• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN LENGKAP PENYAKIT TANAMAN ACARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN LENGKAP PENYAKIT TANAMAN ACARA "

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal.Penyebab sakit bermacam-macam antara lain cendawan, bakteri, virus, kekurangan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara. Berbagai penyakit yang umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis, penyakit gosong, penyakit layu, penyakit karat dan penyakit embun tepung.Penyebabnya berbeda-beda, misal penyakit layu dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai jenis mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non infeksius.Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering disebut infeksius.Penyakit-penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia.

(3)

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui suatu tanaman terserang penyakit baik penyakit abiotik maupun penyakit biotic maka diperlukan unruk melakukan praktikum ini.

1.2. Tujuan Praktikum

(4)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya. Konsep penyakit tumbuhan dikenal dengan konsep segitiga penyakit yang merupakan konsep timbulnya penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang, patogen, dan faktor lingkungan. 1) Tanaman inang adalah tanaman yang berpengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh golongan yaitu tanaman inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang toleran, tanaman inang sekunder, tanaman inang primer, tanaman inang alternative, dan tanaman inang perantara; 2)Pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit tumbuhan antara lain yaitu cendawan, virus, bakteri, nematode, spiroplasma dan riketsia; 3) Faktor lingkungan merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran air (Adinugroho, 2008)

Penyebab munculnya penyakit tanaman secara garis besar dibagi menjadi 3 golongan pathogen utama, yaitu jamur (cendawan), bakteri, dan virus. Jamur (cendawan) merupakan salah satu yang berpotensi menyebabkan tanaman sakit yang terbagi dalam 4 kelas, yaitu Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Penyakit yang disebabkan oleh jamur (cendawan) antara lain penyakit rebah kecambah oleh Phythium sp, penyakit embun tepung oleh Paranospora parasitica, busuk lunak buah dan sayuran oleh Rhizopus sp, busuk lunak timun suri oleh Choanephora cucurbitarum, embun bulu pada jagung oleh Peronosclerospora maydis dan lain-lain (Wikipedia, 2012).

(5)

busuk lunak sayuran oleh Erwinia carotovora, penyakit hawar api pada apel oleh Erwinia amylovora, penyakit kanker pada tomat oleh Corynebacterium michiganense, penyakit kudis pada tomat oleh Streptomyces scabies dan lain-lain (Wikipedia, 2012)

Virus adalah partikel hidup yang ultra mikroskopik, parasit obligat, yang terdiri dari asam nukleat (RNA) dan selubung protein. Penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit kerdil rumput (Grassy stunt) pada tanaman padi, penyakit mosaik tembakau oleh virus TMV (tobacco mosaic virus), penyakit tungro oleh virus Tungro pada tanaman padi dan lain-lain (Wikipedia, 2012).

Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Berdasarkan peruubahan yang terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu nekrotik, hipoplastis, dan hiperplastis. a) Nekrotik merupakan gejala yang terjadi akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Nekrotik terbagi atas hidrosis, klorosis, nekrosis, perforasi, busuk, eksudasi, layu, mati ujung (die back), dan terbakar. b) Hipoplastis merupakan gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastis terbagi atas etiolasi, kerdil, klorosis, perubahan simetri, dan roset. c) Hiperplastis merupakan gejala yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Hiperplastis terbagi atas fasiasi, intumesensia, erinose, kudis (Scab), menggulung atau mengeriting, prolepsis, sapu, erinos, dan sesidium (Fahmi, 2012).

(6)
(7)

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 10 November 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2.Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ose, mikroskop dan perlengkapan tulis menulis.

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah bintik-bintik pada daun mangga, mimifikasi jambu, karat daun dan kriting kacang tanah, busuk basah wortel, keriting pada daun cabe, kresek dan hawar padi dan penyakit TMP pada daun tomat.

3.3. Prosedur Kerja

Gejala Penyakit Tanaman

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.

2. Diamati gejala-gejala pada bagian tubuh tanaman seperti, akar, batang, daun, bunga dan buah

(8)

BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Gejala Penyakit Tanaman

NO Bagian yang di amati Gejala yang di amati Nama penyakit Penyebab penyakit 1 Daun Mangga Bercak dengan

warna coklat sampai kehitaman, batas warna terlihat jelas.

Blight/hawar Xanthomonas campestris

2 Daun kecipir Bintik-bintik yang berwarna coklat

Karat daun Pacos pora

3 Padi Pada ujung daun

padi terdapat warna coklat

(9)

4 Daun kacang tanah Bintik-bintik berwarna coklat

Karat daun Cescospora

5 Kacang tanah Daun keriting dan kerdil

keriting Virus

6

Daun tomat warna coklat, kuning kecoklatan, dan

kriting

keriting Mozaik virus

7 Wortel (umbi) Basah, berlendir, berbau tidak sedap,

terdapat warna coklat dan putih.

(10)

8 Buah jambu Warna hitam pada

(11)

3-4 hari dikeringkan, dan terutama pada daerah endemik serangan penyakit; 3-4) Sanitasi lingkungan, dengan memotong bagian tanaman yang sakit dan membakarnya.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari bagian daun kecipir pada bagian daun yang terserang karat daun, gejala yang tampak adalah terdapat bercak-bercak coklat seperti karat pada hampir semua permukaan daun yang di sebabkan oleh jamur pacospora yang menyebar melalui udara.pengendalian penyakit karat daun ini adalah dengan membakar langsung daun yang terserang agar tidak menyebar ke tanaman lain.

Padi yang terserang Gejala bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar ibu tulang daun. Siklus infeksi jamur penyebab penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata. Miselia berkembang didalam jaringan parenkim dan didalam sel epidermis. Faktor lingkungan yang berpengaruh , dipengaruhi pemupukan dan kekeringan. Untuk pengendalian bercak daun pada tanaman padi ini yaitu dengan pemberian N, P, K yang sesuai, serta fungisida difenoconazol 1 kali dengan dosis 1cc per liter air 400-500 l/ha.

Pada kacang tanah Gejalanya yaitu muncul bercak – bercak cokelat memanjang di batang dan daun bagian bawah yang lama kelamaan menyebar kesemua bagian tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Cescospora. Siklus penyakit ini dimulai dari penyebaran Cescospora dengan bantuan angin, hujan maupun serangga. Bagian tanman yang diserang biasanya adalah bagian batang dan daunnya. Pengendaliannya yaitu dengan menggunakan varietas tanamn yang resisten terhadap penyakit atau hama yang menyerang, pergiliran tanaman, serta penggunaan pestisida yang tepat dan sesuai.

Pada pengamatan pada tanaman tomat yang terserang penyakit keriting pada daun terdapat gejala terdapat pada bagian pinggir daun mulai menggumpal atau mengkeriting dan terdapat bercak-bercak coklat. Infeksi terjadi karena akibat virus mozaik yang menyebar melalui udara.

(12)

bakteri lebih cenderunghidup dalam sel-sel yang mati daripada sel-sel yang masih hidup.Untuk pengendalian yang dilakukan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit, menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat supaya kelembapan tidak tinggi agar penyakit ini dapat terhambat dalam penyerangannya.

(13)

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Penyebab penyakit pada tanaman berupa patogen, yakni jamur, bakteri, nematoda, dan virus.

2. Setiap tanaman memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda, karena diesebabkan oleh jamur atau bakteri yang berbeda pula.

(14)
(15)

BABA I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Dengan berbagai teknik isolasi kita akan coba mengetahui teknik mana yang paling tepat dan paling baik untuk pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme.

Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Setalah bakteri dan jamur yang akan diamati tumbuh barulah kita dapat mengamatinya. Untuk mengamatinya dapat menggunakan mikroskop untuk mengetahui struktur patogen tersebut.

Hal tersebut sangat penting kita mengetahui gejala bentuk fisik patogen tersebut karena pada mata kuliah ilmu penyakit tumbuhan tidak hanya mengetahui nama patogennya tetapi harus mengetahui bentuk fisik patogen tersebut agar dalam melakukan analisis patogen tidak terjadi kesalahan. Selain itu dengan mengetahui bentuk fisiknya kita dapat mengetahui perbedaan tiap patogen yang menyerang atau menginfeksi tanaman-tanaman apakah dengn patogen yang sama dapat menyerang tanaman lain atau tidak.

Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan melakukan praktikum ini untuk mengetahui morfologi mikroorganiame yang menyerang tanaman

1.2 Tujuan Praktikum

(16)

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

Dua mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme; bakteri, protozoa, virus, sera algae dan cendawan mikroskopis. Kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini (juga dinanamakan mikrobe atau protista): di mana adanya, ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, pengandaliannya, dan peranannya dalam kesehatan serta kesejahtaraan kita. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita (Ferdias, 1992).

Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahill untuk dilakukan (Pelczar,1986).

Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam kajian mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah, air, makanan dan udara (Talaro,1999).

Apabila ingin mendapatkan kultur murni suatu mikrobia yang digunakan adalah metode streak plate, karena hasil akhir metode ini adalah berupa kumpulan sel-sel yang semakin jarang pada ujung streak sehingga dapat diambil bakteri pada jumlah seluler (satu sel). Selain itu bakteri yang didapat seharusnya merupakan bakteri yang memang ingin dibiakkan di kultur tersebut dengan kata lain bukan bakteri kontaminan, sebab yang diambil/dicuplik adalah koloni bakteri yang berada di atass tr eak yang dibuat dan bukan di luars tr eak. Kelebihan metode ini adalah dapat segera diketahui adanya kontaminasi. Sedangkan kekurangannya metode ini sulit dilakukan dan hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri aerob saja. (Burrrow,1959).

(17)

jarum ose yang telah mengandung mikroorganisme dengan hati-hati di atas permukaan agar secara zig zag yang dimulai dari dasar tabung menuju ke bagian atas tabung. 3. (3) Isolasi tebar merupakan metode isolasi dengan cara menebarkan bahan yang mengandung mikroorganisme pada permukaan atas tabung. (4) Isolasi tuang merupakan metode isolasi dengan cara mengambil sedikit sampel. (5) Campuran bakteri yang telah diencerkan dan sampel tersebut kemudian disebarkan didalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer ( Dwidjoseputro, 2003 )

(18)

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 10 November 2015 pukul 11.30 – 13.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cawan petri, jarum ose dan lampu bunsen.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu wortel yang terserang penyakit busuk buah.

3.3. Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut ; 1. Disiapakan alat dan bahan,

2. Diambil organ tanaman yang sakit akibat infeksi jamur dan bakteri,

3. Dikorek bagian permukaan organ tanaman sakit dengan menggunakan jarum ose secara aseptis dan letakkan pada cawan petri yang sebelumnya telah diberi PDA.

4. Diisolasi selama 2 hari.

(19)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

A. Isolasi jamur pada tanaman kecipir

Isolasi jamur pada media PDA berwarna putih dan seperti kapas B. Isolasi bakteri wortel

Isolasi bakteri pada media NA berwarna putih dan bentuk koloninya bulat halus. Tabel 2. Bentuk koloni bakteri

Bentuk koloni

Dari atas Dari samping Tepi koloni

Bulat melengkung utuh

4.2 Pembahasan

Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya.

(20)

menggunakan colony counter, apabila penghitungan jamur melewati batas 24 jam maka bakteri akan cepat berkembang dan susah untuk dihitung serta diamati.

Apabila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel tersebut di pisahkan dengan cara pengenceran, kemudian di tumbuhkan dalam media padat dan di biarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang terpisah.

Fungi (jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang yang dikenal dengan hypa. Diameter hypa hanya beberapa µm, tetapi dapat tumbuh memanjang hingga mencapai beberapa meter. Beberapa fungi hanya bersel satu seperti ragi. Hypa yang tumbuh membentuk masa disebut mycelium atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar.Pada isolasi jamur dengan metode pengenceran ini dilakukan pengamatan sebanyak 3 kali yaitu setelah 48 jam, 72 jam dan 96 jam. Hal ini dikarenakan pada jamur masih membutuhkan proses yang cukup lama untuk menjadi jamur dan memiliki hifa, sehingga pada pengamatan 48 jam masih terhitung banyak koloni yang telah terhitung seperti yang ada pada hasil, namun secra kesuluruhan data golongan, semakin lama lama yaitu pada pengamatan ke 72 jam dan 96 jam jika di rta – rata hasil yang diamati jumlah koloni jamur semakin berkurang, hal ini dikarenakan semakin lama waktu yang digunakan untuk mengamati maka jamur tersebut akan berkembang tau berdefernsiasi dan memebentuk atau menggorombol menjadi satu dan membentuik hifa, sehingga ketika diamati koloni – koloni tersebut menjadi semakin sedikit. Perubahan – perubahan ini dikarenakan jamur mulai berkembang biak dan memebutuhkan proses yang lebih lama dibandingkan dengan bakteri.

(21)

terpecah-pecah. Didalam koloni tersebut terdapat warna putih yang menunjukan jamur yang mempunyai hifa.

(22)

BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Isolasi adalah cara untuk mendapatkan biakan murni. 2. Sterilisasi mutlak dibutuhkan pada saat isolasi.

3. Untuk mengetahui mikrobiologi dan perkembangannya dapat dilakukun dengan menggunakan media yang telah di tentukan dan diamati secara teliti sehingga memperoleh data yang sesuai.

4. Perkembangan bakteri jeruk dapat diteliti dengan metode isolasi pour plate dan streak plate.

(23)
(24)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamur Fusarium sp. merupakan salah satu anggota famili Tuberculariaceae, ordo Hypocreales yang potensial sebagai penghasil mikotoksin yang banyak dijumpai pada bahan makanan ternak maupun bahan pangan. Jamur ini berada dimana-mana, bersifat saprofit dan parasit. Jamur ini dapat bertahan lama dalam tanah dengan bentuk klamidiospora. Jamur melakukan infeksi pada akar terutama melalui luka-luka atau melalui luka pada akar. Fusarium dapat berkembang pada suhu tanah 21-33˚C, dengan suhu optimumnya adalah 28˚C. Jamur Fusarium dapat hidup pada pH tanah yang luas variasinya. (Medhy, 2013).

Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide cultur atau hanging drop. Untuk pengamatan morfologi dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. (Medhy, 2013).

Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinging sel. Pada umumnya bakteri gram negatif lebih tahan terhadap aktivitas antimikroba dibandingkan dengan bakteri gram positif. Perbedaan daya tahan ini disebabkan karena perbedaan komponen penyusun dinding sel . Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri dari 40 lapis rangka dasar murein, meliputi 30-70 % berat kering dinding sel bakteri. Sementara bakteri Gram negatif memiliki 1 lapis rangka dasar murein, dan hanya meliputi + 10% dari berat kering dinding sel.

1.2 Tujuan Praktikum

(25)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum. Fungi umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut hifa. Hifa merupakan pembentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium yang menyusun jalinan-jalinan semua menjadi tubuh. Bentuk hifa menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa (Aqsha, 2013).

Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi. Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir.(Medhy, 2013).

Bakteri berasal dari kata bakterion, dalam bahasa Yunani itu berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1998).

Bakteri tersusun atas dinding sel dan isi sel. Disebelah luar dinding sel terdapat selubung atau kapsul. Di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane dalam (endomembran) dan organel bermembran seperti kloroplas dan mitkondria. Struktur tubuh bakteri dari lapisan luar hingga bagian dalam sel yaitu flagela, dinding sel, membrane sel, mesosom, lembaran fotosintetik, sitoplasma, DNA, plasmid, ribosom, dan endospora (Itamar, 2004).

(26)

klamidiospora. Jamur melakukan infeksi pada akar terutama melalui luka-luka atau melalui luka pada akar. Fusarium dapat berkembang pada suhu tanah 21-33˚C, dengan suhu optimumnya adalah 28˚C. Jamur Fusarium dapat hidup pada pH tanah yang luas variasinya.

(27)

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 17 November 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lampu spritus, korek api, jarum ent dan cawan petri.

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah biakan bakteri 1, bakteri 2 dan jamur Fusarium sp.

3.3. Prosedur Kerja Cara Kerja untuk Jamur :

1. Diambil koloni jamur dengan menggunakan jarum ose dan diletakkan pada gelas benda disamping lampu spiritus agar tetap steril.

2. Ditutup dengan gelas penutup.

3. Diamati dibawah mikroskop, diamati bentuk, ukuran, letak spora pada tangkai pendukungnya atau sifat-sifat lain yang spesifik yang ditemukan pada saat pengamatan.

Cara Kerja untuk Bakteri :

1. Disiapkan gelas benda yang telah diolesi oleh suspensi bakteri disamping lampu spiritus agar tetap steril

2. Diteteskan cat gram A dan didiamkan selama 1 menit

3. Dicuci gelas benda tersebut dengan air mengalir yang tlah dicat gram A

6. Dicat dengan gram D dan dicuci kembali sampai kering

(28)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 3. Morfologi Jamur Dan Bakteri

Patogen Pengamatan dengan

mikroskop Deskripsi

BAKTERI

Bakteri 1

Perbesaran 10 X 40

Bakteri ini berbentuk spiral, memiliki warna ungu pada pinggir bakteri dan merupakan gram positif dikarenakan berwarna biru

Bakteri 2

Perbesaran 10 X 40

(29)

4.2 Pembahasan

Jamur adalah tumbuhan yang berinti, berspora, dan tidak berklorofil, berupa sel atau benang yang bercabang-cabang, dengan dinding dari selulosa atau dari kitin atau dari keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur ini tergolong tumbuhan thallus karena belum bisa dibedakan antara bagian batang, daun, maupun akarnya.

Perbedaan yeast dan mold yaitu yeast biasa kita kenal dengan khamir sedangkan mold adalah kapang. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tak berfilamen. Kapang merupakan fungi yang morfologinya multiseluler atau kapang mempunyai miselium atau filament dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni sperti kapas. Pertumbuhan fungi mula – mula berwarna putih, tetapi bila tidak memproduksi spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung Dari jenis kapang. Sifat – sifat kapang baik penampakan mikroskopis ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Sedangkan khamir termasuk cendawan, tetapi bentuk berbeda dengan kapang karena bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetatife terjadi dengan cara pertunasan.

Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Identifikasi patogen penyebab penyakit sangat perlu dilakukan untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan pada tanaman dan untuk mengetahui cara pengendalian yang tepat. Oleh karena itu, morfologi patogen penyebab penyakit perlu diketahui.

Pada praktikum ini, di lakukan pengamatan terhadap morfologi jamur dan bakteri,

patogen penyebab penyakit yang diidentifikasi adalah jamur Fusarium sp., bakteri 1 dan bakteri 2..

(30)

saprofit dan parasit. Pada pengamatan morfologi jamur Fusarium sp, jamur ini tidak berwarna, memiliki hifa bercabang, tidak bersekat, spora berbentuk bulan sabit.

Pada pengamatan bakteri digunakan 2 jenis bakteri yaitu bakteri 1 dan bakteri 2, bakteri 1 ini berbentuk spiral, berwarna biru, termasuk bakteri gram positif sedangkan bakteri 2 ini memiliki bentuk batang berwarna merah dan termasuk gram negatif dan bakteri ini menyebabkan penyakit.

(31)

BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

(32)
(33)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Angin merupakan salah satu unsur cuaca yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca yang lain seperti suhu, kelembaban udara maupun pergerakan awan. Arah datangnya angin akan berpengaruh terhadap kandungan uap air yang dibawanya. Ketika angin banyak mengandung air maka akan terbentuk awan. Hal ini terjadi pada saat awal musim hujan. Selain itu, angin yang banyak mengandung uap air akan meningkatkan kelembaban udara dan dapat pula menurunkan suhu udara.

Angin dalam budidaya pertanian dapat berpengaruh langsung seperti merobohkan tanaman. Namun pengaruh angin secara tidak langsung sangat komplek baik yang menguntungkan maupun merugikan bagi tanaman. Dengan adanya angin maka akan membantu dalam penyerbukan tanaman dan pembanihan alamiah. Namun kelemahannya juga akan terjadi penyerbukan silang dan penyebaran benih gulma yang tidak dikehendaki. Selain itu angin merupakan salah satu penyebar hama dan patogen yang dapat mempertinggi serangan hama dan penyakit yang akan sangat merugikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu di lakukan pengamatan mengenai penyebar (angin) jamur parasit tumbuhan serta mengamati dan mendeskripsikan gejala yang ditimbulkan.

1.2Tujuan Praktikum

(34)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau inokulum dari sumbernya ke tempat lain. Penyebaran patogen dapat terjadi secara aktif maupun pasif. Penyebaran pasif yang berperan besar dalam menimbulkan penyakit, yaitu dengan perantaraan angin, air, hewan (terutama serangga), dan manusia. Beberapa patogen dapat melakukan penyebaran secara aktif, misalnya nematoda, zoospora dan bakteri motil. Ketiga macam inokulum ini mampu berpindah dalam jarak yang relatif pendek (mungkin hanya beberapa milimeter atau sentimeter) dengan menggunakan kekuatan sendiri sehingga kurang efektif dari segi perkembangan penyakit (gyoti, 2011).

Penyebaran inokulum penyakit tumbuhan merupakan hal yang paling penting, karena inokulum dapat menyebar, tumbuh, dan berkembang ke daerah-daerah yang jauh tempatnya dari sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan pasif. Penyebaran secara pasif ini sangat tergantung pada pembawanya, tapi cara ini lebih efektif menyebarkan inokulum hingga jauh jaraknya. Agen-agen pembawa ini dapat berupa air, angin, manusia, hewan, bahan tanaman itu sendiri atau agen-agen lainnya. Misalnya penyebaran jamur. Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oeh angin ( fahriza, 2010).

Angin ini mempengaruhi penyakit infeksi pada tanaman terutama melalui peningkatan penyebaran patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan penyakit tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi epidemik yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus disebabkan oleh angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa dalam jarak jauh oleh angin. Angin juga dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka karena hembusan kerasnya atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi (Abadi, 2003).

(35)

udara di dekat tanah, di lapisan udara yang tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora (Semangun, 2001).

(36)

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 1 Desember 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2.Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kipas angin, gelas benda dan mikroskop.

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman kacang tanah yang terinfeksi penyakit.

3.3.Prosedur Kerja

1. Dibersihkan beberapa gelas benda dan dioleskan dengan vasline setipis mungkin pada salah satu sisinya.

2. Diletakkan gelas benda pada beberapa posisi, yaitu, 1 m, 2 m, 3 m, 4 m dan 5 m dari kipas angin.

3. Diambil tanaman kacang tanah dengan gejala karat, dan dipegang di depan kipas angin.

4. Digoyangkan tanaman kacang tanah tersebut secara konstan selama 10 menit dengan kekuatan putaran kedua pada kipas angin.

5. Dihentikan putaran kipas angin dan diamati spora-spora yang jatuh yang tertangkap di gelas benda pada jarak yang berbeda beda.

(37)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4. Penyebaran Inokulum Oleh Angin

Jarak(m) Ulangan Bidang Pandang Total Rata –

Penyebaran inokulum penyakit tumbuhan penting untuk diketahui. Hal ini karena penyebaran inokulum penyakit yang luas dapat menyebabkan penyakit juga akan semakin berkembang. Penyebaran spora jamur dapat disebarkan oleh agensia-agensia seperti angin, air, burung, serangga, hewan lain serta manusia. Pada praktikum, agen penyebaran yang diamati adalah angin dengan mengunakan 5 preparat. Angin merupakan agensia penyebaran spora yang paling penting dari sebagian besar jenis jamur, serta angin dapat membawa spora dengan jarak yang jauh. Ulangan 1 berwarna kuning merupakan pucinia spdan ulangan 2 berwarna merah merupakan cercospora sp.

(38)

Pada jarak 3 meter yaitu 3,6 dan 1. Pada jarak 4 meter yaitu 2,4 dan 0,2 serta pada jarak 5 meter yaitu sebesar 4 dan 1,8.

(39)

BAB V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penyebaran spora jamur dapat disebarkan oleh agensia-agensia seperti angin, air, burung, serangga, hewan lain serta manusia.

2. Jumlah rata-rata spora jamur tertinggi terdapat pada jarak 5 meter yaitu sebesar 4 dan 1,8.

3. Kecepatan angin, jarak, dan berat spora dapat mempengaruhi penyebaran spora patogen penyebab penyakit tanaman.

(40)
(41)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Agen hayati merupakan setiap organisme yang meliputi spesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya dapat di pergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya.

Jamur antagonis adalah kelompok jamur pengendali hayati yang mempunyai kemampuan mengganggu proses hidup patogen tanaman. Mekanisme jamur antagonis dalam menghambat patogen tanaman dapat melalui antibiosis, lisis, kompetisi, dan parasitisme. Di samping itu, jamur antagonis mampu mencegah infeksi patogen terhadap tanaman melalui aktivitas Induce Sistemic Resistance (ISR).

Trichoderma sp. Merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati mekanisme pengendalian trichoderma sp. Yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizofer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen,mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman.selain itu trichoderma Sp sebagai jasad antagonis mudah dibiakkan secara masal dan mudah di simpan dalam waktu lama.

Berdasarkan uraian di atas, dengan adanya potensi jamur Trichoderma Sp. sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif (mencegah) terhadap serangan penyakit tanaman maka perlu dilakukan praktikum ini guna mengetahui seberapa besar jamur ini menghambat perkembangan jamur Sclerotium rolfsii.

1.2. Tujuan Praktikum

(42)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jamur antagonis adalah kelompok jamur pengendali hayati yang mempunyai kemampuan mengganggu proses hidup patogen tanaman. Mekanisme jamur antagonis dalam menghambat patogen tanaman dapat melalui antibiosis, lisis, kompetisi, dan parasitisme. Di samping itu, jamur antagonis mampu mencegah infeksi patogen terhadap tanaman melalui aktivitas Induce Sistemic Resistance (ISR) (Administrator, 2012).

Eksplorasi jamur antagonis dari rizosfer tanaman lebih mudah di bandingkan dari sampel daun atau bagian tanaman yang lain,karena dari rizofer banyak terdapat senyawa-senyawa organik yang sangat berguna bagi pertumbuhan beberapa mikroorganisme, termasuk jamur antagonis. Senyawa organik yang di keluarkan tanaman melalui akar dapat berupa eksudat, sekresi, plant mucilage, mucigel, dan lisat. Jenis tanaman dan jenis tanah sangat menentukan jenis jamur antagonis yang ditemukan (Susiana 2009).

Trichoderma Sp. adalah cendawan saprofit tanah yang secara alami dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati, karena memiliki sifat antagonisme terhadap patogen berupa kompetisi ruang dan nutrisi, mikoparasit dan antibiosis. Selain itu cendawan Trichoderma Sp. juga memiliki beberapa kelebihan seperti mudah diisolasi, daya adaptasi luas, mudah ditemukan di tanah areal pertanaman, dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai substrat, memiliki kisaran mikroparasitisme yang luas dan tidak bersifat patogen pada tanaman (Howell, dkk. 1997).

Mikoparasitisme dari Trichoderma Sp.merupakan suatu proses yang komplek dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang inangnya. Interaksi awal dari trichoderma Sp. Yaitu dengan cara hifanya membelok kearah jamur inang yang di serangnya,ini menunjukkan adanya phenomena respon kemotropik pada trichoderma Sp. Karena adanya rangsangan dari hifa inang ataupun senyawa kimia yang di keluarkan oleh jamur inang. Ketika mikopaasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk srtuktur seperti kait, mikoparasit ini jugak mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian dinding inang (Susiana,2009).

(43)

jumlahnya akan bertambah dengan cepat. (Wikipedia, 2010).

Jamur ini memiliki struktur yang terdiri dari mikronidia dan makronidia. Permukaan koloninya berwarna ungu dan tepinya bergerigi. Permukaan kasar, berserabut dan bergelombang. Di alam jamur ini membentuk konidium. Konidiofor bercabang – cabang dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, sering kali berpasangan. (Wikipedia, 2010).

(44)

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 24 November 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2.Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri,kertas label, penggaris, dan alat tulis menulis.

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah biakan Trichoderma Sp dan Sclerotium rolfsii.

3.3.Prosedur Kerja

1. Diambil Jamur Trichoderma Sp. yang akan dijadikan sebagai jamur antagonis dalam 2 bentuk yaitu bentuk biakan dan dalam bentuk larutan, yang telah tersedia. 2. Ditaruh ke dalam petri yang kosong dengan jarak yang sudah ditentukan, biakan

dan larutan Jamur Trichoderma Sp. Secara aseptis dalam ruang inkubasi.

3. Dimasukkan pula biakan jamur Sclerotium rolfsii yang sudah disiapkan secara aseptis pada jarak tertentu yang sudah disediakan (ditandai dengan garis diameter yang sudah dibuat).

4. Dibuatkan label pada cawan petri yang digunakan.

5. Dimasukkan cawan petri yang berisi biakan Trichoderma Sp. dan jamur Sclerotium rolfsii ke dalam ruang inkubasi.

(45)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan

Tabel 5. Pertumbuhan Jamur Trichoderma sp.

No hari Ulangan Tricoderma panjangnya 2,9 cm dan ulangan ke 2 yaitu 2,6 cm sedangkan pada pengamatan hari ke 3 ulangan 1 panjangnya 3,1 cm dan ulangan ke 2 yaitu 3. Pada pengamatan Sclerotium rolfsii pad hari 1 ulangan 1 dan ke 2 diadaptkan panjangnya 0 cm, hari kedua pada ulangan 1 sebesar 1,3 dan ulangan ke 2 sebesar 1,4; pada hari ketiga ulangan 1 didapatkan panjangnya sebesar 1,4 dan ulangan ke 2 sebesar 1,5. Pada kontrol yaitu pad hari pertama ulangan 1 dan kedua yaitu 0 cm, sedangkan pada hari kedua ulangan 1 yaitu 1,3 dan ulangan ke 2 yaitu 1,5 dan pada hari ketiga sama-sama memiliki panjang penyebaran sepanjang 3 cm untuk kedua ulangan. Dari hasil tersebut, pertambahan diameter dari jamur Trichoderma mampu menekan pertumbuhan jamur Sclerotium rolfsii.

(46)

pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini dimungkinkan karena terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari Trichoderma, sebagai contoh misalnya pada T. harzianum dapat menunjukkan enam perbedaan bentuk seksual yang masing-masing bentuk ini menunjukkan anamorf yang berbeda (Cholil, 1991).

Diketahui bahwa beberapa spesies Trichoderma mampu menghasilkan metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga diketahui dapat mengeluarkan enzim b1,3-glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya, namun proses yang terpenting yaitu kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang kuat dengan patogen (Cholil, 1991).

Trichoderma Sp memiliki peran antagonisme terhdap beberapa patogen tular tanah yang berperan sebagai mikoparasit terhadap beberapa tanaman inang. Berpendapat bahwa mikoparasitisme dari Trichoderma Sp merupakan suatu proses yang kompleks dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang inangnya. Interaksi awal dari Trichoderma Sp. yaitu dengan cara hifanya membelok ke arah jamur inang yang diserangnya, Ini menunjukkan adanya fenomena respon kemotropik padaTrichoderma Sp. karena adanya rangsangan dari hyfa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan oleh jamur inang. Ketika mikoparasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-like structure), mikoparasit ini juka terkadang mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian dinding sel inang.

Mekanisme penghambatan yang terjadi pada uji antagonisme yaitu secara antibiosis dan hiperparasit yang dapat diamati dengan terbentuknya zona bening sebagai zona penghambatan pertumbuhan bagi Sclerotium rolfsii, munculnya zona bening ini menunjukkan trejadinya proses antibiosis yang dilakukan oleh jamur Trichoderma Sp terhadap jamur Sclerotium rolfsii dan pertumbuhan miselium Trichoderma Sp yang menutupi seluruh permukaan medium termasuk koloni Sclerotium rolfsii secara hiperparasit. Kompetisi ruang dan makanan pada kedua jamur yang saling berinteraksi menyebabkan pertumbuhan salah satu jamur terdesak disepanjang tepi koloninya, sehingga pertumbuhannya akan ke atas tidak menyamping.

(47)
(48)

BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Jamur Trichoderma Sp. merupakan jamur antagonis dan jamur Sclerotium rolfsii jamur pathogen.

2. Pertumbuhan koloni jamur antagonis Trichoderma Sp. jauh lebih cepat dibanding jamur pathogen Sclerotium rolfsii.

(49)
(50)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda. Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman.

Melihat fenomena bahwa banyaknya tanaman budidaya yang terserang Nematoda untuk itu sangat pentingnya praktikum ini khususnya tentang Pengenalan Nematoda. Dengan praktikum ini kita dapat mengetahui morfologi nematoda, gejala serangan dan juga pangandalian nematoda, sehingga dalam pengaplikasian dilapangan kita sudah mengetahui semua tentang nematoda.

Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri.

Berdasrkan uraian di atas maka perlu di lakukan praktikum tentang bentuk serta ciri dari nematoda.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

(51)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Nematoda termasuk dalam Filum nemata, terdiri atas dua kelas yaitu Secernenta (Phasmidia) dan Adenophorea (Aphasmidia). Kelas Secernenta terdiri atas tiga subkelas yaitu Rhabditia, Spiruria, dan Diplogasteria. Semua nematoda parasitik tanaman termasuk dalam ordo Thylenchida dan Dorylaimida. Kalasifikasi dari nematoda Meloidogyne spp. adalah Phylum nematoda, klas secernenta, ordo tylenchida, subordo tylenchina, dan famili heteroderidae (Tjahjadi, 2005).

Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi (Subagia, 2008).

Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir vulva (Subagia, 2008).

(52)
(53)

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 8 Desember 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2.Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet, cawan petri, mikroskop dan alat tulis menulis.

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah nematoda dan air.

3.3.Prosedur Kerja

1. Diamati nematoda yang ada di dalam cawan petri menggunakan mikroskop sambil dipancing menggunakan pipet.

2. Diletakkan di gelas benda nematode yang diambil dari cawan petri menggunakan mikroskop.

(54)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(55)

Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hamper 2 kali panjang stilet betina

Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi.

Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir vulva.

Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati. Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan (Sinaga, 2006).

(56)
(57)

BAB V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina sedangkan nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor.

2. Gejala umum Penyakit yang disebabkan nematoda tanaman yang terserang menjadi layu, daun bercak-bercak kecoklatan dan terdapat bintil-bintil pada akar. 3. Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara

bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, 2008. Konsep Timbulnya Penyakit (http://konsep-timbulnya-penyakit.pdf). Diakses pada tanggal 18 Desember 2015

Alcamo IE. 2001.Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby

Anafzhu, 2009. Nematoda. http://anafzhu.blogspot.com/2011/06/penyakit-tungro.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2015.

Aqsha.2013.”Laporan Brhyophyta”.

http:aqshabiogger2010.blogspot.com201202\laporan-praktikum-brhyophyta.html-.html.(20 Desember 2015).

Burrow,W.1959.Textbook of Microbiology.W.B. Saunders Company:Philadelpia

Cybex, 2014. Pengendalikan Penyakit Blight pada Daun Mangga. http://cybex. deptan.go.id. Diakses pada tanggal 16 Desember 2015

Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. USA : Delmar Publisher.

Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi,Virologi dan Mikologi).Malang: Pendidikan Nasional.

Dwidjoseputro, D., Prof.,Dr. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

Dwidjoseputro.2003.dasar-dasar microbiologi.Djambatan:Malang

Epetani, 2014. Mengatasi Berbagai Penyakit Tumbuhan. (http://epetani.deptan.go.id). Diakses pada tanggal 19 Desember2015

Dwijoseputro, D. 2005.Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan..

Echa.2013.”Laporan Mikrobiologi”.http:echa-resaindah.blogspot.com201211

Laporan-mikrobiologi.htm.(17 Desember 2015).

Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Fahmi. 2012. Gejala dan Tanda Penyakit Pada Tanaman. (http://kickfahmi.blogspot.com). Diakses pada tanggal 21Desember 2015

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Funke BR, Tortora GJ, Case CL. 2004. Microbiology: an introduction (edisi ke-8th ed,). San Francisco: Benjamin Cummings

(59)

Holt, J. G. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology , 8th. Philadelphia : Williams dan Wilkins.

Gandjar. 2009. Mikrobiologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hidayat, H., 2009. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hasna, qomatul. 2012. Penggolongan Penyakit Tumbuhan

http://planthospital.blogspot.com). Diakses pada tanggal 21 Desember 2015

Hutagalung, L., 2008. Teknik Ekstrasi dan Membuat Preparat Nematoda Parasit Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.

Madigan M and Martinko J.2005. Brock Biology of Microorganisms (11th ed.). Prentice Hall. Mikrobiologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada press.

Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pelczar,M.J.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan R.S Hadiotomo dkk.UI Press:Jakarta Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta.

Ristiati,Ni Putu.2000.Pengantar Mikrobiologi Umum.2000.Erlangga.Jakarta

Syamsuri, Istamar. 2004.Biologi. Erlangga :Jakarta.

Subagia, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sinaga, S.M., 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya,Jakarta.

Tjahjadi, N., 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Palembang.

Trisnawati, Y., 2006. Pembudidayaan Secara Komersial Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Talaro K.P.1999.Foundation Mikrobiologi third edition.MC Graw Hill Company:Boston

Yamin.2013.”Laporan Mikrobiologi”.httpyaminanggri.blogspot.com201304

(60)

Waluyo. 2005. Pengantar Mikrobiologi. Tarsito. Bandung

Gambar

Tabel 2. Bentuk koloni bakteri
Tabel  3. Morfologi Jamur Dan Bakteri
Tabel 4. Penyebaran Inokulum  Oleh Angin
Tabel 5. Pertumbuhan Jamur Trichoderma sp.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan gejala penyakit di lapangan pada tanaman cabai dipertanaman rakyat kabupaten kepulauan selayar ditemukan adanya penyakit bercak daun

Pada pengamatan praktikum gejala serangan yang ditimbulkan oleh kutu putih (Pseudococcus sp.) adalah pada daun terdapat bercak bercak coklat dan berlendir dan pada daun tanaman

Beberapa gejala penyakit yang ditemukan pada buah kelapa sawit yakni terdapat bercak-bercak coklat pada badan buah kelapa sawit (Gambar1A), kemudian adanya miselium

Berdasarkan hasil pengamatan gejala penyakit di lapangan pada tanaman cabai di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian ditemukan adanya penyakit bercak daun yang diduga disebabkan

Gejala penyakit karat tampak pada daun, tangkai daun dan kadang-kadang pada batang, yang mula-mula terbentuk bercak-bercak dan kemudian berkembang menjadi bisul (pustul) yang

Berdasarkan hasil pengamatan gejala penyakit di lapangan pada tanaman cabai dipertanaman rakyat kabupaten kepulauan selayar ditemukan adanya penyakit bercak daun

penyakit bercak coklat yang disebabkan oleh A solani dapat berkembang dengan pesat bila suhu tinggi 28-30C. Gejala penyakit yang disebabkan oleh A. solani pada daun tomat

Pada tanaman anggrek yang, penyakit ini cepat menular malalui akar dan alat yang tidak sterill Gejala: timbul warna coklat kehitaman pada bagian tanaman yang terserang. Mulai dari