• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA DAN PERHATIAN PEMERINTAH (Satu Upaya Memperkukuh Jati Diri Bangsa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHASA DAN PERHATIAN PEMERINTAH (Satu Upaya Memperkukuh Jati Diri Bangsa)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

B

AHASADAN

P

ERHATI

AN

P

EMERI

NTAH

SatuUpayaMemperkukuhJatiDiriBangsa

Sahr

i

l

StafTeknisBalaiBahasaMedan ABSTRAK:

Masalah urusan kebahasaan di Indonesia belumlah berhasil, bahkan belakangan iniada indikasikecenderungan lebih memperihatinkan.Halini diperparahdenganhadirnyaeraglobalisasi,dimanamasalahinformasibegitu derasmemasukikehidupanmasyarakat.Informasiinimasuklewatpemakaian bahasa,khususnya bahasa Asing.Bukannya,bangsa kita alergiterhadap bahasaAsing,akantetapiharusadaporsidanaturanpemakaiannya.Janganlah kitalebihmendahulukanbahasaAsingdaripadabahasaIndonesia.Kondisilain saatini,yaituadanyapersainganyangketatbangsa-bangsadiduniadiera globalisasi.Halitu akan memudarkan identitaskeindonesiaan yang kokoh membangunsolidaritaskeindonesiaan.

KATAKUNCI:bahasaIndonesia,jatidiribangsa

AHASA Indonesia, sejiwa denganpengikrarannyadalam Sumpah Pemuda yang berbunyi,“KamiputradanputriIndonesia menjunjung bahasa persatuan,bahasa Indonesia”,terbuktimampu berperan sebagaibagianembriojatidiribangsa, alatkomunikasiperjuangan,dan alat pemersatu.Bersamadengan duabutir sumpahyanglain,yaitu,“Kamiputradan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,tanah airIndonesia,” dan “Kamiputra dan putriIndonesia mengakuberbangsayangsatu,bangsa Indonesia.” Bahasa Indonesia juga berperan sebagai penentu lahirnya negaraIndonesia.

Keberadaan bahasa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapatkita temukan dalam Undang-undang Dasar 1945, selaku undang-undangtertinggidinegarakita, yaitu pada Bab XV,Pasal36 yang berbunyi,“BahasaNegaraialahBahasa Indonesia.” Lalu untuk melahirkan undang-undang ataupun peraturan

lainnya tentang bahasa tersebut, diperkuat dengan Pasal 36C yang berbunyi, “Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang.”

Setelahitu,upayauntukmembuat undang-undang tersendiri tentang bahasa memang terus diupayakan, dimulai pada saat Kongres Bahasa Indonesia IIdiMedan,28 Oktober—2 November 1954, namun sampai sekarang belum juga terlaksana. Memangrencanaundang-undang(RUU) Bahasa sudah digulirkan, selepas KongresBahasaIndonesiaVIIIdiJakarta tahun2003.Akantetapi,hasilnyabelum jugaterealisasiundang-undangbahasa tersebut.

Lewatperjalananpanjangdibumbui dengan masalah politik regional Indonesia, semenjak 1960-an ingin membentuksuatuejaanyangbakuyang diberinamaEjaan Melindo atau Ejaan Melayu-Indonesia.Keinginkanitusempat

B

(2)

beberapakalitertunda,akhirnyasetelah pergantianpemimpinbangsa,dariorde lamakeordebaru,barulahterlaksana, tepatnya pada tahun 1972,keluarlah KeputusanPresiden(Kepres)Nomor57 Tahun 1972 tentang Peresmian Ejaan BahasaIndonesiayangDisempurnakan.

Selanjutnya berturut-turut lahir beberapa peraturan setingkatmenteri tentang bahasa,diantaranya Intruksi MenteriDalam NegeriRINomor20, tanggal 28 Oktober 1991, tentang Pemasyarakatan Bahasa Indonesia dalam Rangka Pemantapan Persatuan danKesatuanBangsa;InstruksiMenteri PendidikandanKebudayaanRINomor 1/U/1992,tanggal10April1992,tentang Peningkatan Usaha Pemasyarakatan BahasaIndonesiadalam Memperkukuh PersatuandanKesatuanBangsa;Surat MenteriDalam NegerikepadaGubernur, Bupati,dan Wali Kotamadya Nomor 434/1021/SJ,tanggal16 Maret1995, tentangPenertibanPenggunaanBahasa Asing.

Dari sekian peraturan yang dilahirkan,kenyataannyamasalahurusan kebahasaan di Indonesia belumlah berhasil,bahkan belakangan iniada indikasi kecenderungan lebih memperihatinkan. Hal ini diperparah denganhadirnyaeraglobalisasi,dimana masalah informasi begitu deras memasuki kehidupan masyarakat. Informasiinimasuk lewatpemakaian bahasa, khususnya bahasa Asing. Bukannya,bangsa kita alergiterhadap bahasa Asing,akan tetapiharus ada porsi dan aturan pemakaiannya. Janganlah kita lebih mendahulukan bahasaAsingdaripadabahasaIndonesia.

Kondisilainsaatini,yaituadanya persainganyangketatbangsa-bangsadi dunia diera globalisasi.Halitu akan memudarkan identitas keindonesiaan yang kokoh membangun solidaritas keindonesiaan.Berbagaiperistiwayang cenderung memperlihatkan tindakan kurangnya pengutamaan penggunaan bahasaIndonesia,terutamadimedialuar

ruang telah menandakan kondisi keberadaan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Kondisi tersebut diperparah lagioleh otonomidaerah yang seakan-akan dimaknai sebagai otonomietnisatausukubangsa.

Pelegitimasian pada keberadaan bahasadaerahsecaraberlebihantelah menempatkan bahasa daerah yang menjadi identitas kedaerahan sejajar dengan kedudukan bahasa Indonesia. Oleh sebab itu,rasa cinta atau sikap positif masyarakat suatu daerah terhadap bahasa Indonesia semakin memudar. Lebih jauh lagi, telah menciptakankondisibeberapakelompok mengesampingkan bahasa Indonesia sebagaibahasapengantarpadasituasi -situasiformal.BahasaIndonesiasebagai bahasa pengantar dalam hal ini tergantikan oleh bahasa daerah komunitassetempat.Upayayangnyata diperlukan untuk menghambatlajunya pertumbuhan sikap pengutamaan penggunaan bahasa asing dan menetralisasi semangat kedaerahan menujukeindonesiaandemimembangun kecintaan dalam mewujudkan citra Indonesia dalam kancah nasional maupuninternasional.

Kegelisahan para praktisibahasa Indonesia tentang keberadaan pemakaianbahasaditengahmasyarakat kita,akhirnyamembuatPemerintahjuga harus turun tangan.Jika sebelumnya masalahurusanbahasahanyaditangani oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di Jakarta, dengan tiga UPT-nya yaitu di D.I. Yogyakarta,Bali,danUjungpandang,hal iniberlangsung cukup lama,terutama padamasaordebaru.

Padaerareformasi,akhirnyaPusat PembinaandanPengembanganBahasa bergantinama menjadiPusatBahasa dansampaisaatinisudahada17Balai Bahasa dan 5 KantorBahasa di22 provinsi.Kehadiran balaidan kantor bahasainidiharapkandapatmembantu pemerintah daerah dalam mengurusi

(3)

bahasa didaerahnya masing-masing. Memangsampaisaatinihasilnyabelum signifikan. Beberapa kesulitan yang ditemuioleh Balaidan KantorBahasa adalah masalah sulitnya menembus institusiatauinstansiyangbukanberada di bawah Departemen Pendidikan Nasional.

Senyampang dengan itu,melihat hambatantersebut,akhirnyapemerintah melalui Menteri Dalam Negeri mengeluarkanPeraturanMenteriDalam NegeriNomor40Tahun2007,tanggal21 Agustus 2007,tentang pedoman bagi kepala daerah dalam pelestarian dan pengembangan bahasa negara dan bahasadaerah.

Permendagriinimemuat6Babdan 9pasal.IntidariPermendagriNomor40 Tahun2007iniadalahpadaBabII,yaitu mengenaitugas kepala daerah,yang termuatdalam pasal2,yangberbunyi, “Kepaladaerahbertugasmelaksanakan: a) pelestarian dan pengutamaan penggunaanbahasaNegaradidaerah;b) pelestariandanpengembanganbahasa daerahsebagaiunsurkekayaanbudaya dansebagaisumberutamapembentuk kosakata bahasa Indonesia; c) sosialisasipenggunaanbahasaNegara sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan pendidikan/belajar mengajar, forum pertemuanresmipemerintahdan pemerintahan daerah,surat menyurat resmi/kedinasan,dan dalam kegiatan lembaga/badan usaha swasta serta organisasikemasyarakatandidaerah.”

Pasal 3, kepala daerah a) melakukan koordinasiantar lembaga dalam pengutamaan penggunaan bahasa Negara atas bahasa-bahasa lainnya pada berbagaiforum resmidi daerah;b)menerbitkanpetunjukkepada seluruh aparatur di daerah dalam menertibkan penggunaan bahasa di ruang publik,termasuk papan nama instansi/lembaga/badan usaha/badan sosial,petunjukjalandaniklan,dengan pengutamaan penggunaan bahasa negara;c)memberikan fasilitas untuk

pelestariandanpengembanganbahasa Negaradanbahasadaerah;d)bekerja samadenganinstansivertikaldidaerah yang tugasnya melakukan pengkajian, pengembangan, dan pembinaan kebahasaan.

Selanjutnya pada Bab IV PemantauandanEvaluasi,Pasal7,ayat (2) berbunyi, “Untuk melaksanakan evaluasisebagaimana dimaksud pada ayat (1), gubernur membentuk tim evaluasiyangdipimpinolehpejabatdari unsursekretariatdaerah dibantu oleh pejabat dari satuan kerja perangkat daerahyangmenanganiurusankesatuan bangsadanpolitiksebagaisekretaristim dengan beranggotakan pejabat dari unsursatuankerjaterkaitdaninstansi vertikal yang menangani kajian, pengembangan, dan pembinaan kebahasaan.”

Melihat perhatian pemerintah di atas,seharusnya masalah kebahasaan sudah selayaknya mendapat prioritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Namun,sangatdisayangkan sampai saat ini kondisi pemakaian bahasa Indonesia masih carut-marut. Belum adanyapayunghukum yangkuat adalahalasanyangkuatpulamembuat pemakaian bahasa Indonesia belum berjalansebagaimanamestinya.

Lahirnya beberapa undang-undang tentang berbagaiaspekkiranya belum ada yang menyinggung secara rinci tentangpenggunaanbahasaIndonesia. AmbilcontohUndang-undangNomor32 Tahun2002,tentangPenyiaran.Memang ada pasalyang menyinggung bahasa yaitupadaBabIVtentangPelaksanaan Siaran,Bagian Kedua:Bahasa Siaran, Pasal 37, yang berbunyi, “Bahasa pengantar utama dalam penyelenggaraanprogram siaranharus bahasaIndonesiayangbaikdanbenar.”

Disampingitu,pemakaianbahasa daerah dan asing juga diperbolehkan. Pasal38,ayat(1)Bahasadaerahdapat digunakan sebagaibahasa pengantar dalam penyelenggaraanprogram siaran

(4)

muatan lokaldan,apabila diperlukan, untukmendukungmataacaratertentu. Ayat (2) Bahasa asing hanya dapat digunakan sebagaibahasa pengantar sesuaidengan keperluan suatu mata acarasiaran.LalupadaPasal39,ayat(1) Mata acara siaran berbahasa asing dapatdisiarkan dalam bahasa aslinya dankhususuntukjasapenyiarantelevisi harusdiberiteksbahasaIndonesiaatau secaraselektifdisulihsuarakankedalam bahasa Indonesia sesuai dengan keperluanmataacaratertentu.Ayat(2) Sulih suara bahasa asing ke dalam bahasaIndonesiadibatasipalingbanyak 30% darijumlahmataacaraberbahasa asing yang disiarkan.Ayat(3)Bahasa isyaratdapatdigunakan dalam mata acaratertentuuntukkhalayaktunarungu. Pemuatan pasaltentang bahasa siaran itu,tidakdiikutidengan adanya sanksi.HalinidapatdilihatpadaBabVIII, Pasal55,tentang sanksiadministratif tidakadaterterapasal37,38,dan39. Begitu juga pada Bab X,Pasal57, tentang ketentuan pidana tidak juga termuatpasal-pasalyang berhubungan dengan bahasa siaran.Fenomena ini jelas membuat posisitawarbahasa Indonesia dalam ranah undang-undang tersebutsangatlemah.

Satulagi,misalnyapadaPeraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Padapasal2ayat(4),ada31urusan pemerintah tetapi tidak ada tertera masalahbahasa.Adapunke-31urusan pemerintah itu adalah: pendidikan; kesehatan;pekerjaanumum;perumahan; penataan ruang; perencanaan pembangunan;perhubungan;lingkungan hidup;pertanahan;kependudukan dan catatansipil;pemberdayaanperempuan dan perlindungan anak; keluarga berencanadankeluargasejahtera;sosial; ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; koperasidanusahakecildanmenengah;

penanaman modal; kebudayaan dan pariwisata;kepemudaan danolah raga; kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;otonomidaerah,pemerintahan umum,administrasikeuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian;pemberdayaan masyarakat dan desa; statistik; kearsipan; perpustakaan; komunikasi dan informatika;pertanian dan kerahanan pangan;kehutanan;energidansumber daya mineral;kelautan dan perikanan; perdagangan;danperindustrian.

Memangkalaudicari-carimungkin adaterintegrasipadaurusanpendidikan, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri,dankomunikasidaninformatika. Itukalaulahkitacari-carikiranyamasuk kemana urusan kebahasaan tersebut. Bila Pemerintah Pusat saja tidak mencatumkanurusankebahasaan,maka pada Pasal 7 tentang urusan pemerintahanyangmenjadikewenangan pemerintahan daerah,Ayat(2)ada26 urusanwajibpemerintahandaerahtidak juga mencantumkan masalah kebahasaan.Ironisnyalagi,padaAyat(4) mengenai urusan pilihan untuk pemerintah daerah justru masalah sangat memprihatinkan, karena bila masalahbahasaadaterintegrasidalam urusan pendidikan,maka pada urusan pilihan inimasalah pendidikan tidak tertera. Adapun urusan pilihan pemerintahdaerahitu,adalah:kelautan dan perikanan; pertanian; kehutanan; energi dan sumber daya mineral; pariwisata;industri;perdagangan;dan ketransmigrasian.

Akantetapi,kitamasihdiuntungkan dengan adanya Bab V tentang urusan pemerintahan sisa.Pasal14,Ayat(2) berbunyi, “Dalam hal pemerintahan daerah provinsi atau pemerintahan daerah kabupaten/kota akan menyelenggarakanurusanpemerintahan yang tidak tercantum dalam lampiran PeraturanPemerintahiniterlebihdahulu mengusulkan kepada Pemerintah melaluiMenteriDalam Negeriuntuk

(5)

mendapatpenetapannya.”Kemungkinan dengan adanya celah ini lahirnya PeraturanMenteriDalam NegeriNomor 40Tahun2007tersebut.

Lahirnya Permendagri tersebut diharapkansebenarnyamembuatposisi tawar dalam pembinaan bahasa Indonesiadidaerah menjadilebihkuat. Namun,sebelumnyakitajanganterlalu cepat puas. Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, tentang OrganisasiPerangkat Daerah perlukitacermati,terutamapadaposisi tawarkita.LihatsajapadaBabV,Bagian Ketiga,Pasal22mengenaiperumpunan urusan pemerintahan. – Kalau sebelumnyapadaPPNomor38Tahun 2007 kita berasumsi bahwa urusan bahasa itu mungkin terintegrasipada urusanpendidikan;kesatuanbangsadan politikdalam negeri;dankomunikasidan informatika.–Ternyata padaPPNomor 41Tahun2007ini,Ayat(4)Pasal22, justru bidang pendidikan digabung dengan pemuda dan olahraga.Bidang komunikasidan informatika digabung denganbidangperhubungan.Selanjutnya padaAyat(5)bidangkesatuanbangsa, politik dan perlindungan masyarakat. Bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi.Jadidimanakahkiranya bidangkebahasaan?

KenyataandiLapangan

Akhir-akhirini,kalangan pendidik danbudayawan,merasacemasterhadap masadepanbahasaIndonesia.Betapa tidak? Kenyataan, apa yang disebut penyerbuan budaya telah melanda bangsa inidengan amatdahsyatnya. Nyaris tidak ada satu sisikehidupan kemasyarakatandanbudaya,termasuk bahasa,yanglepasdariserbuanbudaya asing.Menelusurijalan-jalandikota-kota besar di Indonesia, di kiri kanan terpampang papan-papan nama berbahasa asing yang tak terhitung banyaknya.

Begitu pula dirumah,ketika kita

melihat televisi swasta atau radio, terlihat dan terdengar acara yang menggunakanbahasaInggris.Memang ada kecenderungan kuat penggunaan bahasa Indonesia pada media massa, mediaiklan,danmedialuarruang,telah tergantikanolehbahasaasing,terutama Inggris.Halituterjadidiluarkewajaran danbahkandalam banyakkasustidak pada tempatnya. Tragisnya kalangan pejabat negara pun tidak segan membuat acara-acara dengan menggunakan istilah-istilah berbahasa Inggris.Sebutmisalnya,CoffeeMorning, Open House,dan semacamnya.Untuk sekadarmenyebutkalimatpesta akhir tahun pun kadang-kadang mereka enggan. Mereka merasa lebih keren denganmenggunakankalimatYearEnd Partydalam kartuundangan.

Diduniausahakeberadaanbahasa Indonesiabahkannyaristergusurhabis. Mulaidariiklan,jenisusaha, nama-nama toko hingga nama-nama pusat perbelanjaan praktis bahasa bahasa Indonesia telah digeser oleh bahasa asing. Keranjingan ini telah meluas sampai pada papan nama gedung perkantoran,pemukiman,petunjuk lalu lintas, dan tempat-tempat wisata. Sekarang ini, di pelosok-pelosok Indonesiamanapun,kitaakankesukaran menemukan papan nama "Pangkas Rambut" atau "Tukang Cukur" untuk sebuah usaha jasa di bidang pemangkasan rambut.Yang akan kita temukanadalahSalondanBarberShop. Bahkan disebuah pasardesa disatu daerahyangtakpernahdiinjakseorang asingpunkitamudahmenjumpaipapan namausahajasaurusanrambutseperti ini, "Yety Salon": For Ladies and Gentleman.Begitu juga usaha jasa di bidang pencucian pakaian,kita nyaris tidak dapat menemukan lagi papan nama "Benatu"atau "Penatu",apalagi "Benara".Yang kitatemukan dimana-manaadalahpapannamaLaundryand DryClean.

(6)

asing lebih menggiladibidang media, baik media cetak lebih-lebih media elektronik. Ada radio swasta yang seluruh acara utamanya nyaris menggunakan bahasa Inggris.Sebuah televisiswasta yang menyatakan diri sebagai televisi yang mengusung pemberitaan,terdapatlebihdari50%dari keseluruhanacara utamanyadalam satu haritayangmenggunakanbahasaasing. Untuksekadarmengucapkan"Ringkasan Berita" atau "Berita Singkat" saja tampaknya para penyiarnya berat. Merekalebihringanmengucapkan"Head Line News". Kalaupun terpaksa mengucapkanbahasaIndonesiamereka sengajatidakdifasihkan,baikdialekatau intonasianya,supaya ada kesan orang asingyangbelum lamabelajarbahasa Indonesia.

Sejatinya fenomena keranjingan berbahasa asing di pert emuan-pertemuanresmi,dimediamassa,dandi tempat-tempat umum yang marak sekarang ini menunjukkan adanya perubahan perilaku masyarakat kita dalam bertindak dan berbahasa. Memangkitatidakmenolakperubahan selamatidakmencederaifalsafahhidup danjatidiribangsakita.Namunpada kenyataannyaperilakuberbahasasaatini diikuti kecenderungan yang mengkhawatirkan dalam perilaku bertindak dan identifikasidiribangsa. Kecenderunganmengidentifikasikandiri pada budaya dan pola perilaku asing yangbelum tentumembawakemajuan peradabantelahmengikisperlahan-lahan identitasbangsaIndonesiadengannilai -nilaibudayaluhurnya.

Kecemasanitusemakinberalasan ketikasemuaitumenjadikenyataanyang sebenarnya(realitasaktualataurealitas obyektif).Sebabrealitasaktualsebuah masyarakatadalahrealitasluaranyang padanya bahasa dan tanggapan kita merujuk. Ia adalah cerminan asli keadaanbatinsebuahmasyarakat;hasil dari hubungannya dengan nilai-nilai manusiawiyang bersifatbatiniahyang

telah menjadipola dasardan simbol -simbolarketipalyangdilembagakandan telahmenjadikeyakinanbersama.

Kalaukitamelihatfaktadilapangan, perhatian dan kepedulian kita untuk menggunakanbahasaIndonesiadengan baikdanbenar,secarajujurharusdiakui belum sesuaiharapan.Keluhantentang rendahnya mutu pemakaian bahasa Indonesia sudah lama terdengar. Ironisnya,belum jugaadakemauanbaik untuk menggunakan sekaligus meningkatkan mutu berbahasa.Tidak sedikit kita mendengar bahasa para pejabat yang rancu dan payah kosakatanya sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsiran. Tidakjarangkitamendengartokoh-tokoh publik yang begitu mudah melakukan manipulasi bahasa. Yang lebih mencemaskan, kita masih terlalu mengagungkan nilai-nilai modern sehingga merasa lebih terhormatdan terpelajar jika dalam bertutur menyelipkansetumpukistilahasingyang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.Memang,bahasa Indonesia tidakantimodernisasi.Bahasakitacukup terbukaterhadappengaruhbahasaasing. Akan tetapi,rasa rendah diri(inferior) yang berlebihan dalam menggunakan bahasa sendiri justru mencerminkan sikap masa bodoh yang bisa melunturkan kesetiaan,kecintaan,dan kebanggaan terhadap bahasa sendiri. HaruskahbahasaIndonesiadisingkirkan sebagaituanrumahdinegerisendiri?

PosisiBalaiBahasadiProvinsi

Secara pengembangan lembaga, kita patut bersyukur dengan adanya dibentukatauberdirinyaBalaiBahasadi 17 provinsidan KantorBahasa di5 provinsi.PembentukanBalaiatauKantor Bahasa inibertujuan untukmembantu pemerintahan daerah dalam pelaksanaan urusan pengkajian, pengembangan,danpembinaanbahasa dan sastra Indonesia dan daerah di

(7)

wilayahkerjanyamasing-masing.

Namun sangat disayangkan, sampai saat ini kondisi pemakaian bahasa Indonesia masih carut-marut. BerdirinyaBalaidanKantorBahasadi22 provinsi sebenarnya sebagai satu terobosan bahwa masalah perhatian terhadap bahasa pemerintah memang telah konsern. Lalu yang perlu dipertanyakan bagaimana dengan hadirnya lembaga yang mengurusi bahasaitusudahsejauhmanayangbisa diperbuat.Menurutpandangan penulis sampaisaatinibelum maksimal,alasan klise yang selalu hadirdalam setiap pertemuanadalahmasalahanggaran.

HadirnyaBalaidanKantorBahasa yangtelahmerekrutsejumlahpegawai bukankah itu sudah satu bagian dari pemakaian anggaran.Lalu gajiyang diterimaolehPNSdiBalaidanKantor Bahasa tersebut untuk apa? Apakah datanglalupulangkerjamerekadigaji. Seharusnya dengan gajiyang mereka (PNS BalaidanKantorBahasa)terima itulah mereka melakukan pengkajian, pengembangan,danpembinaanbahasa didaerahnyamasing-masing.

SecaraorganisasiBalaidanKantor yang menurut Keputusan Menteri PendayagunaanAparaturNegaraNomor 62/KEP/M.PAN/ 7/2003 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT)dimana secara eselon hanyamendudukieselonIII-b.Jabatan strukturalhanyaadadua,yaituKepala Balai(eselonIII-b)danKepalaSubbagian TataUsaha(eselonIV-b).Posisieselon inisangattidakmenguntungkan,karena urusan kebahasaan menyangkutlintas sektoral.SecarastrukturalposisiKepala Balaihanya setara dengan Sekretaris Camat,KepalaBagiandanKepalaBidang Rumah Sakit Umum Daerah,Kepala Bidang pada dinas dan badan di kabupaten/kota,DirekturRumah Sakit Umum DaerahkelasD.Sedangkanposisi Kepala Subbagian Tata Usaha hanya setara dengan Sekretaris Kelurahan, Kepala Seksipada kelurahan,Kepala

SubbagianpadaSekretarisCamat,dan KepalaTataUsahaSekolahKejuruan.

Dengandemikian,janganlahheran apabila Kepala Balaiingin beraudiensi dengan dinas pendidikan kabupaten/kota misalnya,maka yang menerimahanyasekelasKepalaBidang atau Kepala Bagian Tata Usaha saja. Makadenganitu,PermendagriNo.40 Tahun2007sudahtepatmemosisikan untuk Ketua Tim EvaluasiPengkajian, Pengembangan,danPembinaanBahasa Negara dan Bahasa Daerah adalah Sekretaris Daerah (eselon I-b), sedangkan sekretaris Kepala Badan/Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik (eselon II-a), dibantu oleh anggotanya daripejabatunsursatuan terkait(eselon II-a dan II-b),barulah terakhirdibantu oleh instansivertikal yangmenanganikajian,pengembangan, danpembinaankebahasaan(yangdalam halinitentulahmaksudnyaBalaiBahasa) sesuaidengan Pasal7,Ayat(2).Lalu bagaimana lagidengan posisiKantor Bahasa(eselonIV-b)tentulebihsulitlagi untuk berkoordinasi dengan pihak pemerintahandaerah.

ReposisiProgramKegiatan

PusatBahasa yang eselon I-nya adalahSekretarisJenderal,Departemen Pendidikan Nasionalmerupakan salah satu pusat yang berada di bawah Sekretaris Jenderal,Depdiknas.Dalam menggunakan anggaran,sesuaiyang telah ditetapkan oleh Bappenas ditambah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007, tentang Bagan Akun Standar bahwa PusatBahasabesertaBal aidanKantor-nya di daerah termasuk kalsifikasi berdasarkan sub-fungsi ke dalam kelompokpendidikan yang terdiriatas sepuluh sub-fungsi,danPusatBahasa beserta Balai dan Kantor-nya menggunakan sub-fungsi kesepuluh yakni “Pendidikan lainnya” dengan klasifikasi kegiatan “Pengembangan

(8)

Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan” dan klasifikasi sub-kegiatan“PembinaanBahasaNasional”, sangatlah sulit untuk menyesuaikan program yang seakan sudah baku di lingkungan Pusat Bahasa, yaitu pengkajian, pengembangan, dan pembinaan,sebagaimanatertuangpada PeraturanMenteriPendidikanNasional Nomor 23 Tahun 2005 tentang OrganisasidanTataKerjaPusat-Pusatdi Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional,Bagian Keempat mengenai PusatBahasa(Pasal56—Pasal78).

Untuk kegiatan pengkajian,yang nota bene merupakan penelitian terhadap berbagaiaspek kebahasaan dan kesastraan Indonesia dan daerah, sangat sukar untuk mengukur keluarannya baik dari segi keluaran kualitatifmaupun keluaran kuantitatif. Karenasebagaimanakitaketahui,bahwa kebanyakanhasilpenelitiankeluarannya hanyabersifatabstrak.Sedangkanpada erasekarangini,setiapanggaranyang digunakanataudikeluarkanharusjelas hasilnya.

Begitu juga pada dua kegiatan lainnya,ambilmisalpada subkegiatan penyuluhan.Sangatsulituntukmengukur keberhasilannya. Memang secara kuantitatifbisa dihitung peserta yang disuluh,tetapidampak akibatadanya penyuluhan itu sangat sulit untuk mengukurnya.

Oleh sebab itu,sudah sepatutnya pucukpimpinanPusatBahasabeserta pimpinan Balaidan KantorBahasa di daerahmengadakanperubahanterhadap kegiatan yang selama ini sudah dibakukan.Jika mengacu pada mata anggaran program “Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan”, kegiatan pengkajian, pengembangan,danpembinaanbahasa dansastraIndonesiasudahtidaktepat. Karenakeluarannyatidaksesuaidengan program yangdipakai.Seharusnyayang menjadikegiatan prioritas darimata anggaranprogram diatasialahkegiatan

mengenaipengembanganbudayabaca danpembinaanperpustakaan.

Pengembanganbudayabacasudah jelas sasarannya adalah siswa,yakni bagaimanamenjalankansuatukegiatan tentang penggunaan bahasa Indonesia dapatmeningkatkanbudayabacasiswa. Begitu juga dengan pembinaan perpustakaan, arahnya jelas pada pengadaan buku-buku yang berkaitan dengankebahasaandankesastraandi perpustakaansekolah.

Apabila haliniyang dijalankan, maka keluaran dari kegiatan Pusat BahasabesertaBal aidanKantorBahasa-nyaakanjelas.Sekianrupiahdikeluarkan untuk pengembangan budaya baca siswa dapat diukur dengan sekian persentase siswa yang sudah mampu menyerap atau menggunakan bahasa Indonesiayang baikdan benarsesuai dengankhaidah.Dampakbaliknyabisa dilihatdarihasilujian siswa khusus untukmatapelajaranbahasaIndonesia.

Sedangkan untuk pembinaan perpustakaan,jelasinimengarahpada pengadaan buku-buku yang berkaitan dengankebahasaandankesastraandi sekolah-sekolah.Penulisan buku inilah yangharusdilakukanolehtenagateknis yangadadiPusatBahasabesertaBalai dan Kantor Bahasa-nya. Bagaimana penulisanbukubahasadansastrayang menumbuhkanbudayabacabagisiswa. Bukankah Pusat Bahasa selama ini cukup banyak mengeluarkan beasiswa untuk pendidikan lanjutan stafteknis, yaitu jenjang S2 dan S3. Sangat disayangkan,ternyatadaripengamatan penulis, umumnya staf teknis yang sudah mendapatgelarS2 ataupun S3 pada bidang bahasa ataupun sastra, justrutidakmemperhatikanpadahakikat bagaimanamenumbuhkanbudayabaca masyarakat, malahan asyik bergelut denganberbagaiteorikebahasaanatau kesastraan yang menurutkaca mata masyarakatumum sangatsukaruntuk dipahami.

(9)

jumlah hasil penelitian bahasa dan sastrayangdilakukanolehstafteknis PusatBahasabesertaBalaidanKantor Bahasadidaerahdenganmenghabiskan anggaranmungkinsudahmiliaran.Akan tetapi,hasilpenelitianitubelum dapat menjawab apa yang diinginkan oleh mata anggaran program yang dipakai oleh PusatBahasa beserta Balaidan KantorBahasa-nya.Memangbiladilihat, hasil penelitian itu bukanlah tidak bermanfaat, namun manfaat langsungnya bagi masyarakat tidak nyata.

Sebagaimanakitaketahuisekarang ini,bahwaanggaranyangdikelolaoleh suatu instansipemerintah yang nota bene memakaiuang rakyat,haruslah ada dampak langsungnya kepada masyarakat/rakyat yang memiliki anggaran itu.Inimemang merupakan tuntutan dalam sistem anggaran yang berbasishasil.Akhirnya,bilasuatuketika pihak DPR mengaudithasil-hasilapa yangtelahdilakukanolehPusatBahasa beserta Balaidan KantorBahasa-nya terhadap masyarakat/rakyat.Jika kita tidak mampu menjelaskan atau menunjukkankepadapihakDPR,sudah tentuinstitusiiniakanterkenamerger ataupun lebih parahnya lagiterkena likuidasi.Apalagitanda-tandakearah sanasudahmenunjukkan,diantaranya dengan hadirnya PermendagriNo.40 Tahun 2007, sebenarnya adalah ancaman bagiPusatBahasa beserta Balaidan KantorBahasa.Khususnya bagiBalaidanKantorBahasa.

Olehsebabitu,jikakitatidakmau terkena dampak tersebut, sudah seharusnya dan secepatnya kita mereposisiprogramkegiatan.***

DAFTARBACAAN

Alisyahbana,St.Takdir.1980.Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta:Dian Rakyat.

Alwasilah,A.Chaedar.1993.LinguistikSuatu Pengantar.Bandung:Angkasa.

Alwi,Hasan.dkk.TataBahasaBakuBahasa Indonesia.(EdisiKetiga).Jakarta:Balai

Pustaka.

Barker,Chris.2005.CulturalStudiesTeori dan Praktik.Yogyakarta:PT Bentang Pustaka.

Basyarsyah,TuankuLucmanSinardanWan Syaifuddin (Ed.). 2002. Kebudayaan MelayuSumateraTimur.Medan:USU Press.

Bungin,Burhan.2006.SosiologiKomunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus TeknologiKomunikasidiMasyarakat. Jakarta:KencanaPredanaMediaGroup. Chaiyanara,Paitoon M.2002.Pengenalan

Teori Fonologi. Singapore: DeeZed Consult.

Damono,SapardiDjoko.2002.Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: PusatBahasa.

Danandjaya,James.2001.FolklorIndonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.

Jakarta:PustakaUtamaGrafiti.

Davis,G.B.1999.Kerangka DasarSistem Informasi Manajemen Bagian I Pengantar.Jakarta:Pustaka Binaman Pressindo.

Djamaris,Edwar.2002.Metode Penelitian Filologi.Jakarta:Manasco.

Djamaris,Edwar(Ed.).1994.SastraDaerah diSumatera:AnalisisTema,Amanat,dan NilaiBudaya.Jakarta:BalaiPustaka. Effendi,S. 2002.Pedoman Penyusunan

Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Bahasa.

Endraswara, Suwardi. 2003.Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,Teori,dan Aplikasi.Yogyakarta: PustakaWidyatama.

Fokkema,D.W.danElrudKunne-Ibsch.1998.

TeoriSastraAbadKeduaPuluh.Jakarta: Gramedia.

Gunarwan, Asim. 2000. “Peran Bahasa SebagaiPemersatuBangsa”.Bambang KaswantiPurwo(ed).2000.KajianSerba LinguistikUntukAntonMoelionoPereksa Bahasa.Jakarta:PTBPKGunungMulia. Hardjana,Andre.1985.KritikSastraSebuah

Pengantar.Jakarta:Gramedia.

Jabrohim (Ed).2003.MetodologiPenelitian Sastra.Yogyakarta:Hanindita.

Jayawati,MainiTrisna,Sulistiati,danYeni MulyaniSupriatin.1997.AnalisisStruktur danNilaiBudayaCeritaRakyatSumatera Utara Sastra Melayu.Jakarta:Pusat PembinaandanPengembanganBahasa. JurnalSosioteknologiEdisi13Tahun7,April

(10)

2008 343 Pemantapan Ketahanan Nasional NKRI Melalui Pendekatan Kebahasaan

Kaswanti,Bambang(ed).2000.KajianSerba LinguistikUntukAntonMoelionoPereksa Bahasa.Jakarta:PTBPKGunungMulia. Kluckhohn,F & Strodtbeck F L. 1961.

Variations in Value Orientations. Evanston:GreenwoodPress.

Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan, Mentalitas,danPembangunan.Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat.1985."PersepsiTentang Kebudayaan Nasional". Alfian. Ed. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan.Jakarta:Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus linguistik. Jakarta: Penerbit PT. GramediaPustakaUtama.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D.Oka. Jakarta:UIPress.

Lubis,Mochtar.1997.SastradanTekniknya. Jakarta:YayasanOborIndonesia.

Mulyana,Deddy.2004.KomunikasiEfektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung:RemajaRosdakarya.

Mulyana,Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. 2005.KomunikasiAntarbudayaPanduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munsyi, Alif Danya. 2005. Bahasa Menunjukkan Bangsa. Cet.I. Jakarta: Gramedia.

Nababan,P.W.J.1987.IlmuPragmatikTeori danPenerapannya.Jakarta:Depdikbud. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori

Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversityPress.

Pradopo,RachmatDjoko.1993.Pengkajian

Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.

PudentiaM.P.S.S.dkk.2003.AntologiProsa RakyatMelayuIndonesia.Jakarta:Pusat Bahasa.

Sakri,Adjat(ed).1988.IlmuwandanBahasa Indonesia.Bandung:PenerbitITB.

Sibarani,Robert.et al.1999.Pemetaan TradisiLisandiSumateraUtara(Laporan Penelitian).Medan :AsosiasiTradisi Lisan.

Sihombing,LibertyP(ed).1994.Bahasawan Cendekia.Jakarta:PTIntermasa.

Sudjiman, Panuti. 1993.Bunga Rampai Stilistika.Jakarta:PustakaUtamaGrafiti. Sugiharto, I. Bambang. 1996.

Postmodernisme Tantangan Bagi Filsafat.Yogyakarta:Kanisius.

Suroso.etal.1999.IkhtisarSeniSastra UntukSLTA.Surakarta:TigaSerangkai. Suwondo,Tirto.2003.StudiSastraBeberapa

Alternatif.Yogyakarta:Hanindita.

Syaifuddin, Wan. 1999. Persektif Tradisionalisme Melayu : Esei-esei SastraTradisi.Medan:USUPress. Teeuw,A.1984.Sastra dan Ilmu Sastra:

PengantarTeoriSastra.Jakarta:Pustaka Jaya.

Thomas,Linda.dan Shan Wareing.2007.

Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan. Yogyakarta:PustakaPelajar.

Wellek, Rene dan Austin Warren. (di -Indonesiakan oleh Melani Budianta). 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Zaidan, Abdul Rozak. 2002. Pedoman PenelitianSastraDaerah.Jakarta:Pusat Bahasa.

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu- ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat istiadat, bahasa, aturan, kebiasaan dan lain-lain

Pembangunan proyek yang berlokasi di Balongan, Indramayu, Jawa Barat tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas infrastruktur penerimaan minyak mentah yang semula

Uji hipotesis persial (uji t) dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing independen yaitu kualitas pelayanan (X 1 ) dan harga (X 2 ) terhadap variabel

Suatu atom dikatakan tereksitasi (terbangkit) jika satu atau bebarapa electron mempunyai energi yang lebih besar dari tingkat energinya sendiri.. Dalam keadaan

Gambar 4(c) adalah struktur mikro yang dihasilkan saat dilakukan pemanasan pada 1050 ℃, memiliki bentuk butir αp yang equiaxial, ukurannya paling besar dibandingkan butir αp

[r]

Unit Usaha Syariah yang telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia Cabang.. Medan dengan

Gambar poligon gaya dengan kemiringan W’ yang tepat dan.. melewati