HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER TENTANG POSYANDU DAN MOTIVASI KADER POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA
DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS WERA KABUPATEN BIMA
Sukardin1, Amirul Kadafi2, Wahyu Cahyono3
1,3Staf Pengajar STIKES Mataram, 2Mahasiswa STIKES Mataram
Email : kardinsakti@yahoo.co.id
ABSTRAK
Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia adalah angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang masih tinggi, upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengadakan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Keberhasilan posyandu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari semua masyarakat, terlebih lagi bagi orang tua yang memiliki balita harus lebih aktif dalam mengikuti program posyandu tersebut, rendahnya partisipasi ibu untuk membawa balita ke posyandu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang beberapa diantaranya adalah pengetahuan dan motivasi kader posyandu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kader tentang posyandu dan motivasi kader posyandu dengan frekuensi kunjungan ibu balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling
melibatkan 145 kader posyandu sebagai populasi dan sampel sebanyak 60 orang. Hasil dari penelitian menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan dengan kategori tertinggi yaitu cukup sebanyak 23 responden (38,3%), dan distribusi frekuensi reponden berdasarkan motivasi dengan kategori tertinggi yaitu sedang sebanyak 29 responden (48,3%). Uji analisis Chi-Square dengan batas kemaknaan 0,05 diperoleh nilai
p-value lebih kecil dari pada α (0,05) atau 0,003 untuk pengetahuan dan 0,004 untuk motivasi sehingga Ha diterima dan H0 ditolak sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan pengetahuan dan motivasi kader posyandu dengan frekuensi kunjungan ibu balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan motivasi kader posyandu denga frekuensi kunjungan ibu balita di posyandu Wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima.
Kata Kunci : Pengetahuan, Motivasi, Kunjungan Posyandu
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan yang dihadapi Indonesia salah satunya adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi, dengan melihat indikator tersebut tentu hal ini akan membutuhkan suatu upaya-upaya yang strategis yang harus segera dilakukan secepatnya untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita mereka ke Posyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita melalui berat badannya setiap bulan (Depkes RI, 2006).
Adapun yang menjadi tujuan dari posyandu adalah: (1) Menurunkan angka kematian bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (Ibu hamil, melahirkan dan nifas), (2) Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera), (3) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera, (4) Sebagai wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera. Pelayanan posyandu yang mencakup pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, pemberantasan penyakit menular dengan imunisasi, penanggulangan diare dan gizi serta adanya penimbangan balita. Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur dan balita (Fallen dan Budi, 2010).
Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu sebanyak 5 orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan, yaitu: (1) Pendaftaran; (2) Penimbangan; (3) Pencatatan/pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS); (4)
Penyuluhan; dan (5) Pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya (Depkes RI, 2006).
Di Indonesia tahun 2013 jumlah kunjungan sedikit melebihi target pencapaian yaitu sebanyak 80,3% ( target 80,0%), pada tahun 2014 jumlah kunjungan mengalami peningkatan menjadi 80,8%, sedangkan pada tahun 2015 malah terjadi penurunan menjadi 75,0%, di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2013 jumlah kunjungan posyandu melebihi dari target yaitu 85,3% (target 80%), pada tahun 2014 terjadi peningkatan menjadi 86,6%, sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan 78,7%, di Kabupaten Bima pada tahun 2013 jumlah kunjungan sebesar 66,4%, pada tahun 2014 terjadi penurunan menjadi 63,8%, sedangkan pada tahun 2015 terjadi penigkatan tapi tedak terlalu signifikan yaitu menjadi 65,7% (Depkes RI).
Kecamatan Wera Kabupaten Bima mempunyai 2 buah puskesmas, wilayah kerja Puskesmas Wera terdiri dari 11 desa dengan jumlah keseluruhan sebanyak 29 posyandu dan mempunyai 145 orang kader posyandu. Partisipasi masyarakat kecamatan wera dalam kegiatan posyandu masih rendah, dapat dilihat dari profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bima Tahun 2015 di mana dari 2251 ibu yang mempunyai balita yang ada, yang datang ke posyandu untuk melakukan penimbangan hanya berjumlah 1.376 (61,12%), sedangkan target pencapaian diharapkan sebesar 90%. Kemudian kunjungan ibu hamil yang datang ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan adalah sekitar 67,04%, sementara pencapaian target yang diharapkan adalah sebesar 95%, (Dinkes Kabupaten Bima, 2013).
imunisasi, jadwal posyandu, kader posyandu, petugas kesehatan, perangkat desa.
Kader posyandu dituntut untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang tugas dan tanggung jawabnya, selain pengetahuan kader tentang posyandu keaktifan kader juga dipengaruhi oleh motivasi, setiap kader mempunyai motivasi yang berbeda-beda dalam pelaksanaan posyandu. Penyelenggaraan posyandu dapat berjalan dengan baik jika para kader memiliki pengetahuan dan motivasi yang tinggi.
Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tahu, dan nilai terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sutau objek tertentu. Penginderaan disini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu diantaranya indera penglihatan, pendengaran, pencium, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia disini pengetahuan atau kognitif disini merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau Overt Behavior (Notoatmodjo, 2013). Pengetahuan merupakan tahap awal dimana subyek mulai mengenal ide baru serta belajar memahami, yang pada akhirnya dapat merubah perilakunya.
Motivasi kader posyandu diwilayah kerja Puskesmas Wera kabupaten bima bisa dibilang masih kurang hal ini dapat dilihat dari kegiatan posyandu tidak semua kader posyandu hadir dan melaksanakan kegiatan posyandu tentu hal ini berdampak pada pelayanan kegiatan diposyandu menjadi tidak maksimal dan berdampak pada kurangka frekuensi posyandu karena pelayanan yang kuang atau tidak masimal yang seharusnya dilakukan oleh lima orang kader posyandu bisa maksimal, akan tetapi kenyataan dilapangan dijumpai hanya beberapa orang kader posyandu saja dan terdapat pula kader posyandu yang belum paham cara pengisian kartu menuju sehat (KMS), bahkan pernah didapati oleh calon peneliti ketika mengikuti kegiatan posyandu hanya
satu orang kader posyandu saja, hal ini dapat menunjukan bahwa motivasi kader posyandu diwilayah kerja puskesmas Wera masih kurang.
Dengan pengetahuan dan motivasi kader posyandu yang dimiliki diharapkan akan meningkatkan dan berperan aktif dalam kegiatan posyandu dan selalu berperilaku, bertindak dan bersikap untuk mendorong perilaku kesehatan dan meningkatkan frekuensi kunjungan keposyandu. Puskesmas Wera telah berupaya dalam meningkatkan pengetahuan dan motivasi kader dengan cara melakukan pelatihan-pelatihan kader dan pemberian hadiah kepada kader posyandu, akan tetapi frekuensi kunjungan ibu balita diposyandu masih rendah.
Dari latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan dan motivasi kader posyandu dengan frekuensi kunjungan ibu balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima.
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini adalah: “untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan kader tentang posyandu dan motivasi kader posyandu dengan frekuensi kunjungan ibu balita di posyandu wilayah kerja puskesmas Wera Kabupaten Bima”.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat descriptive correlational. Desain penelitian ini adalah
Purposive Sampling sebanyak 60 orang kader.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tbel 1. Identifikasi Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan. distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan denan kategori tertinggi yaitu cukup sebanyak 23 reponden (38,3%) dan yang terendah yaitu dengan kategori baik sebanyak 18 respnden (30,0%).
2. Tabel 2. Identifikasi Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Wera.
No Motivasi Jumlah Persentase (%)
1 Tinggi 14 28.4
2 Sedang 29 48.3
3 Rendah 17 23.3
Total 60 100
Tabel 2 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasakan motivasi dengan kategori tertinggi yaitu sedang sebanyak 29 responden (48,3%) dan terendah dengan kategori tinggi sebanyak 14 responden (28,3%).
3. Tabel 3. Identifikasi Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan di Wilayah Kerja Puskesmas Wera.
No Frekuensi
kunjungan Jumlah
Persentase
Tabel 3 menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi kunjungan dengan kategori tertinggi yaitu tidak tercapai sebanyak 46 responden (23,3%) dan terendah dengan kategori tercapai sebanyak 14 responden (76,7%).
4. Tabel 4. Analisa Hubungan pengetahuan kader posyandu dengan frekuensi kunjungan ibu ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas wera
Pengetahuan
Frekuensi kunjungan ibu balita ke posyandu
Total p-bahwa sebagian besar responden yang mempunyai pengetahuan kurang tentang posyandu dengan frekuensi kunjungan ibu yang tidak tercapai sebanyak 19 responden (100%) dan yang tercapai yakni 0 responden (0%). Kemudian responden yang mempunyai pengetahuan cukup dengan frekuensi kunjungan tidak tercapai yaitu sebanyak 15 responden (65,2%) dan yang tercapai yaitu sebanyak 8 responden (34,8%). Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan frekuensi kunjungan tidak tercapai yaitu sebanyak 12 responden (66,7%) dan yang tercapai sebanyak 6 responden (33,3%).
Berdasarkan hasil analisa statistik uji korelasi chi-Square
kesimpulan yang diambil adalah menolak Ho dan menerima H1, artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan frekuensi kunjungan ibu ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima. 5. Tabel 5. Analisa Hubungan motivasi kader dengan frekuensi kunjungan ibu ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas wera.
Motivasi
Frekuensi kunjungan ibu ke posyandu
Total p-sebagian besar responden yang mempunyai motivasi rendah dengan tingkat kunjungan ibu balita di posyandu yang tidak tercapai sebanyak 17 responden (100%) dan yang tercapai yakni 0 responden (0%). Kemudian responden yang mempunyai motivasi sedang dengan frekuensi kunjungan ibu balita ke posyandu yang tidak tercapai yaitu sebanyak 19 responden (65,5%) dan yang tercapai yaitu sebanyak 10 responden (34,5%). Sedangkan responden yang mempunyai motivasi tinggi dengan frekuensi kunjungan ibu balita ke posyandu yang tidak tercapai yaitu sebanyak 10 responden (71,5%) dan yang tercapai yaitu sebanyak 14 responden (23,3%).
Berdasarkan hasil analisa statistik uji korelasi chi-Square
menggunakan SPSS for windows versi 16.00 menunjukkan nilai probabilitas p-value sebesar 0,004. Oleh karena itu, nilai p-value lebih kecil daripada α (0,05) atau 0,004 < 0,05. Dengan demikian maka kesimpulan yang diambil adalah
menolak Ho dan menerima H1, artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi kader dengan frekuensi kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima.
B. PEMBAHASAN
1. Identifikasi pengetahuan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).
Berasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 60 responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 19 responden (31,7%), responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 23 responden (38,3%), dan berpengetahuan baik sebanyak 18 responden (30,0%). Dimana yang rentang usianya 25-30 tahun sebanyak 24 responden (40%).
memiliki kemampuan koping yang lebih baik dibanding individu yang memiliki pengetahuan rendah, (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian ini bila dihubungkan dengan rata-rata tingkat pendidikan dimana kader sebagian besar tamatan SMA yaitu sebanyak 32 responden (54,2%). Berdasarkan hasil penelitian terdapat 32 orang (38,3%) resonden yang memiliki pengetahuan tentang posyandu dengan kategori pengetahuan cukup sebagian besar pada kisaran umur 31-40 tahun. Hal ini dikarenakan menurut Hurlock (1998)semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Sehingga dengan demikian, responden mampu menjawab kuesioner yang diberikan peneliti karena memiliki kematangan berpikir.
Faktor pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian kader yang memiliki pengetahuan dengan kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 19 responden (31,7%) sebagian besar berlatar belakang pendidkan SMP, kemudian kader dengan kategori pengetahuan cukup 23 responden (38,3%) cenderung paling banyak dengan latar belakang pendidikan SMA sedangkan kader dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 18 responden (30,0%) sebagian besar berpendidikan S1.
Menurut Nursalam (2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pendidikan juga suatu usaha
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Biasanya kelompok yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Mereka lebih mudah mengadopsi informasi tentang kesehatan baik dari bidan atau tenaga kesehatan ataupun media cetak maupun elektronik. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.
2. Identifikasi motivasi kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima
Setelah dilakukan penganalisaan terhadap hasil penelitian didapatkan distribusi responden pada kategori motivasi tinggi yaitu sebanyak 14 responden (28,3%), kemudian motivasi sedang yaitu sebanyak 29 responden (48,3%) dan motivasi baik sebanyak 14 responden (23,3%).
Pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jenis-jenis motivasi yang dikemukakan para ahli berbeda-beda. Adapun menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2009) motivasi berdasarkan sifatnya dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu: 1. Motivasi takut atau fear
motivation, individu
melakukan sesuatu karena 2. Motivasi intensif atau
intensive motivation,
individu melakukan perbuatan untuk mendapat suatu insentif.
3. Sikap atau attitude
motivation atau
self-motivation. Motivasi ini lebih bersifat intrinsik, muncul dari dalam diri individu, berbeda dengan kedua motivasi sebelumnya yang bersifat ekstrinsik dan datang dari luar diri
Kemudian Hamzah Uno (2011) menyatakan bahwa “dari
sudut sumber yang
menimbulkannya motif dibedakan dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.” Motif intrinsik merupakan motif yang timbul atas kesadaran diri individu dan tidak memerlukan rangsangan dari luar. Sedangkan motif ekstrinsik merupakan motif yang
timbul karena adanya rangsangan dari luar, seperti suasana yang kondusif, penghargaan dan hukuman atau ganjaran.
Selain itu faktor pendidikan juga mempengaruhi motivasi. Berdasarkan hasil penelitian kader yang memiliki pendidikan dengan kategori motivasi tinggi yaitu sebanyak 14 responden (28,3%) sebagian besar berlatar belakang S1, kemudian kader dengan kategori motivasi sedang yaitu sebanyak 29 responden (48,3%) sebagian besar paling banyak dengan latar belakang pendidikan SMA, sedangkan kader dengan kategori motivasi rendah yaitu sebanyak 7 responden(22,6%) sebagian besar berpendidikan SD.
Menurut Nursalam (2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pendidikan juga suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
lebih matang dalam berfikir dan bekerja
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 29 responden (48,3%) resonden yang memiliki motivasi tentang posyandu dengan kategori motivasi sedang cenderung pada responden dengan kategori pekerjaan petani.
3. Analisis hubungan pengetahuan kader dengan frekuensi kunjungan ibu balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Wera.
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan berkaitan erat dengan perilaku manusia yaitu sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari
dengan pengetahuan
(Notoadmojo,2009).
Dari tabel 4.9 menunjukan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai pengetahuan kurang tentang posyandu dengan frekuensi kunjungan ibu yang tidak tercapai sebanyak 19 responden (100%) dan yang tercapai yakni 0 responden (0%). Kemudian responden yang mempunyai pengetahuan cukup dengan frekuensi kunjungan tidak tercapai yaitu sebanyak 15
responden (65,2%) dan yang tercapai yaitu sebanyak 8 responden (34,8%). Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan frekuensi kunjungan tidak tercapai yaitu sebanyak 12 responden (66,7%) dan yang tercapai sebanyak 6 responden (33,3%).
Biasanya kelompok yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Mereka lebih mudah mengadopsi informasi tentang kesehatan baik dari bidan atau tenaga kesehatan ataupun media cetak maupun elektronik. Tingkat pengetahuan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpengetahuan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut (Notoatmodjo, 2009).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Nintyasari Mustika, dkk. Bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu balita dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak (p=0.000) karena p-value
banyak pengetahuan ibu balita makin tinggi pula tingkat kepatuhan kunjungan balita ke posyandu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan kader posyandu dengan frekuensi kunjungan ibu balita di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima. Hal ini sesuai dengan hasil analisa statistik uji korelasi chi-Square
menggunakan SPSS for windows versi 16.00 menunjukkan nilai probabilitas p-value sebesar 0,003. Oleh karena itu, nilai
p-value lebih kecil dari pada α (0,05) atau 0,003 < 0,05. Dengan demikian maka kesimpulan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha, artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan frekuensi kunjungan ibu ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima.
Selain itu hasil peneliatian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elva Pristiani, dkk (2016) yang berjudul Hubungan pengetahuan, sikap, dan status pekerjaan ibu balita dengan frekuensi penimbangan balita ke posyandu di wilayah kerja puskesmas pamandati kabupaten konawe selatan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan (ρ
Value =0,014) dan sikap (ρ Value
=0,025) ibu balita dengan frekuensi penimbangan balita ke posyandu. Disarankan kepada petugas kesehatan untuk terus memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, serta meningkatkan sosialisasi dan motivasi kepada ibu balita agar
lebih aktif berkunjung ke Posyandu.
Penelitian ini juga didukung oleh teori Notoatmodjo (2013) yang menyatakan bahwa meningkat atau kurangnya pengetahuan seseorang mempengaruhi pemahaman, cara berpikir dan penganalisaan terhadap sesuatu sehingga dengan sendirinya akan memberi persepsi yang berbeda terhadap objek yang diamati yang pada akhirnya akan mengubah perilaku seseorang.
4. Analisis hubungan motivasi kader dengan kunjungan ibu balita di posyandu wilayah kerja puskesmas wera.
Sumadi Suryabrata (2010:70) juga berpendapat bahwa “motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.” Dengan kata lain, motivasi adalah keadaan jiwa dan sikap mental yang memberikan energi dan mendorong manusia untuk melakukan suatu kegiatan.
dengan frekuensi kunjungan ibu balita ke posyandu yang tidak tercapai yaitu sebanyak 10 responden (71,5%) dan yang tercapai yaitu sebanyak 14 responden (23,3%).
Motivasi kader terhadap frekuensi kunjungan posyandu bisa saja rendah oleh karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi dan frekensi kunjungan ibu balita di posyandu seperti, pendidikan dan pekerjaan.
Sedangkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Ja’far (2010) yang
mengemukakan ada hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan status imunisasi dasar bayi didesa lembar utara Lombok barat.
Seseorang yang
berpendidikan tinggi akan mudah menerima informasi, sehingga mudah termotivasi untuk melakukan kunjungan secara rutin ke Posyandu bagi balitanya. Menurut YB. Mantra dikutip dari Notoatmodjo (2003) pendidikan merupakan proses belajar sehingga terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih matang, dan dapat mempengaruhi motivasi seseorang. Dengan demikian pendidikan sangat penting guna menambah pengetahuan serta wawasan yang dapat menjadikan seseorang lebih dewasa dan lebih matang dalam berpikir. Seseorang yang pendidikannya menengah akan lebih mudah menerima informasi bila dibanding dengan seseorang yang pendidikannya lebih rendah (SD). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menggunakan
oleh sumini, 2014 dengan uji statistik Chi-Square dengan tingkat signifikasinya ρ < 0.05 di dapatkan nilai ρ = 0.034 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan motivasi dengan keaktifan ibu membawa balita ke posyandu di Kelurahan Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo dengan tingkat keeratan hubungan rendah dapat dilihat pada tabel
Coefficient Contigency dengan nilai 0.237. Keadaan ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) bahwa motivasi, suatu dorongan yang positif dari dalam diri yang tinggi akan menimbulkan rasa percaya diri dan perbandingan yang positif terhadap orang lain.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi atau memberikan motivasi untuk seseorang melakukan sesuatu hal. Motivasi itu mulai dari dorongan dalam diri sendiri dan dari lingkungan sekitar dan orang sekitar. Keaktifan dalam melakukan kunjungan ke posyandu juga terpengaruh dari beberapa hal yaitu pekerjaan ibu yang tidak menyita waktu dan usia ibu yang sudah matang dalam menerima dan menyelesaikan masalah, ( Sumini, 2014).
Responden yang teratur melakukan kunjungan ke Posyandu 73,3% dan tidak teratur 26,7%. Hasil uji Chi Square
didapatkan X2 = 11.513 > X tabel = 3.841, sehingga H0 ditolak. Artinya ada hubungan antara motivasi dengan keteraturan kunjungan balita ke Posyandu.
Berdasarkan hasil analisa statistik uji korelasi chi-skuare
menggunakan SPSS for windows versi 16.00 menunjukkan nilai probabilitas p-value sebesar 0,004. Oleh karena itu, nilai
p-value lebih kecil dari pada α (0,05) atau 0,004 < 0,05. Dengan demikian maka kesimpulan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha, artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi kader dengan frekuensi kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima.
Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat kelemahan yaitu menggunakan data sekunder yang artinya untuk variabel dependen frekuensi kunjungan menggunakan data 1 tahun terahir yang diambil dari Puskesmas tempat penelitian dilaksanakan, sehingga sulit untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan ibu balita ke posyandu.
SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Pengetahuan kader kader tentang posyandu
Dari hasil penelitian menunjukan distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan dengan kategori
tertinggi yaitu cukup sebanyak 23 reponden (38,3%) dan yang terendah yaitu dengan kategori baik sebanyak 18 respnden (30,0%).
2. Motivasi kader posyandu
Dari hasil penelitian menunjukan distribusi frekuensi responden berdasakan motivasi dengan kategori tertinggi yaitu sedang sebanyak 29 responden (48,3%) dan terendah dengan kategori tinggi sebanyak 14 responden (28,3%).
3. Hubungan penegtahuan dan frekuensi kunjungan ibu balita di posyandu
Berdasarkan hasil analisa statistik uji korelasi Chi-square
menggunakan SPSS for windows versi 16.00 menunjukkan nilai probabilitas p-value sebesar 0,003. Oleh karena itu, nilai p-value lebih kecil dari pada α (0,05) atau 0,003 < 0,05. Dengan demikian kesimpulan yang diambil adalah menolak H0 dan menerima Ha, artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan frekuensi kunjungan ibu ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima 4. Hubungan motivasi dan frekuansi
kunjungan ibu balita di posyandu Berdasarkan hasil analisa statistik uji korelasi Chi-square
kerja Puskesmas Wera Kabupaten Bima.
B. Saran
Diharapkan Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu keperawatan dasar dan wawasan tentang hubungan pengetahuan kader tentang posyandu dan motivasi kader posyandu dengan Frekuensi kunjungan ibu balita diposyandu wilayah kerja puskesmas Wera Kabupaten Bima.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul. 2009. Metode Penelitian dan Keperawatan & Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
Departemen Kesehatan RI. 2001.
Pedoman Kajian dan Pemanfaatan Data Penimbangan Bulanan Balita Bagi Pembina Posyandu. Jakarta. Departemen kesehatan RI. 2006 .
pedoman umum penelolaan posyandu
. Jakarta : departemen kesehatan RI Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat 2014. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dinas kesehatan Kabupaten Bima 2014.
Profil Kesehatan Kabupaten Bima Tahun 2014. Dinas Kesehatan Kabupaten Bima.
Elva Pristiani, dkk 2016, Hubungan pengetahuan, sikap, dan status pekerjaan ibu balita dengan frekuensi penimbangan balita ke posyandu di wilayah kerja puskesmas pamandati kabupaten konawe selatan
Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Malang : UMM Press. Nasir. Adb Dkk, 2011. Buku Ajar Metode
Penelitian Kesehtan. Nuha medika Notoatmodjo,2003, Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rhineka Cipta,
Notoadmodjo, S. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rhineka Cipta.
Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: rhineka Cipta
Notoatmodjo, S 2010, Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rhineka Cipta
Notoatmodjo, 2011, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: rineka cipta
Nursalam 2008, Konsep dan penerapan
metodelogi penelitian ilmu
dan intrumen penelitian keperawatan,
edk 2, Salemba Medika, Jakarta Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Edisi II. Salemba Medika. Jakarta
Nursalam 2013. Metodelogi Peneltian Ilmu Keperawatan, edk 3, Salemba Medika, Jakarta
R. Fallen & R. Budi DwiK, (2010).
Catatan Kuliah Keperawatan
Komunitas, Yogyakarta: Nuha
Medika. Sugiono, (2009). Statistika Untuk Penelitian, Bandung :alfabete. Samsudin. A Landasan Kependidikan
Teori dan Praktek. 2015.Refika Aditama.
Sardiman A.M. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Buku Kedokteran. Jakarta. Sugiyono, 2008, Statistik Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sumini, 2014, Hubungan Motivasi
Dengan Keaktifan Ibu Membawa Balita Ke Posyandu Di Kelurahan
Tonatan Kecamatan Ponorogo
Kabupaten Ponorogo.
Sunarti, 2006, Hubungan Motivasi dengan Keteraturan Kunjungan balita setelah mendapat imunisasi lengkap di Posyandu Dusun Durenan Wilayah Kerja Puskesmas Mlilir Kabupaten Madiun