• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan corporate social responsibility (csr) (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan corporate social responsibility (csr) (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode "

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP.

(2) PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016). SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.). Fiorentina Anabell Lumban Gaol 14130210027. PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA TANGERANG 2018. Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(3) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(4) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(5) “Ask and it will be given to you; seek and you will find; knock and the door will be opened to you. For everyone who asks receives; the one who seeks finds; and to the one who knocks the door will be opened.” ~ Matthew 7:7-8 ~. iv Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(6) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pengungkapan corporate social responsibility penting karena telah menjadi suatu kewajiban perusahaan, terutama perusahaan yang menjalankan kegiatan usahnya di bidang atau berkaitan dengan Sumber Daya Alam. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Data sekunder diambil dari annual report dan laporan keuangan perusahaan. Data tersebut dianalisa dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Sampel dalam penelitian ini adalah 52 perusahaan sektor manufaktur yang secara berturut-turut terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2014-2016. Hasil penelitian ini adalah ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Dalam penelitian ini profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Kata kunci: kepemilikan institusional, kepemilikan saham publik, leverage, pengungkapan corporate social responsibility, profitabilitas, ukuran perusahaan.. v Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(7) ABSTRACT The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the effect of firm size, institutional ownership, profitability, leverage and public share ownership towards corporate social responsibility disclosure. Corporate social responsibility is important because it has become an obligation of companies, especially companies that run their business activities in the field or related to natural resources. The population of this research is manufacturing companies that listed on Bursa Efek Indonesia (BEI). The sample of this research was selected by using purposive sampling method. Secondary data taken from annual report and financial statements of company. The data is analyzed by using multiple regression method. There are 52 manufacturer firms selected as sample that had been registered at BEI since 2014-2016. The result of this research are firm size, institutional ownership, and public share ownership have an effect towards corporate social responsibility disclosure. In this research profitability and leverage have no effect towards corporate social responsibility disclosure. Keywords: corporate social responsibility disclosure, firm size, institutional ownership, leverage, profitability, public share ownership.. vi Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(8) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(9) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(10) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(11) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(12) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(13) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(14) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(15) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(16) Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018. Scanned with CamScanner.

(17) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Horngren et al (2015) mengatakan bahwa perusahaan dibagi menjadi tiga sektor yaitu perusahaan sektor jasa, perusahaan sektor dagang, dan perusahaan sektor manufaktur. Menurut Horngren et al (2015) perusahaan sektor manufaktur adalah perusahaan yang membeli bahan-bahan dan komponen-komponen dan mengubahnya menjadi barang jadi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jumlah perusahaan industri manufaktur yang merupakan perusahaan industri besar dan sedang tahun 2017 berjumlah 30.991 yang bertambah 7.395 dari tahun 2015 yaitu sejumlah 23.596. Sedangkan berdasarkan data (www.idx.co.id), jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014 dan 2015 berjumlah 143 perusahaan dan pada tahun 2016 berjumlah 144 perusahaan. Ini menunjukkan bahwa adanya perkembangan perusahaan manufaktur di Indonesia dengan didukung oleh jumlah perusahaan manufaktur yang bertambah. Perusahaan manufaktur memiliki tujuan yang sama seperti perusahaan lainnya yaitu memperoleh laba. Tetapi semakin berkembangnya perusahaan semakin kompleks pula tujuan dan tanggung jawab dari perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan didirikan sangat beragam diantaranya sebagai tempat pemenuhan kebutuhan konsumen, menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang membutuhkan pekerjaan, menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup 1 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(18) perusahaan, menyejahterakan karyawan dan masyarakat, serta melestarikan lingkungan. Perusahaan harus dapat mengimplementasikan teori triple bottom lines yaitu pandangan bahwa jika suatu perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya maka perusahaan harus memperhatikan profit, people, dan planet. Di mana perusahaan tetap mengejar keuntungan (profit), perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat (people), dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Perusahaan manufaktur harus mengembangkan perekonomiannya dengan meningkatkan pertumbuhan produksi baik industri manufaktur besar sedang dan juga industri manufaktur mikro kecil. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik yaitu Pertumbuhan. Produksi. Industri. Manufaktur. Triwulan. I. 2018. No. 38/05/Th. XXI, 2 Mei 2018, terlihat bahwa adanya peningkatan pertumbuhan produksi dari industri manufaktur besar dan sedang dan industri manufaktur mikro dan kecil Berikut ini adalah perbandingan statistik pertumbuhan produksi industri manufaktur tahun 2016-Triwulan I 2018: Tabel 1.1 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur 2016 - Triwulan I 2018 Industri 2016 Industri Manufaktur Besar 4,01% dan Sedang Industri Manufaktur 5,78% Mikro dan Kecil (Sumber: Badan Pusat Statistik). 2017. Triwulan I 2018. 4,74%. 5,01%. 4,74%. 5,25%. 2 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(19) Dari data pertumbuhan produksi industri manufaktur dapat dilihat bahwa pertumbuhan industri manufaktur selalu baik dan positif, baik dari sisi industri manufaktur besar dan sedang maupun industri manufaktur mikro dan kecil. Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang ini mengalami kenaikan dari tahun 2016-triwulan I 2018 menjadi 5,01% dan pada industri manufaktur mikro dan kecil ini mengalami kenaikan pada tahun 2016-triwulan I 2018 menjadi 5,25%. Dari data tersebut dapat menjadi gambaran pertumbuhan produksi industri manufaktur dari tahun 2016 sampai triwulan I 2018 pertumbuhannya baik namun harus terus ditingkatkan agar terus meningkat di tahun-tahun berikutnya. Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki persentase ketiga terbanyak penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama. Berikut merupakan persentase penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan utama pada periode 2016-2017: Tabel 1. 2 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerja Utama 2016-2017 Lapangan 2016 Pekerjaan Februari Utama Pertanian 31,74% Manufaktur 21,05% Jasa-jasa 47,21% (Sumber: Badan Pusat Statistik). 2016 Agustus. 2017 Februari. 31,90% 21,41% 46,69%. 31,86% 20,49% 47,65%. Dari data persentase penduduk bekerja dapat dilihat bahwa perusahaan manufaktur menggunakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup besar yaitu 20,49%. Pada Februari 2016 persentase penduduk di perusahaan manufaktur sejumlah. 3 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(20) 21,05% dan mengalami kenaikan di Agustus 2016 menjadi 21,41% dan pada Februari 2017 turun menjadi 20,49%. Dapat dilihat dari data tersebut bahwa persentase penduduk yang bekerja di perusahaan manufaktur stabil di angka 20%-21%. Dengan persentase penduduk ini perusahaan manufaktur harus menjaga, memajukan dan menyejahterakan SDM dengan mematuhi peraturan yang berkaitan dengan SDM. Sebagai contoh memberikan upah sesuai dengan peraturan yang ada dan jumlah jam bekerja yang sesuai sehingga angka pekerja tetap stabil dan bertambah di tahun berikutnya. Semakin banyak perusahaan besar yang berkembang saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan sosial sangat memegang peranan penting dalam hal tersebut, sehingga semakin banyaknya tuntutan yang diperoleh perusahaan baik dari lingkungan sosial juga lingkungan masyarakat (Indraswari dan Astika, 2014). Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia pada Desember 2017 telah ditetapkan hasil penilaian Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). PROPER merupakan program pengawasan terhadap industri yang bertujuan mendorong ketaatan industri terhadap peraturan lingkungan hidup. Peringkat PROPER dibagi menjadi 5 yaitu EMAS, HIJAU, BIRU, MERAH dan HITAM. Peringkat tertinggi adalah EMAS dan peringkat terburuk adalah HITAM. Perusahaan yang memperoleh peringkat EMAS adalah perusahaan yang telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan dalam proses produksi, melaksanakan bisnis yang beretika, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.. 4 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(21) Berikut merupakan Peringkat PROPER perusahaan manufaktur untuk tahun 2016-2017: Tabel 1.3 Peringkat PROPER Perusahaan Manufaktur 2015-2016 PERINGKAT. 2016. 2017. EMAS. 0 perusahaan. 0 perusahaan. HIJAU. 15 perusahaan. 51 perusahaan. BIRU. 1080 perusahaan. 1180 perusahaan. MERAH. 229 perusahaan. 116 perusahaan. HITAM. 4 perusahaan. 1 perusahaan. (Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia) Dapat dilihat dari data tersebut bahwa perusahaan manufaktur menunjukkan peningkatan pada peringkat PROPER HIJAU dan BIRU. Sedangkan peringkat PROPER MERAH dan HITAM mengalami penurunan ini menandakan bahwa perusahaan manufaktur sadar bahwa perusahaan harus menjaga kelestarian lingkungan dan bertanggung jawab pada masyarakat. Untuk perusahaan manufaktur ini merupakan suatu peningkatan yang cukup banyak namun perusahaan manufaktur harus ikut berlomba dengan perusahaan-perusahaan lain agar dapat mentaati peraturan lingkungan hidup dan dapat mendapatkan peringkat PROPER yang lebih tinggi dari yang didapat sekarang. Perusahaan harus mengingat kewajibannya yaitu kewajiban dalam pengelolaan lingkungan, pengendalian terhadap limbah dan mematuhi peraturan lingkungan hidup. Maiyarni, Susfayetti dan Erwati (2014) mengatakan bahwa informasi sosial perusahaan tercermin dalam Corporate Social Responsibility. Sebuah gagasan yang. 5 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(22) menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut World Business Council on Sustainable Development (WBCSD) dalam Ramdhaningsih dan Utama (2013), CSR adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk melaksanakan etika keperilakuan dan berkontribusi untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Tanggung jawab bisnis atau CSR ini dapat dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan aktivitas sosial dan lingkungannya terhadap seluruh stakeholder yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Seluruh stakeholders adalah pemegang saham (shareholder), karyawan, konsumen, pemasok, pemerintah, dan masyarakat. CSR dapat diartikan sebagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan dengan memperhatikan keberlanjutan Sumber Daya Alam yang ada. Pemerintah Indonesia menerapkan Undang-Undang mengenai CSR agar perusahaan-perusahaan di Indonesia mengimplementasikan CSR. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah mendorong perusahaan di Indonesia bukan hanya peduli terhadap profit perusahaannya namun juga peduli terhadap masalah-masalah sosial dan kerusakan-kerusakan lingkungan, serta pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik yang semakin marak terjadi di Indonesia. Undang-Undang tersebut yaitu UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) yang menyebutkan bahwa tanggung jawab 6 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(23) sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Pada UU No. 40 tahun 2007 ini juga menjelaskan tentang ketentuan tanggung jawab sosial dan lingkungan di mana perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan Sumber Daya Alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Apabila perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain UU No. 40 tahun 2007 pemerintah juga membuat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas di mana peraturan ini mengatur bahwa perseroan yang telah melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan harus diungkapkan yang dimuat dalam laporan tahunan perseroan dan dipertanggung jawabkan kepada RUPS. Beberapa contoh aktivitas CSR yang dapat dilakukan perusahaan yaitu aktivitas yang berhubungan langsung dengan lingkungan sosial. Aktivitas ini dapat dilakukan perusahaan di berbagai bidang. Di bidang pendidikan, PT Selamat Sempurna Tbk memberikan program beasiswa berprestasi untuk putra-putri karyawan dan donasi buku untuk taman bacaan di seluruh Indonesia dan PT Semen Indonesia juga memberikan beasiswa kepada pelajar SD, SMP, SMA. Di bidang kesehatan, PT Ricky 7 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(24) Putra Globalindo Tbk melakukan donor darah dilakukan 4 kali dalam setahun dan medical check up karyawan dan PT Semen Indonesia melakukan pembinaan posyandu dan operasi katarak. Di bidang lingkungan, PT Astra Otoparts Tbk melakukan penanaman pohon; PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. melakukan pengendalian emisi, konservasi air, pengelolaan limbah, dan pengelolaan fasilitas produksi dan cara produksi yang ramah lingkungan; PT Star Petrochem Tbk melakukan budaya hemat energi, penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan, dan memperhatikan pembuangan limbah usaha agar tidak merusak lingkungan; PT Indofood Tbk melakukan perkebunan berkelanjutan, pengelolaan air limbah, pengelolaan air dan limbah pasca-konsumsi. Menurut Indraswari dan Astika (2014), masyarakat membutuhkan informasi mengenai aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan, sehingga masyarakat dapat mengetahui kontribusi apa yang perusahaan berikan pada masyarakat. Informasi mengenai aktivitas sosial dapat ditunjukkan melalui pengungkapan CSR. Aini (2015) mengatakan bahwa pengungkapan CSR adalah proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Pengungkapan CSR dapat diartikan sebagai pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan yang melakukan kegiatan sosial maupun lingkungan yang berpengaruh terhadap keberlanjutan Sumber Daya Alam yang dimiliki oleh perusahaan. Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan (2015) mengatakan bahwa banyak perusahaan yang antusias mengungkapan tanggung jawab sosial karena didorong 8 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(25) beberapa faktor diantaranya adalah dapat meningkatkan citra perusahaan, dapat membawa keberuntungan bagi perusahaan, dapat menjamin keberlangsungan dan sarana perusahaan dalam berkontribusi terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang lebih baik bagi masyarakat di sekitar perusahaan untuk terlihat legitimate di kalangan stakeholdernya. Pengungkapan CSR dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator-indikator yang telah ditetapkan oleh Global Reporting Initiatives (GRI). GRI merupakan gagasan yang muncul dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES) dan United Nations Environment Programme (UNEP) pada tahun 1997. Menurut website resmi GRI, GRI adalah organisasi nirlaba berbasis jaringan di mana kegiatannya melibatkan ribuan tenaga profesional dan organisasi dari beragam sektor, konstituen, dan wilayah. Misi dari GRI adalah untuk membuat pelaporan keberlanjutan menjadi praktik standar agar semua perusahaan dan organisasi dapat melaporkan kinerja dan dampak ekonomi, lingkungan, sosial, serta tata kelola perusahaan. Standar GRI yang digunakan adalah GRI generasi ke 4 (GRI - G4) yang diluncurkan pada Mei 2013. GRI G4 ini memiliki 91 item pengungkapan. GRI G4 memiliki 3 kategori pengungkapan yaitu indikator kinerja ekonomi (economic performance indicator), indikator kinerja lingkungan (environment performance indicator), dan indikator kinerja sosial (social performance indicator).. Untuk. indikator. kinerja. sosial. terbagi. menjadi. 4. sub-kategori yaitu kategori praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja (labor practices and decent work), hak asasi manusia (human rights performance), 9 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(26) masyarakat (society), dan tanggung jawab atas produk (product responsibility performance). Di Indonesia, tidak diberikan pedoman khusus mengenai cara dan pelaksanaan dari CSR dan tidak ada kesepakatan khusus ataupun standar khusus mengenai pengungkapan CSR sehingga menyebabkan beragamnya cara pengungkapan CSR. Menurut Pambudi (2006) dalam Maulana dan Yuyetta (2014), terdapat berbagai variasi cara pandang perusahaan terhadap CSR, apakah CSR dianggap sebagai hal yang penting atau tidak. Cara pandang ini selanjutnya akan mempengaruhi praktik CSR yang dilakukan oleh perusahaan dan juga akan berdampak pada pengungkapan CSR yang disusunnya. Variasi dan ragam dari pengungkapan CSR juga disebabkan oleh faktorfaktor lainnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan CSR diantaranya adalah ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, profitabilitas, leverage, dan kepemilikan saham publik. Menurut Maiyarni, Susfayetti dan Erwati (2014), ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang berfungsi untuk mengklasifikasikan besar kecilnya suatu entitas. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log natural nilai buku total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Indraswari dan Astika (2014) mengatakan bahwa ukuran. perusahaan. dapat. dikatakan. sangat. mempengaruhi. terlaksananya. pengungkapan sosial, hal itu dikarenakan dengan semakin besarnya ukuran perusahaan maka tanggung jawab perusahaan juga akan berpengaruh pada pengungkapan yang harus dilakukan. Perusahaan besar memiliki dan menggunakan aset yang lebih banyak daripada perusahaan kecil. Sebagai contoh adalah banyak perusahaan besar yang 10 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(27) memiliki pabrik di banyak lokasi atau cabang lain. Semakin banyak cabang-cabang pabrik atau perusahaan yang dibangun semakin banyak sumber daya yang digunakan untuk membangun pabrik yaitu tanah, dan sumber daya yang dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbaharui. Semakin banyak pabrik-pabrik tersebut dapat menyebabkan kelangkaan dari sumber daya yang digunakan dan itu dapat mengganggu keberlanjutan dari sumber daya dan juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan bertambahnya limbah. Sebagai perusahaan, perusahaan harus menerapkan prinsip sustainability. dan accountability yaitu. perusahaan harus. memperhitungkan. keberlanjutan sumber daya dan harus bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan dengan cara melakukan lebih banyak CSR. Sebagai contoh dengan menggunakan pengolahan limbah, menggunakan bahan baku daur ulang, melakukan reboisasi dan penghijauan. Semakin banyak perusahaan melakukan CSR semakin banyak perusahaan melakukan pengungkapan CSR. Menurut penelitian terdahulu, yaitu Sembiring (2005), Giannarakis (2013), Maulana dan Yuyetta (2014), Indraswari dan Astika (2014), dan Chan, Watson, dan Woodliff (2014) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Nugroho dan Yulianto (2015) menyatakan bahwa kepemilikan institusional merupakan saham dalam perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional seperti pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan asuransi dan institusional lainnya. Kepemilikan institusional ini diukur dari jumlah saham yang dimiliki institusi terhadap jumlah total saham yang beredar (Nugroho dan Yulianto, 2015). Investor institusional seperti pemerintah, bank, perusahaan investasi dan perusahaan asuransi akan 11 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(28) memberikan pengawasan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ketika perusahaan melakukan RUPS perusahaan akan menjelaskan mengenai apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan dan pada saat RUPS investor institusional dapat memberikan masukan, pendapat maupun pertanyaan terhadap kegiatan operasional perusahaan sebagai bentuk pengawasan. Investor institusional bukan hanya memikirkan jangka pendek melainkan jangka panjang. Jangka pendek di sini perusahaan hanya memikirkan profit saja sedangkan jangka panjang perusahaan juga memikirkan people dan planet. Jangka panjang merupakan implementasi dari 3P yang dilakukan dengan CSR. Semakin banyak kepemilikan institusional semakin banyak perusahaan melakukan CSR sebagai contoh membuat irigasi, menggunakan produk ramah lingkungan, dan hemat energi. Semakin banyak perusahaan melakukan CSR semakin banyak pula pengungkapan CSR perusahaan. Penelitian Nugroho dan Yulianto (2015) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Nugroho dan Yulianto (2015) mengatakan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba selama periode tertentu, yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam mengungkapkan CSR. Dalam penelitian ini profitabilitas menggunakan alat ukur ROA. ROA adalah suatu indikator keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas total aset yang dimiliki perusahaan (Putri dan Christiawan, 2014). Profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, dan dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan, mengelompokkan, dan mengolah 12 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(29) informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif (Rindawati dan Asyik, 2015). Dengan ROA yang tinggi perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan telah efektif menggunakan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Sebagai contoh perusahaan menggunakan bahan daur ulang untuk membuat produk sebagai pengganti bahan baku utama di mana bahan daur ulang memiliki biaya yang lebih murah sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba lebih tinggi. Dengan laba yang lebih tinggi perusahaan memiliki ketersediaan dana lebih untuk berinvestasi dengan melakukan CSR. Kegiatan CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu menggunakan energi alternatif, menambah pembuatan bahan daur ulang sehingga mengurangi penggunaan sumber daya, membuat pengolahan limbah agar dapat digunakan kembali, membuat mesin untuk hemat energi dan reboisasi. Semakin banyak perusahaan melakukan CSR sehingga pengungkapan CSR juga bertambah. Penelitian Rosmasita (2007), Indraswari dan Astika (2014), dan Aini (2015) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Menurut Maiyarni, Susfayetti, dan Erwati (2014), leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang di mana hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor. Leverage diukur dengan Debt to Asset ratio (DAR). DAR merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan sumber modal yang berasal dari utang jangka panjang dan utang jangka pendek dengan keseluruhan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Sembiring (2005) dalam Maulana dan Yuyetta (2014) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang 13 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(30) tinggi berarti sangat tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Tingkat leverage perusahaan dapat menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR karena semakin banyak perusahaan melakukan pinjaman dari luar menandakan bahwa perusahaan tidak memiliki cukup dana untuk melakukan CSR dikarenakan perusahaan membutuhkan dana untuk pengeluaran yang jauh lebih diperlukan untuk usahanya dibandingkan dengan CSR. Selain itu dengan banyaknya pinjaman dari luar menandakan perusahaan perlu membayar pinjaman dan juga bunga sehingga dana yang tersedia akan semakin menipis dan tidak dapat digunakan untuk melakukan CSR. Dalam melakukan CSR perusahaan membutuhkan biaya tambahan sebagai contoh membuat mesin untuk mengolah bahan daur ulang, berinvestasi untuk pembuatan irigasi, dan sumber energi lainnya. Sehingga pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan juga berkurang. Menurut hasil penelitian Wardani (2013) mengatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR dan beberapa penelitian yaitu Giannarakis (2013), Maiyarni, Susfayetti, dan Erwati (2014), Rindawati dan Asyik (2015) dan Putri dan Christiawan (2015) mengatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Kepemilikan saham publik adalah proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat terhadap saham perusahaan (Aini, 2015). Perusahaan yang kepemilikan saham publiknya tinggi menunjukkan bahwa perusahaan dianggap mampu beroperasi dan memberikan dividen yang sesuai kepada masyarakat sehingga 14 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(31) cenderung akan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas (Rahayu dan Anisyukurlillah, 2015). Kepemilikan saham publik mempengaruhi pengungkapan CSR dikarenakan semakin perusahaan melakukan CSR dan melaporkannya agar perusahaan memiliki reputasi baik di mata publik dan dikenal oleh masyarakat. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan reputasi yang baik dapat didapatkan dengan melakukan CSR. Sebagai contoh perusahaan dapat membuat sarana dan prasarana untuk masyarakat seperti jembatan, melakukan kegiatan donor darah, dan acara-acara yang melibatkan masyarakat. Semakin banyak perusahaan melakukan CSR semakin banyak perusahaan melakukan pengungkapan CSR. Reputasi yang baik dapat membuat masyarakat yang telah berinvestasi akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut dan masyarakat yang belum berinvestasi akan berkeinginan untuk berinvestasi. Hasil dari penelitian Puspitasari (2011) dan Rahayu dan Anisyukurlillah (2015) mengatakan bahwa kepemilikan saham publik berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Indraswari dan Astika (2015) yang berjudul Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Kepemilikan Saham Publik terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), perbedaan dengan penelitian yang direplikasi adalah sebagai berikut: 1. Penambahan variabel independen, yaitu kepemilikan institusional yang mengacu pada penelitian Nugroho dan Yulianto (2015) dikarenakan pada penelitian Nugroho dan Yulianto kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dan leverage yang mengacu pada penelitian. 15 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(32) Maiyarni, Susfayetti, dan Erwati (2014) dikarenakan pada penelitian Maiyarni, Susfayetti, dan Erwati leverage berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 2. Perubahan periode pengambilan sampel yang diuji yaitu tahun 2014-2016, berbeda dengan penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian pada tahun 2010-2012. 3. Perubahan perusahaan yang digunakan sebagai studi yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu perusahaan makanan dan minuman berkategori high profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut maka penelitian ini mengambil judul. “PENGARUH. UKURAN. PERUSAHAAN,. KEPEMILIKAN. INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016)”.. 1.2 BATASAN MASALAH Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian ini lebih terarah, fokus dan juga tidak menyimpang dari pokok rumusan masalah, maka penulis membatasi permasalahan dengan fokus pada: 1. Periode penelitian tahun 2014-2016.. 16 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(33) 2. Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan CSR (Y). Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (X1) yang diproksikan dengan log natural total aset, kepemilikan institusional (X2) yang diproksikan dengan persentase perbandingan jumlah saham yang dimiliki institusional dengan jumlah saham beredar, profitabilitas (X3) yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA), leverage (X4) yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR), kepemilikan saham publik (X5) yang diproksikan dengan persentase perbandingan jumlah saham yang dimiliki masyarakat dengan jumlah saham yang beredar.. 1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan yang diproksikan dengan log natural total aset berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR? 2. Apakah kepemilikan institusional yang diproksikan dengan persentase perbandingan jumlah saham yang dimiliki institusional dengan jumlah saham beredar berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR?. 17 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(34) 3. Apakah profitabilitas yang diproksikan dengan Return of Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR? 4. Apakah leverage yang diprosikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR? 5. Apakah kepemilikan saham publik yang diproksikan dengan persentase perbandingan jumlah saham yang dimiliki masyarakat dengan jumlah saham yang beredar berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR?. 1.4 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh positif ukuran perusahaan yang diproksikan dengan log natural total aset terhadap pengungkapan CSR. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh positif kepemilikan institusional yang diprosikan dengan persentase perbandingan jumlah saham yang dimiliki institusional dengan jumlah saham beredar terhadap pengungkapan CSR 3. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh positif profitabilitas yang diproksikan dengan Return of Asset (ROA) terhadap pengungkapan CSR. 4. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh positif leverage yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap pengungkapan CSR.. 18 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(35) 5. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh positif kepemilikan saham publik yang diproksikan dengan persentase perbandingan jumlah saham yang dimiliki masyarakat dengan jumlah saham yang beredar terhadap pengungkapan CSR.. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini berkontribusi dalam dua hal, yaitu: 1. Kontribusi Teoritis Penelitian ini berkontribusi untuk menjelaskan teori dari pengungkapan CSR dan membuktikan penerapan teori dari ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, profitabilitas, leverage dan kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan CSR. 2. Kontribusi Praktis Penelitian ini berkontribusi untuk: a. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan. kebijakan. oleh. manajemen. perusahaan. mengenai. pengungkapan CSR perusahaan dalam laporan keuangan yang disajikan. b. Bagi investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi oleh para investor dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi serta sebagai pertimbangan untuk tetap berinvestasi di perusahaan tersebut.. 19 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(36) c. Bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi yang mungkin diperlukan di masa yang akan datang serta sebagai literatur bagi pihak yang memerlukan referensi terkait dengan pengungkapan CSR. d. Bagi penulis Untuk menambah pengetahuan dan informasi penulis terutama yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini.. 1.6 SISTEMATIKA PENELITIAN Sistematika penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.. BAB II. TELAAH LITERATUR Berisi tentang teori stakeholder, pengungkapan CSR, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, profitabilitas, leverage dan kepemilikan saham publik, dan model penelitian.. BAB III. METODE PENELITIAN Berisi penjelasan gambaran umum objek penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data.. 20 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(37) BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi hasil analisa penelitian dan pembahasan mengenai masalah yang diteliti.. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN Berisi simpulan analisis penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran yang diberikan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan untuk penelitian selanjutnya.. 21 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(38) BAB II TELAAH LITERATUR. 2.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder pertama kali dipopulerkan oleh R. Edward Freeman pada tahun 1984 dalam bukunya yang berjudul “Strategic Management: A Stakeholder Approach”. Dalam bukunya Freeman mendefinisikan pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Menurut Chariri (2007) dalam Putri dan Christiawan (2014), teori stakeholder berpendapat bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun memberikan manfaat bagi stakeholder. Stakeholder yang dimaksud adalah pemangku kepentingan atau pihak-pihak yang juga ikut ambil bagian dalam berjalannya suatu perusahaan. Pihak-pihak tersebut adalah pemegang saham (shareholder), karyawan, konsumen, pemasok, pemerintah, dan masyarakat. Rindawati dan Asyik (2015) menjelaskan bahwa stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi ataupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Perusahaan hendaknya memperhatikan kepentingan stakeholder, karena mereka adalah pihak yang yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan perusahaan. 22 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(39) Deegan dan Jeffry (2006) dalam Dianawati (2016) mengatakan bahwa teori stakeholder dibagi dua yaitu tinjauan dari perspektif normatif dan dari perspektif manajerial. Dari perspektif normatif, stakeholder perusahaan adalah pihak yang harus menjadi perhatian utama perusahaan tanpa terkecuali sedangkan dari perspektif manajerial, stakeholder yang menjadi perhatian utama perusahaan dipilih yang paling berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan (selain shareholder). Hadi (2011) dalam Rindawati dan Asyik (2015) menyatakan bahwa perusahaan hendaknya menjaga reputasi yaitu dengan cara menggeser pola orientasi (tujuan) yang semula semata-mata diukur dengan economic measurement yang cenderung shareholder orientation ke arah memperhitungkan faktor sosial sebagai wujud kepedulian dan keberpihakan terhadap masalah sosial masyarakat (stakeholder orientation). Menurut Aini (2015), CSR merupakan strategi perusahaan untuk memuaskan keinginan para stakeholder, semakin baik pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan maka stakeholder akan semakin terpuaskan dan akan memberikan dukungan penuh kepada perusahaan atas segala aktivitasnya yang bertujuan untuk menaikkan kinerja dan mencapai laba. Riswari (2012) dalam Putri dan Christiawan (2014) menjelaskan bahwa pengungkapan CSR bagi suatu perusahaan bersifat penting, hal demikian karena para stakeholders perlu untuk mengevaluasi dan mengetahui sejauh mana perusahaan dalam melaksanakan peranannya sesuai dengan keinginan stakeholders, sehingga menuntut adanya akuntabilitas perusahaan atas kegiatan CSR yang telah dilakukannya. 23 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(40) 2.2 Teori Legitimasi Menurut Hadi (2011) dalam Rindawati dan Asyik (2015), legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik. Deegan dan Tobin (2002) dalam Rindawati dan Asyik (2015), menjabarkan bahwa legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan. Chan, Watson, dan Woodliff (2014) menjelaskan bahwa teori legitimasi bergantung pada asumsi bahwa para manajer akan mengadopsi strategi untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa organisasi atau perusahaan berusaha untuk memenuhi harapan masyarakat. Ketika nilai-nilai kemasyarakatan berubah seiring waktu, organisasi harus terus menunjukkan bahwa operasi mereka sah atau sesuai norma dan bahwa mereka adalah warga perusahaan yang baik. Subiantoro dan Mildawati (2015) menyatakan bahwa teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerja dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat. Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal. 24 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(41) tersebut dapat mendorong atau membantu investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi. Ghozali dan Chariri (2007) dalam Putri dan Christiawan (2014) mengatakan bahwa kegiatan perusahaan dapat menimbulkan dampak sosial dan lingkungan, sehingga praktik pengungkapan sosial dan lingkungan merupakan alat manajerial yang digunakan perusahaan untuk menghindari konflik sosial dan lingkungan. Selain itu, praktik pengungkapan sosial dan lingkungan dapat dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan baik dalam pengaruh yang baik maupun dampak yang buruk. Menurut Rankin et al. (2011) dalam Krisna dan Suhardianto (2016), legitimasi dapat diperoleh dengan melaksanakan tanggung jawab sosial dan mengungkapnya dalam laporan tahunan. Di samping itu, pelaksanaan tanggung jawab sosial juga dapat dijadikan sebagai media untuk menjaga reputasi perusahaan. Menurut Dianawati (2016), kegiatan CSR dilakukan dengan maksud untuk memenuhi harapan stakeholder tentang bagaimana operasi perusahaan seharusnya dilakukan sehingga aktivitas CSR dan pelaporannya merupakan alat legitimasi yang digunakan perusahaan untuk menunjukkan kepatuhan terhadap harapan tersebut.. 25 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(42) 2.3 Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut World Business Council on Sustainable Development (WBCSD) dalam Ramdhaningsih dan Utama (2013), CSR adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk melaksanakan etika keperilakuan dan berkontribusi untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Menurut Carroll (2016), CSR merupakan tanggung jawab sosial perusahaan yang mencakup ekspektasi-ekspektasi ekonomi, hukum, etika dan kebijaksanaan (kedermawanan) yang dimiliki masyarakat mengenai sebuah perusahaan pada waktu-waktu tertentu. Dalam perkembangannya CSR pertama kali dirumuskan oleh Carroll pada tahun 1979 dan melakukan pembaharuan-pembaharuan atas pandangan mengenai CSR. Carroll memperbaharui tulisannya dan yang terbaru di tahun 2016 yang dimuat dalam International Journal of Corporate Social Responsibility dengan judul “Carroll’s pyramid of CSR: taking another look”. Dalam jurnal tersebut, Carroll menjelaskan 4 komponen tanggung jawab yang mendorong perusahaan melakukan CSR yang diwujudkan dalam piramida CSR, seperti ditunjukkan dalam gambar berikut: Gambar 2.1 Piramida CSR. Sumber: Carroll, 2016 26 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(43) Dari piramida CSR di atas berikut merupakan penjelasan mengenai masingmasing komponen yaitu: 1. Economic responsibilities (tanggung jawab ekonomi) Tanggung jawab sosial perusahaan dalam aspek ekonomi mendominasi pelaksanaan tanggung jawab perusahaan kepada stakeholders dalam hal menciptakan profit, pendapatan, efektivitas pengeluaran, investasi, pemasaran, strategi, dan operasional dalam rangka kelangsungan bisnis jangka panjang. 2. Legal responsibilities (tanggung jawab hukum) Perusahaan sebagai bagian dari masyarakat memiliki kewajiban untuk memenuhi peraturan yang berlaku dan operasional perusahaan dilakukan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. 3. Ethical responsibilities (tanggung jawab etis) Perusahaan memiliki kewajiban untuk menyesuaikan aktivitas operasional yang dilakukan dengan norma sosial dan etika yang berlaku di masyarakat. Tanggung jawab etis bertujuan untuk memenuhi standar, norma, dan pengharapan stakeholders terhadap perusahaan. 4. Philanthropic responsibilities (tanggung jawab filantropis) Perusahaan memiliki tanggung jawab berupa pemberian, seperti dalam bentuk pemberian sejumlah dana, donasi berupa produk dan jasa, sukarelawan yang berasal dari perwakilan karyawan, dan pengembangan komunitas di lingkungan sekitar operasional perusahaan. 27 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(44) Menurut Aini (2015), terdapat tiga prinsip dasar yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Triple Bottom Lines Corporate Social Responsibility). Prinsip ini harus menjadi pemahaman secara menyeluruh dalam pengaplikasian program CSR yaitu profit, people, dan planet. Perusahaan tetap mengejar keuntungan (profit), perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat (people), dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Effendi (2009) dalam Kurnianingsih (2013) mengatakan bahwa terdapat dua hal yang mendorong perusahaan menerapkan CSR, yaitu faktor yang berasal dari luar perusahaan (external drivers) dan dari dalam perusahaan (internal drivers). Faktor pendorong dari luar perusahaan adalah adanya regulasi, hukum dan diwajibkannya analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dari operasi perusahaan, sedangkan faktor yang berasal dari dalam perusahaan antara lain nilai, kebijakan manajemen, strategi dan tujuan perusahaan. Menurut Crowther (2008) dalam Rindawati dan Asyik (2015), tiga prinsipprinsip tanggung jawab sosial yaitu: 1. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitasnya tentang memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumber daya sekarang tetapi dengan tetap memperhatikan dan memperhitungkan generasi masa depan.. 28 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(45) 2. Accountability, merupakan upaya perusahaan untuk terbuka dan bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini menjelaskan pengaruh kuantitatif dari aktivitas perusahaan terhadap pihak internal dan eksternal. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan membangun image dan network terhadap pemangku kepentingan. 3. Transparency, merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Prinsip ini berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan. Peraturan mengenai CSR telah dituangkan dalam Undang-Undang yaitu UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) yang menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Pada UU No. 40 tahun 2007 pasal 74 menjelaskan tentang ketentuan tanggung jawab sosial dan lingkungan di mana perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan Sumber Daya Alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial tersebut merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Apabila perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 29 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(46) Selain UU No. 40 tahun 2007 pemerintah juga membuat Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam pasal 15b diatur bahwa setiap penanam modal wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Menurut pasal 1 ayat 4 penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. Pada pasal 16 setiap penanam modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Jika penanam modal tidak melakukan kewajibannya untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan maka berdasarkan pasal 34, penanam modal dapat dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal dan pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.. 2.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Aini (2015), pengungkapan CSR adalah proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Menurut Chan, Watson, dan Woodliff (2014), pengungkapan CSR didefinisikan sebagai penyedia informasi dalam laporan tahunan perusahaan, terkait kegiatan, program, dan pemanfaatan sumber daya yang mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan dan sekelompok pemangku kepentingan lainnya.. 30 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(47) Menurut O’Donovan (2002) dalam Dewi dan Priyadi (2013), terdapat beberapa manfaat yang diperoleh dari praktik pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu: 1. Menyelaraskan nilai-nilai perusahaan dengan nilai-nilai sosial 2. Menghindari tekanan dari kelompok tertentu 3. Meningkatkan image dan reputasi perusahaan 4. Menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan Indraswari dan Astika (2014) menyatakan bahwa tujuan dari adanya laporan pengungkapan sosial, lingkungan dan bidang ekonomi yang terdapat di laporan tahunan perusahaan adalah sebagai rasa tanggung jawab perusahaan untuk investor atau stakeholders. Bukan hanya itu saja, dengan melakukan pengungkapan sosial pada investor atau stakeholders diharapkan akan terjalinnya hubungan baik atau komunikasi yang baik antara perusahaan dengan investor. Dengan melakukan pengungkapan CSR, perusahaan akan dapat menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat, sehingga dengan respon yang positif itu maka perusahaan akan dapat meningkatkan kekuatan keuangannya untuk jangka panjang. Dewi dan Priyadi (2013) menjelaskan bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Salah satu jenis informasi pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawasan. 31 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(48) Berdasarkan. Peraturan. Otoritas. Jasa. Keuangan. (POJK). Nomor. 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik pasal 4 disebutkan mengenai hal-hal yang wajib dimuat dalam laporan tahunan, salah satunya adalah informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten atau perusahaan publik. Selain itu, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 tahun 2012 pasal 6 menyebutkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan dalam RUPS. Dalam melakukan pengukuran luasnya pengungkapan CSR dalam laporan tahunan terdapat beberapa indeks pengukuran yaitu indikator ISO 26000, indeks SRI-KEHATI dan Global Reporting Index (GRI). ISO 26000 merupakan standar yang disusun oleh International Organization for Standardization yang terkait dengan tanggung jawab sosial sedangkan indeks SRI-KEHATI merupakan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan prinsip SRI (Sustainable & Responsible Investment) dengan kriteria-kriteria yang telah disusun oleh BEI bekerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). Global Reporting Index (GRI) merupakan indeks pengungkapan tanggung jawab sosial yang merupakan gagasan dari PBB. Pada penelitian ini menggunakan indeks Global Reporting Index (GRI) yang terdiri dari 91 item pengungkapan. Menurut Nugroho dan Yulianto (2015), CSR diukur dengan proksi Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) berdasarkan indikator GRI. Rumus untuk menghitung pengungkapan CSR menurut Nugroho dan Yulianto (2015): 32 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(49) CSRDI=. ∑ 𝑋𝑦𝑖 𝑛. Keterangan: CSRDI : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan yang diteliti n. : Jumlah item Corporate Social Responsibility (91 indikator). ∑Xyi : Jumlah item CSR yang dilakukan dan diungkapkan, diberi skor 1 jika item CSR dilakukan dan diungkapkan dan 0 jika item CSR tidak dilakukan dan tidak diungkapkan.. 2.5 Global Reporting Initiatives (GRI) Menurut website resmi Global Reporting Initiative (GRI), GRI merupakan gagasan dari Perserikatan. Bangsa-Bangsa. (PBB). yang. dibentuk. melalui. Coalition. for. Environmentally Responsible Economies (CERES) dan United Nations Environment Programme (UNEP) pada tahun 1997. GRI adalah organisasi nirlaba berbasis jaringan di mana kegiatannya melibatkan ribuan tenaga profesional dan organisasi dari beragam sektor, konstituen, dan wilayah. Misi dari GRI adalah untuk membuat pelaporan keberlanjutan menjadi praktik standar agar semua perusahaan dan organisasi dapat melaporkan kinerja dan dampak ekonomi, lingkungan, sosial, serta tata kelola perusahaan. GRI menerbitkan berbagai macam versi standar pengungkapan dari tahun ke tahun. Versi pertama merupakan G1 di tahun 2000, versi kedua merupakan G2 yang. 33 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(50) diterbitkan tahun 2002, versi ketiga merupakan GRI-G3 diterbitkan di tahun 2006, lalu terdapat GRI-G3.1 diterbitkan di tahun 2011 dan GRI-G4 diterbitkan di tahun 2013. Dalam G1 pedoman pengungkapan mengacu pada pelaporan akuntansi lingkungan (environmental accounting). G2 memperluas konsep pelaporan dengan menambah prinsip-prinsip kualitatif, seperti transparansi, bersifat inklusif, auditabel, relevansi, kejelasan dan ketepatan waktu. GRI-G3 menambahkan 3 standar pengungkapan, yaitu “strategy and profile” yang mengungkapkan strategi, profil dan tata kelola perusahaan; “management approach” yang mengungkapkan performa perusahaan dalam lingkup tertentu; serta “performance indicators” yang menjelaskan tentang performa ekonomi, lingkungan dan sosial perusahaan. GRI-G3.1 memperluas pedoman pengungkapan hingga ke pengaruhnya terhadap komunitas lokal, hak asasi manusia dan kesetaraan gender. Terakhir, GRI-G4 menerbitkan pedoman pelaporan yang bersifat user-friendly, dapat meminimalisir ambiguitas, harmonisasi dengan standar-standar bertaraf internasional lainnya, mempermudah pengidentifikasian isu-isu material dan memberi pedoman dalam menghubungkan antara pelaporan berkelanjutan dengan laporan terintegrasi. Pada penelitian ini menggunakan GRI-G4 di mana GRI-G4 menerbitkan pedoman yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah prinsip-prinsip pelaporan dan pengungkapan standar yang berisi prinsip-prinsip pelaporan, pengungkapan standar, dan kriteria yang akan diterapkan oleh organisasi untuk menyiapkan laporan keberlanjutannya ‘sesuai’ dengan pedoman. Bagian kedua adalah panduan penerapan yang berisi penjelasan tentang cara menerapkan prinsip-prinsip 34 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(51) pelaporan, cara menyiapkan informasi yang akan diungkapkan, dan cara menginterpretasikan berbagai konsep dalam pedoman. Dalam prinsip-prinsip pelaporan dan pengungkapan standar GRI-G4, terdapat dua kelompok prinsip pelaporan ketika menyusun laporan keberlanjutan yaitu prinsipprinsip untuk menentukan konten laporan dan prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan. Prinsip-prinsip untuk menentukan konten laporan menjelaskan proses yang harus diterapkan untuk mengidentifikasi apa konten laporan yang harus dibahas dengan mempertimbangkan aktivitas, dampak, dan harapan serta kepentingan yang substantif dari pemangku kepentingannya. Prinsip-prinsip untuk menentukan konten laporan meliputi: 1. Pelibatan pemangku kepentingan Prinsip: organisasi harus mengidentifikasi para pemangku kepentingannya, dan menjelaskan bagaimana organisasi telah menanggapi harapan dan kepentingan wajar dari mereka. 2. Konteks keberlanjutan Prinsip: laporan harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks keberlanjutan yang lebih luas. 3. Materialitas Prinsip: laporan harus mencakup aspek yang: a. Mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan dari organisasi; atau. 35 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(52) b. Secara substansial memengaruhi asesmen dan keputusan pemangku kepentingan 4. Kelengkapan Prinsip: laporan harus berisi cakupan aspek material dan boundary, cukup untuk mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan, serta untuk memungkinkan pemangku kepentingan dapat menilai kinerja organisasi dalam periode pelaporan. Prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan memberikan arahan berupa pilihan-pilihan untuk memastikan kualitas informasi dalam laporan keberlanjutan, termasuk penyajian yang tepat. Kualitas informasi adalah hal yang penting untuk memungkinkan para pemangku kepentingan dapat membuat asesmen kinerja yang masuk akal serta mengambil tindakan yang tepat. Prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan meliputi: 1. Keseimbangan Prinsip: laporan harus mencerminkan aspek-aspek positif dan negatif dari kinerja organisasi untuk memungkinkan dilakukannya asesmen yang beralasan atas kinerja organisasi secara keseluruhan. 2. Komparabilitas Prinsip: organisasi harus memilih, mengumpulkan, dan melaporkan informasi secara konsisten. Informasi yang dilaporkan harus disajikan dengan cara yang memungkinkan para pemangku kepentingan menganalisis perubahan kinerja. 36 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(53) organisasi dari waktu ke waktu, dan yang dapat mendukung analisis relatif terhadap organisasi lain. 3. Akurasi Prinsip: informasi yang dilaporkan harus cukup akurat dan terperinci bagi para pemangku kepentingan untuk dapat menilai kinerja organisasi. 4. Ketepatan waktu Prinsip: organisasi harus membuat laporan dengan jadwal yang teratur sehingga informasi tersedia tepat waktu bagi para pemangku kepentingan untuk membuat keputusan yang tepat. 5. Kejelasan Prinsip: organisasi harus membuat informasi tersedia dengan cara yang dapat dimengerti dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan yang menggunakan laporan. 6. Keandalan Prinsip: organisasi harus mengumpulkan, mencatat, menyusun, menganalisis, dan mengungkapkan informasi serta proses yang digunakan untuk menyiapkan laporan agar dapat diuji, dan hal itu akan menentukan kualitas serta materialitas informasi. Dalam prinsip-prinsip pelaporan dan pengungkapan standar GRI-G4 terdapat 91 item pengungkapan yang dibagi ke dalam 3 kategori yaitu: 1. Indikator kinerja ekonomi meliputi aspek kinerja ekonomi, keberadaan di pasar, dampak ekonomi tidak langsung, dan praktik pengadaan. 37 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(54) 2. Indikator kinerja lingkungan meliputi aspek bahan, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, efluen dan limbah, produk dan jasa, kepatuhan, transportasi, lainlain, asesmen pemasok atas lingkungan, dan mekanisme pengaduan masalah lingkungan. 3. Indikator kinerja sosial dibagi menjadi 4 sub-kategori meliputi: a. Praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja meliputi aspek kepegawaian, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan dan pendidikan, keberagamaan dan kesetaraan peluang, kesetaraan remunerasi perempuan dan laki-laki, asesmen pemasok atas praktik. ketenagakerjaan. dan. mekanisme. pengaduan. masalah. ketenagakerjaan. b. Hak Asasi Manusia meliputi aspek investasi, non-diskriminasi, kebebasan berserikat dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), pekerja anak, pekerja paksa atau wajib kerja, praktik pengamanan, hak adat, asesmen, asesmen pemasok atas Hak Asasi Manusia, dan mekanisme pengaduan masalah Hak Asasi Manusia. c. Masyarakat meliputi aspek masyarakat lokal, anti-korupsi, kebijakan publik, anti-persaingan, kepatuhan, asesmen pemasok atas dampak terhadap masyarakat, dan mekanisme pengaduan dampak terhadap masyarakat.. 38 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(55) d. Tanggung jawab atas produk meliputi aspek kesehatan dan keselamatan pelanggan, pelabelan produk dan jasa, komunikasi pemasaran, privasi pelanggan dan kepatuhan. Berikut merupakan rincian jumlah item dari tiap-tiap aspek indikator kinerja: Kategori dan SubKategori. Aspek. Ekonomi. Kinerja Ekonomi (4 item), Keberadaan di Pasar (2 item), Dampak Ekonomi Tidak Langsung (2 item), Praktik Pengadaan (1 item). Lingkungan Bahan (2 item), Energi (5 item), Air (3 item), Keanekaragaman Hayati (4 item), Emisi (7 item), Efluen dan Limbah (5 item), Produk dan Jasa (2 item), Kepatuhan (1 item), Transportasi (1 item), Lain-lain (1 item), Asesmen Pemasok atas Lingkungan (2 item), Mekanisme Pengaduan Masalah Lingkungan (1 item). Sosial Praktik Kepegawaian (3 item), Hubungan Industrial Ketenagakerjaan (1 item), Kesehatan dan Keselamatan Kerja (4 item), dan Pelatihan dan Pendidikan (3 item), Keberagaman dan Kenyamanan Kesetaraan Peluang (1 item), Kesetaraan Remunerasi Kerja Perempuan dan Laki-laki (1 item), Asesmen Pemasok atas Praktik Ketenagakerjaan (2 item), Mekanisme Pengaduan Masalah Ketenagakerjaan (1 item). Hak Asasi Investasi (2 item), Non-diskriminasi (1 item), Manusia Kebebasan berserikat dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) (1 item), Pekerja Anak (1 item), Pekerja Paksa (1 item), Praktik Pengamanan (1 item), Hak Adat (1 item), Asesmen (1 item), Assesmen Pemasok atas HAM (1 item). Masyarakat Masyarakat lokal (2 item), Anti Korupsi (3 item), Kebijakan publik (1 item), Anti Persaingan (1 item), Kepatuhan (1 item), Asesmen Pemasok atas Dampak terhadap Masyarakat (2 item), Mekanisme Pengaduan Dampak terhadap Masyarakat (1 item). Tanggungjawab atas Produk. Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan (2 item), Pelabelan Produk dan Jasa (3 item), Komunikasi. 39 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(56) pemasaran (2 item), Privasi Pelanggan (1 item), Kepatuhan (1 item). Sumber: Prinsip-Prinsip Pelaporan dan Pengungkapan Standar dalam Pedoman Pelaporan Keberlanjutan G4 GRI, 2013. 2.6 Ukuran Perusahaan Menurut Maiyarni, Susfayetti, dan Erwati (2014), ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang berfungsi untuk mengklasifikasikan besar kecilnya suatu entitas. Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, bagi eksternal perusahaan maupun internal perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, makin banyak informasi yang terkandung di dalam perusahaan, dan makin besar pula tekanan untuk mengolah informasi tersebut, sehingga pihak manajemen perusahaan akan memiliki kesadaran yang lebih tinggi mengenai pentingnya informasi, dalam mempertahankan eksistensi perusahaan. Purnasiwi (2011) dalam Kurnianingsih (2013) mengatakan bahwa size perusahaan bisa didasarkan pada total asset (aktiva tetap, tidak berwujud dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan kapitalisasi pasar. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur menggunakan total aset. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 tahun 2016, aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat dari. 40 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(57) peristiwa masa lalu dan manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut diperkirakan mengalir ke entitas. Menurut Subramanyam (2016), terdapat dua pembagian aset yaitu: 1. Current assets atau aset lancar, yaitu kas dan aset-aset lain yang dapat dicairkan ke dalam bentuk kas dalam satu periode operasional. Current assets terdiri dari kas dan setara kas, piutang, beban dibayar dimuka, dan persediaan. 2. Long-term assets atau aset tetap, yaitu sumber daya yang dimanfaatkan perusahaan untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu lebih dari satu periode operasional. Long-term assets terbagi menjadi dua jenis, yaitu aset tetap berwujud seperti properti, pabrik, dan peralatan, dan aset tetap tidak berwujud seperti paten, merk dagang, copyrights dan goodwill. Menurut Subiantoro dan Mildawati (2015), ukuran perusahaan diproksikan dengan log natural total aset, tujuannya agar mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan besar dan perusahaan kecil sehingga data total aset dapat terdistribusi normal. Untuk mengukur ukuran perusahaan, rumus yang digunakan sesuai dengan penelitian Maiyarni, Susfayetti, dan Erwati (2014) yaitu: SIZE = log natural (Total Asset). Keterangan: Size. : ukuran perusahaan. Total asset. : total aset lancar dan aset tidak lancar. 41 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(58) 2.7 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan CSR Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi CSR karena perusahaan besar memiliki aset yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar juga menggunakan sumber daya lebih banyak. Hal ini dapat menyebabkan kelangkaan dari sumber daya yang digunakan dan itu dapat mengganggu keberlanjutan dari sumber daya dan juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan bertambahnya limbah. Perusahaan harus menerapkan prinsip sustainability dan accountability yaitu perusahaan harus memperhitungkan keberlanjutan sumber daya dan harus bertanggung jawab atas aktivitas yang telah dilakukan dengan cara melakukan lebih banyak CSR. Semakin banyak perusahaan melakukan CSR semakin banyak perusahaan melakukan pengungkapan CSR. Pandangan ini didukung dengan penelitian-penelitian terdahulu. Menurut Indraswari dan Astika (2014), ukuran perusahaan dapat dikatakan sangat mempengaruhi terlaksananya pengungkapan sosial, hal itu dikarenakan dengan semakin besarnya ukuran perusahaan maka tanggung jawab perusahaan juga akan berpengaruh pada pengungkapan yang harus dilakukan. Suripto (1999) dalam Indraswari dan Astika (2014) menyatakan bahwa dengan besarnya ukuran perusahaan, hal itu akan berpengaruh pada banyaknya karyawan, penggunaan sistem yang lebih canggih, besarnya laba yang diperoleh, produksi yang banyak, serta luasnya area lingkungan masyarakat yang dipergunakan, sehingga banyak pihak yang harus mendapatkan haknya yaitu adanya pengungkapan yang transparan dari perusahaan.. 42 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(59) Maiyarni, Susfayetti, dan Erwati (2014) menjelaskan bahwa secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi sosial atau tanggung jawab sosial lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini dapat dijelaskan secara teoritis bahwa perusahaan besar merupakan entitas bisnis yang tidak lepas dari risiko tekanan politis yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil. Tekanan politis ialah tekanan untuk entitas bisnis yang banyak disoroti oleh masyarakat luas agar lebih mengungkapkan tanggung jawab sosial (CSR) atas aktivitas usahanya terhadap lingkungan sekitarnya. Hasil penelitian terdahulu yaitu, penelitian yang dilakukan Maiyarni, Susfayetti, dan Erwati (2014) dan Subiantoro dan Mildawati (2015) tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian Sari (2012) dan Politon dan Rustiyaningsih (2013) menunjukkan adanya pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ha1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.. 2.8 Kepemilikan Institusional Menurut Kieso et al. (2014), share capital atau modal saham merupakan cash atau aset lain yang dibayarkan untuk suatu perusahaan oleh pemegang saham untuk ditukar dengan ordinary share. Kieso et al. (2014) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis saham yaitu: 1. Ordinary share (saham biasa). 43 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(60) Saham biasa merupakan kas dan aset lainnya yang dibayarkan kepada perusahaan oleh pemegang saham untuk ditukarkan dengan saham. 2. Preference share (saham preferen) Saham preferen merupakan saham dengan kelas khusus yang memiliki preferensi atau keistimewaan yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, investor adalah penanam uang atau modal; orang yang menanamkan uangnya dalam usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Menurut Lestari dan Hermanto (2015), kepemilikan saham di Bursa Efek Indonesia terbagi atas dua yaitu pemegang saham mayoritas dan pemegang saham publik. Di mana penjelasannya sebagai berikut: 1. Pemegang Saham Mayoritas Pemegang saham mayoritas (proporsi di atas 5 %) memiliki hak suara yang lebih kuat untuk masing-masing individu daripada pemegang saham publik. Pemegang saham mayoritas memiliki hak untuk untuk mempengaruhi manajemen. dalam. mengambil. kebijakan-kebijakan. yang. dibutuhkan. perusahaan termasuk masalah pendanaan. 2. Pemegang Saham Publik Pemegang saham publik secara per individu tidak memiliki hak suara yang signifikan untuk mempengaruhi manajemen atau menempatkan perwakilan di dewan komisaris. Gabriella (2011) dalam Budiman (2015) mengatakan bahwa institusi biasanya dapat mengusai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang lebih 44 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(61) besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Karena menguasai saham mayoritas, maka pihak institusional dapat melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen secara lebih kuat dibandingkan dengan pemegang saham lain. Menurut Nugroho dan Yulianto (2015), kepemilikan institusional merupakan saham dalam perusahaan yang dimiliki oleh investor institusional seperti pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan asuransi dan institusional lainnya. Anggono dan Handoko (2009) dalam Nugroho dan Yulianto (2015), menyatakan bahwa investor institusional lebih menekankan keuntungan jangka panjang perusahaan sehingga mereka sering memberi tekanan kepada manajemen untuk mengambil keputusan tidak hanya didasarkan pada keuntungan jangka pendek saja tetapi juga cara menaruh kepedulian dalam bidang-bidang sosial. Pasaribu, Kowanda dan Kurniawan (2015) mengatakan bahwa investor institusional ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang di mana mereka memilki saham di perusahaan tersebut. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki sumber daya, kemampuan, pengalaman, dan kesempatan untuk mengawasi kinerja perusahaan untuk lebih memprioritaskan pada nilai perusahaan jangka panjang. Kepemilikan institusional diukur dari rasio jumlah saham yang dimiliki institusional terhadap jumlah total saham yang beredar. Rumus yang digunakan merujuk pada penelitian Machmud dan Djakman (2008) dalam Nugroho dan Yulianto (2015) yaitu:. 45 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(62) KI =. 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟. × 100%. Keterangan: Jumlah saham yang dimiliki institusional. : merupakan jumlah saham yang beredar yang dimiliki oleh institusi.. Jumlah total saham yang beredar. : merupakan jumlah total saham yang dimiliki dan beredar.. 2.9 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan CSR Kepemilikan institusional dan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR karena investor institusional akan memberikan pengawasan melalui RUPS. Ketika perusahaan melakukan RUPS perusahaan akan menjelaskan mengenai apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan dan pada saat RUPS investor institusional dapat memberikan masukan, pendapat maupun pertanyaan terhadap kegiatan operasional perusahaan sebagai bentuk pengawasan. Investor institusional bukan hanya memikirkan jangka pendek melainkan jangka panjang. Jangka pendek di sini perusahaan hanya memikirkan profit saja sedangkan jangka panjang perusahaan juga memikirkan people dan planet. Semakin banyak kepemilikan institusional semakin banyak perusahaan melakukan CSR. Semakin banyak perusahaan melakukan CSR. 46 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(63) semakin banyak pula pengungkapan CSR perusahaan. Pandangan ini didukung dengan penelitian-penelitian terdahulu. Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan (2015) mengatakan bahwa investor institusional ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan di mana mereka memiliki saham di perusahaan tersebut. Hal tersebut dikarenakan mereka memiliki sumber daya, kemampuan, pengalaman, dan kesempatan untuk mengawasi kinerja perusahaan untuk lebih memprioritaskan pada nilai perusahaan jangka panjang. Nugroho dan Yulianto (2015) menjelaskan bahwa kepemilikan institusional yang besar dapat meningkatkan pengawasan kinerja manajemen, dalam hal ini terkait praktik dan pengungkapan CSR, sehingga dapat meyakinkan bahwa perusahaan tidak hanya beroperasi untuk keuntungannya sendiri, namun juga memperhatikan para stakeholder lainnya. Hasil dari beberapa penelitian yaitu Nofandrilla (2008), Rustiarini (2009), Utami dan Rahmawati (2011), dan Adnantara (2013) mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif pada pengungkapan CSR. Hasil berbeda muncul dari beberapa penelitian yaitu Kasmadi dan Djoko (2006) dan Rustiarini (2009) yang mengatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh pada pengungkapan CSR. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ha2: Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.. 47 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(64) 2.10 Profitabilitas Menurut Weygandt et al. (2015), profitabilitas mengukur pendapatan atau kesuksesan operasional perusahaan untuk periode waktu tertentu. Nugroho dan Yulianto (2015) mengatakan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba selama periode tertentu, yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam mengungkapkan CSR. Subramanyam (2016) mengatakan bahwa profitabilitas merupakan rasio yang menganalisis kinerja operasional suatu perusahaan dengan memeriksa rasio yang berhubungan dengan item pada laporan laba rugi terhadap penjualan. Menurut Subiantoro dan Mildawati (2015), rasio profitabilitas mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri (shareholders equity). Menurut Weygandt et al. (2015), profitabilitas dapat diukur dengan 7 rasio yaitu profit margin, asset turnover, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), priceearning ratio dan payout ratio. Putri dan Christiawan (2014) menjelaskan bahwa dalam mengukur profitabilitas perusahaan digunakan alat ukur return on asset (ROA). ROA merupakan suatu indikator keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena manajemen perusahaan mampu menghasilkan laba sebaik. 48 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

(65) mungkin atas aset yang dimiliki. Rumus yang digunakan untuk menghitung ROA menurut Weygandt et al. (2015) yaitu: 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒. ROA = 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠. Keterangan: Return on assets. : rasio perbandingan laba bersih terhadap rata-rata aset perusahaan. Net Income. : laba bersih setelah dikurangi pajak. Average Total Assets. : rata-rata total aset ~. 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 2. Menurut Subramanyam (2014), yang dimaksudkan dengan net income adalah jumlah yang diperoleh perusahaan selama periode tersebut.. 2.11 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan CSR Profitabilitas dapat berpengaruh terhadap pengungkapan CSR karena dengan ROA yang tinggi perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan telah efektif menggunakan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Sebagai contoh perusahaan menggunakan bahan daur ulang untuk membuat produk sebagai pengganti bahan baku utama di mana bahan daur ulang memiliki biaya yang lebih murah sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba lebih tinggi. Dengan laba yang lebih tinggi perusahaan memiliki ketersediaan dana lebih untuk berinvestasi dengan melakukan CSR. Semakin. 49 Pengaruh Ukuran Perushaan..., Florentina A, FB UMN, 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi Struktur, Nilai, dan Fungsi Syair “Sintung” Di Desa Tambaagung Barat Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep,

Peserta Didik diharapkan dapat menjelaskan langkah-langkah membuat animasi sederhana menggunakan pemrograman visual versi online dengan mengerjakan evaluasi yang terkait pada

Arti dari kata idealisme sendiri adalah suatu setandar kesempurnaan, Keunggulan, Keindahan, dan kebaikan, dapat juga diartikan sebagai objek tujuan sempurna dan hasrat untuk

Tujuan dari mutasi ekstern adalah agar dapat mengikuti pendidikan di sekolah sesuai dengan keadaan dan kemampuan peserta didik serta lingkungan yang mempengaruhinya, dan

Harga diri dan social loafing memiliki hubungan negatifsesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma(2015, h. Seorang mahasiswa yang memiliki harga diri tinggi

Kemampuan ekstrak tanaman dalam menetralisir aktivitas fosfolipase adalah ditentukan dengan mencampur jumlah konstan racun dengan berbagai jumlah ekstrak tumbuhan

Enrollment activities of new students at SDN kemirirejo 3 Magelang is managed by the New Student Recruitment committee that established by the Decree of principalx.

Setelah menganalisa data yang diperoleh dari perusahaan dan melakukan wawancara dengan pihak perusahaan, maka penulis menemukan beberapa masalah yaitu dalam