• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1 4 suku alifuru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bab 1 4 suku alifuru"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebudayan adalah hasil cipta,rasa dan karsa manusia dalam memnuhi kebutuhanhidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susilla, hukum adat dan setiap kecakapan,dan kebiasaan.

Budaya indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional,kebudayaan lokal,maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di indonesia sebelum indonesia merdeka pada tahun 1945

Kebudayaan daerah merupakan cerminan berbagai aspek kehidupan masyarakat diseluruh daerah indonesia yang mencakup kebiasaan serta nilai nilai penting dan diwariskan dari generasi ke generasi,dalam hal ini kami kelompok akan membahas mengenai suku alifuru yang ada di maluku, suku ini berada di pulau seram,dan kebanyakan penduduk suku ini tinggal di pegunungan yang dinamakan suku alifuru gunung, ada salah satu budaya yang kami anggkat di dalam tugas kali ini,yaitu praktik kesehatan dan kesehatan ibu dan anak,di dalam tradisi ini seorang wanita yang hendak melahirkan harus mengasingkan diri ke gubuk pamali yang sudah disediakan oleh kaum lelaki suku, dan akan menjalani pengobatan tradisional selama di gubuk dan akan dilayani oleh biang kampong ( sebutan untuk dukun beranak ).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah masalah yang akan dibahas :

1. Bagaaimana agama dan kepercayaan suku alifuru ? 2. Bagaimana pandangan suku tentang sehat dan sakit ? 3. Bagaimana praktek kesehatan yang dilakukan suku alifuru ? 4. Apa saja budaya sosial suku alifuru ?

5. Bagaimana kesehatan ibu dan anak ? 6. Apa saja hal hal privasi suku alifuru ? 7. Apa makanan khasnya suku alifuru ? 1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang akan dicapai yaitu :

1. Mengetahui agama dan kepercayaan suku alifuru 2. Mengetahui pandangan suku tentang sehat dan sakit

3. Mengetahui praktek kesehatan yang dilakukan suku alifuru 4. Mengetahui budaya budaya suku alifuru

(2)

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Agama dan kepercayaan

Mayoritas penduduk Maluku Tengah beragama Nasrani dan minoritas beragama Islam, walaupun mereka telah memeluk agama Islam dan Nasrani tapi mereka masih nampak sisa sisa religi sebelum agama Islam dan Nasrani muncul. Mereka masih percaya akan adanya roh roh yang harus dihormati dan diberi makan, minum dan tempat tinggal agar mereka tidak mengganggu bagi orang yang masih hidup di dunia ini, Mereka pun percaya kepada makhluk-makhluk jahat yang bisa mendatangkan panyakit.

Untuk masuk baileu misalnya mereka harus melakukan upacara lebih dahulu untuk meminta izin kepada roh nenek moyang yang ada di Baileu. Adapun orang yang ikut dalam upacara tersebut adalah tuan negeri atau sesepuh. Orang yang masuk baileu harus memakai pakaian hitam serta kalung warna merah yang dikalungkan ke bahu. Zaman sekarang orang Maluku telah meninggalkan upacara memanggil roh nenek moyang, kurban kurban yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang serta pemujaan roh nenek moyang.

Orang maluku mengenal upacara cuci negeri yang pada umumnya sama dengan upacara bersih desa yang dilakukan orang di pulau Jawa. Semua penduduk desa harus membersihkan sesuatu dengan cara yang baik dan benar. Bangunan bangunan yang harus dibersihkan adalah Baileu, rumah rumah warga dan pekarangan, bila tidak dilakukan dengan benar maka akan ada sangsinya yaitu mereka akan jatuh sakit. Seluruh warga desa akan terkena wabah penyakit atau panennya gagal.

Orang Maluku pada umumnya mengenal upacara pembayaran kain berkat, yang dilakukan oleh klen pengantin laki laki, kepada kepala adat dari desa pengantin perempuan, pembayaran itu berupa kain putih serta minuman keras atau tuak, kalau hal ini dilupakan keluarga muda ini akan menjadi sakit dan mati.

Di desa daerah Maluku yang beragama Islam kita melihat adanya dua golongan penganut yang disamakan dengan Islam di Jawa yaitu misalnya abangan atau santri. Di negeri Kailolo mayoritas penduduknya adalah santri, bulan puasa di beritahukan oleh imam atau disebut saniri negeri. Demikian pula dengan lebaran haji setelah kepala negeri atau saniri negeri mengetahuinya, maka imam imam negeri tersebut harus menyampaikan kepada umat Islam di sana.

2.2 Pandangan sehat dan sakit

Bangsa alune menganggap sehat adalah berkat yang mereka terima dari sang kepala adat,sementara sakit merupakan musibah yang mereka terima akibat tidak membersihkan rumah mereka yang disebut baileu dengan baik dan benar sehingga mereka mendapat musibah berupa sakit,dan akan mengalami gagal panen

2.3 Praktik Kesehatan

(3)

6. Unsur Kebudayaan

1. Bahasa yang di gunakan Suku Bangsa Alune (Alifuru)

Bahasa yang digunakan di suku Alifuru tersebut adalah baghasa melayu, bahasa tana, bahasa tana ini memiliki perbaduan dari bahasa bangsa portugis, jepang, belanda, spanyol dan arab .

2. Mata pencaharian Suku Bangsa Alune (Alifuru)

Mata pencaharian Suku Bangsa Alune (Alifuru) adalah berladang berpindah dengan sistem tebang-bakar dan meramu sagu. Tanaman utama di ladang itu ialah ubi rambat, talas, pisang, sayur-sayuran. Kebun yang sudah ditinggalkan ditanami cengkeh dan buah-buahan. Mata pencaharian sambilan adalah menyadap getah damar dan berburu binatang. Makanan pokok mereka adalah sagu.

3. Teknologi

Orang alifuru memiliki cara berpakaian atau lebih suka berpakaian dengan mengenakan kain atau selendang merah (ikat kepala warna merah) warna merah di artikan disini adalah BERANI , jadi para leluhur mereka mengartikanya sebagai bangsa pemberani Makanan utama suku alifuru gunung dan pesisir adalah sagu

4. Organisasi sosial

Sistem kekerabatan suku alifuru menggunakan sumpah antara leluhur yang satu dan leluhur yang lain kemudian dilanjutkan secara turun temurun. Sumpah itu biasa diberi nama PELA MINUM DARAH/PELA GANDONG , sumpah itu adalah perjanjian antara suku yang satu dengan suku yang lain dengan cara dari suku masing-masing akan diambil darahnya dan di tuangkan kedalam tempurung kelapa lalu diminum bersama-sama. Setelah melakukan sumpah tersebut maka akan dinyatakan sebagai Gandong yang berarti saudara dan sumpah itu masih berlaku sampai sekarang.

Penarikan garis keturunan dalam sisitem kekerabatannya bersifat patrilineal, dengan adat menetap nikah yang patrilokal. Kedudukan anak laki-laki dipandang lebih tinggi daripada anak perempuan. Hubungan dan pergaulan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan tidak bebas. Suatu perkawinan dilalui dengan peminangan, meskipun antara mereka juga mengenal kawin lari karena pinangan tadi ditolak oleh pihak perempuan. Mereka juga mengenal adat mas kawin.

5. Kesenian

(4)

6. Sistem pengetahuan

Dalam segi pendidikan suku alifuru masih dinyatakan tertinggal dibanding suku-suku yang lain, karena dalam suku tersebut yang mengenyam pendidikan tidak lebih dari 40% jumlah anggota suku,

2.5 Kesehatan Ibu dan anak

Khusus bagi kaum wanita yang hendak melahirkan biasanya diantar keluarga ke gubuk Pamali tersebut, kemudian saat persalinan ditolong dukun beranak, sedangkan pusar bayi dipotong dengan sembilu (kulit bambu yang cukup tajam). Anehnya, penggunaan sembilu yang beresiko itu dapat diatasi oleh dukun beranak. Perawatan sang ibu yang baru melahirkan termasuk pengobatan pusar bayi umumnya dilakukan dengan menggunakan bahan ramuan tradisional.

2.6 Privasi

Hukum yang berlaku dalam suku bangsa Alune (Alifuru), Hukum tata negara, Hukum Pidana dan Hukum perdata?

Hukum Tata Negara Suku Bangsa Alune (Alifuru)

Layaknya sebuah kerajaan dimana penerus tahta adalah keturunan raja sebelumnya, maka demikian pula terjadi dalam pemilihan raja negeri. Calon raja terpilih minimal masih memiliki hubungan darah dengan raja-raja negeri sebelumnya, atau disebut matarumah negeri. Kemudian yang memutuskan siapa raja terpilih adalah para saniri negeri, tetua-tetua adat negeri yang sehari hari membantu raja. Seorang raja memiliki masa pemerintahan 5 tahun, dan setelah itu dapat dipilih lagi. Keputusan Saniri negeri akhirnya dilegitimasi dalam SK bupati maluku tengah.

Hukum Pidana Suku Bangsa Alune (Alifuru)

Mendekat ke Pulau Seram di Maluku, kita juga akan mendekat pada Suku Alifuru yang merupakan penduduk asli pulau ini. Namun ternyata di bagian utara Pulau Seram, terdapat suku yang lebih primitif lagi. Suku Naulu, hidupnya masih terasing sehingga dapat dikatakan masih primitif. Pemukiman suku Naulu terbagi menjadi dua yaitu di Nuanea dan di Sepa. Pemukiman Naoulu di Nuanea hanya ada satu kelompok masyarakat, sedangkan di Sepa ada lima kelompok yang terbagi lima perkampungan, yaitu Negeri Lima, Bonara, Hauwalan, Yalahatan, dan Rohua. Suku Naulu tidak bisa berbahasa Indonesia yang menyebabkan mereka terisolasi dari informasi pembangunan. Sebutan primitif juga melekat pada Suku Naulu karena beberapa tradisi suku ini memang dianggap bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia ini, salah satunya tradisi pengasingan wanita hamil yang disebut Penamou.

(5)

pemerintah maupun yayasan pembinaan masyarakat terasing bahkan yang masih hidup mengembara di pedalaman Pulau Seram, kaum lelakinya membangun gubuk-gubuk kecil yang disebut gubuk pamali atau dalam bahasa suku ini disebut tikusune. Gubuk-gubuk ini dibangun sebagai tempat berlindung sementara yang aman bagi kaum wanita saat mereka menjalani masa haid maupun melahirkan. Gubuk pamali sebagai tempat mengasingkan diri sementara itu berukuran 2×2 meter berdinding dan beratap daun sagu dilengkapi sebuah tempat tidur yang disebut tapalang berukuran 1×2 meter.

Suku adat Naulu maupun suku terasing lainnya seperti Hoaulu dan Yalahatan di Pulau Seram, tikusune yang dibangun tidak boleh ditengok atau dimasuki kaum pria saat kaum wanita menjalani masa datang bulan maupun melahirkan. Mereka hanya bisa ditengok oleh kaum hawa untuk memberikan makanan dan keperluan lainnya maupun pelayanan saat melahirkan oleh dukun beranak, Kaum wanita yang mulai merasa tanda-tanda datangnya haid harus segera meninggalkan rumahnya untuk memasuki gubuk pamali yang telah disiapkan dan tinggal di gubuk tersebut hingga masa haidnya selesai baru diperkenankan kembali ke rumah. Di perkampungan suku Naulu yang telah dibina Depsos maupun pihak yayasan di Seram bagian selatan terutama di pemukiman Rohua, Bonara dan Simaoluw, tradisi mengasingkan diri di gubuk pamali ini masih tetap dipertahankan. Khusus bagi kaum wanita yang hendak melahirkan biasanya diantar keluarga ke gubuk Pamali tersebut, kemudian saat persalinan ditolong dukun beranak, sedangkan pusar bayi dipotong dengan sembilu (kulit bambu yang cukup tajam). Anehnya, penggunaan sembilu yang beresiko itu dapat diatasi oleh dukun beranak. Perawatan sang ibu yang baru melahirkan termasuk pengobatan pusar bayi umumnya dilakukan dengan menggunakan bahan ramuan tradisional. Usai masa melahirkan dan perawatan di gubuk pamali, sekitar dua minggu sang ibu bersama anaknya sudah bisa keluar gubuk untuk mandi di kali, sedangkan pihak keluarga dan dukun beranak (biang) harus berpuasa selama sehari sebelum menerima sang istri dan buah hati saat kembali pulang ke rumah.

Saat kembali ke rumah mereka diterima secara adat dalam suasana sukacita dengan sajian makanan yang disiapkan dari pihak keluarga perempuan untuk disantap bersama warga suku setempat. Beberapa hari kemudian pihak keluarga lelaki juga melakukan hal serupa sebagai jamuan balasan kepada pihak keluarga perempuan bersama masyarakat setempat untuk dinikmati bersama sebagai ungkapan syukur. Sejauh ini tidak ada yang melanggar tradisi adat tersebut. Sanksi bagi pelanggarnya akan dikucilkan dari masyarakat adat setempat dan juga dikenakan denda berupa pembayaran piring tua dan kain berang (merah) bagi kaum perempuan. Kepatuhan masyarakat terasing Naulu, Hoaulu, Yalahatan serta kelompok masyarakat terasing lainnya di pulau Seram kepada adat yang diwariskan tidak bisa dipisahkan dengan adat istiadat dan budaya suku Alifuru yang mendiami pulau Seram. Kelompok suku Rohua dan Bonara berdasarkan kisah tua adat setempat awalnya berasal dari pedalaman pulau Seram, sekitar hulu sungai Sapalewa (Sekarang Seram Bagian Barat) salah satu sungai terbesar di pulau Seram.

Gara-gara pemimpin adat dari suku ini beristri dua, sang istri pertama dan anak cucunya memilih mengungsi ke perkampungan baru, selanjutnya turun ke desa Rohua dan Bonara di wilayah Seram bagian selatan, sekitar 35 kilometer dari kota Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah.

(6)

Hukum Perdata Suku Bangsa Alune (Alifuru)

Sistem Perkawinan Dan Sistem Kemasyarakatan Suku Bangsa Alune (Alifuru) Dalam system kemasyarakatan masyarakat Ambon mengambil system kekerabatan yang bersifat ke-Ayahan “Patrilineal”. Di dalam kekerabatan yang memegang peranan penting ada dua yaitu

1. “Mata rantai”, mata rumah ini biasanya bertugas mengatur perkawinan warganya secara“Exogami” dan dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah “dati” tanah milik kerabat patrilineal.

2. “Family”, family merupakan kesatuan terkecil dalam mata rumah. Family ini berfungsi sebagai pengatur pernikahan klenya.

Perkawinan dalam masyarakat Ambon merupakan urusan mata rumah dan family. Di dalam masyarakat Ambon perkawinan di kenal dengan beberapa macam, diantaranya :

1. Kawin minta ialah perkawinan yang terjadi apabila seorang pemuda telah menemukan seorang gadis yang akan dijadikan istri, maka pemuda in meminta pada mata rumah dan family untuk melamarnya. Sebelum acara pelamaran para mata rumah dan family mengadakan rapat adat satu klen dalam persiapan acara pelamaran.

2. Kawin masuk atau kawin menua yaitu perkawinan yang pengantin laki-lakinya tinggal di rumah pengantin perempuannya. Perkawinan ini terjadi apabila : · Kaum kerabat si pengantin tidak dapat membayar maskawin secara adat. · Penganten perempuan merupakan anak tunggal dalam keluarganya.

· Karena ayah dari pengaten laki-laki tidak setuju dengan perkawinan tersebut

Hak Waris

Orang Maluku khususnya suku alifuru dalam pembagian harta waris tidak berdasarkan hukum positif yang sudah ada. Melainkan mereka melakukan pembagian harta waris berdasarkan pemahaman mereka tentang pembagian harta waris itu sendiri.Paham yang mereka anut adalah bahwa tanah maluku beserta kekayaan alam merupakan milik keturunan raja. Keturunan Raja adalah keluarga Mel-Mel yang berarti bangsa raja.

2.7 Diet

(7)

bermunculan, dan ulat-ulat ini pun ikut disantap menjadi makanan berprotein tinggi. BAB III

Pembahasan

Mayoritas penduduk Maluku Tengah beragama Nasrani dan minoritas beragama Islam, walaupun mereka telah memeluk agama Islam dan Nasrani tapi mereka masih nampak sisa sisa religi sebelum agama Islam dan Nasrani muncul. Mereka masih percaya akan adanya roh roh yang harus dihormati dan diberi makan, minum dan tempat tinggal agar mereka tidak mengganggu bagi orang yang masih hidup di dunia ini, Mereka pun percaya kepada makhluk-makhluk jahat yang bisa mendatangkan panyakit.

Untuk masuk baileu misalnya mereka harus melakukan upacara lebih dahulu untuk meminta izin kepada roh nenek moyang yang ada di Baileu. Adapun orang yang ikut dalam upacara tersebut adalah tuan negeri atau sesepuh. Orang yang masuk baileu harus memakai pakaian hitam serta kalung warna merah yang dikalungkan ke bahu. Zaman sekarang orang Maluku telah meninggalkan upacara memanggil roh nenek moyang, kurban kurban yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang serta pemujaan roh nenek moyang.

Orang maluku mengenal upacara cuci negeri yang pada umumnya sama dengan upacara bersih desa yang dilakukan orang di pulau Jawa. Semua penduduk desa harus membersihkan sesuatu dengan cara yang baik dan benar. Bangunan bangunan yang harus dibersihkan adalah Baileu, rumah rumah warga dan pekarangan, bila tidak dilakukan dengan benar maka akan ada sangsinya yaitu mereka akan jatuh sakit. Seluruh warga desa akan terkena wabah penyakit atau panennya gagal.

Orang Maluku pada umumnya mengenal upacara pembayaran kain berkat, yang dilakukan oleh klen pengantin laki laki, kepada kepala adat dari desa pengantin perempuan, pembayaran itu berupa kain putih serta minuman keras atau tuak, kalau hal ini dilupakan keluarga muda ini akan menjadi sakit dan mati.

Selain itu ada 6 unsur budaya di dalam suku alifuru,yaitu :

1. Bahasa yang di gunakan Suku Bangsa Alune (Alifuru) 2. Mata pencaharian Suku Bangsa Alune (Alifuru) 3. Teknologi

4. Organisasi sosial 5. Kesenian

6. Pengetahuan

Selain 6 unsur budaya itu ada juga hal hal privasi yang di pegang suku alifuru,yaitu : 1. Hukum bahasa dan tata negara bangsa alune

2. Hukum pidana suku bangsa alifuru 3. Hak waris

(8)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari filosos suku bangsa Alune (Alifuru) dapat saya simpulkan bahwa suku bangsa Alune (Alifuru) termasuk ras Mongoloid dengan rambut hitam kejur, kulit sawo matang, tinggi sekitar 155-165 cm. Bahasa yang mereka gunakan adalah adalah bahasa Alune yang termasuk golongan bahasa Melayu. Mereka tergolong orang yang mempunyai sikap ramah, terbuka, suka menghormati orang lain.

2. Dari 6 unsur kebudayaan Suku bangsa Alune (Alifuru), dapat saya simpulkan bahawa masyarakat suku bangsa alune (alifuru), merupakan salah satu suku bangsa yang hebat , mulai dari segi bahasa yang merupakan perpaduan dari berbagai bahasa, antara lain : bahasa melayu, dan bahasa tana yang merupakan perpaduan dari bahasa portugis, jepang, belanda, spanyol dan arab . sistem kepercayaan mereka yang masih percaya akan adanya roh roh yang harus dihormati dan diberi makan, minum dan tempat tinggal agar mereka tidak mengganggu bagi orang yang masih hidup di dunia ini, Mereka pun percaya kepada makhluk-makhluk jahat yang bisa mendatangkan panyakit. Ilmu pengetahuan mereka yang masih begitu rendah tetapi mereka mampu untuk berbahasa, bersikap yang baik, dan tahu bagaimana caranya menghormati orang lain,

3. Dari Hukum yang berlaku dalam suku bangsa Alune (Alifuru), dapat saya simpulkan bahwa suku bangsa alune (alifuru) adalah suku bangsa yang keras, karena jika ada masyarakat suku bangsa alune (alifuru) yang melakukan pelanggaran maka dia akan dikenakan sanksi sesuai dengan kehendak kepala suku, dan itu harus diterima, walaupun hukum yang berlaku di suku bangsa alune (alifuru) banyak yang menyimpang dari Hukum Positif di Indonesia, tetapi itulah Hukum Adat yang berlaku pada suku bangsa alune (alifuru), sesuai dengan kepercayaan dan Budaya mereka, dan mereka memegang teguh kepercayaan dan Budaya mereka sampai saat ini.

B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan suku banyak adalah bentuk aljabar yang mempunyai suku lebih dari suku dua atau mempunyai suku yang peubahnya

lihatlah gambar a dan b ada benda yang keras ada benda yang lembut. benda keras misalnya meja kursi dan lemari benda lembut misalnya sofa guling dan handuk bulu burung

Kriminal ditinjau dari aspek sosial ialah jika seseorang mengalami kegagalan dalam menyesuaikan dirinya atau berbuat menyimpang dengan sadar dari norma-norma yang berlaku

Jika dilihat dari segi manfaat yang ada untuk perkembangan otak, dapat disimpulkan bahwa sempoa sistem 1-4 sangat bermanfaat terutama untuk generasi muda bangsa Indonesia..

Bahasa Ogan merupakan bahasa yang dipergunakan oleh salah satu suku bangsa bangsa di Indonesia, yaitu suku bangsa bangsa Ogan. Mereka menciptakan bahasa untuk

Di dalam Suku Sasak berlaku hukum adat sasak sendiri, hukum Islam, dan hukum waris yang ditetapkan oleh pengadilan negeri.. Hukum waris adat Sasak, mengharuskan wanita Sasak

Demikian surat permohonan ini saya ajukan, jika persyaratan yang saya ajukan ini tidak benar maka saya siap dan bersedia dituntut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku..

Dalam pidana adat suku Dayak disini, Jika ada wanita yang melahirkan anak ngampang yang perbuatannya itu terbukti dengan adanya saksi, maka suku (kerabat) wanita