Skripsi
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Jurusan Manajemen Dakwah
Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Oleh:
NURFADHILAH HARIS NIM: 50400113086
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN ALAUDDIN MAKASSAR
ii
Nama : Nurfadhilah Haris
NIM : 50400113086
Tempat/Tgl. Lahir : Lampa, 01 Maret 1995
Jurusan : Manajemen Dakwah
Fakultas/Program : Dakwah dan Komunikasi
Alamat : Samata
Judul : Metode Dakwah ”Islam itu Indah” di Trans TV (Episode Tahajjud Buatku Tenang).
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata, Agustus 2017
Penulis,
NURFADHILAH HARIS NIM: 50400113086
iii
50400113086, mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Rabu, tanggal 16 Agustus 2017 M, bertepatan dengan 23 Dzulhijjah 1438 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas
Dakwah dan Komunikasi pada jurusan Manajemen Dakwah.
Samata-Gowa, 16 Agustus 2017 M. 23 Dzulhijjah 1438 H.
DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. H. Hasaruddin, M.Ag (...)
Sekretaris : Hamriani, S.Sos.I., M.Sos.I (...)
Munaqisy I : Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd (...)
Munaqisy II : Drs. Muh. Anwar, M.Hum (...)
Pembimbing I : Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.Ag (...)
Pembimbing II : Dr. Irwan Misbach, SE., M.Si (...)
Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd., M.Si., MM NIP: 19690827 199603 1 044
iv
50400113086, Mahasiswa Manajemen Dakwah pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar. Setelah meneliti dan mengoreksi secara seksama skripsi berjudul ’Metode Dakwah ”Islam itu Indah” di Trans TV (Episode Tahajjud Buatku Tenang)’, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi
syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui dan layak diajukan ke ujian munaqasyah.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.
Samata-Gowa, Agustus 2017
Pembimbing1 Pembimbing 2
Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.Ag Dr. Irwan Misbach, SE., M.Si NIP. 19710415 199603 1 002 NIP. 19730116 20050 1 1004
v
ِهِلا ىلَع َو َنْيِلَس ْرُمْلاَو ِءاَيِبْن َلأا ِفَرْشَأ َىلَع ُملأهسلاو ُةلأهصلا َنْيِمَل اَعْلا ِّبَر ِ ه ِلِلّ ُدْمَحْلا
ْدَعَب اهمَأ ْنْيِعَمْجَأ ِهِبْحَصَو
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji hanya milik Allah swt. atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dicurahkan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini hingga selesai. Salam dan Salawat senantiasa penulis hantarkan kepada Rasulullah Muhammad
Salallahu’ Alaihi Wasallam sebagai satu-satunya uswa dan kudwa, petunjuk
kebenaran dalam menjalankan aktivitas keseharian.
Dalam kesempatan ini penulis juga menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penulis patut menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar
beserta Wakil Rektor I, II, III, dan IV.
2. Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd,. M.Si,. MM sebagai Dekan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, beserta Wakil Dekan I, II, dan III.
3. Dra. St. Nasriah, M. Sos.I sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan Dr.
H. Hasaruddin, M.Ag sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.
4. Dr. Nurhidayat, Muh. Said, M.Ag sebagai Pembimbing I dan Dr. Irwan
Misbach, SE., M.Si sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd sebagai Munaqisy I dan Drs. Muh. Anwar, M.Hum
sebagai Munaqisy II yang telah memberikan arahan, kritik dan saran yang konstruktif kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
vi
7. Teristimewa kepada Ayahanda Haris dan Ibunda Hasnah tercinta serta
saudara-saudariku Fadli Haris, Nurfauziah Haris, dan Fauzan Haris yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan serta doa yang tulus dalam keberhasilan penulis sampai sekarang ini.
8. Teman-teman seperjuangan Manajemen Dakwah 2013 yang telah menemani
penulis menjalani suka duka di dunia kampus .
9. Seluruh keluarga besar Manajemen Dakwah terkhusus kepada
saudari-saudariku Mina Sari, Reski Handayani, dan Fitriani terima kasih atas segala do’a dan bantuan serta semangat yang diberikan kepada penulis.
10.Rekan-rekan KKN Angkatan ke-53 terkhusus kepada teman-teman posko
Pulau Saugi dan seluruh Warga Pulau Saugi, Kecamatan Tupabbiring Utara, Kabupaten Pangkep atas do’a dan semangat serta bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
11.Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran skripsi ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi pengajaran motivasi, semoga bantuan, dorongan, dan motivasi yang telah diberikan bernilai ibadah di sisi Allah swt. dan mendapat pahala yang setimpal.
Samata-Gowa, Agustus 2017 Penulis
Nurfadhilah Haris NIM.50400113086
vii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
ABSTRAK ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1-14 A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 8
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Kajian Pustaka ... 10
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 13
BAB II. TINJAUAN TEORETIS ... 15-43 A. Metode Dakwah ... 15
1. Pengertian Metode Dakwah ... 15
2. Macam-macam Metode Dakwah ... 18
3. Keberagaman Metode Dakwah ... 25
4. Sumber Metode Dakwah ... 31
B. Pesan Dakwah ... 33
1. Akidah ... 34
2. Syariah ... 35
3. Akhlak ... 37
C. Media Massa dan Televisi ... 38
1. Media Massa ... 38
viii
D. Metode Pengumpulan Data ... 46
E. Instrumen Penelitian... 46
F. Teknis Analisis Data ... 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 49-91 A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 49
1. Gambaran Umum Trans TV... 49
2. Gambaran Umum Program Islam itu Indah ... 54
B. Metode Dakwah “Islam itu Indah” di Trans TV dalam Episode Tahajjud Buatku Tenang ... 60
1. Metode Dakwah “Islam itu Indah” di Trans TV dalam Episode Tahajjud Buatku Tenang ... 60
2. Pesan Dakwah “Islam itu Indah” di Trans TV dalam Episode Tahajjud Buatku Tenang ... 70
3. Tanggapan Penonton Terhadap Tayangan “Islam itu Indah” dalam Episode Tahajjud Buatku Tenang ... 89
BAB V. PENUTUP ... 92-94 A. Kesimpulan ... 92 B. Implikasi Penelitian ... 93 DAFTAR PUSTAKA ... 95 DAFTAR ONLINE ... 96 LAMPIRAN ... 97-104 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 105
x
Tabel 4.1 Daftar Direktur Utama ... 52
Tabel 4.2 Direksi Saat Ini ... 52
Tabel 4.3 Struktur Organisasi Islam Itu Indah ... 54
Tabel 4.4 Kategori Pesan Dakwah ... 69
Tabel 4.5 Kategori Pesan Dakwah Ustaz Nur Maulana ... 74
Tabel 4.6 Kategori Pesan Dakwah Ustaz Syam ... 79
xi
Gambar 4.2 Logo On-Air Trans TV ... 50
Gambar 4.3 Logo Penyegaran ... 50
Gambar 4.4 Logo Trans TV Saat Ini ... 51
Gambar 4.5 Logo Islam Itu Indah ... 53
Gambar 4.6 Akhmad Fadli ... 55
Gambar 4.7 Ustaz Nur Maulana... 56
Gambar 4.8 Ustaz Syam ... 57
xii
Judul skripsi : Metode Dakwah “Islam itu Indah” di Trans TV (Episode Tahajjud Buatku Tenang)
Pembahasan dalam skripsi ini tentang pengetahuan dan pemahaman kajian
metode dakwah dalam program “Islam itu Indah” di Trans TV. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada yakni: 1. Untuk mengetahui metode dakwah “Islam itu Indah” di Trans TV dalam episode Tahajjud Buatku Tenang. 2. Untuk mengetahui pesan dakwah “Islam itu Indah” dalam episode Tahajjud Buatku Tenang. 3. Untuk mengetahui tanggapan penonton pada Episode Tahajjud Buatku Tenang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan ilmu dakwah dan komunikasi. Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer, yaitu video “Islam itu Indah” dalam episode Tahajjud Buatku Tenang yang tayang pada tanggal 23 Februari 2017 di Trans TV. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan mengamati tayangan Islam itu Indah dalam Episode Tahajjud Buatku Tenang, mencari data dari buku, internet, foto yang bisa dijadikan informasi tambahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, 1. Metode dakwah yang digunakan “Islam itu Indah” dalam Episode Tahajjud Buatku Tenang yakni menggunakan
metode Al-Mau’idza Al-Hasanah, metode nasehat, metode kisah, dan metode Tabsyir
wa Tanzir. Selanjutnya yakni metode Al-Hikmah, dan metode dakwah era kontemporer. Juga terdapat metode atraktif dan metode tanya jawab. 2. Pesan dakwah “Islam itu Indah” dalam Episode Tahajjud Buatku Tenang, yakni masalah akhlak, akidah, dan syariah. 3. Tanggapan penonton tentang tayangan “Islam itu Indah” dalam Episode Tahajjud Buatku Tenang yakni bersifat positif.
