• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KOLABORASI MEDIA ALAT PERAGA D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN KOLABORASI MEDIA ALAT PERAGA D"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KOLABORASI MEDIA ALAT PERAGA DAN APLIKASI AUTOPLAY UNTUK MEMOTIVASI SISWA DALAM BERPIKIR KRITIS

PADA MATERI SISTEM SARAF DI MAN 1 CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan kualitas suatu bangsa sangat tergantung kepada peningkatan kualitas pendidikan yang ada pada bangsa tersebut. Kualitas pendidikan tentu bukan menjadi sesuatu hal yang mudah untuk diwujudkan. Kualitas pendidikan bergantung kepada bagaimana pembelajaran yang dijalankan pada sebuah sistem pendidikan itu sendiri. Begitu pun dalam mewujudkan mutu pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh mutu guru dan bagaimana praktek pembelajarannya diimplementasikan (Anggraeni, 2011; Wahyuningsih, 2012; Suartama, 2010).

Proses pembelajaran merupakan proses transformasi informasi baik ilmu pengetahuan maupun materi pembelajaran yang disampaikan guru ataupun sumber lain kepada siswa atau pun penerima informasi lain melalui alat atau media tertentu (Kwartolo, 2005; Muhammad, 2011; Wijanarko & Purnomo, 2014). Penyampaian informasi atau pesan dalam pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai cara baik secara verbal maupun non verbal sehingga informasi atau pesan yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh siswa, akan tetapi tidak dapat dipungkiri kemungkinan kegagalan penerimaan informasi atau pesan bisa saja terjadi dalam proses pembelajaran, untuk itu penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat membantu proses penyampaian informasi atau pesan dalam pembelajaran berlangsung secara efektif (Criticos, 1996; Gagne, 1985; Sadiman, dkk.,1990).

(2)

memaksimalkan pemanfaatan media (Maila, 2014; Obeidat & Al-Share, 2012). Berdasarkan hal tersebut, keberadaan media ini menjadi penting adanya, karena pendekatan, metode atau strategi apapun yang digunakan dalam pembelajaran tidak akan memberikan manfaat dan makna apapun terhadap peningkatan mutu pembelajaran selama dalam penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran tidak optimal (Haryoko, 2010; Sunaengsih, 2015; Nurseto, 2011).

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaktif yang bernilai edukatif di karenakan kegiatan belajar mengajar di lakukan, di arahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah di rumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik. Masalah pengelolaan kelas memang tidak pernah absen dari agenda guru. Media merupakan sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat di sampaikan guru via kata-kata atau kalimat. Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Kesulitan anak didik memahami konsep dan prinsip tertentu dapat di atasi dengan bantuan alat bantu. Bahkan alat bantu di akui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari anak didik. Dengan memanfaatkan taktik alat bantu yang akseptabel, guru dapat menggairahkan belajar anak didik

(3)

media pembelajaran karena terbatasnya media tersebut dan keterbatasan yang dimiliki seorang guru dalam membuat media inovatif seperti halnya membuat alat peraga maupun aplikasi autoplay hal ini berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada MAN 1 Cirebon,. Ini pun yang menjadi salah satu latar belakang peneliti untuk menganalisa bagaimana media pembelajaran berpengaruh terhadap berpikir kritis siswa dengan judul penelitian penerapan kolaborasi media alat peraga dan aplikasi autoplay untuk memotivasi siswa dalam berpikir kritis pada materi sistem saraf di MAN 1 Cirebon. Karena berdasarkan hasil observasi juga kelas yang telah tersedia media pun masih belum merangsang siswa untuk berpikir kritis Dalam penggunaan media tersebut diharapkan bisa memotivasi siswa untuk lebih berpikir kritis, dimana proses berpikir kritis sangat diperlukan bagi peserta didik agar nilai kognitif siswa tidak hanya pada pemahaman belaka tetapi hingga proses menganalis hingga mensintesis suatu materi pembelajaran biologi terutama pada sub materi system saraf., karena kompetensi inti dan kompetensi dasar peminatan kelompok Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam SMA dalam mata pelajaran biologi menyebutkan salah satu Kompetensi Inti yang harus diberikan kepada siswa adalah “memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual konseptual dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dll. Berdasarkan Kompetensi Dasar 3.10 menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi dan mengaitkannya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan peran saraf dan hormon dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari kompetensi dasar tersebut yaitu dapat memahami dan menjelaskan peran saraf dan hormon dalam mekanisme koordinasi dan regulasi beserta gangguan-ganguan yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi. Oleh karena itu sangat penting memotivasi siswa dalam hal membangkitkan proses berpikir kritis siswa

(4)

sesuatu itu dipikirkan. Belajar berpikir kritis berarti belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya, dan apa metode penalaran yang dipakai. Seorang siswa hanya dapat berpikir kritis atau bernalar sampai sejauh ia mampu menguji pengalamannya, mengevaluasi pengetahuan, ide-ide, dan mempertimbangkan argumen sebelum mencapai suatu justifikasi yang seimbang. Menjadi seorang pemikir yang kritis juga meliputi pengembangan sikap-sikap tertentu seperti keinginaan untuk bernalar, keinginan untuk ditantang, dan hasrat untuk mencari kebenaran. Apabila dikaitkan dengan pendapat Nasution, pemahaman yang segera diistilahkan dalam kamus Weber sebagai pengertian intuisi kebenarannya masih harus diselidiki dengan cara analitis.

Berpikir kritis didefinisikan oleh Elaine adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan percaya diri. Bepikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran dari suatu informasi. Sebuah proses terorganisir yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain terjadi dalam berpikir kritis. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat siswa mengerti maksud di balik ide sehingga mengungkapkan makna di balik suatu kejadian

Alat peraga adalah sebuah media yang dibuat semirip mungkin dengan keadaan asli suatu organ atau suatu konsep yang ada pada materi biologi yang mana dimaksudkan untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsinya yang mirip dengan kondisi aslinya hal ini dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam hal memahami materi biologi yang sulit seperti halnya pada materi system saraf.

AutoPlay Media Studio merupakan perangkat lunak untuk membuat perangkat lunak multimedia dengan mengintegrasikan berbagai tipe media misalnya gambar, suara, video, teks dan flash ke dalam presentasi yang dibuat. AutoPlay Media Studio selain canggih juga banyak digunakan karena lebih mudah dan memiliki kualitas media pembelajaran yang sangat bagus

B. Identifikasi Masalah

(5)

2. Penggunaan media masih terbatas pada penggunaan power point yang biasa-biasa saja

3. Hasil belajar atau evaluasi siswa yang masih rendah

4. Kurangnya perhatian siswa tentang buku catatan tersendiri sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi. 5. Rendahnya minat siswa untuk memahami mata pelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka peneliti hanya mengambil pentingnya penggunaan media dalam memotivasi siswa untuk berpikir kritis terutama pada materi-materi yang memiliki konsep system dan kinerja yang rumit seperti level kognitif analisis, evaluasi dan sintesis. Yang dalam hal ini media yang digunakan adalah alat peraga dan aplikasi autoplay.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara memotivasi siswa untuk dapat berpikir kritis pada pembelajaran system saraf ?

2. Bagaimana presentase siswa yang sudah mampu untuk berpikir kritis dalam pembelajaran system saraf ketika media alat peraga dan autoplay digunakan?

3. Adakah hubungan yang signfikan pada penerapan media alat peraga dengan motivasi berpikir kritis siswa?

4. Adakah hubungan yang signfikan pada penerapan media autoplay dengan motivasi berpikir kritis siswa?

5. Adakah hubungan yang signfikan pada penerapan media alat peraga dan media autoplay dengan motivasi berpikir kritis siswa?

6. Apa saja soal-soal yang tepat untuk memotivasi siswa dalam berpikir kritis di materi system saraf?

(6)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian itu sendiri adalah

1. Mengetahui cara memotivasi siswa untuk dapat berpikir kritis pada pembelajaran system saraf

2. Mengetahui presentase siswa yang sudah mampu untuk berpikir kritis dalam pembelajaran system saraf ketika media alat peraga dan autoplay digunakan

3. Mengetahui hubungan yang signfikan pada penerapan media alat peraga dengan motivasi berpikir kritis siswa?

4. Mengetahui hubungan yang signfikan pada penerapan media autoplay dengan motivasi berpikir kritis siswa?

5. Mengetahui hubungan yang signfikan pada penerapan media alat peraga dan media autoplay dengan motivasi berpikir kritis siswa? 6. Mengetahui soal-soal yang tepat untuk memotivasi siswa dalam

berpikir kritis di materi system saraf

7. Mengetahui kendala yang ditemukan ketika penerapan media dalam memotivasi siswa untuk berpikir kritis

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Bagi sekolah ataupun guru dapat menggunakan alat peraga dan penerapan aplikasi autoplay dapat menjadi bahan masukan guna meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mencapai target belajar siswa yang diinginkan dalam mengikuti pelajaran biologi.

Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana belajar untuk jadi seorang pendidik agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan meningkatkan motivasi belajar siswa dan cara berpikir siswa dalam menerima pelajaran sehingga hasil belajar yang diharapkan memuaskan terutama pada pembelajaran biologi.

(7)
(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Berpikir kritis

Oleinik T. (2003) mengatakan bahwa proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dan berlangsung dalam konteks sosial. Pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang mampu mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan yang telah diperolehnya melalui pola pikir mereka sendiri. Salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan bisa dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang dipusatkan pada siswa melalui pemberian masalah dari dunia nyata di awal pembelajaran.

Setiap manusia telah dikaruniai potensi untuk berpikir. Melalui pembinaan yang tepat, pendidikan, pembelajaran, dan pengamatan yang baik, kemampuan berpikir manusia juga akan dapat berkembang dengan baik.

Salah satu berpikir yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis, karena dalam berpikir kritis siswa dituntut untuk berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menggunakan penalarannya serta membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukannya. Sehingga berpikir kritis itu berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir kritis menurut Edgen dan Kauchak, (2012:120) “Berpikir kritis adalah kemampuan dan kecenderungan untuk membuat dan melakukan asesmen terhadap kesimpulan yang didasarkan pada bukti.” Sedangkan menurut Fisher, (1997:10) definisi dari berpikir kritis adalah “Interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi”. Ia mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses aktif, karena ia melibatkan tanya jawab dan berpikir tentang pemikiran diri sendiri.

(9)

berpikir.

Kemampuan berpikir akan mengarahkan pada pola bertindak setiap individu dalam praktek di lingkungan masyarakat kelak. Kemampuan seseorang untuk berhasil dalam hidupnya ditentukan oleh kemampuan berpikirnya. Ada banyak jenis kemampuan berpikir, salah satu diantaranya yaitu kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan ketrampilan seseorang dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisis argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi melalui logical reasoning, analisis asumsi dan interpretasi logis (Hamzah, 2008:134). Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang pemikir kritis akan menggunakan akal pikirannya untuk menelaah sesuatu dengan hati-hati.

Seorang pemikir kritis juga mempunyai kecenderungan batin untuk: (1) Mencari kejelasan masalah; (2) Mencari alasan; (3) Berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin; (4) Menggunakan dan menyebutkan sumber yang handal; (5) Memperhatikan situasi keseluruhan; (6) Berusaha konsisten dengan pokok permasalahan; (7) Berperan teguh akan dasar permasalahan; (8) Mencari alternatif; (9) Berpikiran terbuka; (10) Mengambil atau berganti posisi karena bukti dan alasan yang cukup; (11) Mencari ketepatan secermat mungkin (12) Memecahkan persoalan secara teratur pada bagian-bagian keseluruhan; (13) Menggunakan ketrampilan berpikir kritis; dan (14) Sensitif terhadap perasaan, tahap pengetahuan dan derajat kecanggihan pihak lain (Marzano, et al, 1988).

Karakteristik kemampuan berpikir kritis menurut Carin dan Sound dibagi menjadi beberapa kategori diantaranya yaitu mengklasifikasi, mengasumsi, berhipotesis, membuat kesimpulan, mengukur, merancang sebuah penyelidikan, mengamati, membuat grafik, meminimalkan kesalahan percobaan, mensintesis, mengevaluasi, dan menganalisis (Carin dan Sound, 1989:160).

(10)

sempurna. Selain itu, siswa juga mampu mengembangkan diri dalam membuat keputusan serta menyelesaikan masalah. Seseorang yang mampu berpikir kritis akan dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tepat, mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan, mampu secara kreatif dan efisien memilah- milah informasi sehingga sampai pada kesimpulan dan keputusan yang dapat dipercaya serta dapat dipertanggungjawabkan.

Pengembangan dari kemampuan berpikir kristis yang berkaitan dengan kehidupan siswa itu sangat penting. Hal tersebut dapat dilatih dengan mengasah pemahaman pikiran dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, yang dapat menuntun siswa untuk berpikir logis dan rasional.

Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah/pencarian solusi. Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan- kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan. (Dikutip dari ht t p: / /edi c onn ec t.b l o g sp o t.com/2012 / 03/ t e o r i - b e laj a r - b e rpikir - k r i t is.h t m l )

Posisi Kemampuan Berpikir Kritis dalam Proses Pembelajaran Siswa Proses pembelajaran sangat berkaitan erat dengan pembentukan dan penggunaan kemampuan berpikir. Siswa akan lebih mudah mencerna konsep dan ilmu pengetahuan apabila di dalam dirinya sudah ada struktur dan strata intelektual sehingga ketika ia berhadapan dengan bahan atau materi pembelajaran, ia mudah menempatkan, merangkai dan menyusun alur logis, menguraikan dan mengobjeksinya (Muslich, 2009:216).

(11)

(2000:25) antara lain: (1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis; (2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar; (3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa; (3) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik; (4) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa; (5) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Tujuan pembelajaran menurut Sugandi, dkk (2000:25) adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman, dan dengan pengalaman itulah tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa. Tujuan pembelajaran menggambarkan kemampuan atau tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah mereka mengikuti suatu proses pembelajaran.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah suatu proses yang melibatkan guru dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Jadi proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait antar komponennya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

(12)

Oleh karena itu, tidak heran jika akhir-akhir ini di dalam suatu proses pembelajaran mulai ditanamkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Disamping karena kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi pola pikir siswa, berpikir kritis sekarang juga dipandang luas sebagai suatu kompetensi dasar, seperti membaca dan menulis yang perlu dikuasai (Fisher, 2009). Sehingga tidak heran jika berpikir kritis dianggap perlu untuk dimasukkan ke dalam proses pembelajaran siswa baik di dalam maupun di luar kelas.

Untuk mengasah kemampuan berpikir kritis pada diri siswa, guru tidak mengajarkan secara khusus dalam suatu mata pelajaran. Akan tetapi, dalam setiap mata pelajaran terutama Kewirausahaan aspek berpikir kritis sebaiknya mendapatkan tempat yang utama. Maksudnya adalah dalam setiap proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, harus mampu menumbuhkan dan meningkatkan pemahaman, pengetahuan serta ketrampilan dari para siswa untuk bisa memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan nyata.

Kemampuan berpikir kritis yang baik, dapat membentuk sikap-perilaku yang rasional. Jadi, meningkatkan kemampuan berpikir kritis sangat perlu dan penting untuk dikembangkan terlebih pada masa sekarang yang penuh dengan permasalahan-permasalahan atau tantangan-tantangan hidup. Dengan demikian tidak berlebihan apabila dalam proses pembelajaran guru seringkali mengharuskan para siswa untuk mempunyai kemampuan berpikir kritis, agar para siswa juga mampu menghadapi berbagai permasalahan atau tantangan hidup.

Tujuan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis menurut Zaini, dkk diantaranya: (1) mengembangkan kecakapan menganalisis; (2) mengembangkan kemampuan mengambil kesimpulan yang masuk akal dari pengamatan; (3) memperbaiki kecakapan menghafal; (4) mengembangkan kecakapan, strategi, dan kebiasaan belajar; (5) belajar fakta-fakta; (6) belajar konsep-konsep dan teori. (Sugiyarti, 2005:28)

(13)

terbentuknya siswa yang mampu berpikir netral, objektif, beralasan ataupun logis. Dengan terbiasa berpikir kritis dalam proses pembelajaran, siswa juga akan terbiasa merefleksi dirinya untuk menggunakan potensi berpikirnya secara maksimal. Sehingga daya pikir dan nalarnya terus terasah karena terbiasa digunakan untuk berpikir secara kritis. Akan tetapi hal ini tidak akan berhasil jika guru juga tidak membentuk suatu pembelajaran yang aktif di dalam kelas. Sehingga dalam hal ini, guru juga harus mempunyai pemikiran dan pandangan yang luas supaya dapat menciptakan inovasi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa serta dapat membentuk karakter siswa yang bisa berpikir kritis.

B. Alat Peraga

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran sesuai dengan pendapat Dale (dalam Arsyad 2009:10) yang terkenal dengan kerucut (cone of experience) bahwa pengalaman belajar seseorang 75% diperoleh melalui indera lihat (mata), 13% melalui indera dengar (telinga), dan selebihnya melalui indera lain”. Dengan kata lain, materi yang bersifat konkrit dapat dijelaskan dengan bantuan alat peraga karena dapat membantu pesan atau materi yang disampaikan dengan kelebihannya menarik indera, menarik minat siswa dan membantu dalam memahami materi. Di samping alasan tersebut pengembangan alat peraga diperkuat oleh hasil penelitian dari Hartati (2010:128) yang menyimpulkan bahwa ”pengembangan alat peraga tersebut secara signifikan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan hasil belajar”.

(14)

berkesinambungan, membantu tumbuhnya pemikiran dan berkembangnya kemampuan berbahasa, memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.

C. Media Aplikasi Autoplay

Penggunaan media pembelajaran yang tepat mampu menstimulasi daya pikir siswa dan siswa akan belajar mencari tahu sendiri bagaimana ilmu tersebut mampu dicerna oleh peserta didik, sehingga belajar menjadi lebih berkesan dan menyenangkan, pembelajaran tetap berada dibawah pengontrolan pihak sekolah agar tidak memberi efek negatif dengan ketersediaan media tersebut apalagi dengan menggunakan media teknologi.

Menurut Suharsi (2010:90) “Media pembelajaran merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran”. Terdapat berbagai macam media pembelajaran dengan penggunaan yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran agar mendapat manfaat dari penggunaan tersebut. penggunaan media harus didasarkan pada pemilihan yang tepat sehingga dapat memperbesar arti dan fungsi dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.

Pengertian Media Secara Umum adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber (pemberi pesan) kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang fikiran dan perasaan serta minat dan perhatian siswa sedemikian rupa sehingga informasi yang disampaikan dapat terjadi pada sasaran atau si penerima.

(15)

sebagai hasil belajar.

Media menurut Gagne adalah “Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa belajar”. Kesalahan dalam pembelajaran dapat saja terjadi karena kesalahan dalam menggunakan media belajar. Penggunaan media yang kurang tepat akan menghambat pesan-pesan yang seharusnya tersalur dalam kegiaan pembelajaran. Agar pesan sampai pada siswa makan dalam kegiatan pemeblajaran harus terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa. Menurut Wigatama (2009: 295) kegunaan media pembelajaran adalah:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (lisan/tulisan).

2. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu serta daya indera, misalnya: a. Objek yang terlalu besar: dapat diganti dengan realitas,

gambar, film, atau model.

b. Objek yang kecil: dibantu oleh proyektor mikro, film atau gambar c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu

dengan timelapse atau highspeed photography.

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu ditampilkan dengan rekaman film, video, foto atau secara verbal.

e. Objek-objek yang terlalu kompleks (mesin) dapat disajikan dalam model, diagram, dan lain-lain.

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim) dalam bentuk film gambar.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini media

pembelajaran berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan belajar

b. Kemungkinan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dengan kenyataan

c. Kemungkinana anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

AutoPlay Media Studio merupakan perangkat lunak untuk membuat perangkat lunak multimedia dengan mengintegrasikan berbagai tipe media misalnya gambar, suara, video, teks dan flash ke dalam presentasi yang dibuat. AutoPlay Media Studio selain canggih juga banyak digunakan karena lebih mudah dan memiliki kualitas media pembelajaran yang sangat bagus

(16)

Menurut Alfan dan Edy (2015) pada penelitian perbandingan media pembelajaran (autoplay media studio) sebagai alat bantu pembelajaran memperbaiki cd player siswa kelas XI di SMK negeri 3 Surabaya Hasil penelitian menunjukan: (1) Perangkat pembelajaran yang dikembangkan memiliki persentase rata-rata sebesar 79,06% dari hasil validasi oleh para ahli, (2) Respon siswa terhadap media Autoplay Media Studio secara keseluruhan adalah positif dengan rata-rata persentase respon siswa sebesar 87,03% dan termasuk dalam kriteria respon sangat baik, dan (3) Dari Hasil belajar siswa diperoleh thitung sebesar 24.451 dan ttabel sebesar 2,07. ini berarti thitung>ttabel, dapat disimpulkan untuk terima H1 dan tolak H0 dengan hasil belajar siswa yang menggunakan media Autoplay Media Studio lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung.

Menurut Zulhelmi, Adlim, Mahidin (2017) bahwa pada pengaruh media pembelajaran interaktif terhadap peningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa menunjukkan hasil analisis data, didapatkan sebagai berikut: pemanfaatan media pembelajaran interaktif pada materi termokimia terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Peningkatan tertinggi terjadi pada memfokuskan pertanyaan indikator dengan N-Gain sebesar 74,583% dan terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dengan nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sebesar 76,75, dan kelas kontrol sebesar 70,5. dengan hasil analisis uji t sebesar thitung 2,107 > ttabel 2,093, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media pembelajaran interaktif pada materi termokimia terdapat perbedaan nyata terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.

(17)

mencapai KKM ≥70 mencapai 31 orang siswa atau 100 %. Dengan demikiana disimpulkan bahwa: HO diterima jika thitung< dari ttable atau sebaliknya HO ditolak dan H1 diterima jika thitung> dari ttabel. Derajat bebas (db) = (N1+N2-2) yaitu (31+31-2) = 60. Dengan taraf signifikan 5% atau 0,05 adalah 2,000 maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran menunjukkan hasil belajar siswa yang lebih baik daripada kelas yang tidak menggunakan media alat peraga selain itu, hal ini bisa terlihat dari antusias siswa ketika mengikuti pelajaran antara siswa yang diajar dengan alat peraga sangat antusias sampai akhir jam pelajaran, sedangkan pada kelas yang tidak menggunakan media alat peraga saja terlihat bahwa siswa cepat bosan. Pemilihan media yang tepat berpengaruh terhadap perhatian siswa di dalam kelas dan berlanjut pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Melihat dari segi antusias siswa maka secara tidak langsung dapat memotivasi siswa menuju pada ranah berpikir kritis seperti salah satu indikatornya adalah keaktifan dan proses Tanya jawab secara kesinambungan dari media yang telah disediakan.

E. Kerangka berpikir

Berdasarkan deskripsi teoritis yang telah di atas, selanjutnya diajukan kerangka berpikir dan model hubungan antar masing-masing variable dalam penelitian ini. sesuai dengan ruang lingkup penelitian yaitu tentang penerapan kolaborasi media alat peraga dan aplikasi autoplay untuk memotivasi siswa dalam berpikir kritis pada materi sistem saraf di MAN 1 Cirebon dapat diduga predictor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam berpikir kritis adalah penerapan media alat peraga dimana menjelaskan mekanisme kerja saraf menghantarkan impuls yang dipadukan dengan media autoplay sebagai media evaluasi ketika pembelajaran selesai dilakukan. Keseluruhan faktor tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat antara variabel satu dengan variabel lainnya.

(18)

3 Hubungan media alat peraga dan autoplay dengan motivasi berpikir kritis siswa

Maka dalam hal ini bila dijabarkan keterkaitan antara variabelnya adalah 1 Variabel X1 terhadap Y

2. Variabel X2 terhadap Y

3 Variabel X1 dan X2 terhadap Y

F. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan media alat peraga dalam memotivasi siswa agar dapat berpikir kritis serta factor yang mempengaruhinya

2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan media autoplay dalam memotivasi siswa agar dapat berpikir kritis serta factor yang mempengaruhinya.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis regresi. Ragam penelitian ini adalah penelitian yang terstruktur yag dimulai dari pengujian hipotesis, sedangkan jenis penelitian bersifat non eksperimental. Penelitian korelasional untuk mengetahui bagaimana penggunaan alat peraga (X1), penggunaan media autoplay (X2) terhadap motivasi berpikir kritis Siswa (Y).

Pengumpulan data variabel bebas dan variable terikat dilakukan dengan angket dan tes. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui predictor yang paling kuat dan predictor yang paling lemah diantara variable bebas terhadap variable terikat.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Berpikir kritis adalah menurut Fister (1995), apabila seseorang sedang melakukan proses berpikir kritis berarti menjelaskan bagaimana sesuatu itu dipikirkan. Belajar berpikir kritis berarti belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya, dan apa metode penalaran yang dipakai. Seorang siswa hanya dapat berpikir kritis atau bernalar sampai sejauh ia mampu menguji pengalamannya, mengevaluasi pengetahuan, ide-ide, dan mempertimbangkan argumen sebelum mencapai suatu justifikasi yang seimbang

(20)

3. AutoPlay Media Studio merupakan perangkat lunak untuk membuat perangkat lunak multimedia dengan mengintegrasikan berbagai tipe media misalnya gambar, suara, video, teks dan flash ke dalam presentasi yang dibuat. AutoPlay Media Studio selain canggih juga banyak digunakan karena lebih mudah dan memiliki kualitas media pembelajaran yang sangat bagus

C. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Cirebon dengan penelitiannya dilakukan pada kelas control dan kelas exsperimen di kelas XI pada konsep materi system saraf.

D. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI antara kelas control dan kelas experiment. Dengan pengambilan sample berdasarkan

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:222) metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk teknik pengumpulan data. Berdasarkan sifat masalahnya, yaitu pemanfaatan gambar peneliti bermaksud untuk menguji hipotesis karena hasilnya akan dihitung dengan menggunakan statistik

1. Instrumen penelitian

(21)

mempunyai skor berbeda. Melalui skala Likert variable-variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator-indikator. Adapun skoruntuk masing-masing alternatf jawaban adalah

a. Variabel motivasi berpikir kritis

1) Skor 1 untuk alternatif jawaban Tidak Sesuai 2) Skor 2 untuk alternatif jawaban Kurang Sesuai 3) Skor 3 untuk alternatif jawaban Sesuai

4) Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat Sesuai b. Variabel alat peraga dan media autoplay

1) Skor 1 untuk alternatif jawaban Kurang Baik 2) Skor 2 untuk alternatif jawaban Cukup Baik 3) Skor 3 untuk alternatif jawaban Baik

4) Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat Baik

Adapun kisi-kisi penyusunan instrumen angket adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan Sekolah

Indikator dari angket variabel Lingkungan sekolah dapat dilihat dari table berikut ini:

No Indikator No.item jumlah

1 Keadaan sekitar sekolah 1,2,3,4 4

2 Keadaan gedung sekolah & fasilitas sekolah 5,6,7,8 4

3 Sarana & prasarana sekolah. 9,10,11 3

4 Suasana sekolah 11,12,13,14 4

5 Relasi siswa dengan teman-temanya 15,16 2

6 Relasi siswa dengan guru 17,18 2

7 Relasi siswa dengan staf sekolahan 19*,20 2

8 Tata tertib di sekolah 21,22*,23 3

*nomor item dengan pertanyaan negatif. 3. Peran guru dalam proses pembelajaran

Indikator dari angket variabel Metode pembelajaran guru dapat dilihat dari table berikut ini:

(22)

1 Sebagai informator 1,2,3 3

2 Sebagai organisator 4,5 2

3 Sebagai motivator 6,7*,8* 3

4 Sebagai direktor 9,10,11 3

5 Sebagai inisiator 12,13,14 3

6 Sebagi transmitter 15,16,17 3

7 Sebagai fasilisator 18,19,20 3

8 Sebagai mediator 21,22 2

9 Sebagai evaluator 23,24,25 3

*nomor item dengan pertanyaan negatif.

2. Motivasi Belajar

Indikator dari angket variabel Motivasi belajar dapat dilihat dari table berikut ini:

No Indikator No.item jumlah

1 Tekun menghadapi tugas 1,2*,3*,4 4

2 Ulet menghadapi kesulitan. 5,6,7 3

3 Keinginan mendalami materi yang diberikan. 8,9,10,11 4 4 Senang dan rajin penuh semangat. 12,13,14,15* 4 5 Dapat mempertahankan pendapatnya 16,17,18 3

6 Berprestasi sebaik mungkin. 19,20,21 3

7 Senang mencari dan memecahkan masalah. 22,23 2

(23)

*nomor item dengan pertanyaan negatif.

a. Validitas Instrumen

(24)

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yag diteliti secara tepat. Validitas instrument dalam penelitian ini dilakukan dengan validitas konstruk dan validitas isi. Menurut Sugiyo (2004:141), validitas kontruk dilakukan dengan mengkonsultasikan indikator-indikator yang digunakan dalam instrument pada ahli dibidangnya sehingga pengembangan indikatornya sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Validitas isi dilakukan dengan mengembangkan kisi-kisi instrument menjadi butir-butir (item) pertanyaan. Sehubungan validitas alat ukur, Suharsimi Arikunto (2002:145), membedakan dua macam validitas alat ukur yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis merupakan validitas yang diperoleh melalui cara-cara yang benar sehingga menuntut logika yang akan dapat dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Validitas empiris adalah validitas yang diperoleh dengan jalan mengujjicobakan instrument pada sasaran yang sesuai dalam penelitian.

Uji validitas instrument dimaksudkan untuk mendapatkan alat ukur yang sahih dan terpercaya. Pengujian validitas logis dalam penelitian ini, dilakukan dengan jalan mengkonsultasikan kisi-kisi instrument yang telah disusun kepada ahli, dalam hal ini adalah dosen yang ahli di bidang pendidikan.

(25)

dengan jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Hasil uji coba ini diketahui sejauh man validitas dan reabilitas instrument yang akan digunakan dalam pengambilan data.

Pengujian validitas adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur. Nilai validitas yang dicari dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dari Karl Person (Suharsimi Arikunto,2006:170). Pengujian validitas ini dilakukan untuk mengukur validitas instrument.

Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi

N = Jumlah responden

(26)

= Jumlah skor item

= Jumlah skor total

= Jumlah kuadrat skor item

= Jumlah kuadrat skor total Suharsimi Arikunto, 2006:170)

Pengujian validitas empiris dapat menggunakan teknik analisis butir, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor totalnya. Menurut Sutrisno Hadi (1987:27) suatu butir dikatakan valid apabila rpq>r–tabel pada taraf signifan 5% pada pengujian satu sisi.

F. Teknik Analisis Data

(27)

Gambar

table berikut ini:

Referensi

Dokumen terkait

Rekap Debitur Menunggak Rekap Transaksi Pembayaran Daftar Pegawai Pendaftaran Debitur Daftar Jenis Kredit Laporan Monitoring Perbandinga n persentase pokok npl Laporan

Sedangkan pada tahapan yang paling banyak digunakan untuk metode verifikasi kebutuhan non fungsional adalah NFR modeling and verification berdasarkan 5 paper.

Implikasi dari penelitian ini adalah pengguna Facebook meupakan media sosial yang digunakan sebagian orang untuk meluangkan diri, dimana dalam dunia nyata tidak dapat

Dari perhitungan statistik dengan menggunakan Anava Rancangan Rambang Lugas ( =0,05) yang dilanjutkan dengan uji HSD 5 % dan HSD 1 % menunjukkan bahwa ekstrak daun

Pada percobaan kultur hara dilakukan pengamatan terhadap tingkat keracunan besi pada daun (nilai skor bronzing), pertumbuhan tinggi tanaman, pertumbuhan panjang akar, bobot kering

Penelitian mengenai pemodelan permintaan pasar sayuran organik di PT. Kebun Sayur Segar ini menggunakan metode statistik untuk peramalan yaitu ARIMA. Data-data

acara Pembuktian Kualifikasi yang bertempat di Unit Layanan Pengadaan Kota Medan, Bagian Perlengkapan dan Aset Setda Kota Medan, Jalan Kapt.. Maulana Lubis

pendidikan budi pekerti, softskill dan karakter yang berbasis kebudayaan lokal di Jawa Timur dalam bentuk buku sekolah dasar berdasarkan hasil tahun 1 yaitu