BAB
3
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA
STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG
CIPTA KARYA
3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN
RUANG
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan RPJMN 2015-2019
Adapun arahan pembangunan Cipta Karya yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yaitu:
1. Mendorong Percepatan Pembangunan Perumahan Rakyat
Arah kebijakan dalam mendorong percepatan pembangunan perumahan rakyat selama lima tahun kedepan akan dicapai dengan upaya peningkatan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai melalui strategi:
a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan hunian baru (sewa/ milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru (sewa/ milik) dilakukan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro perumahan swadaya, bantuan stimulant, memperluas program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, sertaintegrasi sektor perumahan dalam sistem jaminan sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulan dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang berbasis komunitas.
b. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan pembangunan perumahan melalui: i) penguatan kapasitas pemerintah dan pemerintah daerah dalam memberdayakan pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi yang efektif dan tidak mendistorsi pasar; ii) penguatan peran lembaga keuangan
c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan perumahan untuk MBR melalui: i) peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN), Perum Perumnas, dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal Negara (PMN); ii) mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta iii) melakukan perpanjangan Peraturan Presiden SMF terkait penyaluran pinjaman kepada penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal dengan dukungan pemerintah.
d. Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun milik serta pengembangan instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land consolidation), bank tanah (land banking), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah terlantar, dan tanah wakaf.
e. Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).
f. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi menjadi infrastruktur bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.
2. Membangun Infrastruktur Dasar Air Minum dan Sanitasi dalam Pencapaian Universal Access
Arah kebijakan dalam mendorong pembangunan infrastruktur dasar air minum dan sanitasi dalam pencapaian universal access selama lima tahun kedepan yaitu:
1. Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air domestik untuk memenuhi kebutuhan air minum dan sanitasi melalui strategi: a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan
pembangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site dan di perkotaan dengan sistem on-site melalui IPLT dan sistem off-site baik skala kawasan maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan hygiene dan sanitasi.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung
air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.
d. Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telahterpakai melalui pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) daur ulang air yang telah dipergunakan (water reclaiming).
2. Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui strategi:
a. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.
b. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.
c. Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi yang ada saat ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi komunal. 3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) melalui pengarusutamaan dalamproses perencanaan dan penganggaran formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum.
b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi.
c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerjaPemerintah Daerah di sektor air minum dan sanitasi.
Tabel III. 1
Sasaran Rpjmn 2015-2019 Bidang Infrastruktur Cipta Karya
No Sasaran Indikator Manfaat
Pembangunan Infrastruktur/ Prasarana Dasar 1. Meningkatnya layanan perumahan, air minum dan sanitasi a. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak baru (sewa/ milik) untuk 9 juta rumah tangga
- Peningkatan tingkat kepemilikan rumah - Perwujudan kota tanpa
permukiman kumuh
- Penurunan angka kejadian penyakit yang diakibatkan kondisi air dan sanitasi yang buruk
- Peningkatan tingkat pendapatan masyarakat karena biaya untuk kesehatan dapat dikurangi Penerima manfaat:
- Perumahan: 18,6 juta rumah tangga
- Air minum: 32% penduduk di tahun 2019 atau sekitar 100 juta jiwa
Sanitasi: 40% penduduk di tahun 2019 atau sekitar 120 juta jiwa b. Berkurangnya proporsi rumah
tangga kumuh perkotaan menjadi 0 % melalui peningkatan kualitas hunian untuk 9,6 juta rumah tangga.
c. Tercapainya 100%pelayanan air minum yakni 85% penduduk terlayani akses sesuai Standard Pelayanan Minimal (SPM) dan 15 persen sesuai kebutuhan dasar (basic needs)
d. Tercapainya 100% pelayanan sanitasi (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) yakni 85% penduduk terlayani akses sesuai Standard Pelayanan Minimal (SPM) dan 15 persen sesuai kebutuhan dasar (basic needs).
e. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan
3.1.2. Arahan Penataan Ruang
A. Arahan Penataan Ruang Nasional
Pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kebijaksanaan pembangunan nasional memuat arahan pengembangan wilayah (Regional Development Policies) yang secara umum merupakan arahan untuk menyeimbangkan pembangunan antar wilayah melalui upaya penyebaran kegiatan ekonomi, sosial budaya, penduduk, dan pusat-pusat kegiatan. Arahan pengembangan wilayah secara nasional dimaksudkan untuk merumuskan strategi pemanfaatan ruang dan struktur ruang nasional yang didasarkan pada aspek-aspek efisiensi dan efektivitas penggunaan investasi dan sumberdaya dalam mewujudkan tujuan pembangunan.
‐ Visi Ruang Wilayah Nasional
Secara umum, visi ruang nasional yang diinginkan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan kegiatan ekonomi antarpulau semakin seimbang dan semakin terkait untuk mendorong terwujudnya pemerataan pembangunan dan kesatuan wilayah nasional;
2. Sektor industri akan semakin menyebar di luar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera sesuai dengan potensi untuk mempercepat perkembangan ekonomi wilayah; 3. Penyebaran kegiatan ekonomi sesuai dengan potensi kawasan di wilayah nasional
membentuk keterkaitan yang mewujudkan penguatan struktur ekonomi secara sektoral dan regional;
4. Industri di Pulau Jawa tetap berkembang akan tetapi perlu memberi perhatian khusus pada ketersediaan air dan kondisi lingkungan;
5. Lahan pertanian di Pulau Jawa tetap dipertahankan untuk menjaga kemandirian di bidang produksi pangan;
6. Perubahan fungsi lahan pertanian yang ada di Pulau Jawa terhadap permukiman dan kawasan industri harus diganti dengan pembukaan sawah baru di luar Pulau Jawa;
7. Penyebaran kegiatan ekonomi di KTI sesuai dengan potensi sumberdaya alam, saling menguatkan dengan pengembangan pusat-pusat permukiman dan dapat menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat menarik penduduk dari daerah padat.
dapat memperlihatkan pola kawasan lindung, pola pengembangan kawasan budidaya, dan pola pengembangan sistem permukiman.
Pola kawasan lindung menggambarkan kawasan yang berfungsi lindung secara indikatif dalam ruang wilayah nasional, baik di darat, laut, dan udara. Pola ini memperlihatkan keterkaitan kawasan-kawasan lindung dengan lokasi-lokasi kawasan permukiman dan indikasi lokasi pengembangan kawasan budidaya dengan sektor produksi di dalamnya. Pola kawasan lindung yang ada dalam RTRWN akan dijabarkan dalam Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung dalam RTRWP dan selanjutnya menjadi pengelolaan kawasan lindung dalam RTRWK dengan menggunakan kriteria dan pola pengelolaan kawasan lindung.
Pada pola kawasan budidaya pada tingkat nasional memperlihatkan indikasi sebaran kawasan dengan sektor-sektor produksi dan jasa di dalamnya yang perlu dikembangkan dalam PJP II untuk mewujudkan perkembangan ekonomi nasional dan pengembangan ekonomi provinsi yang direncanakan.
‐ Pola Pengembangan Kawasan Dan Hirarki Fungsional Kota Dalam Ruang Nasional Dengan memperhatikan kondisi geografis, sistem administrasi pembangunan dan konsep pengembangan kawasan andalan, ditentukan suatu hirarki fungsional kota dalam ruang nasional adalah sebagai berikut:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan kriteria penentuan :
a. Pusat yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya;
b. Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani nasional/beberapa provinsi;
c. Pusat pengolahan/pengumpul barang secara nasional/beberapa provinsi; d. Simpul transportasi secara nasional/beberapa provinsi;
e. Pusat jasa-jasa publik yang lain untuk nasional/beberapa provinsi. 2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dengan kriteria penentuan:
a. Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/ bank yang melayani beberapa kabupaten; b. Pusat pengolahan/ pengumpul barang yang melayani beberapa kabupaten; c. Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten;
d. Pusat jasa pemerintahan untuk beberapa kabupaten; e. Pusat jasa-jasa yang lain untuk beberapa kabupaten. 3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), dengan kriteria penentuan :
a. Pusat jasa-jasa keuangan/ bank yang melayani satu kabupaten atau beberapa kecamatan;
b. Pusat pengolahan/ pengumpul barang untuk beberapa kecamatan; c. Simpul transportasi untuk beberapa kecamatan;
d. Pusat Jasa Pemerintahan untuk beberapa kecamatan;
e. Bersifat khusus karena mendorong perkembangan strategis atau kegiatan khusus lainnya.
Fungsional kota Kabupaten Temanggung dalam ruang nasional merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), dimana kota yang akan dikembangkan menjadi PKL adalah kota-kota yang wilayah pelayanannya telah berkembang lebih dari 1 administrasi kecamatan. Skala fasilitas/ kegiatan yang dikembangkan di kota ini memiliki pelayanan sebagian wilayah kabupaten. Kawasan perkotaan di Kabupaten Temanggung meliputi: Kawasan Perkotaan Temanggung dan Kawasan Perkotaan Parakan.
B. Arahan Penataan Ruang Provinsi
Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah berperan sebagai perangkat operasional dari RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Provinsi Jawa Tengah. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang merupakan perwujudan visi dan misi pembangunan keruangan jangka panjang Provinsi Jawa Tengah dalam mendukung perwujudan tujuan penataan ruang nasional yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah ini akan meliputi kebijakan dan strategi pembangunan spasial maupun sektoral di Provinsi Jawa Tengah
‐ Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah
Secara umum, untuk mewujudkan misi penataan ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah, maka ditetapkan strategi dan kebijakan perencanaan ruang wilayah; serta strategi perencanaan ruang wilayah. Untuk mengakomodasi perkembangan yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah serta melaksanakan konsep pembangunan yang berkelanjutan, maka disusunlah Strategi Besar penataan ruang wilayah sebagai berikut:
1. Mencegah pertumbuhan berpola sprawl dari kota-kota utama;
2. Mendukung alokasi kesempatan kerja dan kegiatan-kegiatan pada lokasi yang memadai, berdasarkan kriteria lokasi dan sistem tempat pusat;
5. Memfasilitasi pemisahan kegiatan-kegiatan polutif dengan kegiatan-kegiatan non-polutif pada semua skala, besar maupun kecil;
6. Mengaplikasikan pendekatan perintah dan kendali (command and control), yang dilengkapi dengan instrumen-instrumen pasar (market based instruments) dalam menangani polusi dan bentuk-bentuk eksternalitas yang pareto-relevant lainnya; 7. Mendukung konversi penggunaan lahan yang dapat memperkuat dan/ atau
menciptakan keuntungan komparatif wilayah, sejauh efisiensi sosial ekonomi tetap terjaga;
8. Mendukung usaha-usaha untuk meningkatkan produktifitas penggunaan lahan dalam kondisi efisiensi sosial ekonomi;
9. Mendukung pemanfaatan lahan secara tradisional atau yang berdasarkan kearifan lokal (indigenous), jika ini lebih bisa membawa keadaan yang optimal secara sosial;
10. Memfasilitasi pengembangan kegiatan-kegiatan non-pertanian perdesaan (rural non-farm);
11. Memfasilitasi rasio terbaik dari kegiatan-kegiatan padat modal dengan padat karya, terutama jika ekspansi kegiatan padat modal dipandang tidak efisien secara sosial (terjadi pareto-relevant externality).
‐ Struktur Dan Pola Ruang Provinsi Jawa Tengah
Tujuan kebijakan struktur ruang wilayah adalah untuk mendorong proses pertumbuhan pada wilayah yang mempunyai potensi untuk berkembang serta untuk memacu pertumbuhan wilayah tersebut sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah, dengan tetap menjaga keberlanjutan pembangunannya. Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah memuat aspek-aspek berikut: sistem perdesaan; sistem perkotaan; penetapan fungsi kawasan perkotaan; serta pengembangan prasarana wilayah.
Sedangkan tujuan kebijakan pola ruang wilayah adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan penetapan pola ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah memuat kebijakan pemantapan kawasan lindung dan kebijakan pengembangan kawasan budidaya serta kebijakan yang lebih khusus mengenai penetapan fungsi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan kebijakan penetapan kawasan strategis provinsi.
‐ Pengembangan Kawasan Dan Fungsi Ruang Kota Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan RTR Provinsi Jawa Tengah tentang pengembangan kawasan dan fungsi kota, wilayah Kabupaten Temanggung termasuk ke dalam beberapa pengembangan kawasan fungsi kota diantaranya:
1. Sistem Perwilayahan Purwomanggung meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi; 2. Rencana pengembangan terminal penumpang jalan Tipe A sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) huruf a, terdapat di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pemalang, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kota Tegal.
3. Kawasan hutan lindung yang dikelola oleh negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a merupakan hutan lindung yang tersebar di Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes.
4. Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b terletak di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, KabupatenPati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal,
Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupatenn Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Salatiga, Kota Semarang.
6. Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b, berada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Semarang.
7. Sebaran kawasan perlindungan Plasma Nutfah di daratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Tegal.
8. Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf a, berada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes.
9. Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf b, terletak di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Semarang.
10. Kawasan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b, terletak di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan.
C. Arahan Penataan Ruang Kabupaten
Rencana tata ruang wilayah merupakan rencana penataan ruang yang terdiri atas pola ruang dan struktur ruang. Rencana pola ruang merupakan rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah berfungsi sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten serta mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukkan ruang. Rencana stuktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dengan jaringan sarana dan prasarananya. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2028, arahan rencana tata ruang Kabupaten Temanggung mencakup:
‐ Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Temanggung
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut, kebijakan penataan ruang Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut:
a. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif; b. Pengembangan industri berbahan baku lokal; c. Pengembangan pusat pelayanan;
d. Pengembangan kepariwisataan;
e. Peningkatan keterkaitan Kawasan Perkotaan-pedesaan;
f. Pengembangan Kawasan Perkotaan yang mampu berfungsi sebagai pusat pemasaran hasil komoditas Daerah;
g. Pengembangan prasarana wilayah Daerah; h. Peningkatan pengelolaan Kawasan Lindung;
i. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
j. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan; dan k. Pengembangan Kawasan strategis Daerah.
Sementara itu, strategi penataan ruang Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut:
a. Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif. b. Strategi pengembangan industri berbahan baku lokal. c. Strategi pengembangan pusat pelayanan.
d. Strategi pengembangan kepariwisataan.
e. Strategi peningkatan keterkaitan kawasan perkotaan-pedesaan.
f. Strategi pengembangan Kawasan Perkotaan yang mampu berfungsi sebagai pusat pemasaran hasil komoditas Daerah.
g. Strategi pengembangan prasarana wilayah Daerah. h. Strategi peningkatan pengelolaan Kawasan Lindung.
i. Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
j. Strategi peningkatan fungsi Kawasan untuk pertahanan dan keamanan. k. Strategi pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten.