Pada program “Islam itu Indah” tidak semua metode dakwah bisa digunakan,
hanya beberapa yang bisa diterapkan. Seperti metode dakwah al-Mujadalah, yang
berarti tukar pendapat. Pada metode dakwah kultural, juga tidak bisa diterapkan karena “Islam itu Indah” disiarkan di TV nasional sehingga tidak mengikuti budaya-budaya kultur karena bersifat umum. Begitu pula dengan beberapa metode dakwah lain seperti metode dakwah plural, metode dakwah nafsiah, metode dakwah jama’ah, dan juga metode dakwah tekstual dan konstektual. Ada beberapa metode dakwah tambahan yang juga digunakan, yakni metode atraktif dan metode tanya jawab. Dan
juga ada beberapa komentar dari beberapa akun tentang tayangan “Islam itu Indah”
dalam episode Tahajjud Buatku Tenang, diharapkan agar ada umpan balik dari pengunggah video.
1 A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. Agama Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama yang telah mendapatkan jaminan pertolongan dan kemenangan dari Allah swt.
Dakwah sebagai aktivitas yang muncul semenjak Islam dihadirkan Allah kepada manusia. Nabi Muhammad mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Dakwah adalah suatu kegiatan yang mengajak kepada kebaikan dalam berbagai bentuk seperti dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan untuk memengaruhi orang lain secara individual maupun kelompok agar
timbul suatu kesadaran, penghayatan terhadap ajaran agama.1
Allah swt. menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan, dalam hal ini manusia diberikan kemampuan cipta, rasa dan karsa. Dengan kemampuan yang dimiliki, manusia memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya menjadi insan yang kamil, yakni sebaik-baik manusia yang diciptakan Sang Khaliq.
1
Allah berfirman dalam QS Ali Imran/3:104.
Terjemahnya:“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung”.2
Berdasarkan ayat di atas, dakwah merupakan ajakan, dorongan, atau panggilan kepada umat manusia untuk menyebarluaskan Islam dan merealisasikan ajarannya di masyarakat agar umat Islam mengamalkan ajaran agama. Agar tujuan dakwah dapat tercapai, maka salah satu hal yang perlu diperhatikan yakni media yang digunakan dalam berdakwah. Media dakwah dapat mempermudah tercapainya tujuan dakwah. Selain dari media, metode dakwah juga berperan dalam tercapainya tujuan dakwah. Media menjadi wadah dalam berdakwah sedangkan metode merupakan cara dalam berdakwah.
Dalam era globalisasi ini, teknologi semakin maju, dakwah tidak hanya dilakukan secara tatap muka atau di atas mimbar saja. Selain itu juga menjadi suatu tantangan dan peluang dalam berdakwah, dikatakan sebagai tantangan karena semakin beragamnya media massa membuat para pelaku dakwah memiliki tantangan, dakwahnya tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Namun dikatakan peluang karena semakin beragamnya media komunikasi semakin praktis dan efisiennya
2
seorang komunikator berhubungan dengan komunikan, maka jika komunikasi massa tersebut digunakan sebagai media dakwah akan mempercepat proses penyampaian
pesan dakwah.3
Media massa sekarang ini menjadi media dakwah yang juga dapat dengan mudah dijumpai. Dengan banyaknya media dakwah yang ada, masyarakat sebagai mad’u juga memiliki banyak akses untuk mendapatkan informasi.
Salah satu inovasi mutakhir dari media massa adalah televisi. Televisi sebagai media massa, merupakan jenis yang ke empat hadir di dunia, setelah kehadiran pers, film, dan radio. Televisi telah mengubah dunia dengan terciptanya dunia baru bagi masyarakat. Sebagai media bersifat audio visual, televisi telah tampil sebagai media
yang relatif sempurna.4
Dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, segala sesuatu yang berhubungan dengan orang banyak mudah dilakukan. Televisi mengantarkan berjuta-juta informasi yang akan diterima oleh berberjuta-juta-berjuta-juta orang bahkan lebih. Melalui media televisi inilah, proses komunikasi keagamaan juga mulai berkembang. Kini dakwah tidak hanya dapat dilakukan dengan cara berkhutbah atau berceramah secara langsung di setiap pengajian. Kini dengan terciptanya media komunikasi modern, dakwah dapat dilakukan melalui radio maupun internet. Dengan hadirnya televisi sebagai media dakwah, maka diharapkan mampu memberikan manfaat bagi
3
Aep Kusnawan, dkk., Komunikasi dan Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. 10
4 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi (Cet 1; Yogyakarta, Graha
perkembangan dakwah Islam dan media tersebut dapat dimanfaatkan ke arah yang positif. Program keagamaan yang hadir dan dikemas dalam televisi, mampu menjadi penyaring bagi setiap tindakan manusia untuk berbuat sesuai dengan moral dan norma-norma yang berlaku.
Kemampuan media televisi dianggap efektif dan efesien sebagai media dakwah, dan alat audio visual yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Jaringan televisi berkembang pesat menjangkau masyarakat hingga pelosok wilayah yang terpencil. Teknologi televisi telah berkembang sedemikian maju sehingga mampu menciptakan realitas sosial yang
menyerupai realitas sebenarnya di masyarakat.5
Melalui media televisi pesan dakwah dapat disampaikan secara luas, dalam bentuk bermacam-macam sesuai program acara yang disajikan oleh masing-masing stasiun televisi, dan tentunya disesuaikan pula dengan selera pemirsanya. Namun munculnya televisi ini akan membawa pengaruh pada perkembangan masyarakat. Pengaruh tersebut bisa dalam bidang politik, sosial, budaya dan lain-lain. Kehadiran televisi memberikan kontribusi besar untuk pelaksanakan syiar Islam, karena bisa digunakan sebagai media dakwah.
