LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ALAM
PERASAAN
Disusun oleh : Kelompok 3
1. Hesti Tri S. (201301054) 2. Dwi Rahayu N. (201301070) 3. Irza Aulia N. (201301073) 4. Nadia Oktaviana (201301078) 5. Retno Wati (201301080) 6. Badrul Qomar (201301082) 7. Dwi Iswidiyanto (201301083) 8. Novian Setya S. (201301106)
Program Studi : S1 Keperawatan Kelas : 3-B
STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “LAPORAN PENDAHULUAN PADA GANGGUAN ALAM PERASAAN”.
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang bilangan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Gangguan Alam Perasaan. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Mojokerto, 25 Oktober 2015
Daftar Isi
Kata Pengantar...i
Daftar Isi...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang...1
1.2. Rumusan Masalah...2
1.3. Tujuan...2
1.4. Manfaat...3
BAB II PEMBAHASAN...4
2.1. Definisi...4
2.2. Klasifikasi...5
2.3. Etiologi...6
2.4. Patofisiologi...9
2.5. Manifestasi Klinis...9
2.6. Pencegahan...11
2.7. Pengobatan...11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN...14
3.1. Pengkajian...14
3.2. Masalah Keperawatan...16
3.3. Diagnosa Keperawatan...17
3.4. Perencanaan...18
3.5. Evaluasi...25
BAB IV PENUTUP...26
4.1. Kesimpulan...26
4.2. Saran...26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruh seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Menurut Stuart (2006), alam perasaan adalah perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehifupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh sindroma depresif sebagian atau total dan ditandai engan kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari.
Gangguan alam perasaan depresi dapat disebabkan karena ketidakseimbangan elektrolit yaitu, natrium dan kalium di dalam neuron (Gibbsons, 1960 di kutip dari Townsend, M.C 1995). Neurotransmitter yang ada di system syaraf pusat dan perifer juga memiliki implikasi pada psikiatrik. Transmisi monoamin seperti neropinefrin, dopamine dan serotonin berimplikasi pada etiologi gangguan emosi tertentu seperti gangguan alam perasaan: depresi dan mania. Norepinefrin dan dopamine mempunyai implikasi menurunkan derajat depresi dan meningkatkan derajat mania sedangkan serotonin memiliki implikasi menurunkan kadar depresi (Suliswati,2005).
1.2. Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari gangguan alam perasaan ? 2) Apa saja Klasifikasi gangguan alam perasaan? 3) Apa Etiologi dari gangguan alam perasaan ?
4) Bagaimana Patofisiologi dari gangguan alam perasaan? 5) Apa saja Manifestasi klinis dari gangguan alam perasaan
6) Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari gangguan alam perasaan? 7) Bagaimana Pencegahan dari gangguan alam perasaan?
8) Apa saja Komplikasi dari gangguan alam perasaan ?
9) Bagaimana Asuhan Keperawatan dari gangguan alam perasaan?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti seminar tentang gangguan alam perasaan ini peserta diharapkan mampu untuk mengetahui, melaksanakan dan memahami gangguan alam perasaan beserta asuhan keperawatannya
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi gangguan alam perasaan. b. Mengetahui etiologi gangguan alam perasaan. c. Mengetahui patofisiologi gangguan alam perasaan. d. Mengetahui manifestasi klinis gangguan alam perasaan. e. Mengetahui pemeriksaan diasnotik gangguan alam perasaan f. Mengetahui penatalaksanaan gangguan alam perasaan. g. Mengetahui komplikasi gangguan alam perasaan..
1.4. Manfaat
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penyebabserta upaya pencegahan gangguan alam perasaan terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik. Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang gangguan alam perasaan
dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit tersebut.
Diharapkan dalam menambah wawasan dan informasi dalam penanganan gangguan alam perasaan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi.
Gangguan Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi hidup seseorang.
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan motorik meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, DEPKES).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku yang berlebihan berupa peningkatan kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual.
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, keindahan, rasa putus asa dan tidak ber daya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, Sadock, 1998).
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kekecewaan pada alam perasaan, (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa (Dadang Hawari, 2001)
kegagalan dan bunuh diri, sering disertai ide dan pikiran bunuh diri klien tidak berniat pada pemeliharaan diam dan aktivitas sehari-hari (Budi Anna Kaliat, 1996)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatik yang terjadi akibat mengalami kesedihan yang panjang.
2.2. Klasifikasi
2.2.1. Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi sosial dan rasa tidak nyaman.
2.2.2. Depresi Sedang a. Afek
Murung, cemas, kesal, marah, menangis b. Proses pikir
Perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikas verbal komunikasi non verbal meningkat.
c. Pola komunikasi
Bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat
d. Partisipasi sosial
Menarik diri tak mau bekerja sekolah, mudah tersinggung 2.2.3. Depresi Berat
a. Gangguan afek
Pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang b. Gangguan proses pikir
c. Sensasi somatik dan aktivitas motoric
Diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan
a. Reaksi Emosi Adaptif
1) Respon emosi yang responsif
Keadaan individu yang terbuka mau mempengaruhi dan menyadari perasaannya sendiri dapat beradaptasi dengan dunia internal dan eksternal.
2) Reaksi kehilangan yang wajar
Reaksi yang dialami setiap orang mempengaruhi keadaannya seperti:
a) Bersedih
b) Berhenti kegiatan sehari-hari c) Takut pada diri sendiri d) Berlangsung tidak lama. b. Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan respon ini dapat dibagi 3 tingkatan yaitu :
1) Supresi
Tahap awal respon maladaptif individu menyangkal perasaannya dan menekan atau menginternalisasi aspek perasaan terhadap lingkungan.
2) Reaksi kehilangan yang memanjang
3) Supresi memanjang mengganggu fungsi kehidupan individu. Gejala : bermusuhan, sedih terlebih, rendah diri. 4) Mania/ Depresi
Gangguan alam perasaan kesal dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat dan menetap pada individu yang bersangkutan.
2.3. Etiologi Kekecewaan
besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah per tama depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
Kurang Rasa Harga Diri
Ciri-ciri universal yang lain dari orang yang depresi adalah kurangnya rasa harga diri sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih-lebihkan menjadi ekstrim, karena harapan-harapan yang realistis membuat dia tak mampu merestor dirinya sendiri hal ini memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya sempur na yang tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya
Perbandingan yang tidak adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi
Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organik contoh individu yang mempunyai penyakit kronis seperti Ca Mammae dapat menyebabkan depresi.
Aktivitas Mental yang Berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi. Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi maka terjadilah depresi.
Dapat timbul karena adanya factor predisposisi dan factor presipitasi yaitu: a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote.
2) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)
3) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. 4) Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami mania.
5) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
6) Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
7) Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan. 8) Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.
b. Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya.
Meliputi perubahan fisiologis yang disebakan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan ketidakseimbangan metabolisme.
2) Faktor Psikologis
Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang dan kehilangan harga diri.
3) Faktor Sosial Budaya
Meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
2.4. Patofisiologi
Alam perasaan adalah kekuatan/ perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya ber ada dalam afek yang tidak stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak per nah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan sayang emosi ini terjadi sebagai kasih sayang seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan lingkungannya baik interenal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari reaksi adaptif sampai maladaptif.
2.5. Manifestasi Klinis
2.5.1. Gejala Fisik yaitu: a. Gangguan tidur, b. Kelesuan fisik,
c. Hilangnya nafsu makan dan d. Penyakit fisik yang ringan. 2.5.2. Gejala Emosional yaitu:
a. Kehilangan kasih sayang, b. Kesedihan,
c. Hilangnya kekuatan, d. Hilangnya konsentrasi, e. Rasa bersalah,
Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
Afektif Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis. Fisik Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan
pencernaan, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada, over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.
Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable, berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
2.5.4 Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang hebat. Pada depresi mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi, mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
2.6. Pencegahan
1. Usahakan untuk selalu punya seseorang yang dekat untuk bercurah hati. Jangan pernah untuk menyimpan sendiri beban hidup kita. Karena hal ini dapat memperburuk depresi yang sdah dialami mapun dapat mengakibatkan depresi
lari dari masalah tetapi labih cenderung menyegarkn pikiran kita sehingga kita lebih siap untuk menghadapinya lagi nanti.
3. Berpikir realistis, jangan terlalu menghayal dan berimajinasi. Hilangkan kata “seandainya saya…” dalam hidup kita
4. Melakukan olahraga, aktif dalam kelompok agama dan sosial, kegiatan tersebut membuat kita lebih jarang melamun
5. Mengubah suasana hati, Usahakan untuk selalu membuat suasan hati kita gembira karena hal tersebut dapat menghindarkan diri dari menyalahkan diri sendiri
6. Jangan banyak berpengharapan 7. Berpikir positif
8. Lapang hati dan sabar dalam mengadapi segala cobaan hidup dapat menjauhkan diri kita dari depresi
2.7. Pengobatan
1. Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang menderita gangguan bipolar.
2. Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas hebat dan untuk menangani perilaku manik.
3. Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifannya dalam antimanik. 4. Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan lotazepam
(Antivan), kadang-kadangdigunakan untuk klien yang menderita episode manik akut dan untuk klien yang sulit ditangani.
5. Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar siklus cepat,
a. Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek
antikolinergik yang merugikan, lebih sedikit toksisitas jantung, dan reaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (MAO)
b. Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang digunakan sejak adanya SSRI dan SSRIs atipikal.
c. Antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk menangani gangguan tidur dan ansietas sedang.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN ALAM PERASAAN
3.1. Pengkajian
3.1.1. Faktor predisposisi
a. Faktor genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.
b. Teori agresi berbalik pada diri sendiri, mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri.
c. Teori kehilangan, berhubungan dengan factor perkembangan misalnya kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis denagn orang yang sangat dicintai, individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
d. Teori kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai akibat gangguan perkembangan terhadap penilaian diri, yaitu penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak harapan.
mengendalikan kehidupannya sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
f. Model perilaku, mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya penguatan positif selama bereaksi dengan lingkungan.
g. Model biologis, mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.
3.1.2. Faktor Presipitasi
Ada lima stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan:
a. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi tubuh, status atau harga diri.
b. Kejadian penting dalam kehidupan seseorang sebagai keadaan yang
mendahului episode depresi dan mempunyai dampak pada masalah saat ini dan kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
c. Banyaknya peran dan komplik peran, dilaporkan mempengaruhi berkembangnya depresi, terutama pada wanita.
d. Sumber koping termasuk status social ekonomi, keluarga, hubungan inter personal dan organisasi kemasyarakatan. Kurangnya sumber pendukung social, menambah stress individu.
e. Ketidakseimbangan metabolisme dapat menimbulkan gangguan alam perasaan. Khususnya obat-obatan anti hipertensi dan gangguan zat adiktif. Kebanyakan penyakit kronis yang melemahkan sering disertai depresi. Depresi pada usia lanjut akan menjadi komplek jika disertai kerusakan organic dan gejala depresi secara klinik.
3.1.3. Mekanisme koping
3.1.4. Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal yang tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi.
Perilaku yang berhubungan dengan depresi (Stuart & Sundeen, 1995 hal. 215)
Afektif Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Fisik Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada, over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual. Tingkah
laku
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable, berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
3.2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional adalah 1. Ketidakberdayaan
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh 6. Defisit perawatan diri
7. Gangguan pola tidur 8. Resiko mencederai diri
3.3. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi mencedrai diri berhubungan dengan harga diri rendah, koping individu tidak efektif.
3.4. Perencanaan
No
Tujuan Umum :
Setelah tindakan perawatan diterapkan, klien dapat berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta senang yang dapat diterima oleh lingkungan.
Tujuan Khusus Rasionalisasi Tindakan
1 Klien terlindungi dari
dari upaya
mencederai diri sendiri atau bunuh diri.
