• Tidak ada hasil yang ditemukan

06 IDENTIFIKASI TANAMAN HUTAN KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "06 IDENTIFIKASI TANAMAN HUTAN KESEHATAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

2015

LAPANG

(2)

PENDAHULUAN

Praktik Kerja Lapang (PKL) merupakan kegiatan kurikuler di Fakultas Kehutanan

UNLAM yang dilaksanakan pada alih semester genap ke semester ganjil. PKL wajib diikuti

oleh mahasiswa semester IV ke V dan diberikan 2 (dua) Satuan Kredit Semester (SKS).

Kegiatan PKL meliputi kegiatan lapangan, penulisan laporan dan ujian.

A. Persyaratan

1. Terdaftar sebagai mahasiswa fakultas kehutanan pada tahun ajaran berjalan.

2. Setiap mahasiswa peserta terdaftar telah mengikuti mata kuliah :

a. Silviks

b. Ilmu Tanah Hutan

c. Ilmu Ukur Lahan dan Perpetaan

d. Inventarisasi Hutan

e. Dendrologi

3. Tidak sedang mengikuti Kuliah Program Alih Tahun (PAT)

B. Waktu dan Tempat

Praktik Kerja Lapang terdiri dari 2 (dua) bagian yang wajib diikuti seluruh peserta,

yaitu sebagai berikut :

a. Kuliah Pesangon : 11 - 12 Agustus 2015 bertempat di Fakultas Kehutanan Unlam

b. Pelaksanaan PKL direncanakan pada tanggal 14 Agustus –25 Agustus 2015 dengan

total kegiatan efektif selama10 (sepuluh) hari

c. Tempat Pelaksanaan PKL berada di Hutan Pendidikan Unlam Mandiangin

C. Tujuan Umum

1. Melatih mahasiswa dalam melakukan pengukuran dan perpetaan, inventarisasi hutan;

penanaman, pembuatan persemaian dan pemeliharaan, identifikasi tanah hutan,

konservasi tanah & air, perlindungan hutan dan serta pembuatan herbarium.

2. Melatih mahasiswa menggunakan bahan dan peralatan yang dipakai dalam praktik

(3)

3. Melatih mahasiswa dalam membuat laporan dan menguasai hasil praktik di lapangan.

4. Meningkatkan kemampuan dan kebiasaan mahasiswa untuk memelihara dan

mengembangkan ekosistem hutan

MATERI PRAKTIK KERJA LAPANG

Materi PKL terdiri dari 10 bagian, yang termasuk dalam 8 mata kuliah yaitu:

Perencanaan Hutan (Ilmu Ukur Tanah dan Inventarisasi Hutan); Ekologi Hutan; Silviks; Ilmu

Tanah Hutan; Sosiologi Kehutanan, Dendrologi dan Perlindungan Hutan.

Tabel 1. Materi Praktik Kerja Lapang S1 Reguler Tahun Akademik 2015

MATA KULIAH MATERI POKOK (KODE)

1. Ilmu Ukur Lahan dan Perpetaan Pengukuran dan Perpetaan (PKL-1)

2. Ekologi Hutan Analisis Vegetasi &Curva Species Area(PKL-2)

3. Silviks Pembuatan Persemaian dan Pengkayaan Tanaman (PKL-3)

4. Ilmu Tanah Hutan Identifikasi Tanah Hutan (PKL-4)

5. Inventarisasi Hutan ITSP (PKL-5)

6. Dendrologi Identifikasi Tanaman, Kesehatan Tanaman, dan Pembuatan Herbarium (PKL-6)

7. Konservasi Tanah Air Terasering (PKL-7)

8. Perlindungan Hutan

Perlindungan Hutan, & Sekat Bakar (PKL-8)

9. Pengelolan Margasatwa

Inventarisasi Satwa(PKL-9)

10. Sosiologi Kehutanan

Interaksi Masyarakat dengan Hutan (PKL-10)

(4)

MEKANISME PENYUSUNAN LAPORAN

1. Setiap praktikan wajib membuat laporan awal (kertas folio bergaris) untuk setiap materi praktek dan dikumpulkan melalui asisten praktek

2. Laporan awal dikumpulkan paling lambat 1 hari setelah praktikan mengikuti praktik (pagi hari berikutnya pada saat apel pemberangkatan).

3. Ketentuan point 2 tidak berlaku pada hari terakhir materi, sehingga laporan dikumpul paling lambat 5 hari kalender setelah PKL berakhir

4. Asisten akan melakukan evaluasi terhadap laporan yang dibuat dan dikembalikan kepada praktikan

5. Praktikan membuat Laporan Praktek Kerja Lapang dalam bentuk print-out komputer berdasarkan hasil laporan awal yang telah dikoreksi asisten

6. Laporan dalam bentuk print-out komputer diserahkan kepada Panitia PKL 2015 paling lambat 6 minggu setelah PKL berakhir. Laporan yang diserahkan terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu :

a. Laporan Awal yang telah diperiksa asisten

b. Laporan Praktek Kerja Lapang (print-outkomputer). Masing-masing laporan dimasukkan ke dalam Map Plastik berwarna merah (2 buah)

7. Panitia PKL melakukan verifikasi terhadap kelengkapan laporan, dan memasukkan daftar nilai laporan dan SK Pembimbing ke dalam map plastik yang telah berisi Laporan PKL 8. Peserta mengambil laporan paling lambat 4 bulan setelah PKL berakhir, dan selanjutnya

didistribusikan kepada Dosen Pembimbing/Penguji yang telah ditunjuk.

9. Peserta menyerahkan bukti tanda terima laporan yang telah diserahkan (point 6) kepada Panitia PKL 2015

PENILAIAN LAPANGAN

Tujuan pemberian nilai lapangan adalah untuk mengetahui kerajinan, kedisiplinan, kemampuan menalar dan kepribadian seorang mahasiswa. Penilaian dilakukan oleh panitia dan asisten pada saat praktik dilaksanakan.

TATA TERTIB DAN SANGSI

A. Tata Tertib

1. Selama PKL berlangsung, semua biaya dibebankan kepada mahasiswa peserta PKL 2. Mahasiswa PKL wajib mentaati semua peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan

oleh panitia, baik yang tertulis dalam pedoman ini maupun yang dikeluarkan oleh panitia secara resmi

3. Peserta PKL wajib mengikuti kuliah pesangon yang diadakan sebelum kegiatan lapangan di laksanakan

4. Peserta PKL wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan praktik lapangan

5. Setiap peserta PKL tidak diperkenankan meninggalkan kegiatan lapangan, kecuali mendapat izin tertulis dari Ketua Panitia PKL atau yang berwenang lainnya

(5)

7. Setiap peserta atau sub kelompok harus membawa peralatan atau bahan yang telah ditentukan oleh panitia

8. Setiap peserta PKL wajib membuat laporan sementara 9. Laporan sementara dilampirkan pada draft laporan akhir

B. Sangsi

1. Apabila mahasiswa yang mengikuti kurang dari 80% maka mahasiswa tersebut dinyatakan Gagal dan harus mengulang kegiatan PKL-nya pada semester yang akan datang

(6)

IDENTIFIKASI TANAMAN, KESEHATAN TANAMAN

HUTAN DAN PEMBUATAN HERBARIUM (PKL-6)

I. IDENTIFIKASI KESEHATAN TANAMAN HUTAN

Pengantar

Perlindungan hutan sebagai salah satu cabang disiplin ilmu bertujuan mempelajari

upaya-upaya melindungi hutan dari berbagai penyebab kerusakan hutan yang tidak akan

lepas dari segala yang dipelajari dalam ilmu silvikultur. Sejalan dengan hal ini maka yang

juga turut menunjang keberadaan ilmu perlindungan hutan adalah adanya kesepakatan global

tentang persyaratan kelestarian sumberdaya terhadap pengelolaan sumberdaya alam.

Perlindungan tidak hanya pada masalah mengatasi kerusakan pada saat terjadi, tetapi

juga sebaiknya diperlukan pendekatan terhadap : (1) Mengenali sumber kerusakan (2)

Mengevaluasi kerusakan yang terjadi dan (3) Cara menghindari kemungkinan terjadinya

kerusakan. Sehingga beberapa hal yang dapat dianggap sebagai strategi perlindungan hutan

adalah mengendalikan kerusakan dan mengurangi besarnya resiko kerusakan terhadap hutan.

Keberadaan perlindungan diperlukan untuk dapat mengenali sedini mungkin

penyebab kerusakan yang terjadi dan dapat menghindari serta menekan penyebab yang dapat

menyebabkan kerusakan yang mungkin timbul. Asas perlindungan yang dipakai adalah

mengutamakan pencegahan awal melalui perencanaan dan pengelolaan yang baik yang

diharapkan akan lebih efektif.

Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan berasal dari faktor biotik dan abiotik yang

dipilah menjadi:

1. Patogen; Penyakit tanaman adalah suatu proses perubahan atau penyimpangan dalam

suatu organism.

2. Hama; Kerusakan dapat terjadi oleh karena adanya aktivitas berbagai serangga yang

hidup di dalam hutan dengan cara memanfaatkan tanaman hutan sebagai tempat

berkembang biak dan sumber makanan.

3. Gulma; Tumbuhan yang mempunyai nilai negatif (merugikan kepentingan secara

langsung atau tidak langsung)

4. Kebakaran; suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan

kerusakan hutan dan atau hasil hutan

(7)

6. Faktor lingkungan.; kondisi kerusakan dimana penyebab faktor utamanya adalah

lingkungan

Tujuan :

1. Mengenali bentuk-bentuk kerusakan pada tanaman hutan yang terdapat pada plot

contoh

2. Mengetahui ranking tertinggi dari sejumlah kerusakan yang terjadi pada tanaman

hutan pada plot contoh

3. Mendokumentasikan berbagai jenis serangga dan hama yang ditemui pada saat

penilaian kesehatan tanaman

Alat dan Bahan

Bahan terdiri dari tegakan Akasia

Alat yang diperlukan adalah :

Tali rafia untuk membatasi petak perkelompok

Pita meter (Phiban) untuk mengetahui besar diameter tegakan yang diamati

Alat pengukur/Penggaris, untuk mengukur kerusakan yang terjadi

Kamera untuk dokumentasi tegakan yang bermasalah dan serangga atau hama

Binokuler untuk mengamati bagian yang tidak terjangkau mata secara langsung

Alat tulis menulis

Cara Kerja

1. Mengunjungi areal yang dijadikan tempat praktik dan merupakan areal yang ditanami

oleh sejumlah tegakan yang akan diamati

2. Membuat petak ukur sehingga memungkinkan dilakukannya pengamatan 100%

3. Melakukan pengamatan pada objek tanaman satu persatu sampai seluruh plot area

terpenuhi

4. Melakukan pengamatan dengan model scoring yang sudah ditentukan

5. Mengambil objek/foto objek pengamatan, hama dan serangga yang dianggap dapat

menunjang data praktik.

(8)

1. Lokasi Kerusakan yang Diamati

Tabel 1. Lokasi kerusakan

No Kode Keterangan

1 0 Tidak terjadi kerusakan

2 1 Akar

3 2 Batang bawah (1/2 bagian cabang awal atau batas tajuk)

4 3 Batang sebelum cabang pertama atau batas tajuk

5 4 Batang Bawah

6 5 Batang Atas (1/2 dari bagian batang)

7 6 Batang di dalam tajuk

8 7 Cabang

9 8 Anak ranting dan tunas pucuk

(9)

