• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Konservasi Tanah dan Air.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB V Konservasi Tanah dan Air.pdf"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V. METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR

Erosi

Erosi adalah penyingkiran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi

dari tapak semula oleh pelaku berupa air mengalir (aliran limpas), es bergerak, atau angin.

Pelaku utama erosi di kawasan iklim basah ialah aliran limpas, di kawasan iklim kering ialah

angin, dan di kawasan iklim dingin ialah es bergerak.

Orang awam selalu berpendapat bahwa erosi berdampak merusak. Padahal tidak semua

erosi demikian. Erosi normal, yaitu erosi dengan laju seimbang dengan laju pembentukan tanah,

justru perlu ada karena berperan penting dalam meremajakan tanah. Erosi normal memasok

secara bertahap bahan induk tanah baru. Erosi bersifat merusak apabila melaju melampaui laju

pembentukan tanah. Erosi merupakan gabungan proses fisik dan kimia.

Apabila faktor-faktor lain sama, intensitas erosi air ditentukan oleh besar lereng. Makin

besar lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik aliran

limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar lereng. Di tapak berlereng, erosi dapat

berlangsung secara kering, memindahkan bahan sepanjang lereng dari daerah atasan ke daerah

bawahan dengan menggunakan energi gravitasi langsung.

Menurut tampakan permukaan yang diakibatkannya, erosi air terpilahkan menjadi tiga

ragam : (1) erosi lembar yang pengikisan lebih melebar daripada mendalam; penyingkiran bahan

berlangsung selapis demi selapis, (2) erosi alur yang pengikisan lebih mendalam daripada

melebar; menoreh permukaan tubuh bahan secara beralur-alur, dan (3) erosi parit yang

merupakan erosi alur berskala besar dengan alur-alur jauh lebih lebar dan jauh lebih dalam. Erosi

lembar terjadi dengan aliran limpas yang menyebar. Erosi alur dan parit terjadi dengan aliran

limpas yang terkonsentrasi pada jalur-jalur aliran.

Erosi air selalu mengarah dari tempat lebih tinggi ke yang lebih rendah karena pelakunya

adalah air mengalir. Erosi oleh es bergerak juga demikian. Erosi angin dapat mengarah ke

mana-mana dan dapat berubah-ubah arah, tergantung pada arah angin. Erosi selalu bergandengan

(2)

Ada daerah sedimentasi yang hanya berasosiasi dengan satu daerah erosi, contoh asosiasi puncak

lereng dengan kaki lereng. Ada daerah sedimentasi yang berasosiasi dengan lebih daripada satu

daerah erosi. Suatu cekungan adalah daerah sedimentasi yang berasosiasi dengan sejumlah

daerah erosi di sekelilingnya. Maka bahan sedimennya merupakan campuran beraneka bahan.

Konservasi tanah dan air

Konservasi tanah berarti penggunaan tanah sesuai dengan kemampuan dan

memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah tidak menjadi cepat

rusak. Jadi konservasi tanah tidak berarti penundaan pemakaian tanah. Sedangkan konservasi air

adalah penggunaan dan pengaturan air yang jatuh ke permukaan tanah, sehingga di satu pihak

tidak merupakan kekuatan perusak dan di lain pihak air tersebut dapat memberi manfaat yang

sebesar-besarnya.

Di alam, antara tanah dan air terdapat hubungan yang erat sekali, di mana setiap

perlakuan yang diberikan terhadap tanah akan mempengaruhi tata air pada tanah tersebut serta di

hilirnya. Dengan demikian masalah konservasi tanah dan air merupakan dua hal yang sangat erat

sekali hubungannya. Berbagai tindakan konservasi tanah, sekaligus juga merupakan tindakan

konservasi air.

Erosi adalah fungsi dari energi dan ketahanan massa tanah yang dipengaruhi oleh

pelindung. Dengan demikian, pada dasarnya konservasi tanah harus dilakukan melalui/dengan:

(1) mengurangi besar energi perusak (air hujan dan aliran permukaan), ke suatu tempat dimana

tidak menimbulkan kerusakan tanah, dan (2) meningkatkan ketahanan agregat tanah terhadap

pukulan air hujan dan kikisan limpasan permukaan, dan (3) memperbaiki pelindung.

Untuk mengurangi besarnya energi perusak dapat dilakukan dengan (1)

menutup/melindugi massa dari pukulan langsung aliran hujan atau kikisan limpasan permukaan,

(2) meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, dan (3) meningkatkan kekasaran permukaan tanah.

Peningkatan kapasitas infiltrasi dan peningkatan kekasaran permukaan untuk mengurangi

(3)

Peningkatan ketahanan massa tanah terhadap pukulan/kikisan air pada umumnya

dilakukan dengan peningkatan kemantapan agregat tanah, misalnya dengan penambahan bahan

organik dan bahan kimia ke dalam tanah. Di dalam prkatek, kegiatan-kegiatan tersebut selalu

berhubungan satu dengan yang lain. Misalnya perbaikan agregat tanah yang dilakukan dengan

penambahan bahan organik, akan meningkatkan porositas tanah sehingga akan menaikkan

kapasitas infiltrasi tanah sehingga akan menurunkan volume limpasan permukaan. Jadi, di sini

perbaikan agregasi tidak hanya meningkatkan ketahanan massa tanah terhadap pukulan energi

perusak, tetapi juga menurunkan besar energi perusak itu sendiri. Demikian pula usaha

penurunan energi perusak misalnya menutup tanah dengan bahan mulsa, dalam jangka panjang

akan meningkatkan ketahanan massa tanah.

Berdasarkan cara yang dipakai, dikenal tiga macam metode konservasi tanah dan air

yaitu secara (1) teknik sipil-mekanik, (2) vegetasi, dan (3) pemakaian bahan kimia. Dalam

pelaksanaannya, jarang sekali seorang pakar pengawetan tanah menggunakan salah satu metode

saja. Justru biasanya merupakan kombinasi dari ketiga metode tersebut. Yang paling banyak

dikerjakan adalah kombinasi antara metode mekanis dan vegetasi. Jika dihubungkan dengan

fungsi usaha konservasi tanah, maka metode mekanis terutama berfungsi untuk mengurangi

besar energi perusak, metode vegetasi berfungsi ganda, di samping meningkatkan ketahanan

tanah juga mengurangi energi. Metode kimia terutama berfungsi meningkatkan ketahanan tanah

terhadap pukulan/kikisan air.

Pada dasarnya tujuan konservasi tanah dapat diringkas menjadi :

(1) Di bagian hulu (dan tengah) : mendapatkan produktivitas lahan pertanian (dan hutan) yang

tinggi dan produktivitas tinggi tersebut dapat terjadi dalam waktu yang lama (sustainable).

(2) Di bagian hilir (dan tengah) mengendalikan banjir dan mengelola pengendapan pada sungai

dan berbagai proyek yang dibangun pada proyek tersebut.

Agar usaha konservasi tanah dapat mencapai sasaran yang ditetapkan, pemilihan metode

hendaknya tidak hanya didasarkan pada pertimbangan fisik teknis, tetapi juga pada pertimbangan

keadaaan sosial ekonomis masyarakat setempat. Faktor fisik yang perlu dipertimbangkan antara

lain iklim (curah hujan), tanah (kedalaman, tekstur) dan kemiringan. Faktor sosial ekonomi yang

perlu dipertimbangkan antara lain kebiasaan masyarakat setempat (terutama dalam hubungannya

(4)

Untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dapat dilakukan dengan memilih tanaman

yang berptoduktivitas tinggi dan/atau dengan intensifikasi. Dalam usaha ini hendaknya tetap

dipikirkan agar tingkat erosi yang terjadi serendah mungkin sehingga produktivitas yang tinggi

tersebut dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama, bahkan jika mungkin ditingkatkan.

Dalam pemilihan tanaman misalnya, di samping memperhatikan keuntungan yang dihasilkan,

hendaknya juga dipertimbangkan kemungkinan erosi yang ditimbulkan, dan tentu saja

kemungkinan penerimaan oleh petani.

Teknik konservasi tanah dan air secara sipil teknis (mekanis)

Pengendalian erosi dengan cara mekanis dimaksudkan : (1) memperkecil laju limpasan

permukaan sehingga daya rusaknya berkurang, (2) dan/atau menampung limpasan permukaan

dan kemudian mengalirkannya melalui bangunan atau saluran yang telah dipersiapkan sehingga

tidak merusak.