Klien dengan gangguan alam perasaan berat berada dalam resiko tinggi untuk melakukan bunuh diri
Rawat klien dirumah sakit bila ada resiko bunuh diri yang tinggi
2 Klien mampu
Bantu klien untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya.
3 Klien mampu
membina hubungan terapeutik dengan perawat .
Klien depresi biasanya enggan terlibat dalam hubungan terapeutik. Diperlukan cara agar klien dapat menerima dan bertahan dalam hubungan terapeutik.
Lakukan
pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan bersifat empati Mawas diri dan
dapat
rasa marah,
Tunjukkan respon emosinal dan menerima klien Gunakan
kemampuan berkomunikasi. Berikan respon
empati dengan
Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya. Bantu klien untuk
mengekspresikan perasaan marahnya dengan tepat Bantu klien untuk
yang sifatnya supportif. Beri waktu
untuk klien berespon. Beri perawatan
individu sebagai manusia layaknya.
5 Klien mampu
memodifikasi pola kognitif yang negatif
Memodifi memodifikasi pola kognitif yang negatif
akan membantu
meningkatkan
pengendalian diri, tingkah laku dan perubahan harga negatif dan Bantu untuk
menurunkannya melalui interupsi atau substitusi. Bantu klien untuk
persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional Bantu klien untuk
dapat merubah tujuan yang tidak realistis ketujuan yang realistis. Kurangi
tujuan-tujuan yang tidak mungkin dicapai. Kurangi penilaian
klien yang negatif terhadap dirinya. Bantu klien untuk
menyadari nilai
Penampilan prilaku yang baik akan mengurangi / menghilangkan perasaan tak berdaya dan putus asa.
Beri tanggung jawab untuk melakukan terapi tindakan yang terorientasi. Beri dorongan
melakukan
kegiatan sehingga energi klien dapat disalurkan.
Persiapkan program yang dapat dilakukan dengan baik. Tetapkan tujuan
exercise fisik
mengurangi kesempatan untuk menarik diri dan akan meningkatkan harga diri, melalui pemanfaatan dari dukungan lingkunagn yang tepat dan menerima.
Kaji kemampuan klien untuk
Gunakan role play dalam melakukan
Beri dorongan kepada klien untuk
sosialnya dalam lingkungan yang lebih luas.
Beri dorongan dengan penuh kekeluargaan terhadap respon emosional klien yang adaptif. Beri dukungan
dan libatkan somatic diperlukan untuk mengatasi perubahan fisik yang terjadi karena Bantu klien untuk
memenuhi Anjurkan klien
jika
memungkinkan. Berikan terapi
pengobatan.
3.5. Evaluasi
1. Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.
2. Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal dapat digali.
3. Perubahan pola tingkah laku dan respon klien tersebut tampak.
4. Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi sepenuhnya.
5. Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan. 6. Tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan di ataas dapat disimpulkan bahwa Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang.
Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi yang di sebabkan oleh.
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah per tama depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC
Purwaningsih, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Defli. (2009). Depresi. http://mklh12depresi.blogspot.com. Last update 09 Mei 2012 pukul 09.03
Fauja. (2012). Askep depresi. http://wwwfaujabamuloputra.blogspot.com. Last update 29 April 2012 pukul 16.12
Anonim. (2011). Konsep dasar klien dengan
depresi.http://thefuturisticlovers.wordpress.com. Last update 08 Mei 2012 pukul 20.22 http://widayantibhayangkari.wordpress.com/2013/01/20/asuhan-keperawatan-pada-klien-gangguan-alam-perasaan-depresi-dan-mania/
http://anggreniniluhputu.blogspot.com/2010/12/askep-gangguan-alam-perasaan-depresi.html
http://aldiavanza.blogspot.com/2010/10/asuhan-keperawatan-gangguan-alam.html
http://nsdesta.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-gangguan-alam.html
http://nsdesta.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-gangguan-alam.html
http://powerpointku.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html