• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Utama Yang Mempengaruhi Kepriba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kekuatan Utama Yang Mempengaruhi Kepriba"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kekuatan Utama Yang Mempengaruhi Kepribadian

Studi Kasus: Pepi Fernando, Pemimpin Aksi Teror Bom

Buku dan Bom Serpong

Tugas Mata Kuliah Antropologi

Fakultas Hukum UPN Veteran Jakarta

(2)

Kekuatan Kultural

Kepribadian Individu

Kekuatan Faktor Keturunan Kekuatan Klas Sosial & Faktor Anggota Kelompok Lain

I. Pengantar:

Mata kuliah Antropologi memberikan pengantar tentang perilaku masyarakat sebagai bentuk jamak dari perilaku individu yang dipelajari oleh psikologi. Pelajaran tentang perilaku tersebut memberikan landasan pemahaman atas timbul, tumbuh, berkembang dan matinya hukum sebagai salah satu bentuk perilaku yang mengatur masyarakat tersebut.

Untuk itu diperlukan pemahaman yang lebih komprehensif dengan lebih banyak berlatih menggunakan analisa atas suatu kejadian ditinjau dalam konteks ilmu antropologi.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Antrolopogi di kelas sore semester ertama Fakultas Hukum UPN Veteran Jakarta, dengan tujuan lainnya yang tidak kalah penting untuk memberikan pemahaman kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kepribadian sebagai salah satu topik mata kuliah Antropologi tersebut.

Sebagai obyek tulisan dipilih sosok Pepi Fernando yang didakwa sebagai aktor intelektual sekaligus pemimpin aksi teror Bom Buku dan Bom Serpong pada medio April 2011 ini, dengan sumber penulisan terutama dari Internet, yaitu situs berita Detik.Com.

II. Landasan Teori:

Kekuatan utama yang mempengaruhi kepribadian terdiri dari:

1. Kepribadian Individu yang menjadi titik sentral tempat dipengaruhinya oleh: 2. Kekuatan Kultural;

3. Kekuatan Klas Sosial & Faktor Anggota Kelompok Lain; 4. Kekuatan Hubungan Keluarga;

5. Kekuatan Faktor Keturunan.

(3)

III. Kronologis Berita:

Latar belakang Pepi: 2. Pepi Fernando S.Ag (32) alias Pepi alias M Romi alias Ahyar. Lulusan S1 UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Islam (Tamat 2001). Penulis buku dan skenario film. Perannya, pimpinan kelompok, pencetus ide bom buku.

Empat diantara 17 tersangka pelaku adalah lulusan UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, sementara tersangka lainnya mengenyam pendidikan rata-rata hanyalah SMU.

IV. Analisa Media:

a. Kekuatan Kultural:

Secara kultur yang berkembang di dunia terorisme Indonesia, Teroris mustahil bekerja sendiri. Mereka pasti sedikitnya berjaringan. Namun dengan terjadinya pergeseran ruang gerak dan kordinasi, maka terjadi kecenderungan menghilangnya para pemimpin terorisme, sehingga membuat mereka berjihad tanpa komando. Jadi target teroris sekarang ini makin berbahaya karena targetnya random. Siapapun bisa dianggap thoghut dan jadi target, jadi suka-suka dia. Demikian ujar Psikolog dari Universitas Indonesia, Hamdi Moeloek, dalam diskusi di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (27/4/2011).

Hal ini dikuatkan juga oleh pengamat terorisme, Mardigu WP kepada detikcom, Senin (25/4/2011) malam, "Mereka tidak menggunakan jalur komando seperti JI atau NII. Mereka berbentuk konsorsium saja, semua serba sederajat tidak ada imam."

Menurut ahli hipnoterapi ini sosok Pepi Fernando yang disebut-sebut sebagai otak dan pemimpin kelompok ini bukan lah imam atau pemimpin komando. Pepi hanya menjadi pimpinan proyek untuk sebuah pekerjaan, bukan sebagai imam dalam jalur komando imamah.

Disamping itu telah terjadi regenerasi dalam kultur terorisme Indonesia dimana telah tumbuh generasi baru yang lebih berpendidikan dan mempunyai orientasi perjuangan yang berbeda dibanding pendahulunya.

(4)

Ciri-ciri pemain baru ini yaitu bukan orang miskin, berpendidikan, mempunyai banyak pilihan hidup, dan mempunyai pekerjaan. Ciri-ciri pelaku bom seperti itu seperti tren di negera-negara Barat yang menganut kebebasan berdemokrasi seperti di Eropa.

"Kalau pemain lama itu terorganisir dan selalu merepresentasikan perlawanan terhadap Barat dan kafir," terang dosen Universitas Bina Nusantara, Jakarta ini.

Pelaku bom generasi baru ini mendompleng karakter demokrasi yaitu kebebasan masyarakat dan kebebasan media. Dengan menggunakan dua kebebasan tersebut maka terget mereka tercapai yaitu antikemapanan.

"Di negara demokrasi, teror lebih banyak. Mereka mempunyai dorongan mencari perhatian publik," tuturnya.

Sedangkan pemain lama saat ini susah bergerak karena sudah banyak yang ditangkapi. Adapun pemain baru saat ini muncul secara acak dengan latar belakang intelektual, berjalan sendiri-sendiri sehingga semakin sulit diatasi Polri.

"Kesamaaannya antara generasi lama dengan generasi baru yaitu sama-sama memerangi musuh Islam versi mereka," tutupnya.

b. Kekuatan Klas Sosial & Faktor Anggota Kelompok Lain:

Terorisme itu sendiri menjadi tumbuh berkembang dengan baik tatkala terpenuhi beberapa faktor sosial yang dominan seperti kesejahteraan masyarakat yang rendah, pendidikan masyarakat yang kurang memadai dan perlindungan terhadap masyarakat yang lemah, sebagaimana diutarakan oleh Pramono Anung, “Harus ada jaminan kesejahteraan yang lebih baik. Karena radikalisme dan berkembangnya faham lain yang tidak senada dengan Pancasila dipicu rendahnya kesejahteraan masyarakat dan pendidikan. Negara harus betul-betul mengayomi dan memberikan pendidikan, perlindungan dan kesejahteraan kepada warganya," imbau politisi PDIP ini, Rabu (27/4/2011).

(5)

"Saya tidak melihat Pepi seorang megalomania, rasanya janggal kalau semua ini dilakukan untuk kesenangan pribadi meski hal itu mungkin saja. Tujuannya memang sama-sama diklaim untuk jihad tapi dengan adanya rekaman yang hendak dijual apa kalau bukan duit?" analisa pria yang yang juag psikolog ini.

Secara umum, Mardigu menilai pemikiran Pepi cs terhadap aksi teror hampir sama dengan pelaku teror selama ini. "Makanya kenapa kelompok ini rapi, ya karena pasti salah satu diantara mereka pernah di JI atau NII. Namun kalau pemikiran banyak buku jihad yang diimpor dari timur tengah. Mereka ini kan istilahnya pembelajar, data-data mereka pelajari sendiri," tandasnya.

Terkait dugaan tersangka teroris yang ingin mendokumentasikan ledakan bom, hal itu, menurut Wawan sangat mungkin terjadi. Meskipun selama ini aksi ledakan bom yang dilakukan teroris belum pernah terdokumentasikan.

"Pendokumentasian ini kan untuk menimbulkan efek kejut terhadap psikologi massa. Kalau ada dokumentasi maka ada pengabadian dari sisi sejarah. Dan kalau disebarkan akan menimbulkan trauma yang panjang," imbuh Wawan.

Dia lantas mengingatkan pendokumentasian perampokan di Bank CIMB Niaga Medan beberapa waktu lalu. "Ada dokumentasi yang seperti ini saja jua menimbulkan dampak psikologis, ketakutan warga," sambungnya.

Selama ini yang terjadi, tambahnya, otak terorisme merekam ucapannya sebelum beraksi dan kemudian menyebarkannya melalui media. "Yang selama ini terjadi, mendokumentasikan dengan cara ngomong dulu di depan kamera lalu disebarkan seperti yang dilakukan Noordin M Top," ucap Wawan.

Seorang kamerawan stasiun televisi Global TV, IF, bersama 19 tersangka kasus bom buku dan bom Serpong, Tangerang, Banten, lainnya. IF ditengarai direkrut untuk merekam teror yang direncanakan. "Infonya, direkrut untuk merekam aksi teror yang direncanakan," kata Kabagpenum Mabes Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar saat dihubungi detikcom, Sabtu (23/4/2011).

Pepi Fernando, tersangka otak bom buku dan bom Serpong, memiliki latar belakang pendidikan sarjana. Ditengarai, teroris dengan ideologi kerasnya mendekati sarjana guna mendapat pengikut dari kalangan terpelajar agar kegiatannya lebih mendapat legitimasi.

(6)

Indonesian Institute for Civil Society (INCIS), Ace Hasan Syadzily, dalam perbincangan dengan detikcom, Minggu (24/4/2011).

Ace curiga kelompok bergaris keras seperti teroris menginginkan kampus bisa menjadi pusat gerakan. Karena kalau gerakan terorisme punya landasan akademis, maka teroris akan lebih mendapat legitimasi. "Mungkin saja ada upaya itu. Tetapi apakah berhasil atau tidak, saya tidak terlalu yakin, karena kampus secara umum lebih rasional. Tidak gampang menjadikan kampus sebagai basis gerakan kelompok garis keras," imbuh pria yang pernah menjadi teman satu kost Pepi di Ciputat, Tangerang, ini.

Dia menuturkan, gerakan teroris belakangan ini muncul sebagai respons atas fenomena globalisasi. Di mana ada ketidakpuasan pada level internasional, karena merasa ada ketidakadilan ekonomi akibat globalisasi.

"Misal tindakan Amerika dan sekutu yang melakukan pemboman ke kelompok Islam, bisa memunculkan kekecewaan. Ini juga karena faktor internal dalam negeri, di mana situasi sosial ekonomi membuat frustasi sebagian kalangan, sehingga berpikir jalan pintas untuk menuju ke tujuan mereka," tutur Ace. Ketika M Syarif, pelaku bom bunuh diri melakukan aksinya di masjid komplek Mapolresta Cirebon dua pekan lalu, maka tindakannya bisa dilihat sebagai upaya penyerangan simbol keamanan negara, yaitu kepolisian. Gerakan intensif pihak keamanan yang membatasi gerakan kelompoknya memunculkan ketidaksukaan.

"Ketika terorisme dibasmi setelah kejadian, maka menimbulkan reaksi seperti ini. Yang seharusnya dilakukan polisi adalah upaya preventif dan deteksi dini, apa yang membuat gerakan seperti ini muncul. Bukan saat ada kejadian lalu ada penangkapan besar-besaran," papar Ace.

Penangkapan besar-besaran, apalagi bila dilakukan dengan bumbu kekerasan, berpotensi menimbulkan bibit-bibit baru terorisme. Sebagai upaya pencegahan, menurut dia, ada baiknya bila pendidikan ideologi dan kenegaraan diberikan sejak awal.

"Kalau ini diberikan sejak awal dan konsisten, saya rasa seseorang tidak akan gampang terindoktrinasi dengan yang berhaluas keras. Selain itu, institusi pendidikan juga harus memberikan pendidikan yang lebuh inklusif, terbuka tentang negara dan nilai-nilai keagamaan," saran Ace.

(7)

Dengan demikian, secara Sosial kemasyarakatan, masih terdapat cara untuk menyaring dampak buruk dari ideologi NII dan terorisme ini, yaitu ideologi Pancasila, sebagaimana yang dikatakan oleh Pramono Anung saat dihubungi wartawan, Rabu (27/4/2011), "Yang pertama dalam mencegah pengaruh negatif NII maupun terorisme adalah ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Itu harus disosialisasikan kepada masyarakat sebagai semangat kebersamaan menghargai kemajemukan dan Kebhinekaan."

c. Kekuatan Hubungan Keluarga:

Adapun Keluarga sendiri ternyata juga mendapat tempat sebagai salah satu faktor yang dapat mencegah maupun mendorong tumbuh kembangnya terorisme ini.

Secara umum orang-orang yang diduga terlibat gerakan terorisme dikenal tertutup dan tidak suka bersosialisasi. Karakteristik ini umum dijumpai pada orang-orang yang telah dibaiat teroris. Perubahan ini harus dapat dideteksi oleh keluarga dari teroris yang bersangkutan. Lemahnya perhatian dan pengawasan atas perubahan sikap ini dapat

"Sebetulnya kalau sudah dibaiat, kecenderungannya menutup diri. Kalau orang sekitar bilang orang itu berubah, ya memang berubah. Karena mungkin tadinya orangnya cerah, lalu jadi murung. Tadinya ceria lalu jadi tertutup," ujar pengamat intelijen, Wawan Purwanto, dalam perbincangan dengan detikcom, Minggu (24/4/2011).

Perubahan sikap itu, lanjutnya, merupakan efek dari cuci otak yang dilakukan kelompok pemegang ideologi terorisme. "Terkadang ada yang tidak menyadari sepenuhnya tindakannya, dan melakukan sesuatu berdasar si pencuci otak," imbuh Wawan.

Perubahan ini biasanya dideteksi orang-orang dekat yang bersangkutan. Karena itu jika melihat perubahan sikap anggota keluarganya, maka perlu diajak berbicara. Dialog ini bisa jadi menyelamatkan seseorang dari 'perangkap' terorisme.

(8)

Pepi sering pergi meninggalkan istrinya dengan alasan berladang menggarap lahan orang di Aceh, dimana fenomena ini tidak diperhatikan maupun ditindak-lanjuti ioleh keluarganya secara serius hingga akhirnya paham terorisme itu sudah secara kronis merasuk ke pemikiran Pepi.

Jadi benarlah jika Hubungan Keluarga yang dekat, hangat dan saling memperhatikan akan dapat mencegah timbulnya infiltrasi pemikiran terorisme ini didalam anggota keluarganya.

d. Kekuatan Faktor Keturunan:

Faktor yang cenderung sangat sedikit atau bahkan hampir tidak ada sama sekali adalah faktor Keturunan. Hal ini terlihat dari tiadanya catatan sejarah kekerasan, terorisme maupun radikalisme pada orang tua maupun generasi keluarga sebelumnya.

Sementara itu para pelaku terorisme dan radikalisme itu sendiri belum ada catatan yang menguatkan bahwa anak keturunan mereka kemudian meneruskan ‘profesi’ dari orang tua mereka.

Artinya, kekerasan, terorisme dan radikalisme itu bukan faktor keturunan maupun genetis sehingga masih dapat untuk dirubah dan tidak dapat untuk berubah (menjadi teroris) secara sendirinya.

V. Kesimpulan

Dari analisa media diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan Kultural dimana seseorang terpapar padanya secara terus menerus dan sistematis akan dapat mempengaruhi Kepribadian dari seorang individu. Memang tidak secara langsung akan ditiru 100%, namun secara umum kecenderungan penyerapan nilai dari kekuatan kultural tersebut yang akan berpengaruh dalam pembentukan karakter individu tersebut.

Selain itu, institusi pendidikan juga harus memberikan pendidikan yang lebih inklusif, terbuka tentang negara dan nilai-nilai keagamaan sehingga terhindar dari infiltrasi paham keras yang keliru tentang perjuangan agama dan terorisme.

Adapun Kekuatan Hubungan Keluarga yang dekat, hangat dan saling memperhatikan akan dapat mencegah timbulnya infiltrasi pemikiran terorisme ini didalam anggota keluarganya.

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari mechanical property serat pelepah pisang semakin banyak jumlah helai serat pada komposit maka nilai kekuatn tarik semaikn tinggi hal ini menyebabkan

DEGRADASI LAHAN PADA SAWAH BEKAS PERTAMBANGAN BATU BATA DI KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 (Sebagai Bahan Pengayaan dalam Pembelajaran Geografi Pada

Meskipun perpustakaan bermanfaat sebagai salah satu sumber belajar untuk semua mata pelajaran (termasuk pelajaran sejarah), namun dalam kenyataan ada kecenderungan

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa persinggungan antara ajaran agama (Islam) yang dibawa oleh Ki Ageng Gribig, modernitas, dan budaya (Jawa) tergambar dalam ritual dan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

masyarakat dalam mencari informasi tempat ibadah yang berada di kecamatan Toboali.tempat ibadah merupakan hal yang penting yang harus ada disetiap daerah. Sarana tempat

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf