• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB ADVOKAT SEBAGAI KUASA HUKUM Moh. Fadlan M. Yasin Nahar Abdullah Iskandar Abstrak - PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB ADVOKAT SEBAGAI KUASA HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB ADVOKAT SEBAGAI KUASA HUKUM Moh. Fadlan M. Yasin Nahar Abdullah Iskandar Abstrak - PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB ADVOKAT SEBAGAI KUASA HUKUM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

581 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB ADVOKAT

SEBAGAI KUASA HUKUM Moh. Fadlan

M. Yasin Nahar Abdullah Iskandar

Abstrak

Sebagai sebuah profesi yang terhormat, Advokat memiliki tanggung jawab dalam mengemban amanat untuk turut serta dalam mewujudkan supremasi hukum. Tanggung jawab tersebut tidak semata-mata sebuah keharusan yang diwajibkan secara yuridis melainkan kewajiban yang muncul dari tuntutan hati nurani. Setidaknya advokat bertanggung jawab kepada empat hal yaitu tanggung jawab kepada Tuhan, tanggung jawab kepada kode etik, tanggung jawab kepada undang-undang dan tanggung jawab kepada masyarakat. Belakangan ini sering kita mendengar atau membaca di berbagai mas media perselisihan antara di klien dengan si Advokat/Pengacara, baik menyangkut proses penanganan kasus maupun menyangkut soal pembayaran fee atau success fee si Advokat/Pengacara. Bahkan ada klien yang melaporkan si Advokat/Pengacara ke Kepolisian dengan tuduhan menggelapkan uang si klien atau meminta uang dari klien untuk upaya memenangkan perkara namun tidak berhasil atau tidak dilakukan sama sekali oleh si Advokat/Pengacara, yang berakibat si Advokat/Pengacara ditahan. Untuk menghindari hal yang demikian ini perlu diantisipasi di awal kesepakan sebelum menandatangani Surat Kuasa bagi si Advokat/Pengacara,

Kata Kunci: Tanggung Jawab, Advokat dan Penegakan hukum

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap profesi memiliki tangung jawab terhadap profesinya, termasuk didalamnya profesi advokat. Tanggung jawab tersebut melekat pada masing-masing

(2)

582 bertanggung jawab terhadap

profesinya.1

Begitu pula dengan profesi advokat, Advokat berprofesi memberi jasa hukum dan bertugas menyelesaikan persoalan hukum kliennya baik secara litigasi maupun nonlitigasi, Menurut Frans Hendra Winata, tugas advokat adalah mengabdikan dirinya pada masyarakat sehingga dia dituntut untuk selalu turut serta dalam penegakan Hak Asasi Manusia, dan dalam menjalankan profesinya ia bebas untuk membela siapapun, tidak terikat pada perintah, klien dan tidak pandang bulu siapa lawan kliennya, apakah dia dari

1

Amir Syamsuddin, Tanggung Jawab Profesi Dan Etika Advokat, Anymous.

golongan kuat, penguasa, pejabat bahkan rakyat miskin sekalipun.2

Di dalam sistem hukum di negara kita terdapat jaminan adanya kesamaan dihadapan hukum (equality before the law) yang secara konseptual tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 1 yang berbunyi : “Segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya“. Oleh sebab itu bagi

setiap orang yang memerlukan bantuan hukum (legal aid) selain merupakan hak asasi juga merupakan gerakan yang dijamin oleh konstitusi. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik

2

(3)

583 untuk melakukan penelitian yangt

berjudul” Perlindungan Hukum

Terhadap Tanggung Jawab Advokat Sebagai Kuasa Hukum”

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada Latar Belakang masalah yang telah di sampaikan, maka rumusan masalah yang di kemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap tanggung jawab advokat sebagai kuasa hukum ?

II. PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Terhadap Advokat

Berbicara tentang perlindungan hukum terhadap advokat seyogyanya terlebih dahulu membahas sejarah advokat di Indonesia. Sejarah advokat di Indonesia berawal pada masa kolonial Belanda

(Hindia-Belanda), maka sudah barang tentu apabila corak advokat Indonesia terpengaruh oleh corak advokat Belanda. Hal ini terkait dengan sistem hukum Civil Law yang dibawa oleh Belanda. Di Indonesia sampai pertengahan tahun 1920-an, semua Advokat dan notaris adalah orang Belanda. Hal ini pula yang

mempengaruhi mengapa

perkembangan Advokat pasca kemerdekaan Indonesia masih berjalan lambat. Pada zaman tersebut pengaturan perihal advokat dititik beratkan pada kehendak eksekutif bukan kehendak hukum itu sendiri 3 . Advokat pertama di Indonesia yang merupakan asli pribumi pada saat itu adalah Mr. Besar Martokusumo.

3

(4)

584 Saat pihak Belanda

merampas daerah pedalaman di Jawa, kaum kolonial mendirikan suatu pemerintahan tidak langsung dengan memanfaatkan edekatannya dengan para priyayi di tanah jawa. Jadi secara kasat mata nampaknya para priyayi-lah yang masih berkuasa, namun sejatinya kaum koloniallah yang memerintah. Namun terjadi perubahan pada pertengahan abad kesembilan belas, Belanda mengubah kebijaksaan kolonialnya dengan lebih legalitas. Dimulai pada akhir tahun 1840-an, beberapa kitab undang-undang baru diundangkan organisasi dan kebijaksanaan kehakiman dikembangkan dan dibenahi, serta pemerintahan dirasionalisasi dengan hukum dan

peraturan yang cocok. Dengan

demikian rechtsstaat

diperkenalkan di tanah jajahan, meskipun hanya berorientasi pada kepentingan kolonial4. pemerintah kolonial saat itu mengambil langkah kebijakan etis yang bertujuan peningkatan kesejahteraan dan juga kemakmuran sosial bagi golongan pribumi. Namun sayangnya hal tersebut gagal tercipta. Pada masa itu profesi advokat berdiri atas dasar hukum:

a. Staatblad Tahun 1847 Nomor

23 dan Staatblad Tahun 1848 Nomor 57 tentang Reglement op de rechtelijk organisatie en

het beleid de justitie in

4

Daniel S. Lev, dikutip dalam,

“Perlindungan Hukum Advokat Dalam Undang

-Undang Advokat”, errymeta.blogspot.com

(5)

585

Indonesie atau dikenal dengan

RO, pada Pasal 185 s/d 192

mengatur tentang

“advocatenen procureurs”

yaitu penasehat hukum yang bergelar sarjana hukum.

b. Staatblad Tahun 1847 Nomor

40 tentang Reglement op de

Rechtsvordering (RV), dalam

peradilan khusus golongan Eropa (Raad van Justitie) ditentukan bahwa para pihak harus diwakili oleh seorang Advokat atau procureur. c. Penetapan Raja tanggal 4 Mei

1926 Nomor 251 jo. 486 tentang Peraturan Cara Melakukan Menjalankan Hukuman Bersyarat, pada Bab I Bagian II Pasal 3 ayat 3 ditentukan bahwa orang yang dihukum dan orang yang

wajib memberikan bantuan hukum kepadanya sebelum permulaan pemeriksaan.

d. Staatblad Tahun 1926 nomor

487 tentang Pengawasan Orang yang Memberikan Bantuan Hukum, ditentukan bahwa pengawasan terhadap orang-orang yang memberikan bantuan hukum atau orang yang dikuasakan untuk menunjuk lembaga dan orang yang boleh diperintah memberi bantuan.

e. Staatblad Tahun 1927 Nomor

496 tentang Regeling van de

bijstaan en

vertegenwoordiging van

partijen in burgerlijke zaken

voor de landraden, mengatur

(6)

586 atau pada masa tersebut

dikenal dengan “pokrol”.

f. Staatblad Tahun 1941 Nomor

44 tentang Herziene Inlandsch

Reglement (HIR), dalam Pasal

83 h ayat 6 ditentukan bahwa jika seseorang dituduh bersalah melakukan sesuatu kejahatan yang dapat dihukum dengan hukuman mati, maka

magistraat hendak

menanyakan kepadanya, maukah ia dibantu di pengadilan oleh seorang penasehat hukum. Dan Pasal 254 menentukan bahwa dalam persidangan tiap-tiap orang yang dituduh berhak dibantu oleh pembela untuk mempertahankan dirinya.

g. Staatblad Tahun 1944 Nomor

44 tentang Het Herziene

Inlandsch Reglement atau RIB

(Reglemen Indonesia yang

diperbaharui), menurut Pasal 123 dimungkinkan kepada pihak yang berperkara untuk diwakili oleh orang lain.

