• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal

Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (perusahaan). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return). Sedangkan pihak yang memerlukan dana (perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana (investor), sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

(2)

perusahaan-perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas.

Di dalam pasar modal dikenal dengan istilah efek, yaitu setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right, warrant, opsi atau setiap derivative dari efek dan istrumen lainnya. Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dapat memberikan manfaat yang cukup besar terkhusus bagi kalangan investor (pemodal), perusahaan maupun lembaga-lembaga penunjang pasar modal lainnya. Adapun manfaat berinvestasi di pasar modal menurut Sjahrial (2007:16) antara lain sebagai berikut:

1. Memperoleh dividen yaitu keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.

2. Memperoleh capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari pada nilai beli saham.

3. Nilai atau harga meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan perkembangan atau kinerja perusahaan.

4. Saham dapat dijadikan jaminan (agunan) ke bank untuk memperoleh kredit, baik agunan pokok maupun agunan tambahan.

Tambahan pula, Syahyunan (2004:16) menyatakan bahwa manfaat keberadaan pasar modal terkhususnya bagi perusahaan (emiten) antara lain sebagai berikut:

1. Perusahaan yang menerbitkan sekuritas pada pasar perdana dapat memperoleh dana sekaligus dalam jumlah yang besar.

2. Dengan penerbitan saham dapat mengurangi ketergantungan perusahaan (emiten) kepada bank dan dapat memperbaiki struktur modal.

(3)

4. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

5. Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen professional.

2.1.2 Investasi

Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari suatu asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi di masa yang akan datang atau dalam jangka waktu yang panjang. Investasi menurut Jogiyanto (1998:5) adalah sebagai berikut:

Investasi merupakan suatu penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efesien selama periode waktu tertentu. Investasi terbagi menjadi dua yaitu: investasi langsung dan investasi tak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lain, sedangkan investasi tak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.

(4)

2.1.3 Saham

2.1.3.1 Pengertian Saham

Saham adalah (1) tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan, (2) kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, disertai dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya, (3) persediaan yang siap untuk di jual (Fahmi :2011:85).

Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik, yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock). Saham biasa (common stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen dan sebagainya) di mana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak. Sedangkan saham istimewa (preferred stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen dan sebagainya) di mana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan di terima setiap kuartal (tiga bulanan).

2.1.3.2 Jenis-jenis Saham

(5)

1. Dilihat dari cara pengalihannya saham dapat dibedakan atas: a. Saham atas unjuk (bearer stock)

Di atas sertifikat ini saham tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya yang mirip dengan uang. Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta gantinya.

b. Saham atas nama (registered stock)

Di atas sertifikat saham ditulis nama pemiliknya. Cara pengalihannya harus memenuhi suatu prosedur tertentu yaitu dengan dokumen pengalihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham.

2. Ditinjau dari kinerja perdagangan saham dapat dikategorikan atas: a. Blue-chip stocks, suatu saham biasa diklasifikasikan sebagai

blue-chip apabila emitennya memiliki reputasi yang baik, yaitu

mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi dan konsisten membayar dividen tunainya.

b. Income stocks, suatu saham bisa diklasifikasikan sebagai income stocks apabila emitennya mampu membayar dividen lebih tinggi

(6)

c. Growth stocks (well-know), suatu saham akan diklasifikasikan sebagai growth stock (well-know) apabila emitennya merupakan pemimpin di dalam industrinya, dan beberapa tahun terakhir berturut-turut mampu mendapatkan hasil di atas rata-rata.

d. Growth stocks (lesser known), suatu saham akan

diklasifikasikan sebagai growth stocks (lesser known), apabila emitennya tidak menjadi pemimpin dalam industrinnya, namun saham ini tetap memiliki ciri-ciri seperti growth stock (well-know), yaitu mampu mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari

pada penghasilan rata-rata tahun terakhir.

e. Speculative stocks adalah saham yang emitennya tidak bisa secara konsisten mendapatkankan penghasilan dari tahun ke tahun, tetapi emiten ini mempunyai potensi untuk mendapatkan penghasilan yang baik di masa-masa mendatang meskipun penghasilan itu belum tentu direalisasi.

f. Cylical stocks adalah saham yang mengikuti pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum.

g. Defensive stocks adalah saham yang tidak terpengaruh oleh pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum.

2.1.3.3 Keuntungan Dan Resiko Invstasi Saham

(7)

Fahmi (2011:88) terdapat beberapa keuntungan memiliki saham, di antaranya adalah:

1. Memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun. 2. Memperoleh keuntungan modal (capital gain), yaitu keuntungan

pada saat saham yang dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal.

3. Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa (common stock).

Selain memiliki keuntungan, investasi saham juga memiliki resiko. Menurut harsono (2013:12), terdapat beberapa resiko memiliki saham di antaranya adalah:

1. Capital loss, yaitu harga jual instrumen investasi lebih rendah dari harga belinya.

2. Tidak ada pembagian dividen.

3. Resiko likuidasi, terjadi jika emiten bangkrut atau dilikuidasi. Kerugian terjadi jika nilai likuidasi perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kewajiban/utang dan jumlah total nilai saham yang ada.

4. Saham delisting dari bursa efek, adalah dihapusnya pencatatan (delisting) suatu saham dari papan bursa, sehingga investor tidak dapat menjual saham tersebut secara bebas di bursa.

2.1.4 Return saham

Return saham adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan

(8)

return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan

diperoleh oleh investor di masa mendatang.

Pada umumnya, nilai return yang sering digunakan adalah return total. Return pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu capital gain/loss dan yield. Capital gain merupakan selisih dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara dengan kas sehingga dapat diuangkan dengan cepat. Salah satu contoh yield adalah dividen (Jogiyanto, 2000:107). Dividen dapat dihitung dengan menggunakan proksi laba per saham atau earning per share (EPS).

Pengukuran return saham dalam penelitian ini berfokus pada penelitian yang dilakukan oleh Banykhaled (2011) dan Pouraghajan (2013), dimana return saham dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Return Saham (EPS) =

2.1.5 Rasio Keuangan

2.1.5.1 Pengertian Rasio Keuangan

(9)

suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan suatu perusahaan selama satu periode waktu tertentu. Disamping itu penilaian kinerja keuangan juga dapat dijadikan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan atau peningkatan kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat diketahui dari laporan keuangan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan melalui perhitungan rasio keuangan. Rasio adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukan indikator kesehatan keuangan pada periode tertentu (Harianto dan Sudomo dalam Sembiring (2014).

Menurut pendapat Munawir (2002:37) dalam Lubis (2013), “analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut”. Artinya berdasarkan data-data yang terdapat dalam laporan keuangan baik dari neraca, laporan laba-rugi, maupun kedua-keduanya dapat di hitung bermacam-macam jenis rasio yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

(10)

hanya membandingkan antar pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan.

2.1.5.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Pada umumnya terdapat dua macam rasio standar yang umum dipergunakan dalam keuangan. Pertama adalah rasio yang sama dari suatu laporan keuangan dari tahun-tahun yang lampau. Yang kedua yaitu rasio dari korporasi lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan korporasi perusahaan yang dianalisis. Standar rasio yang kedua ini lazim disebut rata-rata rasio industri (Tampubolon, 2004:35).

Menurut Tampubolon (2004: 35) Rasio keuangan dibagi dalam lima kategori dasar, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio hutang, rasio profitabilitas, dan rasio pasar.

Rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio hutang terutama untuk mengukur resiko. Rasio profitabilitas mengukur hasil. Rasio pasar mengukur sekaligus hasil dan resiko (Sundjaja, 2003:131). Di dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan tiga rasio keuangan saja sebagai variabel penelitian yaitu rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio pasar.

2.1.5.2.1 Rasio Profitabilitas

(11)

assets, return on asset, return on equity, dan operating ratio

(Ang, 1997 dalam Savitri 2012).

Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah net profit margin (NPM). Net profit margin merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (net income after tex) terhadap total penjualan (sales). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai perusahaan. Jadi kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan semakin meningkat, maka hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham. Net profit margin semakin meningkat menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham akan meningkat pula.

Net profit margin dapat diformulasikan sebagai berikut

(Ang, 1997 dalam Savitri 2012):

NPM =

Keterangan:

(12)

Dengan semakin meningkatnya keuntungan (laba bersih setelah pajak) akan mencerminkan bagian laba dalam bentuk capital gain maupun dividen gain yang diterima oleh pemegang

saham semakin besar. Dengan demikian para investor atau calon investor lain akan tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan tersebut.

2.1.5.2.2 Rasio Aktivitas

Ratio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber daya sebagaimana digariskan oleh kebijaksanaan perusahaan. Ratio-ratio ini menyangkut perbandingan antara penjualan bersih dengan berbagai investasi dalam aktiva-aktiva. Rasio-rasio aktivitas ini menganggap bahwa suatu perbandingan yang “layak” haruslah ada, antara penjualan dan berbagai aktiva tersebut, seperti persediaan, piutang, aktiva tetap dan lainnya (Husnan, 1988:210). Menurut (Pandji dan Piji (2001:111) dalam Lubis 2013) ratio aktivitas meliputi : perputaran persediaan (inventory turnover), periode pengumpulan piutang (average collection period), perputaran aktiva tetap (fixed asset turnover), dan perputaran total aktiva (total asset turnover).

(13)

berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Pada umumnya, semakin tinggi perputaran aktiva, semakin efisien penggunaan aktiva tersebut (Atmaja (2004:268) dalam Lubis 2013).

Secara matematis nilai Total Asset Turnover (TAT) dapat dirumuskan sebagai berikut:

TAT =

Ketika penjualan pada posisi yang tinggi maka perusahaan akan mengharapkan laba yang tinggi pula. Nilai total asset turnover yang semakin besar menunjukkan nilai

penjualannya juga semakin besar dan harapan memperoleh juga semakin besar (penelitian Sembiring, 2014).

2.1.5.2.3 Rasio Pasar

Rasio ini menunjukan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, semakin tinggi rasio tersebut maka semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (penelitian Mariati Munte, 2009).

Dalam penelitian ini rasio pasar yang digunakan adalah price to book value (PBV). Apabila perusahaannya berjalan

(14)

bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal.

Secara matematis price to book value (PBV) dapat dirumuskan sebagai berikut:

PBV =

Beberapa keunggulan price to book value (PBV) (penelitian Masrida Girsang, 2013):

1. Nilai buku memberikan nilai yang relatif stabil dan dapat dibandingkan dengan harga pasar.

2. PBV rasio dapat diperbandingkan antar perusahaan-perusahaan yang menggunakan standar akuntansi yang sama.

3. Perusahaan dengan negative earning tidak dapat dinilai dengan PER tetapi dapat dinilai dengan menggunakan PBV rasio.

2.1.6 Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total asset, log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya

(15)

yang memiliki total asset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan di mana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif stabil dan mampu menghasilkan laba dibanding dengan perusahaan dengan total asset yang kecil (Daniati & Suhairi, 2006:53) dalam Tiara).

Sedangkan menurut (Suad, 1998 dalam Aryati 2011) ukuran perusahaan menunjukkan indikator besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan total aktiva, total penjualan dan kapitalisasi pasar. Total aktiva merupakan faktor penting dalam pembentukan laba yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan yang tercermin dari total aktiva cenderung berpengaruh negatif terhadap return saham. Hal tersebut berkaitan dengan faktor resiko dari total aktiva yang besar dari rasio hutang yang tinggi. Selain itu, ada kecendrungan perusahaan kecil memperoleh tingkat keuntungan yang lebih besar dibandingkan perusahaan besar.

Ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Perusahaan yang besar akan lebih dikenal masyarakat sehingga lebih mudah mendapatkan informasi mengenai perusahaan tersebut. Kemudahan memperoleh informasi akan meningkatkan kepercayaan investor dan mengurangi faktor ketidakpastian yang berarti resiko lebih kecil dan return ekspektasi lebih rendah. Ukuran perusahaan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

(16)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penenlitian sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai rasio keuangan dan ukuran perusahaan terhadap return saham. Di mana masing- masing penelitian mempunyai variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun dan penelitian tersebut biasanya selalu bervariasi sesuai dengan kebutuhan sipeneliti (menambah atau mengembangkan penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan objek perusahaan yang berbeda dan periode penelitian yang berbeda). Berikut penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi return saham, di antaranya sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2014) dengan judul “Analisis pengaruh BETA dan rasio keuangan terhadap return saham Indeks kompas 100”. Metode analisis yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberapa faktor-faktor fundamental perusahaan seperti current ratio (CR), debt equity ratio (DER), total asset turnover (TAT), earning

per share (EPS) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham

indeks kompas 100. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel debt equity ratio (DER), total asset turnover (TAT), earning per share (EPS) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham indeks.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2013) yang berjudul “Pengaruh rasio keuangan dalam memprediksi return saham pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI”. Hasil analisis menunjukan bahwa

(17)

simultan berpengaruh negatif terhadap return saham. Secara parsial menunjukkan hanya rasio profitabilitas (ROA) yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Nandika (2010) yang berjudul “Pengaruh price to book value dan return on equity terhadap return saham pada industri real

estate dan property di BEI”. Metode yang digunakan adalah purposive sampling

dan model statistik yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa price to book value (PBV) dan return on equity (ROE) secara simultan dan parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Penelitian yang dilakukan Putri (2012) yang berjudul “Analisis pengaruh ROA, EPS, NPM, DER dan PBV terhadap return saham pada industri real estate dan property yang terdaftar di BEI periode 2007-2009”. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan teknik statistik yang digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan regresi parsial. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor fundamental perusahaan seperti return on asset (ROA), earning per share (EPS), net profit margin (NPM), debt equity

ratio (DER) dan price to book value (PBV) secara simultan terbukti signifikan

berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial hanya debt equity ratio (DER) dan price to book value (PBV) yang berpengaruh signifikan terhadap return saham.

(18)

linier berganda (Multiple Linier Regression). Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor fundamental perusahaan seperti current ratio (CR), return on equity (ROE), cash flow from operation to debt (CFOD), price to book value (PBV) dan ukuran perusahaan (SIZE) secara simultan terdapat pengaruh signifikan terhadap

return saham. Secara parsial menunjukkan hanya variabel return on equity yang

berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama ,Tahun & Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Sembiring (2014)

Analisis pengaruh BETA dan Rasio Keuangan terhadap Return saham Indeks Kompas 100

Variabel Independen: Beta, curren

ratio(CR) , Debt to equity ratio (DER), Total Asset turnover (TAT), Equity per share.

Variabel Dependen: Return saham

Debt to equity ratio (DER), total asset turnover (TAT) dan equity per share berpengaruh 2 Lubis (2013) Pengaruh

Rasio Keuangan dalam memperidiksi Return saham pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI

Variabel Independen: Return on equity (ROA), debt to equity ratio (DER), current ratio (CR), total asset turnover (TAT).

Variabel Dependen: Return saham

(19)

No Nama ,Tahun & Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 3 Nandika (2010)

Pengaruh Price to book value (PBV) dan return on equity (ROE)

terhadap Return saham pada industri real estate dan property di BEI

Variabel Independen: Price to booke value (PBV) dan return on equity (ROE)

Variabel Dependen: Return saham

Price to book value (PBV) dan return on equity (ROE) tidak berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap return saham.

4 Putri (2012) Analisis pengaruh ROA, EPS, NPM, DER, dan PBV terhadap Return saham pada industri real estate dan property yang terdaftar di BEI periode 2007-2009

Variabel Independen: Return on asset (ROA), earning per share (EPS), net profit margin (NPM), debt to equity ratio (DER) dan price to book value (PBV)

Variabel Dependen: Return saham

Debt to equity ratio (DER) dan price to book value (PBV) yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Sedangkan earning per share (EPS), net profit margin (NPM), return on asset (ROA) tidak mempunyai pengaruh Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manu-faktur Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia

Variabel Independen: Current ratio (CR), return on equity (ROE), cash flow from operating to debt (CFOD), price book value (PBV), ukuran perusahaan (SIZE). Variabel Dependen: Return Saham

(20)

6 Savitri (2012) Analisis pengaruh ROA, NPM, EPS dan PER terhadap Return saham pada perusahaan Manufaktur sector Food and

Beverages periode 2007-2010

Variabel Independen: Return on asset (ROA), net profit

margin (NPM),

earning per share (EPS), price earning ratio (PER).

Variabel Dependen: Return saham

Earning per share (EPS) dan price earning ratio (PER) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham.

Sedangkan return on asset (ROA) tidak mempunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan dan net profit margin (NPM) mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham.

2.3 Kerangka Konseptual

(21)

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Gambar 2.1 mengindikasikan bahwa net profit margin (X1), total asset

turnover (X2), price to book value (X3) dan ukuran perusahaan (X4)

mempengaruhi return saham (Y), baik secara parsial maupun simultan. Penjelasan detail mengenai pengaruh bahwa net profit margin (NPM), total asset turnover (TAT), price to book value (PBV) dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return saham ialah sebagai berikut:

1. Net profit margin (NPM)

Merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (net income after tex) terhadap total penjualan (sales). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2012) membuktikan bahwa net profit margin (NPM) secara parsial berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham.

Net Profit Margin (X1)

Total asset turnover (X2)

Price to book value (X3)

Ukuran perusahaan (X4)

Return Saham (Y) H1

H2

H4

H3

(22)

2. Total asset turnover (TAT)

Merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Pada umumnya, semakin tinggi perputaran aktiva, semakin efisien penggunaan aktiva tersebut (Atmaja (2004:268) dalam Lubis 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2014) dan Lubis (2013) membuktikan bahwa total asset turnover (TAT) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return

saham.

3. Price to book value (PBV)

Apabila perusahaannya berjalan dengan baik, umumnya rasio PBV-nya mencapai di atas satu, yang menunjukan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) membuktikan bahwa price to book value (PBV) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

4. Ukuran perusahaan (SIZE)

(23)

besar dari rasio hutang yang tinggi. Selain itu, ada kecendrungan perusahaan kecil memperoleh tingkat keuntungan yang lebih besar dibandingkan perusahaan besar. Ukuran perusahaan turut menentukan tingkat kepercayaan investor. Perusahaan yang besar akan lebih dikenal masyarakat sehingga lebih mudah mendapatkan informasi mengenai perusahaan tersebut. Kemudahan memperoleh informasi akan meningkatkan kepercayaan investor dan mengurangi faktor ketidakpastian yang berarti resiko lebih kecil dan return ekspetasi lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Tiara yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap return saham.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti. Hipotesis merupakan saran penelitian ilmiah karena hipotesis adalah instrumen kerja dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara empiris (Idrus, 2009:18). Jadi, hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan adanya hubungan tertentu antar dua variabel atau lebih. Hipotesis ini bersifat sementara, dalam arti dapat diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat dan lebih benar berdasar pengujian. Ada beberapa persyaratan dalam merumuskan suatu hipotesis menurut Idrus (2009:53) antara lain sebagai berikut:

(24)

3. Dirumuskan secara operasional. Dengan pengertian bahwa hipotesis sebaiknya ditulis sealur dengan rumusan masalah yang ada, karena hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang akan diteliti.

Selain itu pendapat lain dalam merumuskan hipotesis yang perlu dipertimbangkan menurut Siregar (2010 : 152) antara lain sebagai berikut:

a. Hipotesis harus mengekspresikan satu fenomena atau mengekspresikan hubungan/pengaruh antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesis untuk mengekspresikan hubungan/pengaruh seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variabel untuk dikaji.

b. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna, tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna.

c. Hipotesis harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasionalisasi yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H1 : Net profit margin (NPM) berpengaruh terhadap return saham

H2 : Total asset turnover (TAT) berpengaruh tehadap return saham

H3 : Price to book value (PBV) berpengaruh terhadap return saham

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return saham

H5 : Net profit margin (NPM), Total asset turnover (TAT), Price to book

Gambar

Tabel 2.1  Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Demikian juga halnya dengan fenomena yang terjadi di Indonesia, berdasarkan kasus perpajakan yang di tangani oleh DJP, Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas dan

Jill ’s characteristics founded in Narrative Hook part – Jill’s task;a. Jill’s characteristics founded in the Rising Conflicts part – the journey

Alat ini juga dapat mengontrol suhu dan kelembaban pada suatu rumah budidaya yang bervolume sebesar ±15 m 3 dengan cara pembudidaya memasukan batas parameter suhu dan

Tingkat kesuburan dan pencemaran air di Bendung Kembang Kempis Wedung berdasarkan nilai saprobitas (SI dan TSI) adalah α-Mesosaprobik yang berarti pencemaran sedang sampai berat

Applied Research (B) Faculty of Computer Science and Information Technology 155 B-STE- 239 Mohd Adzir Mahdi Scheme for Remote L-band EDFA Enhanced Secondary Pumping Research

Studi kecelakaan lalu lintas ini difokuskan pada kejadian yang hampir menyebabkan kecelakaan dan pada saat terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh faktor jalan dan

Didalam microphone ini terdapat kapasitor yang terdiri dari dua keping plat atau piringan yang keduanya mempunyai voltage atau tegangan. Salah satu dari plat

Kemudian ustadz Muhammad Abduh menjelaskan dalam kitab Siyasah Syar’iyyah karya Ibnu Taimiyyah di dalamnya dijelaskan bahwa berbagai macam amanah yang dibebankan