Tabel 2. Tipe Kerusakan

No Kode Keterangan

1 01 Kanker

2 02 Tubuh buah Jamur

3 03 Luka Terbuka

4 04 Gumosis

5 11 Batang atau akar patah

6 12 Banyak tunas Air

7 13 Akar patah dalam

8 21 Mati pucuk

9 22 Patah dan Mati

10 23 Tunas Air berlebihan

11 24 Kerusakan daun

12 24 Perubahan warna daun

13 31 Kerusakan lain

Tabel 3. Sebab Kematian Pohon

No Kode Keterangan

1 001 Sudah mati ketika diamati

2 100 Hama

3 200 Penyakit

4 201 Terbakar

5 300 Karat daun

6 400 Aktivitas hewan

7 500 Cuaca

8 600 Stress

9 700 Tebangan

10 800 Tidak diketahui

(10)

Tabel 4. Tingkat keparahan

No Kode Keterangan

1 2 20-29%

2 3 30-39%

3 4 40-49%

4 5 50-59%

5 6 60-69%

6 7 70-79%

7 8 80-89%

8 9 90-99%

Tabel 5. Pengamatan Kesehatan Tanaman Hutan : Jenis Akasia

No

Pohon Tipe/Jenis Kerusakan

Lokasi Kerusakan

Tingkat Keparahan

Identitas

Pemeriksa

Tabel 6. Ranking Hasil Identifikasi Lapangan

Ranking 1 2 3 4

Tipe Kerusakan

Lokasi Kerusakan

(11)

II. PEMBUATAN HEBARIUM

A. Pengantar

Melakukan identifikasi pohon di lapangan dapat dilakukan melalui pengenalan pada

daun, batang, bunga, buah, akar, getah dan cabang yang merupakan ciri morfologi dari suatu

tumbuhan. Berdasarkan ciri-ciri morfologi yang diketahui maka cara selanjutnya adalah

dengan mencocokkannya dengan buku panduan atau buku manual mengenal jenis.

Identifikasi suatu tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu

dengan membandingkan atau menyamakan tumbuhan yang ingin diketahui dengan

gambar-gambar yang ada di dalam literatur yang sudah ada atau dengan material herbarium sudah

diketahui identitasnya. .

Ciri-ciri morfologi untuk suatu jenis tanaman yang sama sesungguhnya berbeda-beda,

hal tersebut bisa saja terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor luar yang

berupa perbedaan topografi, ataupun karena faktor dalam seperti faktor genetik dari pohon

tersebut. Untuk memudahkan pengidentifikasian maka dibuat suatu ciri-ciri yang sifatnya

lebih bersifat umum atau ciri-ciri yang dominan.

Herbarium adalah sekelompok specimen tanaman yang umumnya telah dikeringkan

dan dipres serta disusun berurutan menurut sistem klasifikais tertentu dan berguna untuk

bahan acuan atau untuk tujuan-tujuan ilmiah tertentu yang biasanya sebagai studi taksonomi

atau klasifikasi dan identifikasi. Untuk membuat herbarium ini dapat dilakukan dengan cara

yang murah dan sederhana, tanpa menghilangkan nilai ilmiahnya. Cara pengumpulan

herbarium tersebut ada dua macam cara yaitu cara basah dan cara kering.

Metode basah artinya diberikan perlakuan penambahan alkohol sedangkan metode

kering tidak. Keuntungan metode basah adalah dalam proses pengeringan dapat dilakukan

(12)

Sedangkan keuntungan herbarium dengan metode kering adalah dapat menghemat biaya

transport karena specimen telah kering dan dapat diproses lebih lanjut di tempat identifikasi

dan koleksi herbarium.

B. Alat Dan Bahan

1. Ranting yang mempunyai daun dan bunga

2. Alkohol 70% atau spritus secukupnya

3. Gunting ranting (pruner)

4. Alat pengepress (sasak)

5. Koran bekas

6. Etiket gantung

7. Etiket tempel

8. Karton putih (mounting peper) ukuran 42 x 26 cm

9. Binokuler 1 buah

10. Sellotape khususs atau lem kayu

11. Tali plastik (rafia)

12. Kantong platik ukuran 60x40 cm, secukupnya

13. Alat tulis (blok note, ballpoint dan pensil)

14. Peta lokasi

15. Pemanjat/Pengenal pohon (1 orang)

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari praktik identifikasi tanaman hutan adalah :

1. Mengetahui jenis-jenis tanaman yang berada di Hutan Pendidikan Mandiangin

2. Melakukan kegiatan identifikasi tanaman hutan pada tanaman jenis-jenis tertentu.

3. Mampu membuat herbarium.

D. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan dalam praktik ini adalah ;

1. Ambil satu set spesimen yang lengkap (dengan bunga dan buah kalau ada), usahakan

(13)

x 42 cm. Usahakan jarak waktu pengambilad dengan pemprosesan harus cepat, bila

perlu langsung pemprosesan

2. Pada bok note, catat nama daerah (jika ada), no urut pengambilan, kode kolektor, dan

tanggal pengambilan, demikian juga pada etiket gantung lalu gantungkan pada

spesimen dengan benang

3. Catat nama tempat / lokasi pengambilan, termasuk tinggi dari permukaan laut, catat

pula kondisi habitat (tempat tumbuh). Catat keterangan lain yang perlu seperti

manfaat, musim berbunga dan berbuah, dll

4. Pemprosesan :

 Susun setiap spesimen diantara lembaran koran bekas dengan baik

 Susun beberapa spesimen bersama koran bekas diantara dua sasak, ikat dan jika

cuaca cukup cerah jemur di bawah matahari. Sebaiknya setiap beberapa jam

dibalik dan ikatan dikencangkan lagi agar pengeringan merata dan spesimen

tidak ”keriting”

 Jika spesimen tidak dapat langsung dikeringkan karena harus dibawa dari

tempat jauh atau jika cuaca mendung sehingga tidak dapat langsung

dikeringkan, sebaiknya susun diantara dua lipatan koran bekas, diikat, masukkan

ke dalam kantung plastik ukuran 60 x 40 cm, kemudian siram atau semprot

dengan spiritus atau alkohol secukupnya. Hal ini perlu untuk menghindari

terbentuknya lapisan pemisah (abscission layer) yang dapat menyebabkan

bagian-bagian spesimen tersebut rontok juga untuk menghindari serangan jamur

5. Jika spesimen telah kering (kaku dan tidak terasa dingin jika dipegang), maka siapkan

satu set spesimen dan tempelkan pada karton putih (mounting paper). Untuk bagian

batang dapat dijahit dengan sellotipe khusus atau dengan potongan karton ukuran

(14)

6. Tempelkan etiket tempel pada bagian kanan bawah karton.

E. Cara Pembuatan

1. Ambil bahan specimen tiga set

2. Pada blok note, catat nama daerah (jika ada), namor urut pengambilan, kode

kolektor dan tangal pengambilan, demikian juga pada etiket gantung dan gantungkan

pada specimen

3. Catat nama tempat/lokasi pengambilan, termasuk tinggi dari permukaan laut

4. Catat kondisi habitat (tempat tumbuh)

5. Catat keterangan lain yang perlu

6. Kumpulkan semua spicimen yang didapat dalam kantong plastik besar dengan

hati-hati agar bagian-bagian daun, bunga, buah atau lainnya tidak terlepas atau rusak

7. Pemrosesan :

- Susun setiap spicimen diantara lembaran koran bekas dengan baik

- Susun beberapa specimen bersama koran bekas diantara duan sasak, ikat dan jika

cuaca cukup cerah jemur dibawah matahari. Sebaiknya setiap beberapa jam dibalik

dan ikatan dikencangkan lagi agar pengeringan merata dan spicimen tidak “keriting”,

akan lebih baik jika dikeringkan dalam alat pengering khusus (oven dengan suhu 700)

hingga diperoleh pengeringan yang sempurna.

- Jika spicimen tidak dapat langsung dikeringkan karena harus dibawa dari tempat jauh

atau jika cuaca mendung sehingga tidak dapat langsung dikeringkan, sebaiknya susun

diantara 2 lipatan koran bekas, diikat, masukkan kedalam kantong plastik ukuran 60 x

40 cm, kemudian siram dengan spritus atau alkohol secukupnya. Hal ini perlu untuk

menghindari terbentuknya lapisan pemisah (abscission layer) yang dapat

menyebabkan bagian-bagian spicimen tersebut rontok. Juga untuk menghindari

serangan jamur

8. Jika spicimen telah kering (kaku dan tidak terasa dingin jika dipegang), maka siapkan

satu set spicimen diantara dua karton bekas dengan semua data yang diperoleh

dilapangan pada etiket tempel, untuk diidentifikasi di Wanariset Samboja.

9. Setelah diidentifikasi tempelkan spicimen pada karton putih (mounting paper ).

Untuk spicimen yang lebih besar dapat dijahit dengan benang sepatu, sedangkan

spcimen kecil ditempel dengan sellotape khusus atau dengan potongan karton ukuran

(15)

F. Cara Pengisian Etiket Gantung dan Etiket Tempel

1. Etiket gantung :

- Isi dengan No. urut mengambil specimen, singkatan nama kolektor dan tanggal,

(16)

2. Etiket Tempel

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

Coll : Nama kolektor

No : no. urut koleksi dd. : tanggal pengambilan specimen sesuai

dengan yang tertera pada etiket gantung

Fam : nama famili (suku)

Gen : nama genus (marga)

Spec : nama species (jenis)

Det : nama yang mendeterminasi (determinan)

Vern : nama daerah

Island : pulau

Loc : desa/kampung/petak-HPH PT. AYA YAYANG /kecamatan–Tabalong

atau Letak lintang dan tanda-tanda alam (sungai/gunung)

Habitat: - tergenang : terus menerus/ kadang-kadang/ musiman ………. M. Alt

- air : payau/rawa/gambut ( tinggi dari muka laut )

- tepi sungai/pantai, jika pasang tergenang

- tidak digenangi air

- tanah (berbatu/pasir/liat)

- datar /miring/curam

- semak belukar/hutan sekunder/hutan primer/hutan tanaman

Notes : - pohon (tinggi dan diameter)/pohon kecil/perdu/liana/parasit/herba

` - bergetah (sebut warna )/tidak bergetah (jika ragu, tidak perlu dicatat)

- bunga : kuncup, bunga mekar (sebut warna dan bau)

- buah : muda ; tua (sebut warna, bau dan rasa)

- dijumpai : - banyak/sedang/jarang

(17)

Gambar

Tabel 1. Lokasi kerusakan
Tabel 3. Sebab Kematian Pohon
Tabel 6. Ranking Hasil Identifikasi Lapangan

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berbasis Issue-Issue Kontroversial di media Youtube kolaborasi Team Quiz untuk meningkatkan daya kritis siswa kelas

Alasannya, penelitian ini diarahkan untuk mengkaji kondisi, kegiatan, perkembangan serta faktor-faktor penting yang terkait dan menunjang kondisi (Sukmadinata, 2005),

Menjaga postur tulang belakang dalam periode yang lama menjadi sangat tidak nyaman, karena kebanyakan dari tekanan otot harus dipertahankan untuk menjaga tubuh dalam posisi

Tito Sepriadi, NIM: C100100075, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tahun 2015, Judul: “PENGARUH IZIN USAHA PERTAMBANGAN BATU TUF TERHADAP

Perubahan penggunaan lahan tanpa konservasi mempengaruhi gerak aliran air menyebabkan penggerusan tebing sungai semakin intensif, sehingga diperlukan penelitian yang bertujuan untuk

dengan demikian penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Möllering (2005) dan Hayton (2005) yang menunjukkan bahwa berpendapat bahwa hubungan kepercayaan antara

konsentrasi dan lama perendaman kayu sengon dalam ekstrak daun sirsak berpengaruh tidak nyata terhadap serangan rayap tanah. Daya Hambat Perasan

kepada subjek ujicoba kelompok kecil sebagai sarana untuk mendapatkan tanggapan/penilaian serta saran mengenai komponen-komponen yang terkait dengan produk