• Tidak ada hasil yang ditemukan

51696198 KATA PENGANTAR contoh kata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "51696198 KATA PENGANTAR contoh kata"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Essa yang adalah sumber segala kehidupan,kesempatan dan sumber segala inspirasi yang telah membimbing kami dalam proses penyelesaian makalah kami ini.

Perumusan makalah ini kami sertai dengan data-data hasil pengamatan serta pengolahannya dan analisis data berdasarkan hasil pengamatan dan lampiran berupa angket yang menjadi ukuran kemampuan siswa selama satu semester ini.Pendekatan yang kami lakukan adalah pendekatan pada system,sarana dan tenaga pengajar yang berada di tempat penelitian.Makalah ini juga dissertai beberapa halaman gambar yang menjadi bukti bahwa di mana kelompok kami telah melaksanakan kegiatan penelitian biologi umum.

Pada kesempatan ini kami sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses penelitian maupun penyelesaian makalah ini di antaranya

1.pengajar dan pembimbing mata kuliah Biologi Umum Yth.Ibu Vera Roring Mpd,Sik

2.kepala SMA St.Thomas AQUINO Amurang yang telah memberikan kami kesempatan,Izin serta informasi-informasi penting mengenai keadaan sekolah tersebut terkait dengan proses penelitian ini. 3.siswa-siswa SMA AQUINO yang telah turut berpartisipasi dalam proses penelitian terutama siswa-siswa kelas 2 SMA sebagai sample pengambilan data angket

4.kepada teman-teman kelompok yang telah membantu bersama-sama menyumbangkan inspirasi dan telah memberikan masukan-masukan yang baik dan berguna.

TONDANO,JANUARI 2011 KELOMPOK 5

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…….………..…..1

DAFTAR ISI………2

BAB I.PENDAHULUAN………..3

A.Latar Belakang………,,…..3

B.Identifikasi masalah………..………4

C.Rumusan masalah…….……….……….…….….4

D.Tujuan Penelitian……….……..……….………..4

E.Manfaat Penelitian……….………..……….………4

BAB II.KAJIAN PUSTAKA……….……….5

BAB III. METODE PENELITIAN………13

1.Tempat dan waktu……….……….……….13

2.Observasi………...13

3.Hipotesis………..13

4.Variabel yang di teliti………..13

5.Teknik pengumpulan data………13

6.Hasil pengamatan……….14

7.Pembahasan……….18

BAB IV.PENUTUP

Kesimpulan dan Saran………..19

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin bahwa pendidikan merupakan factor yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Pendidiakn bertujuan untuk menngkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Sekarang ini masalah pendidiakn menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya kualitas hasil pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini tercermin dari masih rendahnya nilai rata-rata ujian nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran biologi. Rendahnya mutu pandidiakn di indonesia, banyak opini yang muncul baik datangya dari pejabat, pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar, muatan kurikulum terlalu padat dan pola pembelajaran yang kurang menarik. Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidikan dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai.

Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah.. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap serta bertanggung jawab kepada lingkungan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam dan mahluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan fakta tetapi juga proses penemuan.

(4)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah rendahnya mutu pendidiakan, salah satunya diakibatkan kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam menerapkan pengolaan kegiatan pembelajaran?

2. Sejauh mana kekonsistensisan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang terdapat pada RPP yang ia buat

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah guru biologi yang ada di SMA AQUINO AMURANG sudah konsisten dalam menerapkan model pembelajaran yang ada di RPP yang ia buat?

2. Sejauh mana siswa mampu menyerap dan mengerti apa yang di sajikan oleh gurunya.

D.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk melihat apakah guru biologi sudah konsisten dalam menerapkan model pembelajaran yang terdapat di RPP yang ia buat

2. Untuk mengetahui Bagaimana daya serap siswa dalam memahami semua materi yang di berikan oleh gurunya.

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

Sebagai bahan evaluasi bagi kami mahasiswa yang akan menjadi calon guru yang sementara menempuh pendidikan di Universitas Negeri Manado bagaimana kami sudah harus mempersiapkan diri mulai dari saat ini untuk mengantisipasi segala bentuk kemungkinan termasuk persaingan prospek lapangan pekerjaan,menyusun strategi dalam pengembangan mutu pendidikan serta berusaha menguasai IPTEK.selain kepada mahasiswa juga kepada guru dan kepala sekolahserta dinas terkait dalam meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

(5)

Menurut Gagne (1984:dalam Rusfidra,2006) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27 dalam Rusfidra,2006) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.

1. belajar adalah perubahan tingkahlaku;

2. perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;

3. perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.

Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman (Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992:10) Dari pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.

Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling

memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan ( Arief Sukadi 1984:8 dalam Rusfidra,2006) dan terkontrol.

Tujuan -tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut.

Dalam sistem pendidikan kita (UU. No. 2 Tahun 1989), seorang guru tidak saja dituntut sebagai pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai pendidik. Davies mengatakan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsip-prinsip belajar, khususnyai prinsip berikut: 1. Apapun yang dipelajari siswa , maka siswalah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif;

2. Setiap mahasiswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya;

3. Seorang siswa akan belajar lebih baik apabila mempengoreh penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajarnya terjadi

4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan mahasiswa akan membuat proses belajar lebih berarti; dan

5. Seorang siswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabula ia diberi tangungjawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya (Davies 1971 dalam Rusfidra,2006).

(6)

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Duffy dan Roehler 1989 (dalam Arianto Sam.2008) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan

menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Dalam buku pedoman melaksanakan kurikulum SD,SLTP dan SMU (1994 dalam Arianto Sam.2008) istilah belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru dll. Selama ini Gredler 1986 (dalam Arianto Sam.2008) menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkahlaku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan).

Oleh karena itu lingjungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Dikatakan pula bahwa proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah diamati.

Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan.

(Gagne dan Briggs 1979:3 dalam Rusfidra,2006) mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru.

Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkahlaku siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan pengertian yang diuraikan dalam buku pedoman kurikulum (1994:3) Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem masyarakat yang memberinya masukan maupun menerima keluaran tersebut. Pembelajaran mengubah masukan yang berupa siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik.

Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran dan fungsi penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa (Arief,S. 1984:10 dalam Rusfidra,2006). Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan

(7)

apabila dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya.

Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung, oleh karena itu agar kemampuan siswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program

pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.(Arief. Sukadi, 1991;12 dalam

Rusfidra,2006)

1.3 guru

Guru merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan, tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam menjalankan fungsinya sebagai agen pembelajaran, guru harus memiliki empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Selain itu, berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, setiap guru harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana satu atau diploma IV. Guru merupakan faktor determinan dalam revitalisasi pendidikan nasional. Guru adalah motivator, fasilitator sekaligus ilmuwan.

Guru merupakan Tingkatan keahlian dari seorang hacker. Istilah ini digunakan pada seseorang yang mengetahui semua hal pada bidangnya, bahkan yang tidak terdokumentasi. Ia mengembangkan trik-trik tersendiri melampaui batasan yang diperlukan. Kalau bidangnya berkaitan dengan aplikasi, ia tahu lebih banyak daripada pembuat aplikasi tersebut

Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru secara maksimal

Secara umum ada dua Sikap dan pandangan guru tentang mengajar, yaitu : (1) Guru pemegang peran utama dalam mengajar

Pandangan yang demikian akan berefek, sbb. :

(a) Pembelajaran terpusat pada guru ( teacher oriented ) (b) Metode pemberitahuan lebih dominan

(c) Hafalan lebih ditekankan dan kreativitas serta inisiatif anak kurang

(2) Guru berperan dalam merangsang anak dalam belajar dan berfikir serta menentukan alternatif pemecahan sendiri terhadap masalah yang ia hadapi.

Pandangan yang demikian akan berefek, sbb. : (a) Child oriented

(b) Guru hanya sebagai pembantu/ pembimbing

(c) Metode mengarah pada penemuan; pemecahan masalah

(d) Aktivitas anak memecahkan masalah , berfikir sendiri terhadap masalah yang dihadapi tinggi. Ciri Guru Yang Baik

Menurut S Nasution, ada beberapa prinsip umum guru yang baik yang disarikan sebagai berikut : a) Memahami dan menghormati murid

(8)

d) Mampu menyesuaikan bahan dengan kesanggupan anak e) Mampu mengaktifkan anak dalam belajar

f) Mampu memberikan pengertian bukan hanya dengan kata-kata belaka g) Merumuskan tujuan yang akan dicapai setiap pelajaran yang diberikan h) Tidak terikat hanya pada satu teks book saja

i) Tidak hanya mengajar tapi membentuk kepribadian anak

Guru merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan, tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam menjalankan fungsinya sebagai agen pembelajaran, guru harus memiliki empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Selain itu, berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, setiap guru harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana satu atau diploma IV. Guru merupakan faktor determinan dalam revitalisasi pendidikan nasional. Guru adalah motivator, fasilitator sekaligus ilmuwan.

Upaya peningkatan kualifikasi guru dapat dilakukan di perguruan tinggi. Secara umum metode

penyampaian materi ajar di pendidikan tinggi dilakukan dalam dua bentuk, yaitu pendidikan tinggi tatap muka (konvensional) dan pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ). Ciri utama PTJJ adalah terpisahnnya dosen dan mahasiswa karena faktor jarak. Sebagian besar komunikasi antara dosen dan mahasiswa dilakukan melalui surat, telepon, faksimili atau e-mail. Sistem PTJJ merupakan salah satu solusi mengatasi kesenjangan antara keterbatasan sumber daya pendidikan dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk memperoleh pendidikan tinggi.

Untuk meningkatkan kompetensi guru IPA yang cerdas dan berpengetahuan agaknya model

pembelajararan jarak jauh dapat dijadikan sebagai sebuah solusi meningkatkan kualifikasi pendidikan guru ketika daya tampung sistem pendidikan tatap muka sangat terbatas.

“Bangsa yang maju adalah bangsa yang baik pendidikannya; bangsa yang jelek pendidikannya tidak akan pernah menjadi bangsa yang maju”.

---Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono---Salah satu komponen penting dalam upaya meningkatkaan mutu pendidikan nasional adalah adanya guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan. Guru, tidak hanya sebagai pengajar, namun guru juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran, maka guru diharapkan memiliki empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi

profesional. Menurut Zamroni 2006 (dalam Arianto Sam.2008), guru yang profesional adalah guru yang menguasai materi pembelajaran, menguasai kelas dan mengendalikan perilaku anak didik, menjadi teladan, membangun kebersamaan, menghidupkan suasana belajar dan menjadi manusia pembelajar (learning person).

Selain sebagai sebuah profesi, seorang guru adalah motivator dan fasilitator dalam transformasi IPTEK pada anak didik. Oleh karena itu, guru pada abad ke XXI adalah seorang saintis yang menguasai ilmu pengetahuan yang ditekuninya. Sebagai ilmuwan, guru tergolong elit intelektual. Guru bukanlah profesi kelas dua. Sebab itu, calon guru sebaiknya adalah insan terpilih untuk jabatan profesi mulia.

(9)

menguasai IPTEK dan mampu sebagai motivator dan fasilitator. Sebagai motivator dan fasilitator proses belajar, guru adalah seorang komunikator ulung karena ia harus mampu memberi jiwa terhadap informasi yang diberikan oleh saran komunikasi yang super canggih.

Pasca pemberlakuan UU Guru dan Dosen, guru yang mengajar di pendidikan dasar dan pendidikan menengah disyaratkan memiliki kualifikasi pendidikan sarjana (S-1) atau diploma IV (D-IV). Karena itu, guru yang belum berkualifikasi sarjana diberikan kesempatan mencapai kualifikasi minimal tersebut dalam waktu 10 tahun. Berdasarkan data Balitbang Depdiknas (2004) guru SMA yang berkualifikasi sarjana baru 72,75 persen; guru SMK 62,16 persen; SMP 42,03 persen; SD 8,30 persen dan TK 3,88 persen. Sisanya sekitar 1,9 juta orang belum berkualifikasi sarjana. Semakin tinggi kualitas guru

diharapkan kualitas pendidikan nasional akan meningkat. Faktanya, hingga kini kualitas pendidikan masih sangat rendah. Menurut Shanghai Jiaotong University (2005) tak satupun perguruan tinggi di Indonesia yang masuk rangking dalam 100 perguruan tinggi terbaik di Asia dan Australia.

Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Semakin terdidik suatu masyarakat semakin besar peluang memiliki SDM yang berkualitas. Semakin tinggi kualitas SDM, semakin besar kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan. Kuatnya kaitan antara pendidikan dengan SDM dalam mengukur keberhasilan pembangunan SDM suatu negara diperlihatkan oleh United Nation Development Program (UNDP).

Meningkatnya keinginan masyarakat untuk mengikuti pendidikan tinggi ternyata tidak diikuti oleh tersedianya insfrastruktur pendidikan tinggi yang memadai. Sebagai misal, Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2005 hanya dapat menampung 84.443 orang peserta di 53 PTN dari 304.922 peserta SPMB pada tahun tersebut. Sementara itu, berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2006 yang diumumkan beberapa waktu lalu, UN 2006 berhasil meluluskan 1.790.881 siswa (Rusfidra, 2006b).

Dalam kondisi tersebut, perlu dicari alternatif lain seperti menerapkan pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ) untuk menyediakan kesempatan belajar yang lebih murah dan pemerataan kesempatan belajar di pendidikan tinggi. Gagasan tentang universitas terbuka dan PTJJ, virtual university, e-learning, open learning, flexible learning dan home schooling menjadi komponen penting dalam strategi nasional dan global untuk mendidik mahasiswa dalam jumlah besar.

Ditinjau dari metode penyampaian materi ajar dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi, dikenal dua model pendidikan, yaitu model pendidikan tinggi tatap muka (konvensional) dan PTJJ. Berbeda dengan pendidikan tatap muka, pada PTJJ, dosen dan mahasiswa dibatasi oleh jarak karena faktor geografis. Komunikasi antara dosen dan mahasiswa lebih banyak dilakukan melalui surat, telepon, faksimili atau e-mail

1.4 Model pembelajaran

Menurut akhmad sudrajat model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

(10)

tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Model pembelajaran, dipandang paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar. Karena ia bergerak dengan melihat kondisi kebutuhan siswa, sehingga guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan siswa mengalami kebosanan. Namun sebaliknya, siswa diharapkan dapat tertarik dan terus tertarik mengikuti pelajaran, dengan keingintahuan yang berkelanjutan.

Berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif,

mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas individu maupuh kelompok.

Terdapat model pembelajaran paling konvensional, yaitu tatap muka dan berpusat pada guru (teacher center) sampai dengan pembelajaran berpusat pada siswa (student center), pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang diterapkan pada universitas terbuka dan berbagai program sertifikasi online juga terus menerus dikembangkan. Journal Teknodik.22,2007 dalam Admin 2008

Pengajaran ataupun pendidikan dapat tertanam secara baik pada diri siswa, bila guru yang bersangkutan mampu menyajikan secara menarik. Pengertian menarik disini, anak merasa nyaman menerima dan mudah memahami isi materi pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar. Jangan berharap banyak anak akan mampu menyerap isi pembelajaran dengan baik, jika dalam pembelajaran sudah terselimuti rasa takut berlebihan pada guru yang mengajarnya. Penciptaan suasana yang menyenangkan anak, merupakan langkah awal guru dalam melaksanakan pembelajaran yang baik. Setelah suasana tercipta dengan penuh keakraban dan menyenangkan, guru dapat menyajikan model pembelajaran yang merangsang anak untuk kreatif. Ambil contoh dengan pendekatan problem solving pada mata pelajaran sosial dan model kerja kelompok pada mata pelajaran eksakta. Kenapa selama ini eksakta dianggap menakutkan siswa ? Selain materi ajarnya sulit, guru belum mampu menciptakan model-model pembelajaran yang menarik sehingga siswa belum melaksanakan, sudah ketakutan terlebih dahulu.

Bagi guru dapat menerapkan model pendekatan pribadi secara akrab dengan siswa, serta memberi motivasi. nak jangan dibuat takut untuk mencoba permainan sesuai dengan kemampuannya. Motivasi sangat besar pengaruhnya pada pribadi anak untuk mau melaksanakan dengan penuh kepercayaan. Model pembelajaran yang menarik cukup banyak, di antaranya permainan kartu soal, diskusi interaktif, debat dsb. Bila guru ilmu sosial ingin menampilkan model debat, pertama kali yang harus ditempuh membuat perencanaan tema apa yang kiranya mengundang pro kontra siswa dalam menanggapi. Tema dan tatacaranya telah dipahami terlebih dahulu oleh guru. Sewaktu masuk kelas guru dapat menjelaskan pada siswa pentingnya menggali informasi dengan debat serta menunjukkan tatacara debat secara sehat. Bila hal ini telah dipahami dan disepakati seluruh siswa, guru dan siswa dapat membagi kelompok-kelompok tim debat beserta juru bicara dan pendampingnya. Utusan kelompok-kelompok maju ke depan kelas berhadapan dengan kelompok lain dan siswa lainnya sebagai pendukung.

(11)

yang sama. Harapannya siswa akan memahami permasalahan secara luas baik dari sisi setuju maupun tidak setuju.

1.5 Konsistensi

Onsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dgn sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dgn pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdpat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari axioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif. Pengertian Konsistens menurut KBBI adalah tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai: perbuatan hendaknya–dng ucapan (Panji Prabowo 2008)

1.6 Hasil belajar

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Noor Latifah 2008).

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.

Nilai Ujian Akhir Nasional, hingga saat ini masih menjadi tolok ukur paling ampuh melihat tingkat keberhasilan belajar siswa, juga menjadi tolok ukur tingkat kesuksesan guru mengajar. Kelulusan pun bertumpu pada nilai ini, meskipun belakangan banyak guru yang protes agar kelulusan siswa tidak ditentukan dari nilai Ujian Akhir Nasional.

(12)

Setidak-tidaknya ada tiga hal yang mampu memicu tidak suksesnya kegiatan belajar mengajar yang berujung pada hasil nilai yang rendah. Pertama, perkembangan kebutuhan dan aktivitas berbagai bidang kehidupan selalu melaju lebih dahulu daripada proses pengajaran dan pembelajaran sehingga hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian baru dari berbagai bidang tentang

pembelajaran dan pengajaran membuat paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada sekarang tidak memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran

Posisi guru dalam pembelajaran di kelas tidak sekadar pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Sebagai pengajar guru berkewajiban menyampaikan pemaham-an ilmu pengetahuan kepada anak sesuai dengan bidangnya masing-masing. Adapun peran sebagai pendidik, guru harus mampu menanamkan nilai-nilai moral baik pada anak, sehingga anak dapat menghayati dengan benar serta mau melaksanakan dengan penuh kesadaran.

Peran sebagai pengajar lebih mudah dibanding dengan peran sebagai pendidik. Selama ini mayoritas guru baru memainkan peran sebagai pengajar. Betapa sedihnya kaum guru bila belum mampu menuntaskan semua isi materi pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum. Guru hanya berkonsentrasi seputar kurikulum dan melupakan perannya sebagai pendidik. Hal ini sangat dimaklumi, mengingat masyarakat dan sekolah baru mau memotret keberhasilan guru hanya berdasar pencapaian nilai dalam ujian saja. Sehebat apapun guru dalam mengajar tanpa mampu meraih nilai maksimal, lebih-lebih nilai ujian nasional guru yang bersangkutan akan mendapat label tidak mampu dan tidak berhasil.

Akibat dari penilaian yang demikian sangat dimaklumi bila guru seluruh negeri tercinta ini hanya

bercokol pada aspek pengajaran dan mengesampingkan peran tugas sebagai pendidik. Fakta ini sungguh memprihatin-kan. Idealnya peran kedua-duanya dapat dilaksanakan dengan baik dan anak memiliki bekal hidup secara komplit. Jangan kaget bila sampai saat ini banyak anak yang pandai/cerdas, namun kurang memiliki etika, sopan santun atau unggah-ungguh dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini bukan semata-mata kesalahan anak, tetapi secara umum dunia pendidikan harus mau ikut bertanggungjawab. Tanggungjawab pendidikan memang tidak hanya pada sekolah saja, orangtua dan masyarakat justru sangat dominan mewarnai kepribadian anak. Meskipun demikian, bila sekolah mampu berbuat yang terbaik, kenapa tidak dilaksanakan secara maksimal.

(13)

1.TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat penelitian berlangsung di SMA Katolik St.Thomas Aquino Amurang kelas XI Ilmu Pengetahuan Alam selama dua kali penelitian.penelitian yang pertama berlangsung pada tanggal 26 November 2010 dan penelitian yang kedua berlangsung pada tanggal 4 Desember 2010 tahun ajaran 2010/2011.

2. OBSERVASI

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap mengamati (observasi) yaitu: 1. Melakukan diskusi dengan guru biologi dan kepala Sekolah untuk rencana observasi

2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran serta sarana –sarana yang menunjang proses pembelajaran yang dilakukan guru kelas XI SMA Aquino Amurang

3. Menganalisis temuan saat melakukan observasi dan pelaksanaan observasi 3.HIPOTESIS

Menurut kelompok kami kekonsistenan guru dalam menerapkan RPP yang ia buat cukup baik sementara siswa mampu untuk menyerap apa yang di sajikan oleh gurunya.

4.VARIABEL YANG DI TELITI

 Para siswa yang berada di SMA katolik Aquini Amurang

 Tenaga pengajar(guru) biologi yang mengajar di Sma Aquino Amurang.

5.PENGUMPULAN DATA 1.1 Data penelitian

dalam teknik pengumpulan data ini ada 2 yaitu keterampilan guru dalam mengajar dan yang kedua adalah hasil daya serap dari keterampilan guru tersebut mengajar.

1.2 Sumber data

Menurut suharsimi (1999:112) sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti m enggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan. Adapun responden penelitian ini adlah guru biologi kelas XI SMA Aquino Amurang Kemudian untuk data daya penyerapan siswa dalam proses pembelajaran di ambil dari data penyebaran angket.

6.HASIL PENGAMATAN

(14)

A.Sains Biologi SMA kelas X penerbit yudistira,KTSP 2006.

B.Biologi kelas X Jilid 1A dan Jilid 1B penerbit sunda kelapa 2004 C.Biologi untuk SMA kelas X penerbit erlangga KTSP 2006.

D.EKSIS buku ajar Biologi penerbit Citra pustaka sebagai buku pendampingan belajar pendalaman materi,LKS,tugas mandiri dan ulangan harian.

2.Untuk kelas XI Resensi buku yang di gunakan adalah

A.Sains biologi untuk SMA KELAS XI KTSP 2006 penerbit erlangga

 BAB 1.SEL

 BAB 2.JARINGAN PADA TUMBUHAN DAN HEWAN  BAB 3.SISTEM GERAK MANUSIA

B.SAINS biologi SMA kelas XI penerbit Yudhistira KTSP 2006 C.BIOLOGI SMA kelas XI jilid 1A dan 1B penerbit Sunda Kelapa D.EKSIS Buku ajar Biologi Siswa kelas XI penerbit citra pustaka

3.Untuk SMA kelas XII IPA di gunakan resensi buku yaitu

A.Sains biologi untuk SMA kelas XII program IPA KTSP 2006 penerbit Erlangga

 BAB 1.PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

(15)

B.BERDASARKAN JUMLAH KELAS DAN WAKTU YANG DI GUNAKAN DALAM BELAJAR BIOLOGI 1.jumlah kelas yang menerima pelajaran biologi di SMA katolik Aquino Amurang adalah 5 kelas

Yaitu kelas 1 sebanyak 3 kelas (kelas 1a, 1b, dan 1c ) sementara 2 kelas lainnya yaitu kelas jurusan ilmu pengetahuan alam yang terdiri dari kelas 2 IPA dan Kelas 3 IPA.

2.bagan data waktu pembelajaran biologi

N

O KELAS JUMLAHPERTEMUANDLM 1 MGU JUMLAH.WAKTU (JAM)DLM 1 MINGGU TOTAL WAKTU PEL.BIOLOGIDALAM 1 MGU

1 X A 2 X 1 MINNGU 2 X 45 =90 Mnt 180 MENIT

2 X B 2 X 1 MINGGU 2 X 45 =90 Mnt 180 MENIT

3 X C 2 X 1 MINGGU 2 X 45 =90 Mnt 180 MENIT

4 XI IPA 3 X 1 MINNGU 2 X 45 /+ 1X45=90 /+ 45 Mnt 225 MENIT 5 XII IPA 3 X 1 MINNGU 2 X 45 /+ 1X45=90 /+ 45 Mnt 225 MENIT TOTAL : 990 MENIT (16,5 JAM)

3.Berdasarkan tenaga pengajar yang mengajar biologi di SMA Aquino Amurang

 NAMA GURU : Drs. F.P Sangkoy

 NIP :131 782 422

 GOLONGAN :IV A

 PREDIKAT :Guru Biologi Profesional

4.Berdasarkan fasilitas penunjang proses pembelajaran Biologi di SMA Aquino Amurang

 SmA Aquino Amurang memiliki Laboratorium praktikum Ilmu Pengetahuan Alam di lengkapi oleh alat-alat praktikum sebagai tempat praktikum.

 SMA ini memiliki Laboratorium Komputer di lengkapi jaringan internet untuk lebih mudah

mengakses berbagai mata pelajaran terutama pelajaran biologi.

 SMA ini memiliki perpustakaan dengan panjang ukuran 16 meter.

5.Berdasarkan hasil wawancara kelompok peneliti dengan Guru SMA Aquino Amurang

 Siswa yang menerima pelajaran biologi di SMA Aquino Amurang ada 130 orang yang terdiri dari

(16)

 Guru Biologi SMA Aquino Amurang tidak sepenuhnya mengacu pada RPP yang ada.dengan

alasan bahwa jika hanya terpaku pada RPP yang ada dengan tidak efisiennya waktu mengajar di sesuaikan dengan tenaga pengajar yang ada maka seluruh muatan yang ada di dalam kurikulum baik semester satu maupun semester dua tidak akan tuntas.dan ini merupakan satu kerugian juga untuk siswa dan menjadi satu ukuran bagi guru biologi ini sendiri apabila tetap mengacu pada RPP yang ada.

 Strategi yang di gunakan oleh Guru ini sendiri dalam proses pengajarannya yakni selain belajar

reguler dalam kelas,di bentuk juga pembelajaran mandiri oleh siswa antara lain membentuk kelompok-kelompok diskusi siswa untuk lebih memahami materi yang sedang di ajarkan serta membuat rangkuman belajar dan melaporkan di depan kelas secara lisan.

 Untuk dapat membuat daya tarik siswa terhadap pembelajaran biologi di adakan study tour di

tempat-tempat yang bersangkutan dengan biologi misalnya danau,cagar alam tangkoko,wisata alam tandu rusa,dll.selain itu juga praktikum dapat menambah minat belajar siswa.

 Praktikum yang telah di laksanakan selama satu semester berjalan ini adalah

Mengidentifikasi dan mendeskripsikan organisme protozoa lewat jerami yang di masukan dalam botol selama beberapa hari untuk kelas X

Membuat tapai dengan memanfaatkan M.Javanicus (jamur tergolong Zygomycotina) yang terkandung dalam ragi untuk kelas X

Mengamati bentuk sel,Memahami kontraksi otot sebagai proses sistem gerak sebagai objek yakni katak dan proses pemeriksaan darah untuk kelas XI IPA

(17)

6.Berdasarkan Angket yang di bagikan

DATA PEROLEHAN NILAI DARI OBSERVASI SISWA SMA AQUINO AMURANG KELAS XI IPA

NAMA SISWA JUMLAH BENAR JUMLAH SALAH JUMLAH POIN

1 AGUNG TRI PUTRA 16 4 80

2 DENNY ROMPAS 19 1 95

3 FEYBI MANGKELE 16 4 80

4 JENLY PALENDENG 14 6 70

5 KANIA WONGKAR 15 8 75

6 KURNIATI TAMBENGI 13 10 65

7 LIN REBICA MAIT 17 3 85

8 MONIKA WENAS 15 5 75

9 MUTIARA LALU 17 3 85

10 NIKE TAMBINGON 15 5 75

11 NOVELIA PANGAU 8 12 40

12 OSWALDUS NGANI 19 1 95

13 PRICILIA RONGA 14 6 70

14 PATRIS WANDA 16 10 80

15 PINGKAN LALOAN 14 6 70

16 RENTA TAPPANG 18 1 90

17 REYNALDO PANGEMANAN 19 1 95

18 REVO SINUBU 9 11 45

19 RIZAL ASSA 18 2 90

20 RIMA TAMPI 5 15 25

21 ROSARY RESILOWI 16 3 80

22 SANIA SALAWAKU 12 8 60

23 SINTIA PATIRANI 8 12 45

24 SILVESTER KUMENDONG 16 4 80

25 SKIVO POLII 15 5 75

26 SUSANTI TAMUNU 6 14 30

27 SYURLITA MANOREK 11 9 55

28 VIRGINIA SUMAMPOW 18 2 90

29 WILDA NGORYANTO 17 3 85

30 WILTER EGETEN 18 2 90

RATA-RATA DARI PENCAPAIAN NILAI TERSEBUT ADALAH

i

n =

2175

(18)

7.PEMBAHASAN

Dari hasil observasi mulai dari sesi wawancara maupun sesi pembagian angket kami melihat bahwa memang tenaga pengajar benar-benar kewalahan menangani sejumlah kelas yang ada untuk di berikan materi pembelajaran biologi apalagi harus di sertai oleh praktikum-praktikum yang harus di laksanakan untuk menunjang kegiatan belajar siswa.hal ini mengakibatkan tenaga pengajar tidak bisa sepenuhnya menerapkan RPP yang di buat kepada siswa-siswanya.

Namun dari sini pula ada sesuatu yang menguntungkan yaitu dengan metode-metode dari sang guru biologi sendiri menciptakan pembelajaran yang mandiri bagi siswanya yakni dengan membentuk kelompok diskusi dan mempertanggungjawabkan apa yang mereka lakukan secara lisan secara satu per satu.sehingga siswa seolah-olah sudah memahami konsep-konsep terlebih dahulu sebelum ke

praktikum.meskipun siswa-siswa masih harus banyak mendapat bimbingan ekstra juga dari gurunya.

Hal ini juga di bantu oleh ketersediaanya sarana dan prasarana belajar di sekolah berupa jaringan internet sehinngga dengan muda siswa boleh lebih banyak belajar lewat media elektronik.

Sementara untuk hasil observasi dari angket yang di bagikan membuktikan sejauh mana tingkat kemampuan siswa dalam menyerap materi yang di sajikan oleh guru biologi sendiri.dari pencapaian tersebut menjadi ukuran bahwa meskipun RPP tidak terlaksana atau pencapaiannya tidak maksimal namun daya serap siswa membuktikan bahwa mereka mampu baik karena di paksakan ataupun kemauan sendiri untuk mengolah materi-materi yang di sajikan.

Yang terpenting adalah konsentrasi penuh pada pelajaran dan guru harus memiliki konsistensi yang strategis kepada murid-muridnya,meskipun dalam jadwal yang padat guru tetap harus mengontrol kegiatan siswa misalnya mengontrol kedisiplinan siswa dalam diskusi dan segala bobot pertanyaan berupa kuis ataupun ulangan harian yang di berikan.

BAB III.PENUTUP 1.KESIMPULAN

(19)

misalnya kemalasan belajar dan tidak ingin mencari tahu serta daya tanggaP yang rendah dan kemungkinan terbesar adalah jarang masuk sekolah.

2.SARAN

Saran untuk kita semua dari penelitian ini baik sebagai mahasiswa calon guru maupun

non guru dan siapa saja jangan pernah meremehkan pendidikan karena pendidikan adalah salah

satu factor penentu kualitas dan mutu kehidupan seseorang

Dari penelitian ini pula di harapkan kepada kita semua untuk belajar ekstra keras dalam

membangun mutu pendidikan,mempersiapkan diri kita dalam persaingan ke depan serta

mengantisipasi serta membuat berbagai strategi pembelajaran karena menjaga kualitas seorang

guru dan mengantisipasi ada siswa yang mungkin lebih banyak tawu di bandingkan kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arianto Sam di 2008, pengertian belajar, http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/pengertian-belajar.html

Sumberdaya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta

(20)

Sudjana N, 1996, Metode Statistic, Tarsito Bandung

Sudijono A 2006, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafido Persada

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Model-Model Pengajaran dalam Pembelajaran Sains (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Penulisan Karya Ilmiah (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2004. Penelitian Tindakan Kelas (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bab ini Penulis menguraikan dua hal yaitu yang pertama adalah kerangka teori yang melandasi penelitian serta mendukung di dalam memecahkan masalah yang di angkat

Sistem pengukuran kinerja BSC yang menggunakan beragam ukuran baik keuangan maupun non keuangan menunjukkan adanya target dan sasaran khusus yang lebih jelas untuk dicapai

Tautan untuk mengunduh buku Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman ada pada tautan

Terkadang hati begitu berat melangkah dengan segla keadaan Namun aku tahu inilh duniamu yang tak seperti duniaku kemarin. Tapi apakah kamu mau merusak duniamu dengan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur

Merakit (pemasangan setiap komponen, handle, poros pemutar, dudukan handle alas atas bawah, dan saringan).. Mengelas (wadah dengan alas atas, saringan, handle, dan

SDIT AL uswah Surabaya is one unified Islamic elementary school that has problems ranging from frequent mistake inputting data, loss of data that has been collected, the data is not

jantung pada dinding dada.Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6 dengan apeks jantung... FISIK DIAGNOSTIK JANTUNG DAN