secara bebas, bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun, bebas untuk menentukan syarat-syarat, dan bebas untuk menentukan bentuknya yaitu tertulis atau tidak tertulis.

1

Simanjuntak. Hukum Perdata

(2)

266 Dalam perkembangan saat ini

banyak aspek yang mempengaruhi pemasaran seperti tanah saja, rumah atau perumahan sesuai tipe-tipe yang tersedia dan sebagian banyak di kalangan masyarakat yang memasukan dalam kredit di bank. Pada dasarnya masyarakat juga tidak bergantungan pada pihak bank banyak juga yang melakukan perjanjian pengikatan jual beli baik itu tanah, rumah, atau perumahan sesuai tipe di Notaris/pejabat pembuat akta tanah (PPAT).

Kemudian saat perjanjian perikatan jual beli telah di lakukan, terdapat pula sebagian dari masyarakat melakukan pembatalan akta perikatan jual beli tersebut baik secara sepihak maupun kedua belah pihak yang mana masyarakat tidak mengetahui akibat dari pembatalan perikatan jual beli tersebut. Sesungguhnya syarat terjadinya suatu persetujuan yang sah diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya hal ini dimaksudkan, bahwa para pihak yang hendak mengadakan suatu perjanjian, harus terlebih dahulu bersepakat atau setuju mengenai hal-hal yang pokok

dari perjanjian yang akan diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik, misalnya sipenjual iginkan sejumlah uang, sedang sipembeli ingikan barang dari sipenjual.

Dengan demikian persetujuan tanpa sebab, atau dibuat berdasarkan suatu sebab yang palsu atau yang terlarang, tidaklah mempunyai kekuatan berdasarkan Pasal 1335

KUHPerdata. “Jika perjanjian yang

telah disepakati bersifat tidak halal atau terlarang dan jika terjadi pembatalan sepihak kemudian hari maka tidak akan mempunyai kekuatan hukum karena suatu persetujuan perjanjian sepakat yang dilakukan sejak awal yaitu perjanjian yang palsu sehingga tidak

memiliki kekuatan hukum”.

Berdasarkan yang telah dijelaskan pada Pasal 1335 KUHPerdata persetujuan tanpa sebab memiliki hubungan antara Pasal 1337 KUHPerdata yakni suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau

(3)

267 adalah bahwa suatu kontrak haruslah

dibuat dengan maksud atau alasan yang sesuai hukum yang berlaku. Jadi tidak boleh dibuat kontrak untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan

kesusilaan/ketertiban umum”. Semua

persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya menurut Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Pasal 1338 ini mengandung asas kebebasan berkontrak, maksudnya adalah setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian berupa apa saja, baik bentuknya, isinya dan pada siapa

perjanjian itu ditujukan. “Dari asas ini

dapat disimpulkan bahwa masyarakat diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja (tentang apa saja) dan perjanjian itu mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang-undang”.

Kemudian suatu persetujuan tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang-undang menurut Pasal 1339

KUHPerdata.2 Pengikatan jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang muncul dari kebutuhan hukum yang berkembang dalam masyarakat. Pengikatan jual beli tanah merupakan perjanjian tidak bernama, karena tidak ditemukan dalam bentuk-bentuk perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata. Perjanjin pengikatan jual beli tanah perumahan merupakan implementasi dari asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak bebas dapat menentukan kemauannya.

Perjanjian pengikatan jual beli tanah, sering ditemukan dalam praktek sehari-hari di masyarakat maupun di kantor-kantor notaris. Perjanjian merupakan suatu perjanjian yang mendahului perjanjian jual beli tanahnya, yang harus dilakukan dihadapan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) dan termasuk dalam perjanjian di bawah tangan yang hanya

2

(4)

268 dilakukan antara pihak pertama penjual

dan pihak ke dua pembeli.3

Dalam Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dapat diketahui bahwa untuk peralihan hak atas tanah diperlukan suatu akta otentik yang dibuat oleh seorang pejabat umum yang disebut dengan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang diangkat oleh pemerintah. Sehingga peralihan hak atas tanah tidak dapat dilakukan begitu saja tanpa memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.Namun dalam praktek sebelum dilakukannya jual beli tanah dihadapan PPAT, para pihak terlebih dahulu melakukan suatu perbuatan hukum dengan cara membuat akta pengikatan jual beli tanah di hadapan Notaris.

Pengikatan dimaksudkan sebagai perjanjian pendahuluan dari maksud utama para pihak untuk melakukan peralihan hak atas tanah. Pengikatan jual beli memuat janji-janji untuk melakukan jual beli tanah apabila persyaratan yang diperlukan untuk itu telah terpenuhi. Pengikatan jual beli

3

Salim HS.Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).Rajawali Pers. Jakarta. 2016. Hal. 116.

tanah merupakan perjanjian tidak bernama yang muncul sebagai bentuk perkembangan perjanjian dalam masyarakat.

Perjanjian pengikatan jual beli tanah dalam prakteknya sering dibuat dalam bentuk akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris, sehingga Akta Pengikatan Jual Beli merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Hal ini dimaksudkan oleh para pihak untuk lebih memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak yang membuatnya. Karena notaris dalam membuat suatu akta tidak berpihak dan menjaga kepentingan para pihak secara obyektif. Dengan bantuan notaris para pihak yang membuat perjanjian pengikatan jual beli akan mendapatkan bantuan dalam merumuskan hal-hal yang akan diperjanjikan.

(5)

269 pengikatan jual beli tanah menjadi

menarik untuk dikaji lebih lanjut mengingat perjanjian pengikatan jual beli merupakan suatu perbuatan hukum yang mendahului proses peralihan hak atas tanah. Sebagai suatu bentuk dari perikatan, perjanjian pengikatan jual beli tanah mengandung hak dan kewajiban dari para pihak yang membuatnya, sehingga apabila hal-hal yang telah disepakati dalam akta pengikatan jual beli dilanggar atau tidak dipenuhi oleh para pihak yang membuatnya maka hal tersebut dapat dikatakan telah terjadi wanprestasi. Dibatalkannya suatu akta perjanjian yang dibuat secara otentik tentu akan membawa konsekuensi yuridis tertentu. B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diajukan oleh penulis adalah:

1. Apakah akibat hukum dari pembatalan akta pengikatan jual beli tanah?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan dalam pelaksanaan pengikatan jual beli tanah. II.PEMBAHASAN

A.Akibat hukum dari pembatalan akta perikatan jual beli tanah

Akibat hukum dari pembatalan perjanjian perikatan jual beli tanah adalah para pihak harus memenuhi kewajibannya terlebih dahulu sebagaimana yang telah diperjanjikan, perjanjian perikatan jual beli dibuat dalam akta otentik sehingga memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang membuatnya. Pembatalan pengikatan jual beli yang dibuat dihadapan notaris tersebut adalah ganti kerugian, pembatalan perjanjian, dan pembatalan disertai dengan ganti kerugian. KUHPerdata yang menentukan akibat hukum bagi kontrak atau perjanjian tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan Pasal 1320 KUHPerdata.

Doktrin dan yurisprudensi

(6)

270 Disebut persyaratan subjektif

karena berkaitan dengan subjek yang membuat yang mengadakan perjanjian atau kontrak. Persyaratan ketiga dan keempat, yakni objek tertentu dan kausa hukum halal disebut persyaratan objektif. Disebut persyaratan objektif karena persyaratan berkaitan dengan objek perjanjian.

Ketidak lengkapan persyaratan tersebut di dalam perjanjian memiliki konsekuensi hukum yang berbeda-beda. Jika ketidak lengkapan berkaitan dengan persyaratan subjektif hanya membawa konsekuensi kontrak dapat dibatalkan. Selama perjanjian tersebut belum diajukan pembatalannya ke pengadilan yang berwenang maka perjanjian tersebut masih tetap sah. Ketidak lengkapan persyaratan objektif mengakibatkan kontrak batal demi hukum (null and Void). Berarti bahwa perjanjian sejak pertama kali dibuat telah tidak sah, sehingga hukum menganggap bahwa perjanjian tersebut tidak pernah ada sebelumnya.

Jika dalam suatu perkara perdata yang berkaitan dengan gugatan ganti rugi akibat wanprestasi, di dalam persidangan hakim menemukan fakta bahwa ternyata kontrak dibuat oleh

satu pihak yang masih di bawah umur atau ternyata kesepakatan mengandung cacat kehendak, sepanjang tidak ada gugatan pembatalan perjanjian, maka hakim tidak dapat berinisiatif untuk membatalkan kontrak tersebut.

Jadi di dalam kasus yang sama, ternyata hakim menemukan fakta bahwa isi perjanjian tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (yang bersifat memaksa) tanpa dimintai oleh para pihak, hakim wajib membatalkan perjanjian itu. Timbulnya wanprestasi berasal dari kesalahan (schuld) debidor, yakni tidak melaksanakan kewajiban kontraktual yang seharusnya ditunaikan.

Kesalahan tersebut adalah kesalahan dalam arti luas, yakni berupa kesengajaan atau kealfaan. Dalam arti sempit kesalahan hanya bermakna kesengajaan. Kesalahan dalam wanprestasi adalah kesalahan yang menimbulkan kerugian debitor. Perbuatan berupa wanprestasi tersebut menimbulkan kerugian terhadap kreditor, dan perbuatan itu harus dapat dipersalahkan kepada debitor.

(7)

271 unsur kesengajaan atau kelalaian dalam

peristiwa yang menimbulkan kerugian pada diri kreditor dan dapat dipertanggung jawabkan pada debitor. Kerugian yang diderita kreditor dapat berupa biaya-biaya yang telah dikeluarkan kreditor, kerugian yang menimpa harta benda, milik kreditor, atau hilangnya keuntungan yang diharapkan.

Pembatalan perjanjian karena wanprestasi apabila kreditor yang dirugikan akibat tindakan debitor tersebut, maka kreditor harus membuktikan kesalahan debitor (yakni kesalahan tidak berprestasi), kerugian yang diderita, dan hubungan kausal antara kerugian dan wanprestasi.4 Masalah pembatalan perjanjian karena kelalaian atau wanprestasi telah diatur dalam Pasal 1266 KUHPerdata yakni syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik, andaikata salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannnya, Dalam hal demikian kepada pengadilan.

Sebagaimana diketahui, dalam kontrak timbal balik yang dibuat secara sah akan melahirkan perikatan yang mengikat para pihak dengan hak dan

4

Ridwan Khairandy. Op.Cit. Hal: 191

kewajiban yang saling diperuntukan. Lazimnya pelaksanaaan perestasi dari perikatan tersebut menghapus perikatan itu sendiri buku III BW dalam bab IV tentang hapusnya perikatan, memerinci sebab-sebab hapusnya perikatan sebagaimana diatur dalam pasal 1381 BW yaitu;

a. Perikatan hapus b. Karena pembayaran

c. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penipuan.

d. Karena pembaharuan utang

e. Karna perjumpaan utang atau kompensasi

f. Karna percampuran utang g. Karna pembebasan utang

h. Karna musnanya barang yang terutang

i. Karena kebatalan atau pembatalan5 j. Karena berlakunya suatu syarat

pembatalan dan karna kadaluwarsa, yang akan diatur dalam suatu bab tersendiri.

Dalam peraktek perancangan kontrak sering dijumpai khusus ketentuan umum yang berisi tentang

5

Agus Yudha Hernoko. Hukum

(8)

272 subtansi putusnya perikatan dengan

judul pembatalan kontrak atau pemutusan kontrak, yang dihubungkan dengan wanprestasinya salah satu pihak (klausul wanprestasi atau kelelaian). Analisis kritis perlu dilakukan terhadap pengunaan istilah pembatalan dan pemutusan dalam suatu kontrak, meskipus dalam peraktek, sering dijumpai adanya klausul yang mengatur sebagian subtansi kontrak yang lazim dituangkan dalam klausul kebatalan sebagian atau severabiliti clause, klausul ini pada umumnya menegaskan apa bila satu atau beberapa ketentuan dinyatakan batal maka terhadap klausul yang dinyatakan batal dianggap tidak pernah ada.

Namun sepanjang tidak terkait dengan subtansi klausul yang dibatalkan serta masih memungkinkan untuk dilaksanakan, maka sisa kontrak yang ada dinyatakan masi berlaku. Dengan demikian, makna pembatalan lebih mengarah pada proses pembentukan kontrak (penutupan kontrak). Akibat hukum terhadap pembatalan kontrak adalah pengembalian pada posisi semula, sebagaimana halnya sebelum penutupan kontrak. Misalnya dalam

kontrak jual beli yang dibatalkan, maka barang dan harga harus dikembalikan kepada masing-masing pihak, dan apabila pengambilan barang tidak lagi dimungkinkan dapat diganti dengan objek yang sejenis atau senilai.

Konsekwensi lanjutan dari efek atau daya kerja pembatalan, apaila setelah pembatalan salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya (mengembalikan apa yang telah diperolehnya), maka pihak yang lain dapat mengajukan gugatan revindikasi (vide Pasal 574 BW) untuk pengembalian barang miliknya, atau gugat perorangan atas dasar pembayaran yang tidak terutang (vide Pasal 1359 BW-onverschulding betaling).

(9)

273 sendiri namun eksistensi kontraknya

tidak hapus.

Pemutusan kontrak merupakan akibat hukum lanjutan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pelaksanaan pemenuhan kewajiban kontraktual. Peristiwa tersebut pada umumnya dikaitkan dengan pelanggaran kewajiban kontraktual salah satu pihak yang mengakibatkan kegagalan palaksanaan kontrak, wanprestasi sehingga mengakibatkan kontrak tersebut diputus. Pemutusan kontrak sebagi akibat adanya pelanggaran kewajiban kontraktual merupakan salah satu upaya bagi kreditor untuk menegakkan hak kontraktualnya. Hal ini dapat dicermati dalam ketentuan Pasal 1267 BW, bahwa dalam hal terjadi wanprestasi oleh debitur maka kreditor dapat menuntut antara lain pemutusan kontrak ditambah dengan ganti rugi.6

B. Perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan dalam perikatan jual beli

Kata perlindungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi, misalnya memberi

6

Agus Yudha Hernoko. Op. Cit. Hal: 293-294.

perlindungan kepada orang yang lemah.7 Sedangkan, pengertian hukum menurut Sudikno Mertokusumo adalah kumpulan peraturan atau kaedah yang mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah.8

Jadi, perlindungan hukum adalah suatu perbuatan untuk melindungi subjek hukum dengan peraturan-peraturan yang berlaku dan dipaksakan dengan suatu sanksi. Menurut

Fitzgerald dalam buku yang ditulis oleh Satijipto Raharjo mengungkapkan

bahwa “Teori perlindungan hukum Salmond bahwa hukum bertujuan

mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyrakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan

7

W.J.S. Poewadarminta. Kamus Besar Umum Bahasa Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta 1986. Hal. 600.

8

Sudikno Mertokusumo.Mengenal

(10)

274 tertentu dapat dilakukan dengan cara

membatasi berbagai di lain pihak.”9

Perlindungan hukum merupakan kebutuhan dalam lalu lintas hukum masyarakat, karena lalu lintas tersebut terdapat kepentingan dalam hubungan hukum masyarakat yang disebut dengan kepentingan hukum. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.

Perlindungan hukum dalam masyarakat berjalan seiring dengan permasalahan yang muncul. Selain itu, perlindungan hukum muncul dan lahir dari instrumen hukum bertujuan untuk mengatur masyarakat dan tidak semata-mata dibuat begitu saja. Perlindungan hukum pada dasarnya dibuat dan digali dari perilaku masyarakat berdasarkan kesepakatan antara masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat.

Mengingat ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila, oleh sebab itu Perlindungan hukum di dalam

9

Satjipto Raharjo. Ilmu Hukum.. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2000. Hal.53.

negara yang berdasarkan Pancasila, maka asas yang penting ialah asas

kerukunan berdasarkan

kekeluargaan.10Untuk itu, setiap muncul wanprestasi dalam suatu perbuatan hukum antara pihak, maka akan diselesaikan terlebih dahulu dengan cara kekeluargaan dan musyawarah. Tercermin dalam perjanjian jual beli tanah hak milik yang merupakan hukum privat, namun disisi lain tanah merupakan barang yang bernilai ekonomis maka tidak jarang terdapat masalah ataupun wanprestasi. Untuk mencegah hal tersebut peran notaris sangat penting. Notaris merupakan perjabat negara yang memiliki tugas untuk memberikan perlindungan hukum terhadap para pihak yang melakukan tindakan hukum. Untuk itu, Notaris memiliki kewenangan berdasarkan undang-undang untuk memberikan perlindungan hukum para pihak yang melakukan tindakan hukum dan menghindari adanya wanprestasi.

Perjanjian Pengikatan Jual Beli dibuat dalam suatu akta otentik yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris,

10

(11)

275 sehingga Akta Pengikatan Jual Beli

merupakan akta otentik yang memilki kekuatan pembuktian yang sempurna. Hal ini lebih memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihakyang membuatnya. Karena notaris dalam membuat suatu akta tidak berpihak dan menjaga kepentingan para pihak secara obyektif. Dengan bantuan notaris para pihak yang membuat perjanjian pengikatan jual beli akan mendapatkan bantuan dalam merumuskan hal-hal yang akan diperjanjikan.

Otensitas (keaslian) dari akta notaris bersumber dari Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004, yaitu notaris dijadikan sebagai pejabat umum, sehingga akta yang dibuat oleh notaris dalam kedudukannya tersebut memperoleh sifat akta otentik. Akta yang dibuat oleh notaris mempunyai sifat otentik, bukan oleh karena undang-undang menerapkan demikian, tetapi karena akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata yang menyatakan: Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh

Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya.

Berdasarkan Pasal 1868 KUHPerdata, maka dapat diketahui bahwa bentuk akta ada dua, yaitu akta yang dibuat oleh notaris dan akta yang dibuat dihadapan notaris. Akta yang dibuat oleh notaris dapat merupakan suatu akta yang memuat atau menguraikan secara otentik suatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta, yakni notaris sendiri, di dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Akta disebut juga akta yang dibuat oleh notaris (sebagai pejabat umum).11

Akta notaris dapat juga berisikan suatu cerita dari apa yang terjadi, karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan notaris, artinya yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada notaris dalam menjalankan jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain sengaja datang dihadapan notaris dan memberikan keterangan atau melakukan perbuatan dihadapan

11

(12)

276 notaris, agar keterangan atau perbuatan

itu di konstatir oleh notaris di dalam suatu akta otentik.

Akta ini disebut pula akta yang dibuat dihadapan notaris, Di dalam semua akta notaris menerangkan atau memberikan dalam jabatannya sebagai pejabat umum kesaksian dari semua apa yang dilihat, disaksikan dan dialaminya, yang dilakukan oleh pihak lain. Di dalam akta parjanjian dicantumkan secara otentik keterangan-keterangan dari orang-orang yang bertindak sebagai pihak-pihak dalam akta perjanjian tersebut, dari notaris itu sendiri yang menyatakan bahwa orang-orang yang hadir telah menyatakan kehendaknya tertentu, sebagaimana yang dicantumkan dalam akta.

Di antara golongan akta, dapat di lihat dari bentuk akta itu sendiri. Dalam akta parjanjian, dengan diancam akan kehilangan otensitasnya atau dikenakan denda, harus ditandatangani oleh para pihak atau para pihak yang bersangkutan, misalnya para pihak atau salah satu pihak buta huruf atau tangannya lumpuh dan lain sebagainya, keterangan tersebut harus dicantumkan oleh notaris dalam akta dan keterangan

dalam hal ini berlaku sebagai pengganti tanda tangan.

III. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa hal untuk dijadikan kesimpulan yaitu:

1. Akibat hukum dari pembatalan akta pengikatan jual beli tanah yang terjadi yaitu terjadi kerugian yang dialami oleh pihak kedua (pembeli). Dikarenakan wanprestasi yang telah dilakukan oleh pihak pertama (penjual). Dalam hal ini pihak penjual tidak memenuhi perjanjian yang telah disepakati bersama di hadapan notaris. jika tidak terpenuhinya unsur ketiga dan keempat, yakni objek tertentu dan kausa hukum yang halal. disebut pensyaratan objektif karena pensyaratan berkaitan dengan objek perjanjian. maka menimbulkan konsekuensi hukum atas tidak terpenuhinya syarat yang bersifat objektif dalam suatu perjanjian adalah batal demi hukum Berdasarkan pasal 1320 KUHperdata.

(13)

277 hukum dengan peraturan-peraturan

yang berlaku dan dipaksakan dengan suatu sangksi. bagi pihak yang dirugikan dalam pengikatan jual beli tanah yang terjadi wanprestasi yaitu berupa ganti rugi. wanprestasi dalam suatu perbuatan hukum antara pihak, maka akan diselesaikan terlebih dahulu dengan cara kekeluargaan dan musyawarah di hadapan notaris. Sesuai kasus yang telah diteliti (pihak yang melakukan wanprestasi) harus mengembalikan sejumlah uang berupa ganti rugi yang harus dikembalikan kepada pihak yang dirugikan tercantum dalam isi perjanjian jual beli tanah yaitu seluruh kerugian yang telah dikeluarkan oleh pihak (pihak yang dirugikan). Setelah didiskusikan dengan cara kekeluargaan dan musyawarah pihak petama melakukan ganti rugi dengan mengembalikan seluruh kerugian yang dialami pihak kedua dihadapan notaris.

B. Saran

1. Diharapkan kepada kedua belah pihak Untuk menghindari terjadinya suatu

pembatalan perjanjian jual beli yang dapat merugikan salah satu pihak maka disarankan terlebih dahulu agar setiap pihak yang akan mengikatkan dirinya harus memahami dan mengetahui syarat-syarat sahnya suatu perjanjian dan akibat jika dilakukannya pembatalan akta perjanjian, yaitu apakah kerugian-kerugian yang akan terjadi pada masing-masing pihak. Agar semua pihak dapat memenuhi tanggung jawab yang telah diperjanjikan dan tidak melakukan suatu wanprestasi yang dapat merugika pihak yang lain.

(14)

278 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Agus Yudha Hernoko. Hukum Perjanjian (Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial). Kencana. Jakarta. 2010. Hal: 202

Ishana Hanifah. Himpunan Lengkap KUHper (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Laksana. Jakarta. 2014.

Philipus M. Hadson. Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Di Indonesia. PT. Bina Ilmu. Surabaya. 1987.

Ridwan Khairandy. Hukum Kontrak Indonesia Dalam Perspektif Perbandingan. FH UII Press. Yogyakarta. 2013.

Salim HS. Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

Rajawali Pers. Jakarta. 2016.

Sudikno Mertokusumo.Mengenal Hukum (suatu pengantar).Liberty. Yogyakarta.1991

Satjipto Raharjo. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2000. Simanjuntak. Hukum Perdata Indonesia. Prenamedia Group. Jakarta. 2015. W.J.S. Poewadarminta. Kamus Besar Umum Bahasa Indonesia. Balai

Referensi

Dokumen terkait

/enyakit 6/ ini bisa teradi pada seluruh ruas tulang belakang, mulai dari tulang leher sampai tulang ekor cervical, thorakal, lumbal   atau sacrum". 6erniasi diskus

Pengguna akan memasukan url domain ke dalam form input kemudian sistem yang ada pada aplikasi akan melakukan analisis terhadap semua parameter dalam satu waktu,

Media online sebagai salah satu penyedia sarana media informasi merupakan bagian yang tak terpisah- kan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang terbaru tentang

• Sebuah organisasi yang baik memiliki perencanaan bisnis atau perencanaan bisnis yang menyatakan tujuan keuangan perusahaan dan strategi perusahaan untuk mencapai hal

Focus grup discussion adalah salah satu teknik penggalian data yang efektif sekaligus dimanfaatkan untuk proses pengorganisasian. Tujuan dilakukanya FGD sendiri adalah

Hal ini didasarkan atas beberapa faktor antara lain, belum ada database yang siap untuk diakses pemustaka dan belum adanya pelayanan melalui perangkat yang

Pada tahapan sebelumnya, telah dihitung total dari jarak yang telah ditempuh oleh rute pendistribusian baru dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode