Makalah Konsep Dasar Keperawatan “Berpikir Kritis”
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
Disusun oleh : Anisa Astuti Erna Nurlysani Intan Puteranti Putri Yunda Maryta Tingkat :I B
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Bandung
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “Konsep Dasar Keperawatan”. Kemudian shalawat beserta salam tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan di program studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Bandung. Selanjutnya penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ibu Tjutju Rumijati, SKp, M,kep, Sp.kom. Bapak Suriadi, Drs, Skp, M.kep, Sp.kom dan Ibu Susi Kurniasih SKp.Mkes selaku dosen program studi Keperawatan mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan. Tidak lupa juga kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bandung, 8 September 2013
Daftar isi
2.2 Keterampilan Berpikir Kritis dan Kebiasan Pikiran bagi Keperawatan...9
2.3 Pentingnya Berpikir Kritis...11
2.4 Ciri-ciri orang yang berpikir kritis...14
2.5 Indikator Pemikir Kritis...16
2.6 Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis...19
2.6.1 Model berpikir kritis...20
2.7 Jenis-jenis berpikir kritis...21
2.8 Siapakah yang perlu berpikir kritis...21
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan .
Kember (1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam
berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah / pencarian solusi, dan pengelolaan proyek. Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan
(observasi), analisis,
Berpikir kritis dalam praktek keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang membutuhkan keterampilan kognitif untuk menganalisis standar-standar, mendiskriminasi, mencari informasi, memberi alasan yang logis, memprediksi dan mentransfer ilmu ( Lewis et al, 2007). Bahkan Alfaro-LeFevre (2004) telah mengembangkan indikator untuk mengidentifikasi keterampilan dan perilaku pemikir kritis yang terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan, perilaku afektif dan perilaku emosional. Ketiga aspek ini harus dimiliki oleh seorang perawat.
Berpikir kritis semakin dipandang perlu, setiap detik kita dituntut untuk berpikir kritis. Kita dituntut untuk tidak menerima sesuatu hanya dengan meng “iya” kan sesuatu, kita harus mencari sebab dan bukti-bukti yang mendukung dari data-data yang kita terima setiap waktu. Dulu sebagian orang jarang berpikir secara kritis dalam mengambil sebuah keputusan dan menyelesaikan masalah. Namun sekarang kita dituntut untuk berfikir secara krtis, terutama seorang perawat.
Seorang perawat harus bisa berpikir kritis untuk mengambil sebuah keputusan atau tindakan dalam menangani pasien. Berpikir kritis dengan cepat agar kita dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat serta melukukan tindakan yang cepat dan tepat pula. Tapi masih ada perawat yang belum berpikir secara kritis, sehingga masih ada tindakan yang tertunda dalam menangani pasien. Oleh karena itu, perawat harus bisa secara cepat dan tepat dalam mengambil keputusan.
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud berfikir kritis itu?
3. Bagaimana indikator dari berfikir kritis?
4. Bagaimana proses dari berfikir kritis?
5. Bagaimana tips agar menjadi pemikir kritis?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari berfikir kritis
2. Mengetahui ciri-ciri dari berfikir kritis
3. Mengetahui indikator dari berfikir kritis
4. Mengetahui proses dari berfikir kritis
5. Mengetahui cara atau tips berpikir kritis
1.4 Metode ilmiah
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini yaitu :
Studi Literatur : Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber yang relevan seperti buku-buku, internet, media elektronik dan artikel-artikel
yang berkaitan dengan pembahasan masalah.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
Bab II Pembahasan yaitu Definisi, keterampilan berpikir kritis dan
kebiasaan pikiran bagi keperawatan, pentingnya berpikir kritis, ciri-ciri orang
yang berpikir kritis, indikator pemikir kritis, faktor yang mempengaruhi
berpikir kritis, jenis-jenis berpikir kritis, siapakah yang perlu berpikir kritis
dan tips berpikir kritis
Bab III merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari materi
BAB II
PEMBAHASAN 2.1 Definisi
Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.
Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian.
menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1).
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban berpikir dalam berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis ialah sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.
2.2 Keterampilan Berpikir Kritis dan Kebiasan Pikiran bagi Keperawatan (Scheffer dan Rubbenfeld,2000,hlm.358, digunakan setelah mendapat izin)
1. Menganalisis : memisahkan atau membagi suatu kesatuan menjadi beberapa bagian untuk untuk menentukan sifat, fungsi dan hubungan antar bagian tersebut.
2. Menerapkan standar: menilai sesuai dengan peraturan atau kriteria yang telah ditetapkan secara personal,professional, atau social.
3. Mendiskriminasi: mengenali perbedaan dan kesamaan dianatra beberapa hal atau situasi dna membedakannya secara cermat untuk dimasukan kedalam kategori atau criteria.
4. Mencari informasi: mencari bukti, fakta, atau pengetahuan dengan mengidenbtifikasi sumber-sumber yang relevan dan mengumpulkan data objektif, subjektif, historis, dan data terbaru dari sumber tersebut.
5. Membuat alasan logis : membuat suatu kesimpulan yang didukung atau dijustifikasi oleh bukti.
6. Memprediksikan :membayangkan sebuah rencana dan konsekuensinya. 7. Mentransformasi pengetahuan : mengubah atau mengonversi kondisi, sifat,
bentuk, atau fungsi beberapa konsep dianatra beberapa konteks.
Kebiasaan pikiran untuk berpikir kritis :
1. Percaya diri : yakin akan kemampuan seseorang untuk membuat alasan yang masuk akal.
3. Fleksibilitas : kemampuan untuk beradaptasi,mengakomodasi, memodifikasi, mengubah fikiran, ide dan perilaku.
4. Kreativitas : daya cipta intelektual yang digunakan untuk menghasilkan, menentukan atau merestrukturisasi ide; membayangkan alternative.
5. Rasa ingin tahu : hasrat untuk mengetahui segala seuatu dengan mencari pengetahuan dan pemahaman melalui observasi dan pengajuan pertanyaan yang telah dipikirkan dengan baik untuk mengeksplorasi beberapa kemungkinan dan alternative
6. Integritas intelektual : mencari kebenaran melalui proses yang tulus dan jujur, meski jika hasilnya bertentangan dengan asumsi dan keyakinan seseorang.
7. Intuisi : rasa mengetahui sesuatu secara naluri atau alamiah tanpa memiliki alasan secara sadar.
8. Berpikiran terbuka: suatu sudut pandang yang dicirikan dengan bersikap menerima terhadap berbagai pandangan yang berbeda dan sensitive terhadap bias yang dimiliki oleh seseorang.
9. Tekun : bekerja keras menjalani suatu proses dengan kebulatan tekad untuk mengatasi berbagai rintangan.
2.3 Pentingnya Berpikir Kritis
Pertanyaan mengapa mengadakan pencarian alasan,tujuan, makna dan nilai. Kata mengapa sering sekali digunakan untuk memulai rasa ingin tahu, member alasan logis, menjustifikasi kesimpulan, dan menemukan penyebabnya.
Mengapa memdemonstrasikan salah satu dari bentuk berfikir dan eksplorasi yang pertama kali kita gunakan saat masih kanak-kanak. Namun mengapa dan aktivitas berpikir yang terkait dengan mengapa telah memicu banyak penemuan penting. Penemuan penisilin, teori relativitas Einstein, terjadi setelah terdapat pertanyaan mengapa. Albert Enstein menekankan betapa berharganya pertanyaan mengapa saat ia mengatakan “hal terpenting adlah jangan pernah berhenti bertanya . rasa ingin tahu memiliki alasan sendiri untuk muncul. “Dan “saya secara spesifik tidak pintar ataupun diberkati sya rasa saya hanya merasa penasaran “
Mengapa juga merupakan kata favorit bagi banyak pendidik dan mendorong siswanya untuk meberi rasional dalam setiap intervensi keperawatan yang mereka lakukan. Mengapa digunakan oleh klinisi saat mereka bekerja sebagai seorang istruktur atau mentor untuk staf yang baru atau saat mereka mempertanyakan praktik yang mereka lakukan. Klinisi dan pendidik sama-sama percaya bahwa pertanyaan mengapa mendorong berpikir kritis.
1. “Pengetahuan professional tidak sesuai dengan perubahan karakteristik situasi praktik –kompleksitas, ketidakpastian, ketidakstabilan, keunikan, dan konflik nilai, yang semakin dipersepsikan sebagian bagian inti dalam dunia praktik professional”. (Schon, 1983, hlm 14)
2. “Pengetahuan didapatkan dengan berpikir , dianalisis dengan berpikir, diatur dengan berpikir, ditransformasi dengan berpikir, dikaji dengan berpikir, dan yang terpenting hasil yang dicapai dengan berpikir”. (Paul, 1992, hlm. Xi)
3. Berpikir mengenali kita untuk mengenali keyakinan dan asumsi yang dianggap fakta oleh pikiran kita”. (Brookfield, 1995)
4. “pengetahuan , fakta, informasi sering kali disamakan dengan intelegensi. Namun, kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dalam secara logis, etis, dan moral tidak selalu setara dengan kualitas pengetahuan, fakta dan informasi. Berpikir memberikan mekanisme penyaringan untuk mengubah pengetahuan, fakta dan informasi kedalam aplikasi fakta dunia nyata “. (Schon, 1983)
5. “hanya dengan mengubah cara berpikir kita kita dapat mengubah kebijakan dan praktik yang telah tertanam secara mendalam”. (Senge, 1990, hlm. Xiv)
6. Pengetahuan yang mendalam biasanya timbul ketika mereka (orang-orang) menyadari bhwa masalah mereka, dan harapan mereka akan kemajuan tidak mungkin terlepas dari bagaimana cara mereka berpikir”. (Senge, 1990, p.53)
8. Pemahaman murni berasal dari kemampuan berpikir dan bertindak secara fleksibel, membedakan nuansa, menghargai konteks dan menggunakan refleksi”. ( Wiggins dan McTighe, 2001)
Kita telah mempelajari bahwa tujuan bertanya mengapa adalah untuk menemukan makna dan nilai atau keuntungan. Untuk berfokus pada keuntungan, kita perlu mengeksplorasi siapa yang mendapat keuntungan dan apa keuntungannya.
Upaya pemecahan masalah perlu diawali dengan cara mencari penyebabnya, jika tidak maka penyelesaian yang diperoleh tidak memberikan hasil yang memuaskan bahkan timbul maslaah yang baru. Terdapat dua penyebab kekacauan itu yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat dikendalikan.
artinya kita tidak sendiri tetapi membuat seni baru yang secara bersama-sama keluar dari kemelut secara nyata.
2.4 Ciri-ciri orang yang berpikir kritis
Beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis itu sendiri adalah : 1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan
terhadap kondisi yang ada.
2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logis.
3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks
Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma egosentris dan sosiosentris kita.
Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan disini, yaitu :
1. Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk jawaban dari pertanyaan tersebut.
2. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa
3. Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas.
4. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan.
5. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan.
7. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).
Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan elemen-elemen penyusun kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus menjawab beberapa hal sebagai berikut.
1. Tujuan dari sebuah gagasan/ide
2. Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide
3. Sudut pandang dari gagasan/ide
4. Informasi yang muncul dari gagasan/ide
5. Interpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul. 6. Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut
7. Implikasi dan konsekuensi
8. Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut
Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan ini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam sebuah tim yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah.
Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita akan semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung, namun juga sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan. Khususnya pemecah masalah bangsa Indonesia ini.
2.5 Indikator Pemikir Kritis
Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis sebagai berikut :
1. Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
2. Mencari alasan.
3. Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
4. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
5. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
6. Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
8. Mencari alternatif.
9. Bersikap dan berpikir terbuka.
10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
11. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
12. Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan.
Beyer (dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kritis beberapa kemampuan sebagai berikut :
1. Menentukan kredibilitas suatu sumber.
2. Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan.
4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.
5. Mengidentifikasi bias yang ada.
6. Mengidentifikasi sudut pandang.
7. Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
Sementara itu Ellis (dalam Rosyada, 2004) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut :
1. Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan nilai.
2. Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang relevan dengan yang tidak relevan.
3. Mampu menetapkan fakta yang akurat.
4. Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
5. Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang ambiguistik.
6. Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.
7. Mampu menditeksi bias.
8. Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
10. Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.
Nickerson (dalam Schfersman,1991) seorang ahli dalam berpikir kritis menyampaikan ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak sebagai berikut:
1. Menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur.
2. Mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan jelas, logis atau masuk akal
3. Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid.
4. Mengidentifikasi kecukupan data.
5. Memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi.
6. Mencoba untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari berbagai kegiatan.
7. Memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya.
8. Melihat similiritas dan analogi secara tidak dangkal.
9. Dapat belajar secara independen dan mempunyai perhatian yang tak kunjung hilang dalam bekerjanya.
11. Dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam cara formal seperti matematika dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
12. Dapat menyatakan suatu argumen verbal yang tidak relevan dan mengungkapkan argumen yang esensial.
13. Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari suatu pandangan.
14. Sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu kepercayaan dengan validitas dan intensitas yang dipegangnya.
15. Menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas, banyak fakta yang harus dijelaskan dengan sikap non inquiri.
16. Mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat, kemungkinan bias dalam pendapat, dan mengenali bahaya dari pembobotan fakta menurut pilihan pribadi
2.6 Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis :
1. Fisik: berdasakan pada rasa yang dialami oleh tubuh seperi rasa nyaman, tidak nyaman, senang atau sebaliknya.
2. Emosional: didasarkan pada perasaan atau sikap, orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjektiv. Rasional didasarkan pada pengetahuan orang mendapatkan informasi ,memahami situasi dan berbagai
konsekkuensinya.
3. Pratikal: berdasrkan pada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya.
2.6.1 Model berpikir kritis
a. Total Recall (Pemanggilan Total): mengingat fakta/ suatu kejadian serta mengingat dimana dan bagaimana menemukannya ketika dibutuhkan. Kemampuan untuk mengakses pengetahuan dimana pengetahuan merupakan sesuatu yang dipelajari dan disimpan dalam pikiran. Setiap orang punya cluster pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikirannya. Total Recall tergantung pada memori/ ingatannya Memori → proses yang kompleks. Jika anda selalu kesulitan dalam mengingat sesuatu kuncinya adalah Jangan menyerah karena ada Berbagai cara untuk membantu kita mengingat sesuatu
b. Habits (Kebiasaan) : Pendekatan berpikir yang diulang-ulang dengan sering. Sesuatu yang “dilakukan tanpa berpikir” Walaupun bukan dilakukan tanpa dipikir, tetapi hal tersebut telah mendarah daging sehingga terlihat seperti tidak disadari. Membuat anda melakukan sesuatu tanpa harus mencari metode baru
c. Inquiry (Pencarian Informasi): memeriksa isu-isu secara mendalam dengan menanyakan hal-hal yang terlihat nyata, termasuk menggali dan menanyakan segala sesuatu – khususnya asumsi terhadap situasi tertentu. Cara berpikir primer yang digunakan untuk menegakkan suatu kesimpulan. Walaupun kesimpulan dapat dibuat tanpa inquiry, dengan inquiry hasil akan lebih baik dan akurat.
e. Knowing How You Think (Mengetahui apa yang anda pikirkan) : Berpikir tentang bagaimana cara berpikir. Schon (1983) menyarankan penggunaan pendekatan refleksi (knowing how you think) untuk kerja profesional yang sulit menemukan masalah dan solusinya dari buku sumber.
2.7 Jenis-jenis berpikir kritis
1. Berpikir kritis secara diprogram.
Berpikir kritis diprogram merupakan pikiran yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan menjadi suatu prosedur tertentu.
2. Berpikir kritis secara tidak deprogram.
Berpikir kritis tidak deprogram adalah keputusan baru,tidak terstruktur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan tidak dapat dikembangkan menjadi suatu prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah.
2.8 Siapakah yang perlu berpikir kritis a. Klinisi :
mengharuskan perawat untuk lebih percaya diri, konstektual, kreatif, berpikiran, dan fleksibel dalam melakukan tugas mereka.
b. Pendidik :
Siapa pun yang masuk dalam tipe pendidik yang menghadapi masalah kompleks yang mempengaruhi cara Anda melihat diri Anda sebagai seorang pemikirdan bagaimana Anda akan mampu mempromosikan bimbingan kepada siswa dan staff diharuskan untuk lebih berpikir kritis karena sebagai pendidik dituntut untuk cepat tanggap apabila mengadapi para siswa nya.
2.8.1 Mengapa berpikir kritis begitu penting bagi pasien dan orang terdekatnya
a. Berpikir meningkatkan asuhan yang aman
b. Berpikir meningkatakn asuhan yang efektif
c. Berpikir meningkatkan asuhan yang efisien
2.9 Tips Berpikir Kritis
Sembilan tips mengembangkan kompetensi berpikir kritis:
1. Berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru.
2. Mengetahui bahwa setiap orang bisa memiliki pandangan yang berbeda.
3. Memisahkan berpikir dengan perasaan dan berpikir logis.
5. Menghindari kesalahan umum dalam pemberian alasan yang anda buat.
6. Jangan berargumen tentang sesuatu yang anda tidak mengerti.
7. Kembangkanlah kosakata yang tepat untuk penyampaian dan pengertian ide yang lebih baik
8. Mengetahui ketika anda memerlukan informasi lebih lanjut.
9. Mengetahui perbedaan antara kesimpulan yang dapat dan harus benar.
BAB III
PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Sebaiknya, berpikir kritis itu wajib diamalkan dimulai dari sekarang. Melalui pelatihan yang konsisten dan serius diharapkan agar diterapkan sebaik mungkin. Karena sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Dan berpikir kritis adalah suatu tindakan yang wajib dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Rubenfeld, M Gaie, Scheffer Barbara, K. 2010. Berpikir Kritis Untuk Perawat. Jakarta:. Buku Kedokteran EGC
Paul, Richard and Linda Elder. 2005. The Miniature Guide to Critical Thinking ”CONCEPTS & TOOLS”. The Foundation of Critical Thinking. California
Alfaro-LeFevre, R. 2004. Critical Thinking and Clinical Judgment: A Practical Approach. 3rd Ed. St. Louis: Saunders.
http://gurupembaharu.com/home/berpikir-kritis/
http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran