• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran pai materi kejujuran : Penelitian tindakan kelas di kelas x ap SMK YASRI BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran pai materi kejujuran : Penelitian tindakan kelas di kelas x ap SMK YASRI BANDUNG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan yang tertata dengan baik dapat menciptakan generasi yang berkualitas, cerdas, adaptif, dan bermoral. Karena pendidikan merupakan segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada didalam diri individu.

Menurut Langeveld (Aisyah, dkk, 2015: 8) Pendidikan adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas tindakannya menurut pilihannya sendiri. Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1998:19) yang dikutip oleh (Ahmad Tafsir, 2013:34).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di sekolah yang menginginkan pembelajaran yang bisa menumbuhkan semangat peserta didik untuk belajar. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

(2)

2

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek sedang belajar. Arikunto (1993: 12) Lebih lanjut Arikunto (1993: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada peserta didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Dari pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan peserta didik dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

Suatu pembelajaran tentunya juga mempunyai tujuan khusus yang hendak dicapai sesuai dengan target yang diinginkan. Dengan adanya tujuan ini akan menumbuhkan sikap yang akan menjadi pegangan guru dalam proses pembelajaran tersebut. Proses belajar mengajar merupakan bagian terpenting dalam pendidikan, yang di dalamnya terdapat guru sebagai pengajar dan peserta didik yang sedang belajar.

Pembelajaran PAI sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab. Oleh karena itu proses pembelajaran PAI harus diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab melaksanakan interaksi edukasi didalam kelas, perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan prestasi kognitif peserta didik. Dengan bekal pemahaman tersebut, guru dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan prestasi peserta didik yang dihadapinya serta mampu mewujudkan manusia-manusia yang handal yang mampu mengembangkan

(3)

3

kreatifitasnya, berjiwa inofatif, menjadikan pembelajaran terjadi secara ilmiah dan siswa mampu merasakan dengan nyata materi yang sedang dipelajarinya. Dalam hal ini, diantaranya adalah memilih pembelajaran dengan pendekatan yang menyenangkan bagi peserta didik.

Dalam konteks ini peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini peserta didik akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan akan berusaha untuk menaggapinya. Karena Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education: 2001).

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Yasri kelas X AP di Jalan Cigending No. 21 Kecamatan Ujung berung Kota Bandung. Permasalahan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung di kelas yang dilakukan oleh guru dalam mengajar hanya dengan menggunakan metode ceramah yang isinya hanya mentransfer ilmu antara guru kepada peserta didik dan dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir, dapat dilihat dalam kegiatan belajar peserta didik dikelas mereka tidak mampu untuk menyampaikan kembali materi, memberikan pendapatnya tentang materi, maupun bertanya tentang materi yang telah disampaikan. Sehingga saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas banyak peserta didik yang mengantuk, mengobrol, sering keluar kelas sehingga pembelajaran pun kurang efektif. Hal ini disebabkan karena kurang menariknya metode pembelajaran yang dipakai dalam proses pembelajaran.

(4)

4

Oleh karena itu, untuk dapat menciptakan suasana belajar yang fresh (menyegarkan) and fun (menyenangkan), nyata, bermakna, dan dapat dirasakan oleh para peserta didik dalam mata pelajaran PAI, guru dapat memilih pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi kognitif peserta didik.

Setelah melakukan observasi pada pembelajaran PAI dikelas X AP SMK Yasri Bandung bahwa masih terdapat sistem pembelajaran yang bersifat teoritis. Sebagian besar siswa belum dapat menangkap makna dari apa yang mereka peroleh dari pembelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa pada umumnya siswa tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan pengetahuan tersebut di kemudian hari. Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini guru atau pendidik harus mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik. Dalam hal ini, guru harus pandai mencari dan menciptakan kondisi belajar yang memudahkan siswa dalam memahami, memaknai, dan menghubungkan materi pelajaran yang mereka pelajari.

Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah model belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik. Sebuah model belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi suatu model pembelajaran yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif. Peserta didik berhasil “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan persoalan dalam hidup jangka panjang. Oleh karena itu perlu ada perubahan model pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam mendekati

(5)

5

permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun yang akan datang. Model pembelajaran yang cocok untuk hal di atas adalah pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL).

Setelah evaluasi dilaksanakan pada mata pelajaran PAI ternyata sebagian besar siswa kelas X AP SMK Yasri yang mencapai tingkat penguasaan materi masih rendah selama pembelajaran berlangsung, jarang siswa yang mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan terhadap penjelasan guru. Setelah berdialog dengan guru yang bersangkutan pada mata pelajaran PAI ini ternyata sebagian besar peserta didik kelas X AP mencapai tingkat prestasi belajar yang masih rendah. Hal ini bisa dilihat dalam hasil ulangan harian siswa, Penilaian Akhir Semester (PAS), dan hasil post-test yang dilakukan guru yang bersangkutan setelah usainya pembelajaran yang masih dibawah KKM.

Setelah mengetahui permasalahan dari hasil wawancara, dilakukan tes hasil belajar kepada siswa yang sudah mempelajari materi PAI kelas X AP SMK Yasri semester genap. Penulis mengambil salah satu materi yang ada di dikelas X AP semester genap, yaitu tentang Makna Kejujuran dalam Islam.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa terkait pemahamannya terhadap materi PAI yang telah disampaiakan. Dari hasil observasi tersebut ternyata dari 21 peserta didik yang hadir hanya enam peserta didik yang mampu mencapai KKM yaitu dua peserta didik laki-laki dan empat peserta didik perempuan, dengan nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 75 untuk siswa yang dapat mencapai KKM. Sedangkan siswa yang tidak mampu mencapai KKM yaitu dengan nilai rata-rata 65.

Berkaitan dengan masalah tersebut, perlu dikembangkan usaha perbaikan yang lebih baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah menggunakan pendekatan, strategi, metode yang variatif. Variasi penggunaan pendekatan mengajar dengan memperhatikan kondisi peserta didik maupun karakteristik materi yang diajarkan, guru pun perlu

(6)

6

memperhatikan alat peraga dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Maka dari penjelasan di atas, penulis menganggap perlu mengadakan penelitian mengenai penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI. Permasalahan tersebut dapat diuraikan dengan judul ; “ PENGGUNAAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI MATERI KEJUJURAN “( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X AP SMK Yasri Bandung)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah mengenai prestasi kognitif peserta didik pada mata pelajaran PAI dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Adapun rumusan permasalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI materi kejujuran sebelum menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dikelas X AP SMK Yasri Bandung ? 2. Bagaimana proses penggunaan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) pada setiap siklus ?

3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI materi kejujuran sesudah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dikelas X AP SMK Yasri Bandung pada setiap siklus ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini akan diarahkan pada upaya mendeskripsikan hasil penelitian lapangan, dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(7)

7

1. Untuk mengetahui prestasi kognitif peserta didik pada mata pelajaran PAI dikelas X AP SMK Yasri Bandung sebelum menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

2. Untuk mengetahui proses pembelajaran PAI dikelas X AP SMK Yasri Bandung dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada setiap siklus

3. Untuk mengetahui peningkatan prestasi kognitif peserta didik pada mata pelajaran PAI dikelas X AP SMK Yasri Bandung sesudah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada setiap siklus

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis

Adapun manfaat bagi penulis pada penelitian ini yaitu, sebagai berikut:

a. Menambah pengetahuan serta dapat mengimplementasikan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mata pelajaran PAI materi kejujuran.

b. Agar penulis dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

2. Bagi guru

Adapun manfaat bagi guru pada penelitian ini yaitu, sebagai berikut:

a. Dapat menjadi bahan acuan dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode yang sesuai.

b. Dapat mengetahui cara mengembangkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mata pelajaran PAI untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

3. Bagi peserta didik

Adapun manfaat bagi peserta didik pada penelitian ini yaitu, sebagai berikut a. Dapat tercipta suasana belajar pada mata pelajaran PAI yang tidak

menjenuhkan untuk membangkitkan motivasi mereka.

(8)

8 E. Kerangka Berpikir

Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang ikut dimiliki guru gunakan untuk bagaimana mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode, model, maupun pendekatan sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi peserta didik.

Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi 2004: 103). Kelebihan pendekatan ini yaitu hasil pembelajaran diharapkan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Dengan konsep tersebut guru tidak hanya sekedar memberikan informasi tetapi lebih banyak berurusan dengan strategi untuk membantu siswa mencapai tujuannya.

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi peserta didik sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yakni: kontruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menyelidiki (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian autentik (Authentic Assessment).

(9)

9

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filososfi bahwa peserta didik mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Pencapaian belajar atau hasil belajar siswa merujuk pada aspek-aspek kognitif, afektif, psikomotor. Beliau menyajikan tipe-tipe prestasi belajar (1) Kognitif : pengamatan, ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis. (2) Afektif : penerimaan, sambutan, apresiasi, internalisasi, karakterisasi. (3) Psikomotor : keterampilan bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. Dengan demikian, prestasi belajar siswa diarahkan pada indikator yang digunakan yaitu : (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, (3) ranah psikomotor. (Tohirin, 2011:151)

Taxonomy Bloom dan Simpson dalam (Nana, 2007: 180-182) menyusun suatu tujuan belajar yang harus dicapai oleh seseorang yang belajar, sehingga terjadi perubahan dalam dirinya. Perubahan terjadi pada tiga ranah yaitu: (1) Ranah kognitif tentang hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi, (2) Ranah afektif tentang hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan sikap, minat dan nilai. Terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan pola hidup, (3) Ranah psikomotorik tentang kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang komplek dan kreativitas.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwasannya tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi dimiliki atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Tujuan belajar dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual,

(10)

10

dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi dimiliki atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar tertentu.

Hasil belajar dibagi menjadi empat golongan yaitu: (1) Pengetahuan, yaitu dalam bentuk bagan informasi, fakta, gagasan, keyakinan, prosedur, hukum, kaidah, standar, dan konsep lainnya. (2) Kemampuan, yaitu dalam bentuk kemampuan untuk menganalisis, mereproduksi, mencipta, mengatur, merangkum, membuat generalisasi, berfikir rasional dan menyesuaikan.(3) Kebiasaan dan keterampilan, yaitu dalam bentuk kebiasaan prilaku dan keterampilan dalam menggunakan semua kemampuan. (4) Sikap, yaitu dalam bentuk apresiasi, minat, pertimbangan dan selera. (Hutabarat, 2010: 11-12).

Prestasi kognitif merupakan ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak dan merupakan sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya. Cara pengukuran keberhasilan prestasi kognitif mereka dapat dilakukan dengan tes tertulis, lisan dan perbuatan, selain itu juga ranah kognitif merupakan ranah terpenting dalam belajar. (Muhibbin, 2006:83)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan prestasi belajar merupakan hasil usaha peserta didik yang dapat dicapai berupa penguasaan, pengetahuan, kemampuan, kebiasaan dan keterampilan serta sikap setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat dibuktikan dengan hasil tes. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang dibutuhkan peserta didik untuk mengetahui kemampuan yang diperolehnya dari kegiatan belajar selama satu semester.

Sedangkan untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik mereka dapat dilihat indikatornya yaitu: ingatan (pengetahuan), pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi (Yeyen, 2010:7). Secara skematis dapat dilihat pada bagan dibawah ini

(11)

11 F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis meerupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paaling tinggi kebenarannya.

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah,hingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti dibawah dan “thesa” yang berarti kebenaran). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar. Untuk mengetahui benar tidaknya jawabannya sementara tersebut yang memerlukan pengujian.

Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi Belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI materi kejujuran “.

Berdasarkan pemaparan kerangka berfikir diatas, dapat diduga dan diambil kesimpulan sementara bahwa penggunaan pendekatan Contextual

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Kondisi Awal

Pembelajaran sebelum menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Prestasi Belajar peserta didik rendah Prestasi Belajar peserta didik menjadi meningkat Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Tindakan yang dilakukan

(12)

12

Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI materi kejujuran.

G. Penelitian relevan

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik penelitian yaitu :

1. Peneliti bernama Nanik Hartini tahun 2009 yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar IPA, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran CTL.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan motivasi belajar IPA setelah diadakan tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran CTL. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya motivasi belajar IPA siswa dari sebelum dan sesudah tindakan. Pada Prasiklus diperoleh rata-rata kelas 15,96 (kategori motivasi rendah), Siklus 1 menjadi 25,86 (kategori motivasi cukup) dan Siklus II diperoleh rata-rata kelas 28,46 (kategori motivasi tinggi). Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas II SD Negeri 02 Gambirmanis Kecamatan Pracimantoro kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Peneliti bernama Siti Mutia Rahmah yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pembelajaran Kimia Berbasis Weblog Untuk Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) pada pembelajaran kimia

(13)

13

berbasis weblog lebih tinggi daripada rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kimia berbasis weblog tanpa model Contextual Teaching And Learning (CTL) pada materi pokok hidrokarbon. Berdasarkan hasil uji persyaratan data, diketahui bahwa data peningkatan hasil belajar (gain) pada kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji-t satu pihak. Hasil uji hipotesis dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh t hitung > tabel yakni 5,546>1,670, artinya Ho ditolak dan Ha diterima yaitu rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) pada pembelajaran kimia berbasis weblog lebih tinggi daripada rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kimia berbasis weblog tanpa model Contextual Teaching And Learning (CTL) pada materi pokok hidrokarbon. Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa (gain) kelas eksperimen adalah 0,778 (77,8%) dan kelas kontrol 0,670 (67,0%). Nilai rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen adalah 86,56 dan nilai rata-rata hasil belajar pada kelas kontrol adalah 79,84 3. Sugeng Kurniawan yang berjudul efektivitas penerapan Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Mata Pelajaran Al-Islam/ Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Muhammadiyah 2 Pucang-Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan fenomenologis, penelitian ini beruasaha untuk memahami realitas peristiwa dan berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual di sekolah tersebut. Sumber data penelitian ini adalah peserta didik SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, guru Al-Islam, kepala sekolah, wakil kepala sekolah kurikulum dan wakil kepala sekolah ISMUBA (Keislaman, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab). Sedangkan data penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis data diawali

(14)

14

dengan pengkodean, transkripsi dan reduksi. Hasil akhir dari analisis data tersebut mengungkapkan bahwa penerapan pembelajaran Al-Islam dengan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya dilaksanakan sesuai dengan komponen utama pendekatan kontekstual, meliputi: konstruktivisme, penemuan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang autentik. Di samping sesuai dengan komponen utama, kegiatan pembelajaran Al-Islam dengan menggunakan pendekatan kontekstual memiliki efektivitas yang tinggi dalam menunjang prestasi akademik peserta didik dan pemahaman peserta didik terhadap aplikasi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang dilaksanakan menjadi bermakna, ceria dan menyenangkan (joyfull learning) bagi peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terdapat peberdaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Perbedaanyan yaitu bahwa dari hasil penelitin terdahulu variabel yang diteilitnya yaitu pada mata pelajaran IPA , KIMIA, serta penelitiannya bertujuan untuk melihat motivasi belajar peserta didik dan hasil belajar , dengan subjek yang ditiliti yaitu pada siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu pada peserta didik di SMK dengan variabel untuk meningkatkan prestasi kognitif peserta didik pada mata pelajaran PAI dengan menggunakan metodelogi penelitian tindakan kelas.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel X 1 aspek pengetahuan, X 2 aspek keterampilan, X 3 aspek sikap dengan Y kesiapan Praktik Kerja Industri

Dong Jung Indonesia meninjau kembali penggunaan sistem konvensional (tradisional) dan mulai mempertimbangkan penggunaan sistem Activity Based Costing pada perhitungan harga

[r]

cN p・イ。ョ@ hオュ。ウ@ p・ュ・イゥョエ。ィ@ k。「オー。エ・ョ@ pイッ「ッャゥョァァッ@ 、。ャ。ュ@

Setelah selesai diskusi kelas, peneliti memngajak peserta didik untuk penguatan tentang hasil diskusi yang telah disampaikan kelompok, dan bertanya jawab tentang hal-hal

Dalam menyusun konfigurasi suatu elektron, maka susunan keempat bilangan kuantum harus digunakan, mulai dari tingkat energi yang rendah ke yang lebih tinggi (Aturan Aufbau), dan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa gaya kepemimpinan otoriter secara umum termasuk dalam kategori rendah dengan perolehan sko sebesar 958, gaya

Ketebalan mulsa jerami padi dapat meningkatkan hasil tanaman tomat walaupun pada pengamatan pertumbuhan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.. Hal ini