Kehadiran dakwah di media televisi berfokus pada sajian agama dikemas dan dihadirkan berbeda. Hal ini karena beragamnya penonton sehingga kemasan yang berbeda akan membawa daya tarik tersendiri bagi audiens untuk menonton acara
5 Labib Muhammad, Potret Sinetron Indonesia (Jakarta: PT Mandar Utama Tiga Books
dakwah. Dakwah di media massa dikemas dengan berbagai sajian, diantaranya:
sinetron religi, kompetisi pencarian da’i yang disajikan di media, dan acara dakwah
yang dihadirkan setiap hari di stasiun tv swasta. Sinetron religi yang muncul di media ditujukan sebagai bentuk dakwah di media. Sinetron religi diawali dengan sinetron Rahasia Ilahi di TPI (sebelum berubah menjadi MNC TV) dan sinetron Hidayah di Indosiar. Setelah sinetron tersebut mulai bermunculan sinetron dengan kemasan lebih menarik lebih banyak melibatkan artis-artis terkenal dan memiliki kisah cerita yang berbeda. Beberapa contoh sinetron yang dikemas berbeda yakni Para Pencari Tuhan dan Islam KTP.
Kemasan dakwah berupa ceramah agama di media televisi mulai mendapatan perhatian. Dakwah tidak lagi dilakukan secara tradisional, yaitu berpindah dari satu mimbar ke mimbar lainnya. Kini pendakwah cukup berceramah di televisi, disiarkan di pagi hari setelah shalat subuh dan jutaan umat Islam sudah bisa menyaksikannya secara bersama-sama. Ketika dakwah muncul di media televisi maka akan memperhitungkan pendukung acara program dakwah, diantaranya bintang tamu, suasana tata panggung, tema ceramah yang dihadirkan dan bahasa yang digunakan.
Beberapa stasiun TV swasta memiliki program acara ceramah pagi, diantaranya: Assalamualaikum Ustadz (RCTI), Wisata Hati Ustad Yusuf Mansur (ANTV), Mama dan Aa‟ (Indosiar), Siraman Qolbu (MNC TV), Tabir Sunnah
(TRANS 7), Islam Itu Indah (TRANS TV), dan Alhamdulillah Akhirnya Aku Tahu
(Global TV).6
Dengan berbagai macam jenis program keagamaan yang tersedia, tentunya program-program tersebut memiliki metode dakwah yang berbeda guna tercapainya proses penyampaian dakwah.
Metode dakwah adalah cara yang digunakan untuk mengajak manusia kepada Islam untuk taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dilakukan secara individu maupun secara kelompok. Dengan kata lain, metode dakwah merupakan
cara yang ditempuh oleh para da’i dalam melaksanakan tugas-tugas dakwah. Metode
dakwah ini berkaitan dengan kemampuan seorang da’i dalam menyesuaikan materi
dakwahnya dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah serta tujuan yang hendak dicapai.7
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan. Maka dari itu kebijakan juru dakwah dalam memilih metode sangat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah.
6 Mutia Rahmi Pratiwi, “ Interpretasi Khalayak terhadap Program Acara “Islam Itu Indah” di
Trans TV”, Jurnal Interaksi 3, No. 1 (2014), h. 45.
7
Program “Islam itu Indah” merupakan salah satu program keagamaan yang ditayangkan di telivisi. Program “Islam Itu Indah” merupakan kemasan dakwah berupa ceramah yang berbeda dengan acara dakwah lainnya. Program “Islam Itu Indah” dikemas dengan menarik, terlihat dari yang membawakan materi, materi yang digunakan serta bintang tamu yang dihadirkan. Dari berbagai kemasan yang nampak dalam acara ini, Trans TV ingin menunjukkan bahwa kemasan dakwah yang didominasi dengan humor diminati masyarakat.
Program acara Islam itu Indah ditayangkan setiap hari pukul 05.00-06.30. Sasaran dakwah program ini beragam, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Hal ini terlihat dari jamaah yang hadir menjadi audiens setiap harinya, serta bintang tamu yang hadir dari kalangan artis tanah air. Mulai dari artis senior hingga yang artis cilik, juga ibu-ibu pengajian dari berbagai daerah.
Acara Islam itu Indah memiliki rating yang tinggi dan termasuk dalam
kategori acara terpopuler di awal tahun 2012.8 Islam itu Indah sudah memiliki banyak
episode selama penayangannya.
Kesuksesan program acara juga dipengaruhi oleh narasumbernya. Narasumber berperan penting dalam program acara tersebut. Program Islam itu Indah memiliki beberapa narasumber diantaranya ustaz Nur Maulana dan ustazah Oky Setiana Dewi. Para narasumber dakwah seperti program Islam itu Indah tentunya memiliki metode dalam berdakwah.
Episode Tahajjud Buatku Tenang ditonton sebanyak 22.116 kali.9 Sedangkan episode yang tayang pada tanggal 31 Maret 2017 ditonton sebanyak 12.815 kali, 27 April 2017 ditonton sebanyak 8.088 kali,dan juga episode 17 Mei ditonton sebanyak 10.558 kali, Dibandingkan tiga episode tersebut, episode yang tayang 23 Februari
2017 paling banyak ditonton di youtube dibandingkan episode-episode lain yang
tayang di tahun 2017.
Dalam penelitian ini penulis telah meneliti metode dakwah para narasumber Islam itu Indah yang berfokus pada episode 23 Februari 2017 dengan tema Tahajjud Buatku Tenang.
Berdasarkan latar belakang, penulis telah mengetahui metode dakwah, pesan dakwah, dan tanggapan penonton dalam program Islam Itu Indah dengan judul
penelitian „Metode Dakwah “Islam Itu Indah” (Episode Tahajjud Buatku
Tenang) di Trans TV‟.
B.Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Judul dari penelitian ini yakni „Metode Dakwah “Islam Itu Indah” di Trans TV (Episode Tahajjud Buatku Tenang)‟. Oleh karena itu penelitian berfokus kepada metode dakwah para pengisi acara pada episode 23 Februari 2017 dengan tema “Tahajjud Buatku Tenang”.
2. Deskripsi Fokus
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penafsiran antara penulis dengan pembaca, maka penulis akan menguraikan beberapa istilah skripsi ini. Semua ini diupayakan mengingat persoalan pengertian dan penafsiran merupakan masalah yang hakiki dan permasalahan yang paling untuk dapat dipahami lebih mendalam terhadap pokok pikiran yang dikembangkan, deskripsi fokus terdapat dalam judul „Metode Dakwah “Islam Itu Indah” di Trans TV (Episode Tahajjud Buatku Tenang)‟ adalah sebagai berikut:
a. Metode dakwah, cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
dakwah atau cara-cara yang digunakan oleh seorang da’i untuk
menyampaikan materi dakwah untuk mencapai tujuan tertentu. Metode
dakwah juga bisa diartikan cara yang dilakukan komunikator atau da’i
untuk mencapai tujuan dakwah. Metode dakwah Islam itu Indah dalam episode Tahajjud Buatku Tenang yakni penyampaian materi dakwah dari para narasumber yakni ustaz Nur Maulana, ustaz Syam, dan juga ustaz Cecep Maulana.
b. Pesan dakwah, sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.
Pesan adalah sesuatu yang bisa disampaikan dari seseorang kepada orang lain. Pesan dakwah juga berarti isi pesan komunikasi terhadap penerima dakwah. Islam itu Indah merupakan program keagamaan yang tentunya mempunyai pesan yang disampaikan di setiap penayangannya. Terkhusus
pada episode Tahajjud Buatku Tenang terdapat pesan dakwah dari materi yang disampaikan para narasumber.
c. Tanggapan penonton merupakan komentar yang ditulis oleh beberapa
orang mengenai program Islam itu Indah Episode Tahajjud Buatku Tenang yang tayang tanggal 23 Februari 2017.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dirumuskan permasalahan yang telah dikaji. Maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode dakwah “Islam itu Indah” di Trans TV dalam Episode
Tahajjud Buatku Tenang?
2. Bagaimana pesan dakwah “Islam itu Indah” di Trans TV dalam Episode
Tahajjud Buatku Tenang?
3. Bagaimana tanggapan penonton terhadap Episode Tahajjud Buatku Tenang?
D.Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan pada penelitian lain yang berbentuk skripsi yang ada relevansinya dengan judul di atas.
1. Penelitian yang dikemukakan Sumarni mahasiswa UIN Alauddin Makassar
Fakultas Dakwah dan Komunikasi tahun 2016 dengan judul „Program “Orang Pinggiran” di Trans7 (Kajian Pesan-pesan Dakwah)‟. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pesan dakwah yang terkandung di dalamnya yang
merupakan gambaran terhadap fenomena kehidupan masyarakat Indonesia. Penelitian ini diharapakan agar di masa mendatang, para pekerja media, khususnya pertelevisian menyajikan ide kreatifnya untuk menghadirkan
program yang mampu memberikan nilai positif kepada khalayak.10
2. Penelitian yang dikemukakan Ais Nurbiyah Al-Jum‟ah mahasiswa UIN
Alauddin Makassar Fakultas Dakwah dan Komunikasi tahun 2015 dengan judul “Analisis Wacana Pesan Dakwah Kartun Animasi Upin & Ipin Episode Usahawan Muda”. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak pesan dakwah yang terkandung dalam kartun animasi Upin & Ipin dilihat dari segi teks, konteks sosial, dan kognisi sosialnya. Penelitian ini diharapkan agar para orang tua mengetahui tontonan yang layak dan tidak layak ditonton oleh
anak-anak. Meskipun demikian tetap ada pengawasan yang perlu dilakukan.11
3. Penelitian yang dikemukakan Fatimah Pallawagau mahasiswa UIN Alauddin
Makassar Fakultas Dakwah dan Komunikasi tahun 2014 dengan judul “Analisis Pesan Dakwah Terhadap Programn „Khazanah‟ di Trans7 Epiosode Novermber 2013”. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis teks kuantitaif. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan pesan
10
Sumarni, Program, “Orang Pinggiran” di Trans7 (Kajian Pesan-pesan Dakwah), Skripsi
(Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, 2016).
11
Ais Nurbiyah Al-Jum‟ah, Analisis Wacana Pesan Dakwah Kartun Animasi Upin & Ipin Episode Usahawan Muda”, Skripsi (Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, 2015).
dakwah yang ditayangkan adalah materi dakwah secara universal dengan
berlandaskan pada al-Qur‟an dan hadis.12
Semua penelitian di atas mempunyai kesamaan dan perbedaan. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menguraikan persamaan dan perbedaannya pada Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 Perbandingan Skripsi
No Nama Judul Skripsi Persamaan Perbedaan
1. Sumarni (2016) “Program “Orang Pinggiran” di Trans7 (Kajian Pesan-pesan Dakwah)” Meneliti tentang program keagamaan di media massa Objek penelitiannya tentang program reality show
2. Ais Nurbiyah
Al-Jum‟ah (2015)
“Analisis Wacana Pesan Dakwah Kartun Animasi Upin & Ipin Episode
Usahawan Muda” Meneliti tentang program keagamaan di media massa Objek penelitiannya tentang kartun 3. Fatimah Pallawagau (2014) Analisis Pesan Dakwah Terhadap Program „Khazanah‟ di Trans7 Epiosode Novermber 2013” Meneliti tentang program keagamaan di media massa Metode penelitiannya menggunakan metode kuantitatif Sumber : Data yang diolah peneliti, tahun 2017
Berdasarkan beberapa uraian penelitian pada tabel di atas, penelitian terdahulu memiliki perbedaan dengan penelitian yang sekarang dengan judul penelitian „Metode Dakwah “Islam Itu Indah” di Trans TV dalam Episode Tahajjud Buatku Tenang‟.
12
Fatimah Pallawagau, “Analisis Pesan Dakwah Terhadap Programn „Khazanah‟ di Trans7 Epiosode Novermber 2013” Skripsi (Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, 2014).
E.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui metode dakwah “Islam itu Indah” di Trans TV dalam
Episode Tahajjud Buatku Tenang.
b. Untuk mengetahui pesan dakwah “Islam itu Indah” di Trans TV dalam
Episode Tahajjud Buatku Tenang.
c. Untuk mengetahui tanggapan penonton dalam Episode Tahajjud Buatku
Tenang.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoretis maupun praktis.
a. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan dakwah khususnya jurusan Manajemen Dakwah yang mempunyai konsentrasi pada bidang dakwah. Menambah pemahaman tentang metode dakwah dan pesan dakwah serta menambah pemahaman tentang program keagamaan di media televisi.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi tolak ukur bagi
para da’i khususnya dan umat Islam pada umumnya dalam melakukan
ativitas dakwah, salah satunya melalui media televisi dengan berbagai program keagamaan yang dikemas sedemikian rupa. Juga sangat
diharapkan agar di masa mendatang, para pekerja media, pengelola acara atau siaran khususnya pertelevisian menyajikan ide kreatifnya untuk menghadirkan program yang mampu memberikan nilai positif kepada khalayak. Program keagamaan yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
15
A.Metode Dakwah
1. Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa “metode” berasal dari dua perkataan yaitu meta (melalui) dan
hodos (jalan, cara).1 Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode merupakan cara
atau jalan yang dilalui dalam mencapai tujuan.
Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, yang
dalam bahasa Arab disebut thariq. Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui
proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.2
Ditinjau dari segi bahasa “Da’wah” berarti: panggilan, seruan atau ajakan.
Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:
a. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya
mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.
b. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan
definisi dakwah sebagai berikut:
1 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Cet 1, Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61.
