• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan dasar dasar ilmu tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan dasar dasar ilmu tanah"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil pertaniannya. Pertanian yang sangat luas dapat memberikan hasil dan kehidupan yang sangat besar untuk para rakyat Indonesia terutama bagi para petani. Dalam hasil pertanian tersebut tidak jarang yang gagal dalam panen. Hal tersebut dikarenakan pada tanaman tersebut terserang oleh hama yang menyerang pada tanaman tersebut. Hama yang menyerang tanaman dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan dan juga ketidaknormalan pada tanaman sehingga dapat menyebabkan kehilangan hasil tanaman.

Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. Gangguan yang disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman (Pracaya, 2007).

(2)

Bagian-bagian tubuh serangga pada umumnya terdiri atas 3 daerah yaitu caput, toraks dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang antenna, sepasang mata majemuk, 3 buah ocelli, serta seperangkat alat mulut. Toraks didukung oleh 3 segmen masing-masing segmen terdapat sepasang kaki. Serangga yang memiliki sayap umumnya mempunyai 2 pasang sayap yang melekat pada segmen ke-2 dan ke-3 dari toraks. Abdomen disokong oleh 11 segmen yang ditumbuhi oleh spirakel, tympanum, alat genitalia dan dilengkapi oleh ovipositor (Ayurlianah , 2006).

Berdasarkan urairan diatas maka hal yang melatar belakangi praktikum ini yaitu agar dapat mengetahui morfologi dari serangga dan gejala serangan serta dapat mengetahui macam – macam ordo.

1.2 Tujuan dan kegunaan

Tujuan dilakukannya praktikum yaitu untuk mengetahui perbedaan ordo pada beberapa jenis serangga. Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing – masing bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) sehingga memudahkan pengklasifikasian/identifikasi serangga hama tersebut.

(3)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ordo Orthoptera

Metamorfose sederhana (Paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Contohserangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.), Belalang kayu (Valanga nigricornis) ( Saleh, 2008).

(4)

2.1.1.1 Belalang

2.1.1.2 Klasifikasi Belalang ( Valangan nigricornis )

Klasifikasi Belalang ( Valangan nigricornis ), Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta ,Ordo : Orthoptera, Famili : Acridoidae , Genus : Valanga, Spesies : Valanga nigricornis (Istamar Syamsuri, 2007).

2.1.1.2 Daur Hidup

Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram. Belalang betina berukuran lebih besar dari pada belalang jantan. Belalang dapat hidup hampir di semua penjuru dunia kecuali kutub utara dan selatan (Campbell, 2009).

2.1.1.3 Gejala Serangan

(5)

2.2 Ordo Hemiptera

Ordo hemiptera hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap”. Beberapa jenis serangga dari ordo ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap tubuh serangga lain dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip selaput, dan syap belakang seperti selaput tipis. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa (Pracaya, 2007).

Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah (Sudormo,2009).

2.2.1 Kepik Hijau

2.2.1.1 Klasifikasi Kepik Hijau

(6)

2.2.1.2. Daur Hidup

Jumlah telurnya lebih kurang 1.100 butir. Telur diletakkan berkelompok pada daun dengan masing-masing berjumlah 10-90 butir. Perkembangan telur sampai dewasa lebih kurang 4-8 minggu. Jumlah daur hidupnya lebih kurang 60-80 hari, bahkan ada yang bias mencapai setengah tahun. Warna nimfa cerah (Pracaya, 2007).

2.2.1.3 Gejala Serangan

(7)

2.2.2 Walang Sangit

2.2.2.1. Klasifikasi Walang sangit

Klasifikasi dari Walang sangit (Leptocorixa acuta), yaitu: Kingdom: Animalia, Phylum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo Hemiptera, Famili :Alydidae, Genus : Leptocorixa, Spesies : Acuta, Author : Thunberg (Istamar Syamsuri, 2007).

2.2.2.2. Daur Hidup

(8)

metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm (Pracaya, 2007).

Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan diletakkan secara berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 - 20 butir. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat ibu tulang daun. Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi berbunga. Telur akan menetas 5 – 8 hari setelah diletakkan. Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari (Pracaya, 2009).

2.2.2.3. Gejala Serangan

(9)

2.2.3. Ordo Coleoptera

Ordo Coleoptera coleos artinya “seludang” pteron “sayap”. Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik (Rio Ardi 2009).

Anggota ordo coleopteran ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra (Pracaya, 2007).

2.2.4. Kumbang Kelapa 2.2.4.1. Klasifikasi

Klasifikasi kumbang kelapa (Oryctes rhynoceros) adalah sbb: Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo : Coleoptera, Famili : Scarabaeidae, Genus : Oryctes, Spesies : Oryctes rhinoceros L (Triharso, 2005).

2.2.4.2. Daur hidup

(10)

2.2.4.3. Gejala Serangan

Gejala serangan hama pada daun terjadi setelah kumbang menggerek ke dalam batang tanaman, yaitu memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang sedang terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bekas guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa. Pada tanaman berumur 0-1 tahun, lubang pada pangkal batang dapat menyebabkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak (Triharso, 2005).

2.2.5 Ordo Lepidoptera

Ordo Lepidoptera berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya “sayap”. Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap. Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Tipe alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna (Rio Ardi 2009).

(11)

2.2.6.1. Klasifikasi

Berikut ini klasifikasi Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua), yaitu: Famili : Noctuidae, Ordo : Lepidoptera, Spesies : Spodoptera exigua (Pracaya, 2007).

2.2.6.2. Daur Hidup

Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih tembus pandang. Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan urat-urat daun sehingga daun akan berlubang-lubang (Pracaya, 2007).

2.2.6.3. Gejala Serangan

(12)

2.2.7. Penggerek Buah Kakao

2.2.7.1. Klasifikasi

Klasifikasi penggerek buah kakao (Conopomorphia cramerolla) Kingdom : Animalia , Phylum : Arthropoda, Class : Insecta, Ordo : Lepidoptera , Family: Gracillariidae, Genus : Conopomorphia, Species: (Conopomorphia cramerella) (Matnawy, 2006).

2.2.7.2. Daur Hidup

(13)

saluran makanan yang menuju biji. Telur jarang diletakkan pada buah yang sangat muda. Apabila hal itu terjadi, larva PBK biasanya banyak yang mati atau tidak berkembang baik (Hase, 2009).

2.2.7.3. Gejala Serangan

Pada permukaan kulit buah yang terserang terlihat bercak besar berwarna kuning. Jika buah-buah yang menunjukkan gejala tersebut dibelah, kulit buah dan tempat masuknya larva serta saluran (placenta) biji tempat larva mengambil makanan terlihat berwarna coklat akibat serangan larva. Sedangkan daging buah masih tetap berwarna putih. Pada serangan berat bagian dalam buah berwarna coklat kehitaman (Hase, 2009).

Hase (2009) bependapat apabila buah muda yang terserang masih dapat berkembang menjadi buah dewasa, pada permukaan kulit luar buah terdapat bercak besar berwarna kuning, sedang bagian lainnya tetap berwarna hijau atau merah tergantung tipe kakaonya. Jika buah tersebut dibelah akan terlihat jalur-jalur gerekan larva dan daging buah berwarna kecoklatan. Pertumbuhan biji terganggu, dan biji satu sama lain.

2.2.8. Ordo Homoptera

(14)

Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala (Sudarmo, 2009).

2.2.9. Kutu Daun

2.2.9.1. Klasifikasi

Klasifikasi kutu daun (Apis SP ) adalah sebagai berikut Kingdom: Animalia, Phylum : Arthropoda, Kelas : Insekta ,Ordo : Hemiptera, Famili : Aphididae , Genus : Myzus, Aphis, Toxoptera , Spesies : Myzus persicae, Aphis gossypii, Toxoptera, aurantii, Toxoptera citricidus (Departemen Pertanian. 2009).

2.2.9.2. Daur Hidup

Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman (Triharso, 2005).

2.2.9.3 Gejala serangan

(15)

gejala kerdil, deformasi dan terbentuk puru pada helaian daun. Di antara kutu daun yang menyerang tanaman jeruk, kutu daun coklat dan hitam merupakan yang terpenting karena menularkan virus penyebab penyakit Tristeza (Departemen Pertanian. 2009).

