• Tidak ada hasil yang ditemukan

CSR dan PEKERJA SOSIAL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CSR dan PEKERJA SOSIAL (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Edi Suharto (2007)

CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan professional. Jadi menurut edi Suharto agar dapat lebih memahami definisi CSR adalah dengan mengembangkan konsep triple bottom lines dan menambahkannya dengan satu line tambahan, yakni procedure.

Menurut ISO 26000, CSR adalah

Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk prilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

B. Undang-Undang Tentang CSR

Pada pasal 74 di Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, berbunyi:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sedangkan pada pasal 25 (b) Undang – Undang Penanaman Modal menyatakan kepada setiap penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

(2)

C. Mengapa sebuah perusaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat disekitarnya?

1. Tanggung jawab ekonomis (make a profit)

Motif utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai persyaratan agar perusahaan dapat terus hidup dan berkembang

2. Tanggung jawab legal (obey the law)

Perusahaan harus taat hokum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hokum yang telah ditetapkan pemerintah

3. Tanggung jawab etis (be ethical)

Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil, dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan.

4. Tanggung jawab filantropis (be a good citizen)

Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hokum, dan berprilaku etis, perusahaan juga dituntut untuk memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Pera pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggungjawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada public. D. Mengapa CSR penting?

Lahirnya CSR dipengaruhi oleh fenomena DEAF yang merupakan akronim dari Dehumanisasi, Emansipasi, Aquariumisasi, dan Feminisai.

1. Dehumanisasi industry

Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industry telah menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh diperusahaan, maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. “merger mania” Perampingan perusahaan telah menimbulkan gelombang PHK dan pengangguran. Ekspansi dan eksploitasi industry telah melahirkan ketimpangan sosial, polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.

2. Emansipasi hak-hak public

(3)

kepedulian perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut kepedulian perusahaan bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula terhadap berbagai dampak sosial yang ditimbulkannya.

3. Aquariumisasi dunia industry

Dunia kerja kini semakin transparandan terbuka laksana sebuah aquarium. Perusahaan yang hanya memburu rante ekonomi dan cenderung mengabaikan hokum, prinsip etis dan filantropis tidak akan mendapatkan dukungan public. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan ini ditutup. 4. Feminisasi dunia kerja

Semakin banyaknya wanita yang bekerja semakin menuntut penyesuaian perusahaan, bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial seperti penelantaran anak, kenakalan remaja (akibat berkurangnya atau hilangnya kehadiran ibu dirumah dan tentunya dilingkungan masyarakat). Pendirian fasilitaspendidikan, kesehatan, dan perawatan anak atau pusat-pusat kegiatan olagraga dan rekreasi bagi remaja adalah beberapa bentuk respon terhadap isu ini.

Pertanyaan mengenai mengapa CSR penting, tidak cukup dijawab dengan seakan-akan bahwa CSR telah diamantkan UU. Jika CSR dianggap penting hanya karena UU, perusahaan akan cenderung terpaksa dan setengah hati melaksanakan CSR. Harus ada pemahaman filosofis dan komitmen etis tentang CSR.

Pentingnya CSR perlu dilandas oleh kesadaran perusahaan terhadap fakta tentang adanya jurang yang semakin menganga antara kemakmuran dan kemelaratan, baik pada tataran global maupun nasional. Oleh karena itu diwajibkan atau tidak, CSR harus merupakan komitmen dan kepedulian dari para pelaku bisnis untuk ambil bagian mengurangi nestapa kemanusiaan. Member gaji pada karyawan dan membayar pajak pada Negara kurang patut dijadikan alasan bahwa perusahaan tidak perlu melaksanakan CSR. Dikarenakan manfaat pajak sering tidak sampai kepada masyarakat, terutama kelompok lemah dan rentan seperti orang miskin, kaum perempuan, anak-anak, dan komunitas adat terpencil (KAT). Akibatnya sebagian besar dari mereka hidup tanpa perlindungan sosial yang memadai.

(4)

Sebagaimana dinyatakan Porter dan Kramer (2002), menyatakan bahwa tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan bertentangan adalah pandangan yang keliru, perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Oleh karena itu, piramida tanggungjawab sosial perusahaan yang dikembangkan Archie B. Carol harus di8pahami sebagai satu kesatuan. Karenanya, secara konseptual CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu:

1. Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

2. People, perusahan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian saran pendidikan dan kesehatan, dan penguatan kapasitas ekonomi local.

3. Plannet, perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutankeragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan saran air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata.

Triple bottom lines dalam corporate social responsibility Plannet

(keberlanjutan lingkungan hidup

Pepeople (kesejahteraan

masyarakat Profit

(5)

Secara tradisional, para teoritis maupun pelaku bisnis memiliki interpretasi yang keliru mengenai keuntungan ekonomi perusahaan. Pada umumnya mereka berpendapat bahwa mencari labalah yang harus diutamakan perusahaan. Di luar mencari laba hanya akan mengganggu efisiensi dan efektifitas perusahaan.

Kecenderungan selama ini menunjukan semakin banyak kalangan akademisi maupun praktisi bisnis yang semakin menyadari pentingnya CSR. Mencari keuntungan merupakan hal penting bagi perusahaan. Tetapi, hal itu tidak harus melepaskan diri dari hal lain di luar mencari keuntungan, yakni mengembangkan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Apa yang memotivasi perusahaan melakukan CSR? Saidi dan abidin (2004:69) membuat matriks yang menggambarkan tiga tahap atau pradigma yang berbeda. Tahap pertama adalah corporate charity, yakni dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan. Tahap kedua adalah corporate philantrophy, yakni dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesame dan memperjuangkan pemerataan sosial. Tahap ketiga adalah corporate citizenship, yaitu motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial.

(6)

saja kepada masyarakat Pengelolaan Jangka pendek Terencana,

terorganisasi, terprogram

Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan

Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana abadi Professional:keterlibata n tenaga-tenaga ahli di bidangnya

Penerima manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan

Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah sosial maupun pembangunan dan keterlibatan sosial

inspirasi kewajiban kemanusiaan Kepentingan bersama

F. Model Corporate Social Responsibility

Menurut saidi dan abidi (2004: 64-65) sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan di Indonesia

1. Keterlibatan langsung

Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat sniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan

(7)

yayasan coca cola company, yayasan riot into (perusahaan pertambangan), yayasan dharma bhakti astra, yayasan sahabat aqua, GE Fund.

3. Bermitra dengan pihak lain

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/organisasi non-pemerintah yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah (PMI, Yayasan kesejahteraan anak indonesi, dompet dhuafa) instansi pemerintah (lembaga ilmu pengetahuan Indonesia, depdiknas, depkes, depsos), universitas (UI,ITB,IPB), media massa (kompas,kita peduli indosiar)

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

Dari keempat model diatas, model yang paling banyak dijalankan adalah model ketiga, yakni perusahaan bermitra dengan organisasi sosial atau lembaga lain dengan dana yang teralokasi mencapai 79 M. sebagain besar kegiatan CSR adalah berupa pelayanan sosial, diikuti dengan kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, kesehatan, dll.

G. ComDev dan pemeberdayaan masyarakat

(8)

pada proses pemberkuasaan, peningkatan kekuasaan, atau penguatan kemampuan para penerima pelayanan.

Pemberdayaan masyarakat ini pada dasarnya merupakan kegiatan terencana dan kolektif dalam memperbaiki kehidupan masyarakat yang dilakukan melalui program peningkatan kapasitas orang, terutama kelompok lemah atau kurang beruntung agar mereka memiliki kemampuan dan memenuhi kebutuhan dasarnya, mengemukakan gagasan, melakukan pilihan-pilihan hidup, melaksanakan kegiatan ekonomi, menjangkau dan memobilisasi sumber, berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

Proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya

1. Menentukan populasi dan kelompok sasaran

2. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kelompok sasaran 3. Merancang program kegiatan dan cara-cara pelaksanaannya 4. Menentukan sumber pendanaan

5. Menentukan dan mengajak pihak-pihak yang dilibatkan 6. Melaksanakan kegiatan atau mengimplementasikan program 7. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan

Kegiatan-kegiatan pemberdayaan biasanya dilakukan secara berkelompok dan teroganisir dengan melibatkan bebrapa strategi seperti :

1. pendidikan dan pelatihan keterampilan hidup (life skills), 2. ekonomi produktif,

3. perawatan sosial, (penyadaran dan pengubahan sikap dan prilaku) 4. advokasi (pendampingan dan pembelaan hak-hak klien

5. aksi sosial (sosialisasi, kampanye, demonstrasi, kolaborasi, kontens, pengubahan kebijakan public agar lebih responsive terhadap kebutuhan kelompok sasaran)

pemberdayaan masyarakat dalam program comdev didasari oleh pendekatan yang partisipatoris, humanis, dan emansipatoris yang berpijak pada bebrapa prinsip sebagai berikut:

1. bekerja bersama berperan serta

(9)

4. kegiatan diarahkan bukan saja untuk mencapai hasil, melainkan juga agar menguasai prosesnya.

5. Agar berkelanjutan, pemberdayaan jangan hanya berpusat pada komunitas local, melainkan pula pada system sosial yang lebih luas termasuk kebijakan sosial

H. CSR yang baik

CSR yang baik (good CSR)memadukan empat prinsip good corporate governance, yakni fairness, transparency, accountability, dan responsibility secara harmonis. Ada perbedaan mendasar diantara keempat prinsip tersebut (Supomo dalam Edi Suharto, 2009). tiga prinsip pertama cenderung bersifat shareholders-driven, karena lebih memperhatikan kepentingan pemegang saham perusahaan.

Sebagai contoh, fairness bisa berupa perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas; transparency menunjuk pada penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu; sedangkn accountability diwujudkan dalam bentuk fungsi dan kewenangan RUPS, komisaris, dan direksi yang harus dipertanggungjawabkan.

Sementara itu, prinsip responsibility lebih mencerminkan stakeholders-driven, karena lebih mengutamakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders perusahaan bisa mencakup karyawan beserta keluarganya, pelanggan, pemasok, komunitas setempat dan masyarakat luas, termaksud pemerintah selaku regulator. Disini perusahaan bukan saja dituntut mampu menciptakan nilai tambah (value added) produk dan jasa bagi stakeholders perusahaan, melainkan pula harus sanggup memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya itu (Supomo dalam Edi suharto, 2009).

Namun demikian, prinsip good corporate governance jangan diartikan secara sempit. Artinya, tidak sekedar mengedepankan kredo beneficience (do good principle), melainkan pula nonmaleficience ( do no-harm principle) (Nugroho dalam Edi Suharto, 2009).

(10)

tersebut telah membuat masyarakat semakin bodoh dan berprilaku konsumtif, misalnya, dengan iklan dan produknya yang melanggar nonmaleficience.

CSR yang baik memadukan kepentingan shareholders dan stakeholders. Karenanya, CSR tidak hanya fokus pada hasil yang ingin dicapai. Melainkan pula pada proses untuk mencapai hasil tersebut. Lima langkah di bawah ini bisa dijadikan panduan dalam merumuskan program CSR, termaksud ComDev.

1. Engagement. Pendekatan awal kepada masyarakat agar terjalin komunikasi dan relasi yang baik. Tahap ini juga bisa berupa sosialisasi mengenai rencana pengembangan program CSR. Tujuan utama langkah ini adalah terbangunnya pemahaman, penerimaan dan trust masyarakat yang akan dijadikan sasaran CSR. Modal sosial bisa dijadikan dasar untuk membangun “kontrak sosial” antara masyarakat dengan perusahaan dan pihak-pihak terlibat.

2. Assessment. Identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat yang akan dijadikan dasar dalam merumuskan program. Tahapan ini bisa dilakukan bukan hanya berdasarkan need-based approach (aspirasi masyarakat), melainkan pula berpijak pada rights-based approach (konvensi internasional atau standar normatif hak-hak sosial masyarakat).

3. Plan of action. Merumuskan rencana aksi. program yang akan diterapkan sebaiknya memerhatikan aspirasi masyarakat (stakeholders) disatu pihak dan misi perusahaan termaksuk shareholders dilain pihak.

4. Action and Facilitation. Menerapkan program yang telah disepakati bersama. Program bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat atau organisasi lokal. Namun, bisa pula difasilitasi oleh LSM dan pihak perusahaan. Monitoring, supervisi dan pendampingan merupakan kunci keberhasilan implementasi program.

(11)

pengembangan program CSR berikutnya. Kesepakatan baru bisa dirumuskan sepanjang diperlukan.

I. Perusahaan dan serangga

CSR kini semakin populer. Dehumanisasi, Emansipasi, Aquariumisasi dan Feminisme di dunia Industri mendorong CSR semakin diperlukan perusahaan. jika modelnya tepat dan terhindar dari bias, CSR membawa manfaat positif bagi perusahaan, yakni 4D: Diterima masyarakat; Didukung pemerintah; Diminati konsumen; dan Ditemani LSM.

CSR yang baik sejalan dengan prinsip good corporate governance, yakni fairness, transparency, accountability dan responsibility. Good CSR tidak terfokus hanya pada adagium beneficience (do good principle), melainkan pula pada nonmaleficience (do no-harm principle).

CSR yang baik juga memerhatikan hasil dan proses. Proses CSR terentang mulai dari engagement, assessment, plan of action, action and facilitation, hingga evaluation and termination or reformation.

Elkington (1998) dalam bukunya Canibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business mengelompokkan perusahaan yang peduli dan tidak peduli terhadap CSR berdasarkan analogi serangga.

Perusahaan kategori pertama laksana ulat, yang memiliki model bisnis rakus dan tidak peduli pada lingkungan sekelilingnya. Kategori kedua adalah perusahaan yang mirip belalang, model bisnis yang juga eksploitatifdan degeneratif. Kategori kedua ini mungkin saja sudah mulai mempraktikan CSR. Tetapi, CSR tidak dilakukan dengan sepenuh hati. Cd di perusahaan ini hanyalah “celana dalam” untuk menutupi “aurat” perusahaan agar terhindar dari tekanan masyarakat atau LSM.

(12)

J. Contoh perusahaan PLN yang menggunakan CSR

PLN telah “berkomitmen menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, mengupayakan tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi dan menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan”, PLN bertekad menyelaraskan pengembangan ketiga aspek dalam penyediaan listrik, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Untuk itu, PLN mengembangkan Program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai wujud nyata dari Tanggungjawab Sosial Perusahaan

PELAKSANAAN PROGRAM CSR

1. Community Relation

Kegiatan ini menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Beberapa kegiatan yang dilakukan PLN antara lain: melaksanakan sosialisasi instalasi listrik, contohnya melalui penerangan kepada pelajar SMA di Jawa Barat tentang SUTT/SUTET, dan melaksanakan sosialisasi bahaya layang-layang di daerah Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur

2. Community Services

Program bantuan dalam kegiatan ini berkaitan dengan pelayanan masyarakat atau kepentingan umum. Kegiatan yang dilakukan selama tahun 2011, antara lain memberikan :

a. Bantuan bencana alam.

b. Bantuan peningkatan kesehatan di sekitar instalasi PLN, antara lain di Kelurahan Asemrowo, Surabaya yang berada di sekitar SUTT 150kV Sawahan-Waru.

c. Bantuan sarana umum pemasangan turap untuk warga pedesaan di Kecamatan Rumpin – Kabupaten Bogor, Jawa Barat serta bantuan pengaspalan jalan umum di Bogor – Buleleng, Bali.

d. Bantuan perbaikan sarana ibadah.

e. Operasi Katarak gratis di Aceh, Pekanbaru, Jawa Barat, dan kota lainnya di Indoenesia

f. Bantuan Sarana air bersih, 3. Community Empowering

Kegiatan ini terdiri dari program-program yang memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Bantuan produksi dan pengembangan pakan ikan alternatif di sekitar SUTET, bekerja sama dengan Fakultas Pertanian UGM.

b. Bantuan alat pertanian kepada kelompok tani Ngaran Jaya Kabupaten Kulonprogo, Jawa Tengah.

c. Pemberdayaan anggota PKK Asemrowo, Surabaya.

d. Program budi daya jamur tiram masyarakat Desa Umbul Metro, Lampung. e. Pelatihan manajemen UKM dan Kiat-kiat pengembangan UKM di Papua f. Pemberian bibit coklat masyrakat dibawah ROW P3B Sumatera

(13)

a. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

PLTMH di bangun di areal yang relatif terpencil, sulit diakses oleh jaringan listrik secara ekonomis, namun memiliki potensi sumber air yang potensial dan luas hutan yang memadai untuk menjamin pasokan air. Untuk memberi manfaat penerangan sekaligus mendorong masyarakat setempat memelihara kelestarian lingkungan, PLN membantu pembangunan PLTMH bekerja sama dengan perguruan tinggi. Salah satu unit PLTMH hasil kerja sama ini dibangun di Desa Pesawaran Indah, Lampung.

b. Pembangkit listrik biogas

Pembangit biogas didirikan di daerah dengan kegiatan peternakan yang dominan. Pembangkit ini memanfaatkan kotoran ternak, biasanya sapi, sebagai bahan utama. Proses pembangkitan listrik dilakukan dengan memanfaatkan gas metan dari proses fermentasi kotoran ternak. Gas metan yang dihasilkan dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik atau dapat digunakan untuk memasak. Sisa fermentasi dpat digunanakan sebagai pupuk. PLN telah mendukung pengembangan komunitas berbasis

optimalisasi biogas dan potensi lokal di Desa Bojong Sleman yang mandiri, bekerja sama dengan Fakultas Teknik UGM.

c. Pendidikan dan penyuluhan

Selain kegiatan pembangunan prasarana yang berkaitan dengan energi, dalam Program CSR Desa Mandiri Energi PLN juga menyelenggarakan berbagai program pendidikan dan penyuluhan yang bertujuan memberi pengertian mengenai pengaruh listrik, jaringan transmisi dan distribusi listrik terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat selain pelaksanaan program bantuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat.

d. Pelestarian alam, termasuk penghijauan

Penanaman dan kegiatan pemeliharaan pohon yang selama ini telah rutin dilakukan untuk membantu lingkungan dalam pemulihan dampak aktivitas manusia. Pada tahun 2010 sampai dengan 2011 PLN telah menanam pohon sebanyak 126.705 pohon.

5. Program pengembangan masyarakat a. Program Kemitraan (PK)

Program Kemitraan merupakan program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana yang berasal dari bagian laba BUMN. Pelaksanaan PK umumnya dilakukan melalui pembinaan secara struktural oleh Perseroan langsung pada Mitra Binaan melalui Kantor Wilayah/Distribusi, Cabang, Unit Pelayanan, Area Pelayanan (kecuali yang berlokasi sama dengan Kantor Wilayah/Distribusi). Pelaksanaan PK pada dasarnya dilakukan melalui beberapa tahap, sebagai berikut:

(14)

2. Melakukan pembinaan kemitraan berupa pendidikan dan pelatihan, pemasaran, bantuan modal kerja, memproses jaminan kredit, pemantauan dan evaluasi pada Mitra Binaan, pencatatan dan pembukuan transaksi yang terkait;

3. Membuat laporan secara periodik (triwulan dan tahunan). b. Program Bina Lingkungan

(15)

Daftar Pustaka www.pln.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel dapat dilihat nilai thitung variabel karakteristik sistem informasi akuntansi manajemen (3,800) lebih besar dari tkritis (1,96) yang berarti hasil

pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang

Mislnya anak itu akan selalu mengeluarkan air liur (ngiler). Keinginan sesuatu bagi seorang wanita yang sedang hamil tidak terbatas pada buah-buahan saja, akan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan khususnya bagi perawat luka yang bersertifikasi dalam melakukan perawatan luka dengan konsep lembab dengan terapi topikal tepat

1.2.2 Menganalisis faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi kelas kemampuan lahan di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Tahun 2018... 1.2.3 Menganalisis

Analisis yang dilakukan terhadap hasil pengukuran berat badan selama masa penelitian yang dilakukan secara Kruskal-Wallis diperoleh hasil bahwa pada minggu ke-1 tidak terdapat

Namun pada kondisi tertentu persentase teradsorpsi akan konstan bahkan terjadi penurunan persentase logam berat karena telah terjadi kejenuhan pada material

Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “Rancang Bangun Sistem Pengendali Kadar Oksigen Terlarut dengan