Terlebih pada KUHP yang masih menggunakan Wetboek Van Strafrecht voors Nederlands

Indie. Pengaturan profesi

(7)

587 UUD RIS 1949 yang digantikan

dengan UUDS 19505.

Ketika era demokrasi terpimpin di masa pemerintahan Soekarno, para advokat terkena imbas baik secara ekonomis maupun ideologis. Hal ini terjadi karena pada masa itu, seringkali advokat membela kliennya yang berseberangan dengan Soekarno. Aroma campur tangan Soekarno di ranah peradilan ini terjadi dengan sistematis dengan bukti diperbolehkannya kasus tertentu. Pasca rezim Soekarno, bukan berarti advokat dapat terbebas dalam melakukan pembaharuan-pembaharuan hukum. Hal ini salah satunya dipicu karena

5Gayuus lumbun, Makalah, “Esensi hak

dan kewajiban advokat dalam perpektif profesi

penegak hukum”, Surabaya, 2008

konflik internal di organisasi advokat itu sendiri.

Hak Dan Kewajiban Advokat Lembaga Advokat sebagai

profesi yang menjalankan fungsi utama membantu klien dalam megurus perkaranya, tetapi sekaligus sebagai penegak hukum yang paling utama. Oleh karena itu, wajar kalau dalam menjalankan profesinya tetap memiliki landasan pijakan berupa hak dan kewajiban yang melekat pada diri advokat tersebut. Dalam Pasal 14 UU Advokat dinyatakan bahwa:

Advokat bebas 6 mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggug

(8)

588 jawabnya didalam sidang

pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan dalam Pasal 14 UU Advokat diatas lebih lanjut dipertegasoleh ketentuan Pasal 15 UU Advokat yang menyatakan bahwa advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dangan tetap berpegang pada kode etik Profesi dan peraturan perundang-undangan.

Sementara itu, seorang advokat dalam menjalankan profesinya tetap memilki tanggung jawab dalam membela perkara yang diajukan kien kepadanya. Begipula seorang advokat dalam

menjalankan profesinya tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugasnya tersebut. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 16 UU Advokat yang menyatakan bahwa:

Honorarium dan Bantuan Hukum Cuma-Cuma

(9)

589 Advokat dinyatakan sebagai

bahwa: Advokat berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang telah diberikan kepad kliennya. Besarnya

honorarium atas jasa hukum sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan secara wajar berdasarkan persetujuan kedua belah pihak.

Berkaitan dengan masalah jasa hukum yang berakibat pada timbulnya biaya berupa honorarium, maka advokat harus memperhatikan pula klien yang tidak mampu. Sebab dalam kenyataan yang terlihat setiap hari dikota-kota besar, misalnya, Jakarta, Surabaya dan Bandung, bantuan hukum yang diberikan oleh advokat tampaknya hanya berkisar kepada orang-orang yang

(10)

590 Yudha Pandu,7 ada empat metode

mentapkan fee kepada advokat. 1. Honorarium atau fee yang

ditetapkan secara lump sum (mengakumulasikan

disbursement dan professional

fee) pada persentase tertentu dari suatu nilai atau jumlah uang. Ini umumnya digunakan oleh para advokat dalam hal melakukan due diligence dalam proses legal audit dan legal

opinion untuk keperluan

tertentu. Seperti legal audit sehubungan dengan rencana go

public suatu perusahaan. Hal

ini dapat juga diberlakukan berdasarkan nilai penjualan atau pembelian suatu properti atau nilai pinjamanyang diperoleh pada perjanjian kredit

7 Ibid

sindikasi. Selain biaya atau fee, maka yang perlu dinyatakan lebih lanjut kepada advokat anda apakah ada biaya –biaya lain yang harus dibayar. Misalnya, biaya untuk bea materai, biaya surat menyurat biaya atas penggunaan bidang profesi lain, dan lain sebagainya. Biaya-biaya seperti ini sering juga dinamakan

hidden cost atau biaya

(11)

591 honorarium atau fee yang

ditetapkan secara lump sum terlalu rendah, biasnya advokat akan membebani tagihan biaya-biaya lain yang disebut

disbursement tadi.8

2. Honorarium atau fee ditetapkan atas dasar item per

item basis. Dalam metode ini

advokat membuat tagihan berdasrkan rincian professional

fee dan disbursement satu

persatu pekerjaan yang telah dilakukannya. Seperti, pembuatan surat atau dokumen

(legal drafting), waktu yang

dihabiskan untuk pembahasan atau pertemuan, membaca dan memeriksa dokumen-dokumen penting, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan

8 Ibid hal. 69

perkara, biaya materai, formulir, pendaptaran, pengiriman surat atau dokumen, dan lain sebgainya. 3. Honorarium atau fee

ditetapkan atas dasar “tidak

menang tidak dibayar” (no win

no pay). Metode ini lebih

sering digunakan untuk honorarium atau fee para advokat di amerika serikat yang sering disebut sebagai

investment lawyer. Mereka ini

(12)

592 Metode ini juga sering

digunakan advokat yang menjalankan praktik profesinya sebagai penagih utang (debt

collector).

4. Honorarium atau fee ditetapkan atas dasar waktu yang dihabiskan untuk menangani suatu perkara atau pekerjaan. Jika menggunakan metode ini, diperlukan perjanjian yang sangat spesifik antara seorang klien dan snag advokat, berapa rate atau tariff perjam, perhari atau perukuran waktu apapun yang disepakati.

III. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

dengan lahirnya UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat yang menjadi payung hukum bagi semua penasehat hukum atau lembaga-lembaga yang memberi jasa layanan hukum:

- Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggug jawabnya didalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

- Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan.

(13)

593 yang telah diberikan kepad

kliennya, berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. - Advokat wajib memberikan

bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.

B. Saran

Advokat dalam melaksanakan tugas profesinya agar tetap

berpegang teguh pada kode etik yang telah dibuat oleh dewan kehormatan advokat dan tidak membeda-bedakan kliennya baik dari agama, suku, dan jabatan. Serta bersedia memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada klien yang tidak mampu.

(14)

594 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :

Chairul Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2001,

Hendra Winata, Frans, Advokat Indonesia, citra, Idealisme dan kepribadian. Sinar Harapan, Jakarta. 1995

Plipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Imu, Jakarta. 1987

R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1996,

Supriadi, Etika Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

B. Peraturan Perundang-Undangan

- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

C. Bahan Internet

- Denny Indrayana Pertegas Peran Haposan Sebagai Otak Rekayasa Uang Gayus, http:// detiknews.com. Rabu, 08 Desember 2010.

- Tumpa: Penyatuan Peradi-KAI sudah sesua kesepakatan”, www. Tribunnews.com, diakses tanggal 7 November 2011.

- http://www. Tribunnews.com/nasional/2014/05/14/ advokat tidak bisa dituntut perdata dan pidana saat jalankan sidang.

- http:// www. Hukumonline.com/berita/baca/akhirnya advokat dapat perlindungan diluar sidang.

Referensi

Dokumen terkait

Kita bisa menemukan lingkaran pada alat musik, peralatan rumah, bagian mobil, benda logam, roda, dan beberapa istilah yang menggunakan kata

Pelanggaran oleh petugas parkir yang sering ditemui adalah petugas tidak memberikan karcis kepada pengguna jasa parkir sebagai bukti pembayaran retribusi sebagaimana

Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% variabel tersebut berpengaruh sangat nyata terhadap kepuasaan kerja Pegawai Akbid Pemkab Muara Enim,

3.500,- dengan rata-rata produksi yang dihasilkan per tahun sebanyak 16.000 Kg/tahun, sehingga total rata- rata penerimaan petani per tahun di Kecamatan Rimba

Perumus- kan masalah yang akan di teliti adalah “Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran koopera- tif metode jigsaw pada layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengeringan jamur tiram bagian tudung tidak terjadi interaksi, sedangkan pada bagian tangkai terjadi interaksi antara suhu dan