• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE Ikan Uji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAHAN DAN METODE Ikan Uji"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

# Ko r esp o n d e n si: Balai Be sar Riset Bu d id aya Lau t d an Pe n yu lu h an Pe r ikan an . Jl. Br. Go n d o l Ke c. Ge ro kg ak

Kab . Bu le le n g , Ko t ak Po s 14 0 , Sin g ar aja, Bali 88 1 8 0 , In d o n e sia. Te l. + 6 2 3 6 2 9 2 2 7 2

E-m ail: kmahar di ka@ yahoo.com

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

INTENSITAS PARASIT INSANG (TREM ATODA M ONOGENEA: Pseudorhabdosynochus sp.) PADA IKAN KERAPU HIBRIDA M ELALUI INFEKSI BUATAN

Ket ut M ahardika#, Indah M astut i, dan Zafran

Balai Besar Riset Bu didaya Laut dan Penyu luhan Pe rikanan

Jl. Br. Gon dol Kec. Gerokgak Kab . Bu lele ng, Kotak Po s 140, Singaraja, Bali 88180

(Naskah dit erima: 18 Desember 2017; Revisi final: 11 Apr il 2018; Diset ujui publikasi: 12 April 2018)

Abst rak

Infeksi trematoda monogenea: Pseudorhabdosynochus sp. dapat menyebabkan kematian massal pada ikan kerapu. Prevalensi infeksi trematoda ini mencapai 100%, namun intensitasnya hingga menimbulkan gejala klinis dan kematian ikan belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas parasit insang (Pseudorhabdosynochus sp.) pada ikan kerapu hibrida “cantik” melalui infeksi buatan. Ikan uji direndam dalam air tawar dengan 100 mg/L formalin selama satu jam sebelum digunakan. Infeksi buatan dilakukan melalui (A) kohabitasi antara ikan sehat dengan ikan sakit dan (B) penempelan potongan lamella insang ikan yang terinfeksi parasit ke lamella insang ikan sehat. Pada perlakuan (A) sebanyak lima ekor ikan uji dipelihara bersama dengan dua ekor ikan sakit selama 3-4 hari, sedangkan perlakuan (B) penempelan lamella insang ikan sakit (1 g lamella insang/ikan) dilakukan pada lima ekor ikan uji selama lima menit. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Pada Kontrol kepadatan ikan uji sehat sebanyak enam ekor dan lima ekor. Wadah yang digunakan berupa bak plastik volume 100 L. Pengamatan intensitas parasit dan telurnya pada setiap lamella insang bagian kanan dan kiri dari lima ekor ikan uji dilakukan selama tiga minggu dengan interval waktu satu minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kohabitasi antara ikan sehat dan ikan sakit menyebabkan intensitas parasit Pseudorhabdosynochus sp. dan telurnya lebih tinggi dibandingkan dengan penempelan lamella insang. Pada kontrol, Pseudorhabdosynochus sp. maupun telurnya tidak ditemukan selama tiga minggu pemeliharaan. Hasil ini menunjukkan penyebaran Pseudorhabdosynochus

sp. dari ikan sakit ke ikan sehat lebih cepat dibandingkan dengan penempelan dari lamella insang ikan sakit.

KATA KUNCI: ikan kerapu hibrida “cantik”; Pseudorhabdosynochus sp.; kohabitasi; lamella insang

ABSTRACT: Intensity of gill parasites (monogenetic trematode: Pseudorhabdosynochus sp.) in hybrid grouper

fish through experimental infection. By: Ketut M ahardika, Indah M astuti, and Zafran

Monogenet ic trematode (Pseudorhabdosynochus sp.) infection often leads t o mass mort ality in groupers, with prevalency reaching 100%. However, t he int ensit y of t his parasit e t o infect grouper fish has yet t o be report ed. The purpose of t his research was t o st udy t he int ensit y of Pseudorhabdosynochus sp. in hybrid grouper “ cant ik” t hrough experiment al infect ion. The t est fish were soaked wit h 100 mg/L of formalin in fresh wat er before used. The experiment al infect ions were performed t hrough: (A) cohabit at ion bet ween healt hy fish wit h sick fish and (B) infect ion wit h at t ached of gills lamella of sick fish t o gill lamella of healt hy fish. In t reat ment (A), a t ot al of five t est fish were cohabit ed wit h t wo sick fish for 3-4 days, while in t reat ment (B), at tachment of gills lamella (1 g/fish) was done on five test fish for five minutes. Each treatment was repeated for t hree t imes. Six and five t est fish were maint ened as controls. The cont ainers used were 100 L plast ic t anks volume. Observat ion of int ensit y of t he parasit e infect ion and it s egg product ion in each lamella along the right and left gills of five fish were conduct ed for t hree weeks wit h one week int ervals. The result showed that t he cohabit at ion bet ween healt hy and sick fish caused an increase in t ot al of Pseudorhabdosynochus sp. and it s eggs compared wit h t he att achment of chopped-gills. In t he cont rol group, Pseudorhabdosynochus sp. and it s eggs were not found for t hree weeks. These result s indicat e t he spread of Pseudorhabdosynochus sp. from t he sick fish t o the healt hy is fish fast er t han t he at t achment of gill lamella from t he sick fish.

(2)

PENDAHULUAN

Ke gia t a n b u d id aya ik an k e r ap u d i In d o n e s ia m e ngalam i p e rke m b an gan yan g p e sat . Salah sat u ke rap u yang ban yak dibud idayakan saat in i adalah kerapu hibrida yang merupakan hasil persilangan ant ara ikan kerapu macan (Epinephelus fuscogut t at us) bet ina d an ikan ke rap u b at ik (Epinephelus polyphekadion) jant an. Kerapu hibrida ini dikenal dengan nama kerapu hibrida “cantik” di kalangan pembudidaya ikan kerapu. pert umbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kerap u m acan m aup un ke rapu bat ik (Jame s et al., 1999). Namun dalam perkembangan budidaya kerapu hibrida ini di keramba jaring apung masih dihadapkan dengan infeksi virus, parasit , dan bakt eri yang sering menimbulkan kemat ian massal.

Di In d o n e s ia , ik a n k e r a p u d ila p o r k a n d a p a t t erin fe ksi 2 5 sp esie s p arasit yan g be rbe d a se cara t akso no m i yait u Ciliat a, Micro spo rea, Mo no gene a, Acanthocephala, dan Hirudinea masing-masing dengan sat u spesies. Cest o da dan Nemat o da, masing-masing mempunyai empat spesies bersifat parasit , Digenea (lim a sp esie s), dan Crust acea (t u ju h sp esie s) t elah d iid e n t ifik a s i d a p a t m e n g in fe k s i ik a n k e r a p u (Kleinert z & Palm, 2015; Zafran et al., 1998). Pakan rucah merupakan salah satu media penyebaran parasit ke ikan budidaya. Infeksi parasit dari jenis cacing dapat pula t erjadi melalui organisme yang hidup secara alami di dalam atau di sekit ar wadah budidaya (keramba jaring apung). Terdapat 17 invertebrata yang dilapo rkan dapat menjadi inang perant ara bagi parasit . Risiko infeksi p arasit d ap at d iku ran gi d e n gan p e m b erian pakan tert entu yang memiliki beban parasit yang lebih rendah sepert i pemberian pakan rucah pada bagian dagingnya s a ja , a t a u d e n g a n m e m in im a lk a n k e lim p a h a n invert ebrat a (fouling) pada jaring keramba (Rückert et al., 2009) dan penggunaan pakan buat an (pellet ).

Se me n jak t ah u n 19 9 8 , salah sat u parasit yan g pe rnah d ilapo rkan m enginfeksi ikan kerapu beb ek (Cromilept es altivelis) adalah parasit insang (monogenea t r e m a t o d a ) d a r i g e n u s H al i ot r em a s p . , Pseudorhabdosynochus sp., dan Diplect anum sp. Parasit t erse bu t me nyeran g dan m en ginfeksi insan g ikan , sehingga secara kasat mat a sulit unt uk menent ukan apakah ikan t ersebut t erinfeksi parasit insang. Gejala klinis ke rapu yang t erinfe ksi parasit insan g sepe rt i n a fs u m a k a n m e n u r u n , b e r e n a n g a b n o r m a l d i permukaan air, dan t ubuh menjadi pucat (Zafran et al., 1 9 98 ). Pad a b u lan Me i-Ju li 2 0 1 6 t e rjad i ke m at ian

massal pada pembesaran ikan kerapu hibrida “cant ik” di ke ramba jaring apung di Teluk Pegamet an, Desa parasit lebih banyak dilakukan pada ikan yang dipelihara dalam sat u daerah, t eluk, danau, dan lainnya sepert i prevalensi dan int ensit as parasit insang Dact ylogyrus sp. dan Gyrodact ylus sp. pada ikan ko i (Cyprinus carpio) (Ju h ar iah et al., 2 0 1 2 ), p re vale n si d an in t e n sit as ekt o parasit pada ikan gabus (Channa st riat a) (Salam & Hidayat i, 2017); pada ikan hias (Ro sit a et al., 2012); pada ikan bet o k (Anabas t est udineus) (Maulana et al., 2017); identifikasi dan prevalensi parasit pada bandeng (Chanos chanos) (Fidyandini et al., 2012; Riko et al., 2012); dan pada ikan kerapu (Epinephelus sp.) (Sumino et al., 2017).

Ad ap un t u ju an dari pe ne lit ian in i adalah u nt uk m e n g e t a h u i in t e n s it a s p a r a s it in s a n g (Pseudorhabdosynochus sp.) pada ikan kerapu hibrida “cant ik” melalui infeksi buat an.

BAHAN DAN M ETODE

Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelit ian ini berasal dari hasil perbenihan di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Pe nyu luhan Perikanan . Seban yak 66 eko r ikan kerapu hibrida “cant ik” (panjang t o t al 9 ± 1,23 cm) t erleb ih dah ulu d i d esinfe ksi m elalu i p e re nd aman dengan 100 mg/L fo rmalin dalam air tawar dan dengan aerasi kuat selama sat u jam sebelum digunakan.

Parasit Insang, Pseudorhabdosynochus sp.

(3)

untuk diambil lamella-lamella insangnya. Lamella-lamella t e r s e b u t s e la n ju t n ya d ip o t o n g k e c il-k e c il menggunakan gunt ing st eril dan dit imbang masing-m a s in g s a t u g r a masing-m u n t u k u ji k o h a b it a s i masing-m e la lu i penempelan.

Infeksi Buatan

Infeksi buat an dilakukan dengan dua met o de yait u (A) ko habit asi ant ara ikan sehat dengan ikan sakit dan (B) infe ksi d engan menem pelkan po t o ngan lame lla insang ikan yang t erinfeksi parasit ke lamella insang ikan sehat. Perlakuan (A) menggunakan ikan uji kerapu h ib rida can t ik m asin g-m asin g se b an yak lima e ko r dit empatkan dalam bak plast ik volume 100 liter dengan empat ulangan bak. Kemudian, set iap bak diisi dengan dua eko r ikan yang t erinfe st asi parasit in sang (dua m in g gu s e t e lah k o h ab it asi). Pad a p e rlak u a n (B), dilakukan dengan menempelkan sat u gram po t o ngan insang ikan sakit ke insang kanan dan kiri pada ikan s e h a t s e la m a lim a m e n it . Ik a n -ik a n t e r s e b u t sebelumnya dianast esi dengan cairan eugeno l (0,2 mL per lima lit er air laut ) sehingga ikan t idak bergerak se lam a p e rla ku a n . Se la n ju t n ya, ikan -ik an k e ra p u hibrida “cant ik” yang t elah t erinfeksi parasit t ersebut (masing-masing lima eko r) dimasukkan ke dalam bak p la s t ik vo lu m e 1 0 0 lit e r. Po t o n g an in sa n g yan g me nem pel pada ikan sehat dibiarkan ikut t e rbawa masu k ke dalam b ak pe me liharaan, dan dilakukan pe ngam bilan de ngan shipon set e lah t iga h ari. Pada perlakuan ko nt ro l, sebanyak enam dan lima eko r ikan uji yang sehat dimasukkan ke dalam dua bak plast ik d e n g a n vo lu m e ya n g s a m a . Ik a n -ik a n t e r s e b u t dipelihara dengan air diam (t idak mengalir), dan air p e lih araan t e rse b u t d igan t i se t iap d u a h ari se kali se b an yak 5 0 %. Se t iap sa t u b ak d i m asin g-m asin g perlakuan digunakan unt uk pengamat an gejala klinis dan mo rt alit as ikan selama t iga minggu.

Intensitas Parasit Insang

Tin g k a t p e n u la r a n p e n ya k it p a d a u m u m n ya dinyat akan dengan prevalensi kejadian dan int ensit as p ar a sit . Pre vale n s i a d ala h p e rs e n t a se ik a n yan g t erinfeksi dibandingkan dengan seluruh ikan co nt o h yang diperiksa. Int ensit as adalah salah satu deskript o r yan g p alin g p e n t in g yan g h a ru s d ig u n a ka n s aa t m e ngu kur jum lah p arasit d alam sam p el host at au p o p u las i. In t e n sit a s d id e fin isikan se b agai ju m lah parasit yang t inggal/hid up di (at au pada) host yang t erinfeksi (Ro zsa et al., 2000).

Masing-masing lima eko r ikan uji pada perlakuan infeksi dan dua eko r pada ko nt ro l diambil pada minggu ke-1, ke-2, dan ke-3; dan dieut anasi dengan cairan eugeno l. Set iap lembar lamella kanan dan kiri (masing-masing empat lembar) dari ikan uji dipo t o ng dengan gunt ing st eril dan dit empat kan pada kaca-o bjek ( ob-j ect glass/slide glass). Pen gam at an in t en sit as p arasit in s a n g d ila k u k a n d i b a w a h m ik r o s k o p d e n g a n pembesaran 100-200 kali. Int ensit as parasit insang pada sat u eko r ikan uji dihit ung dengan rumus:

d i mana: Is : Int ensitas p arasit ikan

P : Ju mlah p arasit insang

Tp : Jum lah telu r p arasit N : Ju mlah ikan yan g d iamati

Analisis int ensit as parasit insang dilakukan secara deskript if dalam bent uk t abel dan grafik.

HASIL DAN BAHASAN

Kohabit asi ant ara ikan kerapu hibrida “cantik” yang sakit dengan yang sehat hanya berlangsung selama

3-1 2 3 4

1 Pseudorhabdosynochus sp . 56 6 5 1 9 4 7 18 7 2 Pseudorhabdosynochus sp . 31 2 8 5 9 5 2 17 0

Jum l ah parasi t pada set iap lem bar lam el la i nsang kanan

Number of gill parasite

in the each sheet of right gill lamella Parasi t insang

Gill par asite Nom or i kan

Number of fish

Tot al parasit i nsang/ekor

Total of

gill par asite Tabel 1. Int ensit as parasit insang Pseudorhabdosynochus sp.pada lamella insang kanan dari

ikan uji selama dua minggu ko habit asi dengan ikan yang t erinfeksi parasit insang secara alami.

Table 1. Int ensit y of Pseudorhabdosynochus sp. in t he gill lamella of healt hy hybrid grouper aft er t wo weeks cohabit ed wit h nat urally infect ed hybrid grouper

N Tp at au P

(4)

4 hari. Hal t ersebut disebabkan o leh kemat ian ikan ya n g s a k it (t e r in fe k s i p a r a s it in s a n g ). Na m u n demikian, met ode ko habitasi dapat menularkan cacing insang dari ikan sakit ke ikan sehat dan menimbulkan kemat ian set elah dua minggu (14 hari) pemeliharaan yait u sebanyak satu ekor (20%) diikut i dengan kematian dua eko r ikan set elah delapan hari (t o t al 60%). Dua eko r ikan masih bert ahan hidup sampai t iga minggu pemeliharaan dengan ko ndisi ikan sangat kurus dan le m ah . Ko n disi seb alikn ya t e rjad i p ada p e rlaku an infeksi buatan dengan menempelkan po to ngan insang ikan t erinfeksi parasit ke insang ikan sehat , t idak ada kematian selama t iga minggu, demikian juga pada ikan ko nt ro l masih sehat dengan nafsu makan tinggi sampai minggu ke-3 pemeliharaan (Gambar 1). Gejala klinis ikan yang t erinfeksi t erlihat n afsu makan men urun set elah sat u minggu pascako habit asi, berdiam lemah di dasar bak dan sesekali berenang ke permukaan air dekat aerasi, warna t ubuh pucat at au agak gelap, dan lama-kelamaan ikan menjadi kurus dan mat i. Gejala klinis dari hasil pengamat an ini sama dengan gejala klinis pada ikan kerapu bebek yang t erserang parasit insang yang dilapo rkan sebelumnya o leh Zafran et al. (1998).

Menurut Isshiki et al. (2007), ikan yang t erinfeksi b iasan ya me n un jukkan ge jala sep e rt i m en ggo so k-go so kan o perkulum insangnya pada dinding t angki yang menyebabkan abrasi dan pendarahan pada kulit o perkulum at au permukaan t ubuh yang diikut i o leh infeksi sekunder sesekali dengan Vibrio spp. Ikan yang

t e r in fe k s i m e n ja d i le s u d a n m e la ya n g d i d e k a t permukaan air at au diam di dasar bak pemeliharaan. Ikan akan menghasilkan lendir keput ihan di seluruh permukaan t ubuh, dit ambah insang pucat dan o rgan dalam karena b erkurangnya nafsu makan. Infest asi t r e m a t o d a m o n o g e n e a p a d a in s a n g d a p a t m e n ye b ab kan g an ggu an p e rn ap asan . In san g b isa m e m b e n g k a k d a n p u c a t , la ju p e r n a p a s a n b is a meningkat , dan ikan akan kurang t o leran t erhadap ko ndisi o ksigen rendah. Pada ikan dengan gangguan p e rnap asan p arah akan t e rlih at b e re n an g ke at as p e rmu kaan air u n t u k m e n gh iru p u d ara (gasp in g). Sejumlah besar tremato da mo nogenea pada kulit at au insang dapat menyebabkan kerusakan dan mo rt alit as yang signifikan (Reed et al., 2012).

Ha s il p e n g a m a t a n p a r a s it in s a n g Pseudorhabdosynochus sp. pad a ikan kerapu hibrida “cant ik” dari uji ko habit asi ant ara ikan sakit dengan ikan sehat maupun infeksi buatan dengan penempelan pot o ngan insang ikan sakit ke dalam insang ikan sehat menunjukkan bahwa parasit insang mampu berpindah dan b erkemb ang biak dari ikan sakit at au pun dari po to ngan insang ikan sakit ke ikan sehat secara cepat . Int ensit as parasit insang dan t elurnya hampir sama pada minggu pert ama pascainfeksi buat an (Tabel 2). Pada ko habit asi ant ara ikan sakit dengan ikan sehat t a m p a k in t e n s it a s p a r a s it in s a n g d e n g a n ce p a t meningkat sampai minggu kedua (122 ± 7,6— 2.214 ± 6 5 ,9 ); d an m u la i m e n u r u n d i m in g g u k e t ig a pascako habit asi (1.044 ± 18,6). Hal ini menunjukkan

Gambar 1. Sint asan ikan kerapu hibrida “cant ik” pada uji ko habit asi ant ara ikan sakit dengan ikan sehat , maupun infeksi buat an melalui penempelan po t o ngan insang ikan sakit ke insang ikan sehat selama t iga minggu pengamat an; A= perlakuan A, B= perlakuan B, dan C= ko nt ro l.

0 20 40 60 80 100

1 4 7 10 13 16 19

S

in

ta

sa

n

(

S

u

rv

iv

a

l

ra

te

)

(%

)

Wakt u p engam at an (Day of observat ion) A

B

(5)

bahwa intensit as parasit insang maksimal pada minggu kedua pascako habit asi, ikan t erlihat berenang lemah d an d iam d i d asar b ak p e m e liharaan kare na ikan kekurangan darah (anemia). Parasit insang t ersebut akan melepaskan diri dari inangnya dan akan mencari in a n g b a r u . Ha l t e r s e b u t d it u n ju k k a n d e n g a n menurunnya int ensit as parasit insang pada ikan uji set elah minggu ket iga. Ko ndisi yang sama juga t erjadi pada int ensit as t elur parasit insang yang meningkat sam p ai m in ggu p e rt am a (1 8 1 ± 4 ,6 0 ) d a n m u lai menurun di minggu kedua dan ket iga (137 ± 6,4 -22 ± 4 ,0 ). Hal t erse bu t kem un gkinan diseb ab kan karena t elur cacing di minggu kedua dan ket iga t elah banyak yang menet as.

Penularan parasit insang dari ikan yang t erinfeksi ke ikan se h at t e rut am a m e lalui ko nt ak lan gsun g. Mo nogenea cenderung memiliki siklus hidup langsung, yang be rart i bahwa t idak ada ho st pe rant ara yang diperlukan agar parasit dapat berepro duksi. Parasit d e wasa be rsifat h erm ap ro d it , yan g b e rart i b ah wa set iap o rganisme memiliki st rukt ur repro duksi jant an dan bet ina. Siklus hidup langsung dapat menyebabkan le d akan p o p u lasi d a lam s ist e m aku aku lt u r, ya n g me ngakibat kan pe nyakit klin is (Reed et al., 2 01 2). Parasit insang menempel pada lamella sekunder dengan hamulusnya (Gambar 2a dan b), dan berkembang biak dengan bert elur. Telur parasit insan g ini berb ent uk o val d an m e n e m p e l p ad a lam e lla in sa n g m e lalu i filam e nn ya yang b e rada p ada salah sat u uju ngnya (Gambar 2c). Pembent ukan embrio dimulai dari t elur yang dit unjukkan adanya sepasang bint ik mat a dalam t elur (Gambar 2c). Parasit muda t erlihat memiliki ha-mulus yang kuat unt uk melekatkan diri pada inangnya (Gam b a r 2 d ). Para sit m u d a b e rke m b an g m e n ja d i p a ra sit d e w as a d e n ga n u ku ra n yan g le b ih b e s ar (Gambar 2e). Erazo -Padago r & Cruz-Lacierda (2010) m e n g at ak an b ah w a sa t u p ar as it d e wa sa m am p u menghasilkan t elur sebanyak 10-22 but ir/hari. Telur berbentuk o val (0,021-0,120 mm) dengan filamen spi-ral pada salah sat u ujungnya. Tingkat penet asan t elur sangat bervariasi, yaitu beberapa t elur menet as dalam dua hari, sedangkan yang lain memerlukan waktu enam hari. Telur menetas menjadi lar va yang dapat berenang bebas (o nco miracidia) dalam wakt u 2-6 hari pada suhu 30°C dengan salinit as 30 ppt . Onco miracidium dapat menempel ke ikan kerapu dalam wakt u delapan jam. Set elah melekat , o n co miracid ium berm et am o rfo sis lamella insang ikan t erinfeksi parasit ke insang ikan se h at m e n u n ju kkan int e n sit as p arasit in san g d an

t elurnya lebih sedikit dibandingkan dengan int ensit as parasit insang dan t elurnya dengan ko habit asi ant ara ikan sakit dengan ikan sehat (Tabel 2). Hal t ersebut ke m u n gkin an d ise b ab kan o le h se d ikit n ya ju m lah parasit insang yang mampu berpindah dari po t o ngan insang ikan sakit ke lembar lamella insang ikan sehat s e lam a lim a m e n it . Walau p u n , p o t o n g an in s an g t ersebut masih berada di dasar bak pemeliharaan ikan k a r e n a p o t o n g a n in s a n g t id a k d ia m b il s e t e la h penempelan selama lima menit dan dibiarkan dalam bak bersama ikan uji. Namun demikian, parasit insang yang mungkin masih berada dalam po t o ngan insang t idak mampu menginfest asi insang ikan sehat karena ko ndisi parasit insang dan t elurnya sudah lemah saat didiamkan menempel pada insang ikan sehat t anpa air laut . Parasit insang dan t elurnya t idak dit emukan pada ikan ko nt ro l selama t iga minggu pemeliharaan. Se b a g ia n b e s a r p a r a s it in s a n g t r e m a t o d a mo no genia menggunakan hapt o rs unt uk menempel p ad a filame n in san g. Ket erikat an hapt o r t erut am a dicapai o leh hamuli yan g mampu menembus epit el int erlamella jaringan insang. Efek pat o lo gis dari infeksi t ersebut menyebabkan t erjadinya pemecahan epit el pelapis, nekro sis sel epit el, vakuo lasi di dalam dan di lu ar sel inang, p eleb uran lam ella in sang, pe cahn ya kapiler darah, infilt rasi erit ro sit dan degenerasi dan fibro sis pada epit el int erlamella. Respo ns host (ikan yang t erinfeksi) meliput i munculnya limfo sit , sekresi muko id, dan hiperplasia jaringan di t empat pelekat an (Ar afa et al., 2 0 0 9 ). Te lu r m o n o g e n e a m e m ilik i ekst ensi filamen perekat pada kedua ujungnya yang m e m b a n t u p e r le k a t a n n ya k e s u b s t r a t . Pa d a o n co m ir acid iu m Pseudor habdosi nocus l ant auensis, pertama-tama menempel pada kulit unt uk berkembang menjadi po st -o nco miracidium, kemudian bermigrasi ke insang dan berkembang menjadi parasit dewasa (Erazo -Padago r & Cruz-Lacierda, 2010).

Jika dilihat dari int ensit as parasit insang maupun t elurnya pada perlakuan ko habit asi ikan sakit dengan ikan sehat , lamella insang kanan maupun insang kiri per eko r ikan pada minggu 1-3 menunjukkan nilai yang hampir sama. Nilai yang hampir sama juga ditunjukkan p ad a in t e n sit as p arasit in san g d an t e lu rn ya p ad a p e rlaku an p e n e m p e lan p o t o n gan in san g sakit ke insang ikan sehat . Hal t ersebut menunjukkan bahwa parasit insang dapat hidup dan berkembang biak pada lamella insang kanan maupun lamella insang kiri dari ikan kerapu hibrida “cant ik”.

(6)

parasit insang yang lebih t inggi dibandingkan dengan lembar lamella-1 (lamella luar) (Gambar 3). Akan t etapi in t e n sit as t e lu r p arasit in san g le b ih b an yak p ad a lembar lamella-1 di minggu pertama, dan int ensit asnya lebih rendah di minggu ke-2 dan ke-3.

Dari hasil p en gamat an ini dapat did uga bahwa parasit insang lebih nyaman berada dan menginfeksi lamella insang t engah dan dalam. Pada awal ko habit asi,

luar dan beberapa saat kemudian bert elur. Telur-t elur yang menet as dan berkembang menghasilkan parasit muda yang mungkin berlindung ke lamella lebih dalam agar terhindar dari pengaruh langsung dengan ko ndisi lingkungan perairan luar.

Namu n dem ikian, in t e nsit as parasit insang d an t e lu rn ya p ad a in fe ksi bu at an d en gan p e ne m p elan p o t o ngan in san g sakit ke insang ikan se h at le bih Gambar 2. Infeksi parasit insang pada lamella insang kerapu hibrida “cant ik”. a). Parasit insang (t anda panah) t erlihat di ant ara lamella sekunder dari insang kerapu hibrida “cant ik”. Parasit lebih banyak berada dekat pangkal lamella primer (100X), b). Parasit insang yang menempel pada salah sat u lamella sekunder dengan hamulusnya (t anda panah). Parasit juga t erlihat berkembang biak dalam insang dengan bert elur (anak panah). Lamella insang t ampak mengalami perdarahan (200x), c). Telur-t elur parasit t ampak bergero mbo l disalah sat u lamella sekunder insang. Telur-t elur t ersebut t erlihat memiliki sepasang bint ik mat a. Telur parasit memiliki filamen yang panjang disalah sat u ujungnya (insert) (200x), d). Parasit muda t erlihat t elah memiliki hamulus yang kuat unt uk melekat kan diri pada inangnya (pewarnaan giemsa, 400x), e). Parasit dewasa pada lendir insang (pewarnaan giemsa, 200x).

(7)

Tabel 2. In t e nsit as parasit in san g dan t elurn ya pada ikan kerapu hibrida “cant ik” se lama t iga minggu

Gambar 3. Int ensit as parasit insang (A) dan t elurnya (B) dari set iap lembar lamella insang kanan dan kiri dari ikan uji hasil ko habit asi ant ara ikan sakit dengan ikan sehat selama t iga minggu pemeliharaan.

Figure 3. Int ensit y of gill parasit e (A) and it s egg (B) from each lamella sheet of t he right and left gills of t est fish which were cohabit ed wit h sick fish for t hree weeks observat ions.

(8)

kiri (Gambar 4). Hal ini mungkin karena jumlah dari parasit insang maupun t elurnya lebih sedikit daripada int ensit as parasit insang dan t elurnya pada perlakuan ko habit asi ikan sakit dengan ikan sehat .

KESIM PULAN

Infeksi buat an dengan met o de ko habit asi ant ara ik a n ya n g t e r in fe k s i p a r a s it in s a n g , Pseudor habdosynochus sp . d e n gan ik an se h at , d an penempelan lamella insang ikan yang t erinfeksi parasit insang ke lamella insang ikan sehat dapat menyebarkan parasit insang ke ikan sehat . Peningkat an int ensit as Pseudorhabdosynochus sp. pada ko habit asi ant ara ikan sakit d en gan ikan seh at leb ih cep at sejak m in ggu kedua dan menurun pada minggu ket iga dibandingkan

dengan penempelan poto ngan lamella insang ikan sakit ke insang ikan sehat yang perlahan meningkat pada minggu ket iga.

UCAPAN TERIM A KASIH

Penulis mengucapkan t erima kasih kepada Cynthia Gh a n iyyu Ma g d a d a n Ir w a n Pr a w ir a Sa n t o s o , Mahasiswa PKL di BBRBLPP t ahun 2016 dari Pro gram St u d i Mik ro b io lo gi, Se k o lah Ilm u d a n t e k n o lo gi Hayat i, ITB, dan Ibu Sri Surat mi, sert a Bapak Ket ut Ar ya M. Su d e w a s e la k u t e k n is i lit ka ya s a p a d a Laborat o rium Pato lo gi, BBRBLPP yang telah membant u dalam pelaksanaan penelitian dan pengamatan parasit insang.

Gambar 4. Int ensit as parasit insang (A) dan t elurnya (B) dari setiap lembar lamella insang kanan dan kiri dari ikan uji hasil infeksi buat an dengan penempelan po t o ngan insang ikan sakit ke insang ikan sehat selama t iga minggu pemeliharaan.

Figure 4. Int ensit y of gill parasit e (A) and it s egg (B) of each lamella sheet of t he right and left gills of t est fish which were infect ed t rought at t ached of chopped-gills lamella of sick fish t o gill lamella of t est fish for t hree weeks observat ion.

Ke terang an (Remarks): LR = lem bar insang kan an (lamell a sheet of ri ght gil l), LL = le mbar in san g kiri (lamel la sheet of l eft gil l)

0 20 40 60 80

1 2 3 4 1 2 3 4

LR LL

In

te

n

si

ta

s

(

In

te

n

si

ty

)

0 1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 1 2 3 4

LR LL

In

te

n

si

ta

s

(

In

te

n

si

ty

)

Min ggu 1 (1st week)

Min ggu 2 (2nd week)

Min ggu 3 (3rd week)

Min ggu 1 (1st week)

Min ggu 2 (2nd week)

(9)

DAFTAR ACUAN

Arafa, S.Z., El-Naggar, M.M., & El-Abbassy, S.A. (2009). Mo de o f at tachment and hist o patho lo gical effect s o f M acrogyrodact ylus clarii, a mo nogenean gill para-sit e o f t he cat fish Clarias gar iepinus, wit h a re-po rt o n ho st resre-po nse. Act a Parasit ologica, 54(2), 103-112.

Erazo -Pagado r, G. & Cruz-Lacierda, E.R. (2010). The mo rpho lo gy and life cycle o f t he gill mo no genean (Pseudorhabdosynochus lant auensis) o n o rangespot -t ed gro uper (Epinephelus coioides) cult ured in t he Philippines. Bull. Eur. Ass. Fish Pat hol., 30(2), 55-64.

Fid yan d in i, H.P., Su b e kt i, S., & Kism iya t i. (2 0 1 2 ). Ident ifikasi dan prevalensi ekt o parasit pada ikan b a n d e n g (Chanos chanos) ya n g d ip e lih a r a d i ke ram b a jarin g ap u n g UPBL Sit u b o nd o d an d i t a m b a k De s a Ba n g u n r e jo Ke ca m a t a n Ja b o n , Sido arjo . Journal of M arine and Coast al Science, 1(2), 91-112.

Is m i, S. , As ih , Y.N., & Ku s u m a w a t i, D. (2 0 1 3 ). Pe nin gkat an p ro du ksi d an ku alit as b e nih ikan kerapu melalui pro gram hibridisasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelaut an Tropis, 5(2), 333-342.

Isshiki, T., Nagano , T., & Miki, K. (2007). Occurrence o f a m o n o g e n e a n g ill p a r a s it e Pseudorhabdosynochus epinepheli o n red spo t t ed gro uper Epinephelus akaara and it s experiment al t re at me n t b y hyd ro ge n p e ro xid e b at h in g. Fish Pat hology, 42(1), 71-74.

James, C.M., Al-To habait i, S.A., Rasem, B.M., & Carlo s, M.H. (1 9 9 9 ). Po t e n t ia l o f g r o u p e r h yb r id (Epinephelus fuscogut t at us > < E. polyphekadion) fo r aquacult ure. Naga, The ICLARM Quart erly, 22 (1), 19-23.

Ju h a riya h , E., Mah as ri, G., & Su b e kt i, S. (2 0 1 2 ). Prevalensi dan int ensit as cacing ekt o parasit pada ikan ko i (Cyprinus carpio) di sent ra budidaya ikan ko i Kabupat en Blit ar, Jawa Timur. M edia Journal of Aquacult ure and Fish Healt h, 1(3), 1-7.

Kleine rt z, S. & Palm , H.W. (20 15 ). Parasit es o f t h e gro uper fish Epinephelus coioides (Serranid ae) as po t ent ial enviro nment al indicat o rs in Indo nesian

co ast al eco syst ems. Journal of Helmint hology, 89, 86–99.

Maulana, D.M., Muchlisin, Z.A., & Sugit o , S. (2017). Int ensit as dan prevalensi parasit pada ikan bet o k (Anabas t est udineus) dari perairan umum darat an Aceh bagian utara. Jurnal Ilmiah M ahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 2(1), 1-11.

Reed, P., Flo yd, R.F., Klinger, R.E., & Pet t y, D. (2012). Mo n o ge n e a n p a ra s it e s o f fis h . Un ive r s it y o f Flo rida. Flo rida.

Riko , Y.A., Ro sidah, & Herawat i, T. (2012). Int ensit as d an prevale n si e kt o p arasit p ad a ikan b an d en g (Chanos chanos) dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk Cirat a Kabupat en Cianjur, Jawa Barat . Jurnal Perikanan dan Kelaut an, 3(4), 231-241. Ro s it a, Man g alik, A., Ad rian i, M., & Mah b u b , M.

(2 0 1 2 ). Id e n t ifika si d an p o t e n si p a ras it p a d a sumber daya ikan hias di Danau Lais, Kalimant an Tengah. Enviro Scient eae, 8, 164-174.

Ro zsa, L., Reiczigel, J., & Majo ro s, G. (2000). Quant i-fying parasit es in samples o f ho st s. J. Parasit ol., 86(2), 228-232.

Rü ckert , S., Klim pel, S., Al-Quraishy, S., Me hlh o rn, H., & Palm, H.W. (2009). Transmissio n o f fish para-s it e para-s in t o g r o u p e r m a r ic u lt u r e (Se r r a n id a e : Epinephelus coioides, Hamilt o n 1822) in Lampung Bay, Indo nesia. Parasit ol. Res., 104, 523-532. Sala m , B. & Hid a yat i, D. (2 0 1 7 ). Pr e va le n s i d a n

int ensit as ekt o parasit pad a ikan gabus (Channa st riat a) dari t angkapan alam dan budidaya. Jurnal Sains dan Seni ITS, 6(1), 2337-3539 (E1-E4). Su m in o , C.T. , An g g r a e n i, & Ta rd io n o . (2 0 1 7 ).

Invent arisasi, prevalensi dan intensit as ekto parasit p ad a ikan ke rap u (Epinephelus sp.) di ke ram b a jaring apung perairan Teluk Hurun, Lampung. Jurnal Perikanan dan Kelaut an, 7(1), 1-7.

Gambar

Tabel 1.Intensitas parasit insang Pseudorhabdosynochus sp. pada lamella insang kanan dari
Gambar 1.Sintasan ikan kerapu hibrida “cantik” pada uji kohabitasi antara ikan sakit dengan ikan sehat,
Gambar 2.Infeksi parasit insang pada lamella insang kerapu hibrida “cantik”. a). Parasit insang (tanda panah)terlihat di antara lamella sekunder dari insang kerapu hibrida “cantik”
Table 2.Intensity of gill parasites and their eggs in hybrid grouper “ cantik”  for three weeks in two experimental
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kebersyukuran atau gratitude adalah faktor yang dapat memunculkan kesejahteraan atau ketentraman pada psikologis dikarenakan dia mampu mengatasi kerentanan pada emosi

Maka dipilihlah sebuah proyek sekolah seni murni yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang dapat memecahkan masalah ini selain itu juga sebuah galeri yang

Program Insentif Penulisan Buku Ajar (buku terbit) Perguruan Tinggi yang dikelola oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Dit.Litabmas),

Secara konsep, NPL berpengaruh positif terhadap risiko kredit hal itu terjadi karena adanya kenaikan NPL yang disebakan adanya kenaikan total kredit bermasalah lebih besar

Model matematika adalah uraian secara matematika dari fenomena dunia nyata. Tujuan model adalah memahami suatu fenomena dan mungkin membuat prakiraan tentang

Pihak public relations Pemerintah Daerah Kabupaten Tabalong yang dalam hal ini pihak Sekretariat Daerah Bagian Humas Kabupaten Tabalong dan Dinas Komunikasi,

Perbedaan hasil aktivitas antioksidan disebab- kan adanya perbedaan total padatan dengan penambahan kenikir pada jelly drink kenikir 5% yang lebih tinggi dibandingkan

Market share sendiri merupakan persentase total dari penjualan suatu perusahaan (dari seluruh sumber) dengan total penjualan jasa ataupun produk dalam