• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA PESTA ADAT REBA di ERA GLOBALISASI (Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA PESTA ADAT REBA di ERA GLOBALISASI (Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA

PESTA ADAT

REBA

di ERA GLOBALISASI

(Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat)

Dimas Qondias Florentianus Dopo Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar

STKIP Citra Bakti Ngada-NTT

dimasqondias@yahoo.com

fdopo@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kecintaan dan pemahaman generasi muda masyarakat Ngada secara umum dan masyarakat Jerebu’u khususnya terhadap pesta Reba, yaitu pesta budaya lokal masyarakat Ngada. Penelitian ini melihat sejauh mana kecintaan generasi muda masyarakat Jerebu,u yang merupakan bagian dari suku Ngada Pada pesta adat Reba di era globalisasi saat ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan keinginan atau kesepakatan peneliti sendiri. Dalam penelitian ini ada 2 kampung yang digunakan sebagai sampel yang memiliki tradisi pesta reba dengan prosesi yang khas dan menarik yaitu kampung Nage dan kampung Deru. Untuk mengukur besaran tingkat kesetujuan/ kecintaan para pemuda terhadap pesta adat reba digunakan kuesioner kecintaan pada pesta adat reba. Data dianalisis secara deskriptif dengan mengacu pada skala teoretik. Hasil penelitian yang diperoleh dari para pemuda yang tersebar di 2 (dua) kampung yaitu kampung Nage dan kampung Deru, kecamatan Jerebu’u, kabupaten Ngada menunjukkan pada rata-rata 84. Ini berarti bahwa para pemuda di kampung Nage dan Deru sangat cinta terhadap pesta adat reba.

(2)

THE LOVE LEVEL MAPPING OF NGADA TRIBE YOUNG GENERATION

TOWARDS REBA AS THE TRADITIONAL PARTY

IN GLOBALIZATION ERA

(Symbolism and Customs Struggle)

Abstract

This study aimed to know the love and understanding of the young generation in Ngada society in General and especially for the community of Jerebuu towards Reba as local cultural party. This study also looked at the extent to which the love of young generation of Jerebuu society as the part of Ngada tribe relating to Reba in the current era of globalization. This study was qualitative study. The sampling technique used was convenience sampling in which the sampling based on the researcher's own desire or agreement. In this study, there were two villages used as the samples that had the tradition of Reba party with its special and interesting procession namely Nage village and Deru village. The data were collected using a questionnaire. Data were analyzed descriptively with reference to the theoretical scale. The result of the study shows that in two villages namely Nage village and Deru village in Jerebuu subdistrict, Ngada regency, the young people really love Reba as the traditional party which obtained on average 84.

Keywords: love level, Reba as the traditional party Pendahuluan

Negara Indonesia sangat terkenal dengan banyaknya kebudayaan yang dimiliki, apabila kita menelisik lebih dalam lagi bahwa kebudayaan di Indonesia ini sangat beragam. Hal ini terlihat dari upacara-upacara yang dilakukan pada waktu tertentu oleh sekelompok masyarakat. Budaya berasal dari kata budayah yang dapat diartikan sebagai hasil rasa, cipta dan karsa manusia (Purwasito 2003). Tidak dapat dipungkiri sesungguhnya budaya itu merupakan kegiatan hasil peninggalan nenek moyang yang terus-menerus dilakukan, sehingga budaya menjadi suatu tradisi yang harus dilakukan.

Seperti halnya suku-suku bangsa yang lain, suku Ngada adalah salah satu kelompok masyarakat budaya yang memiliki beraneka ragam warisan budaya. Salah satu warisan budaya yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Ngada adalah pesta adat Reba. Pesta adat Reba menjadi identitas budaya masyarakat Ngada yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi. Pesta Reba yang biasanya dirayahkan setiap tahun oleh masyarakat Ngada, merupakan kesempatan penting bagi setiap orang Ngada untuk kembali ke rumah induk (sa’o Meze), merayahkan tahun baru bersama. Pesta Reba memiliki makna yang sangat penting pula sebagai momentum untuk berkumpul bersama anggota keluarga yang sudah terpisah selama setahun.

Pesta adat Reba kini menjadi salah satu warisan budaya masyarakat Ngada yang sedang ditantang untuk tetap mempertahankan eksistensinya di tengah gempuran arus globalisasi. Penting untuk disadari bahwa globalisasi serta nila-nilai baru yang ditawarkan saat ini, semakin kuat masuk berbaur dengan nilai-nilai lokal. Secara sederhana, nilai-nilai

(3)

baru itu masuk melalui hal-hal sederhana seperti melalui sarana komunikasi (hp, Televisi,dll). Masuknya nilai-nilai baru akan turut mengubah pola dan sistem yang sudah lama berlaku dalam masyarakat budaya. Jika tidak disadari dan disikapi secara bijaksana, tidak mustahil bahwa nilai-nilai kearifan lokal yang melekat dalam berbagai ritus-ritus budaya akan ikut dibawa hanyut bersama arus globalisasi yang anonim. Semua itu dapat bermuara pada pengabaian budaya-budaya lokal. Perlahan namun pasti, kebudayaan-kebudayaan lokal mendapat tantangan yang sangat luar biasa.

Jika berkaca pada realitas, kita menemukan sebuah fenomena yang cukup ironis. Di satu sisi banyak generasi muda apatis dan hilang daya tariknya untuk belajar warisan-warisan budaya seperti pesta Reba, sementara pada sisi yang lain kita menyaksikan ribuan wisatawan mancanegara yang datang sampai ke kampung-kampung terpencil hanya untuk mengikuti ritual-ritual budaya seperti pesta Reba. Para wisatawan mancanegara itu bahkan sangat berantusias dan menikmati jalannya ritus Reba sambil mempelajari nilai-nilai kearifan yang melekat didalamnya. Fenomena ini penting untuk disadari oleh semua generasi muda agar warisan budaya tetap menjadi kebanggaan yang patut dipegang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauh mana kecintaan generasi muda masyarakat Jerebu,u yang merupakan bagian dari suku Ngada Pada pesta adat Reba di era globalisasi saat ini?. Dengan tujuan untuk untuk mengetahui sejauh mana kecintaan dan pemahaman generasi muda masyarakat Ngada secara umum dan masyarakat Jerebu’u khususnya terhadap pesta Reba, yaitu pesta budaya lokal masyarakat Ngada.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sugiyono 2012 menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, penelitian ini menggunakan metode etnografi karena mengkaji di bidang antropologi budaya. Tahap rancangan dalam penelitian (1) Menentukan objek sebagai kajian penelitian. (2) Membuat instrument yang telah di uji oleh pakar. (3) Menganalisis hasil penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah adat jerebu’u yang dimana di wilayah tersebut memiliki tradisi pesta reba. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh generasi muda masyarakat Jerebuu. Tehknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan convenience sampling yaitu tehknik pengambilan sampel yang berdasarkan keinginan atau kesepakatan peneliti sendiri. Dari 10 kampung yang ada di wilayah kecamatan Jerebuu, peneliti memilih 2 kampung saja sebagai sampel yang menurut peneliti kedua kampung ini memiliki tradisi pesta reba dengan prosesi yang khas dan menarik yaitu kampung Nage dan kampung Deru. Untuk mengumpulkan data mengenai kecintaan pesta

(4)

adat reba ini dengan memberikan kuesioner yang telah disediakan kepada pemuda dikecamatan jerebuu yang sebelumnya subjeknya telah ditentukan. Dalam kuesioner yang akan diberikan pemilihan pernyataan akan menggunakan skala Likert yang dimana terdiri dari 5 grasi. SS (Sangat tinggi) skor 5, S (Tinggi) skor 4, RG (Cukup) skor 3, TS (Rendah) skor 2, STS (Sangat rendah) skor 1 (Sugiyono 2012).

Untuk menentukan kecintaan pesta adat reba dapat ditentukan sebagai berikut: Tabel 1 Skala Penilaian atau kategori/ Klasifikasi pada skala lima Teoritis

RENTANG SKOR KLASIFIKASI 80-100 Sangat Tinggi 67-79 Tinggi 54-66 Cukup 41-53 Rendah 20-40 Sangat Rendah Koyan, 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa tanggapan dari 20 pemuda yang menjadi responden di kampung Nage dan Kampung Deru, kecamatan Jerebu’u, kabupaten Ngada terkait dengan kecintaan terhadap tradisi pesta reba memperoleh rata-rata 84. Terkait kecintaan pemuda pada pesta reba ini dikatakan sangat tinggi.

Jika setiap responden memberikan jawaban dengan skor maksimal yaitu 5 (lima) untuk setiap pernyataan maka setiap responden akan berhasil mengumpulkan 100 point untuk jumlah keseluruhan pernyataan (20) pernyataan). Akan tetapi, berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukan bahwa dari 20 responden yang mengisi kuisioner tidak ada satu responden pun memperoleh total point 100 sebagai point maksimal.

Data menunjukan point maksimal yang diperoleh responden adalah 92. Ini berarti tidak semua pernyataan yang diberikan kepada responden mendapat respon dengan skor yang maksimal. Dari skor yang demikian memberikan gambaran bahwa tidak semua generasi muda memiliki tingkat kecintaan kecintaan terhadap tradisi pesta reba yang menjadi tradisi pesta budaya masyarakat suku Ngada. Meskipun demikian hal ini tidak lalu berarti bahwa tingkat kecintaan generasi muda terhadap tradisi pesta reba saat ini sudah berada pada level yang mengkhwatirkan. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata skor yang masih berada pada level 84 dari skor maksimal yang ditetapkan yaitu 100.

secara umum generasi muda masih benar-benar tertarik dan mencintai tradisi pesta reba. Akan tetapi, pada pernyataan-pernyataan yang terkait dengan arti dan makna pesta reba, atau pun keterlibatan secara langsung dalam menari atau ikut terlibat dalam rentetan acara (misalnya O uwi, sedo O Luka, atau pun Zo Wuwu mai) selama pesta reba berlangsung, kebanyakan responden menjawab ragu-ragu, jarang bahkan tidak tahu/tidak pernah. Hal itu dapat terlihat pada skor maksimal kelima pernyataan tersebut di atas.

(5)

Misalnya skor maksimal yang diperoleh pada pernyataan 5 hanya mencapai 53. Kemudian pernyataan 8 hanya memperoleh skor maksimal sebesar 53 juga. Selanjutnya pada pernyataan 10, skor maksimal yang diperoleh hanya mencapai 68 saja. Pernyataan 13, skor maksimal yang diperoleh 56. Sedangkan skor maksimal yang di capai responden pada pernyataan 18 hanya mencapai 61. Ini berarti, hampir mencapai 50 % dari total responden yang kurang mengerti atau memahami arti dan makna pesta reba.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa tanggapan dari 20 pemuda yang menjadi responden di kampung Nage dan Kampung Deru, kecamatan Jerebu’u, kabupaten Ngada terkait dengan kecintaan terhadap tradisi pesta reba memperoleh rata-rata 84. Terkait kecintaan pemuda pada pesta reba ini dikatakan sangat tinggi. Ini berarti bahwa pemuda di kabupaten ngada sangat berperan aktif saat adanya perayaan pesta reba di kampungnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan tentang kecintaan terhadap tradisi reba di kabupaten ngada, maka dikemukakan saran sebagai berikut 1) Para pemuda masyarakat ngada, diharapkan untuk melestarikan tradisi reba. Sehingga tradisi reba ini dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia pada khususnya dan wilayah belahan dunia pada umumnya. 2) Kepada pengambil kebijakan dalam pendidikan disarankan untuk menyisipkan tradisi reba ini kedalam bidang studi di sekolah. Hal ini berpengaruh terhadap pelestarian reba, karena di daerah ngada ini terdapat beberapa macam etnik sehingga dengan menyisipkan tradisi reba ini kedalam bidang studi di sekolah sekaligus akan memperkenalkan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat ngada.

DAFTAR PUSTAKA

Purwasito. 2003. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya Koyan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Undiksha Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap anggota UMKM di Surabaya mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR) “Rumah Kreatif BUMN” oleh PT.

Berdasarkan Hasil Evaluasi Administrasi, Teknis, Kewajaran Harga serta Evaluasi Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi maka Pokja V Kantor Layanan Pengadaan (KLP) Kabupaten

Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang / Jasa untuk pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2017, tersebut dibawah

Predictors in the Model: (Constant), Harga Ikan, D4 Teknologi 20-30GT, Lembaga keuangan, D1 Teknologi <5GT, D5 Teknologi 30-50GT, Tempat Pelelangan Ikan, Pengalaman, D2

untuk mengendalikan gulma, sehingga memberikan hasil yang meningkat

For the 2007 income tax year all persons conducting business activities are required to complete and lodge a 2007 income tax form unless all income received by that person has

Persaingan bukan harga : pemasar berusaha mempertahankan tingkat harga yg stabil dengan : (1) pembedaan barang dan (2) mrnitik beratkan pada jenis dan kualitas jasa dengan

Pada penambahan 6% berat MgO ini, terbentuk fasa β ” yang lebih dominan jika dibandingkan dengan 0% dan 3% berat MgO, artinya dengan adanya penam- bahan 6% berat MgO ini