‐ Arahan Struktur Ruang Kabupaten Temanggung 1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Temanggung berfungsi sebagai pusat pelayanan umum, pusat perdagangan dan jasa maupun koleksi dan distribusi hasil-hasil bumi dari kecamatan-kecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya. PKL di Kabupaten Temanggung berada di Kawasan Perkotaan Temanggung dan Kawasan Perkotaan Parakan.
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
PKLp merupakan kawasan perkotaan yang dakam jangka waktu tertentu akan diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL). PKLp Kabupaten Temanggung berada di Kawasan Ngadirejo dan Kranggan.
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
PPK merupakan Ibu Kota Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, aktivitas sosial, serta kegiatan perekonomian di tingkat lokal (Kecamatan) yang melayani skala Kecamatan dan beberapa desa. PPK Kabupaten Temanggung berada di kawasan perkotaan Pringsurat, Kedu, Kranggan, Kledung,Bulu, Candiroto, Selopampang, Bejen, Jumo, Tlogomulyo, tembarak, Kaloran, Gemawang, Wonoboyo, Bansari dan Tretep.
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
PPL merupakan desa dengan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan antar desa dan berfungsi sebagai pusat pelayanan umum serta perdagangan dan jasa. PPL di Kabupaten Temanggung meiputi Kawasan Perdesaan Kebumen di Kecamatan pringsurat, Desa Kebonsari di Kecamatan Wonoboyo, Desa Gentan di Kecamatan Kranggan dan Desa Malebo di kecamatan Kandangan.
5. RencanaSistem Jaringan Prasarana
Pengembangan sistem prasarana perkotaan bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki pelayanan kepada masyarakat. Rencana sistem jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, sumberdaya air, energi, lingkungan dan lainnya. Dalam rencana pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Temanggung, terbagi menjadi 5 lima yaitu :
Rencana sistem jaringan prasarana trasportasi
Rencana sistem jaringan prasarana energi
Rencana sistem jaringan prasarana telematika
Rencana sistem jaringan prasarana air bersih
Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan
‐ Arahan Pola Ruang Kabupaten Temanggung 1. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman merupakan kawasan diluar kawasan lindung yang diperuntukkan untuk tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung bagi peri
Kriteria penetapan kawasan permukiman meliputi kawasan yang bertopografi datar, bukan lahan beririgasi teknis, bukan kawasan lindung, aksesibilitas baik dan tersedia air bersih. Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk kawasan peruntukan permukiman antara lain:
1) Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
2) Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 L/org/hari – 100 liter/org/hari;
3) Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi); 4) Drainase baik sampai sedang;
5) Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/ pantai/ waduk/ danau/ mata air/ saluran pengairan/ rel kereta api dan daerah aman penerbangan;
6) Tidak berada pada kawasan lindung;
7) Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga; 8) Menghindari sawah irigasi teknis.
Lokasi peruntukkan kawasan permukiman berada di seluruh Kecamatan di Kabupaten Temanggung meliputi kawasan Perdesaan dan perkotaan.
2. Kawasan Peruntukkan Lainnya
Kawasan peruntukkan lainnya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang diperuntukkan bagi fungsi ruang terbuka hijau. Penetapan lokasi RTH berada di Kawasan perkotaan yang terdapat di setiap Kecamatan di Kabupaten Temanggung.
Arahan pengelolaan kawasan TRH sebagaimana dilakukan melalui Proporsi RTH kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Temanggung adalah paling sedikit 30% dari luas kawasan perkotaan, yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pembagian RTH ini terdiri dari RTH publik paling sedikit 20% dan RTH privat 10%. Distribusi RTH kawasan perkotaan disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang wilayah.
Tabel III. 2
Arahan Peruntukan Ruang Kabupaten Temanggung Berdasarkan RTRW
Kebijakan Pola Ruang Kebijakan Struktur Ruang 1. Kebijakan dan strategi pelestarian kawasan lindung
‐ Pemantapan kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya
‐ Pemantapan kawasan perlindungan setempat, ‐ Pemantapan kawasan suaka alam dan pelestarian
alam
‐ Penanganan kawasan rawan bencana alam
1. Kebijakan dan strategi sistem pusat pelayanan
‐ Membagi wilayah fungsional Kabupaten berdasarkan morfologi dan kondisi sosial ekonomi Kabupaten;
‐ Pemantapan kawasan lindung lainnya
2. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya.
‐ Pengembangan hutan produksi ‐ Pengembangan kawasan pertanian ‐ Pengembangan kawasan industri ‐ Pengembangan kawasan pariwisata
‐ Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan
sebagai PKL; dan
‐ Mengoptimalkan peran ibukota kecamatan sebagai PPK.
2. Kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan kawasan perkotaan-perkotaan.
‐ Menetapkan fungsi pengembangan wilayah berdasarkan potensi yang dimiliki;
‐ Mengembangkan permukiman perdesaan yang sinergi dengan pengembangan sektor pertanian; dan
‐ Mengembangkan permukiman perkotaan dan perdesaan yang sinergi secara ekonomi.
3. Kebijakan dan Strategi kawasan perkotaan yang mampu brfungsi sebagai pusat pemasaran
‐ Meningkatkan fungsi pengumpul dan pendistribusi komoditas ekonomi perdesaan pada PPL dan PPK; dan
‐ Meningkatkan fungsi pengumpul dan pendistribusi komoditas ekonomi pada PKL dan PKLp.
4. Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana wilayah.
‐ Meningkatkan kualitas jaringan jalan yang menghubungkan antara simpul-simpul kawasan produksi dengan kawasan pusat pemasaran; ‐ Meningkatkan pelayanan sistem energi dan
telekomunikasi di kawasan perdesaan;
‐ Mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air; ‐ Mengembangkan sistem jaringan limbah di permukiman perkotaan dan kawasan peruntukan industri;
‐ Mengembangkan jalur dan ruang evakuasi bencana alam; dan
‐ Mengembangkan sistem sanitasi lingkungan di kawasan perkotaan.
Tabel III. 3
Hirarki Arah Penataaan Ruang Kabupaten Temanggung
Penetapan Kabupaten Temanggung sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) -Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) -Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) -Kawasan Strategis Nasional (KSN) -
Penetapan Kabupaten Temanggung sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kawasan Strategis
Provinsi (KSP)
-Pusat Pelayanan
Lokal dan Provinsi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung Penetapan Kabupaten Temanggung sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) Temanggung dan Parakan
Pusat Kegiatan Lokal
Promosi (PKLp) Ngadirejo dan Krangan Pusat Pelayann
Kawasan (PPK) Pringsurat, Kedu, Kranggan, Kledung,Bulu, Candiroto, Selopampang, Bejen, Jumo, Tlogomulyo, tembarak, Kaloran, Gemawang, Wonoboyo, Bansari dan Tretep.
Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL) Kawasan Perdesaan Kebumen di Kecamatan pringsurat, Desa Kebonsari di Kecamatan Wonoboyo, Desa Gentan di Kecamatan Kranggan dan Desa Malebo di kecamatan Kandangan.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
3.1.3. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Temanggung Bidang Cipta Karya
Arahan rencana pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Temanggung diambil dari indikasi program pembangunan Kabupaten Temanggung tahun 2013-2018. Indikasi program yang Kabupaten Temanggung meliputi program-program dalam mencapai Visi dan Misi Tahun 2013-2018 terutama dalam menyelenggarakan urusan pemerintah daerah. Pada tabel yang tertera membahas program pembangunan daerah Kabupaten Temanggung khusus sektor Cipta Karya.
Penterjemahan program dan pagu indikatif dilakukan setiap tahun dan dituangkan ke dalam RKPD sebagai rancangan atas rencana pendapatan dan rencana belanja yang akan dituangkan ke dalam APBD. Indikasi program yang berisi pagu indikatif merupakan wujud kebutuhan pendanaan proyeksi jumlah dana yang dibutuhkan dan teralokasikan untuk pelaksanaan program bidang Cipta Karya dalam periode 2013-2018. Di dalam tabel tersebut tertera program-program dan pagu indikatif tersebut disertai dengan penetapan indikator program, target, dan rencana SKPD Pelaksana Program. Adapun program-program, pagu indikatif, indikator program, target, dan SKPD pelaksana program untuk tahun 2013-2018 adalah sebagaimana tabel berikut:
Tabel III. 4
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Temanggung Bidang Cipta Karya
URUSAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM
SAT UAN
KONDISI AWAL
KINERJA TARGET INDIKATOR SASARAN MISI KONDISI AKHIR RPJMD
SKPD 2012 2013
2014 2015 2016 2017 2018 2018
targe
t rupiah target rupiah target rupiah target rupiah target rupiah target rupiah
Pekerjaan Umum Program Pembangun an saluran drainase/gor ong-gorong Tersedianyasistem jaringan drainase skala kawasan/kot a sehingga tidak terjadi genangan % 30.54 30.71 30.9 700,000,00 40.1 1,297,662,500 40.3 3,110,000,000 40.5 2,570,000,000 40.7 2,642,000,000 40.7 10,319,662,500 DPU Tersedianyasistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 dalam setahun % 7,95 8,5 5,126,836, 10 5,457,723, 12 3,440,855, 14 5,698,526, 16 6,177,731, 18 25,901,672,10 DPU Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Persentase Kondisi bangunan gedung kantor kecamatan yang memadai % 80 80 85 5,126,836,400 85 5,457,723,500 90 3,440,855,000 95 5,698,526,000 100 6,177,731,200 100 25,901,672,100 DPU/ Pemeri ntahan Umum Perumahan Rakyat Program Lingkungan 1,244,068,700 355,912,500 340,000,000 340,000,000 340,000,000 2,619,981,200
URUSAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM
SAT UAN
KONDISI AWAL
KINERJA TARGET INDIKATOR SASARAN MISI KONDISI AKHIR RPJMD
SKPD
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2018
targe
t rupiah target rupiah target rupiah target rupiah target rupiah target rupiah
Sehat Perumahan Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni % 94.3 94.6 94.92 95.24 95.56 95.88 96.2 96.2 Dinas Sosial, DPU, Baper made s berkurangny a Luasan Permukiman Kumuh di kawasan perkotaan Hekta r (Ha) 35.56 35.56 32.36 28.81 25.42 22.3 19.91 19.91 DPU Cakupan Layanan Air Minum yang layak
% 74.48 82.48 84.5 86.6 88.1 90.2 91.3 91.3 DPU
Tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter per orang perhari % 82.48 84.5 86.6 88.1 90.2 91.3 91.3 DPU Cakupan sanitasi pemukiman yang layak % 70.71 74.28 74.9 75.51 76.1 77.4 78.9 78.9 DPU & DINKE S Tersedianya sistem
URUSAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM
SAT UAN
KONDISI AWAL
KINERJA TARGET INDIKATOR SASARAN MISI KONDISI AKHIR RPJMD
SKPD
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2018
targe
t rupiah target rupiah target rupiah target rupiah target rupiah target rupiah
Cakupan Sistem Air limbah Skala Komunitas/ Kawasan/ Kota % 3.8 5.8 6 7 7.5 8 8.2 8.2 DPU Cakupan Lingkungan yang Sehat dan Aman yang Didukung dengan Prasarana dan Sarana Umum
% 3,46 16,26 28 40 52 64 76 76 DPU 220,000,00 0 1,235,460, 000 4,665,000, 000 4,850,000, 000 5,235,000, 000 16,205,460,00 0 Penataan Ruang Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 1,250,000, 000 313,875,00 0 1,600,000, 000 1,700,000, 000 2,300,000, 000 7,163,875,000 Tersedianya luasan ruang terbuka hijau publik pada skala kawasan/kot a % 29.15 29.15 29.15 30 30.25 30.5 31.25 31.25 BLH/D PU Program Pengendalia n Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 2,028,918, 500 2,665,580, 500 3,130,000, 000 3,230,000, 000 3,520,000, 000 14,574,499,00 0 Cakupan Fasilitas Penguranga n Sampah di Perkotaan (TPST 3R) % 2.21 2.9 4.9 7.5 9.8 11.2 14.5 14.5 DPU/B LH Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan % 76,05 78 80 82 84 85 86 DPU/B LH
URUSAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM
SAT UAN
KONDISI AWAL
KINERJA TARGET INDIKATOR SASARAN MISI KONDISI AKHIR RPJMD
SKPD
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2018
targe
t rupiah target rupiah target rupiah target rupiah target rupiah target rupiah
Lingkungan Hidup Program Pengemban gan Kinerja Pengelolaan Persampaha n 3,648,500, 000 2,750,057, 500 8,650,000, 000 6,070,000, 000 13,120,000 ,000 34,238,557,50 0 Proporsi Sampah Terangkut terhadap Produksi Sampah se- Kab. Temanggung % 10.38 10.35 12,50 13 13,50 14 14,50 15 DPU Proporsi Sampah Terangkut terhadap Produksi Sampah Ibukota Kabupaten (Kecamatan Temanggung) % 76 80 80 83 85 86 87 87 DPU Proporsi Sampah Terangkut /tertangani terhadap Produksi Sampah Perkotaan (Ibukota Kecamatan se Kabu-Temanggung) % 45 50 55 55 60 60 65 65 DPU
URUSAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM
SAT UAN
KONDISI AWAL
KINERJA TARGET INDIKATOR SASARAN MISI KONDISI AKHIR RPJMD
SKPD
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2018
targe
t rupiah target rupiah target rupiah target rupiah target rupiah target rupiah
Terwujudnya TPA Temanggung di Wilayah Utara unit 0 0 1 1 1 DPU, Pemeri ntah Umum, BLH
3.2. RENCANA STRATEGIS INFRASTUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman (RKP)
Terkait dengan rencana kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Temanggung Secara umum visi dan misi pengembangan wilayah mengacu pada visi misi Kabupaten Temanggung. Terwujudnya masyarakat Temanggung yang berakhlak mulia, maju, berdaya saing, sejahtera serta aman dan damai yang berkesinambungan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan visi dari Pemerintah Kabupaten Temanggung.
1. Visi dan misi pengembangan kawasan permukiman
Visi pengembangan perumahan dan permukiman di wilayah Kabupaten Temanggung disesuaikan dengan visi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung, yaitu “Menyeimbangkan pertumbuhan wilayah melalui partisipasi masyarakat dan mendorong peran investasi dengan tetap mengedepankan kelestarian lingkungan hidup”.
Selanjutnya misi perumahan dan permukiman Kabupaten Temanggung diuraikan dalam 4 (empat) misi poko yaitu:
a) Menyeimbangkan pertumbuhan wilayah di seluruh wilayah Kabupaten Temanggung.
b) Menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Kabupaten Temanggung.
c) Melakukan penataan kembali kawasan lindung di seluruh wilayah Kabupaten Temanggung.
d) Mengoptimalisasikan sumberdaya manusia dan penyertaan peran serta masyarakat dalam pengembangan diseluruh wilayah Kabupaten Temanggung.
2. Rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman Kabupaten Temanggung
Untuk Kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman meliputi permukiman diperdesaan dan perkotaan. Sedangkan untuk Kawasan Peruntukan Permukiman luas minimal 14.698 ( Empat Belas Ribu Enam Ratus Sembilan Puluh Delapan ) hektar yang meliputi :
a) Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan Permukiman Perkotaan yang berada di seluruh Wilayah Kecamatan dengan luas minimal 7.214 ( Tujuh Ribu Dua Ratus Empat Belas ) hektar.
b) Kawasan Permukiman Perdesaan
a) Penyediaaan Sarana dan Prasarana Permukiman Perkotaan yang nyaman. b) Mengembangkan Fasilitas Ruang Publik dan RTH Kota.
c) Penyediaan berbagai Fasilitas Sosial Ekonomi yang mampu mendorong Perkembangan Kawasan Perkotaan.
Sedangkan untuk Arahan Perwujudan Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan dilakukan melalui program :
a) Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan yang terpadu dengan tempat Usaha Pertanian.
b) Mengembangkan Struktur Ruang Perdesaan melalui: - Pembentukan PPL
- Pengembangan keterkaitan sosial ekonomi antara PPL dengan Wilayah Pelayanan.
c) Penyediaan berbagai Fasilitas Sosial Ekonomi yang mampu mendorong Perkembangan Kawasan Perdesaan.
3.2.2. Rencana Induk Sistem Penyedian Air Minum A. Rencana Sistem Pelayanan
Pembuatan blok pelayanan yang disesuaikan dengan RTRW, kondisi topografi, sebaran penduduk, dan peruntukan daerah kondisi, rencana blok pelayanan inidibagi dalam 4 (blok/wilayah pelayanan) dengan mempertimbangkan: 1. Sistem perkotaan, 2. Karakteristik topografi kelerengan wilayah, 3. Pelayanan jaringan perpipaan PDAM rencana dan 4 Kondisi lokasi rawan kekeringan. empat blok tersebut adalah: 1. Blok Pelayanan I (Ngadirejo), 2. Blok Pelayanan II (Parakan), 3. Blok Pelayanan III (Temanggung) dan 4. Blok Pelayanan IV (Kranggan). Berikut disajikan lebih rinci tabel dan gambar.
Tabel III. 5
Rencana Blok Sistem Pelayanan I (Ngadirejo)
FUNGSI PERKOTAAN KECAMATAN PERKOTAAN PERDESAAN
PKLp NGADIREJO Kataan Ngadirejo Banjarsari Giripurno Petirejo Gondang Winangun Ngaren
FUNGSI PERKOTAAN KECAMATAN PERKOTAAN PERDESAAN Mangunsari Katekan Dlimoyo Gandu Wetan Tegalrejo Karanggedong Pringapus Manggong Gejagan Campursari Purbosari Medari Munggangsari PPK CANDIROTO Candiroto Muntung Lempuyang Batursari Muneng Ngabeyan
Gunung Payung Krawitan Kentengsari Bantir Canggal Mento Plosogaden Sidoharjo PPK BEJEN Bejen Jlegong Congkrang Prangkokan Banjarsari Lowungu Kebon Dalem Larangan Luwok
Kemuning Selosabrang Tanjungsari Petung Duren Ngaliyan
FUNGSI PERKOTAAN KECAMATAN PERKOTAAN PERDESAAN Gedongsari Kertosari Padureso Barang Karangtejo Gunung Gempol Morobongo Sukomarto PPK WONOBOYO Wonoboyo Purwosari Kebonsari Semen Rejosari Pitrosari Wates Wonocoyo Pateken Tening Pesantren Tawangsari Cemoro PPK TRETEP Tretep Nglarangan Donorojo Bonjor Bendungan Tempelsari Campurejo Bojong Simpar Tlogo Sigedong
Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015
Tabel III. 6
Rencana Blok Sistem Pelayanan II (Parakan)
FUNGSI
PERKOTAAN KECAMATAN PERKOTAAN PERDESAAN
PKL PARAKAN Parakan Kauman Campursalam Ringinanom Nglondong Bagusan
FUNGSI
PERKOTAAN KECAMATAN PERKOTAAN PERDESAAN
Tegalroso Traji Depok Harjo Glapansari Sunggingsari Parakan Wetan Wanutengah Dangkel Mandisari Watukumpul Caturanom PPK BULU Bulu Tegalrejo Tegalurung Pakurejo Campursari Wonotirto Ngimbrang Gondosuli Putat Pengilon Bansari Wonosari Pandemulyo Pasuruhan Mondoretno Gandurejo Malangsari Pagergunung Danupayan PPK KEDU Kedu Tegalsari
Candimulyo Bandung Gede Mojotengah Mergowati Karangtejo Salamsari
Danurejo Kutoanyar
Kundisari
FUNGSI
PERKOTAAN KECAMATAN PERKOTAAN PERDESAAN
Batursari Jekerto
Tlahap Kwadungan Jurang
Cangal Tuksari Kalirejo Kruwisan Petarangan Kwadungan Gunung Paponan PPK GEMAWANG Gemawang Krempong Kemiriombo Ngadisepi Kalibanger Banaran Muncar Karang Seneng Jambon Sucen PPK BANSARI Bansari Mojosari Candisari Gentingsari Balesari Rejosari Gunungsari Mranggen Tengah Tanurejo Mranggen Kidul Purborejo Campuranom Tlogowero
Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015
Tabel III. 7
Rencana Blok Sistem Pelayanan III (Temanggung)
FUNGSI PERKOTAAN KECAMATAN PERKOTAAN PERDESAAN
PKL TEMANGGUNG Madureso Giyanti Temangung I Purworejo
FUNGSI PERKOTAAN KECAMATAN PERKOTAAN PERDESAAN Sidorejo Jampirejo Temanggung II Kowangan Kertosari Butuh Jampiroso Banyuurip Jurang Tlogorejo Kebonsari Manding Mungseng Walitelon Sel Walitelon Ut Joho Guntur Lungge Mudal Gilingsari Nampirejo PPK KANDANGAN Kandangan Tlogopucang Caruban Malebo Wadas Blimbing Samiranan Ngemplak Baledu Kembangsari Gesing Margolelo Kedungumpul Rowo Kedawung Banjarsari PPK SELOPAMPANG
FUNGSI PERKOTAAN KECAMATAN PERKOTAAN PERDESAAN Plumbon Salamrejo Bulan Bumiayu Kebonagung Tanggulanom PPK TLOGOMULYO Tlogomulyo Sriwungu Tanjungsari Pagersari Balerejo Losari Kerokan Candisari Langeng Legoksari Tlilir Gedegan PPK TEMBARAK Tembarak Jragan Wonokerso Krajan Menggoro Purwodadi Boto Putih Kemloko Banaran Drono Gandu Tawangsari Greges Kaloran Tegowanuh Tlogowungu Tepusen Gandon Tempuran Keblukan Gandulan Geblok Getas Kalimanggis Kemiri Kwarakan Tleter
Tabel III. 8
Rencana Blok Sistem Pelayanan IV (Kranggan)
FUNGSI PERKOTAAN KECAMATAN PERKOTAAN PERDESAAN
PKLp KRANGGAN Kranggan Badran Bengkal Pare Nguwet Ngropoh Sanggrahan Pendowo Klepu Kemloko Gentan Kramat Purwosari PPK PRINGSURAT Pringsurat Kebumen Rejosari Wonokerso Ngipik Karangwuni Pingit Soropadan Pagergunung Gowak Kupen Klepu Nglorog Soborejo
Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung, 2015
Pembuatan blok pelayanan yang disesuaikan dengan RTRW, kondisi topografi, sebaran penduduk, dan peruntukkan daerah kondisi, rencana blok pelayanan RI-SPAM Kabupaten Temanggung dibagi dalam 4 blok/wilayah pelayanan dengan mempertimbangkan: (1) sistem perkotaan, (2) karakteristik topografi, (3) pelayanan jaringan perpipaan PDAM rencana dan, (4) kondisi lokasi rawan kekeringan. Ke empat blok tersebut adalah:
b. Blok pelayanan II (Parakan) dengan potensi sumber air baku yaitu air permukaan (Sungai dan waduk/embung) dengan kapasitas 868,3 lt/detik, dan air tanah dengan daerah pelayanan meliputi Parakan, Bulu, Kedu, Kledung, Gemawang, dan Bansari. c. Blok pelayanan III (Temanggung) dengan potensi sumber air baku yaitu air permukaan
(Sungai dan waduk/embung) dengan kapasitas 518,4 lt/detik dan air tanah dengan cakupan pelayanan meliputi Temanggung, Kandangan, Selopampang, Tlogomulyo, Tembarak, dan Kaloran.
d. Blok pelayanan IV (Kranggan) dengan potensi sumber air baku yaitu air permukaan (sungai dan embung/waduk) dengan kapasitas 72,35 lt/detik dan air tanah dengan cakupan pelayanan meliputi Kranggan dan Pringsurat.
B. Rencana Pengembangan SPAM
Dalam rangka memenuhi kebutuhan air untuk masyarakat pelanggan PDAM Kabupaten Temanggung sekaligus mengantisipasi pertumbuhan penduduk tanpa mengurangi cakupan pelayanan, bahkan seharusnya ditingkatkan, maka PDAM Kabupaten Temanggung merencanakan pengembangan sistem pelayanan air minumnya. Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum hingga tahun 2018 secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas produksi dari 350 lt/detik menjadi 483 lt/detik 2. Pengembangan SPAM baru di IKK Kandangan
3. Penambahan perpipaan transisi dan jaringan distribusi 4. Penambahan sambungan baru sejumlah 13.250 unit 5. Penggantian meter tua dan rusak sejumlah 31.950 unit
Berikut adalah rencana pengembangan SPAM PDAM Tirta Agung Kabupaten Temanggung.
Tabel III. 9
Rencana Pengembangan Spam Tirta Agung
No SPAM Rencana Pengembangan
1 Air Baku 1) Potensi pemanfaatan mata air baru
2) Pengoptimalan potensi mata air yang sudah ada
3) Pemanfaatan sungai yang terintegrasi fungsi dengan bendung/embung sebagai sumber alternatif air bersih
4) Pemanfaatan secara optimal dan terbatas berupa air tanah dalam (sumur bor)
No SPAM Rencana Pengembangan air baru, yaitu:
a. Mata air Sigondok dengan kapasitas 6 lt/detik,untuk menambah pasokan air di Kota Temanggung
b. Mata air Bujed dengan kapasitas 5 lt/detik untuk menambah pasokan air IKK Kandangan
c. Mata air Bebengan 3 dengan kapasitas 10 lt/detik,untuk menambah pasokan air IKK Kandangan
d. Mata air Ngasinan 3 dengan kapasitas 5 lt/detik,untuk menambah pasokan air IKK Pringsurat
e. Mata air Bundel dengan kapasitas 6 lt/detik,untuk menambah pasokan air IKK Jumo
f. Mata air Silendoh dengan kapasitas 6 lt/detik,untuk menambah pasokan air IKK Kandangan
g. Sumur dalam Tegaltemu dengan kapasitas 10 lt/detik untuk menambah pasokan air baku Kota Temanggung
h. Sumur dalam Tlogowungu dengan kapasitas 5 lt/detik untuk menambah pasokan air baku IKK Kaloran
i. Sumur dalam Karanggedong dengan kapasitas 10 lt/detik untuk menambah pasokan air baku IKK Parakan
j. Sumur dalam Tembarak dengan kapasitas 10 lt/detik untuk menambah pasokan air baku IKK Tembarak
2) Peningkatan kapasitas reservoir, perpipaan transmisi dan distribusi
a. Sistem perpipaan transmisi yang ada akan ditambah denganpipa PVC diameter 100mm, 150 mm dan 200 mm beserta asesorisnya dengan panjang total 46.610 m.
b. Kapasitas reservoir distribusi ditingkatkan dengan menambah beberapa unit reservoir yaitu:
- Reservoir Kandangan, kapasitas 400 m3 - Reservoir Kedu, Kapasitas 400 m3 - Reservoir Ngadirejo, Kapasitas 200 m3
No SPAM Rencana Pengembangan
150mm beserta asesorisnya dengan panjang total 160.338 m. Disamping itu untuk mengurangi tingkat kehilangan air di perpipaan distribusi utama dilakukan penggantian pipa asbes (ACP) diameter 150 mm, 200 mm dan 250 mm dengan pipa PVC dengan diameter yang sama.
3) Pengadaan unit-unit penunjang
Program peningkatan dan perbaikan sistem perlu pula ditunjang dengan beberapa unit penunjang antara lain :
a. 16 unit jembatan pipa (IKK Kandangan, IKK Pringsurat, IKKJumo dan IKK Ngadirejo)
b. 20 unit meter induk
c. 4 unit rumah pompa untuk sumur dalam (Tegaltemu,Kaloran, Tembarak, Karang gedong)
3 Pelayanan 1) Penambahan sambungan baru dan penggantian meter tua/rusak a. Penambahan sambungan barunya sebanyak 13.250 unit
atau dengan jumlah sambungan menjadi 42.602 unit. Penambahan sambungan tersebut dilakukan secara bertahap dengan penambahan sambungan baru antara 2.150 – 2.200 unit SR.
b. Adapun demi menyelamatkan kehilangan air akibat kesalahan pembacaan meter dilakukan penggantian terhadap meter-meter tua dan rusak sejumlah 40.000 unit. Penggantian meter-meter tua dan rusak ini dilakukan pula secara bertahap dengan jumlah penggantian meter 7.000 unit atau 23% dari jumlah SR tiap awal tahun.
2) Sasaran Program Bidang Teknik dan Operasional
Rencana pengembangan bidang teknik dan operasional memiliki sasaran yang harus dicapai pada tahun 2018 yaitu sebagai berikut:
a. Peningkatan cakupan pelayanan menjadi 21,597%penduduk Kabupaten Temanggung
b. Penurunan tingkat kehilangan air menjadi 20%
No SPAM Rencana Pengembangan
jamperhari menjadi setidaknya mendekati 24 jam perhari
Sumber: RISPAM Kabupaten Temanggung
C. Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum
Kehilangan air adalah selisih antara air yang masuk pipa transmisi dan sistem distribusi dengan air yang terjual dengan rekening. kehilangan bisa diakibatkan oleh bermacam-macam penyebab baik karena masalah teknis maupun non teknis atau administratif. Kebocoran terdiri dari kehilangan air yang disalurkan pada jaringan pipa tidak termanfaatkan atau tidak efektif (kebocoran fisik) dan air yang dialirkan termanfaatkan tapi tidak terjual atau air efektif (kebocoran non fisik) yang terjadi akibat kesalahan pada meter langganan, kesalahan pada meter produksi dan meteran pada jaringan distribusi serta adanya sambungan liar atau pencurian air atau kesalahan pada administrasi.
Kehilangan air ini terdiri atas dua bagian besar, yaitu kehilangan fisik dan non fisik (atau kebocoran administratif). Kebocoran fisik ini terdiri atas kebocoran dan penggunaan lain yang serngkali sulit untuk dihitung secara pasti. Kebocoran fisik merupakan kebocoran yang sebenarnya (leakage) yang terjadi disebabkan oleh adanya factor gangguan, kerusakan dan keausan, disamping adanya ketidak- sempurnaan dari perpipaan maupun meter air yang digunakan. Sedangkan kebocoran non-fisik disebabkan oleh adanya sambungan liar, kesalahan pembacaan meter dan sejenisnya.
Kebocoran atau kehilangan air pada sistem penyediaan air minum atau air bersih ditinjau dari segi ekonomi adalah merupakan suatu pemborosan, karena untuk memproduksi atau mengolah dan mengangkut memerlukan biaya yang tinggi, sehingga kebocoran dapat diibaratkan sebagai benalu pada tumbuhan, karena kebocoran akan mengurangi keuntungan dari pengelola. Kebocoran air dapat menyebabkan penurunan tekanan, kontaminasi air yang didistribusi pada konsumen, kemudian juga akan mengurangi jumlah atau kuantitas air yang berakibat tidak meratanya pengaliran air. Selain itu juga dapat mengakibatkan kecelakaan, akibat penurunan jalan dan longsoran tanah.
‐ Analisis Kehillangan Air
Tingkat kehilangan air SPAM perkotaan bukan terjadi secara tiba-tiba, melainkan merupakan akumulasi dari berbagai permasalahan yang terjadi dari suatu bagian prasarana SPAM tersebut direncanakan, dibangun dan dioperasikan. Tingkat kebocoran yang ada tidak
penting dari permasalahan kehilangan air ini berujung pada tiga kondisi yang sangat krusial, yaitu :
1. Pertama, tingkat pelayanan yang menjadi sasaran utama prasarana ini tidak akan pernah tercapai dengan memadai, karena peningkatan kapasitas pelayanan akan terbuang melalui kebocoran.
2. Kedua, sebagai perusahaan, PDAM selaku pengelola tidak akan pernah mencapai tingkat kinerja (performance) yang memuaskan, karena kehilangan air merupakan suatu keadaan yang tidak efisien yang dilakukan suatu institusi usaha.
3. Ketiga, pelaksanaan penanggulangan kehilangan air tidak akan mencapai hasil yang optimal tanpa adanya dukungan sumber daya manusia yang memadai dengan struktur organisasi yang terlepas dari kegiatan rutin
Tinjauan terhadap beberapa hal yang berpengaruh terhadap tingginya tingkat kehilangan air, antara lain :
1. Aspek Teknis meliputi : kondisi jaringan, kondisi pipa, tekanan air, kinerja meter induk dan meter pelanggan, administrasi teknis, penggiliran pelayanan, dan pemakaian air untuk fasilitas jaringan.
2. Aspek Organisasi dan personalia meliputi : rasio jumlah pegawai PDAM dengan jumlah pelanggan, petugas yang menangani kebocoran, dan rasio jumlah pembaca meter dengan jumlah pelanggan
3. Aspek Administratif, kebocoran administrative bukanlah kebocoran sebenarnya (atau sering disebut non teknis). Hal ini terjadi akibat kesalahan pembacaan meter, penaksiran penggunaan air untuk keperluan lainnya yang tidak tepat, sambungan gelap dan sebagainya.
4. Aspek perilaku, hal ini terjadi pada perusakan meter, penggunaan pompa penyedot, sambungan by pas (tanpa melalui meter) dan penggunaan air yang tidak semestinya (menyiram tanaman, digunakan kolam renang pribadi, pemborosan air dan lain-lain) - Penurunan Kebocoran
Kebocoran teknis merupakan kehilangan air yang disebabkan oleh masalah teknis seperti kebocoran pada pipa transmisi, jaringan distribusi, fitting, meter air, bangunan pengolahan air, fasilitas pemompaan dan lain-lain. Kebocoran pada sistem perpipaan Kabupaten Temanggung mencapai 53,71%. Penyebab kebocoran perpipaan Kabupaten Temanggung antara lain:
1. Terdapat banyak pipa yang rusak terutama pipa yang usianya lebih dari 20 tahun. 2. Terdapat beberapa watermeter yang rusak.
4. Keakuratan watermeter berkurang akibat usia water meter yang terlalu tua yaitu lebih 20 tahun.
Untuk mengatasi permasalahan kebocoran tersebut, dalam rencana induk SPAM Kabupaten Temanggung ini penurunan kebocoran sampai tahun 2035 ditargetkan sebesar 19,50%. Tingkat kebocoran air mencapai 28,43% (Tahun 2012) dan ditargetkan dapat diturunkan menjadi 20% pada akhir tahun perencanaan 2035. Rencana penurunan kebocoran dilakukan secara bertahap yaitu dengan rata – rata penurunan 0,54% per tahun. Total penurunan kebocoran air sampai dengan tahun 2035 direncanakan sebesar 19,5%.
Penurunan kebocoran dapat dilakukan dengan penggantian sarana air bersih maupun peningkatan operasional dan pemeliharaan. Rencana penurunan kebocoran air perpipaan Kabupaten Temanggung dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Analisis hidrolika jaringan perpipaan
2. Rehabilitasi atau perbaikan jaringan pipa distribusi
3. Melakukan pemeliharaan jaringan pipa distribusi sesuai dengan SOP 4. Melakukan sweeping sambungan gelap secara berkala
5. Melakukan rotasi pembaca meter air setiap tahun 6. Melakukan kalibrasi meter air secara berkala
7. Pendeteksian kebocoran fisik dan melakukan pemeliharaan pipa/instalasi
3.2.3. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Kabupaten Temanggung terdapat pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK) I yang berada di Kecamatan Temanggung dan menjadi Central Business of District (CBD) yang memiliki jangkauan pelayanan kecamatan maupun kabupaten dengan fungsi dominan sebagai pusat pemerintahan, perkantoran dan perdagangan dan jasa. Konsep pengembangan kawasan pada kawasan strategis Kota adalah menggunakan penguatan karakter lingkungan pada kawasan Aloon-aloon Temangung yang ditekankan pada aloon-aloon itu sendiri sebagai public space dan taman kota yang mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekologis.
Program bangunan dan lingkungan RTBL di Kabupaten Temanggung dikhususkan pada kawasan sekitar Aloon-aloon Temanggung. Berikut dijelaskan pengembangan bangunan dan lingkungan di sekitar aloon-aloon Temanggung.
Tabel III. 10
Program Bangunan dan Lingkungan RTBL Kawasan Aloon-aloon Temanggung tahun 2013
No Program Lokasi
1 Peningkatan Jalan (Perkerasan Bahu Jalan) Segmen Kawasan 1 (Jalan MT Haryono, Jalan R.Suprapto Selatan, Sisi Timur Aloon-Aloon, Sisi Selatan Aloon-Aloon, Sisi Utara Aloon-Aloon, Sisi Barat Aloon-Aloon)
2 Pembangunan Pedestrian Segmen Kawasan 1 (Jalan MT Haryono, Jalan R.Suprapto Selatan, Sisi Timur Aloon-Aloon, Sisi Selatan Aloon-Aloon, Sisi Utara Aloon-Aloon, Sisi Barat Aloon-Aloon)
3 Penyediaan Street Furniture Segmen Kawasan 1 (Jalan MT Haryono, Jalan R.Suprapto Selatan, Sisi Timur Aloon-Aloon, Sisi Selatan Aloon-Aloon, Sisi Utara Aloon-Aloon, Sisi Barat Aloon-Aloon)
penyediaan tempat sampah, tempat duduk aloon-aloon, lampu jalan,
lampu pedestrian aloon-aloon, penunjuk arah dan
papan informasi
4 Pengadaan Penghijauan/Vegetasi Segmen Kawasan 1 (Jalan MT Haryono, Jalan R.Suprapto Selatan, Sisi Timur Aloon-Aloon, Sisi Selatan Aloon-Aloon, Sisi Utara Aloon-Aloon, Sisi Barat Aloon-Aloon)
vegetasi peneduh dan pengarah
5 Pembangunan Saluran Drainase Segmen Kawasan 1 (Jalan MT Haryono, Jalan R.Suprapto Selatan, Sisi Timur Aloon-Aloon, Sisi Selatan Aloon-Aloon, Sisi Utara Aloon-Aloon, Sisi Barat Aloon-Aloon)
6 Pembangunan Marka Jalan Segmen Kawasan 1 (Jalan MT Haryono, Jalan R.Suprapto Selatan, Sisi Timur Aloon-Aloon, Sisi Selatan Aloon-Aloon, Sisi Utara Aloon-Aloon, Sisi Barat Aloon-Aloon)
7 Peningkatan Jalan (Perkerasan Bahu Jalan) Segmen Kawasan 2 (Lingkungan Permukiman Temanggung II)
8 Pembangunan Pedestrian Segmen Kawasan 2 (Lingkungan Permukiman Temanggung II)
9 Penyediaan Street Furniture Segmen Kawasan 2 (Lingkungan Permukiman Temanggung II)
penyediaan tempat sampah, tempat duduk,
lampu jalan, lampu pedestrian, penunjuk arah dan
No Program Lokasi papan informasi
10 Pengadaan Penghijauan/Vegetasi Segmen Kawasan 2 (Lingkungan Permukiman Temanggung II)
vegetasi peneduh dan Vegetasi pengarah
11 Pembangunan Saluran Drainase Segmen Kawasan 2 (Lingkungan Permukiman Temanggung II)
12 Peningkatan Jalan (Perkerasan Bahu Jalan) Segmen Kawasan 3 (Lingkungan permukiman Temanggung II dan Butuh)
13 Pembangunan Pedestrian Segmen Kawasan 3 (Lingkungan permukiman Temanggung II dan Butuh)
14 Penyediaan Street Furniture Segmen Kawasan 3 (Lingkungan permukiman Temanggung II dan Butuh)
penyediaan tempat sampah, tempat duduk,
lampu jalan, lampu pedestrian penunjuk arah dan papan informasi
15 Pengadaan Penghijauan/Vegetasi Segmen Kawasan 3 (Lingkungan permukiman Temanggung II dan Butuh)
vegetasi peneduh dan Vegetasi pengarah
16 Pembangunan Saluran Drainase Segmen Kawasan 3 (Lingkungan permukiman Temanggung II dan Butuh)
17 Pembangunan Halte Segmen Kawasan 3 (Lingkungan permukiman Temanggung II dan Butuh)
18 Peningkatan Jalan (Perkerasan Bahu Jalan) Segmen Kawasan 4 (Jalan Dr. Wahidin, Jalan Haji Agus Salim, Jalan Diponegoro, Jalan Setya Budi, Jalan Ks. Tubun, Jalan Mayjend Suyoto)
19 Pembangunan Pedestrian Segmen Kawasan 4 (Jalan Dr. Wahidin, Jalan Haji Agus Salim, Jalan Diponegoro, Jalan Setya Budi, Jalan Ks. Tubun, Jalan Mayjend Suyoto)
20 Penyediaan Street Furniture Segmen Kawasan 4 (Jalan Dr. Wahidin, Jalan Haji Agus Salim, Jalan Diponegoro, Jalan Setya penyediaan tempat sampah,
No Program Lokasi papan informasi
21 Pengadaan Penghijauan/Vegetasi Segmen Kawasan 4 (Jalan Dr. Wahidin, Jalan Haji Agus Salim, Jalan Diponegoro, Jalan Setya Budi, Jalan Ks. Tubun, Jalan Mayjend Suyoto) vegetasi peneduh dan
Vegetasi pengarah
22 Pembangunan Saluran Drainase Segmen Kawasan 4 (Jalan Dr. Wahidin, Jalan Haji Agus Salim, Jalan Diponegoro, Jalan Setya Budi, Jalan Ks. Tubun, Jalan Mayjend Suyoto)
23 Pembangunan Halte Segmen Kawasan 4 (Jalan Dr. Wahidin, Jalan Haji Agus Salim, Jalan Diponegoro, Jalan Setya Budi, Jalan Ks. Tubun, Jalan Mayjend Suyoto)
24 Peningkatan Jalan (Perkerasan Bahu Jalan) Segmen Kawasan 5 (Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Brigjen Katamso)
25 Pembangunan Pedestrian Segmen Kawasan 5 (Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Brigjen Katamso)
26 Penyediaan Street Furniture Segmen Kawasan 5 (Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Brigjen Katamso)
penyediaan tempat sampah, tempat duduk,
lampu jalan, lampu pedestrian, penunjuk arah dan papan informasi
27 Pengadaan Penghijauan/Vegetasi Segmen Kawasan 5 (Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Brigjen Katamso)
vegetasi peneduh dan vegetasi pengarah
28 Pembangunan Saluran Drainase Segmen Kawasan 5 (Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Brigjen Katamso)
29 Pembangunan Halte Segmen Kawasan 5 (Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Brigjen Katamso)
Sumber: Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Aloon-aloon Temanggun,2013
3.2.4. Strategi Sanitasi Kota
A. Kerangka Kerja Pembangunan sanitasi di Kabupaten Temanggung
Visi dan misi merupakan sumber inspiratif bagi pengembangan kegiatan sebuah organisasi. Visi dan misi memberikan arah yang jelas dan terukur, sehingga pada akhir periode perencanaan dapat dilakukan evaluasi terukur bagi keberhasilan sebuah program/proyek dan kegiatan. Oleh karena demikian, dalam bidang pembangunan sanitasi, Kabupaten Temanggung