• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi Candida albicans dan diberi mimba (Azadirachta indica) Phagocytosis activity on wistar rats were inoculated by Candida albicans and fed with neem (Azadirachta indica)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi Candida albicans dan diberi mimba (Azadirachta indica) Phagocytosis activity on wistar rats were inoculated by Candida albicans and fed with neem (Azadirachta indica)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi

Candida albicans

dan

diberi mimba (

Azadirachta indica

)

Phagocytosis activity on wistar rats were inoculated by Candida albicans and fed

with neem (Azadirachta indica)

I Dewa Ayu Ratna Dewanti Bagian Biomedis

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember Jember, Indonesia

ABSTRACT

Neem is one of the traditional medicine known by society as immunomodulator. On the other hand, 80% of oral infection diseases is caused by C. albicans. This research is aimed to explain the phagocytosis activities on wistar rats which were inoculated with C. albicans and fed with neem leaves. There are 5 groups, namely control group (KO) with no treatment, the other treatment groups were classified into 4 groups. First group (KP1) was inoculated with C. albicans only. KP2 was fed with 50 mg/day/kg BW aqueous extracts from neem leaves, then inoculated with C. albicans start from day 8-21. KP3 was fed with 100 mg/day/kg BW aqueous extract from neem leaves, then inoculated with C. albicans start from day 8-21. KP4 was fed with 200 mg/day/kg BW aqueous extract from neem leaves, then inoculated with C. albicans start from day 8-21. On day 22, the tongue was swabbed for each group, then cut for immunohistochemistry preparation. The study that there was significant difference showed that there were different results computed using anova, HSD test, and linier regression. The conclusion was neem leaves increased the phagocytosis activity of wistar rats, inoculated with C.albicans.

Key words: Azadirachta Indica juss, macrophage; phagocytosis, innate immune, Candida albicans

ABSTRAK

Mimba adalah salah satu tanaman tradisional yang dikenal masyarakat dan berfungsi sebagai imunomodulator. Di sisi lain, 80% infeksi di mulut adalah kandidiasis dengan penyebabC. albicans. Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi C. albicansdan diberi daun mimba. Terdapat 5 kelompok, kelompok kontrol (KO) tidak diberi perlakuan. Kelompok perlakuan 1 diinokulasiC. albicans(KP1). KP2 diberi 50 mg/hari/kg BB ekstrak cair daun mimba, kemudian diinokulasi C. albicans dari hari 8-21. KP3 diberi 100 mg/hari/kg BB ekstrak cair daun mimba, kemudian diinokulasi C. albicansdari hari 8-21. Sedangkan KP4 diberi 200 mg/hari/kg BB ekstrak cair daun mimba, kemudian diinokulasi C. albicans dari hari 8-21. Semua kelompok pada hari ke-22 dilakukanswablidah, kemudian lidah dipotong untuk dibuat sediaan dengan imunohistokimia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna baik dengan Anova, uji HSD, dan regresi linier. Sebagai simpulan, daun mimba meningkatkan aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasiC. albicans.

Kata kunci: Azadirachta Indica juss,makrofag,fagositosis,innate immune,Candida albicans

Koresponden: I Dewa Ayu Ratna Dewanti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37 Jember, Telp.0331-333536, Faks.0331-331991, E-mail: dewadewanti@yahoo.com

PENDAHULUAN

Mimba (Azadirachta Indica) telah dikenal dan dimanfaatkan masyarakat untuk mengatasi berbagai macam penyakit, seperti cacingan, kudis, malaria, infeksi jamur, tumor dan alergi.1-2 Beberapa penelitian membuktikan mimba memodulasi imunitas alami dan adaptif,3-6 sedangkan imunitas alami (fagositosis) terutama makrofag berperan penting melawan C. albicans

yang merupakan penyebab utama kandidiasis mulut.7-8 Penelitian sebelumnya membuktikan perasan daun mimba dapat menghambat pertumbuhan C. albicans secara in vitro.9 Daun mimba mempunyai khasiat antimikroba dan sebagai imunomodulator. Makrofag sebagai

fagosit mengenali dan menghancurkan patogen melalui beberapa reseptor merangsang produksi substansi mikrobial melalui CD14 yang diekspresikan ke permukaan sel, akan mengaktifkantoll-like receptors(TLRs) serta

NF-κB.9-10 Stimulasi sitokin proinflamatori dan aktivasi innate immunity tergantung keakuratan pengenalan dari invasi patogen. Oksidatif antara lain dengan cara menghasilkan superoksid dan NO yang dihasilkan sistem iNOS, aktivitas keduanya dapat diinduksi TNF-α, sedangkan aktivitas fagositosis meliputi fungsi penelanan (fungicidal

uptake) dan pembunuhan intrasel (fungisidal).

(2)

aktivitas fagositosis.10-12 Penelitian lain membuktikan ekstrak cair daun mimba dapat meningkatkan jumlah makrofag, sehingga diduga dapat mempengaruhi TNF-α yang merupakan

sitokin yang berperan mengaktivasi fagositosis.13 Untuk itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi C. albicans dan diberi daun mimba. Harapannya, di masa depan dapat dihasilkan obat yang berasal dari tanaman dan dapat bersifat imunomodulator maupun antijamur.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan sampel 25 ekor tikus wistar jantan, yang memenuhi deklarasi Helsinki, dengan berat 100-200 gr, usia 2-3 bulan yang dilakukan adaptasi 1 minggu. Terdapat 5 kelompok yang terbagi menjadi kelompok kontrol (KO), yaitu tikus yang tidak diberi konsumsi ekstrak cair daun mimba dan tidak diinokulasi C.

albicans, KP1 yaitu tikus yang diinokulasi C.

albicans, KP2 yaitu tikus yang diberi konsumsi

ekstrak cair daun mimba dosis 50 mg/hari/kg BB, kemudian mulai hari ke-8 sampai 21 diinokulasi

C. albicans. Selanjutnya, tikus yang diberi

konsumsi ekstrak cair daun mimba dosis 100 mg/hari/kg BB, kemudian mulai hari ke-8 sampai 21 diinokulasiC. albicans(KP3).Sedangkan KP4 adalah tikus yang diberi konsumsi ekstrak cair daun mimba dosis 200 mg/hari/kg BB, kemudian

mulai hari ke-8 sampai 21 diinokulasiC. albicans. Pada hari ke-22 masing-masing kelompok coba diamati dengan cara swab ringan tanpa tekanan dengancotton budpada dorsum lidah tikus wistar dan ditanam padaSaburoud’s agar,dan setelah 48 jam dilakukan penghitungan koloniC. albicans.

Aktivitas fagositosis makrofag dilakukan dengan memotong lidah untuk dibuat sediaan dan pengecatan dengan cara imunohistokimia, dengan deparanisasi menggunakanxylol.Xyloldihilangkan dengan etanol mulai absolut sampai 70%, air, dan

phosphate buffer saline (PBS) pH 7,4 dan diberi

tripsin 0,0 25%. Preparat digenangi larutan H2O2

3%, dicuci dengan PBS 2x dan dilakukan proses bloking dengan BSA 3%. Anti mouse fagositosis direaksikan, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 40C dalam humidity chamber, lalu direaksikan dengan biotiyilized secondary Ab (anti rabbit). Dicuci 3x dengan PBS, dan ditambahkan streptavidin berlabel peroksidase dan diinkubasi selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan pencucian kembali dengan dengan PBS 3x, direaksikan dengan substrat DAB (diamine benzidine),

kemudian ditambahkanMeyer-HE.Data dianalisis dengan Anova dan dilanjutkan uji HSD.

HASIL PENELITIAN

Data penelitian mengenai jumlah sel makrofag yang aktif memfagosit C. albicans

terlihat di tabel 1.

Tabel 1. Data jumlah sel makrofag yang aktif menfagositC. albicans

KO KP1 KP2 KP3 KP4

3 3 3 1 1 1 9 9 9 13 12 13 21 22 21 1 1 1 1 1 1 9 9 9 12 12 13 23 22 23 3 3 3 2 2 2 7 7 7 13 13 13 21 21 21 2 2 2 2 2 2 8 8 8 11 11 11 21 21 21 1 1 1 1 1 1 8 8 8 11 11 11 22 21 21 Gambar 1.Aktivitas fagositosis pada makrofag (pembesaran 400x). Panah hitam menunjukkan aktivitas fagositosis, panah abu-abu menunjukkan tidak ada aktivitas fagositosis. A. Kontrol pengecatan, B. Aktivitas fagositosis makrofag terhadapC. albicans(KO), C. Aktivitas fagositosis makrofag terhadapC. albicans (KP1), D. Aktivitas fagositosis makrofag terhadap C. albicans (KP2), E. Aktivitas fagositosis makrofag terhadapC. albicans(KP3),F. Aktivitas fagositosis makrofag terhadapC. albicans(KP4).

B C

D E

A

(3)

Hasil penelitian (gambar 1) menunjukkan aktivitas fagositosis pada makrofag pada kelompok yang diinokulasi C. albicans terjadi penurunan dibanding kontrol, sedangkan kelompok perlakuan dengan ekstrak cair daun mimba terjadi peningkatan, yaitu semakin tinggi dosis ekstrak mimba yang diberikan semakin tinggi aktivitas fagositosis. Gambar 2 menunjukkan aktivitas fagositosis makrofag pada epitel lebih tinggi dibandingkan subepitel. Hal ini menunjukkan bahwa mungkinC. albicans banyak dijumpai di epitel.

Perbedaan bermakna (p<0,01) terbukti dari hasil uji manova dan juga dari uji HSD. Selanjutnya dilakukan uji korelasi dengan regresi linier menggambarkan hubungan positif yang

sangat erat (0,985) (gambar 3), sehingga semakin tinggi dosis ekstrak cair daun mimba, maka semakin tinggi aktivitas fagositosis sel makrofag. Pola kontribusi diskriminan menunjukkan kemampuan ekstrak cair daun mimba, yaitu semakin tinggi dosis yang diberikan, maka aktivitas fagositosis semakin tinggi.

Gambar 4 menunjukkan bahwa aktivitas fagositosis (bulatan) terletak di sekitar garis yang lurus ke kanan dengan posisi naik, artinya bahwa semakin tinggi dosis mimba yang diberikan, maka semakin meningkatkan aktivitas fagositosis.

Penghitungan jumlah C albicans pada lidah tikus dan ditumbuhkan padasaburoud’sagar yang dihitung menggunakancolony counter(gambar 5).

Pada kelompok KO tidak didapatiC.albicans. KoloniC.albicansterbanyak pada kelompok KP1, terkecil pada KP4. Hasil ini membuktikan bahwa makin tinggi dosis ekstrak cair daun mimba, makin sedikit koloniC albicans(gambar 5 dan 6).

Uji manova menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,01). Uji HSD terdapat perbedaan bermakna, kecuali antara KP0 dengan KP4, menunjukkan bahwa ekstrak cair daun mimba dengan dosis 200mg/BB/hari dapat menurunkan jumlahC. albicans sampai mendekati normal. Uji korelasi (gambar 7) terdapat hubungan negatif yang sangat erat (-0,973), semakin tinggi dosis ekstrak cair daun mimba, semakin sedikit jumlah koloniC albicans.

A

B

Gambar 2. Aktivitas fagositosis pada makrofag dengan teknik imunohistokimia (pembesaran

Gambar 3. Aktivitas fagositosis makrofag akibat ekstrak cair daun mimba

(4)

Gambar 5. Jumlah koloniC albicans.C albicanspadasabouroud’s agartampak sebagai bentukan bulat, putih kekuningan, mengkilat, permukaan halus. InfeksiC albicanstidak mutlak ditentukan oleh jumlah spora, karena satu hifa sudah menunjukkan adanya infeksi.

KO

KP1

KP2

KP3

KP4

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daun mimba dengan komponen imunomodulator (diduga galic acid, catechin, epicatechin) membangun keseimbangan baru melalui regulasi sistem imun yang hasilnya dapat mempengaruhi makrofag yang kita kenali dari produk yang dihasilkan sel makrofag, dalam menghadapi stresor. Aktivitas TLR2, TLR4 mempengaruhi fospatidilinositol pada membran sel makrofag dan akan mengaktifkan protein Rac, selanjutnya akan mengaktivasi NF-κB dan AP-1 melalui jun kinase melalui jalur MAPK (mitogen-activated

protein kinase). Termasuk jalur ini ERK

(extracelluler signal-regulated kinase), JNK (

c-jun N-terminal kinase) dan p38. ERK

mempengaruhi aktivitas jun, sedangkan p38 mempengaruhi produksi IL-6, IL-8 dan IL-12. Aktivitas p38 dan ERK dapat mengaktivasi AP-1. Ketiga jalur MAPK dapat diaktivasi dalam waktu yang sama. NF-κB merupakan regulator

dari respons awal terhadap patogen dan sebagai aktivator respons imun. NF-κB adalah p50-p65 dari keluarga protein heterodimer yang mentranskripsi bermacam-macam gen. Aktivasi

NF-κB memerlukan fosforilasi protein IκB,

kemudian terjadi degradasi yang menyebabkan p50-p65 berada dalam nukleus dan mengaktifkan bermacam-macam gen. Setelah terjadi pelepasan I-κB, maka terjadi peningkatan

aktivitas faktor transkripsi NF-κB yang

menstimulasi ekspresi gen yang mempengaruhi produksi TNF-α yang berpengaruh pada aktivitas

fagositosis. Stimulasi ekspresi gen antara lain mempengaruhi produksi TNF-α dalam respons imun terhadap patogen. TNF-α berperan sebagai

imun primer dalam regulasi sistem imun. Khusus pada makrofag sitokin ini meningkatkan aktivitas dalam membunuh patogen, yang menjadi mediator penting pada inflamasi.14-16Ekstrak cair daun mimba dengan komponen galic acid,

epicatechin, catechin, dapat menurunkan jumlah

koloni C albicans, meskipun jumlah ini tidak mutlak menunjukkan adanya infeksi, tetapi dapat digunakan untuk menunjukkan adanya infeksi. Jumlah yang lebih banyak dari kelompok kontrol dapat digunakan sebagai parameter terjadinya infeksi karena satu saja bentuk hifa sudah menunjukkan infeksi. Penelitian ini menunjukkan jumlah koloni C.

albicans yang semakin menurun dengan semakin

tinggi dosis ekstrak daun mimba, karena dosis 200 mg/kg BB terlihat jumlah koloni paling sedikit. Penurunan jumlah koloni C albicans

diduga karena kandungan imunomodulator (galic

acid, epicatechin, catechin) dan kandungan

nimbidin, azadirachtin, gedunin, cyclic

trisulphide, cyclic tetrasulphide yang dapat

berfungsi sebagai antijamur. Kandungan imunomodulator dapat meningkatkan respons K

Gambar 7. Grafik linier jumlah koloniC.albicans 0

(5)

imun terhadapC albicans, sedangkan kandungan antijamur dapat membunuh jamur secara langsung dengan cara merusak membran sel jamur. Efek imunomodulator dapat terjadi melalui CD14, TLR2, TLR4, TNF-α, aktivitas fagositosis. Jadi penurunan jumlah koloni C.

albicans dapat melalui dua jalur, yaitu

pembunuhan secara langsung dan efek imunomodulatori.

Pembunuhan secara langsung dapat terjadi karena kandungan antijamur (nimbidin,

azadirachtin, gedunin, trisulphida dan

tetrasulphida) dapat merusak membran sel

jamur dengan merubah permeabilitas membran sel, kemudian terbentuk pori-pori yang menyebabkan membran sel menjadi bocor, yang menyebabkan kematian sel jamur. Selain itu kandungan sulfur pada daun mimba diduga dapat berkompetisi dengan oksigen pada sel jamur, sehingga menyebabkan terjadinya toksisitas pada jamur dan menyebabkan kematian jamur.

Kelompok kontrol pada penelitian ini memperlihatkan adanya sel makrofag yang aktif menfagosit C. albicans. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena secara fisiologis aktivitas fagositosis juga terjadi pada tikus wistar atau karena pada saat penelitian sulit didapatkan rongga mulut tikus yang steril terbebas dari C.

albicans, sedangkan pada jumlah koloni C.

albicans kelompok kontrol tidak dijumpai C.

albicans. Hal tersebut mungkin terjadi akibat

sudah dapat direspons oleh sel

imunokompeten, sehingga meskipun terdapat aktivitas fagositosis namun pada saat dilakukan penghitungan jumlah koloni tidak terdapat C albicans.

SIMPULAN

Dari penelitian mengenai aktivitas fagositosis pada tikus wistar yang diinokulasi

Candida albicans dan diberi mimba (Azadirachta

indica), daun mimba meningkatkan aktivitas

fagositosis makrofag pada tikus wistar yang diinokulasiC. albicans.

SARAN

Untuk hasil yang lebih baik diperlukan dosis mimba yang lebih bervariasi serta aplikasi ke manusia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganguli SJ. Neem: A therapeutic for all seasons. Current Sci 2002; 23: 82-11.

2. Goel RK, Sairam K. Anti ulcer drugs from indigenous source with emphasis on musa sapientum, tamrabhasma, asparagus racemous and zingiber officinale. Indian J Pharmacol 2002; 34: 100-10.

3. Upadhayay D, Garg S, Talwar GP. Immunomodulation effects of neem Azadirachta indica) oil. Int J Immunopharmacol 1992; 14(7): 1187-93.

4. SaiRam K, Sharma SK, Havazhagan G, Kumar D, Selavamurthy W. Immunomodulatory effect of NIM-76, a volatile fraction from neem oil. J Ethnopharmacol 1997; 55(2): 133-9.

5. Sastrodihardjo S. Evaluasi daya insektisida dari ekstrak daun mimba (Azadirachta indica A. juss). Seminar Hasil Penelitian Pangan dan Gizi, Ilmu Hayati, 1988. 17 PAU: Jakarta. Hlm: 18.

6. Sadekar D, Kolte AY, Barnase BS, Desai VF. Immunopotentiating effects of Azadirachta indica (Neem) dry leaves powder in broilers, naturally infected with IBD virus. Indian J Exp Biol 1998; 36(11): 1151-3.

7. Lehner T. Immunologi of oral disease. In: Imunologi pada penyakit mulut. Ed. 3. Alih bahasa: Farida R, Suryadhana NG. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1992. Hlm: 112-5.

8. Roeder A, Carsen J, KirChing, Rudolf A, Rupec, Martin S, Gunther W, Hans CK. December toll-like receptors as key mediators in innate antifungal immunity. J Ethnopharmacol 2004; 107: 485-98.

9. Dewanti R. Daya hambat pertumbuhan C. albicans oleh perasan daun mimba (Azadirachta Indica juss). Maj Ked Gigi (Dent J), Edisi khusus Temu Ilmiah Nasional III 6-9 Agustus 2003; Hlm. 342-4.

10. Diamond RD, Caron A, Lyman DR, Wysong. Disparate effects of interferon-γ andtumor necrosis factor-α on early neutrophil respiratory burst and fungicidal responses to Candida albicans hyphae in vitro. J Clin Invest 1991; 87: 711-20.

11. Newman SL, Angela H. Candida albicans is phagocytosed, killed, and processed for antigen presentation by human dendritic cells. Infect Immunity 2001; 69 (11): 6813-22.

12. Ulmann BD, Hadley M, Wiriya C, Anna LL, Qiang Z, Luis AV. Inducible defense mechanism against nitric oxide in Candida albicans. Eukaryotic Cell 2004; 3 (3): 715-23.

13. Ray B, Banerjee BD, Sen PJ. Modulation of humoral and cell-mediated immune responses by Azadirachta indica (Neem) in mice. Indian J Exp Biol 1996; 34 (7): 698-701.

(6)

dependent Manner. Mycrobiol Immunol 2002; 46 (7): 503-12.

15. Wang JE, Warris A, Ellingsen EA, Fio T, Espevick T, Solberg S, Verwe PE. Involvement of CD14 and Toll-Like receptors in activation of human

monocyte. Mycrobiology and Immunology, 2001.Vol. 69: No. 4: 2402-6.

Gambar

Tabel 1. Data jumlah sel makrofag yang aktif menfagosit C. albicans
Gambar 2. Aktivitas fagositosis pada makrofagdengan teknik imunohistokimia (pembesaran400x) di A
Gambar 5. Jumlah koloni C albicans. C albicans pada sabouroud’s agar tampak sebagai bentukan bulat, putihkekuningan, mengkilat, permukaan halus

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dilakukan penulis untuk melihat secara langsung guna mendapat informasi secara jelas mengenai macam- macam budaya sekolah unggul dalam membina pendidikan karakter

Program Peningkatan Sarana dan

Cairan biologis merupakan matriks yang sangat kompleks yang terdiri dari komponen yang dapat mengganggu proses pemisahan sampel dan analisis.. Cairan biologis yang biasa

ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak

[r]

untuk menyelesaikan tugas skripsi dengan judul &#34;Perbedaan lntensitas Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran Pada Remaja Putri Ditinjau Dari Peran Seksual&#34; di lingkungan

Menurut Sayid Quthb 27 kata ´ al- ULMkOµ lebih ditekankan kepada aspek gen- der laki-laki, bukan kepada aspek biolo- gisnya sebagai manusia yang ber-jenis kelamin

A framework for remanufacturing of short life-cycle product has been presented to understand the supply chain flow, relations between type of returns and recovery