2
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Cet. 1; Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2011), h. 242
َخْلا يَلَع ِساَّنلا ُّثَح
ِرَكْنُمْلا ِنَع ُيْهَّنلاَو ِفْوُرْعَمْلاِب ُرْمَ ْلْاَو يَذُهْلاَو ِرْي
ِلِجَ ْلْاَو ِلِجآَعْلا ِةَداَعَسِب اْوُزْىُفَيِل
Terjemahnya:“Mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk, dan menyuruh
berbuat baik dan mencegah berbuat munkar untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat”.3
c. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia
dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
d. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang
menjadi tanggung jawab seorang Muslim dalam amar ma’ruf nahi mungkar.4
Dakwah adalah suatu kata yang di dalamnya berisi penyampaian pesan dari seseorang kepada seseorang atau kepada masyarakat, agar pesan yang
disampaikannya itu dapat menarik mad’u dan dapat memberi pengaruh serta efek
yang positif, menuju kehidupan sejahtera di dunia dan kebahagiaan di akhirat.5
Dari beberapa pengertian dakwah di atas, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah mengajak, mendorong umat manusia kepada kebaikan sesuai dengan perintah
3
M. Munir, Metode Dakwah (Cet 2; Jakarta: Kencana, 2006 ), h. 7.
4 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 1-2.
5 Arifuddin, Metode Dakwah dalam Masyarakat (Makassar: Alauddin University Press,
Allah swt. untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar agar tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Istilah dakwah dapat dijumpai dalam ayat-ayat al-Qur’an antara lain:
Firman Allah swt. dalam QS Yunus/10: 25.
Terjemahnya:
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)”.6
Dari konteks ayat di atas, bahwa dakwah adalah usaha mengajak dan menyeru manusia agar melaksanakan kebaikan yang sesuai dengan jalan Allah dengan cara memerintahkan, melaksanakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang munkar agar manusia mendapatkan kebahagiaan baik di dunia dan akhirat. Mengajak manusia ke jalan Allah agar mendapat Surga-Nya serta terhindar dari siksaan-Nya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka metode dakwah adalah cara yang digunakan untuk mengajak manusia kepada ajaran Islam untuk taat dan patuh
kepada Allah dan Rasul-Nya, dilakukan secara individu maupun kelompok.7
Albuyani mengatakan bahwa metode dakwah adalah cara yang ditempuh oleh muballigh dalam berdakwah atau cara menerapkan strategi dakwah. Di samping itu
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 211.
7
menurut Said bin Ali al-Qahthani, metode dakwah adalah ilmu yang mempelajari
cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.8
Dapat diambil kesimpulan bahwa metode dakwah adalah cara-cara tertentu
yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’u dalam menyampaikan materi dakwah
agar tercapai suatu tujuan dakwah.
2. Macam-macam Metode Dakwah
Pelaksanaan kegiatan dakwah diperlukan juga metode yang tepat agar tujuan dakwah dapat tercapai. Metode dalam dakwah merupakan cara atau proses dalam penyampaian dakwah.
Prinsip penggunaan metode dakwah Islam terdapat dalam firman Allah swt. dalam QS An-Nahl/16: 125.
Terjemahnya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.9
8
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 10.
Ayat di atas menjelaskan 3 cakupan metode dalam dakwah yakni:
a. Metode bil al-hikmah
Kata “hikmah” dalam al-Qur’ran disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam
bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukuman” yang
diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukuman berarti mencegah kezaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.
Toha Yahya Umar menyatakan bahwa hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang
sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.10
Ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisi hikmah antara lain:
1. Menurut Musthafa al-Maragiy menyatakan bahwa hikmah yang bertalian
dengan ayat tersebut di atas menyatakan adalah perkataan yang tegas yang
disertai dengan dalil-dalil yang memperjelas kebenaran dan
menghilangkan keraguan.
2. Menurut Syekh Muhammad Abduh dalam tafsir al-Manar mengatakan
bahwa hikmah ialah memahamkan rahasia dan faidah tiap-tiap sesuatu. Hikmah adalah ilmu yang shahih (benar) yang menggerakkan kemauan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat (berguna).
10
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Cet. 1; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 244-245.
3. Menurut M. Natsir menyatakan bahwa hikmah ialah ilmu yang sehat sudah dicernakan dengan ilmu yang terpadu sehingga menjadi daya penggerak untuk melakukan kegiatan tindakan yang berguna dan
bermanfaat secara efektif.11
Metode bil al-hikmah juga bisa diartikan dakwah dengan memperhatikan
situasi dan kondisi, mengikuti perkembangan zaman, kebutuhan, sehingga dakwah dapat terlaksana dengan efektif.
b. Metode Al-Mau’idza Al-Hasanah
Menurut beberapa komentar ahli bahasa, beberapa pengertian Mau’idza
Al-Hasanah adalah sebagai berikut:
1. Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari hal perbuatan yang jelek
melalui tarhib dan targhib (dorongan dan motivasi); penjelasan,
keterangan, gaya bahasa, peringatan, pertuturan, teladan, pengarahan dan pencegahan dengan cara halus.
2. Bi Al-Mau’idza Al-Hasanah adalah melalui pelajaran, keterangan, pertuturan, peringatan, pengarahan dengan gaya bahasa yang berkesan atau menyentuh hati dan terpahat dalam nurani.
3. Dengan bahasa dan makna simbol, alamat, tanda, janji, petunjuk dan
dalil-dalil yang memuaskan melalui al-qaul al-rafiq (ucapan lembut dengan
penuh kasih sayang)
4. Dengan kelembutan hati menyentuh jiwa dan memperbaiki peningkatan amal.
5. Melalui suatu nasihat, bimbingan dan arahan untuk kemaslahatan.
Dilakukan dengan baik dan penuh tanggung jawab, akrab, komunikatif,
mudah difahami dan terkesan dai hati mad’u.
6. Suatu ungkapan dengan penuh kasih sayang yang dapat terpatri di dalam
kalbu, penuh kelembutan sehingga terkesan di dalam jiwa.
7. Dengan tutur kata yang lemah-lembut, bertahap dan sikap kasih saying
dalam konteks dakwah dapat membuat seseorang merasa dihargai
sehingga mendapat respon daripada mad’u.12
Berdasarkan pengertian di atas, metode dakwah Al-Mau’idza Al-Hasanah
adalah metode dakwah yang menekankan kepada sikap lemah lembut dan jauh dari sikap egois dan emosional.
Dalam pelaksanaan metode dakwah Al-Mau’idza Al-Hasanah, da’i perlu
mengambil perkara-perkara berikut:
1. Mengandung tutur kata yang baik, perkataan yang berfaedah dan nasihat
yang berguna. Perkataan yang kesat terhadap mad’u perlu dijauhi.
2. Mengandung isi kandungan yang sesuai seperti cerita, pepatah dan
kata-kata hikmah dari al-Qur’an al-Karim dan hadis Nabi.
12 Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.
3. Mengandung gaya bahasa yang berlapik apabilaperlu untuk menjaga
perasaan mad’u.
4. Disampaikan dalam nada suara yang lemah lembut.
5. Penggunaan ganti nama yang sesuai supaya mad’u tidak terasa bahwa
nasihat itu seolah-olah ditujukan hanya kepadanya semata-mata.
6. Mengandungi kata-kata yang menggambarkan faedah sesuatu amal atau
keburukan sesuatu perkara agar mudah difahami maksud di balik sesuatu
nasihat sama ada berbentuk suruhan atau larangan. 13
Dalam menerapkan dakwah Al-Mau’idza Al-Hasanah ada beberapa cara yang
dapat dilakukan yaitu dengan nasehat, tabsyir wa tanzir, kisah, dan al- hitwar:14
1. Nasehat
Kata nasehat berasal dari kata arab kata kerjanya nashaha yang berarti
memperbaiki. Orang yang memberi nasihat, jika ia salah diperbaiki ke jalan yang benar, jika ia keliru diarahkan ke jalan yang lurus.
Adapun sifat yang harus dimiliki oleh orang yang pemberi nasihat ialah harus mempunyai pengetahuan tentang yang makruf dan yang mungkar, mempunyai pengetahuan tentang orang yang mau diberi nasehat, selain santun juga lapang dada. Nasehat kepada Allah ialah menjauhi segala larangannya dan melaksanakan segala perintahnya dan seluruh yang ada pada seseorang, apabila tidak mampu menjalankan
13 Muliaty Amin, Metodologi Dakwah (Cet. 1; Makassar: Alauddin University Press, 2013),
h. 81-82.
14
kewajibannya karena alasan tertentu seperti sakit maka ia tetap berniat bersungguh-sungguh untuk menunaikannya apabila penghalang yang tadi telah hilang.
2. Tabsyir wa tanzir
Tabsyir secara bahasa artinya memperhatikan atau merasa senang. Menurut
istilah dakwah tabsyir ialah penyampaian dakwah yang berisi kabar yang
menggembirakan bagi orang yang mengikuti dakwah, atau informasi berita baik lagi indah sehingga bisa membuat orang gembira untuk menguatkan keimanan sekaligus sebagai sebuah harapan dan menjadi motivasi dalam beribadah serta beramal saleh.
Kata tanzir atau inzar secara bahasa berarti sesuatu yang menakutkan atau ancaman.
Dengan kata lain ialah suatu dakwah yang berisi peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya.
3. Wasiat
Kata wasiat berasal dari kata wau sh dan ya yang berarti pesan penting yang
berhubungan dengan suatu hal atau berpesan kepada seseorang yang bermuatan pesan moral. Wasiat dapat dirumuskan adalah sekumpulan kata-kata yang berupa
peringatan, support dan perbaikan. Wasiat dapat dibagi menjadi dua bagian pertama
wasiat terhadap orang yang masih hidup. Kepada orang hidup berupa ucapan,
pelajaran, arahan tentang sesuatu. Kedua wasiat terhadap yang telah meninggal atau
yang sudah ada tanda-tanda kematian kepada orang masih hidup berupa ucapan terhadap harta atau warisan.
Pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah ucapan berupa arahan kepada
4. Kisah
Kisah artinya mengikuti jejak atau menulusuri jejak orang-orang yang terkenal misalnya para Rasul as. para Nabi serta para tokoh yang terkenal. Ada dua
pengarahan yang dapat diperoleh dari kisah. Pertama kisah dapat digunakan dalam
bentuk metode dakwah. Artinya memberi arahan model-model dakwah yang digeluti oleh orang terkenal dalam bentuk metode yang dikembangkan oleh para tokoh. Kedua kisah juga berfungsi sebagai materi dakwah artinya dalam kisah dapat diperoleh materi dakwah yang dilakukan oleh para pelaku dakwah.
c. Metode Al-Mujadalah
Dari segi etimologi (bahasa) majadalah terambil dari kata “jadala” yang
bermakna memintal, memilin. “Jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujadalah”
perdebatan.
Terdapat beberapa pengertian Al-Mujadalah. Al-Mujadalah berarti upaya
tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan
pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.15
Berbagai metode dakwah haruslah sesuai dengan mad’u serta materi dakwah
yang disampaikan. Metode dakwah memudahkan seorang da’i dalam menyampaikan
dakwah serta mencapai tujuannya. Beberapa metode dakwah di atas berbeda-beda
15
dalam hal penyampaian dakwahnya tetapi memiliki tujuan yang sama yakni memberi pemahaman tentang ajaran Islam yang belum sebagian orang mengerti, mengajak kepada kebaikan, serta memberi peringatan akan siksaan Allah swt. juga membuktikan bahwa ajaran Islam benar adanya.
3. Keberagaman Metode Dakwah16
a. Metode Dakwah Kultural
Dakwah kultural, adalah dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti budaya-budaya kultur masyarakat setempat dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima di lingkungan masyarakat setempat. Dakwah kultural juga bisa berarti, kegiatan dakwah dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas dalam rangka menghasilkan kultur baru yang bernuansa Islami atau kegiatan dakwah dengan memanfaat-kan adat, tradisi, seni dan budaya lokal dalam proses menuju kehidupan Islami.
Kontowijowo menjelaskan bahwa dakwah kultural merupakan kegiatan dakwah yang orientasinya secara spesifik untuk mengajak atau menyeru manusia dengan cara mengutamakan nilai-nilai budaya yang ada pada suatu masyarakat yang majemuk dan atas masyarakat yang beraneka ragam dengan berbagai kekhasannya. Akan tetapi, khusus Muhammadiyah tidak menerima begitu saja budaya tanpa melalui proses seleksi. Seleksi itu diantaranya dengan desakralisasi, misalnya budaya masyarakat Jawa dalam cerita wayang, dewa-dewa dibuat bertingkah seperti manusia, Tari Badui dan Wayang Sadat jika itu sebagai dakwah karena tuntutan kreativitas
maka sungguh terpuji. Dengan demikian, budaya bisa berkembang karena pengaruh dakwah Islam, namun perlu seleksi lebih lanjut, karena jangan sampai justru ajaran Islamnya yang memudar kemudian budayanya yang lebih menonjol.
b. Metode Dakwah Plural
Plural diartikan sebagai kemajemukan yang didasari oleh keunikan dan kekhasan. Istilah pluralis ini bila dikaitkan dengan masyarakat (masyarakat plural), menunjukkan adanya kemajemukan yang didasari oleh keunikan dan kekhasan oleh masyarakat itu berbagai perbedaan-perbedaan di dalamnya, namun tetap dalam keseragaman dan kesatuan yang merangkum seluruh dimensi yang ada dalam masyarakat.
Secara fenomenologis, implementasi dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat plural menunjukkan berbagai varian dan tipe-tipe, serta tips-tips tersendiri. Dakwah yang disampaikan tidak hanya dapat dilakukan dengan pendekatan ajaran-ajaran atau lembaga keagamaan, tetapi juga dapat didekati melalui pendekatan sistem sosial.
Sebagai realitas sosial, tentu saja sasaran dakwah agama dalam lingkup masyarakat yang plural. Berdasarkan pemikiran ini, implementasi dakwah di tengah masyarakat plural mempunyai peran penting karena mengandung beberapa faktor:
1. Faktor kreatif, yaitu faktor yang mendorong dan merangsang masyarakat
untuk melakukan aktivitas ke-agamaannya dengan baik.
2. Faktor inovatif, yaitu faktor yang mendorong melandasi cita-cita dan
3. Faktor sublimatif, yaitu meningkatkan dan menguduskan segala kegiatan masyarakat banyak hanya dalam hal-hal bersifat keagamaan saja, tetapi juga yang bersifat ke duniaan.
4. Faktor integrative, yaitu mempersatukan pandangan sikap masyarakat yang
pluralis, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam berbagai penghayatan terhadap ajaran agama, untuk menghindarkan diri dari ketidak serasian, dan perpecahan yang pada gilirannya mampu menghadapi berbagai tantangan hidup.
c. Metode Dakwah Nafsiah
Dakwah nafsiah merupakan konsep dakwah yang mengacu pada pengertian
dakwah untuk mengajak diri sendiri oleh dirinya sendiri. Ini didasarkan pada
pengertian nafsiah itu sendiri yang dalam bahasa Arab akar katanya adalah nafs yang
berarti nyawa, atau roh dan kepribadian yang menggambarkan citra fitrah nafsani psikis manusia.
Dengan demikian, dakwah nafsiah merupakan bentuk proses internalisasi
ajaran Islam pada tingkat intra individu muslim dalam mengfungsikan fitrah diniyahnya yang dituankan dalam perilaku keagamaan sesuai dengan tuntunan syariat
Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dakwah nafsiah adalah
dakwah kepada diri sendiri sebagai upaya memperbaiki diri sendiri, membangun kualitas diri yang islami.
d. Metode Dakwah Jamaah
Abdul Munir Mulkhan menjelaskan bahwa dakwah jamaah dimaksudkan semata-mata untuk menunjukkan suatu kelompok kecil masyarakat, tetapi lebih luas dari keluarga yang hidup bersama menyelesaikan persoalan hidup mereka secara bersama, baik dalam bidang ubudiah maupun bidang kehidupan lainnya. Seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan dan sosial budaya. Dakwah jamaah sebagai model dakwah merupakan program dakwah khusus sifatnya, menggunakan pendekatan
dakwah pengembangan masyarakat (community development) sebagai ajang
pembinaan warga masyarakat.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengemukakan lima pola model dakwah jamaah sebagai suatu gerakan yaitu:
1. Dakwah sebagai Tabligh; Tabligh, artinya menyampaikan sedang
orangnya disebut muballig. Dakwah sebagai tabligh wujudnya adalah
muballig menyampaikan materi dakwah (ceramah) kepada audience
(pendengar) atau masyarakat. Materi dakwah dapat berupa keterangan, informasi ajaran, seruan atau gagasan yang bersumberkan dari al-Qur’an dan Sunnah. Tabligh biasanya dilakukan dari mimbar masjid, majelis taklim, melalui radio, televisi, kaset, VCD dan lain-lain.
2. Dakwah sebagai ajakan; Orang yang tertarik pada ajakan apabila ada
motivasi, iming-iming, harapan dan gambaran akan tujuan. Oleh karena
itu, seorang muballig hendaknya dapat merumuskan dan memberikan gambaran adanya harapan dan tujuan hidup seseorang muslim.
3. Dakwah dalam pendidikan; Berdakwah juga memiliki fungsi pendidikan mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa hidup antara iman dan taqwa, intelektual, kepribadian serta hubungan sosialnya.
4. Dakwah adalah perubahan sosial; Dakwah adalah perjuangan amar ma’ruf
nahi munkar maka tidak bisa dihindari bahwa proses dakwah adalah
menuju perubahan sosial (social changes) dalam praktek sering hanya
menjadi semacam akulturasi budaya dalam satu tahapan generasi, namun dakwah adalah sebuah proses yang panjang lebih panjang dari usia manusia atau tokoh.
5. Dakwah sebuah ikhtiar membangun; Sebuah bangunan yang mungkarat
setelah diruntuhkan oleh proses dakwah (nahi mungkar) hendaknya segera ditindaklanjuti dengan membangun tatanan masyarakat Islam.
e. Metode Dakwah Tekstual dan Konstektual
Dakwah tekstual, adalah metode dakwah yang dalam menggunakan materi
dakwahnya secara tekstual. Seorang da’i tekstual disini dalam menyampaikan materi
dakwahnya sama sekali tidak mau menggunakan materi lain selain yang sudah ada dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Mereka tidak mau menggunakan dalil-dalil akal. Karena dalil akal dianggap dapat merusak aturan-aturan yang sudah diatur oleh Islam.
Seorang da’i tekstual tidak hanya dari segi materi saja yang tekstual, akan
tetapi juga dari segi-segi lainnya. Misalnya saja; dari segi pakaian dan lain sebagainya, mereka langsung mencontoh orang Arab yang dianggapnya sebagai contoh langsung dari Rasulullah saw.
Selanjutnya dakwah konstektual, adalah metode dakwah yang dilakukan dengan cara memperhatikan hal-hal yang ada diluar teks aslinya. Para pelaku dakwah konstektual melakukan metode ini dengan harapan agar dakwahnya lebih mudah diterima oleh masyarakat yang terdiri dari berbagai macam dan model.
Para pelaku dakwah konstektual biasanya lebih flexible/lentur dalam
menjalankan dakwahnya. Misalnya saja dalam hal menerangkan pakaian menurut Islam. Mereka mengatakan bahwa Islam tidak memerintahkan kepada hambanya agar berpakaian seperti orang Arab sebagaimana yang disampaikan para pelaku dakwah tekstual. Akan tetapi mereka meyampaikan bahwa dalam berpakaian itu yang penting menutup aurat dan laki-laki tidak menyamai perempuan serta sebaliknya. Sedangkan model dan warna pakaian terserah masing-masing.
f. Metode Dakwah Era Kontemporer
Era kontemporer adalah era globalisasi sebagai masa kemajuan dunia dalam berbagai segi dan aspek kehidupan yang menjanjikan, tetapi sekaligus juga mengkhawatirkan.
Dakwah di era kontemporer, harus memperhatikan berbagai aspek, termasuk aspek pluralitas atau keragaman merupakan fakta alamiah dan manusiawi. Apalagi karena di era kontemporer ini, dalam intern umat Islam, banyak di antara mereka yang terlambat melaksanakan shalat, karena terlena duduk berlama-lama di depan televisi, internet dan perangkat teknologi lainnya yang memiliki pengaruh kuat, berkat kemajuan zaman kontemporer.
Pada era kontemporer ini pula, kemajuan Iptek dan industri yang cukup pesat, sejalan dengan maju dan semakin modernnya kehidupan agama, khususnya dari sudut
kesemarakan (scope). Celah-celah kesibukan di kota metropolitan misalnya, termasuk
kota Makassar ternyata diisi dengan berbagai kegiatan agama, baik ritual seremonial maupun pendalaman nilai-nilainya lewat dakwah atau bentuk lainnya seperti pengajian, tabligh, dsikusi, seminar dan kegiatan-kegiatan lain yang bersentuhan denga dakwah.
Metode dakwah yang dapat diimplementasikan dan diaktualisasikan di era kontemporer ini adalah seperti dakwah melalui elektronik, dakwah melalui
jurnalistik, dakwah melalui Information Technology (IT), dan dakwah melalui
handphone (HP).
4. Sumber Metode Dakwah
a. Al-Qur’an
Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang membahas tentang masalah
dakwah. Diantara ayat-ayat tersebut ada yang berhubungan dengan para Rasul dalam
menghadapi umatnya. Selain itu, ada ayat-ayat yang ditujukan kepada Nabi muhammad saw. ketika beliau melancarkan dakwahnya. Semua ayat-ayat tersebut menunjukkan metode yang harus dipahami dan dipelajari oleh setiap muslim. Karena Allah tidak akan menceritakan melainkan agar menjadi suri tauladan dan dapat
membantu dalam rangka menjalankan dakwah berdasarkan metode-metode yang tersurat dan tersirat dalam al-Qur’an.17
b. Sunnah Rasul
Di dalam sunnah Rasul banyak ditemui hadis-hadis yang berkaitan dengan dakwah. Begitu juga dalam sejarah hidup dan perjuangannya dan cara-cara beliau pakai dalam menyiarkan dakwahnya baik ketika beliau berjuang di Mekah maupun di Madinah. Semua ini memberikan contoh dalam metode dakwahnya. Karena setidaknya kondisi yang dihadapi Rasulllah saw. ketika itu dialami juga oleh juru dakwah sekarang ini.
c. Sejarah Hidup Para Sahabat dan Fugaha
Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan para fugaha cukuplah memberikan contoh baik yang sangat berguna bagi juru dakwah. Karena mereka adalah orang yang expert dalam bidang agama. Muadz bin Jabal dan para sahabat
lainya merupakan figur yang patut dicontoh sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan misi dakwah.
d. Pengalaman
Experience Is The Best Teacher, itu adalah motto yang punya pengaruh besar
bagi orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak. Pengalaman juru dakwah
merupakan hasil pergaulannya dengan orang banyak yang kadangkala
dijadikan reference ketika berdakwah.
Setelah kita mengetahui sumber-sumber metode dakwah sudah sepantasnya kita menjadikannya sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas dakwah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang sedang terjadi.18 Semua sumber metode dakwah tersebut dapat menambah pemahaman serta dapat dijadikan acuan dalam berdakwah.
B. Pesan Dakwah
Pesan adalah sesuatu yang bias disampaikan dari seseorang kepada orang lain, baik secara individu maupun kelompok yang dapat berupa buah pikiran, keterangan, pernyataan dari sebuah sikap.19 Pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan oleh seorang da’i kepada mad’u.
Pesan dakwah adalah isi pesan komunikasi da’i terhadap penerima dakwah yakni mad’u. Pesan dakwah tidak lain adalah Islam yang bersumber kepada al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama yang meliputi akidah, syariah dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperolehnya. Jadi pesan dakwah adalah isi dakwah yang disampaikan da’i kepada mad’u yang bersumber dari agama Islam.20
Pesan dakwah juga berarti materi dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada
mad’u dengan menyesuaikan situasi dan kondisi dari sasaran dakwah.
18 M. Munir, Metode dakwah, h. 20.
19
Toto Tasmoro, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 9.
1. Akidah
Akidah artinya simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul dari hati. Aqaid
adalah jama’ dari akidah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkataan
aqaid, i’tiqada adalah kepercayaan (keimanan) yang tersimpul dalam hati.21
Akidah yang menjadi materi utama dakwah mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kepercayaan agama lain, yaitu:22
a. Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan demikian, seorang
muslim harus jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas keagamaan orang lain.
b. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah
adalah Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan kelompok atau bangsa tertentu. Dan soal kemanusiaan juga diperkenalkan kesatuan asal usul manusia. Kejelasan dan kesederhanaan diartikan bahwa seluruh ajakan akidah baik soal ketuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah untuk dipahami.
c. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan. Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang
21 Nurnaningsih Nawawi, Aqidah Islam Pilar Utama Manusia Beramal Ikhlas (cet. 1;
Makassar: Alauddin University Press, 2011), h.9.
dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju pada kesejahteraannya. Karena akidah memiliki keterlibatan dengan soal-soal kemasyarakatan.
2. Syariah
Dalam studi Islam saat ini, kata syariah merujuk pada hukum Ilahi yaitu: yang dibolehkan agama (mubah), dianjurkan (sunnah), diharuskan (wajib), dilarang
(haram), dan dinilai kurang baik (makruh), yang berkaitan dengan persoalan ibadah,
keluarga, interaksi sosial, ekonomi, tindak pidana, dan politik.23
Materi dakwah yang bersifat syariah sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah Islam antara lain, adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan nonmuslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna.24 Beberapa contoh materi syariah yakni materi dakwah tentang ibadah, yakni shalat, zakat, dan puasa.
Shalat tahajjud merupakan salah satu dakwah tentang ibadah. Shalat Tahajjud adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam. Shalat di waktu malam
23 A. Hanafie, dkk, Syari’ah Islam dan Ham (cet. 1; Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah,
2007), h.23.
hanya dapat disebut shalat Tahajjud dengan syarat apabila dilakukan sesudah bangun tidur dari tidur malam.25
Allah berfirman dalam QS Al-Muzammil/73: 1-3.
Terjemahnya:“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau
kurangilah dari seperdua itu sedikit.”26
Shalat tahajjud adalah shalat malam yang merupakan saat seorang hamba ingin lebih dekat dengan Allah swt.
Secara umum keutamaan shalat Tahajjud dapat disebutkan, antara lain:
a. Orang yang melaksanakan shalat tahajjud ia akan mendapat pahala shalat yang paling utama setelah shalat fardhu.
b. Orang yang selalu melaksanakan shalat Tahajjud akan menjadi orang yang
paling dekat dengan Allah swt.
c. Orang yang selalu melaksanakan shalat tahajjud akan menjadi orang yang senantiasa selalu dicintai Allah swt.27
Sangat banyak keutamaan shalat Tahajjud baik di dunia maupun di akhirat.
25 Moh Rifa’I, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2005), h.
88.
26Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 573.
27
M. Irfan Al-Firdaus, 25 Kisah Inspiratif dibalik Keberkahan Tahajjud dan Dhuha
3. Akhlak
Ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Akhlak dalam Islam bukanlah norma ideal yang tidak dapat diimplementasikan, dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari kebaikan norma sejati. Dengan demikian, yang menjadi materi akhlak dalam Islam adalah mengenai sifat dan kriteria perbuatan manusia serta serta berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya. Karena semua manusia harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya, maka Islam mengajarkan kriteria perbuatan dan kewajiban yang mendatangkan kebahagiaan, bukan siksaan. Bertolak dari prinsip perbuatan manusia ini, materi akhlak membahas tentang norma luhur yang harus menjadi jiwa dari perbuatan manusia, serta tentang etika atau tata cara yang harus dipraktikan dalam perbuatan manusia sesuai dengan jenis sasarannya.28
Pesan akhlak sangat luas sekali yang tidak saja bersifat lahiriah tetapi juga sangat melibatkan pikiran. Akhlak dunia (agama) mencakup pada berbagai aspek, dimulai dari akhlak kepada Allah swt hingga kepada sesama manusia, adapun kategori-kategori ahklak meliputi antara lain:
1. Akhlak kepada Allah swt, akhlak ini bertolak pada pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada tuhan selain Allah swt.
2. Akhlak kepada sesama manusia.
28