BAB III METODE PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman di

Laboraturtium Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas

Tadulako, Palu. Dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 06 November 2014, pada

pukul 10.00-14.30 WITA.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : papan bedah, jarum pentul,

(16)

Bahan yang digunakan adalah belalang (Valanga nigricornis) dan gejala

serangannya, kepik hijau (Nezara Viridula) dan gejala serangannya, walang sangit

(Leptocorixa acuta)dan gejala serangannya, kumbang helm(Coccinela acuta)

kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) dan gejala serangannya, ulat pada buah

bawang (Spodoptera exiqua) dan gejala serangannya, kutu daun

(Alcuradicus dastruktor mask) dan gejala serangannya, penggerek buah kakao

(Conophomorpa cramela) dan gejala serangannya.

3.3 Cara Kerja

Pertama-tama menyiapkan bahan hama dan gejala serangannya, lalu mengambil

dan mengamati morfologi spesimen tersebut satu-persatu, kemudian

merendamserangga yang belum mati kedalam gelas yang berisi alkohol agar lebih

muda dalam pengamatan, kemudian menggambarkan spesimen beserta gejala

serangnnya pada buku gambar dan memberikan keterangan pada setiap gambar

(17)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi serangga, maka di peroleh hasil sebagai berikut :

Keterangan : 1. Kepala (Caput) 2. Dada (Thoraks) 3. Perut (Abdomen) 4. Mata

(18)

Gambar 1. Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)

Gambar 2 : Gejala Seranagan Belalang ( Valange nigricornis ) pada Tanaman Daun Jagung ( Zea mays ).

Gambar 3 : Morfologi Kepik Hijau ( Nezera viridula ).

Keteranag : Gejala terdapat Lubang pada daun Akibat gigitan hama Belalang

Keteranag : 1.Caput 2. Torax 3. Abdomen

(19)

Gambar 4 : Gejalah seranagan Kepik Hijau ( Nezara viridula ) pada Tanaman Kacang Hijau ( Phaseolus radiatus ).

Gambar 5 : Morfologi Walang Sangit ( Laptocorixa acuta ).

Gambar 6 : Gejalah Serangan Walang Sangit (Laptocorixa acuta) pada Tanaman Padi (Oriza sativa)

Keteranag : 1. Antena

2. Kepala ( Caput ) 4. Perut ( Abdomen ) 5. Sayap

Keterangan : Bulir padi tampak Kecokelatan dan Hampa

Keterangan : 1. Kepala ( Caput ) 2. Kaki semu

(20)

Gambar 7 : Morfologi Penggerak Buah Kakao (Conophomorpa cramerella)

Gambar 8 : Gejalah Serangan Penggerak Buah Kakao (Conophomorpa cramerella) pada Tanaman Kakao

Gambar 9 : Morfologi Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua).

Keterangan : Adanya lubang Akibat gigitan Ulat

Keterangan : 1. Kepala ( Caput ) 2. Dada ( Thorax ) 3. Kaki semu

Keterangan :

(21)

Gambar 10 : Gejala serangan Ulat Daun (Spodoptera exigua) pada daun bawang ( Allium ceppa ).

Gambar 11. Morfologi Kumbang Helm (Coccinela Acuta)

Gambar 12. Morfologi Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)

Keteranag : 1. Antena 2. Caput

3. Dada ( Thorax )

` 4. Perut ( Abdomen )

Keterangan :

Daun tampak bercak – bercak coklat Keterangan : 1. Kepala (Caput) 2. Dada (Thoraks) 3. Perut (Abdomen)

(22)

Gambar 13. Gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) pada Kelapa (Coconus nucifera)

Gambar 14. Morfologi Kutu Putih Daun (Alcuradicus dastruktor mask)

Gambar 15 : Gejalah Serangan Kutu putih Daun (Alcuradicus dastruktor mask) pada Daun Mangga (Mangifera indica).

4.2 Pembahasan

Keterangan : 1. Kepala ( Caput ) 2. Thorax (Dada) 3. Perut ( Abdomen)

Keterangan :

(23)

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi belalang (Valanga nigricornis) (gambar 01) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki kepala, sepasang mata, antena, sayap, kaki, thoraks.

Belalang kayu merupakan filum arthropoda yang mempunyai type mulut

penggigit pengunyah. Alat mulut tipe menggigit dan mengunyah ini akan merusak

tanaman atau membuat terowongan ke dalam bagian tanaman. Alat mulut tersebut

secara esensial terdiri dari labrum atau bibir atas yang membantu menutup bagian

mulut dari atas: dua organ penggiling yang berkitin disebut mandibula yang bekerja

pada bidang lateral dan membantu belalang menyobek dan menghancurkan

makanannya: dua organ lain berkitin yang lebih tipis dan lebih tajam disebut maksila

yang bekerja dalam satu irama dengan mandibula dan membantu menyobek makanan

(Sudormono, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan belalang

(Valanga nigricornis) (gambar 02) pada daun jagung (Zea mays) diperoleh bahwa daun yang terserang akan mengalami kerusakan dari bagian samping, dan berlubang-lubang.

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi morfologi kepik hijau (Nezera viridula) (gambar 03) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki kepala, sepasang mata, thoraks dan abdomen.

(24)

dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli (Pracaya, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan kepik hijau (Nezera viridula) (gambar

04) pada tanaman kacang hijau ( Phaseolus radiatus ) akan mengalami Biji hitam, busuk Dan bercak – bercak Coklat.

Kacang hijau merupakan tanaman di kotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kacang hiaju dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah (Soeprato, 2010).

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi morfologi walang sangit (Laptocorixa acuta ) (gambar 05) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki kepala, sepasang mata, thoraks dan abdomen dan sayap.

Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakan salah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarna hijau kemerah- merahan (Pracaya, 2009).

(25)

Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat (Pracaya, 2007).

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi Penggerak Buah Kakao (Conophomorpa cramerella) (gambar 07) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki Kepala ( Caput ), Kaki semu, Perut (Abdomen).

Penggerek buah kakao memiliki bentuk morfologi seperti larva panjangnya sekitar 1 cm, tubuh bergaris, memiliki abdomen, dan alat pembuangan. Sekurangnya dibutuhkan waktu 35 – 45 hari oleh hama PBK untuk berkembang dari telur menjadi imago (serangga dewasa), sehingga wajar dalam waktu yang cukup singkat perkembangan hama PBK ini sangat cepat (Hase,2009).

Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan Penggerak Buah Kakao (Conophomorpa cramerella) (gambar 08) pada Tanaman Kakao Adanya lubang akibat gigitan Ulat yang menyababkan buah kakao menjadi busuk.

(26)

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi ulat daun Bawang (Spodoptera exigua) (gambar 09) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki Kepala ( Caput ), Kaki semu, Perut (Abdomen).

Ciri morfologi ulat daun bawang adalah seluruh tubuh berwarna hijau muda dengan sungut yang sulit terlihat karena ukurannya yang relatif kecil. Hama ini memiliki struktur tubuh yang lunak. Ulat ini pada umumnya menyerang tanaman pada sore hari sampai malam hari tetapi apabila jumlah populasi sangat banyak ulat ini juga menyerang pada siang hari (Matnawy, 2006).

Berdasarkan hasil pengamatan pada gejala serangan Ulat Daun (Spodoptera exigua) pada daun bawang ( Allium ceppa ) (gambar 10) terdapat lubang pada daun.

Gejala-gejala serangan yang di timbulkan oleh ulat bawang (Spodoptera exigua) adalah ditandai dengan adanya lubang pada daun bawang yang pada akhirnya daun akan patah dan habis. Namun serangan dalam skala besar akan mengakibatkan gundulnya daun pada semua populasi tanaman. Dan bagian yang diserang akan berwarna pucat dan kering (Sudarmono, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan pada morfologi Kumbang Helm (Coccinela Acuta) (gambar 11) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki Kepala ( Caput ), Kaki semu, Perut (Abdomen).

(27)

Antenna, dada (thoraks), kaki dan perut (abdomen). menyerang tanaman terung yaitu pada bagian daun terlihat berlubang pada bagian tengah (Rio Ardi, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan pada Morfologi Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) (gambar 12) dapat dilihat adanya ciri morfologi yaitu memiliki Kepala (Caput), Thoraks (dada) , Perut (Abdomen) dan mata.

Morfologi hama kumbang kelapa (Oryctes rhynoceros) memiliki bagian badan dan kepala yang keras, pada bagian kepala terdapat tanduk, memiliki 6 kaki, memiliki mata, sayap luar, sayap dalam, abdomen , dan ofipositor (Pracaya, 2007). Berdasarkan hasil pengamatan Gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) pada Kelapa (Coconus nucifera) (gambar 13) adanya daun bercak – bercak kecoklatan.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) adalah ujung daun kelapa menjadi patah. Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu menyebabkan Pucuk kelapa menjadi rusak, daun yang mudah menjadi patah, pelepah kelapa menjadi tumbang dan penyerangan dalam jumlah besar kadang apucuk tanaman akan abusuk dan tanaman kelapa akan mati (Rio ardi, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan Morfologi Kutu Putih Daun (Alcuradicus dastruktor mask) (gambar 14) memiliki bagian . Kepala, Thorax (Dada,) Perut (Abdomen).

(28)

dewasa berbentuk bulat memanjang (oval), lunak dengan segmen yang jelas, biasanya tertutup lilin yang berbentuk seperti tepung atau kapas (Sudarmono, 2009).

Gejalah Serangan yang ditimbulkan oleh Kutu putih Daun (Alcuradicus dastruktor mask) pada Daun Mangga (Mangifera indica) (gambar 15) yaitu terdapat bercak- becak coklat pada daun.

Pada pengamatan praktikum gejala serangan yang ditimbulkan oleh kutu putih (Pseudococcus sp.) adalah pada daun terdapat bercak bercak coklat dan berlendir dan pada daun tanaman yang terserang akan mengalami warna hitam pada daun dan ada daun muda akan mengeriting (Pracaya, 2007).

Pengendalian hama secara umum terbagi atas pengendalian secara mekanik, fisik, pengandalian fisik dan pengendalian secar hayati.

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil yang di peroleh :

1. kita bisa mengetahui berbagai macam bentuk serangga hama dan ordo-ordonya.

(29)

3. Setiap ordo memiliki bentuk fisik yang berbeda. dari bentuk mulutnya yang panjang, tubuhnya kecil, memiliki sayap yang tebal dan tipis, dan lain-lain. 4. Dengan mempunyai ciri fisik yang seperti itu serangga hama ini dengan

mudahnya merusak semua pertumbuhan tanaman. 5.2 Saran

Gambar

Gambar 3 :  Morfologi Kepik Hijau ( Nezera viridula ).
Gambar 9 : Morfologi Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua).
Gambar 11. Morfologi Kumbang Helm (Coccinela Acuta)
Gambar 14. Morfologi Kutu Putih Daun (Alcuradicus dastruktor mask)

Referensi

Dokumen terkait

3 Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pelatihanmawashi geri jodan sikap kamae-te dengan beban 0,5 kg di kaki dapat meningkatkan kecepatan tendangan

namun problem yang terjadi adalah proses implementasi peraturan tersebut di masyarakat. Dalam teori implementasi kebijakan menurut Edward III, ia menggambarkaan

Jadi, besarnya pengaruh secara simultan sebesar 68,6%, yang menunjukkan bahwa variabel motivasi yang terdiri dari indikator kebutuhan akan afiliasi, kebutuhan akan

ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang

Scheunemann, T. Kurikulum dan Pedoman Dasar Sepakbola Indonesia. Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Permainan Besar

Data yang diambil dalam pengujian ini adalah konsumsi bahan bakar pada kecepatan rata-rata (40 km/jam) sebelum dan setelah menggunakan tabung induksi YEIS dengan beberapa

Sebagaimana diilustrasikan pada gambar 3, penilaian kinerja 360 derajat mengakomodasi proses evaluasi kognitif terhadap penilaian kinerja yang dialami individu karena

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Pupuk Kujang Cikampek juga telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia