• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Area Terdampak Gempa di Kota Palu Menggunakan Metode OBIA pada Citra Landsat 8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Area Terdampak Gempa di Kota Palu Menggunakan Metode OBIA pada Citra Landsat 8"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

2598-9421 ©2018 Pusat Studi Sistem Informasi Pemodelan dan Mitigasi Tropis (Simitro) Universitas Kristen Satya Wacana. This is an open access article under the CC BY license (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

Evaluasi Area Terdampak Gempa di Kota Palu

Menggunakan Metode

OBIA

pada Citra

Landsat 8

Wasis Pancoro 1), Willson Mangoki 2), Sri Yulianto Joko Prasetyo 3)

Program Studi Magister Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana

Email : 1wasispancoro@gmail.com, 2972018006@student.uksw.edu, 3sri.yulianto@uksw.edu

AbstrakPasca gempa, wilayah kota palu mengalami perubahan struktur lahan dan tanah yang cukup parah akibat dampak dari likuifaksi.

Dampak yang di timbulkan oleh gempa dapat memicu tsunami. Untuk mengetahui dan identifikasi perubahan struktur tanah yang mengakibatkan kerusakan wilayah maka diperlukan informasi secara visual. berbagai macam citra satelit beresolusi tinggi yang dapat menghasilkan informasi secara visual mengenai daerah pasca gempa yang diinginkan. Namun, diperlukan sebuah interpretasi untuk menampilkan hasil visual dari citra tersebut sehingga diperoleh informasi mengenai daerah bahaya dan kerusakan akibat bencana. Metode yang digunakan adalah Object Based Image Analysis (OBIA) dan pendekatan menggunakan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)

dan NDBI (Normalized Difference Build-up Index). Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah klasifikasi lahan terbangun yang dapat diidentifikasi dengan baik dari citra Landsat-8 berdasarkan metode yang digunakan. Rata-rata nilai NDBI lahan terbabungun relatif lebih

tinggi dibandingkan obyek tutupan lahan lainnya. Hasil pengamatan dengan teknik overlay menunjukkan citra hasil pengolaan teknik OBIA

mampu dengan baik menunjukkan kondisi lapangan yang sebenarnya.

Kata Kunci — Likuifaksi OBIA, NDVI, NDBI, GIS.

I. INTRODUCTION

encana gempa, selain merupakan fenomena siklus alam yang merusak dan merugikan juga merupakan laboratorium alam yang bermanfaat untuk mempelajari karakteristik gempa dalam upaya mitigasi bencana [1]. Gempa Palu-Donggala terjadi pada 28 September 2018 dengan koordinat 119.850E, 0.220S pada kedalaman 10 km di Pulau Sulawesi. Terjadinya gempa terbut disebabkan oleh pergerakan Sesar Palu-Karo, yang merupakan sesar utama yang sangat aktif di Pulau Sulawesi [2]. Kota palu menjadi salah satu daerah terdampak gempa cukup parah serta turut memicu terjadinya fenomena Likuifaksi dan Tsunami.

Likuifaksi merupakan sebuah fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat getaran gempa. Hal ini terjadi saat lapisan pasir tidak dapat menopang beban di atas atau di dalamnya yang disebabkan oleh perubahan lapisan tersebut menjadi seperti cairan [3]. Akibat fenomena ini terjadi perubahan signifikan pada struktur tanah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan pada area tersebut. Tsunami merupakan fenomena gelombang pasang yang diakibatkan gempa bumi dengan episenter didaerah perairan dalam. Saat ini terdapat berbagai macam citra satelit beresolusi tinggi yang dapat menghasilkan informasi secara visual mengenai daerah pasca gempa yang diinginkan. Namun, diperlukan sebuah interpretasi untuk menampilkan hasil visual dari citra tersebut sehingga diperoleh informasi mengenai daerah bahaya dan kerusakan akibat bencana. Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi kerusakan pasca gempa adalah metode Object Based Image Analysis

(OBIA) . Metode OBIA merupakan suatu pendekatan yang proses klasifikasinya tidak hanya mempertimbangkan aspek spektral, melainkan aspek spasial objek juga dimasukkan kedalamnya [4]. OBIA dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah menggunakan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan NDBI (Normalized Difference Build-up Index).

NDVI umunya digunakan untuk membandingkan tingkat kehijauan vegetasi pada data citra satelit. NDVI dapat digunakan sebagai indikator biomassa, tingkat kehijauan relatif, dan untuk menentukan status (kesehatan/kerapatan) vegetasi pada suatu wilayah, namun tidak berhubungan langsung dengan ketersediaan air tanah di wilayah tersebut [5]. NDBI berguna untuk menetukan kerapatan lahan terbangun. Algoritma ini sendiri umumnya digunakan untuk mengkaji indeks lahan terbangun dan lahan terbuka [6].

Pada penelitian ini membahas tentang evaluasi pada area terdampak likuifaksi pasca gempa dengan menganalisa Build-up Index sebelum dan pasca bencana gempa menggunakan citra Landsat 8.

II. MATERIAL AND METHOD

A. Study Area

Penelitian ini mengambil Kota Palu sebagai area studi. Palu terletak di Provinsi Sulawesi Tengah dengan posisi geografis berada pada 119,45o - 121,15 o Bujur Timur dan 0,36 o - 0,56 o Lintang Selatan. Bentang alam Kota Palu membentang memanjang dari Timur ke Barat dengan luas

B

(2)

wilayah 395,06 Km2. Palu merupakan kota yang terletak di Sulawesi Tengah, berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat dan Utara, Kabupaten Sigi di sebelah selatan, dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelah timur. Kota Palu merupakan kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk. Secara administratif terdapat delapan kecamatan di Kota Palu yaitu Kecamatan Marawola, Palu Barat, Palu Timur, Palu Selatan, Palu Utara, Tatanga, Tawaeli dan Mantikulore.

Gambar 1. Area penelitian Observasi di Kota Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. B. NDVI

Dalam mengklasifikasi tingkat kehijauan vegetasi (kandungan klorofil) pada tumbuhan, metode yang paling umum digunakan adalah NDVI [7]. Nilai NDVI diperoleh dengan perhitungan Near Infrared (NIR) dengan Red yang dipantulkan oleh tumbuhan. Pada Landsat 8, band 5 adalah NIR dan band 4 adalah Red. Sehingga untuk perhitungan nilai NDVI pada citra Landsat 8 dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

𝑁𝐷𝑉𝐼 (1)

Pengelompokan objek berdasarkan nilai NDVI dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Pembagian Objek berdasarkan Nilai NDVI pada Citra Lansat 8 [8].

No Kelas NDVI Rataan Kisaran 1 Lahan Terbuka 0.363 0.020 – 0.487 2 Perkebunan 0.567 0.320 – 0.736 3 Pemukiman 0.136 -0.073 – 0.532 4 Industri 0.089 -0.028 – 0.425 5 Tegalan 0.369 -0.222 – 0.505 6 Sawah 0.256 -0.105 – 0.538 7 Air 0.081 -0.103 – 0.569 C. NDBI

NDBI merupakan metode yang paling umum digunakan dalam mengkaji indeks lahan terbangun. Nilai NDBI diperoleh dengan membandingkan NIR dan Shortwave Infrared 1 (SWIR 1). Pada Landsat 8, band 5 adalah NIR dan band 6 adalah SWIR 1. Untuk perhitungan nilai NDBI pada citra Landsat 8 dapat digunakan persamaan sebagai berikut :

𝑁𝐷𝐵𝐼 (2)

D. Object-based Image Analysis (OBIA)

Analisa citra berbasis obyek bertujuan untuk delineasi obyek pada citra dan pada saat yang sama menggabungkan pengelolaan citra dengan fungsi GIS dalam rangka pemanfaatan informasi spektral dan kontekstual dalam cara integratif [9]. Object-based Image Analysis (OBIA) dapat diartikan sebagai sebiah metode alisa citra berdasarkan pada obyek secara komprehensif dan fleksibel karena

memungkinkan integrasi data dari sumber yang berbeda, dengan mempertimbangkan sifatspektral, spasial, kontekstual, atau tekstur yang paling tepat, sementara pada saat yang sama mengurangi pengaruh pemantulan piksel tunggal [10]. Hasil klasifikasi OBIA merupakan kelas tanah yang dibangun yang kemudian digunakan untuk proses masking. Masking antara citra Landsat 8 dan hasil klasifikasi OBIA menghasilkan informasi tentang area nyata [11]. Proses masking dilakukan dengan memotong hasil klasifikasi OBIA dengan hasil delineasi area pemukiman dibantu oleh peta penggunaan lahan [12].

III. RESEACH DATA

Penelitian ini menggunakan citra Landsat 8 OLI pada tanggal 16 September 2018 dan 02 Oktober 2018, dengan tujuan untuk menganalisa kedua citra pada waktu sebelum dan pasca gempa yang mengakibatkan likuifaksi. Pada Tabel 2 dijelaskan secara mendetail terkait spesifikasi citra Landsat 8. Adapun permukaan bumi pertama kali direkam secara luas dari ruang angkasa direkam menggunakan satelit menggunakan satelit bernama Landsat, dengan menggunakan tiga satelit eksperimen sekaligus (Landsat 1, Landsat 2 dan Landsat 3). Sepuluh tahun kemudian diluncurkan kembali dua satelit untuk misi penelitian dan pengembangan (Landsat 4 dan Landsat 5) dengan perbaikan dari segi radiometrik, resolusi spasial dan sprektra. Lebih lanjut, misi ini diteruskan dengan peluncuran Landsat 7 dan kemudian diperbarui dengan Landsat 8, setelah sebelumnya pada misi Landsat 6 mengalami kegagalan untuk mencapai orbit yang ditentukan [13]. Landsat 8 dilengkapi dengan sensor Onboard Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) beserta 11 kanal. Untuk sensor OLI terdapat 9 kanal (band 1-9) dan 2 kanal pada sensor TIRS (band 10 dan 11), meyerupai spesifikasi kanal pada Landsat 7. Satelit Landsat 8 mengorbit pada ketinggian 705 Km diatas permukaan bumi dengan cakupan area pemindai seluas 170 x 183 Km. Aplikasi kanal atau band pada citra Landsat 8 adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Penggunaan Kombinasi Band Untuk Studi Citra Landsat 8.

Application Study Combination

Band

Natural Color 4 3 2

False Color (Urban) 7 6 4

Color Infrared (Vegetation) 5 4 3

Agriculture 6 5 2

Atmospheric Penetration 7 6 5

Healthy Vegetation 5 6 2

Land/Water 5 6 4

Natural With Atmospheric

(3)

Shortwave Infrared 7 5 4

Vegetation Analysis 6 5 4

Sumber: United States Geological Survey (USGS) Panjang gelombang dan resolusi spasial Landsat 7 dibandingkan dengan Landsat 8 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Perbandingan Band Pada Citra Landsat 7 dan Landsat 8.

Landsat 7 Landsat 8

Band

Name Bandwidth (µm) Resolution (m) Band Name Bandwidth (µm) Resolution (m) Band 1 Coastal 0.43 – 0.45 30 Band 1 Blue 0.45 – 0.52 30 Band 2 Blue 0.45 – 0.51 30 Band 2 Green 0.52 – 0.62 30 Band 3 Green 0.53 – 0.59 30 Band 3 Red 0.63 – 0.69 30 Band 4 Red 0.64 – 0.67 30 Band 4 NIR 0.77 – 0.90 30 Band 5 NIR 0.85 – 0.88 30 Band 5 SWIR 1 1.55 – 1.75 30 Band 6 SWIR 1 1.57 – 1.65 30 Band 7 SWIR 2 2.09 – 2.35 30 Band 7 SWIR 2 2.11 – 2.29 30 Band 8 Pan 0.52 –0.90 15 Band 8 Pan 0.50 – 0.68 15 Band 9 Cirrus 1.36 - 1.38 30 Band 6 TIR 10.40 – 12.50 30/60 Band 10 TIRS 1 10.6 – 11.19 100 Band 11 TIRS 2 11.50 – 12.51 100

Sumber: United States Geological Survey (USGS) IV. RESEARCH METHOD

Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu pre- processing citra, transformasi citra dan analisis citra. Tahap pemrosesan awal citra adalah sebagai berikut [14]:

a. Koreksi Radiometrik Citra, dilakukan dengan mengkonversi nilai piksel ke nilai radian spectral (TOA Radiance) dan mengkonversi nilai piksel ke nilai reflektan (TOA Reflectance). Nilai tersebut dapat bervariasi yang dipengaruhi oleh sudut matahari saat perekaman.

b. Koreksi Geometrik Citra, dilakukan untuk memperbaiki posisi atau orientasi citra tersebut karena pada saat perekaman memungkinkan adanya gangguan atau kesalahan geometrik.

c. Transformasi Indeks Citra, dilakukan dengan menggunakan metode NDVI pada wilayah penelitian sebagai patokan indeks area terbangun.

Sebagai sampel area digunakan sub area dimana terdapat likuifaksi. Untuk mendapatkan pembanding antara lahan terbangun dan lahan terbuka, digunakan nilai NDBI yang mengacu pada NIR dan SWIR 1 citra Landsat 8.

Koreksi Radiometrik dan Geometrik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan fitur yang disediakan pada Semi-automatic Classification (SPC) yang merupakan salah satu Plugin pada Quantum GIS (QGIS). Pada penilitian ini digunakan QGIS Noosa (versi 3.6) sebagai aplikasi pengolahan citra. Setelah citra dikoreksi dengan SPC, dilanjutkan dengan melakukan transformasi indeks citra. Proses ini melibatkan metode NDVI dan NDBI dengan menggunakan raster calculator. Hasil raster calculator diperoleh citra NDBI dan NDVI. Tahapan lebih lanjut dilakukan re-classify dengan memberikan nilai 0 untuk jika nilai raster bernilai <0 dan nilai 255 jika nilai raster >=0. Untuk dapat mengetahui daerah terdampak berdasarkan perubahan objek pada citra digunakan metode OBIA guna pengklasifikasian citra yang berdasarkan pada Index Keterbangunan Lahan. Untuk memperoleh nilai Index keterbangunan lahan dapat digunakan formula sebagai berikut:

𝐵𝑢𝐼𝑐 = 𝑁𝐷𝐵𝐼𝑐 − 𝑁𝐷𝑉𝐼𝑐 ………...(3)

Dimana 𝐵𝑖𝐼𝑐 adalah nilai Build-up Index; 𝑁𝐷𝑉𝐼𝑐 merupakan vegetasi lahan; dan 𝑁𝐷𝐵𝐼𝑐 adalah nilai lahan terbangun.

V. RESULT AND DISCUSS

Koreksi radiomentrik dilakukan sebagai tahapan awal pada pemrosesan citra Landsat 8 OLI. Selanjutnya dilakukan koreksi geometric untuk menempatkan posisi citra pada posisi yang sebenarnya. Citra yang telah dilakuan koreksi radiometric dan geometric kemudian melewati tahapan masking untuk pemotongan citra menyesuaikan dengan area penelitian dalam format SHP. Hasil masking berupa citra dalam format tif ditransformasikan menggunakan metode NDBI dan NDVI. Pada penelitian ini citra Landsat 8 pada tanggal 16 September 2018 mewakili citra sebelum terjadinya gempa dan tanggal 02 Oktober 2018 sebagai citra pasca gempa. Penentua kedua tanggal ini didasari pada rentang waktu yang paling berdekatan sebelum dan sesudah terjadinya gempa di Palu dengan mempertimbangkan tutupan awan pada citra. Hasil transformasi citra adalah sebagai berikut:

(4)

(C) (D) Gambar 2. (A) Transformasi NDVI citra bulan September, (B) Transformasi NDBI citra bulan September, (C) Transformasi NDVI citra bulam Oktober (D) Transformasi NDBI citra bulam Oktober Rentangan nilai untuk NDVI dan NDBI adalah -1 hingga 1. Pada Citra NDBI, rataan nilai lahan terbangun jauh lebih tinggi dari kelas tutupan lahan lainnya. Citra yang telah ditransformasikan dengan NDVI dan NDBI di- reclassify, dimana untuk nilai negatif atau <0 diberikan nilai 0 dan untuk nilai >=0 diberi nilai 255. Proses reclassify ini dilakukan dengan tujuan mengelompokkan hasil transformasi awal kedalam 2 kategori, yakni lahan tidak terbangun dengan nilai <0 dan lahan terbangun dengan nilai 255. Untuk mengklasifikasikan citra menjadi lahan terbangun dan vegetasi digunakan persamaan (3). Ketebangunan lahan diwakili oleh citra transformasi Build-up Index (BuI) sebagai berikut:

(a)

(b)

Gambar 3. (A) Buid-up Index citra bulan September (B) Build-up Index citra bulan Oktober

Mengacu pada Gambar 3 (A) dan (B), terlihat transformasi lahan terbangun dengan kombinasi NDBI dan NDVI. Klasifikasi dengan OBIA menggunakan nilai BuI yang merupakan hasil perhitungan hasil transformasi NDVI dan NDBI yang telah di reclassify. Hasil reclassify diberi nama NDVIb untuk NDVI dan NDBIb untuk NDBI untuk agar memudahkan dalam proses pemilihan citra untuk tahapan lebih lanjut. Nilai yang ditampilkan dari BuI adalah kelas lahan yang telah terbangun. Daerah yang terdampak likuifaksi dapat dikaji dengan melakukan pemrosesan pada citra BuI sebelum dan sesudah terjadinya gempa. Pada

penelitian ini Citra yang dibandingkan untuk mengetahui akurasi hasil pengolahan yakni citra daerah terdampak likuifaksi dengan citra google map dan citra BuI sebagai hasil pengolahan dengan mengambil area sampel.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 4. (A) Area Sampel sebelum likuifaksi, (B) Area Sampel setelah likuifaksi, (C) Area Sampel dengan citra googlemaps, (D) Overlay citra google

map dan citra BuI.

Gambar A merupakan marupakan area sampel yang terklasifikasi sebagai lahan terbangun sebelum likuifaksi. Pasca terjadinya likuifaksi terjadi perubahan indeks lahan tebangun seperti telihan pada Gambar B. Teknik pengamatan langsung pada citra dipilih sebagai metode untuk menguji hasil pengolahan citra dan kedaan nyata dilapangan dengan melakukan overlay antara citra googlemaps dan citra hasil pengolaan dengan metode BuI. Hasil overlay menunjukkan

(5)

bahwa metode pengolahan citra dengan menggunakan Build-up Index mampu menggambarkan kondisi real dilapangan.

VI. CONCLUSION

Penelitian ini menyimpulkan bahwa klasifikasi lahan terbangun dapat diidentifikasi dengan baik dari citra Landsat-8 berdasarkan teknik OBIA dengan acuan nilai Build-up Index dari kombinasi metode NDBI dan NDVI. Rata-rata nilai NDBI lahan terbabungun relatif lebih tinggi dibandingkan obyek tutupan lahan lainnya. Hasil pengamatan dengan teknik overlay menunjukkan citra hasil pengolaan teknik OBIA mampu dengan baik menunjukkan kondisi lapangan yang sebenarnya.

REFERENCE

[1] S. Ramadhani, “Seismicity Conditions and Impact For Palu City,” Infrastruktur, vol. 1, no. 2, pp. 111–119, 2011.

[2] T. Kurniawan, S. Rohadi, R. Sulastri, A. N. Rachman, and B. Sunardi, “Analisis Lokasi Rawan Rendah di Propinsi Sulawesi Tengah Dan Kota Palu-Donggala 28 September 2018,” Conf. Geospatial Inf. Sci. Eng., pp. 121–126, 2018.

[3] A. T. J. Putra, “Pemetaan Kerentanan Daerah Potensi Likuifaksi, Akibat Gempabumi Tektonik Studi Kasus Daerah Desa Panjangrejo Dan Sekitarnya, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,” Semarang, 2013.

[4] P. Ayu, D. Prastiwi, R. Vitriana, D. A. N, and A.

B. Harto, “Identifikasi Kerusakan Pasca Gempa Menggunakan Metode Object Based Image Analysist ( Obia ) ( Studi Kasus : Pidie Jaya , Aceh ),” 2016.

[5] S. N. Lufilah et al., “Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Analisis Indeks Vegetasi di DKI Jakarta,” J. Lankskap Indones., vol. 9, no. 1, pp. 73–80, 2017.

[6] G. Guo, Z. Wu, R. Xiao, Y. Chen, X. Liu, and X. Zhang, “Impacts of urban biophysical composition on land surface temperature in urban heat island clusters,” Landsc. Urban Plan., vol. 135, pp. 1–10, 2015.

[7] D. R. Amliana, Y. Prasetyo, and A. Sukmono, “Analisis Perbandingan Nilai NDVI Landsat 7 dan Landsat 8 Pada Kelas Tutupan Lahan (Studi Kasus: Kota Semarang, Jawa Tengah),” J. Geod. Undip, vol. 5, no. 1, pp. 264–274, 2016. [8] N. Febrianti and P. Sofan, “Ruang Terbuka Hijau

Di Dki Jakarta Berdasarkan Analisis Spasial Dan Spektral Data Landsat 8,” in Deteksi Parameter

Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh , Seminar Nasional Penginderaan Jauh, 2014, no. April, pp. 498–504.

[9] B. Feizizadeh and T. Blaschke, “A semi- automated object based image analysis approach for landslide delineation,” in The 2013 European space agency living planet symposium, 2013, pp. 9–13.

[10] T. Blaschke, B. Feizizadeh, and D. Hölbling, “Object-based image analysis and digital terrain analysis for locating landslides in the Urmia Lake basin, Iran,” IEEE J. Sel. Top. Appl. Earth Obs. Remote Sens., vol. 7, no. 12, pp. 4806– 4817, 2014.

[11] R. N. Ratnasari, M. Helmi, and B. Rochaddi, “Studi Sebaran Konsentrasi Material Padatan Tersuspensi Menggunakan Citra Satelit Landsat-8 Di Perairan Teluk Balikpapan Kalimantan Timur,” J. Oseanografi, vol. 4, no. 4, pp. 741–749, 2015.

[12] R. Fariz and Trida, “Obia Classification and Built- Up Land Indices Ndbi for Estimation of Settlement Density in Pontianak City,” J. Geogr., vol. 14, no. 2, pp. 36–44, 2017. [13] A. Purwanto, “Pemanfaatan Citra Landsat 8

Untuk Identifikasi Normalized Difference Vegetation Index ( NDVI ) di Kecamatan Silat Hilit Kabpaen Kapuas Hulu,” J. Edukasi, vol. 13, no. 1, pp. 27– 36, 2015.

[14] I. N. Hidayati, Suharyadi, and P. Danoedoro, “Pemetaan Lahan Terbangun Perkotaan

Menggunakan Pendekatan NDBI dan

Segmentasi Semi-Automatik,” Pros. Semin. Nas. Geogr. UMS 2017, pp. 19–28, 2017.

Gambar

Tabel 2. Penggunaan Kombinasi Band Untuk Studi Citra  Landsat 8.
Tabel 3. Perbandingan Band Pada Citra Landsat 7 dan
Gambar 2. (A) Transformasi NDVI citra bulan  September, (B) Transformasi NDBI citra bulan  September, (C) Transformasi NDVI citra bulam  Oktober (D) Transformasi NDBI citra bulam Oktober

Referensi

Dokumen terkait

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa RPP pada proses materi gaya melaui model Numbered Heads Together (NHT) di kelas IV MI Nurul Falah, tentang profil sekolah,

Jurusan Perpajakan Program Studi Perpajakan Politeknik ”API” Yogyakarta menitik beratkan pada pendidikan profesional. Lulusan program studi Perpajakan diharapkan mampu

9 10 11 12 13 14 15 16 17 PEMANFAATAN PEKARANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA JML. PENYULUHAN WARUNG

Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati model perkembangan inti yang diimplan pada jaringan yang berbeda dalam tubuh kerang, pertumbuhan bobot rata – rata

(iii) Kecamatan dengan PDRB per kapita nomor urut 12 sampai 17 adalah Kecamatan berkategori PDRB per kapita rendah.. Kecamatan yang berada di kelompok menengah antara

Mendeley Reference Manager untuk komputer Desktop for Windows 7 atau selanjutnya adalah website (laman) untuk menyimpan file PDF, berbagi pakai atau pikiran dengan kolega

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menentukan rumusan masalahnya adalah “Apakah ada hubungan anemia pada kehamilan Trimester III dengan kejadian Berat Bayi