• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE Ikan dan Wadah Uji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAHAN DAN METODE Ikan dan Wadah Uji"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

# Ko r esp o n d e nsi: Balai Pe n elit ian d an Pe ng e m b an gan Bu d id aya Air Tawar. Jl. Se m p u r No . 1 Bo g o r 1 6 1 54 , Ind o n e sia.

Te l. + (0 2 5 1 ) 8 3 1 3 2 0 0 E-m ail: t aukhi d_ as@ yahoo.co.i d

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

EFIKASI VAKSIN KOM BINASI “TRIVALEN” (Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae,

DAN M ycobacterium fortuitum) UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT BAKTERI POTENSIAL

PADA BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR

Taukhid#, Lila Gardenia, dan Sept yan Andriyanto

Balai Penelitian dan Pen gemb angan Bud idaya Air Tawar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi vaksin “trivalen” merupakan kombinasi dari tiga jenis antigen bakteri, yaitu: Aeromonas hydrophila-AHL0905-2, St rept ococcus agalact iae-N14G, dan M ycobact erium for t uit um-31 u n t u k p e n ce gah an p e n ya kit b a kt e ri p o t e n sial p ad a b u d id aya ikan air t awar. Ikan u ji menggunakan ikan lele, nila, dan gurami; di mana masing-masing jenis ikan tersebut merupakan representasi dari jenis ikan yang rentan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila, St rept ococcus agalact iae, d an M ycobact erium fort uit um. Perlakuan yang diterapkan adalah formulasi sediaan vaksin kombinasi “trivalen”, de ngan komp osisi seb agai b erikut : (A) formulasi propo rsional yang me ngandu ng ket iga je nis an tigen dengan perbandingan 1:1:1 (v/v), (B) formulasi non-proporsional yang mengandung ketiga jenis antigen dengan perbadingan 1:3:3 (v/v), dan (C) tanpa pemberian vaksin sebagai kontrol. Vaksinasi diberikan melalui perendaman dalam larutan vaksin “trivalen” pada konsentrasi bakteri 107 cfu/mL selama 30 menit. Efikasi vaksin dievalu asi be rdasarkan sint asan p ada akh ir u ji t an t an g t e rh adap b akt eri p ato gen targe t, dan selanjutnya dihitung nilai relat ive percent age survival (RPS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai RPS vaksin “trivalen” dengan kombinasi proporsional pada ikan lele terhadap bakteri A. hydrophila-AHL0905-2, ikan nila terhadap bakteri S. agalactiae-N14G, ikan gurami terhadap bakteri M . fortuit um-31 dan A. hydrophila -AHL0905-2 masing-masing sebesar 44,61%; 43,30%; 17,86%; dan 45,00%. Nilai RPS vaksin kombinasi “trivalen” no n-p rop orsio nal pada ikan lele te rhadap b akt eri A. hydrophila-AHL0905-2, ikan nila terhad ap bakte ri S. agalact iae-N14G, ikan gurami terhadap bakteri M . fort uit um-31, dan A. hydrophila-AHL0905-2 masing-masing se besar 39,61%; 40,00%; 7,14%; dan 45,00%. Vaksin “t rivalen” berpoten si sebagai sediaan vaksin yan g dapat digu nakan untuk pencegahan p enyakit pad a budidaya air tawar yan g dise babkan oleh ko-infeksi lebih dari satu jenis bakteri patogen.

KATA KUNCI: efikasi; vaksin kombinasi “trivalen”; penyakit bakterial; Aeromonas hydrophila;

Streptococcus agalactiae; M ycobacterium fortuitum

ABSTRACT: Eficaciousness of combined “three-valent” vaccine (Aeromonas hydrophila, St rept ococcus agalactiae,

and M ycobact erium fortuit um) to prevent bacterial diseases on freshwater aquaculture. By: Taukhid, Lila Gardenia, and Septyan Andriyanto

The st udy aimed t o det ermine t he efficacious of combined “ t hree-valent ” vaccine composed of t hree bact erial ant igen for t he prevent ion of bact erial diseases on freshwat er aquacult ure has been carried out at laborat ory level. The st udy used cat fish, t ilapia, and giant goramy; t hat are represent at ive of suscept ible species against Aeromonas hydrophila infect ion, Streptococcus agalactiae infect ion, and M ycobacterium fortuitum infect ion. The t reat ment s applied in this st udy included: (A). Proporsional formula of combined “ t hree-valent ” vaccine composed of t hree bact erial ant igens at t he rat io of 1:1:1 (v/v), (B). Non-proport ional formula composed of t hree bact erial ant igens at t he rat io of 1:3:3 (v/v), and (C). Un-vaccinat ed group as a cont rol. The vaccine was applied t hrough immersion at t he dose of 107 cfu/mL

vaccine solut ion for 30 minut es. Vaccine efficacious was evaluat ed based on sur vival rat e aft er challenge t est against t arget ted pat hogens, and t hen t he relat ive percent age survival (RPS) was calculat ed. The st udy result s revealed that the RPS values of proport ional combined vaccine on cat fish against A. hydrophila-AHL0905-2, on t ilapia against

(2)

17.86%, and 45.00% respect ively. RPS values of non-proport ional combined vaccine on cat fish against A. hydrophila -AHL0905-2, on t ilapia against S. agalactiae-N14G, on goramy against M . fortuitum-31, and A. hydrophila -AHL0905-2 are 39.61%; 40.00%, 7.14%, and 45.00% respect ively. “ Three-valent ” vaccine is a promising combined-fish vaccine which can be used for prevent ion of bact erial fish diseases caused by co-infect ion of more t han one t ype of pat hogenic bacteria.

KEYW ORDS: efficacious; combined “three-valent” vaccine; bacterial diseases; Aeromonas hydrophila;

St rept ococcus agalact iae; M ycobact erium fort uit um

PENDAHULUAN

Penyakit ikan merupakan issue pent ing dan menjadi salah sat u kendala serius dalam pro duksi perikanan budidaya. Kerugian yang diakibatkan oleh penyakit pada b u d id aya ika n , an t a ra lain : p e n u ru n an p ro d u ks i, ku alit as, efisie nsi, dan daya saing; u sah a b ud idaya me njadi b erisiko t inggi, t idak b erkelan jut an , sert a kurang layak dibiayai perbankan. Kasus penyakit pada budidaya ikan air t awar sepert i ko i herpesvirus (KHV), “penyakit merah” at au mot ile aeromonad sept icaemia (MAS), m yc o b a c t e r io s is , s t r e p t o c o c co s is , d a n ich t h yo p h t h ir io s is m a s ih s e r in g t e r ja d i, me ngakibat kan kerugian eko no m i yang besar; d an hingga kini belum dapat dikendalikan secara o pt imal.

“Penyakit merah” disebabkan o leh infeksi bakt eri Aeromonas hydrophila; merupakan penyakit bakt erial yang bersifat akut , menginfeksi semua umur dan jenis ikan air t awar, dan dapat me ngakibat kan kemat ian hingga 100% (Po o balane, 2007; Kamelia & Laila, 2009; Sumiat i et al., 2012, dan Taukhid et al., 2015). St rep-t o co cco sis merupakan penyakirep-t yang disebabkan oleh infeksi bakteri St rept ococcus spp., dan t erut ama t erjadi pada budidaya ikan nila (Suanyuk et al., 2005; Pasnik et al., 2 0 0 5 ; Ab u b akar et al., 2 0 0 6 ; Pur wan in gsih & Taukhid, 2010; Sugiani & Lusiast ut i, 2011; Sumiat i & Taukhid, 2011, dan Sumiat i et al., 2012). Selanjut nya Taukhid & Pur waningsih (2011b) menyat akan bahwa kasus st rep t o co cco sis pad a ikan n ila d i In do ne sia umumnya disebabkan o leh infeksi bakt eri S. agalactiae dan S. iniae; dan secara labo rat o ris infeksi S. agalact iae bersifat akut ; sedangkan infeksi S. iniae lebih bersifat kro nis. Fakt a t ersebut mengindikasikan bahwa bakt eri S. agalact iae be rpo t ensi seb agai pen yebab st rept o -co c-co sis yang lebih serius pada budidaya ikan nila, sed an gkan m yco b act e rio sis at au “Fish Tuberculosis (Fish-TB)” merupakan penyakit yang disebabkan o leh infeksi bakt eri M ycobact erium spp., dan kasus myco -b a ct e r io s is p a d a -b u d id a ya ik a n g u r a m i t e r ja d i sepanjang t ahun dengan po la kemat ian kro nik hingga mencapai 30% (Taukhid et al., 2014a).

Vaksinasi pada perikanan budidaya merupakan salah sat u u p aya pe n ce gahan t e rh ad ap in fe ksi p at o ge n po t e nsial yang efekt if, dan m en jam in pe ningkat an produksi akuakult ur yang berkelanjut an (Osman et al., 2009; Silva et al., 2009; Kamelia & Laila, 2009; Bailo ne

(3)

mencapai 50%-60% (Taukhid et al., 2015). Hasil kajian serupa t erhadap penyakit myco bact erio sis pada ikan g u r a m i d e n g a n m e n g g u n a k a n va k s in ya n g dikembangkan dari ant igen bakt eri M . fort uit um-31, juga dipero leh hasil yang lebih baik (20% lebih t inggi) dibandingkan t anpa pemberian vaksin (Taukhid et al., 2014a).

Ket erbat asan yang mulai muncul t erkait dengan ap lika si vaks in p ad a p e r ika n an b u d id aya, ad alah be ragam nya p en yakit bakt erial yang h amp ir se lalu menginfeksi ikan secara bersamaan at au “ko -infeksi” (co-infection at au concurrent /mult iple infect ion), sehingga pembudidaya harus memberikan lebih dari sat u jenis vaksin unt uk mencegah penyakit -penyakit t ersebut . Pa d a b u d id aya ik an , ap ab ila t e rjad i su at u ka su s penyakit infeksius, hampir selalu dit emukan lebih dari sat u jenis pat o gen yang t erlibat (Osman et al., 2009; Sugiani, 2013; Taukhid et al., 2014b). Pada ikan air t awar, t erdapat jenis penyakit yang menginfeksi semua jenis dan umur ikan yang dibudidayakan sepert i halnya penyakit MAS. Namun ada beberapa jenis ikan yang sangat peka t erhadap penyakit t ert ent u sepert i gurami t e rh ad ap m yco b act e rio sis , n ila t e rh ad ap st re p t o -co c-co sis, dan pat in t erhadap Ent eric Sept icemia of Cat -fish (ESC). Pada ko ndisi t ersebut , maka penggunaan vaksin “mo no valent ant igen” t idak dapat menjamin perlindungan t erhadap keberagaman p enyakit yang sejatinya sudah endemik pada suatu kawasan budidaya; d a n u m u m n ya p e m b u d id aya m e n gan g gap b ah wa vaksinasi pada ikan yang dilakukan lebih dari satu/dua kali menjadi mahal dan t idak prakt is. Hal ini diperkuat o le h h asil kajian p asca rilis vaksin Hyd ro vac d an St r e p t o va c ya n g m e n yim p u lk a n p e r lu a d a n ya pengembangan sediaan vaksin yang memiliki manfaat t idak hanya terhadap sat u jenis penyakit tert ent u, tapi u n t u k je n is -je n is p e n ya k it ya n g p a lin g s e r in g m e n gin fe ksi ko m o d it as ikan yan g d ib u d id ayakan (Taukhid et al., 2014c).

Penelit ian ini bert ujuan unt uk menget ahui efikasi vaksin “t rivalen” yang merupakan ko mbinasi dari t iga je n is a n t ig e n b a k t e r i p a t o g e n (A. h yd r op h i l a, S. agalact iae, d an M . for t uit um) u nt u k pe nce gahan penyakit bakteri po tensial pada budidaya ikan air t awar.

BAHAN DAN M ETODE

Ikan dan Wadah Uji

Ik a n u ji ya n g d ig u n a k a n s e b a g a i “m o d e l” disesuaikan dengan inang rent an dari masing-masing je n is p e n ya k it ya n g d ie k s p lo r a s i. Be r d a s a r k a n informasi dan kajian epidemio lo gi penyakit ikan, maka je nis ikan m o d e l yan g digu n akan p ad a p en e lit ian a d a la h : (1 ) ik a n le le (st r a i n Mu t ia r a ), s e b a g a i r e p re se n t a si d a ri s p e s ie s ika n ya n g re la t if p e k a

t erhadap infeksi bakt eri A. hydrophila. Po pulasi ikan lele mut iara dengan ukuran 5-10 g/eko r dipero leh dari Balai Pene lit ian Pem uliaan Ikan (BPPI), Sukamand i, (2) ikan nila (st rain Best ), se bagai represe nt asi dari spesies ikan yang relat if peka t erhadap infeksi bakt eri S. agalact iae. Po pulasi ikan nila BEST dengan ukuran 5-10 g/eko r dipero leh dari Inst alasi Penelit ian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk-Bo go r, dan (3) ikan gurami, sebagai represent asi dari spesies ikan yang relat if p eka t erh ad ap infeksi b akt e ri M . for t uit um. Po pu lasi ikan gurami d engan ukuran 10-15 g/eko r diperoleh dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) di daerah Bo go r.

Masing-masing jenis ikan uji berasal dari po pulasi h o mo ge n , d an d iasu msikan “specific pat hogen fr ee (SPF)” t e rh ad ap p at o ge n t arget b e rd asarkan h asil diagno sis secara bakt erio lo gis yang dilakukan melalui pengambilan co nt o h secara acak dengan prevalensi h ip o t e t ik seb esar 10 % t erhad ap p o pu lasi t e rse bu t sebelum digunakan pada penelit ian ini.

Wadah uji yang digunakan selama sekuen penelitian ini disesuaikan dengan keperluannya. Pro ses karant ina dan adapt asi ikan uji berlangsung selama 2-3 minggu, dilakukan dalam t iga buah ko lam bet o n ukuran 2 m x 4 m x 1 m. Vaksinasi dan pemeliharaan ikan uji selama pro ses induksi kekebalan spesifik dilakukan dalam 18 buah bak fiber glass bulat vo lume 200 L. Wadah uji unt uk pro ses uji t ant ang berupa akuarium/bak plast ik vo lum e 80 L seb anyak 27 b uah . Sumb er air unt uk se lu ru h t ahapan p en elit ian , be rasal dari air t anah. Pakan diberikan secara ad libit um sebanyak dua kali/ hari (pagi dan so re). Jenis pakan yang digunakan adalah pakan ko mersial dengan kadar pro t ein kasar sebesar ± 28% sebanyak 3%-5%/hari dari bo bo t bio massa ikan.

Sediaan Vaksin dan Perlakuan

Vaksin tunggal (single ant igen) yang digunakan pada penelit ian ini adalah jenis-jenis vaksin yang sudah dan/ at au dalam pro ses regist rasi di Kement erian Kelaut an dan Perikanan (KKP) dengan merk dagang Hydro vac (KKP RI No . D 1206203 BKC) yang mengandung ant i-ge n b akt e r i A. hydr ophil ai-AHL0 9 0 5 -2 d an vaks in St r e p t o va c (KKP RI No . D 1 3 0 5 2 2 4 BKC) ya n g m e n gan d u n g an t ige n b akt e r i S. agal act i ae-N1 4 G. Sediaan vaksin t unggal unt uk pencegahan myco bac-t erio sis, disiapkan dengan menggunakan mast er seed b a k t e r i M . f or t u i t u m-3 1 d e n g a n m e r k d a g a n g “Myco fo rt ivac”.

(4)

se diaan vaksin dilakukan menu rut met o de st and ar int ernal yang t elah dipat enkan (Taukhid et al., 2011c; Taukhid et al., 2012b; dan Taukhid et al., 2014d), dan jenis sediaan akhir dari vaksin ko mbinasi “t rivalen” pada penelitian ini adalah sediaan vaksin sel utuh (whole cell vaccine).

Sediaan baku vaksin t unggal yang digunakan pada penelit ian ini merupakan sediaan vaksin yang t elah disim pan se lam a e nam bulan seb elu m ket iga jen is vaksin t ersebut diformulasikan menjadi sediaan vaksin ko m b in asi “t rivale n ”. Pre p ar asi va ksin “t rivale n ” dilakukan dengan men campur ket iga sed iaan b aku vaksin, menjadi sat u sediaan dengan formulasi sebagai berikut : (1). Vaksin “t rivalen” pro po rsio nal, sediaan ini mengandung pro po rsi (v/v) yang sama dari ket iga je n is va k s in t u n g g a l. De n g a n d e m ik ia n , u n t u k m en d ap at kan sat u sat uan vo lum e se diaan vaksin , dibut uhkan sediaan baku vaksin hydro vac, st rept o vac, dan myco fo rt ivac masing-masing sebanyak 1/3 bagian (v/v), d a n (2 ) vaksin “t r ivale n ” n o n -p ro p o rsio n al, sediaan ini mengandung pro porsi (v/v) yang t idak sama yait u se diaan b aku vaksin hyd ro vac (A. hydrophila) sebanyak satu bagian (v/v), sedangkan untuk st reptovac (S. agalact iae) dan myco fo rt ivac (M . fort uit um) masing-masin g sebanyak t iga bagian (v/v), p ro p o rsi vaksin ko mbinasi ini didasarkan pada hasil p enelit ian dan kajian yang t elah dilakukan t erhadap efikasi vaksin bivalen, baik unt uk vaksin bivalen A. hydrophila + S. agalact iae (Sugiani, 2012 dan Taukhid et al., 2014b) maupun A. hydrophila + M . fort uit um (Taukhid et al., 2014a).

Perlakuan yang dit erapkan pada uji efikasi vaksin “trivalen” ini adalah pemberian vaksin yang terdiri atas t iga ko m p o n en u t am a, yait u : A) vaksin “t rivale n ” pro po rsio nal (1a:1b:1c v/v), B) vaksin “t rivalen” no n-pro p o rsio nal (1a:3b :3c v/v), d an C) kelo mp o k ikan t anpa pemberian vaksin (ko nt ro l).

Pe m b e rian vaksin d ilak u kan t e rh ad ap m asin g-masing jenis ikan uji, dilakukan melalui perendaman dalam larut an vaksin “t rivalen” pada do sis 107 cfu/mL

selama 30 menit , selanjut nya ikan uji dipelihara secara pooling dan t erpisah unt uk masing-masing jenis ikan selama 28 hari (perio de induksi kekebalan spesifik). Se ca ra rin ci, m a sin g -m a sin g je n is ika n u ji p as ca pemberian vaksin dipelihara sebagai berikut ; (1) ikan lele dipelihara dalam fiber glass ukuran 200 L (vo lume air 1 50 L), diisi ikan uji seb anyak 150 eko r/wad ah (1 eko r/L), (2) ikan nila dipelihara dalam bak plast ik ukuran 80 L (vo lume air 60 L) dengan sist em resirkulasi, diisi ikan uji seban yak 30 eko r/wadah (0,5 eko r/L), dan (3) ikan gurami dipelihara dalam fiber glass ukuran 200 L (vo lume air 150 L), diisi ikan uji sebanyak 125 eko r/wadah (0,8 eko r/L).

Pengamatan dan Uji Tantang

Pengamat an t erhadap gejala klinis dan mo rt alit as ikan uji dilakukan set iap hari hingga akhir penelit ian. Selama perio de pemeliharaan pasca-vaksinasi dan/atau pro ses uji t ant ang, dilakukan pengambilan co nt o h uji melalui selective sampling t erhadap individu ikan uji yang m e n u n ju kkan t in gka h laku d an /at au ge jala klin is sp esifik, m in im al se banyak sat u eko r d ari m asin g-masing kelo mpo k perlakuan unt uk t ujuan diagno sis/ ident ifikasi pat o gen t arget .

Efikasi vaksin ko mbinasi “t rivalent” pada masing-m asing je n is ikan u ji die valu asi b e rd asarkan le ve l t arget pada do sis let al 50% (LD50), selanjutnya dihitung n ila i m o r t a lit a s k u m u la t if, s in t a s a n , s e r t a RPS. Sebe lum digu nakan se bagai su mber bakt eri infeksi pada pro ses uji t ant ang, masing-masing jenis bakt eri t e rle b ih d ah u lu d iu ji m e la lu i u ji p o s t u lat Ko ch ’s sebanyak dua kali terhadap populasi ikan yang berasal dari bat ch yan g sam a d en gan kelo mp o k ikan yang digunakan dalam pengujian. Pelaksanaan uji t ant ang unt uk masing-masing jenis ikan uji dan jenis bakt eri penginfeksi, didasarkan pada karakterist ik eko -bio logi dari masing-masing jenis bakteri penginfeksi t ersebut ; dan secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

(1) Uji t ant ang p ada ikan lele, dilaku kan p ada hari ke -2 8 p asca p e m b e rian vaksin . In fe ksi b u at an dilakukan dengan cara penyunt ikan int ramuscular (IM) dengan bakt eri A. hydrophila-AHL0905-2 pada do sis let al 50% (LD50) at au set ara dengan 108 cfu/ dilakukan setiap hari selama 10 hari (penyakit akut ).

(2) Uji t ant ang pada ikan nila, dilakukan p ada hari ke -2 8 p asca p e m b e rian vaksin . In fe ksi b u at an dilaku kan de ngan cara p en yu nt ikan IM de ngan bakt eri S. agalact iae-N14G p ada do sis le t al 5 0% (LD50) at au set ara dengan 105 cfu/mL per eko r ikan.

(5)

(3) Uji t ant ang pada ikan gurami, dilakukan pada hari ke -2 8 p asca p e m b e rian vaksin . In fe ksi b u at an dilaku kan de ngan cara p en yu nt ikan IM de ngan bakt eri M . fort uit um-31 pada do sis let al 50% (LD50) atau set ara dengan 107 cfu/mL per eko r ikan. Wadah

uji berupa bak plast ik vo lume 80 L, dan diisi ikan s e b a n ya k 1 5 e k o r /w a d a h . Se t ia p k e lo m p o k perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Pengamat an t erhadap t ingkah laku, gejala klinis, dan mo rtalit as ikan uji dilakukan set iap hari selama 45 hari (penyakit kro nik).

Selain diuji t ant ang t erhadap bakt eri M . fort uit um -31; karena ikan gurami juga rent an t erhadap infeksi bakt eri A. hydrophila, maka sebagian dari po pulasi ikan g u r a m i u ji ju g a d iu ji t a n t a n g t e r h a d a p b a k t e r i A. hydrophila-AHL0905-2 pada do sis let al 50% (LD50) at au set ara dengan 108 cfu/mL per eko r ikan. Wadah

uji b eru pa bak plast ik vo lu me 80 L, dan diisi ikan sebanyak 15 eko r/wadah. Set iap kelo mpo k perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Pengamat an t erhadap gejala klinis dan mo rtalit as ikan uji dilakukan set iap hari selama 10 hari (penyakit akut ).

Analisis Dat a

Dat a sint asan dianalisis sidik ragam (Ano va) unt uk mengetahui pengaruh perlakuan yang dit erapkan; dat a t erle bih dahu lu diuji ho mo gen it as, no rmalit as, dan adit ifit as. Analisis dilakukan menggunakan pro gram St at ist ical Analysis Syst em (SAS) dengan pro gram

Gen-Pengamat an secara mikro sko pis t erhadap sampel dari po pulasi ikan uji (lele, nila, dan gurami) sebelum d igu n aka n p ad a p e n e lit ian in i d it e m u ka n ad an ya infest asi parasit Trichodina sp. dengan prevalensi yang rendah (d” 5%). Pengobat an dengan larutan garam 300 mg/L selama dua kali bert urut -turut , hasil pemeriksaan p a d a h ari k e e m p a t t id ak d it e m u ka n la gi ad an ya infest asi parasit t ersebut . Hasil pemeriksaan secara bakt erio lo gis, pada po pulasi ikan lele t idak ditemukan ad anya in fe ksi b akt eri t arget (A. hydrophila) p ad a s a m p e l ya n g d iis o la s i. Pa d a p o p u la s i ik a n n ila dit emukan adanya infeksi bakt eri S. agalact iae dengan prevalensi 15%. Sedangkan pada po pulasi ikan gurami dit emukan adanya infeksi bakt eri M . fort uit um dengan prevalensi 10%.

Selama pro ses karant ina dan aklimat isasi ikan uji yang berlangsung selama 2-4 minggu, t erut ama unt uk p o p u la s i ik a n n ila d a n g u ra m i se la lu d ila k u k a n p e n a p isa n (scr eening) s e car a in d ivid u al t e r h a d a p keberadaan infeksi bakt eri t arget (S. agalact iae unt uk ikan nila, dan M . fort uit um unt uk ikan gurami) yang dilakukan melalui pengamat an secara klinis. Apabila dit emukan adanya individu ikan yang menunjukkan g e ja la s p e s ifik s e la m a p e r io d e k a r a n t in a d a n aklimat isasi, maka individu t ersebut segera diiso lasi d a n d ila n ju t k a n d e n g a n p e m e r ik s a a n s e ca r a la b o r at o ris . Pe n a p is an t e rak h ir d ilak u ka n s e sa at seb e lum p em b e rian vaksin ; se hin gga be rd asarkan pro ses penapisan yang dilakukan secara berkala dan h a s il p e m e r ik s a a n s e c a r a la b o r a t o r is , d a p a t “diasumsikan” bahwa ikan uji yang digunakan pada penelit ian ini adalah populasi specific pat hogen free (SPF) t erhadap bakt eri t arget .

Pasca pemberian perlakuan, ikan lele uji dipelihara secara pooling berdasarkan kelo mpo k perlakuan dalam bak fiber glass ukuran 200 L, diisi ikan uji sebanyak 150 eko r/wadah, dan dipelihara selama 28 hari. Selama perio de t ersebut, t idak dit emukan adanya ikan uji yang mengalami kemat ian pada seluruh kelompo k perlakuan (sin t asan 1 00%); d an secara visu al t idak dit em ukan adanya individu ikan uji yang menunjukkan gejala klinis akibat infeksi pat o gen t ert ent u.

(6)

u ji t e rh ad ap infe ksi b akt e ri A. hydr ophila pat o ge n memberikan nilai mo rt alitas hampir dua kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan t anpa pemberian vaksin.

Pada pro ses uji t ant ang ikan lele t erhadap bakt eri A. hydrophila, kematian mulai t erjadi pada hari pert ama (24 jam) pasca pemberian infeksi buat an, dan t idak dit emukan adanya kemat ian lagi pada hari kedelapan hingga akhir perio de uji t ant ang. Mo rt alit as ikan lele uji yang berlangsung relat if cepat (1-8 hari) selama pro ses uji t an t ang, mengindikasikan bahwa infe ksi b akt e ri A. hydr ophila p ad a ikan u ji b e r sifat a ku t . Re iso lasi b akt eri d ari sampe l ikan uji yan g h amp ir mo rt al (moribund fish) dari masing-masing kelo mpo k perlakuan selama perio de uji tantang, didapat kan juga je n is b a k t e r i t e rs e b u t d e n g a n p r e va le n s i 1 0 0 %. Be rdasarkan h asil t erse but , maka dapat d ipast ikan bahwa kematian selama proses uji t antang yang terjadi p a d a ik a n u ji d is e b a b k a n o le h in fe k s i b a k t e r i A. hydrophila yang diinfeksikan secara buat an.

Pa d a ik a n n ila u ji, s e la m a p e r io d e in k u b a s i kekebalan pasca pemberian vaksin yang berlangsung selama 28 hari, t erjadi kemat ian pada masing-masing kelo mpo k perlakuan. Berdasarkan hasil pengamat an secara klin is, dilanju t kan d e ngan iso lasi t erh adap ind ividu ikan mor ibund, d iket ahui bah wa p enye bab ut ama kemat ian ikan dari masing-masing kelo mpo k

pe rlakuan ad alah kare na p enyakit st re pt o co cco sis. Fakt a ini mengindikasikan bahwa po pulasi ikan nila uji yang digunakan pada penelitian ini tidak sepenuhnya specific pat hogen free (SPF) t erhadap keberadaan infeksi bakteri S. agalactiae, atau sangat mungkin bahwa level infeksi yang sangat ringan dan bersifat sist emik; jenis bakt eri pat o gen ini mampu bersifat lat ent, sehingga su lit t e r d e t e ks i ke b e rad aa n n ya p ad a sa at p ro se s p en apisan . Me skipu n d e mikian , p em b erian vaksin ko mbinasi “t rivalen” juga memperlihat kan hasil yang po sit if; set idaknya mengurangi t ingkat kemat ian ikan u ji s e la m a p r o s e s in d u k s i k e k e b a la n s p e s ifik (Gambar 2).

Ke p a st ian b a h wa va ks in ko m b in as i “t r iva le n ” memperlihat kan kinerja yang baik dalam mencegah penyakit st rept o co cco sis pada ikan nila dapat dilihat p a d a h a s il p r o s e s u ji t a n t a n g t e r h a d a p b a k t e r i S. agalact iae-N14G pada do sis let al 50% (LD50)  105

cfu/mL per eko r ikan sebagaimana dit unjukkan pada Gambar 3. Pada Gambar 3, mengindikasikan bahwa vaksin ko m binasi “t rivalen” yang d iberikan melalui perendaman dapat meningkat kan level pro t eksi ikan nila t erhadap penyakit st rept o co cco sis.

Hasil akhir dari pro ses uji t ant ang pada ikan nila t erhadap bakt eri S. agalact ia N14G yang berlangsung selama 28 hari, menunjukkan bahwa kelo mpo k ikan Gambar 1. Mo rt alit as ikan lele selama pro ses uji t ant ang yang diamat i selama 10 hari dari saat infeksi buat an t erhadap bakt eri Aeromonas hydrophila-AHL0905-2 pada do sis let al 50% (LD50)  108 cfu/mL per eko r

ikan. VP= vaksin ko mbinasi fo rmulasi pro po rsio nal (1:1:1), no n-VP= vaksin ko mbinasi fo rmulasi no n-pro po rsio nal (1:3:3), dan cont rol= ko nt ro l (t anpa pemberian vaksin)

Figure 1. M ort alit y of cat fish during challenge t est against Aeromonas hydrophila-AHL0905-2 at t he let hal dose of 50% (LD

50) 10

8 cfu/mL per fish for t en days observat ion. VP= combinat ion vaccine wit h proport ional

for mulat ion (1:1:1), non-VP= combinat ion vaccine w it h non-pr oport ional for mulat ion (1:3:3), and cont rol= cont rol (no vaccine)

44.27 48.27 79.93

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

M

o

rt

a

li

ta

s

(

M

o

rt

a

li

ty

)

(%

)

Hari (Days) VP

(7)

yang d ivaksin memb erikan t ingkat m o rt alit as yang lebih rendah (37,80%-40,00%) dibandingkan dengan ke lo mp o k ko nt ro l (66,67 %). Hasil an alisis st at ist ik diketahui bahwa terdapat perbedaan t ingkat kemat ian yan g n ya t a (P< 0 ,0 5 ) an t ara ke lo m p o k p e rlaku an d ib an d in g kan d e n gan ke lo m p o k k o n t r o l, n am u n berdasarkan hasil uji beda jarak berganda, t idak ada pe rb ed aan yan g nyat a ant ara kelo m po k p erlaku an vaksin ko m b in asi “t rivale n ” p ro p o rsio n al d e n gan vaksin ko mbinasi “t rivalen” non-pro po rsional. Taukhid et al. (20 1 5 ) me n d ap at kan nilai rat aan m o rt alit as pengujian vaksin St rept o vac skala labo rat o rium pada ikan nila sebesar 23,85%; dan pada kelo mpo k ko nt ro l sebesar 52,45%. Sedangkan pada skala lapang unt uk sed iaan vaksin dan je n is ikan yan g sam a, masing-masing dipero leh nilai mo rt alit as sebesar 38,20% dan 64,1 0%. Be rdasarkan hasil dari ked ua jen is sed iaan vaksin t erseb ut , yait u sediaan ko mbinasi “t rivalen” dan “m o n o valen t ” m em pe rlih at kan pe rfo rma h asil akhir yang hampir sama, yait u terdapat perbedaan yang nyat a pada selang kepercayaan 95%.

Vaksin unt uk pe nce gah an st rep t o co cco sis pada ikan nila t elah dieksplo rasi, ant ara lain o leh Evan et al. (2004a dan 2004b), Pasnik et al. (2005), Ismail et al. (2 0 1 0 ), d a n Pr a s a d & Ar e e ch o n (2 0 1 0 ). Se c a r a kese lu ruh an, h asil yang dip ero le h d ari p e ne lit ian

-penelitian t ersebut menunjukkan bahwa bakt eri Strep-t ococcus spp. yang diiso lasi dari ikan nila memiliki sifat im un o gen isit as yang b aik, d an b erp o t en si seb agai a n t ig e n p o t e n s ia l u n t u k m e n c e g a h p e n ya k it st re p t o cco sis pad a b ud id aya ikan n ila. Tau kh id & Pur waningsih (2011a) mendapatkan bahwa pemberian vaksin bakt eri sel ut uh (whole cell) yang diinakt ivasi dengan menggunakan fo rmalin memberikan nilai t i-t e r ani-t ibo d i d an sin i-t asan ikan uji yang leb ih baik, d ib a n d in g k a n d e n g a n p ro s e s in a kt iva s i m e la lu i p em an asan m au p u n so n ikasi. Pasnik et al. (20 0 5 ) menyat akan bahwa pembe rian vaksin Ext r a Cellular Product (ECP) S. agalact iae pada ikan nila memberikan perlindungan (durat ion of immunit y) t erhadap infeksi bakt eri ho mo lo g h ingga 1 80 hari pasca pembe rian vaksin.

Pada po pulasi ikan gurami uji, dari saat pemberian vaksin h in gga m en je lang pro ses u ji t ant an g, t id ak dit emukan adanya ikan uji yang mengalami kemat ian pada seluruh kelo mpok perlakuan (sint asan 100%); dan secara visual t idak dit emukan adanya individu ikan uji yang menunjukkan gejala klinis akibat infeksi pat ogen t e rt en t u .

Hasil proses uji t ant ang pada ikan gurami t erhadap bakt eri M . fort uit um-31 yang berlangsung selama 45 hari, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4. Secara Gambar 2. Sint asan ikan nila uji dari masing-masing kelompo k perlakuan selama perio de induksi kekebalan

selam a 2 8 h ari p e ngam at an d en gan sist e m re sirkulasi. VP= vaksin ko m bin asi fo rm ulasi pro po rsio nal (1:1:1), no n-VP= vaksin ko mbinasi fo rmulasi no n-pro po rsio nal (1:3:3), dan con-t rol= ko nt ro l (t anpa pemberian vaksin)

Figure 2. Survival rat e of t ilapia post vaccinat ion for 28 days durat ion (induct ion period of immunit y), t he fish were reared in recirculat ion syst em. VP= combinat ion vaccine wit h proport ional formulat ion (1:1:1), non-VP= combinat ion vaccine wit h non-proport ional formulat ion (1:3:3), and cont rol= cont rol (no vaccine)

VP, 92.8 Non-VP, 91.3

Cont rol, 82.3

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

VP Non-VP Cont rol

S

in

ta

sa

n

(

S

u

rv

iv

a

l

ra

te

)

(%

)

(8)

s t a t is t ik m e n u n ju k k a n b a h w a t id a k t e r d a p a t pe rb edaan t ingkat m o rt alit as yang nyat a (P> 0 ,0 5) a n t a r a k e lo m p o k p e r la k u a n p e m b e r ia n va k s in ko m binasi “t rivalen ” pro p o rsio nal (68,89%) den gan no n-proporsional (73,30%); namun terdapat perbedaan yan g n ya t a (P< 0 ,0 5 ) an t ara ke lo m p o k p e rlaku an p e m b e r ia n va k s in k o m b in a s i “t r iva le n ” d e n g a n kelo mpo k ko nt ro l (100,00%). Taukhid et al. (2014a) mendapat kan nilai mo rt alit as po pulasi ikan gurami yang divaksin dengan sediaan vaksin “mo no valent ” M. fort ut ium 31 (Myco fortyVac) pada skala laborato rium sebesar 16,67%-26,67%, dibandingkan dengan t anpa pemberian vaksin dengan kisaran mo rt alit as 33,33%-39,33%. Selanjut nya Bangkit (2011) menyat akan bahwa vaksin M . fort uit um dalam bent uk sediaan broth dengan do sis 107 cfu/mL dan/at au bent uk sediaan ext ra cellular

pro duct (ECP) pada do sis 109 cfu/mL yang diberikan

melalui perendaman unt uk pencegahan penyakit my-co bact erio sis pada ikan gurami, mampu menginduksi kekebalan spesifik t erhadap myco bact erio sis dengan mo rt alit as hanya sebesar 20%, dan t ingkat gejala klinis r in g a n s e t e la h d iu ji t a n t a n g t e r h a d a p b a k t e r i M . f or t ui t um h o m o lo g . Pa d a Ga m b a r 4 ju g a memperlihatkan adanya kecenderungan seperti halnya yang dipero leh pada hasil uji t ant ang jenis ikan uji lainnya t erhadap pat o gen t arget (ikan lele t erhadap

bakt eri A. hydrophila dan ikan nila t erhadap bakt eri S. agalact iae), pada uji t ant ang ikan gurami t erhadap bakt eri M . fort uit um juga menunjukkan bahwa vaksin k o m b in a s i “t r iva le n ” p r o p o r s in a l c e n d e r u n g m e m b e rik a n t in g k at p r o t e k s i ya n g le b ih t in g g i dibandingkan dengan vaksin kombinasi “t rivalen” non-pro p o rsio n al.

Secara umum diket ahui bahwa ikan gurami juga relat if rent an t erhadap infeksi bakt eri A. hydrophila, o leh karena it u, pada penelit ian ini juga dilakukan uji t ant ang t e rhadap jenis bakt eri t erse but . Selain it u, u ji t an t ang t e rhad ap le b ih dari sat u je nis b akt e ri pat o gen t erhadap salah sat u jenis ikan uji; akan lebih m e m a s t ik a n m e k a n is m e k e r ja (s in e r g e t ik a t a u ant ago nist ik) dari sediaan vaksin ko mbinasi “t rivalen” yang d iberikan . Hasil pro ses uji t an t ang pad a ikan gurami t erhadap bakt eri A. hydrophila-AHL0905-2 yang berlangsung selama 10 hari, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5. Secara st at ist ik menunjukkan bahwa t idak t erdapat perbedaan persent ase mo rt alit as yang nyat a (P> 0,05) antara kelompok perlakuan pemberian vaksin ko m bin asi “t rivale n” p ro p o rsio nal (3 6 ,6 7%) dengan no n-pro po rsio nal (36,67%); namun t erdapat p erbe daan pe rsen mo rt alit as yan g nyat a (P< 0,05 ) a n t a r a k e lo m p o k p e r la k u a n p e m b e r ia n va k s in Gambar 3. Mo rt alit as ikan nila selama pro ses uji t ant ang yang diamat i selama 28 hari dari saat infeksi

buat an t erhadap bakt eri St rept ococcus agalact iae-N14G pada do sis let al 50% (LD50)  105

cfu/mL per eko r ikan; VP= vaksin ko mbinasi formulasi pro porsio nal (1:1:1), no n-VP= vaksin ko mbinasi fo rmulasi no n-pro po rsio nal (1:3:3), dan co nt ro l= ko nt ro l (t anpa pemberian vaksin)

Figure 3. M ort alit y of t ilapia during challenge t est against Streptococcus agalactiae-N14G at t he let hal dose 50% (LD50) 105

cfu/mL per fish for 28 days observat ion; VP= combinat ion vaccine wit h proport ional formulat ion (1:1:1), non-VP= combinat ion vaccine wit h non-proport ional formulat ion (1:3:3), and cont rol= cont rol (no vaccine)

37.8 40 66.67

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28

M

o

rt

a

li

ta

s

(

M

o

rt

a

li

ty

)

(%

)

Hari (Days) VP

(9)

ko m b in as i “t rivale n ” (3 6 ,6 7 %) d e n g an ke lo m p o k ko nt ro l (66,6 7%). Pen gujian vaksin Hydro vac u nt uk me ncegah “pe nyakit merah ” akibat infeksi bakt e ri A. hydr ophil a p ad a p o p u las i ika n g u ra m i m e lalu i perendaman pada skala labo rat o rium, dipero leh nilai mo rt alit as sebesar 23,05%; dan pada kelompok kontrol sebesar 48,30% (Taukhid et al., 2015), dan selanjut nya disebut kan bahwa pada skala lapang unt uk sediaan vak sin d a n je n is ikan yan g sam a, d ip e ro le h n ilai mo rt alit as sebesar 26,80% dan 46,55%.

Berdasarkan hasil yang dipero leh pada penelit ian ini, maka secara umum memperlihat kan bahwa vaksin kombinasi “trivalen” yang mengandung gabungan t iga ant igen bakt eri, yait u A. hydrophila, S. agalact iae, dan M . fort uit um memiliki po t ensi sebagai sediaan vaksin yang dapat digunakan unt uk mencegah infeksi ket iga jenis bakt eri pat o gen t ersebut pada budidaya ikan air t awar. Fakt a t erse but juga men gind ikasikan bah wa sediaan vaksin ko mb inasi “t rivalen” t ersebu t dapat b e ke r ja se cara sin e rg is, m e skip u n e fikas i s e ca ra keseluruhan dari sediaan vaksin ko mbinasi t ersebut masih perlu dit ingkat kan.

Nilai persent ase mo rt alit as ikan lele uji pada akhir pro ses uji t ant ang t erhadap bakt eri A. hydrophila, ikan nila t erhadap bakt eri S. agalact iae, dan ikan gurami

t erhadap bakt eri M . fort uit um selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Ame nd (198 1) men ggunakan definisi “r el at i ve per cent sur vi val” (RPS) u n t u k m e n g u ji/ mengevaluasi po t ensi (efikasi) suat u sediaan vaksin ikan. RPS merupakan nilai pro po rsi mo rt alit as ant ara kelo mpo k ikan yang divaksin dengan ko nt ro l selama perio de uji t ant ang (challenge) at au wabah penyakit (disease out break). Hingga kini, nilai RPS merupakan salah sat u paramet er ut ama yang digunakan dalam mengevaluasi suat u sediaan vaksin ikan. Berdasarkan nilai relat ive percentage of survival (RPS) yang dipero leh, memperlihat kan adanya kecenderungan bahwa vaksin k o m b in a si “t r iva le n ” p r o p o r s io n a l m e m b e r ik a n efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan vaksin k o m b in a s i “t r iva le n ” n o n -p r o p o r s io n a l. Kecenderungan t ersebut dit emukan pada seluruh ikan uji (le le, n ila, d an gu ram i) t e rh adap b akt eri u t ama p en ye bab p e n yakit p o t e nsial p ad a m asin g-m asin g jenis ikan t ersebut .

Pada Tabel 1 secara det ail dit ampilkan nilai relat ive percent age of survival (RPS) yang dipero leh dari dua sediaan vaksin kombinasi “t rivalen” (pro po rsio nal dan no n-pro po rsio nal) pada masing-masing jenis ikan uji t erhadap bakt eri ut ama penyebab penyakit pada jenis ikan yang bersangkut an. Nilai RPS vaksin ko mbinasi “trivalen” pro po rsio nal pada ikan lele terhadap bakt eri Gambar 4. Mo rt alit as ikan gurami selama pro ses uji t ant ang yang diamat i selama 45 hari dari saat infeksi

buat an t erhadap bakt eri M ycobact erium fort uit um 31 pada do sis let al 50% (LD50)  107

cfu/mL per ekor ikan; VP= vaksin kombinasi formulasi proporsio nal (1:1:1), no n-VP= vaksin kombinasi fo rmulasi no n-pro po rsio nal (1:3:3), dan co nt ro l= ko nt ro l (t anpa pemberian vaksin)

Figure 4. M ort alit y of giant gourami during challenge t est against M ycobacterium fortuitum 31 at t he let hal dose 50% (LD50) 107

cfu/mL per fish for 45 days observat ion; VP= combinat ion vaccine w it h proport ional formulat ion (1:1:1), non-VP= combinat ion vaccine wit h non-proport ional formulat ion (1:3:3), and cont rol= cont rol (no vaccine)

68.89 73.3 100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

M

o

rt

a

li

ta

s

(

M

o

rt

a

li

ty

)

(%

)

Hari (Days) VP

(10)

Gambar 5. Mo rt alit as ikan gurami selama pro ses uji t ant ang yang diamat i selama 10 hari dari saat infeksi buat an t erhadap bakt eri Aeromonas hydrophila AHL0905-2 pada do sis let al 50% (LD50)  108 cfu/

mL per eko r ikan; VP= vaksin ko m binasi fo rmulasi pro p o rsio nal (1:1 :1), no n -VP= vaksin ko mbinasi fo rmulasi no n-pro po rsio nal (1:3:3), dan co nt ro l= ko nt ro l (t anpa pemberian vaksin) Figure 5. M ort alit y of giant gourami during challenge t est against Aeromonas hydrophila AHL0905-2 at t he

let hal dose 50% (LD

50) 10

8 cfu/mL per fish for 10 days observat ion; VP= combinat ion vaccine wit h

proport ional formulat ion (1:1:1), non-VP= combinat ion vaccine wit h non-proport ional formulat ion (1:3:3), and cont rol= cont rol (no vaccine)

Ke terang an (Not e):

RPS = p e rse ntase sint asan relat if (relat i ve percent age of sur vival)

VP = vaksin ko mbinasi fo rmu lasi p ro p o rsio nal (1:1:1) (combi nat i on vaccine wi t h proport ional formulat ion (1:1:1 ))

No n -VP = vaksin ko mbinasi fo rmu lasi no n-p ro p o rsio nal (1:3:3) (combinat i on vaccine wit h non-pr opor t ional formulat ion (1 :3:3 ))

Cont rol = ko ntro l (tan p a p emb erian vaksin) (cont rol (no vaccine))

Tabel 1. Mo rt alit as (%) ikan u ji dan nilai pe rse nt ase sin t asan relat if (RPS) se t elah diu ji t antang t erhadap bakt eri penyebab penyakit ut ama pada ikan lele, nila, dan gurami Table 1. M ort alit y (%) of fish and t he value of relat ive percent age of survival (RPS) afer challenged

against bact eria causing significant disease on cat fish, t ilapia, and gouramy

I kan Fish species

Di t ant ang t erhadap Challenge against

Perl akuan Tr eatments

Mort alit as

M or tality (%)

RPS (%)

P-V 44 .2 7 ± 3 .41 44 .61 NP-V 48 .2 7 ± 2 .90 39 .61 Ko n tr ol (Control) 79 .9 3 ± 3 .62

-P-V 37 .8 0 ± 2 .97 4 3 .3 NP-V 40 .0 0 ± 3 .18 4 0 Ko n tr ol (Control) 66 .6 7 ± 2 .94

-P-V 68 .8 9 ± 2 .87 17 .86 NP-V 73 .8 9 ± 3 .10 7 .1 4 Ko n tr ol (Control) 62 .2 2 ± 2 .99

-Gu r ami (Gouramy) Aeromonas hydrophila-AHL0 9 0 5-2 P-V 36 .6 7 ± 2 .03 4 5 Gu r ami (Gouramy) M ycobact erium f ortuit um-3 1

Lele (Cat fish) Aeromonas hydrophil-AHL0 90 5 -2

Nila (Tilapia) Strept ococcus agalact iae-N1 4 G

36.67 66.67

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

M

o

rt

a

li

ta

s

(

M

o

rt

a

li

ty

)

(%

)

Hari (Days) VP

(11)

A. hydrophila-AHL0905-2, ikan nila t erhadap bakt eri A. hydrophila-AHL0905-2, ikan nila t erhadap bakt eri S. agalact iae-N1 4 G, ikan gu ram i t e rh ad ap b akt e ri M . fort uit um-31 dan A. hydrophila-AHL0905-2 masing-masing sebesar 39,61%; 40,00%; 7,14%; dan 45,00%.

Berd asarkan capaian nilai RPS vaksin ko mbinasi “t rivalen”, baik fo rmulasi pro po rsio nal maupun no n-pro po rsio n al; maka sed iaan vaksin t ersebut belum memenuhi st andar persyarat an yang dit et apkan o leh Kement erian Kelaut an dan Perikanan, Republik Indo -nesia (Ano nim, 2013) yang mempersyarat kan bahwa sediaan vaksin ikan dianggap efekt if apabila memiliki n ilai RPS seb e sar  50 % ap ab ila dibe rikan m elalu i perendaman. Karena nilai RPS belum memenuhi bat as yang dipersyaratkan, maka perlu dilakukan peningkatan n ila i e fik as i se d ia a n p ro d u k va k sin t e r se b u t ; d i an t aran ya m e lalu i t e kn ik ap likasi vaksinasi u lan g (boost er) at aupun penggunaan unsur adj uvant.

KESIM PULAN

Efik a s i va k s in “t r iva le n ” ya n g m e n g a n d u n g k o m b in a s i t ig a je n is a n t ig e n b a k t e r i, ya it u A. hydr ophila-AHL0 9 0 5 -2 , S. agalact iae-N1 4 G, d an M . fort uit um-31 dengan fo rmulasi pro po sio nal maupun no n-pro po sio n al me miliki po t en si se bagai sed iaan vaksin yang dapat digunakan unt uk mencegah infeksi ket iga jenis bakt eri pat o gen pada budidaya ikan air t awar walaupun nilai RPS yang dipero leh masih belum memenuhi persyarat an vaksin yang efekt if.

UCAPAN TERIM A KASIH

Pe n e lit ia n in i d ib ia ya i o le h DIPA 2 0 1 5 Ba la i Pen elit ian d an Pe ngem ban gan Bu d id aya Air Tawar, Bo go r. Penulis mengucapkan t erima kepada Saudara Edy Farid, Ahmad Wahyudi, Set iadi, dan Jo han Afandi a t a s b a n t u a n n ya s e la m a p e la k s a n a a n k e g ia t a n penelit ian.

DAFTAR ACUAN

Abubakar, M., Muhammad, G., & Ibrahim, K. (2006). Primar y and seco ndar y immune respo nse t o fo r-malin inact ivat ed St rept ococcus agalact iae iso lat es in rabbit s. Pakist an Vet . J., 26(3), 115-117. Amend, D.F. (1981). Po t ency t est ing o f fish vaccines.

Development Biological St andard, 49, 447-454. Ano nim. (2013). Pengujian mut u o bat ikan go lo ngan

bio lo gik dalam Met o da Pengujian Mut u dan Obat Ikan unt uk Mendapat kan No mo r Regist rasi dari

Kement erian Kelaut an dan Perikanan. Direkt o rat Jenderal Perikanan Budidaya (t idak dipublikasikan). Bailo ne, R.L., Mart insa, M.L., Mo uriño a, J.L.P., Vieiraa, F.N., Pedro t t ia, F.S., Nun esa, G.C., & Silvaa, B.C. (2010). Hemat o lo gy and agglut inat io n t it er aft er po lyvalent immunizat ion and subsequent challenge w it h Aer om on a s h yd r op h i l a in n ile t ila p ia (Oreochromis nilot icus). Arch. M ed. Vet., 42, 221-227. Bangkit , I. (2 01 1). Efekt ivit as vaksin M ycobacterium fortuitum yang diinakt ivasi dengan formalin unt uk penceg ahan m ycobact er i osi s pada i kan gur am i (Osphronemus goramy). Skripsi. Jurusan Perikanan, Fa ku lt as Pe rikan a n d an Ke la u t an , Un ive rsit as Padjadjaran, Jat inango r. Bandung, 58 hlm.

Eva n s , J. J., Kle s iu s , P. H. , Sh o e m a ke r, C. A., & Fit zpat rick, B.T. (2004a). St rept ococcus agalact iae vaccin at io n an d in fe ct io n st ress in n ile t ilapia, Oreochromis nilot icus. Journal of Applied Aquacult ure, 16 pp. gudding, at le lillehaug and o yst ein evensen. Jo hn Wiley & So ns, Lt d. Wiley Blackwell, p 1-9. Huang, Z., Tang, J., Li, M., Fu, Y., Do ng, C., Zho ng,

J.F., & He, J. (2012). Immuno lo gical evaluat io n o f Vibrio alginolyt icus, Vibrio harveyi, Vibrio vulnificus and infect io us spleen and kidney necro sis virus (ISKNV) co mbined-vaccine efficacy in Epinephelus coioides. Vet erinar y Immunology and Immunopat hol-ogy, 150, 61-68.

Ismail, N.E.D.A., At t a, N.S., & Aziz, A.E. (2010). Oral vaccinat io n o f nile t ilapia (Or echromis nilot icus). European Associat ion Fish Pat hologist, 19(1), 1-3. Kamelia, M.O., & Laila, A.M. (2009). Trials fo r

(12)

Osm an , K.M., Mo h am e d , L.A., Rah m an , E.H.A., & So liman, W.S. (2009). Trials fo r vaccinat io n o f t i-lapia fish against Aeromonas and Pseudomonas in-fect io ns using mo no valent , bivalent , and po lyva-lent vaccines. Word Journal of Fish and M arine Sci-ence, I(4), 297-304.

Park, S.B., Nho , S.W., Jang, H.B., Cha, I.S., Kim, M.S., Jai-Lee, W., & Jung, T.S. (2016). Develo pment o f t h ree-vale nt against st rept o co ccal infect io ns in o live flo under, Paralicht hys olivaceus. Aquacult ure, 461, 25-31.

Pasnik, D.J., Evan s, J.J., & Klesius, P.H. (2 011). Sp e-cific serum ant ibo dy respo nses in channel cat fish (Ict alur us punct at us) p ro vid e lim it ed pro t e ct io n against St rept ococcus ict aluri challenge. Sho rt co m-municat io n. Vet erinar y Immunology and Immunopa-t hology, 144, 144-146.

Pasnik, D.J., Evans, J.J., Panangala, V.S., Klesius, P.H., Sh elby, R.A., & Sh o emaker, C.A. (2005 ). Ant ige-nicit y of Streptococcus agalact iae ext racellular prod-uct s and vaccine efficacy. In Journal of Fish Diseases, 28(4), 205-212.

Po o balane, S. (2 007). Aeromonas hydrophila vaccine development using immune-prot eomics. Thesis. Inst i-t ui-t e o f Aquaculi-t ure, Universii-t y o f Si-t irling. Unii-t ed Kingdo m, 217 pp.

Po o balane, S., Tho mpso n, K.D., Ardó , L., Verjan, N., Han, H., Jeney, G., Hiro no , I., Ao ki, T., & Adams, A. (2010). Pro duct io n and efûcacy of an Aeromonas hydrophila reco mbinant S-layer pro t ein vaccine fo r ûsh. Vaccine 28: 3540–3547.

Prasad, S., & Areecho n, N. (2010). Efficacy o f fo rma-lin-killed Aeromonas hydrophila and Streptococcus sp. vaccine in red t ilapia. Our Nat ure, 8, 231-240. Pur waningsih, U., & Taukhid. (2010). Vaksin ant i St

rep-t ococcus spp. inakt ivasi melalui pemanasan (heat killed) unt uk pencegahan penyakit st rept o co cco -sis pada ikan nila (Oreochromis nilot icus). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 Buku 2. hlm. 901-904; ISBN 978-979-786-033-2.

Ro ldan, M.A.M. (2014). Development of a vaccine against

Francisella noatunensis subsp. orient alis in red nile t ilapia (Oreochromis niloticus). Mast er o f Science Th esis. In st it ut e o f Aqu acu lt u re, Unive rsit y o f St irling, St irling FK9 4LA. Unit ed Kingdo m, 38 pp. Serfling, S. (2015). Go o d aquacult ure pract ices t o re-d u ce t h e u s e o f ch e m o t h e r a p e u t ic a g e n t s , minimise bact erial resist ant , and co nt ro l pro duct qualit y. Bull. Fish. Res. Agen., 40, 83-88.

Silva, B.C., Mart ins, M.L., Jat o b á, A., Ne t o , C.C.B., Vieira, F.N., Pereira, G.V., Jerô nimo , G.T., Seiffert , W.Q., & Mo uriño , J.L.P. (2009). Hemat o lo gical and immuno lo gical respo nses o f nile t ilapia aft er po

ly-valent vaccine administ rat io n by different ro ut es. Pesq. Vet . Bras., 29(11), 874-880.

Sugiani, D., & Lusiast uti, A.M. (2011). Kerent anan ikan nila (Oreochromis nilot icus) t erhadap serangan ko -infeksi St rept o co cco sis dan mot ile aeromonad sep-t icaemia (MAS). Prosiding Seminar Nasional Tahunan VIII Hasil Penelit ian Perikanan dan Kelaut an PL-09. Su giani, D. (201 2). Vaksin bivalen unt uk pencegahan

penyakit mot ile aeromonad sept icaemia (M AS) dan st r ep t ococcosi s p ad a i k a n n i l a (Or eoch r om i s niloticus). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Inst it ut Pert anian Bo go r. Bo go r, 135 hlm.

Sugiani, D. (2013). Ko -infeksi jangan anggap remeh. M aj alah INFHEM Infor masi Kesehat an Ikan dan Lingkungan, Juni 2013, 4(4), 17-19.

Sumiat i, T., & Taukhid. (2011). Efekt ivit as vaksin St rep-tococcus agalactiae sediaan broth pada penyimpanan. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur 2010 Buku 2, hlm. 681-686; ISBN 978-979-786-039-4. Riset BPPBAT Bogor 4-5 Desember 2012.

Taukhid, & Pur waningsih, U. (2011a). Efikasi berbagai se d ia an vak sin St r ept ococcus agalact iae u n t u k pencegahan penyakit st rept o co cco sis pada ikan nila, Oreochromis nilot icus. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur 2011, hlm. 667-679; ISBN 978-979-786-039-4.

Taukhid, & Pur waningsih, U. (2011b). Penapisan isolat bakt eri St rept ococcus spp. sebagai kandidat ant i-gen dalam pe m bu at an vaksin , sert a e fikasinya unt uk pencegahan penyakit st rept oco cciasis pada ikan nila, Oreochromis nilot icus. J. Ris. Akuakult ur, 6(1), 103-118.

Taukhid, Supriyadi, H., Ko marudin, O., & Sugiani, D. (2 01 1c). Vaksin Aeromonas hydrophila. Rep ub lik Indo nesia. No mo r Pat en P002011 00092. Tau kh id , Taslih an , A., & Lu siast u t i, A.M. (2 0 1 2 a).

Pro spek vaksinasi pada perikanan budidaya di In-do nesia. Prosiding Indoaqua-Forum Inovasi Teknologi Akuakult ur, hlm. 805-814.

(13)

Taukhid, Lusiast ut i, A.M., Pur waningsih, U., Sugiani, D. , & Su m ia t i, T. (2 0 1 4 a ). Ap lik a s i va k s in Myco fo rt ivac unt uk pencegahan penyakit myco -b a ct e r io s is p a d a -b u d id a ya ik a n g u r a m i. Reko mend asi Tekno lo gi Kelaut an dan Perikanan 2 0 1 4 . Ba d a n Pe n e lit ia n d a n Pe n g e m b a n g a n Kelaut an dan Perikanan. Jakart a, hlm. 211-219. Taukhid, Lusiast ut i, A.M., Sumiat i, T., Sugiani, D., &

Pur waningsih, U. (2014b). Pengembangan vaksin b iva le n u n t u k p e n c e g a h a n p e n ya k it M ot i l e Aeromonad Sept icemia (MAS) dan St rept o co cco sis pada ikan nila (Oreochromis nilot icus). Prosiding Semi-nar Hasil Penelit ian Ter baik Tahun 2014. Ba d an Pe n e lit ia n d a n Pe n g e m b a n ga n Ke la u t an d a n Perikanan. Jakart a, hlm. 1-18.

Tau kh id , Sum iat i, T., An drian t o , S., & Gard e nia, L. (2014c). Evaluasi pasca rilis vaksin bakt eri in-akt if Aeromonas hydrophila (Hydro vac) dan St rept ococcus agalact iae (Strept ovac) untuk pencegahan penyakit

mot ile aeromonas sept icemia (MAS) dan st rept o co c-co sis pada budidaya ikan air t awar. Seminar Hasil Riset BPPBAT Bogor.

Taukhid, Lusiast ut i, A.M., Pur waningsih, U., Sugiani, D., & Sumiat i, T. (20 14d). Vaksin M ycobact erium f or t ui t um. Re p u b lik In d o n e s ia . No m o r Pat e n P00201401523.

Taukhid, Pur waningsih, U., Sugiani, D., Sumiat i, T., & Lu siast u t i, A.M. (2 0 1 5 ). Efikasi vaksin in -akt if b a k t e r i Aer om on a s h yd r op h i l a-AHL0 9 0 5 -2 (HYDROVAC) d an St rept ococcus agalact iae-N14 G (STREPTOVAC) u n t u k p e n ce g a h a n p e n ya k it b akt e rial p ad a b u d id aya ikan air t awar. J. Ris. Akuakult ur, 10(4), 541-551.

Gambar

Gambar 1.Mortalitas ikan lele selama proses uji tantang yang diamati selama 10 hari dari saat infeksi buatanterhadap bakteri Aeromonas hydrophila-AHL0905-2 pada dosis letal 50% (LD50)  108 cfu/mL per ekorikan
Gambar 2.Sintasan ikan nila uji dari masing-masing kelompok perlakuan selama periode induksi kekebalan
Gambar 3.Mortalitas ikan nila selama proses uji tantang yang diamati selama 28 hari dari saat infeksi
Gambar 4.Mortalitas ikan gurami selama proses uji tantang yang diamati selama 45 hari dari saat infeksi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis haturkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan anugerah kepada penulis sehingga penulis dapat

Penelitian ini bersifat normatif kualitatif, dimana penelitian ini akan memaparkan fakta-fakta dan bahan hukum yang dianalisis dengan uraian kualitatif

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- hasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran matematika dengan pendekat- an PBL berseting TGT efektif

menyertai talangan porsi haji pada Bank Muamalat Indonesia cabang.. Surabaya, Prosedur pemberian talangan porsi haji pada Bank. Muamalat Indonesia, Mengenai biaya dan pelunasan

Model matematika adalah uraian secara matematika dari fenomena dunia nyata. Tujuan model adalah memahami suatu fenomena dan mungkin membuat prakiraan tentang

Pihak public relations Pemerintah Daerah Kabupaten Tabalong yang dalam hal ini pihak Sekretariat Daerah Bagian Humas Kabupaten Tabalong dan Dinas Komunikasi,

Penyebab kecemasan pada keluarga pasien baru antara lain karena keluarga bingung, keluarga kurang mendapat penjelasan, ketakutan akan kematian, ketidakpastian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan akhlak pada siswa di sekolah SMP Samakkee Islam Wittaya sudah mendidik dengan baik, tetapi secara