• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Ada beberapa studi dan artikel yang dapat disampaikan sebagai kajian pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Ada beberapa studi dan artikel yang dapat disampaikan sebagai kajian pustaka"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Ada beberapa studi dan artikel yang dapat disampaikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini yang mencakup dunia pendidikan pada umumnya dan penggunaan TIK pada khususnya. Termasuk di dalamnya langkah-langkah hegemonik yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, serta sejauh mana guru tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Buleleng dapat menggunakan TIK dalam peningkatan kualifikasi dan kompetensinya untuk mewujudkan sumber daya yang lebih bermakna. Pesatnya perkembangan teknologi perangkat keras dan perangkat lunak dibidang teknologi informasi telah memungkinkan untuk terjadinya komunikasi ataupun tukar-menukar data dari mana saja dan kapan saja. Teknologi informasi telah memungkinan orang untuk belajar darimana pun mereka mau dan kapanpun mereka mau asalkan orang tersebut memiliki media yang dibutuhkan untuk itu yaitu peralatan Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK).

Pemerintah meyakini kelebihan teknologi informasi itu bisa menjadi salah satu jawaban atas kesenjangan yang terjadi selama ini antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan yaitu pemerataan akses pendidikan. Paulo Freire dalam bukunya Pendidikan kaum tertindas (2008) dengan substansi yang sepintas terlintas dalam pemikiran peneliti sebagai bentuk perjuangan melawan penindasan dalam situasi di

(2)

mana dunia dan manusia berada dalam interaksi. Menurutnya salah satu faktor penting dalam gerakan pembebasan tersebut adalah perkembangan kesadaran.

Sejauh manusia tidak pernah menyadari situasi yang terjadi padanya maka sejauh itu manusia akan tertindas. Persamaan dengan judul penelitian penulis maka yang di sarikan dari isi pemikiran Freire cenderung memaksakan penulis untuk bertindak dalam koridor sebagai penilai antara yang memberi (dinas terkait/ pemerintah) dan di beri bantuan (KKG) TIK yang ada di SD Negeri Sawan.

Hal tersebut juga bila dikaitkan dengan Pierre Bourdieu & Jean-Claude Passeron, Reproduction in Education, Society an Cultures (1977), yang mana meneliti proses kehidupan masyarakat sederhana dari satu suku di Afrika Utara yang pendidikannya memegang peranan penting di dalam transmisi kebudayaan. Pendidikan sangat memegang peranan sangat penting dalam melestarikan kehidupan polis-polis tersebut. Untuk itu individu sebagai subjek pendidik (guru), diharapkan mampu mengaplikasikan dan menerapkan model pembelajaran yang pada hakekatnya membantu siswa untuk memahami sistem pendidikan yang ada di Indonesia.

Berdasarkan substansi penelitian ini maka buku yang terkait dengan hal tersebut yakni dari Fakih Topatimasang R, dan Rahardjo Toto (eds 2010) Pendidikan Popular: Membangun kesadaran Kritis. Buku ini merupakan kompilasi dari hasil refleksi pengalaman para pendidik dan fasilitator yang berpandangan bahwa pendidikan adalah proses produksi kesadaran kritis, dengan menumbuhkan kesadaran kelas, gender dan kritis lainnya dalam sebuah masyarakat. Dalam buku ini termuat sumbangan pemikiran pendidikan modern yang menghasilkan sumber daya manusia dalam memproduksi sistem yang tidak adil tanpa ada yang bisa menggugatnya.

(3)

Peneliti merasa perlu menggunakan buku ini sebagai referensi dalam memahami fenomena yang terjadi di Sawan sebagai lembaga yang terpilih sebagai KKG yang kelihatannya baik tapi di sisi lain mendapatkan berbagai persoalan baik dari segi ilmu maupun perawatan alat TIK yang kurang di sosialisasikan dengan baik antara pemerintah dengan pihak (KKG) kelompok kerja guru setempat. Hal ini merupakan sesuatu yang peneliti anggap sebagai sebuah pendidikan modern yang tidak mampu diserap secara baik oleh KKG di Sawan yang mau tidak mau harus menerima bantuan TIK tersebut.

Terkait dengan penelitian penulis tentang “diskursus bantuan TIK untuk peningkatan kualifikasi guru Sekolah Dasar melalui pembelajaran jarak jauh di Kabupaten Buleleng” maka tesis Gusman (2012) tentang Diskursus Pengembangan Ekowisata Nagari Lawang Di Sumatera Barat yang mengkaji tentang perubahan dan pergolakan dari sisi yang berbeda, yaitu masyarakat lokal, pemerintah, para ekolog dan pengusaha swasta yang memiliki modal untuk mengembangkan pariwisata memberikan analogi diskursus dengan peneliti yang di lakukan oleh pihak pemberi bantuan dengan yang mendapat bantuan TIK tersebut. Yang terjadi adalah pergolakan kepentingan antara yang di beri bantuan dan yang memberi bantuan tersebut.

Pemerintah memiliki visi dan misi untuk menciptakan sumber daya guru yang kualifikasinya terbukti sesuai kompetensi kemajuan ilmu dan teknologi, tetapi yang terjadi adalah guru dalam kapasitas sebagai seorang subjek sekaligus pelaku pendidikan mengalami hambatan dalam menerapkan program pendidikan jarak jauh yang lebih fokus pada pemanfaatan teknologi media. Perbedaan pemanfaatan dengan

(4)

Gusman dengan tesisnya membuat penulis merasa penting untuk di jadikan referensi dalam penelitian ini.

Selanjutnya Tesis Ni Putu Ayu Rastiti yang berjudul ”Praktik Pengisian Instrumen Evaluasi Diri Sekolah Online di SDN No 3 Banjarangkan Kabupaten Klungkung” menjadi salah satu referensi dalam penelitian ini. Adapun persamaan dalam kaitannya dengan dunia pendidikan yang menggunakan fasilitas online. Hal ini berarti tingkat kesadaran akan IPTEK harus menjadi prioritas dalam mengisi biodata maupun pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian Rastiti. Begitupula dalam penelitian tentang bantuan TIK di Sawan, kedua penelitian ini memiliki gejala masalah yang sama tentang kurangnya pemahaman dan cara mengakses secara online. Dan juga kesiapan sumber daya guru terhadap teknologi modern cenderung minim.

2.2 Konsep 2.2.1 Diskursus

Menurut Van Dijk, melalui wacana akan diketahui ada atau tidaknya penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan dan ketidaksetaraan. Wacana merupakan alat dalam reproduksi dan resistensi terhadap suatu dominasi.

Berdasarkan kamus kajian budaya (barker 2014:80-81) menjelaskan bahwa analisis wacana (Discourse Analysis) adalah bentuk investigasi linguistik yang mempertanyakan bagaimana teks bekerja. Secara teknis wacana dalam konteks ini melibatkan penggabungan sejumlah unsur linguistik sehingga membentuk struktur

(5)

makna yang lebih luas daripada penjumlahan bagian per bagiannya. Wacana yang terjadi secara alamiah adalah sebuah bentuk praktik sosial yang bersifat linear sekaligus sekuensial dimana unit-unit penyusun wacana tersebut bisa juga menjadi penyusun unit-unit linguistik.

Analisis wacana juga menaruh minat pada penciptaan makna sebagai konsekuensi dari aktivitas yang dipandu oleh aturan, yang menjelaskan proses mikro dimana orang membuat klaim-klaim tertentu tentang diri mereka. Secara operasional konsep diskursus ini akan dikaji dalam beberapa bagian antara lain tentang:proses pembagian bantuan TIK, aturan-aturan yang mendasari bantuan TIK, manfaat bantuan TIK, legalitas sekolah, adaptasi sekolah terhadap IPTEK, lemahnya kemampuan memahami alat TIK, lemahnya pengawasan dalam pelaksanaan peningkatan kualifikasi guru.

Hal-hal di atas kemudian dianalis menyeluruh secara deskriptif dengan bantuan teori-teori terkait masalah yang ada di lapangan.

2.2.2 Pengertian Peningkatan Kualifikasi Guru

Peningkatan kualifikasi merupakan upaya untuk meningkatkan kompetensi atau kemampuan pada seseorang, dalam dunia pendidikan peningkatan keahlian sangat diperlukan supaya dapat mengimbangi era globalisasi dari satu masa menuju masa berikutnya, (Kamus Besar Bahasa Indonesia , 2002 : 603).

Dengan demikian kesatuan konsep dari diskursus peningkatan kualifikasi guru adalah sebagai bentuk nyata dari kekuasaan, struktur makna dalam kompetensi yang ada dari para guru.

(6)

2.2.3 Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK)

Ditinjau dari susunan katanya, teknologi informasi dan komunikasi tersusun dari 3 (tiga) kata yang masing-masing memiliki arti sendiri. Kata pertama, teknologi, berarti pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Istilah teknologi sering menggambarkan penemuan alat-alat baru yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik. Kata kedua dan ketiga, yakni informasi dan komunikasi, erat kaitannya dengan data. Informasi berarti hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian sekelompok data yang memberi nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya.(kamus besar bahasa Indonesia, 2002: 610).

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dan proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain sehingga lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002: 587)

Dengan demikian teknologi informasi dan komunikasi menjadi model program serta upaya pemerintah untuk mewujudkan masyarakat modern yang cerdas dan bermoral baik. Teknologi informasi dan komunikasi sangat membantu terciptanya sebuah masyarakat baru dengan cara berkomunikasi dan teknik informasi yang cepat serta mudah dipahami.

(7)

2.2.4 Pembelajaran Jarak Jauh

G. Dogmen, (Aristorahadi, 2008). Menurut Dogmen ciri-ciri pembelajaran jarak jauh adalah adanya organisasi yang mengatur cara belajar mandiri, materi pembelajaran disampaikan melalui media, dan tidak ada kontak langsung antara pengajar dengan pembelajar. Metode pemebelajaran jarak jauh dapat disebutkan sebagai mengindustrialisasikan cara belajar dan mengajar. Sistem pendidikan jarak jauh dikembangkan dan dikelola dengan mengadakan pembagian tugas yang jelas antara yang mengembangkan, memproduksi, mendistribusikan materi pembelajaran, dan yang mengelola kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran yang diproduksi dalam jumlah banyak dengan mutu yang tinggi itu memberikan kemungkinan untuk membelajarkan pembelajar dalam jumlah banyak pula pada saat yang sama di mana pun mereka berada.

2.3 Landasan Teori 2.3.1 Teori Diskursus

Habermas (2015:75-85) menegaskan bahwa teori diskursus menanamkan proses demokratik dengan konotasi-konotasi normatif yang lebih kuat dari yang ditemukan dalam model liberal tetapi lebih lemah dari yang ditemukan dalam model republikan. Teori diskursus memberi perhatian utama pada proses opini politik dan formasi kehendak, tetapi tanpa memahami konstitusi sebagai sesuatu yang sekunder; malahan, sebagaimana telah diperlihatkan, ia memahami prinsip-prinsip konstitusional sebagai suatu jawaban konsisten terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana tuntutan bentuk-bentuk komunikasi dari opini demokratik dan formasi kehendak dapat

(8)

diinstitusionalisasi. Teori diskursus mengambil jalan tengah antara liberalisme dan komunitarianisme. Artinya, perhatian pada institusi tidak mesti mengabaikan para warga, dan perhatian pada aspirasi para warga tidak mesti mengabaikan system politik, sebab bagaimana pun keduanya saling mengandaikan.

Habermas mengatakan bahwa teori diskursus membuang semua motif yang digunakan oleh filsafat kesadaran yang mengarahkan seseorang pada anggapan bahwa praktik determinasi-diri para warga kepada suatu subjek makrososial atau untuk merujuk aturan anonim dari hukum mempertentangkan subjek-subjek individu. Dengan demikian ia menegaskan bahwa teori diskursus memperhitungkan proses-proses intersubjektifitas untuk mencapai saling pengertian melalui prosedur-prosedur demokratik atau dalam jaringan komunikatif ruang-ruang publik.

Yang sangat penting adalah, Habermas menyatakan bahwa teori diskursus menghargai batas-batas antara “Negara” dan “masyarakat”.Dari konsep ini berkembang pemikiran konsep deliberatif habermas yang merupakan suatu teori yang menerima diskursus rasional antara para warga sebagai sumber legitimasi politik.

Teori diskursus yang di jelaskan akan membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan proses pemberian bantuan TIK dengan berbagai prosedur hukumnya serta peranan para KKG dalam hal ini guru untuk dapat bersaing secara lebih baik pada bab V.

2.3.2 Teori Praktik (Bourdieu)

Bourdieu (2009:41-45), berpendapat bahwa salah satu hambatan dalam penelitian adalah fungsi pemikiran akademis dan politis yang membuat klasifikasi. Seringkali hal

(9)

ini memperlambat atau bahkan menghalangi penemuan intelektual. Bagi bourdieu label-label klasifikasi menimbulkan rintangan pada apa yang tampak sebagai relasi yang sesungguhnya antara teks-teks dan para cendekiawan masa lalu.

Oleh sebab itu Bourdieu memperlakukan para cendekiawan sebagai teman yang dapat dijadikan sandaran dalam situasi-situasi yang sulit. Hal ini sangat penting karena membantu menyingkapkan cara bekerja diantara kategori-kategori politis dan teoretis, dan juga membantu menjelaskan pemakaian beragam pemikiran sosial.

Bourdieu menerima pandangan bahwa ranah intelektual tidak melindungi para penulis. Relasi antara teks dan karya intelektual mutahir dan profesi intelektual terstruktur oleh kesadaran diri yang terdapat dalam profesi. Kehidupan intelektual professional memiliki dua dimensi penting; dimensi pertunjukan dan dimensi kompetensi teknis.

Habitus merupakan suatu cara bagi bourdieu untuk melepaskan diri dari strukturalisme yang tidak mempunyai’subjek’ dan dari filosofi’subjek’ yang tidak memiliki struktur. Ia menemukan suatu cara untuk menganalisis hubungan antara praktik individu dengan dunia yang bersifat intelektualistis maupun mekanistis. Penggunaan habitus lebih jauh mengidentifikasikan suatu upaya untuk meninggalkan filsafat’ kata hati’.

Perhatian bourdieu adalah untuk mengembangkan sebuah metode yang dapat menunjukkan tujuan aktif dan kemampuan membuat penemuan (inventiveness) dalam praktik; untuk mengingat kemampuan kreatif, aktif, generatif yang terdapat dalam kehidupan sosial individu, dan untuk menunjukkan bahwa subjek praktik bukanlah seperti subjek transcendental dalam tradisi idealis. Dengan maksud memahami dan

(10)

memperkenalkan kembali praktik individu serta kapasitas daya temu dan improvisasi sang individu. Pengembangan konsep habitus oleh Bourdieu merupakan suatu upaya untuk menciptakan agen-agen sosial sebagai individu-individu yang mengkonstruksi dunia di sekeliling mereka. Tindakan individu bukanlah persoalan kepatuhan sederhana terhadap sebuah peraturan atau hukum –hukum kausemekanis.

Menurut Bourdieu (2010:245), relasi yang terbentuk antara posisi-posisi yang tersedia dan pengambilan posisi tidak mengakibatkan terjadinya determinasi yang mekanistik. Setiap agen melakukan proyek kreatif mereka berdasarkan pertama persepsi tentang kemungkinan yang tersedia yang dihasilkan oleh kategori persepsi dan apresiasi yang terpatri di dalam habitus melalui lintasan tertentu. Kedua kecenderungan mengambil keuntungan dari atau dengan menolak kemungkinan-kemungkinan ini sesuai kepentingan-kepentingan yang terkait dengan posisi mereka di dalam permainan.

Penggunaan teori praktik Bourdieu, sangat tepat dalam membahas masalah yang di hadapi peneliti dalam kaitannya dengan faktor–faktor yang mempengaruhi diskursus bantuan alat Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut pada bab VI. Sehubungan dengan faktor pengaruh dapat di temukan berbagai alasan mengapa teori ini penting untuk mengkaji hal-hal yang terkait dengan masalah tersebut.

2.3.3 Teori Kekuasaan dan Pengetahuan.

Teori kekuasan dan pengetahuan yang digunakan dalam penelitian yang penulis lakukan ini mengetengahkan relasi antara (ke)kuasa(an) dan pengetahuan dari Michel Foucault (1926-1984). Nama Foucault perlu dijelaskan sedikit karena teori diskursus

(11)

kekuasaan/pengetahuan tidak semata-mata merupakan dominasinya. Foucault melihat bahwa pengetahuan itu terimplikasi pada, tidak bisa dipisahkan dari kekuasaan, yang terlihat dalam konsepnya kuasa/pengetahuan.

Konsep kekuasaan ini adalah bahwa ada hubungan timbal balik yang saling membentuk antara pengetahuan dan kekuasaan, sehingga pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari rezim-rezim kekuasaan. Pengetahuan terbentuk di dalam konteks relasi dan praktik-praktik kekuasaan dan selanjutnya turut berperan dalam pengembangan, perbaikan dan pemeliharaan teknik-teknik kekuasaan yang baru.Tidak ada “kebenaran” suci yang berlawanan dengan kuasa/pengetahuan karena memang tidak ada kebenaran di luarnya.

Bagi Foucault, wacana tidak hanya mengatur apa yang boleh dan bisa dibicarakan dibawah batasan kodisi-kondisi sosial dan kultural tetapi juga mengatur siapa yang boleh melakukannya, kapan dan di mana itu bisa dilakukan. Sebagai konsekuensinya, sebagian besar kerja Foucault merupakan penyelidikan historis tentang kekuasaan dan tentang produksi subjek-subjek lewat kekuasaan tersebut.Menurut Foucault (2007: 164- 170) setiap masa (epoch) sejarah mempunyai “sistem pemikiran” yang menentukan bagaimana pengetahuan dapat di praktikan pada masa tersebut, maka bila kita ingin mengetahui pemikiran foucault tentang pengetahuan, kita juga harus melihat pemikirannya terlebih dahulu tentang sejarah.

Kekuasaan ada dimana-mana menurutnya, bukan karena mencakupi segalanya, tapi karena datang dari mana-mana; kekuasaan bukanlah sesuatu yang diperoleh, dirampas atau dibagi, sesuatu yang digenggam atau dibiarkan lolos. Karena kekuasaan berfungsi sebagai unsur yang tak terhitung jumlahnya. Oleh karena itu Foucault

(12)

memberikan citra baru bagi kekuasaan dengan menyatakan bahwa kekuasaan itu tidak hanya represif tapi juga produktif dan positif.

Di sisi lain, Foucault tidak merumuskan kekuasaan sebagai kekuatan mengekang yang terpusat. Baginya kekuasaan larut dalam setiap tingkat formasi sosial. Kekuasan bersifat generatif, yaitu dapat melahirkan identitas dan hubungan sosial (Barker, 2005: 26). Pemahaman Foucault tentang hubungan antara kekuasaan dan wacana menandai satu metode analisis diluar kajian ideologis marxis. Analisis Foucault menempatkan ideologi baik dalam teks doktriner maupun dalam praktik wacana yang mentransformasi peringatan dan rekomendasi ideologis kedalam pengalaman nyata.

Ideologi dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan bisa dimengerti sebagai antitesa ilmu pengetahuan, yaitu bisa disamakan dengan pre konsepsi atau elemen-eleman tidak rasional yang menggangu. Daniel Bell (2001:51) menganggap analisis tentang ideologi berkait dengan perdebatan intelektual, yang juga bersifat filosofis.

Terkait dengan ideologi maka, I Gde Widja melalui buku Pendidikan sebagai Ideologi Budaya (2009) berusaha mengkritisi bahwa masalah-masalah seperti perubahan kurikulum, ujian nasional, kompetensi guru yang terkait dengan efektivitas pembelajaran, pemerataan kesempatan mendapat pendidikan menyangkut biaya pendidikan yang semakin mahal. Hal ini sangat berkaitan dengan fenomena yang ada di lokasi penelitian. Dengan demikian penulis berharap dengan adanya fasilitas yang disediakan pemerintah agar dapat digunakan sebaik mungkin demi sumber daya guru yang mempunyai kualifikasi dan kualitas guru yang dapat bersaing di era global (idem) Sehubungan dengan itu maka menurut Foucault tujuan dari kuasa disiplin adalah untuk membentuk suatu tubuh yang patuh dan dapat di tundukkan, di manfaatkan, di

(13)

transformasikan, diperbaiki dan dapat ditingkatkan gunanya. Kekuasaan dan pengetahuan akan menentukan seseorang bertindak lebih baik atau tidak dalam sebuah sistem dimana subjek berada. Dalam hal ini teori kekuasaan dan pengetahuan Foucault akan lebih banyak menganalisis masalah yang terkait dengan dampak dan makna Diskursus Bantuan Alat Teknologi Informasi Komunikasi untuk Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Sawan.

2.4 Model Penelitian

Model penelitian ini adalah penyederhanaan pola pikir dalam menelaah masalah yang terdapat dalam penelitian sekaligus menjadi fokus penelitian. Model penelitian dapat digambarkan seperti di bawah ini:

Keterangan : : hubungan searah Pemerintah Sekolah Regulasi Uu no 20/2003 Pp no 19/2005 DISKURSUS PENINGKATAN KUALIFIKASI GURU SEKOLAH

DASAR MELALUI BANTUAN ALATTEKNOLOGI INFORMASI

KOMUNIKASI UNTUKPEMBELAJARAN JARAK

JAUH DI KECAMATAN SAWAN

Kondisi 1. Sarana 2. SDM

Proses diskursusbantuan alat TIK untuk peningkatan kualifikasi guru sekolah dasar melalui pembelajaran jarak jauh di Kecamatan Sawan

Faktor-faktorapa yang

mempengaruhidiskursus bantuan alat teknologi, informasi dan komunikasi untuk peningkatan kualifikasi guru sekolah dasar melalui pembelajaran jarak jauh diKecamatan Sawan.

Implikasibantuan alat Teknologi Informasi

Komunikasi untuk peningkatan kualifikasi pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pembelajaran jarak jauh di Kecamatan Sawan.

(14)

: saling mempengaruhi

Penjelasan Model Penelitian

Hubungan antara pemerintah dan pihak sekolah menjadi bagian penting dalam proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah-sekolah dengan program pembelajaran jarak jauh. Sekolah sebagai lembaga formal pendidikan yang bertujuan mencerdaskan serta membina akhlak para siswa serta peningkatan kualitas dari para guru.Salah satu program pemerintah untuk menyamaratakan pendidikan dengan adanya program pendidikan jarak jauh dengan menggunakan alat bantu Teknologi InformasiKomunikasi kepada para guru yang ada di daerah-daerah terpencil.

Oleh sebab itu pemerintah dengan regulasi yang berkaitan dengan program pembelajaran jarak jauh yang terkandung dalam UU No 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi serta peraturan pemerintah No 19 tahun 2005 tentang guru minimal memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah S1/D4, yang keseluruhan regulasi ini berhubungan dengan kualitas dan kualifikasi para guru yang ada di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng.

Tuntutan dari penyediaan bantuan alat Teknologi Informasi Komunikasi untuk sekolah di Sawan diharapkan pihak sekolah menyediakan tempat untuk alat Teknologi Informasi Komunikasi yakni dalam bentuk laboratorium atau kelas khusus untuk alat

(15)

Teknologi Informasi Komunikasi, yang kemudian di tunjang dengan SDM yang siap menggunakan fasilitas TIK guna meningkatkan kualifikasi guru yang ada di sana.

Proses yang terjadi antara pemerintah dan pihak sekolah dengan unsur-unsurnya membuahkan asumsi dalam bentuk judul penelitian yakni” Diskursus peningkatan kualifikasi guru sekolah dasar melalui bantuan alat Teknologi Informasi Komunikasi untuk pembelajaran jarak jauh di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng yang kemudian membuahkan beberapa persoalan dalam program tersebut.

Adapun permasalahan yang di peroleh melalui judul tersebut antara lain menyangkut bagaimana proses diskursus bantuan alat Teknologi Informasi Komunikasi untuk peningkatan kualifikasi guru sekolah dasar melalui pembelajaran jarak jauh di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Begitupula dengan faktor yang mempengaruhi diskursus bantuan alat Teknologi Informasi Komunikasi dan bagaimana implikasi dari bantuan alat TIK tersebut untuk peningkatan kualifikasi guru sekolah dasar di Kecamatan Sawan.

Referensi

Dokumen terkait

Jika sebaran data yang dihasilkan pada proses TDLDA mempunyai distribusi yang tidak linier, maka salah satu metode yang digunakan SVM untuk mengklasifikasikan

Menganalisis akurasi metode non-parametrik CTA dengan teknik data mining untuk klasifikasi penggunaan lahan menggunakan citra Landsat-8 OLI serta menerapkan hasil dari KDD

R4.19 Kalo dari conference call for paper itu eemm pengetahuan tentang bahasa mungkin mas ya karena bahasa Inggris ini kan luas tidak hanya dari Amreika saja dari British saja

Ketahanan nasional bidang sosial budaya adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan, ketangguhan dari kemampuan suatu bangsa untuk mengembangkan kekuatan

Kebera- daan patogen CVPD pada bibit tidak cukup dengan melihat gejala saja karena bakteri mungkin sudah ada, tetapi belum menampakkan gejala, apalagi gejala

Consumer acceptance of electronic commerce: integrating trust and risk with the technology acceptance model. Punya Aplikasi Ini Pembayaran Lebih Praktis Tanpa Perlu

Pada saat seorang mufassir melakukan penafsiran terhadap teks agama, maka mereka dipengaruhi oleh lingkungan budaya-primordial 5 yang telah melekat di dalam dirinya, oleh