Bangunan pengendali erosi terdiri dari bangunan perintang aliran permukaan, dalam hal

ini teras dan bangunan penampung dan pengalir limpasan.

Teras

Tujuan utama pembuatan teras adalah untuk mengurangi panjang dan kemiringan lereng,

sehingga memperkecil limpasan permukaan. Dengan adanya teras juga memberi kesempatan air

untuk meresap ke dalam tanah (infiltrasi) bahkan ada teras yang sengaja dibangun supaya tanah

dapat menyimpan air. Berbagai macam teras dijumpai di lapangan. Disamping bentuknya yang

bermacam-macam, nama yang digunakan juga tidak sama. Banyak cara konservasi tanah dan air

yang tergolong ke dalam pengendalian erosi secara sipil teknis, tetapi yang sering dilakukan oleh

petani hanya beberapa saja, yaitu teras gulud dan teras bangku.

Teras gulud

Teras gulud adalah guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat dan saluran air pada

bagian lereng atasnya. Teras gulud dapat difungsikan sebagai pengendali erosi dan penangkap

aliran permukaan dari permukaan bidang olah. Aliran permukaan diresapkan ke dalam tanah di

dalam saluran air sedangkan air yang tidak meresap dialirkan ke Saluran Pembuangan Air (SPA).

a. Persyaratan

(5)

• Dapat dibuat pada tanah-tanah agak dangkal (> 20 cm). Tetapi mampu meresapkan air dengan cepat.

b. Pembuatan dan pemeliharaan

• Buat garis kontur sesuai dengan interval tegak (IV = interval vertical) yang diinginkan. • Pembuatan guludan dimulai dari lereng atas dan berlanjut ke bagian bawahnya.

• Teras gulud dan saluran airnya dibuat membentuk sudut 0,1-0,5% dengan garis kontur menuju ke arah saluran pembuangan air.

• Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian bawah lereng dijadikan guludan. • Tanami guludan dengan rumput penguat seperti Paspalum notatum, bebe (Brachiaria brizanta),

bede (Brachiaria decumbens),atau akarwangi (Vetiveria zizanioides) agar guludan tidak mudah

rusak.

• Diperlukan SPA yang diperkuat rumput Paspalum notatum agar aman.

Teras bangku

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di

bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga. Ada 3 jenis teras bangku : datar,

miring ke luar, miring ke dalam, dan teras irigasi (lihat gambar). Teras bangku datar adalah teras

bangku yang bidang olahnya datar (membentuk sudut 0o dengan bidang horizontal). Teras

bangku miring ke luar adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah lereng asli,

(6)

dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah yang berlawanan

dengan lereng asli. Air aliran permukaan dari setiap bidang olah mengalir dari bibir teras ke

saluran teras dan terus ke SPA sehingga hampir tidakpernah terjadi pengiriman air aliran

permukaan dari satu teras ke teras yang di bawahnya. Teras bangku gulir kampak memerlukan

biaya yang mahal karena lebih banyak penggalian bidang olah. Selain itu bagian bidang olah di

sekitar saluran teras merupakan bagian yang kurang/tidak subur karena merupakan bagian

lapisan tanah bawah (subsoil) yang tersingkap di permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan

(7)

a. Persyaratan

• Tanah mempunyai solum dalam dan kemiringan 10-60%. Solum tanah > 90 cm untuk lereng 60% dan >40 cm kalau lereng 10%.

• Tanah stabil, tidak mudah longsor.

• Tanah tidak mengandung bahan beracun seperti aluminium dan besi dengan konsentrasi tinggi. Tanah Oxisols, Ultisols, dan sebagian Inceptisols yang berwarna merah atau kuning

(podsolik merah kuning) biasanya mengandung aluminium dan atau besi tinggi.

• Ketersediaan tenaga kerja cukup untuk pembuatan dan pemeliharaan teras.

• Memerlukan kerjasama antar petani yang memiliki lahan di sepanjang SPA.

b. Cara pembuatan teras bangku

• Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan untuk menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi

hujan.

• Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% dengan bidang

horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300%).

• Kemiringan bidang olah berkisar antara 0% sampai 3% mengarah ke saluran teras.

• Bibir teras dan bidang tampingan teras ditanami rumput atau legum pakan ternak. Contohnya adalah rumput Paspalum notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens, atau Vetiveria zizanioides dll. Sedangkan contoh legum pohon adalah Gliricidia, Lamtoro (untuk tanah yang pH-nya >6), turi, stylo, dll.

• Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran pengelak, saluran pembuangan air serta terjunan. Ukuran saluran teras : lebar 15-25 cm, dalam 20-25 cm.

(8)

• Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, bisa dibuat teras bangku miring ke dalam

• Perlu mengarahkan air aliran permukaan ke SPA yang ditanami rumput Paspalum notatum dan bangunan terjunan air.

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan saluran teras meliputi, memindahkan/mengeluarkan sedimen dari dalam

saluran dan dari rorak ke bidang olah, menyulam tanaman tampingan dan bibir teras yang

mati, memangkas rumput yang tumbuh pada saluran, tampingan dan bibir teras untuk

dijadikan pakan ternak.

Teknik konservasi tanah dan air secara vegetatif

Tanaman dapat menurunkan energi kinetik hujan yang sampai pada permukaan tanah

melalui intersepsi mahkota daun. Pada saat yang sama dengan meningkatnya kekasaran

permukaan, dengan adanya sisa tanaman yang menutup tanah atau rumput penutup tanah, maka

limpasan akan mengalami hambatan sehingga kecepatannya berkurang. Disamping itu dengan

terciptanya ruang pori oleh akar tanaman, maka kapasitas infiltrasi dan perkolasi tanah

bertambah. Hal ini berarti jumlah air yang masuk ke dalam tanah bertambah besar, sehingga

volume air yang mengalir pada permukaan tanah akan berkurang. Berkurangnya kecepatan dan

volume limpasan permukaan tentunya akan menurunkan kemampuan limpasan permukaan untuk

menimbulkan erosi.

Melalui akar tanaman dan juga sisa-sisa tanaman yang telah melapuk, tanaman

membantu pembentukan dan pemantapan agregat. Hal ini berarti ketahanan tanah terhadap air

hujan, dan juga limpasan permukaan bertambah baik. Pada saat yang sama pembentukan agregat

berarti meningkatkan porositas tanah, sehingga akan terjadi peningkatan infiltrasi, dan

selanjutnya akan menurukan limpasan permukaan. Di samping perbaikan struktur tanah, tanaman

juga dapat membantu mempercepat proses pelapukan dan memperbaiki kesuburan tanah.

Ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, dapat dikemukakan bahwa tanaman

merupakan faktor yang paling leluasa untuk diatur. Hujan merupakan faktor yang tidak dapat

(9)

Tanaman penutup tanah

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang memang sengaja ditanam untuk

melindungi tanah dari erosi, menambah bahan organik tanah dan meningkatkan produktivitas

tanah. Tanaman penutup tanah ini dapat ditanam sendirian (tanpa tanaman utama), atau

bersama-sama dengan tanaman utama sebagai tanaman penutup tanah di bawah tanaman utama, atau

sebagai pohon pelindung.

Berdasarkan habitus perumbuhannya, tanaman penutup tanah dapat digolongkan menjadi

3 golongan yaitu :

(1) Tanaman penutup tanah rendah

(2) Tanaman penutup tanah sedang yang berupa semak

(3) Tanah penutup tanah tinggi

Tanaman penutup tanah rendah digunakan: (1) pada pola rapat yang ditaman dalam

barisan, (2) sebagian tanaman penutup tanah di antara tanaman perkebunan, (3) untuk keperluan

khusus, misalnya memperkuat tebing saluran air, teras dan sebagainya. Termasuk dalam

golongan ini a.l. : Centrocema sp. Calopogonium, Prueraria, Mimosa invisa. Untuk melindungi

teras, misal bebondotan (Agerantum conizoides L.), rumput benggala (Panicum Maximum jacq),

rumput gajah (Pennisetum purpureum Sch).

Tanaman penutup tanah sedang digunakan : (1) dalam pola pertanaman teratur di antara

barisan tanaman utama, (2) dalam barisan sebagai pagar, (3) di luar tanaman utama sebagai

sumber bahan organik. Sebagai contoh, Clibadium Surrinamense yang digunakan dalam pertanaman teratur. Lantana camara L (rumput telekan), dan Clotaralia sp. yang digunakan sebagai tanaman pagar.

Tanaman penutup tanah tinggi dipergunakan : (1) sebagai tanaman pelindung, biasanya

ditanam secara teratur di antara barisan tanaman, (2) untuk tanaman penghijauan dan reboisasi.

(10)

Pengendalian erosi pada lahan pertanian Pengolahan tanah

Untuk memperkecil kemugkinan kerusakan tanah sebagai akibat pengolahan tanah,

disarankan : (1) tanah diolah seperlunya, (2) pengolahan tanah dilakukan pada saat kandungan

air yang tepat, (3) pengolahan tanah dilakukan menurut atau sejajar garis tinggi (contour), (4)

pengolahan tanah dengan pemberian mulsa

Penanaman dalam strip (strip cropping)

Suatu cara bercocok tanam dengan beberapa tanaman, dimana masing-masing jenis

tanaman ditanam dalam strip-strip yang berselang-seling pada sebidang tanah dan disusun

menurut jenis garis tinggi atau memotong arah lereng. Strip cropping cukup efekif untuk lahan yang kemiringannya tidak terlalu curam, 3-8,5%. Dalam strip cropping dianjurkan pergiliran

tanaman, dan pegerjaan/penanaman dilakukan berurutan sehingga pada setiap waktu selalu ada

bagian tanah yang tertutup tanaman. Untuk tanah-tanah yang sangat mudah tererosi (erodibilitas

tinggi) dianjurkan agar salah satu tanaman strip selalu menutup tanah (untuk ini dapat digunakan

rumput-rumputan).

Pola tanam ganda (multiple cropping)

Pola tanam ganda, disamping sangat menguntungkan karena meningkatkan efektivitas

penggunaan lahan juga telah dibuktikan dapat menekan laju erosi, mempertahankan bahkan

meningkatkan produktivitas lahan. Pola tanam ganda yang disarankan adalah (1) pergiliran

tanaman, dan tumpang gilir serta (2) tumpang sari dan tanaman campuran.

(1) Pergiliran tanaman dan tumpang gilir

Dalam sistem ini pada sebidang lahan ditanam dua atau lebih tanaman secara bergilir

dalam urutan waktu tertentu. Disamping dapat memperbaiki dan mempertahankan

kesuburan tanah, sistem pergiliran tanaman juga telah sangat efektif untuk: (1)

memberantas hama/penyakit tanaman. Pergiliran tanaman berarti memotong siklus

hidupnya, atau meniadakan tanaman inang untuk periode waktu tertentu. (2)

(11)

Tanaman yang cocok digunakan sebagai tanaman antara dalam pergiliran tanaman

hendaknya : mudah diperbanyak; sistem perakarannya cukup baik untuk mengikat tanah,

tetapi tidak menyebabkan kompetisi bagi tanaman pokok, atau dengan kata lain tidak

menguruskan tanaman; tumbuh cepat dan banyak menghasilkan bahan organik;

mempunyai toleransi terhadap pemangkasan; tahan terhadap hama penyakit serta tidak

menyebabkan inang hama/penyakit tanaman utama; mampu menekan pertumbuhan

tanaman pengganggu; mudah diberantas jika dipergunakan; dan tidak mempunyai sifat

yang tidak disenangi, misalnya berduri, sulur yang membelit, dan sebagainya.

(2) Tumpangsari dan tanaman campuran

Pola tanaman tumpangsari/tanaman campuran adalah sistem tanam 2 macam

tanaman atau lebih pada sebidang lahan pada waktu yang bersamaan. Jika dalam pola

tanam tersebut terdapat tanaman utama (dan bisanya ditanam secara teratur) disebut

tumpang sari. Jika dalam pola tanam tersebut tidak terdapat tanaman utama (dan biasanya

ditanam secara tidak teratur) disebut pola tanam campuran.

Seperti pada pergiliran tanaman, tentu saja tidak semua tanaman cocok untuk ditanam

dalam pola tumpang sari atau tanaman campuran. Kombinasi tanaman dalam sistem ini akan

sangat menentukan keberhasilannya. Jika kombinasi tanaman tidak tepat, justru akan

mempercepat kerusakan tanah. Syarat tanaman yang akan ditanam secara tumpangsari adalah :

habitus tanaman berbeda; kebutuhan hara tidak sama; tanaman sela cepat tumbuh dan

menghasilkan bahan organik yang banyak; tidak saling menjadi inang hama/penyakit; tanaman

sela dapat dengan mudah dimatikan (jadi tidak menjadi tanaman pengganggu tanaman utama).

Pemilihan waktu tanam yang tepat tidak hanya untuk mendapatkan hasil yang baik, tetapi

juga seringkali diperlukan dalam usaha pengendalian erosi.

Alley Cropping

Sebenarnya sistem ini serupa dengan strip cropping , hanya saja yang digunakan sebagai

tanaman strip adalah tanaman tahunan. Jadi dalam sistem ini tanaman tahunan (tanaman pohon)

misalnya; lamtoro, gliricidae, dan sebagainya; ditanam dalam barisan di antara tanaman pangan.

(12)

sepium untuk tanman pagar sangat efektif pada lahan yang ditanami tanaman jagung. Dalam hal

ini petak yang diberi pangkasan lamtoro mempunyai kandungan hara dan organik yang lebih

tinggi dibandingkan petak yang tidak diberi pangkasan lamtoro. Akibatnya hasil jagung dan

kacang tunggak pada petak tersebut juga lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Penggunaan Gliricidae dalam sistem alley cropping pada tanah pegunungan disamping dapat meningkatkan bahan organik tanah, menambah 184 kgN/ha, dan 36 kg K/ha, juga dapat

melindungi tanah dari erosi. Selain mampu menekan erosi, juga dari tanaman pohon diharapkan

dapat diperoleh hasil tambahan yang berupa kayu bakar atau hijauan. Alley cropping telah dikenal luas dalam Agroforestry.

Mulsa

Mulsa adalah sisa-sisa tanaman yang dikembalikan lagi ke tanah. Sisa tanaman yang

banyak digunakan adalah misalnya jerami padi, jerami jagung, dan sebagainya. Beberapa hasil

penelitian telah menunjukkan bahwa mulsa sangat efektif guna menurunkan laju erosi, terutama

erosi yang terjadi pada saat tanah masih terbuka.

Mulsa dapat menekan laju erosi karena adanya mulsa akan menghindarkan tanah dan

pukulan langsung air hujan/kikisan limpasan permukaan. Mulsa sebagai bahan organik akan

memperbaiki sifat fisik tanah, dalam hal ini kemantapan agregat dan kapasitas infiltrasi. Mulsa

juga dapat memberikan peningkatan produktivitas tanah sehingga memperbaiki pertumbuhan

dan hasil tanaman, karena dengan adanya mulsa terjadi perbaikan penyimpanan air tanah,

penurunan penguapan air tanah dan memperkecil fluktuasi temperatur tanah.

Teknik konservasi secara kimia

Metode kimia bertujuan memperbaiki sifat fisik tanah, karena dengan bahan kimia yang

mampu memantapkan agregat-agregat tanah menjadikan struktur tanah mantap dan pori tanah

dapat terjaga dengan baik. Bahan-bahan kimia ini disebut soil conditioner, yang umum dipakai

adalah : PAM, PVA, bitumen, krilium dan sebagainya.

(13)

Tes Formatif :

Dalam praktek di lapangan, jarang dijumpai penerapan metode konservasi tanah dan air secara

tunggal. Metode yang sering digunakan adalah perpaduan antara sipil teknis dan vegetatif.

Berikan satu contoh sistem usaha tani konservasi yang telah menerapkan kedua metode tersebut

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, persentase rasio mortalitas Crustasea yang dihasilkan akibat senyawa aktif niklosamida dengan konsentrasi yang

Dengan demikian kebutuhan modal kerja mengalami penurunan sebesar Rp 363,596.000 juta dari jumlah modal kerja pada

Bagaimanapun juga, ada hal-hal yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa mendapatkan berbagai sikap dan keyakinan yang akan membuat mereka menjadi pemikir-pemikir yang

Turner & Helms (1995) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan, antara lain jumlah interaksi yang efektif antara pasangan, kepribadian pasangan

Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik,

konsep termodinamika sangat penting untuk dilakukan. Urgensi penelitian pengembangan ini adalah diperolehnya sebuah model instrumen tes representasi TCI untuk mengukur