• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPIJM KABUPATEN GORONTALO TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RPIJM KABUPATEN GORONTALO TAHUN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 149

6.1

KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN

6.1.1

ANALISIS PENDAPATAN DAERAH

Keuangan merupakan salah satu aspek yang harus dikelola secara hati – hati mengingat keterbatasan kapasitas fiskal daerah diperhadapkan dengan berbagai kebutuhan pembiayaan pembangunan daerah. Keuangan daerah juga dipandang sebagai komponen paling penting dalam perencanaan pembangunan, sehingga analisis mengenai kondisi dan proyeksi keuangan daerah perlu dilakukan untuk memperoleh kesadaran mengenai kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan dan kesadaran untuk secara efektif memberikan perhatian kepada isu dan permasalahan strategis secara tepat. Dengan melakukan analisis keuangan daerah yang tepat akan melahirkan kebijakan efektif dalam pengelolaan keuangan daerah.

Secara umum kebijakan pengembangan keuangan daerah diarahkan pada peningkatkan kapasitas dan kemandirian kemampuan keuangan daerah disertai dengan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan yang potensial serta dikelola dengan mengembangkan prinsip-prinsip akuntabel, transparan, ekonomis, efisien dan efektif yang ditujukan bagi pembiayaan pembangunan dan peningkatan kinerja pelayanan sektor public. Adapun sumber keuangan itu sendiri pada hakekatnya dihimpun melalui dana – dana masyarakat dan olehnya keuangan daerah pada prinsipnya merupakan hak yang harus dikembalikan kepada masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung melalui program pembangunan. Untuk itu, pengelolaan keuangan daerah semaksimal mungkin harus diupayakan menghasilkan produktifitas yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Kabupaten Gorontalo sebagai salah satu daerah otonom berupaya secara berkesinambungan untuk terus meningkatkan kemandirian keuangan daerah baik dalam hal pengelolaan maupun peningkatan kapasitas fiskal daerah. Sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang – undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam bentuk anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), maka Pemerintah Kabupaten Gorontalo memposisikan APBD sebagai salah satu instrumen kebijakan ekonomi yang diarahkan untuk membiayai rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) terkait program kerja pembangunan daerah. Adapun program kerja pembangunan daerah tersebut diarahkan untuk mencapai visi dan misi pemerintah daerah yang dijabarkan melalui program dan kegiatan pembangunan secara berkesinambungan selama lima tahun anggaran. Disamping itu, menurut kebijakan yang mendasari

(2)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 150

pengelolaan keuangan daerah yakni Permendagri nomor 13 tahun 2006 dan dengan memperhatikan visi yang hendak dicapai, kondisi dan tantangan daerah kedepan,

Selanjutnya keuangan daerah akan dikelola dengan memperhatikan beberapa azas prinsipil berikut ini :

- Efektif, yakni membandingkan antara capaian dengan target yang ditetapkan untuk setiap program/kegiatan yang dilakukan dengan cara membandingkan antara keluaran dan hasil

- Efisien,yakni pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu

- Ekonomis, yakni perolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah

- Transparan, yakni prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas – luasnya tentang keuangan daerah

- Bertanggung jawab, yakni perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

- Keadilan, yakni keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif

- Kepatutan, yakni tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional

- Manfaat, bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Keseluruhan azas ini diterapkan pada pengelolaan keuangan daerah dalam rangka mengoptimalkan sumber – sumber keuangan yang ada agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menciptakan pertumbuhan makro ekonomi daerah.

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN

Kebijakan umum pengelolaan keuangan Kabupaten Gorontalo 2011 – 2015 diarahkan pada :

- Mengarahkan pembiayaaan daerah dalam rangka pencapaian visi misi pemerintah daerah

(3)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 151

- Menciptakan pertumbuhan ekonomi bagi seluruh masyarakat Kabupaten Gorontalo, dengan

mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah serta menjamin kesinambungan produktivitas sector – sector penggerak roda perekonomian daerah

- Menjamin ketersediaan pembiayaan daerah bagi program – program pengentasan

kemiskinan sehingga diharapkan angka kemiskinan dapat terus berkurang

- Menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi angka pengangguran dengan memacu dan

meningkatkan kreatifitas serta mengembangkan produk – produk unggulan daerah

- Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangunan daerah untuk mencegah terjadinya pemborosan sumber daya, termasuk eksploitasi alam yang berlebihan untuk mendukung terciptanya pembangunan berwawasan lingkungan

- Menjamin ketersediaan pembiayaan pelayanan dasar masyarakat untuk menjamin

keberpihakan anggaran bagi kepentingan publik. Arah Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pada dasarnya kemampuan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pelayanan dasar kepada masyarakat melalui program kegiatan sangat ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan daerah. Semakin besar pendapatan daerah maka semakin besar pula peluang untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat demikian pula sebaliknya. Disamping kuantitas pendapatan, kebijakan dalam pemanfaatan pendapatan juga sangat menentukan kualitas pelayanan dasar masyarakat. Pemerintah daerah yang selektif dalam mengarahkan pendapatannya berpeluang untuk dapat memberikan pelayanan dasar yang maksimal bagi masyarakat meskipun diperhadapkan dengan keterbatasan pendapatan.

Kondisi umum struktur pendapatan Kabupaten Gorontalo 2005 – 2010 secara garis besar sangat dipengaruhi oleh interfensi pemerintah melalui alokasi dana perimbangan dan lain – lain pendapatan daerah yang sah. Kedua komponen pendapatan ini mendominasi struktur pendapatan Kabupaten Gorontalo sementara pendapatan asli daerah hanya memberikan kontribusi sekitar 3 – 7% dari total pendapatan daerah. Berikut adalah realisasi PAD 2005 – 2009 dan target 2010 :

(4)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 152

Realisasi Pendapatan Kabupaten Gorontalo 2005 – 2009 dan Target 2010

URAIAN TAHUN 2005 (Rp) TAHUN 2006 (Rp) TAHUN 2007 (Rp) TAHUN 2008 (Rp) TAHUN 2009 (Rp) TAHUN 2010 (Rp) (anggaran) PAD 12.328.487.570,61 18.190.858.899 19.944.692.185,60 21.505.594.306,35 19.276.110.264,84 40,535,643,620 Pajak 2.209.979.020,00 2.462.895.757,00 2.134.091.360,00 2.267.754.800,00 2.505.137.562,00 3,850,000,000,00,00 Retribusi 5.902.017.186,00 7.749.571.766,00 7.270.321.525,00 10.799.946.820,00 8.584.593.631,00 4,610,851,270,00 Hsl. Peng Kekayaan Daerah yg dipisahkan 2.767.761.366,00 2.435.263.660,00 1.337.112.176,00 920.034.606,00 4.450.259.284,00 1,498,443,115,00

Lain – lain PAD 1.448.729.998,61 5.543.127.716,00 9.203.167.124,00 7.517.858.080,35 6.236.119.787,84 30,576,349,235,00 Dana Perimbangan 210.778.724.849 359.335.200.156 412.002.470.230 353.963.364.144 429.023.687.702 421,515,030,918 Bagi Hsl Pajak 14.616.561.749,00 17.174.331.291,00 16.579.337.623,00 16.655.143.760,00 17.680.860.653,00 22,815,945,126,00 Bagi Hasil Bukan Pajak 588.163.100,00 742.868.865,00 4.757.132.607,00 1.560.853.384,00 129.147.049,00 472,051,792,00 Dana Alokasi Umum 181.354.000.000,00 309.588.000.000,00 335.122.000.000,00 272.770.367.000,00 344.628.680.000,00 338,845,034,000,00 Dana Alokasi Khusus 14.220.000.000,00 31.830.000.000,00 55.544.000.000,00 62.977.000.000,00 66.585.000.000,00 59,382,000,000,00 Lain-lain Pendapatan yg Sah 3.913.492.308 5.891.330.711 31.069.624.173 85.568.508.897 62.757.916.503 110.821.892.680 Dana Darurat - - 7.500.000.000,00 20.000.000.000,00 - - Dana Bg Hsl Pajak dr Pemprov 3.913.492.308,00 5.891.330.711,00 4.318.592.973,00 10.059.415.097,00 9.718.769.503,00 10.068.570.762,00 Dana Penyesuaian - - 15.000.000.000,00 53.270.330.000,00 - - Dana Penguatan Des. Fiskal & Percepatan Pemb. Daerah - - - - 45.350.042.000,00 34,517,959,131,00 Bantuan Keu. Pemrov - - - - 199.950.000,00 5,456,050,300,00 Pendapatan Lainnya - - 4.251.031.200,00 2.238.763.800,00 7.489.155.000,00 1,488,196,087,00

(5)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 153 URAIAN TAHUN 2005 (Rp) TAHUN 2006 (Rp) TAHUN 2007 (Rp) TAHUN 2008 (Rp) TAHUN 2009 (Rp) TAHUN 2010 (Rp) (anggaran) Dana pecep.pembang .infra.struk.pend idikan - - - 1.000.000.000,- Dana Peng.Infra,Struk .Pras.Daerah - - - 24.445.000.000,00 Dana Tambh.Penghsl n.Guru PNSD - - - 8,161,050,000,00 Tunj.Prof. Guru PNSD - - - 25,685,066,400,00 Total 237.919.024.727,61 383.417.389.766 463,016,786,588.60 461.037.467.347,35 511.057.714.469,84 572.872.567.218

Memperhatikan data di atas nampak bahwa kontribusi pemerintah melalui melalui transfer dana ke daerah sangat besar sementara pendapatan asli daerah sangat kecil kontribusinya terhadap total pendapatan daerah. Adapun besaran kontribusi dana pemerintah maupun pemerintah daerah dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel

Kontribusi Dana Transfer dan PAD Terhadap Total Pendapatan Daerah 2005 -2010

Pendapatan 2005 (%) 2006 (%) 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%) Pemerintah

(Dana Perimbangan + Lain-lain Pendapatan yg Sah)

94,82 95,26 95,70 95,34 96,23 92,93

Pemda (PAD)

(6)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 154

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa proporsi pendapatan daerah masih didominasi oleh sumber-sumber pendapatan yang diperoleh dari dana perimbangan sementara kontribusi pendapatan asli daerah masih sangat kurang. Hal ini menunjukan bahwa ratio kemandirian keuangan daerah masih rendah dan harus terus ditingkatkan. Berdasarkan data realisasi 2005 – 2009 dan target 2010 maka rata – rata pertumbuhan untuk masing – masing jenis PAD dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Angka Pertumbuhan PAD 2005 – 2010 (%)

Tahun Pajak Retribusi

Hsl.Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan Lain – lain PAD PAD 2005 – 2006 11,44 31,30 -12,01 282,62 47,55 2006 – 2007 -13,35 -6,18 -45,09 66,03 9,64 2007 – 2008 6,26 48,55 -31,19 -18,31 7,83 2008 – 2009 10,47 -20,51 383,70 -17,05 -10,37 2009 -2010 53,68 -46,29 66,33 390,31 110,29 Rata - Rata 13,70 1.37 72,35 140,72 32,99

Memperhatikan data di atas nampak bahwa pendapatan asli daerah yang terdiri dari pajak, retribusi, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain PAD pertumbuhannya dari tahun ke tahun cukup berfluktuatif. Retribusi daerah memiliki rata – rata pertumbuhan yang paling rendah yakni 1,37% dan rata – rata pertumbuhan tertinggi berasal dari lain – lain PAD sebesar 140,72 persen. Terdapat penurunan realisasi retribusi tahun 2008 dibanding tahun 2009 sebesar -20,51% yang mengakibatkan angka pertumbuhan menjadi negatif. Hal ini disebabkan retribusi pelayanan kesehatan yang berasal dari RSU MM Dunda tidak lagi menjadi bagian dari pendapatan retribusi daerah akibat beralihnya status rumah sakit ini menjadi badan layanan umum daerah (BLUD) yg memungkinkan untuk mengelola sendiri

(7)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 155

pendapatannya. Pengakuan pendapatan rumah sakit dicatat dalam lain – lain PAD sehingga hal ini mengakibatkan terjadinya lonjakan yang cukup signifikan untuk jenis pendapatan ini pada tahun 2009 – 2010. Walaupun dalam kurun waktu 2005 – 2009 terdapat pertumbuhan yang negatif tapi rata – rata pertumbuhan lima tahun tetap menunjukkan angka yang positif. Untuk jenis PAD yang bersal dari pajak dan retribusi memiliki angka pertumbuhan yang relatif normal sedangkan untuk hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain PAD angka pertumbuhannya sangat fluktuatif. Hal ini disebabkan objek pendapatan untuk pajak dan retribusi daerah tidak mengalami dinamika yang cukup berarti sedangkan untuk hasil pengelolaan kekayaan daerah dipengaruhi oleh minat investor dalam melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dan untuk lain – lain PAD lebih dominan dipengaruhi oleh besar kecilnya jasa giro yang diterima oleh kas daerah juga penerimaan lainnya yang sifatnya tidak dapat diprediksi seperti tuntutan ganti dan pengembalian belanja.

Berdasarkan rata – rata angka pertumbuhan yang diperoleh dan dengan berasumsi bahwa semua variabel yang mempengaruhi pendapatan asli daerah adalah tetap serta didukung oleh stabilitas daerah yang kondusif, maka untuk pajak dan retribusi dapat diproyeksi dengan menggunakan angka pertumbuhan rata – rata ( table 3.3.) sedangkan untuk hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain lain PAD karena angkanya sangat fluktuatif maka angka pertumbuhan rata – rata kurang tepat jika digunakan untuk memprediksi target lima tahun kedepan. Khusus untuk kedua jenis pendapatan ini diprediksi dapat mengalami pertumbuhan minimal 5 % per tahun. Dengan pertimbangan bahwa pada saat penyusunan dilakukan angka RAPBD 2011 telah diperoleh, maka angka pertumbuhan untuk menentukan proyeksi PAD bertitik tolak pada angka RAPBD 2011 dengan asumsi sebagai berikut :

Tabel Proyeksi PAD 2011 – 2015 URAIAN TAHUN 2011 (Rp) (RAPBD) TAHUN 2012 (Rp) TAHUN 2013 (Rp) TAHUN 2014 (Rp) TAHUN 2015 (Rp) Pertumbuhan (%)

(8)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 156 PAD 30.413.371.939,00 32.049.318.880,52 33.798.882.177,63 35.672.321.405,92 37.681.039.418,20 Pajak 2.819.000.000,00 3.205.203.000,00 3.644.315.811,00 4.143.587.077,11 4.711.258.506,67 13,70 Retribusi 3.580.569.020,00 3.629.622.815,57 3.679.348.648,43 3.729.755.724,91 3.780.853.378,34 1,37 Hsl. Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan 1.500.000.000,00 1.575.000.000,00 1.653.750.000,00 1.736.437.500,00 1.823.259.375,00 5

Lain – lain PAD 22.513.802.919,00 23.639.493.064,95 24.821.467.718,20 26.062.541.103,90 27.365.668.158,19 5

Setelah mengulas pendapatan asli daerah, selanjutnya adalah dana perimbangan dan lain – lain pendapatan yang sah dengan rata – rata pertumbuhan sebagai berikut :

(9)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 157

Tabel

Angka Pertumbuhan Dana Perimbangan

dan Lain – lain Pendapatan yang Sah 2005 – 2010 (%)

PENDAPATAN TAHUN 2005 – 2006 TAHUN 2006 – 2007 TAHUN 2007 - 2008 TAHUN 2008 - 2009 TAHUN 2009 - 2010 RATA - RATA DANA PERIMBANGAN 70,48 14,66 -14,08 21,20 -1,75 18,10 BAGI HSL PAJAK 17,49 -3,46 0,46 6,16 29,04 9,92 BAGI HSL BUKAN PAJAK 26,30 540,38 -67,19 -91,72 265,51 134,66 DANA ALOKASI UMUM 70,71 8,25 -18,60 26,34 -1,67 17,01 DANA ALOKASI KHUSUS 123,84 74,50 13,38 5,73 -10,82 41,33 LAIN – LAIN PENDAPATAN YANG

SAH 50,54 427,38 175,41 -26,66 76,59 140,65 DANA DARURAT 0 100 166,66 -100 0 33,33 BAGI HSL PAJAK PEMROV 50,54 -26,70 132,93 -3,38 3,60 31,40 DANA PENYESUAIAN 0 100 255,13 -100 0 51,02 DANA DESENTRALISASI FISKAL 0 0 0 100 -23,88 15,22 BANTUAN KEU. PEMROV 0 0 0 100 2.628,71 545,74 PENDAPATAN LAINNYA 0 100 -47,33 234,52 -80,13 41,41 DANA PERCEP.PEMBANG.INFRA. STRK.PENDIDIKAN 0 0 0 0 100 20 DANA PEMBANG.INFRA.PRAS. DAERAH 0 0 0 0 100 20

DANA TBAHAN PENGHSLN GURU PNSD

0 0 0 0 100 20

TUNJ.PROF. GURU PNSD 0 0 0 0 100 20

Seperti halnya PAD walaupun terdapat angka pertumbuhan yang negatif namun rata – rata pertumbuhan lima tahunan untuk dana perimbangan dan lain – lain

(10)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 158

pendapatan yang sah adalah positif. Angka pertumbuhan dana perimbangan sebagian besar negatif pada periode 2007 – 2008 dikarenakan terjadinya pemekaran Kabupaten Gorontalo Utara juga pada periode 2009 – 2010 dikarenakan kebijakan pemerintah mengurangi belanja transfer ke daerah yang berimbas pada penurunan alokasi dana perimbangan salah satunya Kabupaten Gorontalo. Sementara untuk lain – lain pendapatan yang sah walaupun angka pertumbuhan dari tahun – ke tahun persentasenya semakin menurun namun secara kuantitas besarannya justru semakin

meningkat dimulai Rp. 3.913.492.308,- pada tahun 2005 dan menjadi Rp.

110.821.892.680,- pada tahun 2010. Hal ini disebabkan dikeluarkannya beberapa kebijakan pemerintah dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur daerah baik dibidang pekerjaan umum, pendidikan maupun kesehatan juga kebijakan untuk penyesuaian penghasilan guru dalam bentuk tunjangan dan tambahan penghasilan. Untuk tunjangan profesi guru pada table di bawah ini memiliki trend yang meningkat sebaliknya tambahan penghasilan guru justru mengalami penurunan. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah guru yang memperoleh tunjangan profesi kelak akan semakin meningkat akibat tingginya motivasi guru dalam melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi agar bisa memperoleh tunjangan ini mengingat jumlahnya yang cukup tinggi yaitu sebesar gaji yang diterimakan setiap bulannya. Berdasarkan kondisi ini maka sebaliknya guru yang hanya menerima tambahan penghasilan akan semakin berkurang. Disamping itu, terdapat pula kebijakan alokasi dana darurat untuk penanganan pasca bencana untuk percepatan rehabilitasi infrastruktur daerah yang rusak akibat bencana.

Angka pertumbuhan lain – lain pendapatan yang sah sangat berfluktuatif sesuai kebijakan pemerintah dan kondisi daerah terkait dana penanggulangan bencana. Hal ini mengakibatkan angka pertumbuhan menjadi tidak stabil dan tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi pertumbuhan lima tahun kedepan. Lain halnya dengan dana perimbangan yang rata – rata pertumbuhan selama lima tahun cukup stabil walaupun terdapat dua periode yang angka pertumbuhannya negatif. Dengan memperhatikan rata – rata pertumbuhan lima tahun lalu dan dengan memperhitungkan proporsionalitas angka pertumbuhan untuk masing – masing jenis pendapatan, maka

(11)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 159

proyeksi dana perimbangan dan lain – lain pendapatan yang sah lima tahun kedepan dapat diproyeksi dengan bertitik tolak pada angka RAPBD 2011 sebagai berikut:

Tabel

Proyeksi Dana Perimbangan dan Lain – lain Pendapatan yang Sah 2011 – 2015

URAIAN TAHUN 2011 (Rp) (RAPBD) TAHUN 2012 (Rp) TAHUN 2013 (Rp) TAHUN 2014 (Rp) TAHUN 2015 (Rp) Pertumbuhan (%) DANA PERIMBANGAN 457.236.034.000 479,046,148,312.8 501.999.304.876,35 526.163.244.966,49 546,036,319,795.11 BAGI HSL PAJAK 13.176.859.000 14.484.003.412,8 15.920.816.551,35 17.500.161.553,24 19.236.177.579,32 9,92 BAGI HSL BUKAN PAJAK 823.141.000 987.769.200 1.185.323.040 1.422.387.648 1.706.865.177,6 20 DANA ALOKASI UMUM 382.454.034.000 401.576.735.700 421.655.572.485 442.738.351.109,25 464.875.268.664,71 5 DANA ALOKASI KHUSUS 60.782.000.000 61.997.640.000 63.237.592.800 64.502.344.656 65.792.391.549,12 2 LAIN – LAIN PENDAPATAN YANG SAH 78.700.000.000 82.190.470.621,82 84.759.205.184 87.493.524.139,9 90.406.454.483,57 BAGI HSL PAJAK PEMROV 10.000.000.000 12.182.970.621,82 13.401.267.684 14.741.394.452,4 16.215.533.897,64 10 DANA DESENTRALISAS I FISKAL 34.500.000.000 35.362.500.000 36.246.562.500 37.152.726.562,5 38.081.544.726,56 2,5 DANA TBAHAN PENGHSLN GURU PNSD 8.200.000.000 7.995.000.000 7.795.125.000 7.600.246.875 7.410.240.703,12 -2,5 TUNJ.PROF. GURU PNSD 26.000.000.000 26.650.000.000 27.316.250.000 27.999.156.250 28.699.135.156,25 2,5

(12)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 160

Untuk mencapai target pendapatan daerah seperti yang telah diproyeksikan pada tabel di atas maka ditetapkanlah kebijakan umum pengelolaan pendapatan daerah sebagai berikut :

- Meningkatkan kualitas pengelolaan pendapatan daerah melalui kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan yang memperhatikan aspek legalitas, keadilan, kepentingan umum, karakteristik daerah dan kemampuan masyarakat dengan memegang teguh prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi.

- Menyesuaikan struktur pendapatan dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah sehingga target penerimaan minimal dapat terpenuhi sesuai dengan target yang ditetapkan dan tepat waktu.

- Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan fasilitas yang diperoleh sesuai ketentuan yang berlaku

- Pengelolaan dan pemanfaatan aset – aset daerah yang potensial

- Peningkatan manajemen pengelolaan keuangan daerah

- Pembangunan infrastruktur pendukung peningkatan pendapatan daerah

- Membantu dalam memobilisasi pajak pusat sehingga hal ini dapat meningkatkan bagian pajak tersebut untuk daerah.

- Monitoring dan evaluasi pengumpulan pajak dan retribusi daerah secara kontinyu dan berkesinambungan dengan terus membandingkan atara target dan realisasi maupun antara potensi dan target sehingga jika memungkinkan perlu diadakan penambahan target sesuai dengan potensi riil di lapangan maupun mengidentifikasi jenis pajak dan retribusi mana yang capaiannya dalam tahun berjalan diprediksi tidak dapat memenuhi target untuk segera dicarikan solusi dan pemecahannya.

Arah Kebijakan Pengalokasian Belanja Daerah

Belanja daerah adalah semua kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih (ekuitas dana) dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Makna pengeluaran belanja berbeda dengan pengeluaran pembiayaan. Pemerintah tidak akan mendapatkan pembayaran kembali (benefit) atas pengeluaran belanja yang telah terjadi baik pada tahun anggaran berjalan maupun pada tahun

(13)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 161

anggaran yang akan dating. Sebaliknya pengeluaran pembiayaan merupakan pengeluaran yang akan diterima kembali pembayarannya baik pada tahun anggaran berjalan maupun pada tahun anggaran yang akan dating.

Pengelolaan belanja daerah perlu dilakukan secara cermat dan rasional mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menciptakan sumber – sumber keuangan baru yang mampu mendukung kebutuhan anggaran belanja daerah. Pengelolaan belanja juga harus memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku, lebih jauh lagi kebijakan alokasi belanja daerah melalui program kegiatan harus sinkron dengan program prioritas nasional untuk menciptakan keserasian dan keharmonisan penganggaran pemerintah dan pemerintah daerah. Dengan demikian pemerintah daerah harus meningkatkan kapasitas dan keberdayaan local untuk menunjang terlaksananya kebijakan–kebijakan local mengingat sebagian dari anggaran belanja dialokasikan untuk menunjang program prioritas nasional.

Sesuai dengan PP nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasititas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat tersebut diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan perundang - undangan. Menyikapi hal ini Pemerintah Kabupaten Gorontalo telah mewajibkan seluruh satuan kerja untuk menyusun Standar Pelayanan Minimal SKPD yang akan menjadi acuan batasan minimal yang wajib dipenuhi dalam rangka pelayanan publik. Dengan mengacu pada visi misi 2011 – 2015 dan dengan memperhatikan SPM SKPD yang telah tersusun, diharapkan dalam waktu dekat Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Gorontalo 2011 – 2015 akan dapat dirampungkan.

(14)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 162

Keinginan Pemerintah Kabupaten Gorontalo untuk dapat mewujudkan penganggaran belanja daerah secara adil dan merata agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam pelayanan umum perlu didukung oleh strategi dan pengelolaan yang tepat. Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran maka dalam pengalokasian belanja perlu diperhatikan :

 Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat serta indikator kinerja yang ingin dicapai untuk setiap rupiah yang dibelanjakan

 Penetapan prioritas kegiatan yang akan menjadi fokus pembiayan daerah

 Penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan yang rasional melalui kajian – kajian realistis dan akuntabel untuk pembebanan belanja pada setiap program/kegiatan dan penetapan standar harga yang terus disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah

Sebagaimana layaknya daerah lain, maka struktur belanja Kabupaten Gorontalo juga terbagi atas belanja tidak langsung dan belanja langsung. Untuk belanja tidak langsung disamping dialokasikan untuk memenuhi belanja – belanja wajib seperti gaji PNSD dan alokasi dana desa juga dialokasikan untuk bantuan social dan hibah. Sementara untuk belanja langsung dialokasikan pada program kegiatan prioritas yang menunjang tercapainya visi misi daerah. Adapun realisasi anggaran belanja Kabupaten Gorontalo 2005 – 2009 dan anggaran 2010 dapat pada tabel dibawah ini :

Tabel

Realisasi Belanja Daerah 2005 – 2009 dan Anggaran Belanja Daerah 2010

URAIAN TAHUN 2005 (Rp) TAHUN 2006 (Rp) TAHUN 2007 (Rp) TAHUN 2008 (Rp) TAHUN 2009 (Rp) Tahun 2010 (Rp) (Anggaran) BELANJA TDK LANGSUNG 49.937.476.008,25 184.247.629.101,00 251.341.704.567,00 256.225.917.338,00 303.106.060.767,00 381.213.199.555,00

(15)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 163 Belanja Pegawai 129,738,587,838.00 166.499.290.730,00 182.830.191.736,00 219.600.987.322,00 252.637.247.311,00 328.951.405.653,00 Bunga Utang 92.080.305,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - Subsidi 7.849.643.290,25 9.843.831.190,00 323.811.861,00 265.000.000,00 524.607.872,00 3.844.400.000,00 Hibah 0,00 0,00 6.827.000.000,00 9.820.525.000,00 7.489.850.000,00 15.212.810.000,00 Bantuan Sosial 11.854.843.075,00 7.719.272.996,00 13.348.497.160,00 6.568.830.916,00 17.112.839.462,00 13.340.500.000,00 Bagi Hsl pd Pem.Desa - - - 576.356.902,00 Bantuan Keuangan pd Pemerintah Desa 0,00 0,00 47.112.638.625,00 18.444.800.000,00 24.509.052.722,00 18.787.727.000,00 Tak Terduga 402.321.500,00 185.234.185,00 899.565.185,00 1.525.774.100,00 832.463.400,00 500.000.000,00 BELANJA LANGSUNG 88.218.808.885,00 155.019.171.787,00 204.130.547.565,00 214.208.387.327,00 238.380.247.830,00 217.437.883.188,00 TOTAL BELANJA 238.156.284.893,25 339.266.800.888,00 455.472.252.132,00 470.434.304.665,00 541.486.308.597,00 598,651.082.743,00

Memperhatikan data di atas nampak bahwa pada belanja tidak langsung alokasi untuk belanja pegawai sangat besar. Hal ini disebabkan besarnya jumlah pegawai daerah mencapai 6.866 pada tahun 2010. Alokasi belanja terbesar berikutnya pada belanja tidak langsung adalah belanja bantuan keuangan pada pemerintah desa yang pada tahun 2007 jumlahnya cukup besar akibat adanya alokasi pada daerah pemekaran Gorontalo Utara. Nampak pada tabel di atas pada tahun 2005 dan 2006 tidak terdapat alokasi untuk belanja bantuan keuangan pada pemerintah desa. Mengenai hal ini dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya alokasi untuk belanja desa pada tahun 2005 dan 2006 direalisasikan dalam bentuk tunjangan aparat pemerintah desa termasuk diantaranya imam, guru ngaji dan guru sekolah minggu yang dianggarkan pada belanja langsung dalam bentuk honorarium melalui Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Gorontalo. Disamping itu pada tahun yang sama direalisasikan pula belanja dalam bentuk bantuan social untuk pembangunan masjid desa, kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial lainnya. Sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini alokasi belanja pada pemerintah desa direalisasikan dalam bentuk alokasi dana desa melalui pos bantuan keuangan yang

(16)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 164

besarannya disesuaikan dengan dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah daerah tidak termasuk didalamnya dana alokasi khusus.

Hibah kepada lembaga dan organisasi juga memperoleh alokasi yang pada tahun 2010 jumlahnya sangat meningkat dibanding tahun – tahun sebelumnya akibat adanya alokasi dana hibah pada Komisi Pemilihan Umum dan Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Gorontalo sehubungan dengan dilaksanakannya pemilihan umum Kepala Daerah pada tahun 2010. Demikian pula halnya untuk belanja subsidi yang cukup besar pada tahun 2005 dan 2006 akibat adanya alokasi subsidi “desa mandiri” dan untuk tahun – tahun selanjutnya belanja subsidi ini hanya dialokasikan untuk subsidi PBB masyarakat miskin dan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat sangat signifikan dengan adanya alokasi untuk program “Semua Bisa Sekolah” dari Pemerintah Provinsi Gorontalo sementara alokasi subsidi PBB masyarakat miskin pada APBD 2010 sesuai rekomendasi Pemerintah Provinsi Gororntalo dialihkan menjadi belanja bantuan keuangan lainnya.

Pada tabel di atas nampak bahwa struktur belanja didominasi oleh belanja tidak langsung yang disebabkan oleh besarnya alokasi untuk belanja gaji pegawai. Adapun komposisi belanja tidak langsung dan belanja langsung dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel

Komposisi Belanja Tidak Langsung Dan Belanja Langsung Tahun 2005 – 2010 (%)

Belanja 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tdk Langsung 62,96 54,31 55,19 54.47 55,98 63,68 Langsung 37,04 45,69 44,81 45,53 44,02 36,32

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sejak tahun 2006 perbandingan belanja tidak langsung dan langsung hampir mencapai keseimbangan dengan kisaran 50 : 40 dan pada tahun 2010 perbandingan menjadi cukup senjang dengan kisaran 60 : 30

(17)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 165

dimana hal ini disebabkan meningkatnya belanja tidak langsung akibat adanya kebijakan pemberian tambahan penghasilan PNS, tunjangan profesi guru dan tambahan penghasilan bagi guru yang belum menerima tunjangan profesi. Disamping itu peningkatan belanja tidak langsung pada tahun 2010 juga disebabkan tingginya alokasi belanja hibah yang sebagian besar dianggarkan untuk KPU dan Panwas dalam membiayai pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah. Adapun perkembangan belanja daerah berdasarkan jenisnya lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel

Angka Pertumbuhan Belanja Daerah 2005 – 2010

BELANJA TAHUN 2005 – 2006 TAHUN 2006 – 2007 TAHUN 2007 - 2008 TAHUN 2008 - 2009 TAHUN 2009 - 2010 RATA - RATA BELANJA TDK LANGSUNG Belanja Pegawai 28,33 9,80 20,11 15,04 30,20 20,70 Bunga Utang -100 - - - - -20 Subsidi 25,40 -96,71 -18,16 97,96 632,81 128,26 Hibah 0 100 43,84 -23,73 103,11 44,64 Bantuan Sosial -34,88 72,92 -50,78 160,51 -22,04 25,14 Bagi Hsl pd Pem.Desa - - - - 100 20 Bantuan Keuangan pd Pemerintah Desa - 100 -60,85 32,87 -23,34 9,72 Tak Terduga -53,96 385,64 69,61 -45,44 39,94 79,16 BELANJA LANGSUNG 75,72 31,68 4,94 11,28 -8,78 22,97

(18)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 166

Penajaman belanja daerah untuk membiayai program dan kegiatan

berdampak luas pada kepentingan umum

 Titik berat anggaran belanja dialokasikan untuk mendukung penyelenggaraan tupoksi SKPD dalam rangka mendukung tercapainya visi misi daerah

 Mengalokasikan anggaran untuk program – program partisipatif baik dalam bentuk

pendampingan penganggaran keuangan maupun bentuk–bentuk pendampingan lainnya terkait isu-isu yang dominan antara lain: pendidikan, kesehatan, kemiskinan, ketenagakerjaan, prasarana dasar, dan lingkungan hidup

 Mengalokasikan belanja bantuan-bantuan dalam bentuk:

a) Subsidi, untuk membantu masyarakat miskin dalam mengakses fasilitas publik maupun dalam menunaikan kewajiban pajaknya

b) Hibah, untuk membantu kemajuan dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi negeri maupun swasta, pembangunan tempat ibadah, maupun organisasi lainnya sesuai peraturan yang berlaku

c) Bantuan sosial, untuk menyentuh kelompok ekonomi lemah dalam rangka penguatan modal usaha, alokasi program pendampingan pemberdayaan masyarakat miskin dan lain – lain terkait kegiatan sosial

d) Bantuan Keuangan, dalam rangka penguatan kelembagaan pemerintah daerah

dan pemerintah desa untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan ekonomi.

e) Bagi hasil pada pemerintah desa, dilakukan sebagai upaya pemerataan sumber – sumber pendapataan daerah secara proporsional kepada daerah penghasil Kebijakan belanja tersebut di atas akan tertuang dalam proyeksi belanja daerah lima tahun kedepan dengan memperhatikan angka pertumbuhan belanja lima tahun sebelumnya dan angka RAPBD 2011 Kabupaten Gorontalo sebagai berikut :

Tabel

Proyeksi Belanja Daerah 2011 – 2015

URAIAN TAHUN 2011 (Rp) RAPBD TAHUN 2012 (Rp) TAHUN 2013 (Rp) TAHUN 2014 (Rp) TAHUN 2015 (Rp) Pertumbuhan (%)

(19)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 167 Belanja tdk langsung 412.972.594.517 472.354.955.281,8 540.483.543.166 618.658.493.746,62 708.373.989.181,51 Belanja pegawai 380.051.061.615 437.058.720.857,25 502.617.528.985,84 578.010.158.333,71 664.711.682.083,77 15 Bunga utang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - Subsidi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - Hibah 5.440.000.000 5.712.000.000 5.997.600.000 6.297.480.000 6.612.354.000 5 Bantuan sosial 10.444.500.000 10.966.725.000 11.515.061.250 12.090.814.312,5 12.695.355.028,12 5 Bagi hsl pd pem.desa 576.356.902 590.765.824,55 605.534.970,16 620.673.344,41 636.190.178,02 2,5 Bantuan keuangan pd pemerintah desa 15.460.676.000 17.006.743.600 18.707.417.960 20.578.159.756 22.635.975.731,6 10 Tak terduga 1.000.000.000 1.020.000.000 1.040.400.000 1.061.208.000 1.082.432.160 2 Belanja langsung 177.294.921.951 195.024.414.146,1 214.526.855.560,71 235.979.541.116,78 259.577.495.228,46 10 Total belanja 590.267.516.468 667.379.369.427,9 755.010.398.726,71 854.638.034.863,4 967.951.484.409,97

Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Dalam struktur APBD pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan untuk menutup defisit dan memanfaatkan surplus. Transaksi penerimaan pembiayaan terjadi jika APBD mengalami defisit yang diperoleh dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang. Sedangkan jika terjadi surplus maka akan terjadi transaksi pengeluaran pembiayaan yang dialokasikan dalam bentuk penyertaan modal, pembentukan dana cadangan dan dana depresiasi, ataupun pembayaran hutang yang telah jatuh tempo.

(20)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 168

Untuk Kabupaten Gorontalo selang lima tahun terakhir pembiayaan daerah mengalami dinamika sesuai kondisi APBD yang ada atau sesuai angka surplus/deficit yang terjadi. Pada tabel di bawah ini nampak bahwa pada tahun 2006 dan 2007 APBD mengalami surplus sehingga terjadilah alokasi pengeluaran pembiayaan sedangkan untuk tahun 2005, 2008,2009 dan 2010 APBD mengalami defisit yang mengakibatkan timbulnya alokasi penerimaan pembiayaan daerah.

Tabel 3.11 Pembiayaan Daerah 2005 – 2010 Uraian Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Surplus / Defisit (237.260.166,14) 44.150.588.878,16 7.544.534.456,00 (9.396.837.317,65) (30.428.594.127,16) (25.778.515.525,00) Penerimaan pembiayaan daerah 5.171.070.217,32 4.299.393.212,18 40.840.755.724,34 41.092.815.295,94 31.715.977.978,29 25.778.515.525,00 Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya 171.070.217,32 4.299.393.212,18 40.840.755.724,34 41.092.815.295,94 31.615.977.978,29 1.287.383.850,43 Kegiatan lanjutan 0,00 0,00 1.346.255.000,00 0,00 0,00 0,00 Hasil penjualan kekayaan daerah yg dipisahkan 0,00 0,00 0,00 0,00 100.000.000,00 4.591.131.674,57 Pinjaman dari pemerintah daerah lainnya 5.000.000.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 19.900.000.000,00 Pengeluaran pembiayaan daerah 634.416.839,00 7.609.226.366,00 7,292,474,885,00 80,000,000,00 0,00 0,00 Penyertaan modal pemerintah daerah 633.902.345,00 2.609.226.366,00 5.625.550.000,00 0,00 0,00 0,00 Pembayaran pokok utang 514.494,00 5.000.000.000,00 1.666.924.885,00 80.000.000,00 0,00 0,00 Pembiayaan netto 4.536.653.378,32 (3.309.833.153,82) 33.548.280.839,34 41.012.815.295,94 31.715.977.978,29 25.778.515.525,00

Sisa lebih / kurang pembiayaan tahun berkenaan

(21)

RPIJM KAB. GORONTALO Hal 169

Adapun arah kebijakan pembiayaan daerah dapat dijelaskan sebagai berikut: - Defisit anggaran ditutupi oleh sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya - Jika jumlah SILPA tidak mencukupi, maka penanggulangan deficit dilakukan melalui

pinjaman jangka pendek dan penjualan asset daerah

- Surplus anggaran dimanfaatkan untuk melakukan penyertaan modal baik pada lembaga keuangan maupun pada perusahaan daerah

- Jika terdapat utang maka pemanfaatan surplus juga dialokasikan untuk pembayaran

pokok utang

Disamping mempertimbangkan berbagai alternative penanggulangan deficit keuangan daerah yang dimungkinkan dalam struktur penerimaan pembiayaan daerah, Pemerintah Kabupaten Gorontalo juga senantiasa melakukan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan melalui penetapan prioritas realisasi anggaran belanja, melakukan seleksi kembali kegiatan – kegiatan pokok dan melakukan penundaan terhadap kegiatan yang masih memungkinkan untuk ditunda pelaksanaannya serta mengoptimalkan kinerja sumber – sumber penerimaan daerah.

Gambar

Tabel   Proyeksi PAD 2011 – 2015  URAIAN  TAHUN 2011 (Rp)  (RAPBD)  TAHUN 2012 (Rp)  TAHUN 2013 (Rp)  TAHUN 2014 (Rp)  TAHUN 2015 (Rp)  Pertumbuhan (%)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara dengan 30 mahasiswa Ilmu Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta diperoleh data bahwa sebagian besar mahasiswa

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dalam latar belakang penelitian, maka identifikasi masalah yang akan dibahas adalah bagaimana harga kentang Australia,

Dari hasil analisa dengan menggunakan diagram sebab akibat (fishbone) dapat diambil kesimpulan bahwa masalah yang menyebabkan unit CWM 330 mogok adalah dikarenakan

Menurut data NTB dalam angka pada tahun 2013, dari total penduduk yang mencari kerja setiap tahunnya, setiap angkatan kerja tersebut memiliki latar

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal dan melihat pengaruhnya

Perusahaan harus dapat memberikan perlindungan kepada pelanggannya, baik berupa kualitas produk, pelayanan, komplain ataupun layanan purna jual. Dengan

Hasil validasi silabus sebesar 87,5% dimana nilai tersebut termasuk dalam kriteria sangat valid. Dalam instrumen validasi silabus terdapat 3 aspek penilaian yang terdiri dari

Asam-asam amino dari pool ini mungkin digunakan pada protein turnover atau untuk membentuk energi yang dibutuhkan oleh tubuh.. turnover atau untuk membentuk energi yang dibutuhkan