• Tidak ada hasil yang ditemukan

BALASAN DOSA ZINA DI DUNIA DAN AKHERAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BALASAN DOSA ZINA DI DUNIA DAN AKHERAT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BALASAN DOSA ZINA DI DUNIA DAN AKHERAT

Rasulullah SAW memberitahu bahwa berzina akan dibalas oleh Allah ketika penzina masih hidup didunia. Rasulullah SAW bersabda:

" Dua (2) kejahatan akan dibalas oleh Allah ketika di dunia : zina dan durhaka kepada ibu bapak. (HR Thobaroni) Antara hukuman atau balasan yang akan diterima oleh para penzina ketika masih berada di dunia dan akhirat adalah :

1. Sabda Rasulullah SAW:

Wahai kaum Muslimin! Jauhilah perbuatan zina krn padanya ada 6 macam bahaya, - Tiga di dunia

- Dan tiga di akhirat.

Adapun bahaya yang akan menimpanya di dunia ialah: 1. Lenyapnya cahaya dari mukanya

2. Memendek- kan umur 3. Mengekalkan kemiskinan.

Adapun bahaya yang bakal menimpa di akhirat kelak ialah: 1. Kemurkaan Allah Ta’ala

2. Hisab (perhitungan) yang buruk 3. Siksaan di neraka.

(HR Baihaqi)

2. Sabda Rasulullah SAW:

Berhati-hatilah kamu tentang zina. Sesungguhnya pada zina itu ada enam (6) hukuman. - Tiga semasa di dunia

- Dan tiga lagi di akhirat. Adapun di dunia ialah: 1. rezekinya akan berkurang. 2. hilang keberkahan hidup, dan

3. ruhnya akan keluar dari badan dalam keadaan tertutup dari Allah Ta’ala. Allah tidak akan melihat kepada ruhnya. Adapun nasib yang akan menimpanya di akhirat ialah:

1. Allah akan melihat kepadanya dengan pandangan kemurkaan, yang menyebabkan mukanya akan menjadi hitam.

2. Dia akan ditarik mukanya dengan rantai ke neraka (api) yang paling besar. 3. Kiranya amalannya akan dilakukan dengan teliti dan ketat.

Selain dari balasan dunia dan juga siksaan di akhirat, ada juga hukuman azab ketika berada di dalam kubur bagi mereka yang berzina ketika di dunia.

3. Rasulullah SAW bersabda:

Barang siapa yang memenuhkan (menggunakan) matanya kepada yang haram, Allah akan memenuhkan matanya dengan bara api neraka Jahanam. Barang siapa yang berzina dengan wanita

yang haram baginya, Allah akan meletakkannya di dalam kubur dengan penuh kehausan, menangis, dan sedih. Wajahnya akan dihitamkan seperti gelap gelita. Di tengkuknya akan digantung dengan ikatan rantai dari neraka. Dia akan dipakaikan dengan baju dari api neraka pada tubuhnya.

(2)

Dia juga tidak akan disucikan (dimuliakan) dan bagi mereka azab yang amat pedih. Balasan-balasan serta hukuman lain ketika berada di akhirat kelak ialah:

4. Sabda Rasulullah SAW:

Tiga golongan manusia Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan memandang kepada mereka, dan tidak akan mensucikan mereka, sedang mereka akan ditimpa

siksaan yang pedih, yaitu: 1. Orang tua yang berzina 2. Seorang raja yang pendusta 3. Orang miskin yang sombong. (HR Muslim dan Nasa’I)

Hadis ini menerangkan bahwa balasan yang akan diterima oleh orang tua yang berzina pada hari kiamat kelak ialah Allah tidak akan berbicara dan memandang kepada mereka, sedang mereka tidak akan disucikan (diampunkan dosa) dan akan ditimpakan azab siksa yang pedih.

5. Sabda Rasulullah SAW:

Ahli neraka akan menjerit akibat bau yang terlalu busuk dari kemaluan orang yang berzina. Antara balasan yang akan diterima oleh para penzina di akhirat kelak ialah mereka akan dilemparkan ke dalam neraka dan kemaluan mereka akan mengeluarkan bau yang terlalu amat busuk sehingga menyebabkan para penghuni neraka yang lain menjerit-jerit kemarahan dan merasa tertekan dengan bau yang kuat dan busuk itu..!

Wa na’uzu bi Allahi min zalik!

6. Rasulullah SAW bersabda :

Penzina, pada hari kiamat, akan datang dalam keadaan kemaluan mereka bernyala dengan nyalaan api. Semua makhluk mengenali mereka krn bau kemaluan yang terlalu busuk. Muka-muka mereka akan ditarik ke neraka.

Apabila mereka memasuki neraka, malaikat Malik akan memakaikan mereka dengan sepasang baju besi dari api neraka. Sekiranya baju besi tersebut diletakkan di atas sebuah gunung, nescaya ia akan lebur menjadi abu. Malaikat Malik berkata : “Wahai sekalian malaikat, tancapkan mata-mata mereka dengan paku-paku besi sebagaimana mereka melihat kepada yang haram."

Ikatkan tangan-tangan mereka dengan ikatan api neraka sebagaimana mereka melakukannya (memeluk) kepada perkara yang haram.

Ikatkan kaki-kaki mereka dari ikatan api neraka sebagaimana mereka berjalan kepada tempat yang haram. Malaikat Zabaniah berkata : “Ya…Ya…!

Malaikat Zabaniah mengikat tangan-tangan serta kaki-kaki mereka, dan mata-mata mereka ditancapkan dengan paku neraka.

Mereka semua menjerit dan berkata :

“Wahai sekalian malaikat Zabaniah! Kasihanilah kami …! Ringankanlah kami dari azab siksa buat seketika. ”Malaikat Zabaniah berkata: “Bagaimana kami hendak mengasihi kamu sedangkan Allah Yang Maha Pengasih begitu amat memurkai kamu.”

(3)

Hukuman dan siksaan tetap diteruskan untuk menghukum mereka.

Semasa Isra’ dan Mikraj, Nabi Muhammad SAW menyaksikan balasan yang diterima oleh orang- orang yang berzina

Semoga bermanfaat..

(Arrahmah.com) – Berita tentang perzinaan disetaipembunuhan Deudeh Alfisahrin alias Tata alias Empi yang dilakukan oleh M Prio Santoso alias Rio, sangat memperihatinkan sekali. Lalu ditambah dengan pernyataan Ahok yang mengatakan bahwa akan membuat lokalisasi pelacuran di Jakarta, membuat WTS bersertifikat dengan alasan untuk mengontrol kesehatan dan mengenali para WTS tersebut. Bahkan terakhir memberi pernyataan kalau lokasi sudah di buat Ahok mengatakan, “Mungkin nanti di (area) lokalisasi kita juga tulis, yang merasa suci enggak boleh masuk, gitu loh. Enggak apa-apa, gituloh. Ya kenapa tidak boleh?” Kata Ahok di Balai kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakpus, Senen (27/4/2015) sumber detik.com.

Kita berada di suatu zaman yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai salah satu tanda dari tanda-tanda datangnya hari Kiamat. zaman itu adalah zaman tersebarnya zina, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Di antara tanda-tanda kiamat ialah kebodohan menjadi dominan, ilmu berkurang, zina dilakukan terang-terangan dan minum-minuman keras (seolah-olah ia minum-minuman biasa).” (HR. Bukhari).

Buruknya zina dan hukumannya

Zina adalah perbuatan yang keji dan buruk. Ia merusak kehidupan dunia dan agama seseorang, mematikan rasa malu, mencoreng kehormatan, menyeret pelakunya ke segala jenis keburukan dan diakhiri dengan kekejian.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32) Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, hendaklah kalian dera masing-masing seratus kali. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah kalian dikalahkan oleh rasa kasihan kepada pelaku zina ketika menegakkan hukum-hukum Allah. Hendaklah sejumlah orang mukmin menyaksikan pelaksanaan hukuman dera kepada pelaku zina itu. (QS An-Nuur 2)

Artinya, jangan sampai kalian tidak melaksanakan hukum Allah dengan alasan kasihan dan perasaan iba, karena perasaan kasihan seperti itu adalah perasaan yang bodoh. Dan jika tidak melaksanakan hukuman maka keimanan kepada Allah dan hari kiamat diragukan.

Para ulama berkata, “Ini adalah hukuman bagi pezina perempuan dan laki-laki yang berzina, yang masih belum menikah di dunia. Jika sudah menikah walaupun baru sekali seumur hidup, maka hukuman bagi keduanya adalah di rajam dengan bebatuan sampai mati.

(4)

pencemburu daripada aku. Karena itu, Dia mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.” ( HR. Al-Bukhari & Muslim )

Perbuatan keji zina mengundang kemurkaan Allah, dan menyebabkan adzab-Nya. dari ‘Aisyah ra hadits yang panjang- beliau berkata:

“Dahulu terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kemudian beliau. setelah shalat gerhana- bersabda:” Wahai ummat Muhammad! Demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dibandingkan Allah saat hamba (budak) laki-lakinya atau hamba perempuannya berzina. Wahai ummat Muhammad! Demi Allah,

seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa! Ketahuilah sudahkan aku menyampaikannya?!”

Dalam kitab zabur tertulis, “Sesungguhnya para pezina itu akan di gantung pada kemaluan mereka dineraka dan akan disiksa dengan cambuk besi. Maka jika mereka melolong karena pedihnya cambukan, malaikat Zabaniyah berkata, “Kemana suara ini ketika kamu tertawa-tawa, bersuka ria dan tidak merasa di awasi oleh Allah serta tidak malu kepada-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi Bagi Adam bagian mereka dari zina, mau tidak mau. Kedua mata bisa berzina, dan zina keduanya adalah dengan memandang. Lidah juga bisa berzina dan zina lidah adalah dengan bicara. Kaki juga bisa berzina dan zina kaki adalah langkahnya (menuju kemaksiatan).

Tangan juga bisa berzina, dan zina tangan adalah dengan memegang. Hati bisa berhasrat dan berangan-anagan; kamaluan yang akan membuaktikan zina itu kenyataan atau tidak. (Bukhri & Muslim)

Demikian pula bahwa barangsiapa meletakkan tangannya pada seorang wanita dengan disertai syahwat, pada hari kiamat nanti akan datang dengan tangan terbelenggu di leher. Jika ia menciumnya, kedua mulutnya akan digadaikan di neraka. Dan jika dengannya pahanya akan berbicara dan bersaksi pada hari kiamat nanti. Ia akan berkata, “Aku telah berbuat sesuatu yang haram. “Maka Allah akan memandang dengan pandangan yang murka. Pandangan Allah ini mengenai wajah orang itu dan ia pun mengingkarinya. malah bertanya, “Apa yang telah aku lakukan? Tiba-tiba seraya bersaksi lidahnya berkata, “Aku telah mengucapkan kata-kata yang haram. Kedua tangannya bersaksi, “Aku telah

memegang sesuatu yang haram. Kedua matanya juga bersaksi, “Aku telah melihat yang diharamkan. Kedua kakinya juga bersaksi, ‘Aku telah berjalan menuju kepada yang haram Kemaluannya berkata, “Aku telah melakukannya.” Malaikat penjaga berkata, “Aku telah mendengarnya,” Yang satu lagi berkata, “Aku telah melihatnya.” Akhirnya Allah berfirman, “Wahai para malaikat-Ku, bawa orang itu dan timpakan kepadanya adzab-Ku. Aku sudah teramat murka kepada seseorang yang tidak punya malu kepada-Ku.”

Riwayat ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu

mereka kerjakan. (QS. An-Nur : 24)

Dan dari Samurah bin Jundab radhiyallahu ‘anhu berkata dalam hadits yang panjang, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya semalam datang kepadaku dua malaikat. (Dalam mimpi) keduanya

membangunkanku. Lalu keduanya berkata kepadaku:”Berangkatlah!” Lalu aku berangkat bersama keduanya.”…sampai sabda beliaus SAW:” Lalu kami berangkat lagi. Lalu kami mendatangi sesuatu yang (bentuknya) seperti tungku pembakaran.” (Perawi berkata: Saya kira bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sabda:” Ternyata di dalamnya ada hiruk pikuk teriakan dan suara-suara.”). Beliau bersabda:” Maka kami melihat ke dalamnya.

(5)

Siapa mereka.” Keduanya berkata kepadaku:” Pergilah, pergilah!.” hingga Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:” Dan adapun para lelaki dan para kaum wanita yang sama-sama telanjang bulat di suatu tempat yang mirip tungku pembakaran adalah para pezina.(HR. al-Bukhari)

Dan di antara dalil yang menunjukkan betapa buruknya perbuatan maksiat ini adalah bahwa ia digandengkan dengan dosa murtad dan membunuh.

Juga orang-orang yang menyembah tuhan-tuhan selain Allah. Orang-orang itu tidak mau membunuh manusia yang telah Allah haramkan membunuhnya, kecuali dengan jalan yang dibenarkan syariat. Orang-orang itu juga tidak mau berzina. Siapa saja yang berzina atau membunuh dengan cara melanggar syariat ia akan mendapatkan adzab yang berat. Pada hari kiamat, ia mendapatkan adzab yang berlipat-lipat ganda di neraka dan terhina selama-lamanya. Kecuali ia bertaubat, beriman dan beramal shalih. Dosa-dosa mereka akan Allah tukar dengan pahala. Allah senantiasa Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya. (QS Al-Furqan 68-70)

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak halal (ditumpahkan) darah seorang muslim melainkan karena salah satu dari tiga sebab; Orang tua (muhshon/pernah menikah) yang berzina, jiwa dengan jiwa (qishash/hukum bunuh bagi pembunuh), dan orang yang meninggalkan agama yang memisahkan diri dari kelompoknya (maksudnya murtad dari Islam).” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Maka –wahai hamba Allah- masalah ini adalah masalah yang berbahaya. Dan telah datang hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda:”Tidaklah berzina seorang pezina ketika dia melakukan zina sedangkan dia dalam keadaan beriman (iman yang sempurna), tidaklah mencuri ketika mencuri sedangkan dia dalam keadaan beriman, dan tidaklah meminum khomr (minuman keras) sedangkan dia dalam keadaan beriman. Dan taubat terbuka (bagi pelakunya) setelah itu.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Dan kejahatan zina yang dilakukan oleh orang yang sudah tua lebih buruk dan jelek dibandingkan yang dilakukan oleh anak muda (walaupun keduanya sama-sama buruk). Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Tiga (golongan manusia) yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada Hari Kiamat, tidak dilihat oleh-Nya (dengan pandangan kasih), tidak disucikan oleh-Nya dan bagi mereka siksa yang pedih, yaitu; Laki-laki tua yang

berzina, Raja yang suka berbohong dan orang miskin yang berlagak sombong.” (Hadits riwayat Ahmad dan Muslim)

Dan berzina akan lebih besar lagi dosa dan hukumannya jika dilakukan dengan tetangganya.

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:” Aku bertanya:.

“Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam! Dosa apa yang paling besar?” Beliau menjawab:” Engkau menjadikan sekutu bagi Allah (berbuat syirik), padahal Dialah yg

menciptakanmu.” Aku berkata:” Kemudian apa lagi?” Beliau bersabda:” Engkau membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu.” Aku bertanya lagi:” Kemudian apa lagi?” Beliau bersabda:” Engkau berzina dengan isteri tetanggamu.”

(6)

Rasulullah juga bersabda, “Di Jahanam ada sebuah lembah yang dipenuhi oleh ular berbisa. Ukurannya sebesar leher unta. Ukurannya sebesar leher unta. Ular-ular ini akan mematuk orang yang meninggalkan shalat dan bisanya akan menggerogoti tubuhnya selama 70 tahun, lalu terkelupaslah daging-dagingnya. Di sana juga ada lembah yang namanya Jubb al-Huzn. Ia dipenuhi ular dan kalajengking. Ukuran kalajengkinya sebesar bighal (peranakan kuda dan keledai). Ia memiliki 70 sengat. Masing-masingnya memiliki kantung bisa. Ia akan menyengat pezina dan memasukkan isi kantung bisanya ke dalam tubuh pezina itu. Ia akan merasakan pedih sakitnya selama 1000 tahun. Lalu terkelupaslah daging-dagingnya dan akan mengalir dari kemaluannya nanah dan darah busuk.

“Tentang tafsir bahwa Jahanam itu “ia memiliki tujuh pintu’ (Al-Hijr 44).

Atha’ berkata, “Pintu yang paling hebat panas dan sengatannya dan yang paling busuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi para pezina yang berzina setelah mereka tahu keharamannya.

Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “Wahai sekalian orang-orang Islam, takutlah kalian dari melakukan zina. Sungguh padanya ada enam azab; tiga di dunia dan tiga di akhirat. Yang di dunia adalah hilangnya kharisma wajah, pendeknya umur, dan kefakiran yang berkepanjangan. Adapun yang di akhirat adalah kemurkaan Allah, buruknya hisab dan adzab neraka.”

Tetapi jika mereka bertobat beriman dan beramal shalih maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya… Kecuali ia bertaubat, beriman dan beramal shalih. Dosa-dosa mereka akan Allah tukar dengan pahala. Allah senantiasa Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya. (QS Al-Furqan 70)

Sebab-sebab yang menjerumuskan kepada perbuatan zina. Di antara sebab-sebab adalah

1. Bersolek dan keluarnya wanita dari rumah serta sikap menyepelekan terhadap hijab (jilbab) yang syar’i. AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan hendaklah kamutetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu …” (QS. Al-Ahzaab: 33)

2. Di antara penyebab zina adalah seorang wanita yang melemahlembutkan suaranya, atau tulisan-tulisan dimedia sosial yang menggoda akan membuka pintu-pintu fitnah.“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya(QS: Al-Ahzab : 32)

3. Di antara sebab zina adalah berkhalwat (berdua-duan) dengan orang asing (bukan mahram), safarnya seorang perempuan tanpa mahram. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita (di tempat sepi) kecuali bersama mahramnya. Lalu seorang laki-laki bangkit seraya berkata:” Wahai Rasulullah, isteriku berangkat hendak menunaikan haji sementara aku diwajibkan untuk mengikuti perang ini dan ini.” Beliau bersabda:” (kalau begitu) Pulanglah kamu dan tunaikanlah haji bersama isterimu.” [HR Al-Bukhari dalam Al-Jihad (3006), Muslim dalam Al-Hajj (1341)]

(7)

pandangan adalah perantara menunju zina dan penyebab kekejian.Dikatakan bahwa, “Pandangan mata adalah kurirnya zina”. Dalam satu hadist bahwa “Pandangan itu anak panah beracun diantara sekian anak panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena Allah, niscaya Allah akan mewariskan lezatnya ibadah dihatinya yang dapat dirasakan sampai hari kiamat.” (HR al-Hakim). Ibnu Qayyim berkata, “Allah Swt telah menjadikan mata sebagai cerminan hati. Apabila seorang hamba telah mampu meredam pandangan matanya, berarti hatinya telah mampu meredam gejolak syahwat dan ambisinya. Apabila matanya tidak dijaga, maka hatinya juga akan liar mengumbar syahwat”

5. Di antara sebab zina adalah ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan perempuan) di pasar-pasar, tempat kerja, sekolah, pesta, dan event-event yang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang ikhtilath di masjdi-masjid padahal ia adalah tempat yang paling dicintai Allah, dan juga ketika shalat padahal ia adalah tiang Islam. Maka tentunya selain itu lebih dilarang lagi. Di antara hal itu adalah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik shaf lelaki adalah shaf yang awal dan sejelek-jelek shaf lelaki adalah yang akhirnya. Sebaik-baik shaf wanita adalah shaf yang terakhir dan sejelek-jelek shaf wanita adalah yang paling awal.”

(HR. Muslim)

Bagaimana jika seseorang sudah berzina dan membunuh lagi! Betapa besar dosanya! Bagaimana penguasa malah melegalkan dan menfasilitasi dengan memberikan lokasi khusus untuk perzinahan?

Wahai saudaraku, renungkanlah ayat-ayat diatas, sampaikankanlah kepada saudara-saudara atau teman-teman yang belum tahu bagaimana siksa yang sangat pedih di akhirat jika berzina, dengan email, wa, facebook. Mungkin dengan membaca ayat-ayat tersebut bagi mereka yang belum melakukan atau sudah melakukan zina akan takut dan bertaubat. Karena nanti ditanyakan sama Allah di akherat, kenapa kita tidak memberi nasehat?

Kami mohon ampun kepada Allah yang Maha Pemberi agar mengampuni semua dosa-dosa kita.

Penulis Abu Azzam

- See more at: https://www.arrahmah.com/kajian-islam/dosa-besar-zina-sebab-dan-azabnya.html#sthash.vXuaIjvC.dpuf

HUKUMAN UNTUK PEZINA

Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi

Tidak dapat dipungkiri, meninggalkan syari’at islam akan menimbulkan akibat buruk di dunia dan akhirat. Kaum muslimin jauh dari ajaran agama mereka, menyebabkan mereka kehilangan kejayaan dan kemuliaan. Diantara ajaran islam yang ditinggalkan dan dilupakan oleh kaum muslimin adalah hukuman bagi pezina (Hadduz-Zinâ). Sebuah ketetapan yang sangat efektif menghilangkan atau mengurangi masalah perzinahan. Ketika hukuman ini tidak dilaksanakan, maka tentu akan menimbulkan dampak atau implikasi buruk bagi pribadi dan masyarakat.

Realita dewasa ini mestinya sudah cukup menjadi pelajaran bagi kita untuk memahami dampak buruk ini.

(8)

DEFINISI ZINA.

Istilah zina sudah masuk dalam bahasa Indonesia, namun untuk memahami hukum syari’at tentang masalah ini kita perlu mengembalikannya ke pengertian menurut bahasa Arab dan syari’at supaya pas dan benar.

Dalam bahasa arab, zina diambil dari kata : ىنيزي يننززيي ى ى نزن ءىانيزنو ، yang artinya berbuat fajir (nista).[1]

Sedangkan dalam istilah syari’at zina adalah melakukan hubungan seksual (jima’) di kemaluan tanpa pernikahan yang sah, kepemilikan budak dan tidak juga karena syubhat.[2]

Ibnu Rusyd rahimahullah menyatakan: Zina adalah semua hubungan seksual (jima’) diluar pernikahan yang sah dan tidak pada nikah syubhat dan kepemilikan budak. (Definisi ini) secara umum sudah disepakati para ulama islam, walaupun mereka masih berselisih tentang syubhat yang dapat menggagalkan hukuman atau tidak ?[3]

HUKUM ZINA

Perbuatan zina diharamkan dalam syari’at islam, termasuk dosa besar, berdasarkan dalil-dalil berikut ini:

1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

ءياسي وي لىيبنسي

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. [al-Isrâ/17:32]

2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina”. [al-Furqân/25: 68-69]

Dalam hadits, Nabi juga mengharamkan zina seperti yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu ‘anhu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

ته لزأي سي

“Aku telah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Dosa apakah yang paling besar ? Beliau menjawab : Engkau menjadikan tandingan atau sekutu bagi Allah , padahal Allah Azza wa Jalla telah menciptakanmu. Aku bertanya lagi : “Kemudian apa?” Beliau menjawab: Membunuh anakmu karena takut dia akan makan bersamamu.” Aku bertanya lagi : Kemudian apa ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab lagi: Kamu berzina dengan istri tetanggamu”.[4,5]

Sejak dahulu hingga sekarang, kaum muslimin sepakat bahwa perbuatan zina itu haran. Imam Ahmad bin Hambal rahimahullaht berkata : Saya tidak tahu ada dosa yang lebih besar dari zina (selain) pembunuhan.[6]

HUKUMAN PEZINA.

(9)

Hukuman pezina diawal Islam berupa kurungan bagi yang telah menikah dan ucapan kasar dan penghinaan kepada pezina yang belum menikah (al-Bikr). Allah Azza wa Jalla berfirman : ” Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya. Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. [an-Nisâ`/ 4:15-16]

Kemudian sanksi itu diganti dengan rajam (dilempar batu) bagi yang telah menikah (al-Muhshân) dan dicambuk seratus kali bagi yang belum menikah (al-Bikr) dan ditambah pengasingan setahun.

a. Pezina al-Muhshân

Pezina yang pernah menikah (al-Muhshân) dihukum rajam (dilempar dengan batu) sampai mati. Hukuman ini berdasarkan al-Qur`an, hadits mutawatir dan ijma’ kaum muslimin[7]. Ayat yang menjelaskan tentang hukuman rajam dalam al-Qur`an meski telah dihapus lafadznya namun hukumnya masih tetap diberlakukan. Umar bin Khatthab Radhiyallahu ‘anh menjelaskan dalam khuthbahnya :

نن إن

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan al-Qur`an kepada NabiNya dan diantara yang diturunkan kepada beliau adalah ayat Rajam. Kami telah membaca, memahami dan mengetahui ayat itu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaksanakan hukuman rajam dan kamipun telah melaksanakannya setelah beliau. Aku khawatir apabila zaman telah berlalu lama, akan ada orang-orang yang mengatakan: “Kami tidak mendapatkan hukuman rajam dalam kitab Allah!” sehingga mereka sesat lantaran meninggalkan kewajiban yang Allah Azza wa Jalla telah turunkan. Sungguh (hukuman) rajam adalah benar dan ada dalam kitab Allah untuk orang yang berzina apabila telah pernah menikah (al-Muhshân), bila telah terbukti dengan pesaksian atau kehamilan atau pengakuan sendiri”. [8]

Ini adalah persaksian khalifah Umar bin al-Khatthâb Radhiyallahu ‘anhu diatas mimbar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dihadiri para sahabat sementara itu tidak ada seorangpun yang mengingkarinya [9]. Sedangkan lafadz ayat rajam tersebut diriwayatkan dalam Sunan Ibnu Mâjah berbuny :

خهيزشن لاوي

“Syaikh lelaki dan perempuan apabila keduanya berzina maka rajamlah keduanya sebagai balasan dari Allah

Subhanahu wa Ta’ala dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana [10].

Sedangkan dasar hukuman rajam yang berasal dari sunnah, maka ada riwayat mutawatir dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam baik perkataan maupun perbuatan yang menerangkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah merajam pezina yang al-Muhshân (ats-Tsaib al-Zâni)[11]

(10)

Ibnu Qudâmah rahimahullah menyatakan: Kewajiban merajam pezina al-muhshân baik lelaki atau perempuan adalah pendapat seluruh para ulama dari kalangan sahabat, tabi’in dan ulama-ulama setelah mereka diseluruh negeri islam dan kami tidak mengetahui ada khilaf (perbedaan pendapat diantara para ulama) kecuali kaum Khawarij [13].

Meski demikian, hukuman rajam ini masih saja diingkari oleh orang-orang Khawarij dan sebagian cendikiawan modern padahal mereka tidak memiliki hujjah dan hanya mengikuti hawa nafsu serta nekat menyelisihi dalil-dalil syar’i dan ijma’ kaum muslimin. Wallahul musta’an.

Hukuman rajam khusus diperuntukkan bagi pezina al-muhshân (yang sudah menikah dengan sah-red) karena ia telah menikah dan tahu cara menjaga kehormatannya dari kemaluan yang haram dan dia tidak butuh dengan kemaluan yang diharamkan itu. Juga ia sendiri dapat melindungi dirinya dari ancaman hukuman zina. Dengan demikian, udzurnya (alasan yang sesuai syara’) terbantahkan dari semua sisi . dan dia telah mendapatkan kenikmatan sempurna. Orang yang telah mendapatkan kenikmatan sempuna (lalu masih berbuat kriminal) maka kejahatannya (jinayahnya) lebih keji, sehingga ia berhak mendapatkan tambahan siksaan[15].

Syarat al-Muhshân.

Rajam tidak diwajibkan kecuali atas orang yang dihukumi al-Muhshân. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang dihukumi sebagai al-Muhshaan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Pernah melakukan jima’ (hubungan seksual) langsung di kemaluan. Dengan demikian, orang yang telah melakukan aqad pernikahan namun belum melakukan jima’ , belum dianggap sebagai al-Muhshân.

2. Hubungan seksual (jima’) tersebut dilakukan berdasarkan pernikahan sah atau kepemilikan budak bukan hubungan diluar nikah

3. Pernikahannya tersebut adalah pernikahan yang sah.

4. Pelaku zina adalah orang yang baligh dan berakal.

5. Pelaku zina merdeka bukan budak belian.

Dengan demikian seorang dikatakan al-Muhshân, apabila kriteria diatas sudah terpenuhi.[16]

b. Pezina Yang Tidak al-Muhshân

Pelaku perbuatan zina yang belum memenuhi kriteria al-muhshân, maka hukumannya adalah dicambuk sebanyak seratus kali. Ini adalah kesepakatan para ulama berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah (cambuklah) tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera (cambuk)”. [An-Nûr/24:2]

Al-Wazîr rahimahullah menyatakan : “Para ulama sepakat bahwa pasangan yang belum al-muhshân dan merdeka (bukan budak-red), apabila mereka berzina maka keduanya dicambuk (dera), masing-masing seratus kali.

Hukuman mati (dengan dirajam-red) diringankan buat mereka menjadi hukuman cambuk karena ada udzur (alasan syar’i-red) sehingga darahnya masih dijaga. Mereka dibuat jera dengan disakiti seluruh tubuhnya dengan cambukan. Kemudian ditambah dengan diasingkan selama setahun menurut pendapat yang rajah, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

اوزذهخه يز نزعي ، اوزذهخه يز نزعي ، د ز قي لي عيجي ههلنلا نن ههلي ل

ى يزبنسي ، رهكزبنلزا رنكزبنلزابن د

ه لزجن ةةئيامن به يزرنغزتيوي م

(11)

“Ambillah dariku! ambillah dariku! Sungguh Allah telah menjadikan bagi mereka jalan, yang belum al-muhshaan dikenakan seratus dera dan diasingkan setahun.” [HR Muslim].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan : “Apabila tidak muhshân , maka dicambuk seratus kali, berdasarkan al-Qur`an dan diasingkan setahun dengan dasar sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [17].

KEKHUSUSAN HUKUMAN PEZINA.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan tiga karakteristik khusus bagi hukuman zina :

1. Hukuman yang keras, yaitu rajam untuk al-Muhshân dan itu adalah hukuman mati yang paling mengenaskan dan sakitnya menyeluruh keseluruh badan. Juga cambukan bagi yang belum al-muhshân merupakan siksaan terhadap seluruh badan ditambah dengan pengasingan yang merupakan siksaan batin.

2. Manusia dilarang merasa tidak tega dan kasihan terhadap pezina

3. Allah memerintahkan pelaksanaan hukuman ini dihadiri sekelompok kaum mukminin. Ini demi kemaslahatan hukuman dan lebih membuat jera.

Hal ini disampaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman” [an-Nûr/24:2]

SYARAT PENERAPAN HUKUMAN ZINA.

Dalam penerapan hukuman zina diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Pelakunya adalah seorang mukallaf yaitu sudah baligh dan berakal (tidak gila).

2. Pelakunya berbuat tanpa ada paksaan.

3. Pelakunya mengetahui bahwa zina itu haram, walaupun belum tahu hukumannya.[18]

4. Jima’ (hubungan seksual) terjadi pada kemaluan.

5. Tidak adanya syubhat. Hukuman zina tidak wajib dilakukan apabila masih ada syubhat seperti menzinahi wanita yang ia sangka istrinya atau melakukan hubungan seksual karena pernikahan batil yang dianggap sah atau diperkosa dan sebagainya.

Ibnu al-Mundzir rahimahullah menyatakan : “Semua para ulama yang saya hafal ilmu dari mereka telah berijma’ (bersepakat) bahwa had (hukuman) dihilangkan dengan sebab adanya syubhat.” [19]

6. Zina itu benar-benar terbukti dia lakukan. Pembuktian ini dengan dua perkara yang sudah disepakati para ulama yaitu:

(12)

6.2. Persaksian empat saksi yang melihat langsung kejadian, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa

“Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu.” [an-Nûr/24:13]

ني يذنلناوي

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang-orang saksi.….” [An-Nûr/24:4]

Persaksian yang diberikan oleh para saksi ini akan diakui keabsahannya, apabila telah terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Mereka bersaksi pada satu majlis

b. Mereka bersaksi untuk satu kejadian perzinahan saja

c. Menceritakan perzinahan itu dengan jelas dan tegas yang dapat menghilangkan kemungkinan lain atau menimbulkan penafsiran lain seperti hanya melakukan hal-hal diluar jima’.

d. Para saksi adalah lelaki yang adil

e. Tidak ada yang menghalangi penglihatan mereka seperti buta atau lainnya.

Apabila syarat-syarat ini tidak sempurna, maka para saksi dihukum dengan hukuman penuduh zina. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang-orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima keksaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik” [an-Nûr/24:4]

Penetapan terjadinya perbuatan zina dan pemutusan saksi dengan berdasarkan persaksian dan pengakuan si pelaku yang disebutkan diatas, telah disepakati oleh para ulama. Dan para ulama masih berselisih pendapat tentang hamil diluar nikah. Bisakah hal ini dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan bahwa telah terjadi perbuatan zina atau orang ini telah melakukan perbuatan zina sehingga berhak mendapatkan sanksi ?

Para ulama berselisih menjadi dua pendapat :

Pertama : Pendapat jumhur yaitu madzhab Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hambaliyah (hanabilah) menyatakan bahwa hukuman pezina tidak ditegakkan atau dilaksanakan kecuali dengan pengakuan dan persaksian saja.

Kedua : Pendapat madzhab Malikiyah menyatakan hukuman pezina dapat ditegakkan dengan indikasi kehamilan.

(13)

apabila ketahuan hamil dalam keadaan tidak memiliki suami, tidak memiliki tuan (jika ia seorang budak-red) serta tidak mengklain adanya syubhat dalam kehamilannya.[20]

Beliau rahimahullah pun menyatakan : “Inilah yang diriwayatkan dari para khulafâ’ rasyidin dan ia lebih pas dengan pokok kaedah syari’at.[21]

Dalil beliau rahimahullah dan juga madzhab Malikiyah adalah pernyataan Umar bin Khatthab Radhiyallahu ‘anhu dalam khutbahnya :

وي نن إنن مي جز رنلا ق

ق حي تن بناثي يز فن بن اتيكن هنللا ىليعي نز مي انيزي اذيإن ني صي حز أي اذيإن تن مياقي ةهنييزبيلزا وزأي ني اكي لبيحيلزا وزأي

فاريتنعزلن ا .

“Sungguh rajam adalah benar dan ada dalam kitab Allah atas orang yang berzina apabila telah pernah menikah (al-Muhshaan), bila tegak padanya persaksian atau kehamilan atau pengakuan sendiri” [22].

Jelaslah dari pernyataan Umar bin al-Khatthab Radhiyallahu ‘anhu diatas bahwa beliau menjadikan kehamilan sebagai indikasi perzinahan dan tidak ada seorang sahabatpun waktu itu yang mengingkarinya.

al-Hâfidz Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari riwayat Umar Radhiyallahu ‘anhu diatas dengan menyatakan: (Dalam pernyataan Umar diatas) ada pernyataan bahwa wanita apabila didapati dalam keadaan hamil tanpa suami dan juga tidak memiliki tuan, maka wajib ditegakkan padanya hukuman zina kecuali bila dipastikan adanya keterangan lain tentang kehamilannya atau akibat diperkosa.[23]

Demikianlah, mudah-mudahan bermanfaat.

Referensi:

1. Hâsyiyah ar-Raudh al-murbi’ syarh Zad al-Mustaqni’, Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qâsim, cetakan ke-6 tahun 1417 H tanpa penerbit.

2. al-Mulakhash al-Fiqhiy, Syaikh Shalih bin Fauzân ali Fauzân, cetakan pertama tahun 1422 H, Ri’asah Idaarah al-Buhuts al-‘Ilmiyah wa al-Ifta’.

3. Al-Mughni, Imam Ibnu Qudamah, Tahqiq Abdullah bin Abdulmuhsin at-Turki, cetakan kedua tahun 1413H, penerbit Hajar

4. Tas-hîlul-Ilmâm bi Fiqhi Lil Ahâdits Min Bulûgh al-Marâm, Syaikh Shalih bin Fauzân ali Fauzân, cetakan pertama tahun 1427 H. tanpa penerbit.

5. Syarhu al-Mumti’ ‘Ala Zâd al-Mustaqni’ , Syaikh Muhamad bin shâlih al-Utsaimin, cetakan pertama tahun 1427 H, Dar ibnu al-Jauzi.

6. Taisîr al-Fiqhi al-Jâmi’ Li Ikhtiyârât al-Fiqhiyah Lisyaikh al-Islam Ibnu Taimiyah, DR. Ahmad Muwâfi cetakan pertama tahun 1416 H, Dar Ibnu al-Jauzi.

(14)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

[1]. al Muhîth

[2]. Hâsyiayah ar-Raudh al-murbi’ 7/312

[3]. Bidâyah al-Mujtahid 2/529 dan lihat ar-Raudh al-Murbi’ syarh Zâd al-Mustaqni’ 7/312 dan al-Mulakhash al-Fiqh hal. 528

[4]. HR Bukhâri dalam kitab Adab, Bab Qatlul-Walad Khasy-yata ayya`kula ma’ahu 10/33 dan Muslim dalam kitab al-Iimân 2/80.

[5]. Lihat lebih lanjut kitab al-Mughni 12/308

[6]. ar-Raudh al-Murbi’ 7/312

[7]. Lihat Tashîlul-Ilmâm Bi Fiqhi Lil Ahâdîts Min Bulûgh al-Marâm, Shalih al-fauzân 5/230

[8]. HR al-Bukhâri dalam kitab al-Hudûd, Bab al-I’tirâf biz-Zinâ 1829 dan Muslim dalam kitab al-Hudûd no. 1691.

[9]. Dari pernyataan Syeikh Ibnu Utsaimin dalam Syarhu al-Mumti’ 14/229.

[10]. HR Ibnu Mâjah kitab al-Hudûd Bab ar-Rajmu dan dishahihkan al-Albâni dalam Shahîh Sunan Ibnu Mâjah 2/81

[11]. Tas-hîlul-Ilmâm bi Fiqhi Lil Ahâdîts Min Bulûgh al-Marâm, Syaikh Shâlih al-Fauzân 5/230.

[12]. Dinukil dari al-Mughni 12/310.

[13]. Al-Mughni 12/309..

[14]. Cuplikan dari ar-Raudh al-Murbi’ 7/312.

[15]. Cuplikan dari al-Mulakhas al-Fiqhi 2/529.

[16]. Lihat penjelasan para ulama tentang hal ini dalam al-Mughni 12/314-318.

[17]. Majmû’ Fatâwâ 28/333 dinukil dari Taisîr al-Fiqhi al-Jâmi’ Li Ikhtiyârât al-Fiqhiyah Lisyaikhil Islâm Ibnu Taimiyah, DR. Ahmad Muwâfi 3/1445.

[18]. Syarhu al-Mumti’ 14/207-210

[19]. al-Mulakhas al-Fiqhiy, 530-531

[20]. Lihat Majmu’ Fatawa 28/334

[21]. ibid

[22]. HR al-Bukhaari dalam kitab al-Hudud, Bab al-I’tiraf biz-Zinaa 1829 dan Muslim dalam kitab al-Hudud no. 1691.

[23]. Fathu al-Baari 12/160

(15)

Apakah dosa Zina diampuni?

Assalamu’alaikum ustadz, saya ingin bertanya:

1. Apakah dosa berzina itu diampuni?

2. Apakah dengan pembersihan diri ke jalan yang benar dan bertaubat dengan sungguh2 (amal sholeh, dhuha, tahajud, lima waktu dan bahkan iktikaf) dengan tujuan memohon ampun akan diterima?

Karena demi Allah saya benar-benar menyesali semuanya dikarenakan kelalaian akibat kurangnya ilmu agama waktu kecil dan saya takut semua pertaubatan itu tidak diterima. jadi kalo saya tahajud sering menangis karena ketakutan saya akan MURKA-NYA dan juga akan AZAB-NYA kelak..

Matur nuwun, sekali lagi terima kasih buat tambahan ilmunya. Wassalam

Yud*****@yahoo.com

Jawaban

Wasslamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saudaraku yang dirahmati Allah Subhanahuwata’ala.

Ketahuilah bahwa perbuatan zina termasuk dosa yang dapat diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berdasarkan firman-Nya dalam Surat An-Nisaa’, ayat ke-48 dan ke-116:

ءهَآش

ي يي نميلن ك

ي لنذي نيودهامي رهفنغزييوي هنبن كيريشزيه نأي رهفنغزييلي هيللا ننإن

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya…”

Ayat diatas menerangkan bahwa dosa-dosa apapun yang telah diperbuat entah itu dosa kecil atau dosa besar selama hal itu tidak menyekutukan-Nya, maka jika sang pelaku tersebut bertaubat dengan taubatan nasuha, niscaya akan diampuni oleh Allah Subhanahuwata’ala.

Selanjutnya jika orang yang telah terjerumus ke dalam perbuatan tercela ini jika dia bertaubat dengan taubatan nasuha, taubat yang benar yang diiringi dengan perbaikan diri dengan beramal

shalih dengan berbagai macamnya, menyesalinya dan tidak ingin kembali melakukannya maka taubatnya

ini akan dapat menghapuskan dosa atas idzin Allah. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

.”هل بنذ ل نمك بنذلا نم بئاتلا“

“Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa”. (HR. Ibnu Majah)

(16)

مهتائيسسس هسسللا لدسسبي كسسئلوأف احلاص لمع لمعو نماءو بات نم لإ“

بوسستي هنإسسف احلاص لمعو بات نمو .اميحر اروفغ هللا ناكو تانسح

.”اباتم هللا ىلإ

“Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan amal shalih; maka mereka itulah yang kejahatannya diganti Allah dengan kabaikan, dan Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang. Dan barang siapa bertaubat dan beramal shalih maka seseungguhnya dia telah bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya “. (QS. Al-Furqan: 70-71)

Terakhir ketika dia sudah bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya (taubatan Nasuha), maka dia juga harus menutupi dan jangan mengumbar atau berbangga diri dengan perbuatan hina tersebut. Cukuplah dia tutupi aibnya ini dan Allah akan menutupi aibnya tersebut.

Semoga Allah subhanahuwata’ala senantiasa menunjukkan kita kepada jalan yang diridhoi-Nya.

Dijawab oleh: Tim Solusi Islam

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu manajemen sumber daya manusia, khususnya mengenai kompetensi yang dikaitkan dengan kinerja

Stabilitas toksikologi sediaan sirup dilakukan untuk menguji kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan

TPA An Nur mulai terbentuk pada tahun 1996 yang didirikan oleh Keluarga Euis Komariah (atau lebih dikenal dengan mbak Kokom) atas dasar dalam bakti di dunia

KUHAP mencantumkan 3 (tiga) kemungkinan dari kesimpulan hakim pada pasal 1 butir 11 yaitu berupa pemidanaan, bebas, atau lepas dari segala tuntutan hukum. Dalam hal

Kemudian data-data yang telah terangkum dalam database SNMPTN diolah dengan menggunakan algoritma Fuzzy AHP, dimana panitia SNMPTN akan menginput parameter adaptif

stream kolom ini masuk ke side stripper 2-4.Fasa gas dikembalikan ke kolom dan fasa cair didinginkan kemudian dijadikan produk Naphta II.Produk bawah kolom 1-3 didinginkan sebaagi

Dalam penelitian ini diuji apakah average abnormal return pada periode sebelum event Idul Fitri (September 2010) lebih besar dari average abnormal return pada periode

Setclah perjanjian tersebut di atas ditandatangani, Belanda langsung menduduki kembali Muara Kumpeh, sedangkan di Muara Sabak diadakan penjagaan kuat ( 11, p.