• Tidak ada hasil yang ditemukan

146427228 jtptiain gdl ayurachmaw 5882 1 073511053

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "146427228 jtptiain gdl ayurachmaw 5882 1 073511053"

Copied!
246
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DENGAN PEMANFAATAN LKS DAN ALAT PERAGA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs N BRANGSONG KENDAL PADA MATERI POKOK SEGI EMPAT

TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

dalam Ilmu Pendidikan Matematika

Oleh:

AYU RACHMAWATI NIM. 073511053

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ayu Rachmawati

NIM : 073511053

Jurusan / Program Studi : Tadris Matematika

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 13 Desember 2011 Saya yang menyatakan,

(3)
(4)

iv

NOTA PEMBIMBING

Semarang, 28 November 2011

Kepada

Yth.Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu ’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-Co-op dengan Pemanfaatan LKS dan Aat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Segiempat

Nama : Ayu Rachmawati

NIM : 073511053

Jurusan : Tadris Matematika Program Studi : Tadris Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah.

Wassalamu ’alaikum wr. wb.

Pembimbing I,

(5)

v

NOTA PEMBIMBING

Semarang, 28 November 2011

Kepada

Yth.Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu ’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-Co-op dengan Pemanfaatan LKS dan Aat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Segiempat

Nama : Ayu Rachmawati

NIM : 073511053

Jurusan : Tadris Matematika Program Studi : Tadris Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang Munaqasyah.

Wassalamu ’alaikum wr. wb.

Pembimbing I,

Fahrurrozi, M.Ag

(6)

vi ABSTRAK

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op dengan Pemanfaatan LKS dan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII MTs N Brangsong Kendal pada Materi Pokok Segi Empat Tahun Ajaran 2010/2011

Penulis : Ayu Rachmawati NIM : 073511053

Salah satu usaha guru dalam strategi mengajar adalah menggunakan model pembelajaran yang inovatif, yang dapat meningkatkan pemahaman konsep, meningkatkan keaktifan peserta ddik serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreativitas peserta didik. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas VII MTs N Brangsong Kendal pada materi pokok segiempat tahun ajaran 2010/2011.

Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VII MTs N Brangsong Semester genap tahun ajaran 2010/2011, yang terdiri dari 8 kelas. Terpilih kelas VII-C sebagai kelas Eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan alat peraga dan kelas VII-E sebagai kelas kontrol diajar dengan pembelajaran konvensional. Jadi banyaknya sampel seluruhnya adalah 82, peserta didik diperoleh dengan cara cluster random sampling cara sampel acak kelompok.

Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi dari nilai ulangan matematika (data awal) pada materi pokok sebelum segiempat digunakan untuk uji keseimbangan. Sedangkan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar matematika pada materi pokok segiempat kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian hipotesis menggunakan uji t.

Dari perhitungan hasil penelitian, uji perbedaan dua rata-rata hasil belajar diperoleh thitung= 2,203 tta bel=1,66, menunjukkan rata-rata hasil belajar peserta didik eksperimen lebih dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Asma Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Penulis panjatkan puji syukur kehadirah-Nya yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Dan tidak lupa shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya dengan harapan semoga kita memperoleh syafaatnya di dunia ini maupun di hari kiamat nanti.

Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis telah berusaha dengan segala daya dan upaya guna menyelesaikan skripsi ini. Namun tanpa mendapat bantuan dari berbagai pihak penyusunan skripsi ini tidak dapat terwujud.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang memberikan pengarahan, bimbingan, saran dalam rangka penyusunan skripsi ini. Antuk itu, penulis sampaikan terima kasih setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik.

2. Hj. Minhayati Saleh, S.Si, M.Sc, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran ditengah-tengah kesibukannya, beliau selalu memberikan bimbingan sampai penulisan skripsi ini selesai.

3. Fahrurrozi, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran ditengah-tengah kesibukannya, beliau selalu memberikan bimbingan sampai penulisan skripsi ini selesai

(8)

viii

5. Hj. Minhayati Saleh, S.Si, M.Sc, selaku dosen wali yang memotivasi dan memberi arahan selama kuliah.

6. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

7. Ayahanda Agus Tono (Alm) dan Ibunda Retno Wisanti tercinta yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materiil dengan ketulusan dan keikhlasan doanya sehingga skripsi ini dapat selesai, semoga Allah senantiasa memberikan panjang umur disertai kesehatan untuk selalu beribadah kepada Robb dan dapat menyertai putra-putrinya menjadi seperti apa yang beliau harapkan.

8. Kakak-kakakku tercinta (Burhan, Ridha, Juwita dan Doni) beserta adik-adikku (Laiila, Lifta, Zikri dan Annur) mereka selalu memberikan do’a serta motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.

9. Sahabat-sahabatku tercinta (Ana, Indah, Tika, Din, Ali, Rom, Putri, Aziz, Qowim, Ika, dan sahabat-sahabatku yang lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu) terima kasih untuk pengertiannya, khususnya buat Tika, Ali, Malika dan Indah yang telah banyak membantu dengan do’a, support, maupun materi sehingga skripsi ini dapat selesai.

10. Teman-teman dan sahabat Tadris Matematika Angkatan 2007, khususnya kelas Paket B, yang telah menjadi motivasi dan tempat bertukar pikiran dalam penulisan skripsi ini.

(9)

ix

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan pendapat yang konstruktif demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya penulis.

Semarang, 13 Desember 2011 Penulis,

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN…... ii

PENGESAHAN... iii

NOTA PEMBIMBING... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Manfaat Penelitian... 4

BAB II : MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka... 6

B. Kerangka Teoritik 1. Belajar, Pembelajaran... 7

2. Hasil Belajar…..………... 12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 13

4. Pembelajaran Kooperatif... 14

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op. 15 6. LKS (Lembar Kerja Siswa)... 17

7. Alat Peraga... 18

8. Uraian Materi Segiempat... 19

9. Kerangka Berpikir... 22

C. Rumusan Hipotesis... 24

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 25

B. Tujuan Penelitian... 25

(11)

xi

D. Metode Penelitian... 26

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi………. 26

2. Sampel……….. 27

3. Teknik Pengambilan Sampel……….... 27

F. Variabel Penelitian... 28

G. Teknik Pengumpulan Data... 29

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis tahap awal... 30

2. Analisis instrument tes... 33

3. Analisis tahap akhir……….. 38

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian... 42

B. Analisis Data Akhir... 58

C. Pengujian Hipotesis... 67

D. Penbahasan Hasil Penelitian... 69

E. Keterbatasan Penelitian... 70

BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan... 72

B. Saran... 72

C. Penutup... 73 DAFTAR PUSTAKA

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai dari pendidikan dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Secara umum, banyak peserta didik menganggap mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipahami. Kenyataan yang paling bisa dilihat adalah kurang memuaskannya hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika. Hasil yang kurang memuaskan tersebut bukanlah mutlak kesalahan peserta didik dalam mengikuti, menangkap, dan memahami mata pelajaran matematika, akan tetapi lingkungan dan sistem pembelajaran sekarang ini juga ikut andil dalam penurunan kualitas tersebut.

Matematika mempunyai karakteristik yaitu konsep-konsep atau materi yang bersifat abstrak yang tersusun secara deduktif. Kesalahan tentang konsep akan mengakibatkan ketidakmampuan peserta didik untuk mempelajari konsep selanjutnya. Segiempat merupakan salah satu materi yang diajarkan pada kelas VII. Segiempat ini, bagi peserta didik kelas VII merupakan materi yang abstrak. Di dalamnya berisi konsep-konsep yang saling berkaitan. Oleh karena konsep-konsepnya saling berkaitan, maka peserta didik harus benar-benar memahaminya untuk bisa melanjutkan ke materi berikutnya.

(13)

2 pembelajaran yang ada sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki satuan pendidikan tersebut. Hal ini memudahkan guru-guru matematika untuk mencari dan menemukan strategi pembelajaran dan media pembelajaran matematika yang tepat dan sesuai dengan penyampaian materi yang diajarkan, agar materi tersampaikan dengan mudah dan pembelajaran jadi menyenangkan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MTs N Brangsong, sampai saat ini pembelajarannya masih bersifat konvensional, dimana peserta didik dalam pembelajarannya masih sangat tergantung pada guru. Dalam hal ini, guru harus inovatif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan keaktifan peserta didik serta mengembangkan daya nalar dan ktreatifitas peserta didik. Menurut informasi dari salah satu guru matematika kelas VII MTs N Brangsong observasi awal dari rata-rata hasil ulangan harian dan mid semester masih di bawah ketuntasan belajar yaitu 60. Dalam proses pembelajarannya jika guru sedang menerangkan banyak peserta didik yang mengantuk dan tidak bersemangat, begitu juga jika peserta didik diberi soal latihan. Peserta didik disuruh mencoba untuk mengerjakan di papan tulis tetapi tidak banyak dari mereka yang mau mencoba sehingga sering kali gurunya sendiri yang mengerjakan dan menerangkan pada mereka.

Dalam proses pembelajaran sebaiknya selalu mengikutsertakan peserta didik, kegiatan pembelajaran bukanlah hanya memindahkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa peserta didik belajar aktif untuk mencapai perubahan tingkah laku. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti ingin memberikan alternatif pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan alat peraga. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar peserta didik dengan kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(14)

3 peserta didik mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan yang harus ditugaskan kepada mereka. Model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op pada dasarnya merupakan sebuah pembelajaran aktif sehingga dalam pembelajarannya ditekankan untuk bertanggung jawab bagi tiap-tiap kelompoknya dalam menyelesaikan masalah yaitu dengan cara atau metode berdiskusi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka secara baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl: 125).1

Dengan berpedoman pada makna Al-Qur’an tersebut ada dua pendekatan yang dipakai untuk menyeru orang lain agar taat dan patuh terhadap perintah Allah , yakni (1) hikmah, dan (2) mau’izah (nasihat). Sedangkan teknik yang dipakai adalah salah satunya dengan melakukan diskusi secara tertib dan baik.

Dengan berbantuan LKS dan alat peraga ini dapat mempermudah peserta didik dalam menemukan konsep yang akan dipelajarinya. LKS merupakan salah satu jenis bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan alat peraga digunakan guru dalam pembelajaran untuk memperjelas materi.

Dengan pertimbangan yang telah dikemukakan di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DENGAN

1 Departemen Agama RI, Alqur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil

(15)

4

PEMANFAATAN LKS DAN ALAT PERAGA UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs N BRANGSONG KENDAL PADA MATERI POKOK SEGI EMPAT TAHUN AJARAN 2010/2011”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh guru pada mata pelajaran matematika kelas VII semester genap di MTs N Brangsong. Adapun rumusan masalahnya adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat Peraga efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas VII MTs N Brangsong Kendal pada materi pokok segiempat tahun ajaran 2010/2011?

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peserta Didik

a. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op diharapkan adanya saling membantu antar teman dalam belajar.

b. Peserta didik merasakan keterlibatannya dalam pembelajaran sehingga menumbuhkan rasa percaya diri dalam belajar.

2. Bagi Guru

Sebagai informasi bagi semua tenaga pengajar mengenai pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat Peraga dan sebagai usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah

(16)

5 b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan berharga bagi sekolah dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan proses pembelajaran matematika yang lebih efektif.

4. Bagi Peneliti

a. Mendapatkan pengalaman langsung dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan alat peraga

(17)

6

BAB II

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nina Afiani Mahasiswa UNNES jurusan FMIPA dengan judul ”Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op

Berbantuan Alat Peraga Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Materi Pokok Segiempat Kelas VII SMP N 2 Gunung Wungkal Pati Tahun Pelajaran 2008/2009”. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah kelas VII SMP N 2 Gunung Wakul yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op berbantuan alat peraga memenuhi ketuntasan belajar dan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilakukan oleh Herani Tri Lestiana Mahasiswa UNNES jurusan FMIPA dengan judul ”Keefektifan model pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op dan NHT (Numbered Heads Together) dengan Pemanfaatan LKS dan Alat Peraga terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII SMP N 2 Pemalang pada Materi Pokok Segitiga”. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol dan dapat mencapai ketuntasan belajar.

(18)

7 B. Kerangka Teoritik

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya.1 Morgan mengemukakan Learning is any relatively change in behavior that is a result of past experience.

(Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman).2

Dari pengertian belajar yang sudah dikemukakan, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai hasil latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.3 Menurut Oemar Hamalik ”Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan belajar”.4

Jadi pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan

1 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta,

2003), hlm. 2

2 Agus Suprijono,Cooperative Learning TEORI dan APLIKASI PAIKEM ,(Yogyakarta:

Pustaka Belajar, 2010), hlm. 3

3 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan

Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp), (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.17

4

(19)

8 terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik.

b. Teori-Teori Belajar 1) Teori Belajar Piaget

Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada.

Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (Pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak peserta didik. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.5

Perkembangan intelektual adalah kualitatif, bukan kuantitatif. Intelegensi itu terdiri atas tiga aspek, yaitu:

a) Struktur atau scheme ialah pola tingkah laku yang dapat diulang

b) Isi atau content ialah pola tingkah laku spesifik, ketika seseorang menghadapi masalah.

c) Fungsi atau Function adalah yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungsi terdiri atas dua macam fungsi invarian yaitu organisasi dan fungsi adaptasi.

5Prasetya Irawan, “Teori Belajar”, dalam Noeha Nasution,

(20)

9 Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui peserta didik, yang dalam hal ini Piaget membagi dalam 4 tahap, yaitu: a) Tahap sensorimotor (ketika anak berumur 0, 0-2 tahun). b) Tahap operasional (2,0-7/8 tahun).

c) Tahap operasional kongkrit (7,0-11,0).

d) Tahap operasional Formal (11 tahun atau lebih).6

Berdasarkan teori Piaget, salah satu tahap belajar adalah penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak peserta didik (tahap asimilasi). Pada tahapan ini, peserta didik akan mengintregasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Agar peserta didik mampu mengintregasikan pengetahuannya, maka mereka harus mengetahui materi apa yang dipelajari. Selain itu, jika ada konsep baru yang tidak terkait dengan konsep yang sudah dipelajari, maka konsep baru tersebut akan ditambahkan ke dalam struktur kognitif. Alat peraga dapat dimanfaatkan untuk tahapan asimilasi dan akomodasi, melalui alat peraga peserta didik dapat melihat materi yang akan dipelajari.

Berdasarkan teori Piaget tersebut, maka dalam proses pembelajaran untuk tahap asimilasi dapat dilakukan dengan diskusi, dalam hal ini dimana peserta didik diminta untuk mendiskusikan materi yang ada berdasarkan LKS dan alat peraga yang telah dibagikan agar bisa mengaitkan dengan materi yang sudah dipelajari. Kemudian untuk proses akomodasi guru dapat berperan sedikit menyampaikan materi pelajaran. Sedangkan untuk tahap equilibrasi (penyeimbangan) dapat diterapkan metode dril (latihan) soal.

6

(21)

10 2) Teori Belajar Bruner

Menurut Bruner dalam proses belajar sebaiknya anak diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Menurut alat peraga yang ditelitinya itu anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah merekat pada dirinya. Peserta didik dapat belajar melalui keaktifannya dengan memanipulasi alat peraga.7

Teori Bruner yang selanjutnya disebut pembelajaran penemuan inkuiri) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari suatu ilmu yang dipelajari perlunya belajar aktif sebagai dasar pemahaman sebenarnya. Menurut Bruner belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik jika mereka memusatkan perhatiaannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru memberikan contoh tersebut sampai menemukan hubungan antar bagian dari suatu struktur materi.8

Berdasarkan teori Bruner tersebut, maka dalam proses pembelajaran ini menggunakan alat peraga yang telah disiapkan. Dalam hal ini peserta didik dapat mempelajarinya, bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya.

3) Teori Belajar Vygotsky

Vigotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi

7 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:

JICA-Universitas Pendidikan Indonesia, 2003)., hlm. 44

8 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan implementasinya dalam

(22)

11 elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus-respon, faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan.

Teori ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut vigotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit diatas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vigotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.

Ide penting dari vigotsky lainnya adalah scaffolding

yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide vitgotsky adalah peserta didik seharusnya diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.9

Berdasarkan teori Vigotsky tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran perlu adanya interaksi sosial antara peserta didik dengan peserta didik maupun peserta didik dengan gurunya. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif ini dapat diciptakan suasana yang demikian dimana dalam proses pembelajarannya peserta

9 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivvistik, (Jakarta:

(23)

12 didik dibagi menjadi beberapa kelompok hiterogen sehingga mereka dapat berdiskusi dengan teman sebayanya dan peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya..

2. Hasil Belajar

Hasil belajar tampak sebagai suatu perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, hal tersebut dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hasil belajar peserta didik mencakup tiga aspek yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan komunikasi, dan aspek pemecahan masalah. Aspek pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditujukan peserta didik dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat.

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Perubahan di dalam belajar, berhasil baik atau tidaknya tergantung kepada bermacam-macam faktor yaitu :

1. Faktor individual, adalah faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri , antara lain :

a. Kematangan atau pertumbuhan. b. Kecerdasan atau intelegensi. c. Latihan dan ulangan.

d. Motivasi.

e. Sifat – sifat pribadi seseorang.

(24)

13 b. Guru dan cara mengajar.

c. Alat – alat pelajaran. d. Motivasi sosial.

e. Lingkungan dan kesempatan.10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Seorang pendidik bertugas mendorong peserta didik agar belajar secara berhasil, tetapi keadaan peserta didik yang bermacam-macam menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah yang belajar merupakan hal yang sangat penting bagi guru dan calon guru, di antaranya adalah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi.

Hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis besar faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern.11

a) Faktor intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor intern dikelompokkan menjadi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

(1) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh (2) Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, dan kesiapan. (3) Faktor kelelahan

Dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai, sedangkan kelelahan rohani seperti adanya kelesuan dan kebosanan.

b) Faktor ekstern

Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

10 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990) 11

(25)

14 (1) Faktor keluarga

Peserta didik akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

(2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, kualitas pengajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

(3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Pengaruh itu terjadi terkait dengan keberadaan peserta didik dengan masyarakat.

Hasil belajar seseorang diperoleh dari pengalaman langsung, kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang abstrak. Hasil belajar pada hakekatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh karena itu hasil belajar peserta didik dan kualitas pengajaran, kedua faktor ini mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar peserta didik, artinya semakin tinggi kemampuan peserta didik dan kualitas pengajaran, maka semakin tinggi pula hasil belajar peserta didik.

4. Pembelajaran Kooperatif

(26)

15 yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.12

Adapun menurut Mutadi “pembelajaran kooperatif adalah sebuah grup kecil yang bekerja bersama sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah, melengkapi latihan, atau untuk mencapai tujuan tertentu”. Ada beberapa teknik cooperative learning yang berbeda, tetapi kesemuanya memiliki ciri-ciri dasar yang sama yaitu ketika melakukan pekerjaan dalam grupnya, mereka melakukan dengan saling bekerja sama.13

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi hakikat sosial dan penggunaan sejawat menjkadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.14

Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa krjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah. ironisya model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapakan dalam pendidikan. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerjasama di dalam kelas karena kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan peserta didik tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op

Co-op Co-op merupakan model pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada tugas pembelajaran dan peserta didik mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan yang ditugaskan kepada mereka. Langkah-langkah pembelajaran Co-op Co-op adalah diskusi kelas seluruh

12

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005) hlm. 54-55

13 Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika , (Jakarta: Pusdiklat

Tenaga Teknis Keagamaan-Depag bekerja sama Dit Bina Widyaiswara), hlm. 35.

14

(27)

16 peserta didik, penyusunan tim peserta didik untuk mempelajari atau menyelesaikan tugas tertentu, seleksi topik mini (oleh anggota kelompok dalam kelompoknya) penyiapan topik mini, persiapan presentasi kelompok, dan kemudian evaluasi oleh peserta didik dengan bimbingan guru.15

Metode ini menempatkan tim dalam koperasi antara satu dengan lainnya untuk mempelajari sebuah topik di kelas. Co-op Co-op memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia, dan selanjutnya memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan teman-teman sekelasnya. Secara lebih rinci, Slavin menjelaskan langkah- langkah pembelajaran dengan model kooperatif tipe Co-op Co-op yaitu sebagai berikut.

Langkah ke-1 : Diskusi Kelas Terpusat pada peserta Didik. Pada awal memulai pembelajaran Co-op Co-op, guru mendorong peserta didik untuk menemukan dan mengekpresikan ketertarikan peserta didik terhadap subjek yang akan dipelajari.

Langkah ke-2 : Menyeleksi kelompok pembelajaran peserta didik dan pembentukan kelompok. Apabila peserta didik belum mulai bekerja dalam kelompok, maka guru mengatur peserta didik ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 peserta didik.

Langkah ke-3 : Seleksi Topik Kelompok. Guru membiarkan peserta didik memilih topik untuk kelompok mereka.

Langkah ke-4 : Pemilihan Topik Kecil. Tiap kelompok membagi topiknya untuk pembagian tugas di antara anggota kelompok. Anggota kelompok didorong untuk saling berbagi referensi dan bahan pelajaran.

Langkah ke-5 : Persiapan Topik Kecil. Setelah peserta didik membagi kelompok mereka menjadi kelompok-kelompok kecil, mereka

15 Krismanto, Beberapa Teknik, Model, dan strategi dalam pembelajaran matematika,

(28)

17 akan bekerja secara individual. Mereka akan bertanggung jawab terhadap topik kecil masing masing karena keberhasilan kelompok tergantung kepada mereka. Persiapan topik kecil dapat dilakukan dengan mengumpulkan referensi-referensi terkait.

Langkah ke-6 : Presentasi Kelompok Kecil. Setelah peserta didik sudah menyelesaikan kerja individual mereka, mereka mempresentasikan topik kecil kepada teman satu kelompoknya.

Langkah ke-7 : Persiapan Presentasi Kelompok. Peserta didik memadukan semua topik kecil dalam presentasi kelompok

Langkah ke-8 : Presentasi Kelompok. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya pada topik kelompok.

Semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap presentasi kelompok.

Langkah ke-9 : Evaluasi. Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok dievaluasi oleh kelas, kontribusi individual terhadap kelompok dievaluasi teman satu kelompok, presentasi kelompok dievaluasi semua peserta didik.16

6. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, LKS biasanya merupakan petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Keuntungan adanya LKS adalah bagi guru memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan bagi peserta didik, mereka akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.

16 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa

(29)

18 6. Alat Peraga

Menurut Gagne dan Briggs17 media Pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, dan lain-lain.

Manfaat alat peraga adalah sebagai berikut.18

a. Proses belajar mengajar termotivasi. Peserta didik akan senang, terangsang, tertarik, sehingga akan bersifat positif terhadap pengajaran Matematika.

b. Konsep abstrak Matematika bersajikan dalam bentuk kongkret sehingga dapat lebih difahami dan dimengerti, serta dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.

c. Hubungan antara konsep abstrak Matematika dengan benda-benda dialam sekitar akan lebih dapat difahami.

d. Konsep-konsep abstak yang tersaji dalam bentuk kongkret yaitu dalam bentuk model Matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi lebih banyak.

Langkah pembuatan alat peraga yang terbuat dari steroform adalah sebagai berikut:

a. Menggambar persegi panjang, persegi dan jajargenjang dengan ukuran yang telah ditentukan

b. Kemudian potong dengan menggunakan kater, setelah itu bangun persegi panjang, persegi dan jajargenjang itu dilapisi dengan kertas minyak yang berwarna

17 A. Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 4. 18 Erman Suherman, et.al., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer Untuk

(30)

19 Gambar Alat Peraga

7. Uraian Materi Segiempat

Dalam penelitian ini, pelajaran matematika dibatasi pada materi pelajaran matematika kelas VII semester genap pokok bahasan bangun segiempat yaitu sub pokok bahasan persegi panjang, persegi, jajargenjang. Adapun materi sub pokok bahasan yang akan dipelajari pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pengertian Persegi Panjang

Persegi panjang adalah suatu segiempat yang mempunyai sudut siku-siku dan sisi sama panjang yang berhadapan dan sejajar. 2) Sifat-sifat Persegi panjang

D C

A B

(i) Sisi yang berhadapan pada persegi panjang sama panjang dan sejajar

CD

AB= dan AB//CD

BC

(31)

20

(ii) Setiap sudut pada persegi panjang sama besar dan merupakan sudut

siku-siku.

(iii) Diagonal-diagonal pada persegi panjang sama panjang

BD AC =

(iv) Diagonal-diagonal persegi panjang berpotongan dan saling membagi

dua sama panjang

OC

OA= dan OB=OD

Karena AC =BD, makaOA=OB=OC=OD

3) Keliling dan Luas Persegi Panjang D C

l

A p B

(i) Rumus Keliling Persegi Panjang adalah

,

(ii) Rumus Luas Persegi Panjang adalah

pl

4) Pengertian Persegi

Persegi adalah segiempat yang mempunyai empat sudut siku-siku dan keempat sisinya sama panjang.

5) Sifat-sifat Persegi D C

A B

(i) Semua sisi setiap persegi sama panjang

AD CD BC

AB= = =

(32)

21 (ii) Diagonal-diagonal persegi sama panjang dan saling membagi

dua sama panjang

OD

(iii) Diagonal-diagonal persegi berpotongan membentuk sudut siku-siku

(iv) Setiap sudut persegi sama besar dan merupakan sudut siku-siku 0 atau diagonal-diagonalnya merupakan garis bagi

0

6) Keliling dan Luas Persegi D C

s

A s B

(i) Rumus keliling persegi adalah:

s K =4

(ii) Rumus luas persegi adalah:

2 7) Pengertian Jajargenjang

(33)

22 8) Sifat-sifat Jajargenjang

D C

A B

(i) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.

CD

AB= danAB//CD BC

AD= danAD//BC

(ii) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

ADC

(iii) Jumlah sudut-sudut yang berdekatan adalah 1800 .

(iv) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang

OD

9) Luas Jajargenjang

alas

Luas Jajargenjang = alas x tinggi.19

8. Kerangka Berpikir

Kesulitan dalam belajar matematika, disebabkan adanya peran serta guru dalam memberikan kondisi belajar matematika yang monoton. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran matematika yang dapat

19 M. Cholik Adinawan dan Sugijono, SeribuPena Matematika untuk SMP/Mts Kelas VII,

(Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 175-177 Alas

(34)

23 merangsang peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik tidak bosan dan senang belajar matematika.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan peserta didik. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak selalu dapat berjalan dengan lancar. Bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian atau bahkan salah konsep. Kesalahan komunikasi seorang guru akan dirasakan peserta didiknya sebagai hambatan pembelajaran.

Proses pembelajaran yang baik yaitu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam lingkungan sekitar, memotivasi peserta didik untuk aktif, memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide dan gagasannya, serta memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berkreativitas dalam melakukan pembelajaran secara optimal.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran diperlukan langkah-langkah sistematik. Langkah sistematik inilah yang merupakan hal terpenting dalam melakukan strategi mengajar. Salah satu usaha guru dalam strategi mengajar adalah menggunakan metode atau model pembelajaran yang tepat sesuai materinya sehingga menunjang terciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif dan menarik bagi peserta didik. Perlu diupayakan suatu pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan sekaligus dapat meningkatkan keaktifan peserta didik serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreativitas peserta didik. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op.

(35)

24 Dengan berbantuan LKS dan alat peraga ini dapat mempermudah peserta didik dalam menemukan konsep yang akan dipelajarinya. LKS merupakan salah satu jenis bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan alat peraga digunakan guru dalam pembelajaran untuk memperjelas materi.

C. Rumusan Hipotesis

(36)

25 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Metode penelitian kuantitatif yang dilakukan merupakan metode ekperimen yang mendesain posttest-only control design”, karena tujuan dari penelitian ini untuk mencari pengaruh treatment. Adapun pola desain penelitian ini sebagai berikut. 1

Gambar 1

Desain Penelitian Kuantitatif

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang terpilih secara random (R). Kelompok pertama (kelompok eksperimen) diberi perlakuan X (Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran) sedangkan kelompok yang lain (Kelompok kontrol) diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional.

B. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah pendidikan. Kemudian meningkatnya daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu melalui penelitian.2

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op

dengan pemanfaatan LKS dan Alat Peraga efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII MTs N Brangsong Kendal pada materi pokok Segiempat Tahun Ajaran 2010/2011

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), hlm. 112.

2

S. Margono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 1.

(37)

26 C. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan peneliti untuk mulai mengadakan penelitian sampai menyelesaikannya adalah selama 30 hari mulai tanggal 01 April sampai 30 April 2011.

2. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Brangsong yang terletak di Jl. Soekarno Hatta Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain “post test only control group design” yakni. menempatkan subyek penelitian ke dalam dua kelompok

(kelas) yang dibedakan menjadi kategori kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel. 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.3 Populasi juga dapat diartikan seluruh data yang menjadi penelitian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya.4 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs N Brangsong dengan peserta didik yang berjumlah 335 anak dan terdiri dari 8 kelas, yaitu kelas VII A – VII H dengan rincian:

Kelas VII A dengan 40 peserta didik

3 Sugiono, Statistuk untuk Penelitian, hlm. 61

(38)

27 Kelas VII B dengan 40 peserta didik

Kelas VII C dengan 43 peserta didik Kelas VII D dengan 44 peserta didik Kelas VII E dengan 39 peserta didik Kelas VII F dengan 42 peserta didik Kelas VII G dengan 43 peserta didik Kelas VII H dengan 44 peserta didik 2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.5 Pengambilan sampel ini mengacu pada pendapatnya Suharsimi Arukunto, yaitu apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.6

Sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan ciri-ciri yang harus diperhatikan antara lain, peserta didik mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama dan pembagian kelas tidak ada kelas unggulan. Dalam penelitian ini akan di ambil sampel sebanyak dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga dan satu kelas kontrol yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional sehingga terpilih kelas VII C sebagai kelas eksperimen berjumlah 43 paserta didik dan kelas VII E sebagai kelas kontrol berjumlah 39 peserta didik.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling atau sampel acak kelompok. Cluster random sampling adalah

5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.131

(39)

28 teknik kelompok atau rumpun, dilakukan dengan jalan memilih sampel yang didasarkan pada kelompoknya bukan pada individunya.7

Dalam teknik ini semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberikan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi kelas eksperimen atau kelas kontrol.8 Dalam penelitian ini yang terpilih menjadi sampel adalah tiga kelas VII MTs N Brangsong dimana kelas VII C sebagai kelas eksperimen, kelas VII E sebagai kelas kontrol dan kelas VIII A sebagai kelas uji coba.

F. Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek yang merupakan variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu.9

1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (independen variabel)10. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang terdiri dari model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga dan model pembelajaran konvensional.

2. Variabel terikat (dependent Variabel).

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.11 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar matematika peserta didik kelas VII MTs N Brangsong Kendal pada materi pokok segiempat tahun ajaran 2010/2011.

7 Tulus Winarsunu, Statistika Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, (Malang:

UMM Press, 2004), Cet. II, hlm. 17.

8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, hlm.134 9 Sugiyono, Statistika untuk Penelitia n, hlm. 2

(40)

29 G. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data adalah ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini, digunakan metode sebagai berikut:.

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data yang sudah ada. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama peserta didik kelas VII dan nilai ulangan harian materi sebelumnya. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Metode Tes

Metode tes adalah alat pengumpulan data yang bersifat kuantitatif dengan cara alat pengukuran berupa tes.12 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data nilai hasil belajar peserta didik pada materi pokok Segiempat setelah menerima perlakuan eksperimen. Dalam penelitian ini, tes hanya diberikan satu kali pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes ini diberikan setelah kelas eksperimen dikenai perlakuan (treatmen) yang dalam hal ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op

dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga dan model konvensional pada kelas kontrol, dengan tujuan untuk mendapatkan data hasil belajar pada materi pokok segiempat. Dengan pertimbangan sebagai berikut:

1) Tes obyektif mempunyai jawaban mutlak, sehingga dalam pemberian skor sangat obyektif

2) Pemeriksaan hasil tes dapat dilakukan dengan cepat.

3) Skor masing-masing peserta didik tidak dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dalam menyusun kalimat dan subyektifitas pemeriksa.

Skor masing-masing peserta didik tidak dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dalam menyusun kalimat dan subyektifitas pemeriksa. Tes ini diberikan pada akhir pembelajaran. Hasil tes inilah

12

(41)

30 yang kemudian akan digunakan sebagai acuan untuk menarik kesimpulan pada akhir penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang terkumpul, digunakan metode statistik, karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasi.13

Dalam analisis ini akan menunjukkan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII semester genap MTs N Brangsong Kendal pada materi pokok segiempat.

1. Analisis Tahap Awal

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal peserta didik dari kedua kelas sebelum mendapat perlakuan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data nilai ulangan harian matematika sebelum segiempat.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan penggunaan statistik parametrik atau non parametrik. Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu nilai ulangan matematika dari materi sebelumnya dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Hipotesis yang digunakan untuk uji nomalitas:

0

H = data berdistribusi normal

1

H = data tidak berdistribusi normal

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut. 1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. 2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. 3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

13

(42)

31 4) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

5) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dengan rumus:

Zi S x xi

-=

,

di mana S adalah simpangan baku dan x adalah rata-rata sampel. 6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan

menggunakan tabel.

7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva

Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

8) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat dengan taraf signifikan 5%.

9) Menarik kesimpulan, jika χ2hitungχ2tabel, maka data berdistribusi normal.14

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut.

(43)

32

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut.

pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung Fta bel maka Ho diterima.15 Berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians

yang sama atau dikatakan homogen. c. Uji Kesamaan Rata-rata

Uji kesamaan rata-rata pada tahap awal digunakan untuk menguji apakah ada kesamaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut.

1) Menentukan rumusan hipotesisnya yaitu: 2

H (ada perbedan rata-rata awal kedua kelas sampel) 2) Menentukan statistik yang digunakan yaitu uji t dua pihak. 3) Menentukan taraf signifikan yaitu α = 5%.

4) Kriteria pengujiannya adalah terima H0 apabila-tta belthitungtta bel, di mana diperoleh dari daftar distribusi Student dengan peluang dan dk = n1+n2 -2.

(44)

33 5) Menentukan statistik hitung menggunakan rumus:

1 2

x = rata-rata data kelas eksperimen 2

x = rata-rata data kelas kontrol

n1 = banyaknya data kelas eksperimen

n2 = banyaknya data kelas kontrol

s2 = simpangan baku gabungan

6) Menarik kesimpulan yaitu jika -tta belthitungtta bel, maka kedua kelas mempunyai rata-rata sama.16

2. Analisis Instrumen Tes

Instrumen yang telah disusun diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Uji coba dilakukan pada peserta didik yang pernah mendapatkan materi tersebut (peserta didik yang masih termasuk dalam populasi tapi bukan peserta didik yang menjadi sampel). Tujuannya untuk mengetahui apakah item-item tersebut telah memenuhi syarat tes yang baik atau tidak.

a. Validitas Soal

Validitas atau kesahihan adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.17 Jadi suatu instrumen

16 Sudjana, Metoda Statistika, hlm. 239.

17 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

(45)

34 (soal) dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas untuk pilihan ganda digunakan korelasi point biserial karena skor 1 dan 0 saja. Adapun Uji validitas butir pilihan ganda menggunakan korelasi point biseral sebagai berikut.

rpbis = Koefisien korelasi point biseral

Mp = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal

Mt = Rata-rata skor total

Setelah dihitung rhitung dibandingkan dengan rtabel dengan taraf

signifikansi 5%, jika rhitung > rtabel maka dikatakan soal valid.18 Sedangkan untuk menguji validitas digunakan korelasi product moment untuk instrumen berupa uraian karena skor yang digunakan berkisar antar 1–10.

b. Reliabilitas

Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.19

18

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 185.

(46)

35

r = reliabilitas instrumen

2 Rumus varians item soal yaitu:

N Rumus varians total yaitu:

N

Y = jumlah kuadrat skor item N

= banyaknya responden

Nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga r

product moment pada tabel dengan taraf signifikan 5% . Jika

11

r rta bel maka item tes yang diujicobakan reliabel. c. Tingkat Kesukaran

(47)

36 didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dapat digunakan rumus:

J S B

P=

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Jumlah peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes.

Adapun indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 20

Besarnya P Interpretasi 0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

0,30 < P ≤ 0,70 Cukup (sedang) 0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

Indek kesukaran di atas dapat diartikan bahwa soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika di bandingkan dengan P = 0,20, sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar dari pada soal dengan P = 0,80. d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab dengan benar oleh peserta didik yang berkemampuan tinggi saja. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Seluruh peserta

20

(48)

37 didik yang ikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (pandai) dan kelompok bawah (bodoh).21

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi untuk butir soal pilihan ganda adalah: 22

B

JA = jumlah peserta didik kelompok atas

JB = jumlah peserta didik kelompok bawah

BA = jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok atas.

BB = jumlah peserta didik kelompok bawah menjawab soal itu dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok bawah

PA = benar (P = indeks kesukaran).

PB =

B B

J B

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (P = indeks kesukaran)

Cara menafsirkan daya beda menurut Anas Sudijono adalah:23 Besarnya DB Klasifikasi

Kurang dari 0,20 Poor (jelek)

0 - Satisfactory (cukup)

70

(49)

38

0 - Exellent (baik sekali) Bertanda negatif Butir soal dibuang

3. Analisis Data Tahap Akhir

Analisis data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dalam suatu penelitian karena analisis data berfungsi untuk mengetahui hasil belajar matematika peserta didik yang lebih baik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

a. Uji Prasyarat 1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi data nilai tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-Kuadrat dengan hipotesis statistik sebagai berikut.

Hipotesis:

Ho : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal dengan rumus:

(50)

39 2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut.

2

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai berikut.

Untuk menguji kedua varians tersebut sama atau tidak maka Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dengan = 5 % dengan

tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka dilaksanakan tes akhir. Dari hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian, yaitu hipotesis diterima atau ditolak. Uji hipotesis ini menggunakan rumust- test dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika varians kedua kelas sama ( =12 22), rumus yang digunakan adalah:

(51)

40 H0 : m1  m2

Ha : m1 m2 dengan:

m1 = rata-rata hasil belajar peserta didik kelas VII yang diajar

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat Peraga m2 = rata-rata hasil belajar peserta didik kelas VII yang diajar

dengan menggunakan model pembelajaran konvensional Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

t =

x : skor rata-rata dari kelompok eksperimen

2

x : skor rata-rata dari kelompok kontrol. n1 : banyaknya subyek kelompok eksperimen n2 : banyaknya subyek kelompok kontrol

2 1

s : varians kelompok eksperimen 2

harga t lainnya.26

(52)

41

x : skor rata-rata dari kelompok eksperimen

2

x : skor rata-rata dari kelompok kontrol. n1 : banyaknya subyek kelompok eksperimen n2 : banyaknya subyek kelompok kontrol

2 1

(53)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA DAN HASIL PENELITIAN

Untuk mengetahui keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan Alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok Segiempat di MTs N Brangsong, maka dilakukan analisa data secara kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran eksperimen dengan desain ” post test control only group design ” yakni menempatkan subyek penelitian kedalam dua kelompok (kelas) yang dibedakan menjadi kategori kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dengan pemanfaatan LKS dan alat peraga dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Sebagaimana dijabarkan pada bab-bab sebelumnya bahwa dalam proses pengumpulan data digunakan metode dokumentasi dan metode tes. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai mata pelajaran matematika materi sebelumnya dan data yang berhubungan dengan proses belajar mengajar peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum penelitian, sedangkan metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah penelitian.

Secara rinci data hasil penelitian dapat disajikan sebagai berikut. 1. Instrumen Tes dan Analisis Butir Soal Instrumen

(54)

43 a. Mengadakan Pembatasan Materi yang Diujikan

Dalam penelitian ini materi yang diujikan adalah materi pokok Segiempat yang meliputi: (1) Persegi panjang; (2) Persegi; dan (3) Jajargenjang.

b. Menyusun Kisi-kisi

Kisi-kisi instrumen atau tes uji coba dapat dilihat pada tabel di lampiran 9.

c. Menentukan Waktu yang Disediakan

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal-soal uji coba tersebut selama 80 menit dengan jumlah soal 25 yang berbentuk pilihan ganda dapat dilihat pada lampiran 10.

d. Analisis Butir Soal Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen diberikan pada kelompok eksperimen sebagai alat ukur kemampuan matematis peserta didik, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen kepada kelompok uji coba. Uji coba dilakukan di kelas VIII untuk mengetahui apakah butir soal tersebut sudah memenuhi kualitas soal yang baik atau belum. Adapun alat yang digunakan dalam pengujian analisis uji coba instrumen meliputi validitas tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran, dan daya beda.

1) Analisis Validitas Tes

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir-butir soal tes. Butir soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan. Sedangkan butir soal yang valid berarti butir soal tersebut dapat mempresentasikan materi Segiempat yang telah ditentukan oleh peneliti.

Hasil analisis perhitungan validitas butir soal dihitung

rhitung dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%,

jika rhitung > rtabel maka dikatakan soal valid. Sebaliknya bila

(55)

44 pada lampiran 20 diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.1. Data validitas Butir Soal

Kriteria No Soal Jumlah Presentase

(%)

Valid 1, 2, 3, 4, 6, 8, 10, 12, 14,

16, 18, 20, 22, 24, 25

15 60 %

Tidak valid 5, 7, 9, 11, 13,15, 17, 19,

21, 23

10 40 %

Perhitungan validitas Butir soal pilihan ganda Rumus

Keterangan

Mp = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal

Mt = Rata-rata skor total

St = Setandar deviasi skor total

P = Proporsi peserta didik yang menjawab benar pada setiap butir soal

q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah pada setiap butir soal

Kriteria

Apabila rhitung > rtabel, maka butir soal valid

Perhitungan

Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no. 4, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan di peroleh seperti pada tabel analisis butir soal

(56)

45

0.32 Karena rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa butir

item tersebut valid. Untuk melihat butir soal yang valid dapat

dilihat pada lampiran 20.

2) Analisis Reliabilitas Tes

Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas pada instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan

untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban tetap atau

konsisten untuk diujikan kapan saja instrumen tersebut

disajikan. Harga r11dibandingkan dengan harga rtabel dengan

taraf signifikan 5%. Jika rhitung > rtabel maka item tes yang

Gambar

Gambar Alat Peraga
Tabel 4.2 Persentase Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tabel Penolong Menghitung Standar Deviasi Kelas Eksprimen
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Pelatih olahraga seyogyanya tidak condong hanya pada salah satu gaya kepemimpinan

Bahan yang digunakan dalam campuran pembuatan genteng polimer adalah. menggunakan ban dalam bekas , Polipropilena (PP), aspal iran

4.16 Hasil Tes Belajar Gerak Dasar Bola Voli Melalui Permainan Bola Voli yang dimodifikasi Siklus II... 81 4.17 Rekapitulasi Hasil Penilaian Observasi Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting kemudian dilakukan rumusan upaya perencanaan sistem pengelolaan sampah di UPTD Kebumen, UPTD Kutowinangun, dan UPTD

mozart, terdapat 5 subjek mahasiswa pada kelompok kontrol yang mengalami peningkatan tingkat kecemasan dan 10 subjek mahasiswa pada kelompok kontrol yang mengalami

Optimasi Komposisi Titanium Dioksida Dan Asam Tartrat Pada Krim Tabir Surya Kombinasi Benzophenone-3 Dan Octyl Methoxycinnamate; Analia Yely Rachman, 082210101057; 2012;

RP : Iya, yang terjadi kalau ada keluarga yang ekonomi lemah dan memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa terkadang mereka berusaha mengobati tetapi jika

Sebanyak 13.3% (2 orang) mahasiswa Fakultas Psikologi lainnya yang sedang mengerjakan skripsi dalam 1 semester menunjukkan tingkah laku yang merujuk pada self-efficacy belief