• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOCIAL DOMINANCE ORIENTATION SENIOR DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SOCIAL DOMINANCE ORIENTATION SENIOR DAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Ospek (Orientasi Pengenalan Kampus) merupakan salah satu kegiatan pembekalan kehidupan kampus kepada mahasiswa baru di Universitas Airlangga. Dalam kegiatan pembekalan tersebut, mahasiswa akan dikenalkan tentang berbagai fasilitas , kegiatan UKM beserta para stake holder yang berperan dikampus. Selain itu, mahasiswa baru juga mendapat berbagai materi tentang beasiswa serta wawasan kebangsaan. Melalui pembinaan tersebut, mereka diharapkan akan menjadi manusia yang mandiri, mudah berinteraksi dengan seluruh civitas akademika, tanggung jawab, berjiwa nasionalis, serta berkarater (character building). Kegiatan Ospek ini rutin diselenggarakan tiap tahun mulai dari tingkat universitas, fakultas sampai jurusan.

Dalam pelaksanaan Ospek tingkat universitas, pada umumnya berjalan dengan lancar tanpa unsur kekerasan karena mendapat kontrol yang ketat dari pihak kampus. Namun, saat pelaksanaan Ospek fakultas dan jurusan kita akan melihat realitas yang sangat berbeda. Adanya hubungan Social Dominance Orientation dikubu senior sering kali berujung penyelewengan kegiatan Ospek dengan aksi “perpeloncoan” terselubung terhadap junior. Tindakan ini tentunya memberikan efek tekanan psikis bagi mahasiswa baru. Bahkan secara tidak langsung menimbulkan stigma bahwa senior adalah kelompok superior yang harus dipatuhi. Hal ini tentunya bertentangan dengan nilai-nilai demokratis, keterbukaan dan humanis.

(2)

tersebut biasanya berupa verbal bahkan kontak fisik. Padahal negara telah menerbitkan Surat Keputusan dari Dirjen Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoesia nomor 25/DIKTI/Kep/2014 yang mengatur mengenai Panduan Umum Pengenalan Kehidupan Kampus bagi mahasiswa baru. Melalui regulasi tersebut, negara berharap mahasiswa baru terhindar dari aksi perpeloncoan senior untuk menciptakan suasana Ospek yang menyenangkan bagi mahasiswa baru.

Meskipun ada beberapa jurusan masih memelihara budaya feodal berupa kekerasan simbolik, kekerasan verbal, atau bahkan upacara inisiasi penerimaan anggota baru yang terkesan konyol, tetapi beberapa jurusan lain telah melakukan transformasi mengemas Ospek sebagai kegiatan yang mengesankan bagi mahasiswa baru. Mereka mencoba mengubah main set mengenai hubungan Social Dominance Orientation yang terjalin antara senior dan junior sudah tidak boleh lagi bersifat kaku. Hubungan Social Dominance Orientation yang mereka ciptakan tak ubahnya seperti hubungan seorang kakak yang menyayangi adiknya. Sang kakak akan mengenalkan berbagai hal kepada sang adik, mulai dari materi pelajaran yang akan mereka terima, organisasi-organisasi yang ada dikampus, bahkan sharing mengenai masalah yang dihadapi oleh mereka selama kuliah. Mereka juga menanamkan nilai kejujuran, tanggung jawab, cinta tanah air, serta kepedulian kepada sesama mahluk dan lingkungan.

(3)
(4)

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana informan memandang kegiatan Ospek sebagai ajang kekerasan?

2. Bagaimana sikap senior memperlakukan mahasiswa baru dalam kegiatan Ospek?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui sejauh mana informan memandang kegiatan Ospek sebagai ajang kekerasan.

2. Mengetahui sikap senior memperlakukan mahasiswa baru dalam kegiatan Ospek.

1.4. Manfaat

a) Manfaat Teoritis

 Mengembangkan kajian ilmu bidang sosiologi pendidikan yang berhubungan dengan ospek dan kegiatan pengenalan kampus lainnya.

 Memperkaya literatur penelitian yang berhubungan dengan Ospek dan hubungan social dominance orientation dalam dunia pendidikan.

b) Manfaat Praktis

(5)

BAB II

Kerangka Teoritik

Kerangka teoritik penelitian ini diawali dengan fenomena cybersex yang merambah pada generasi muda milenial saat ini. Pada studi ini, kami menggunakan beberapa acuan teori yang nantinya dapat menjawab realitas mengenai persepsi informan terhadap cybersex serta sosial kontrol . Adapun beberapa teori yang kami gunakan untuk menjawab realitas tersebut meliputi:

2.1. Teori Sosialisasi

Edwin Sutherland (1947) memperkenalkan teori Asosiasi Diferensial. Menurutnya perilaku menyimpang merupakan suatu perbuatan yang didapatkan setelah melalui proses belajar. Proses belajar yang dimaksud adalah mempelajari dan memahami norman-norma yang menyimpang dari subkultur. Jadi, penyimpangan perilaku adalah fenomena yang dipelajari oleh seseorang dari orang lain atau kelompok.

Proses belajar norma penyimpangan ini persis dengan proses belajar konformitas (penyesuaian) dimana ada sosialisasi atas nilai-nilai yang disepakati bersama oleh suatu kelompok masyarakat. Namun, yang membedakannya adalah jika konformitas adalah proses belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan nilai dan norma bersama serta berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok, maka penyimpangan justru sebaliknya. Peyimpangan adalah proses belajar bagaimana mempelajari nilai dan norma yang menyimpang.

Menurut Sutherland, penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran atau penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang. Perilaku menyimpang dipelajari di dalam lingkungan sosial (eksternal), artinya semua tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai cara.

Adapun 9 proposisi dari Teori Asosiasi Diferensial, yaitu:

- Criminal behavior is learned (perilaku kriminal itu dipelajari)

Sutherland memandang bahwa perilaku kriminal bukan berasal dari dalam diri seseorang maupun faktor genetik yang dibawa individu. Melainkan berasal dari proses belajar nilai dan norma menyimpang. Semakin mahir seseorang mempelajari nilai dan norma yang menyimpang, maka semakin dalam dia melakukan prilaku menyimpang. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit atau tidak pernah seseorang mempelajari norma menyimpang, semakin sulit dia melakukan penyimpangan.

- Criminal behavior is learned in interaction with other person of

(6)

Perilaku menyimpang itu dipelajari melalui interaksi yang intim. Dalam sosiologi interaksi itu terdiri atas dua, kontak dan komunikasi. Melalui interaksi yang intim tersebut seseorang akan mempelajari bagaimana nilai dan norma perilaku menyimpang tersebut.

- The prinsiple of the learning of criminal behavior occurs within intiminate personal

groups (Bagian utama dari belajar tindakan kriminal/perilaku menyimpang terjadi di dalam kelompok-kelompok personal yang intim atau akrab)

Perilaku menyimpang terjadi dalam kelompok-kelompok peribadi yang akrab. Sebab, mempelajari nilai dan norma menyimpang tidak bisa dilakukan pada kelompok-kelompok besar (publik) yang tidak memiliki kedekatan. Karena, proses belajar norma menyimpang hanya bisa dilakukan dengan berkelanjutan dan dalam hubungan yang dekat. Maksudnya, seseorang yang mempelajari norma menyimpang haruslah memiliki kedekatan dengan kelompok-kelompok pribadi yang juga melakukan prilaku menyimpang. Mempelajari norma menyimpang tidak bisa dilakukan hanya dengan menjalin interaksi semu dan jangka pendek. Sebab, norma menyimpang tersebut diyakini Sutherland tidak akan terinternalisasi.

Merujuk pada pandangan Sutherland diatas, maka peran media massa dalam menyampaikan nilai dan norma menyimpang tidak banyak berpengaruh terhadap proses belajar penyimpangan. Sebab, media massa yang bukan merupakan kelompok personal hanyalah memainkan peran sekunder dalam mempelajar penyimpangan.

Tentu pandangan Sutherland ini mulai tidak dapat dibuktikan. Akibat kemajuan teknologi dan mulai memudarnya peran institusi-institusi (seperti keluarga, lingkungan bermain, sekolah,dll) yang memiliki kewenangan untuk mensosialisasikan nilai dan norma pada individu dan kemudian tergantikan oleh peran media massa dan jejaring sosial. Kelompok personal lambat laun berubah menjadi kelompok sekunder dalam mengajarkan penyimpangan dan digantikan oleh peran kelompok publik/massa.

- When criminal behavior is learned, the learning includes, a) techniques of commiting

the crime, which are very complicated, sometimes very simple, b) the specific direction of motives, drives, rationalizations and attitudes (ketika perilaku jahat dipelajari, pembelajaran itu termasuk pula a) teknik melakukan kejahatan, yang kadang-kadang sangat sulit, kadang-kadang sederhana, b) arah khusus dari motif, dorongan rasionalisasi dan sikap-sikap)

Seseorang yang mempelajari perilaku menyimpang, berarti mempelajari berbagai hal mengenai perilaku menyimpang tersebut. Ia akan belajar bagaimana teknik melakukan prilaku menyimpang (kejahatan). Mereka yang melakukan prilaku menyimpang juga belajar tentang motif melakukan prilaku menyimpang tersebut. Ada alasan-alasan yang dianggap logis yang mendorong si pelaku untuk melakukan perilaku menyimpang. Ia juga belajar bagaimana cara bersikap sesuai dengan kelompok atau orang yang telah melakukan perilaku menyimpang tersebut.

(7)

Petunjuk khusus tentang motif dan dorongan untuk berperilaku menyimpang itu dipelajar dari defenisi-defenisi tentang norma-norma yang baik atau tidak baik. Proposisi ini mengakui keberadaan norma-norma untuk setia dan taat pada aturan-aturan yang sudah ada dan ia mungkin dapat juga melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan yang sudah ada.

- A person becomes delinquent because of an access of defenition favorable of violation of law over definition un favorable to violation of law (seseorang menjadi delinkuen disebabkan pemahaman terhadap defenisi yang menguntungkan dari pelanggaran terhadap hukum melebihi defenisi-defenisi yang tidak menguntungkan untuk melanggar hukum).

Seseorang yang berannggapan bahwa perbuatan menyimpang yang ia lakukan lebih menguntungkan dari pada tidak melakukannya, maka ia akan memilih untuk melakukan tindakan tersebut. Alasannya bisa beragam, seperti lemahnya sanksi, lemahnya ikatan dalam masyarakat dan menguntungkan secara ekonomi, dengan keuntungan yang demikian, maka ia akan lebih memilih untuk melanggar norma (melakukan prilaku menyimpang) dan learning. ( proses pembelajaran perilaku jahat melalui persekutuan dengan pola-pola kejahatan dan anti kejahatan meliputi seluruh mekanisme yang rumit dalam setiap pembelajaran lainnya).

- While a criminal behavior is an explanation of general needs and values, it is not ecplained by those general needs and values since non criminal behavior is and explaination the same need and values. (walaupun perilaku jahat merupakan penjelasan dari kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai umum, tetapi hal itu tidak dijelaskan oleh kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai umum tersebut. Karena perilaku nonkriminal dapat tercermin dari kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang sama). [2]

2.2. Teori Kontrol Diri

2.3. Hasil Penelitian yang Relevan

(8)

berujung pada kekerasan. Kekerasan ini sendiri terjadi karena adanya modal sosial yang dimiliki oleh senior untuk menindas junior.

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1. Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang merupakan sebuah prosedur penelitianyang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan serta perilaku yang dapat diperoleh dari orang yang diteliti. Dasar teoritis dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis dimana dalam hal ini peneliti berusaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang terlibat dalam situasi tertentu. Pada penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan setting fenomena yang diteliti. Pendekatan kualitatif dirasa tepat menjelaskan lebih dalam mengenai realitas sosial yang ada.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian yang berjudul “Cyber Sex : Dilarang, tetapi, Dicari” dilakukan pada dunia maya melalui media sosial, seperti, instagram, LINE, Facebook dan twitter dengan informan yang tersebar di berbagai kota. Alasan ilmiah peneliti mengambil lokasi di dunia maya karena memiliki kriteria yang tepat untuk menemukan informan-informan yang akan dijadikan sebagai sumber penelitian, yaitu pemaknaan cybersex dan kontrol diri pengguna cybersex.

3.3. Pengumpulan Data

(9)

3.4. Analisis data

Analisis data yang dipergunakan adalah analisis data deskriptif. Teknik analisis data deskriptif dipilih untuk mengeksplorasi sekaligus mengklarifikasi mengenai suatu fenomena sosial dengan jalan mendeskipsikan sejumlah variabel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti baik melalui angka maupun kata-kata.

3.5. Teknik Pemilihan Informan

(10)

Bab IV

Hasil Penelitian

Fenomena kekerasan dalam dunia pendidikan sudah sering kali kita dengar, baik dimedia masa maupun elektronik. Ospek merupakan salah satu kegiatan pengenalan kampus yang rentan akan unsur kekerasan dan perpeloncoan. Selain itu, Ospek juga seakan melanggengkan budaya feodal mengenai hubungan Social Dominance Orientation yang dimiliki oleh senior. Senior menganggap bahwa ia memliki kekuatan (power) untuk memperlakukan junior sesuai perintahnya. Melalui modal simbolik tersebut, senior dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki guna melakukan kekerasan simbolik kepada mahasiswa baru. Kekerasan yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas pada kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan yang berimbas pada psikologis mahasiswa baru.

Fenomena kekerasan Ospek sesungguhnya merupakan suatu hal yang disesalkan dalam dunia pendidikan. Namun sayangnya, pemerintah dan pihak kampus tak kunjung mengambil langkah tegas dalam upaya menekan angka kekerasan dalam Ospek, sehingga Ospek bisa berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni mencetak generasi cerdas, berkarakter, dan berjiwa pancasilais.

4.1. Pendapat Informan Mengenai Pelaksanaan Kegiatan Ospek dan Kekerasan. Pelaksanaan Ospek di Universitas Airlangga Surabaya dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama yakni merupakan Ospek universitas, fakultas dan jurusan. Kegiatan Ospek universitas ini meliputi: pengukuhan seluruh mahasiswa baru di Airlangga Convention Center dan dilanjutkan dengan pengenalan seputar fasilitas kampus serta para stake holder yang terlibat didalamnya. Kegitan Ospek universitas ini dimulai pukul 7 sampai 12 siang.

(11)

diminta untuk mengenakan baju putih, rok putih, sepatu phantofel, serta jas almamater saat kegiatan pengukuhan mahasiswa baru yang di selenggrakan di Airlangga Convention Center.

Berdasar wawancara terhadap beberapa informan, pelaksanaan ospek di Unair konsepnya sama dengan pelaksanaan ospek yang pernah diikuti oleh penulis. Menurut mahasiswa Komunikasi, :

“untuk pelaksanaan ospek pertama kali kita dikukuhkan oleh rektor di Airlangga Convention Center, kita diwajibkan datang sebelum jam 7 pagi dengan atribut almamater, hem putih bawahan juga putih, setelah upacara pengukuhan, kita mendapat motivasi dari ketua BEM Unair yang dilanjut dengan pengenalan dari masing-masing ukm-ukm. Setelah itu, besoknya kita digiring ke fakultas lain untuk mendalami materi dan pengenalan tentang apa yang ada di kampus Unair”.

Jawaban informan tersebut menjelaskan bahwa kegiatan ospek di tingkat universitas yang diisi dengan upacara yang dikemas dalam bentuk formal. Hal ini ditunjukan dengan diharuskannya mahasiswa baru saat mengikuti upacara agar memakai seragam atasan putih bawahan putih, dan memakai almamater. Pakaian ini juga dilengkapi dengan sepatu hitam ikat pinggang hitam, dan kaos kaki putih. Penyeragaman ini tidak jelas maksudnya karena tidak tertulis di buku pedoman bagi mahasiswa baru maupun adanya pemberitahuan pada mahasiswa baru. Beberapa informan pun juga tidak tahu menahu kenapa harus memakai pakaian seperti itu. Seperti apa yang dilontarkan oleh mahasiswa dari prodi ilmu komunikasi “ya nggak nanya kan udah dikasih tahu suruh pakai itu ya udah pakai aja”. Penyeragaman pakaian dalam Ospek merupakan salah satu bentuk identifikasi terhadap mahasiswa baru. Identifikasi disini maksudnya adalah dengan memakai seragam putih-putih. dimaksudkan agar setiap orang yang melihat tahu jika yang memakai seragam seperti itu adalah mahasiswa baru Unair yang sedang mengikuti ospek. Menurut William H. Frederick (dalam Henk Schulte Nordholt (2005:319) pakaian tidak pernah dianggap enteng. Ketika seseorang ingin mengumumkan, menyembunyikan identitas sejatinya, atau untuk menentukan identitas orang lain atau kelompok lain, pakaian dengan hati-hati diteliti untuk menemukan informasi yang tersirat di dalamnya.

(12)

pelaksanaan ospek di universitas umumnya masih termonitoring dengan baik. Ini ditunjukan dengan tidak adanya tindak kekerasan terhadap mahasiswa baru.

“Dari banyak serangkaian Ospek dikampus, saya paling senang adalah Ospek di universitas Mbak. Alasannya sih karena acaraya tidak terlalu lama. Selain itu, unsur kekerasan dari senior terhadap junior juga tidak ada. Meski ada rasa bosan sih mengikuti acara wiyata mandala kampus.” Ujar salah satu mahasiswa IIP.

Setelah Ospek universitas selesai, maka akan dilanjutkan dengan Ospek di fakultas masing-masing. Pelaksanaan Ospek fakultas berlangsung selama 3 hari yang dimulai pukul 7 sampai 5 sore. Menurut keterangan informan saat mengikuti Ospek Fakultas, mahasiswa baru harus datang pukul 06.00 pagi dan membawa bekal sendiri.

“Saat Ospek fakultas, saya harus sudah berangkat dari Sidoarjo sejak pukul 05.00 pagi. Hal itu saya lakukan untuk menghindari kemacetan. Selain itu, kami juga harus sudah tiba dikampus pukul 06.00 pagi dan membawa bekal untuk sarapan. Setelah jam 06.30 seluruh mahasiswa baru dipersilahkan memakan bekal yang dibawa sampai habis.” (Mahasiswa Ilmu administrasi negara)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam Ospek fakultas meliputi: wawasan seputar fasilitas dan stake holder FISIP, motivasi dari para alumni, serta inisiasi melalui kegiatan simulasi demo.

(13)

Antropologi, “Ketika saya lupa tidak memakai ikat pinggang, saya dikasih ikat pinggang dari tali rafia oleh timdis (tim disiplin).”

Selain itu beberapa informan mengaku schock dan trauma saat mendapat perlakuan kekerasan verbal dari senior.

“Saat itu, saya kaget saat kegiatan ice breaking tiba tiba ada sekelompok senior memakai baju merah. tiba-tiba mendobrak pintu. Setelah itu, mereka meminta kami untuk menunjukan id card. Ada pula beberapa teman saya yang ditanya mengenai materi yang mereka serap. Tiba-tiba mereka marah dan membentak-bentak saat ada diantara kami yang melakukan kesalahan” (Mahasiswa Antropologi)

Selain itu, informan lain juga menyatakan bahwa:

“Ketika saya mencoba menyampaikan argumen saya mengenai materi yang disampaikan oleh pemateri, timdis justru berbondong-bondong mendatangi saya dan terus memperdebatkan argument saya. Ketika mereka datang berbondong-bondong untuk memperdebatkan argument saya, disana saya merasakan ada sedikit tekanan psikis.karena gugup” (Mahasiswa Hubungan Internasional)

Menurut mahasiswa Sosiologi, atribut dan penugasan paper dalam ospek fakultas masih dikatakan normal dan cukup mendidik.

Untuk pemakaian atribut Ospek tidak ada yang aneh-aneh. Kami hanya diinstruskikan untuk memakai kemeja putih, rok hitam, dan bersepatu phantofel. Hanya saja saya menyayangkan penugasan pembuatan id card yang harus membuat tali dari rafia. Hal ini rasanya begitu konyol. Kenapa panitia tidak langsung membeli id card saja. Selain efektifitas waktu, juga menjadi id card semakin rapi. “

“Penugasan dalam Ospek kali ini juga nggak aneh-aneh kok. Semua pure berkisar mengenai issue-isue terbaru. Kami saat itu diberikan tugas mandiri untuk membuat makalah tentang MEA dan tugas kelompk untuk membuat Essay mengenai 3 komponen dalam pembangunan negara yang meliputi: pemerintah, rakyat sipil, dan pengusaha.” ujar mahasiswa Sosiologi.

(14)

demo, mahasiswa baru menyanyikan lagu-lagu perjuangan khas mahasiswa seperti: darah juang, Indonesia baru, buruh tani, When My Fisip dll. Setelah proses simulasi demo selesai, dilanjut dengan proses inisiasi. Dari proses inisiasi tersebut, mahasiswa baru dinyatakan lulus kegitan UFO (United FISIP Orientation). Kemudian seluruh mahasiswa mengucap Sumpah Mahasiswa yang berbunyi :

“Kami mahasiswa Indonesia bersumpah bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan.

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah berbahasa satu, bahasa yang gandrung akan keadilan.

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan.”

Setelah mengucap Sumpah Mahasiswa, seluruh mahasiswa baru dan senior saling berjabat tangan dan meminta maaf satu sama lain. Hal ini dibenarkan oleh informan kami dari jurusan Hubungan Interasional yang berinisial YM :

“Pada hari terakhir kegitan UFO, kami melakukan kegiatan simulasi demo di Lapangan Parkiran FISIP. Dalam simulasi demo tersebut, kami mengangkat isuee tentang UU Larangan Menghina Presiden. Disana kami dibagi menjadi dua kubu, yakni kubu pro dan kubu kontra. Saat simulasi demo berlangsung, kami disiram dengan air sebagai pengganti gas air mata. Duh,, rasanya seperi demo beneran. Ini sangat mengesankan. Selanjutnya, kami melakukan proses inisiasi untuk pengukukan menjadi bagiaan dari FISIP. Selepas inisiasi, kami saling bersalaman dan berpelukan dengan kakak-kakak senior.”

Berdasar uraian diatas, dapat dilihat bahwa penugasan makalah dalam Ospek fakultas jauh lebih banyak dibanding dengan Ospek Universitas. Mahasiswa baru juga mengeluhkan sikap timdis (tim disiplin) yang sewenang-wenang dan melontarkan kata-kata kotor terhadap mereka. Selain itu, jadwal kedatangan mahasiswa baru pukul 06.00 adalah sesuatu yang memberatkan, karena mereka merasa terlalu pagi untuk datang jam segitu. Banyaknya keluhan Ospek tingkat fakultas mengindikasikan sistem pengawasan Ospek tingkat fakultas sudah mulai kendor. Semua ini telah menjadi wewenang BEM dan dekanat untuk meminimalisir keluhan mahasiswa baru dalam kegitan Ospek fakultas.

(15)

dan Kebudayaan Republik Indoesia nomor 25/DIKTI/Kep/2014 mengenai Panduan Umum Pengenalan Kehidupan Kampus. Pelaksanaan Ospek jurusan ini di dikendalikan sepenuhnya oleh panitia dari masing-masing prodi. Merekalah yang menentukan bagaimana rangkaian acara pada Ospek jurusan dilakukan. Sebelum Ospek jurusan dilaksanakan, panitia diharuskan membuat proposal kegiatan dan harus melalui prosedur yang ditetapkan. Proposal ini harus mendapat persetujuan dari kepala departemen masing-masing prodi, Wakil Dekan I, dan Dekan FISIP. Setelah mendapatkan ijin dari semuanya barulah ospek jurusan bisa dilaksanakan. Sayangnya ada beberapa program studi yang besikeras tetap menyelenggarakan Ospek diluar kota meski tanpa ada legalitas perijinan dari fakultas maupun program studi. Adapun beberapa program studi yang tetap menyelenggarakan Ospek jurusan diluar kota: Sosiologi, Politik, Antropologi, IIP, dan Administrasi Negara.

Dalam pelaksanaan Ospek jurusan, pelanggaran terhadap regulasi Ospek semakin menjadi. Mulai dari Ospek yang diselenggarakan diluar kota sampai beberapa kasus kekerasan verbal atau bahkan kontak fisik terhadap mahasiswa baru.

Ketika pertama kali mahasiswa baru datang ketempat kemah, mereka langsung mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari kakak tingkat. Ada beberapa dari mereka mendapat kekerasan verbal dari kakak tingkat karena mereka disuruh untuk menundukan kepala. Peneliti menilai bahwa himbauan menundukan kepala kepada mahasiswa baru adalah salah satu bentuk kekerasan simbolik bahwa senior telah berhasil menguasai mereka. Hal ini terbukti dari kemauan mereka untuk dengan suka rela menundukan kepala sebagai wujud takut terhadap senior. Menurut pengakuan informan kami dari prodi Sosiologi yang berinisial AZ menyatakan bahwa:

(16)

Menurut keterangan salah satu informan dari mahasiswa prodi Antropologi yang berinisial ZI menyatakan bahwa mereka harus mencium pohon, makan dicampur rumput, bahkan tenda mereka tercium bau pesing seperti kencing.

“Saat mengikuti Ospek jurusan, saya disuruh oleh senior untuk mencium pohon. Makanan kami juga dicampur dengan rumput dan mau tak mau kami harus memakannya karena kami juga merasa lapar. Saat pagi-pagi, saya mencium bau tenda yang begitu pesing seperti habis dikencingi. Sungguh saya tidak meresa nyaman disana.”

Pada hakikatnya, tujuan dari Ospek jurusan adalah untuk mengakrabkan hubungan antar antara senior dan junior. Apabila mereka bisa saling mengakrabkan diri, maka secara tidak langsung akan tumbuh solidaritas diantara mereka. Sang kakak tingkat mengibaratkan junior mereka adalah adik sendiri yang perlu dibimbing, dilindungi, serta disayangi. Namun sayangnya, makna “menyayangi” disini disalahgunakan oleh para senior. Mereka terkadang justru menjadikan momentum Ospek jurusan untuk ajang pendekatan dengan adik tingkat. Mereka tak segan menggoda dan mendekati adik tingkat untuk dijadikan kekasih atau hanya pelampiasan cinta beberapa hari. Berdasar penuturan informan kami dari prodi IIP yang berinisial EP:

“Beberapa kakak tingkat terkadang mendekati teman-teman saya yang cantik-cantik untuk bercengkrama. Dibalik cengkerama tersebut, sebenarnya ada udang dibalik batu. Males banget gitu melihatnya.”

Dalam kegitan Ospek jurusan terkadang juga terdapat proses insiasi. Inisiasi merupakan semacam ritual yang digunakan dalam proses menerima anggota baru dalam suatu adat kebudayaan. Proses inisiasi ini memang agak aneh dan kurang rasional. Menurut salah seorang informan kami dari Sosiologi yang berinisial AZ mengatakan bahwa:

(17)

sebagai wujud permintaan maaf. Setelah itu kami membersihkan ground dan bersiap-siap untuk pulang ke Surabaya”

Meskipun beberapa prodi di FISIP masih memaknai Ospek sebagai budaya feodal untuk melanggengkan hubungan Social Dominance Orientation, tetapi ada beberapa prodi yang sudah melakukan transformasi untuk mengemas Ospek jurusan menjadi sesuatu yang mengesankan, memuat nilai-nilai humanis, dan media untuk mensolidkan seluruh angkatan. Hal tersebut diungkapkan oleh informan kami dari IIP yang berisial EP:

“Kegiatan Ospek di jurusan IIP dilaksanakan di Pacet Mojokerto. Kegiatan Ospek kami sangat fun banget. Kami bisa mengakrabkan diri dengan alumni dan kakak tingkat melalui sharing pengalamandan pemberian motivasi oleh alumni yang telah bekerja diberbagai Instansi. Kami juga saling bernyayanyi diiringi gitar sambil bercengrama disepanjang acara api unggun. Pokoknya so sweet banget deh. Ospek kami benar-benar tanpa kekerasan.”

Selain itu, mahasiswa dari program studi Hubungan Internasiol yang inisial YM juga menceritakan mengenai kegitan Ospek mereka yang tanpa ada unsur kekerasan baik verbal maupun fisik.

“ Kegiatan Ospek jurusan di HI berjalan dengan sangat baik. Didalamnya benar-benar tidak ada kekerasan verbal maupun fisik seperti yang saya dengar dari beberapa program studi di FISIP. Dari berbagai rangkaian Ospek jurusan di HI, saya paling berkesan dengan kegiatan simulasi diplomasi internasional. Melalui simulasi diplomasi tersebut, kami belajar berbicara kritis dalam melihat berbagai permasalahan di dunia internasional, baik permasalahan sosial, ekonomi, budaya, politik, dll. Saya juga menjadi tahu mengenai suasana sidang internasional itu seperti apa.”

(18)

dipengaruhi oleh kesadaran diri dari senior dan alumni untuk melakukan transformasi terhadap kegitan Ospek yang anti kekerasan. Senior dan alumni harus menyadari jika kekerasan merupakan budaya feodal peninggalan orde baru yang tidak lagi relevan diterapkan saat ini. Karena pada realitasnya, senior tetap bisa menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tata krama serta solidaritas terhadap junior dengan cara yang lebih beradab.

4.2. Sikap Senior Memperlakukan Mahasiswa Baru dalam Kegiatan Ospek

Malam Keakraban atau yang akrab disebut sebagai MK merupakan kegiatan ospek jurusan yang lazim dan wajib digelar oleh seluruh prodi di FISIP setiap tahunnya. Mulai dari prodi Hubungan Internasional hingga Antropologi, ketujuh prodi di FISIP masing-masing memiliki nama tersendiri bagi kegiatan MK yang dihelat, seperti BSK (Baur Sedalu Komunikasi) untuk prodi Ilmu Komunikasi, IRFEST (International Relations Festival) dalam prodi Hubungan Internasional dan LOGIS (Loyalty of Sociology) untuk prodi Sosiologi dan KKA (Kemah Kekerabatan Antropologi) untuk prodi Antropologi.

Waktu penyelenggaraan MK di setiap program studi dilakukan dalam waktu yang berbeda dan tidak serentak seperti Ospek Universitas yang sebelumnya telah dilaksanakan. MK dalam setiap program studi dikemas dalam konsep dan kegiatan yang berbeda pula yang umumnya kegiatan tersebut disusun oleh senior tiap angkatan maupun warga atau yang juga lazim disebut sebagai alumni. Pelaksanaan MK pada umumnya diselenggarakan di luar kota dengan konsep perkemahan selama satu hingga dua malam. Bulan September dan Oktober merupakan bulan yang menjadi bulan yang tepat bagi penyelenggaraan MK di setiap tahunnya.

Dikarenakan adanya perbedaan konsep dan jenis kegiatan yang dikemas oleh setiap program studi, maka, peneliti mewawancara beberapai informan dari berbagai program studi di FISIP Unair yang dulunya merupakan bagian dari panitia dalam terselenggaranya MK di prodi masing-masing.

Menurut mahasiswa Komunikasi angkatan 2014 yang berinisial DS dan menjabat sebagai Koordinator Perlengkapan dalam pelaksanaan BSK 2015 menyatakan bahwa,

(19)

dituntut keras untuk mengemas konsep acara yang menarik, namun, edukatif. BSK sangat berorientasi kepada mahasiswa baru dengan goal yaitu menciptakan fisrt impression yang baik bagi para mahasiswa baru. Jenis kegiatan yang kami tawarkan bagi para mahasiswa baru antara lain adalah penampilan dari setiap angkatan, bercengkrama, sharing alumni, dan jelajah club. Jelajah klub bukan seperti jelajah malam yang umumnya dilakukan. Prodi Ilmu Komunikasi memiliki 9 klub yang berupa ekstrakulikuler, tetapi, berasal dari prodi Ilmu Komunikasi sendiri, seperti AV yaitu wadah belajar dalam bidang perfilman, COCO yaitu wadah belajar design visual SEO sebagai wadah belajar event organizer, dsb. Jadi, dalam sesi jelajah klub akan ditampilkan berbagai keahlian dan informasi oleh kesembilan klub tadi di hadapan para mahasiswa baru. Baik alumni maupun senior memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan “first impression” yang baik bagi para mahasiswa baru”

Jawaban yang diutarakan oleh informan tersebut menggambarkan bahwa suasana dan kondisi pelaksanaan BSK atau MK Ilmu Komunikasi pada tahun 2015 bersifat informal. Hal ini ditunjukkan oleh kegiatan yang santai dan mengedepankan “kesenangan” bagi para mahasiswa baru prodi Ilkom, yaitu kegiatan bercengkrama sharing dengan alumni dalam kelompok-kelompok kecil. Konsep dan jenis kegiatan yang dikemas juga menunjukkan tidak adanya unsur kekerasan dalam pelaksanaan BSK 2015. Kegiatan edukatif yang dikemas dengan konsep acara yang menyenangkan membuat BSK dirindukan oleh para mahasiswa Ilmu Komunikasi yang telah mengikuti acara tersebut. Meskipun peranan senior adalah dominan, namun, kesadaran para senior akan terciptanya kesan baik bagi mahasiswa baru serta terciptanya solidaritas tanpa kekerasan membuat BSK tidak hanya sekedar menjadi kegiatan ospek belaka, namun, juga sebagai alat bantu bagi fakultas untuk mengenalkan budaya dan berbagai informasi baik dalam lingkup prodi maupun fakultas kepada mahasiswa baru. Para senior di prodi Ilmu Komunikasi memperlakukan mahasiswa baru dengan hormat dan mendidik. Pada realitasnya, prodi Ilmu Komunikasi sudah sejak lama menghapus budaya “kekerasan” dalam kegiatan ospek jurusan dan mentransformasikan konsep lama yang kaku dan tegang, menjadi sebuah konsep baru yang inovatif bersifat ramah dan bersahabat.

(20)

“Waktu itu kami yaitu panitia menyiapkan IRFEST untuk mahasiswa baru tahun 2015 dengan berbagai rangkaian kegiatan acara mulai dari paper clinic, yaitu kegiatan yang mengajarkan mahasiswa baru tentang tata cara pembuatan jurnal dengan penggunaan referensi yang tepat, simulasi sidang PBB, kemah di luar kota, lebih tepatnya di Coban Rondo, Malang, serta acara terakhir, yaitu closing party berupa makan bersama dengan dosen dan alumni serta penampilan tiap angkatan aktif. Meskipun, pengendalian acara IRFEST didominasi oleh angkatan 2014, namun, keterlibatan alumni dalam kegiatan ini juga terasa, walaupun, hanya sekitar 15% saja tingkat partisipasinya. Alumni hanya berperan sebagai pengontrol berlangsungnya acara IRFEST serta membagikan pengalaman seputar lingkup HI. Baik senior aktif maupun alumni tidak melakukan tindak kekerasan verbal maupun fisik dalam pelaksanaan kegiatan IRFEST 2015 kemarin karena selain memang adanya tuntutan dari departemen prodi untuk meniadakan kekerasan dalam pelaksanaan IRFEST 2015, kami juga sadar bahwa untuk mempererat solidaritas tidak harus melalui kegiatan yang berbau kekerasan karena lingkup universitas dengan sekolah militer itu jauh berbeda. Mempererat solidaritas dapat dilakukan dengan berbagai cara dan tidak perlu ada kekerasan, lihat saja betapa suksesnya IRFEST 2015 tanpa ada embel-embel kekerasan. Kami juga sadar betapa penting untuk mewujudkan tujuan terlaksananya IRFEST 2015, selain untuk menyegarkan pikiran, dalam IRFEST 2015 mahasiswa baru dilatih kemampuannya untuk berani berargumen di depan umum.”

(21)

yang bebas dari kekerasan adalah hal krusial untuk menciptakan pengenalan akan lingkungan kampus yang efektif dan inovatif.

Sama halnya dengan prodi Hubungan Internasional dan Ilmu Komunikasi yang sukses menyelenggarakan MK program studi, jurusan Sosiologi pun menyelenggarakan MK. Berdasarkan wawancara peneliti dengan para senior dari prodi Sosiologi berinisial FL dari angkatan 2014 yang berperan dalam Divisi Medis dan mahasiswa prodi Sosiologi berinisial EA dari angkatan 2013 yang mengambil bagian menjadi Koor di Divisi Perlengkapan untuk MK prodi Sosiologi tahun 2015, yaitu LOGIS 2015, berikut rincian gambaran peran senior dalam acara LOGIS 2015:

EA menyatakan bahwa,

(22)
(23)

Bab V

Penutup

5.1. Kesimpulan

 Ospek merupakan kegiatan pengenalan kampus bagi mahasiswa

baru di Universitas Airlangga yang dilaksanakan baik ditingkat universitas, fakultas sampai jurusan.

 Ospek ditingkat universitas berjalan lancar tanpa kekerasan karena adanya kontrol yang ketat dari pihak kampus. Penyimpangan peraturan Ospek yang menggunakan kekerasan biasanya terjadi ditingkat fakultas maupun jurusan.

 Kekerasan dalam Ospek dikarenakan adanya modal hubungan

Social Dominance Orientation yang dimiliki senior untuk melakukan kekerasan, baik simbolik, fisik, maupun verbal. Hubungan Social Dominance Orientation yang terjalin diantara senior dan alumni menimbulkan anggapan bahwa mereka adalah kelompok superior dan mahasiswa baru adalah kelompok inferior.

 Sebagian mahasiswa informan menyatakan bahwa Ospek dibeberapa program studi di FISIP masih dipengaruhi oleh hubungan Social Dominance Orientation yang sangat kuat yang berakibat pada perilaku kekerasan dan bulliying terhadap junior. Namun, beberapa program studi sudah melakukan transformasi dengan mengemas kegitan Ospek semenarik mungkin.

(24)

5.2. Saran

Dari hasil temuan dan analisis data di atas, ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai masukan :

Bagi Dosen:

1. Dosen dan jajaran petinggi kampus diharapkan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Ospek agar tidak muncul korban kekerasan dalam Ospek.

2. Dosen dan jajaran petinggi kampus diharapkan memberikan sanksi yang tegas kepada panitia jika melakukan kekerasan dalam pelaksanaan Ospek.

Bagi Mahasiswa Senior :

1. Ospek hendaknya dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yaitu memperkenalkan lingkungan kampus bagi mahasiswa baru. Maka para panitia Ospek diharapkan mengemas acara Ospek menjadi benar-benar berguna bagi mahasiswa baru dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. 2. Senior harus sudah mulai memiliki kesadaran akan pentingnya Ospek

(25)

Daftar Pustaka

Budirahayu, Tuti. 2015. Kesenjangan Kualitas Pendidikan diIndonesia.Proyeksi Indonesia: Yogjakarta

Haryatmoko.2003.Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa: Landasan Teoritis Gerakan Sosial Menurut Pierre Bordieu. Bassis: Jakarta

http://satrioasmunandar6.blogspot.co.id diakses pada 28 Oktober 2016 pukul 19.11

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti melakukan pengamatan pada tanggal 5 Januari 2018 di kelompok B TK Aulia Surakarta, pembelajaran dilakukan dengan menerapkan tema pekerjaan yaitu dokter dan di akhiri

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus karena skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Kompensasi, Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi

Penyelidikan yang telah dilakukan oleh P3GL (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan) berkaitan dengan Penyelidikan Seismik dan Percontohan Gaya berat di

1 Flat rate service time (FRT) adalah waktu standard yang diperlukan untuk menyervis sebuah sepeda motor/skuter, yang terdaftar di dalam parts catalog ini untuk membantu

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode

sesuai D* paru (batuk berdahak O$ mgg dan dapat disertai sedikitnya salah satu dari gejala berikut = batuk darah, sesak nafas, nyeri dada atau pleuriti pain, nafsu makan.

Kebutuhan system pencahayaan alami (matahari) dan buatan pada suatu ruangan harus di pertimbangkan karena berkaitan erat dengan kegiatan yang di

Biaya rekening tidak aktif (per bulan per rekening dikenakan mulai pada bulan ke-7) USD25 atau ekuivalen dalam mata uang asing lainnya.. Account closure fee USD15 or equivalent