1. Teori Keagenan (Theory Agency) Salah satu asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan principal dan tujuan agen yang berbeda dapat memunculkan konflik dikarenakan manajer organisasi cenderung untuk mengejar tujuan pribadi, hal ini mengakibatkan kecenderungan manajer untuk menfokuskan pada proyek organisasi yang menghasilkan keuntungan yang tinggi dalam jangka pendek ataupun panjang daripada mensejahterakan masyarakat memalui peningkatan pelayanannya di rumah sakit (Azizah,2012). Dalam kinerja manajerial berdasarkan pada teori agensi yaitu teori agensi dapat menjelaskan hubungan pegawai dengan kinerja sebagai agen secara moral untuk mengoptimalkan pelayanan organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut adapun dua kepentingan yang memang berbeda didalam organisasi dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai kemakmuran yang dikehendaki, sehingga munculah informasi antara manajemen dengan direktur yang mampu memberikan atau melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan direktur tentang kinerja ekonomi di organisasi. 17 Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan keberhasilan kinerja manajerial suatu organisasi apabila direktur maupun pegawainya melakukan pekerjaannya secara maksimal dan tidak mengutamakan keuntungan saja. Goal-Setting Theory merupakan salah satu bentuk teori motivasi. Goal-Setting Theory menekankan pada pentingnya hubungan antara tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan. Konsep dasarnya yaitu seseorang yang mampu memahami tujuan yang diharapkan oleh organisasi, maka pemahaman tersebut akan mempengaruhi prilaku kerjanya. Goal-Setting Theory mengisyaratkan bahwa seorang individu berkomitmen pada tujuan (Robbins, 2008). Jika seorang individu memiliki komitmen untuk mencapai tujuannya, maka komitmen tersebut akan mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya. Capaian atas sasaran (tujuan) yang ditetapkan dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu. Secara keseluruhan, niat dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan, merupakan motivasi yang kuat dalam mewujudkan kinerjanya. Individu harus mempunyai keterampilan, mempunyai tujuan dan menerima umpan balik untuk menilai kinerjanya. Capaian atas sasaran (tujuan) mempunyai pengaruh terhadap prilaku pegawai dan kinerja dalam organisasi (Locke and Latham dalam Lunenburg, 2011). Locke dalam Kusuma (2013) menemukan bahwa goal-setting
berpengaruh pada ketepatan anggaran. Setiap organisasi yang telah menetapkan sasaran (goal) 10 yang diformulasikan ke dalam rencana anggaran lebih mudah untuk mencapai target kinerjanya sesuai dengan visi dan misi organisasi itu sendiri. Sebuah anggaran tidak hanya sekedar mengandung rencana dan jumlah nominal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan/ program, tetapi juga mengandung sasaran yang ingin dicapai organisasi. Berdasarkan pendekatan Goal-Setting Theory keberhasilan pegawai dalam mengelola anggaran merupakan tujuan yang ingin dicapai, sedangkan variabel kompensasi, lingkungan kerja dan komitmen organisasi sebagai faktor penentu. Semakin tinggi faktor penentu tersebut maka akan semakin tinggi pula kemungkinan pencapaian tujuannya.
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Manajerial Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebebkan timbulnya keinginan dan
beberapa faktor pendukung dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Dengan memiliki motivasi yang tinggi maka akan mudah meningkatkan kinerja manajerial. Implementasi penaruh motivasi