• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi Dengan Panjang Jari Tangan Kanan Pada Suku Batak Toba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Nilai Konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi Dengan Panjang Jari Tangan Kanan Pada Suku Batak Toba"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI KONVERSI JARAK VERTIKAL DIMENSI

OKLUSI DENGAN PANJANG JARI TANGAN

KANAN PADA SUKU BATAK TOBA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ELISABETH SARAGIH NIM: 110600135

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2015

Elisabeth Saragih

Nilai Konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi Dengan Panjang Jari Tangan Kanan Pada Suku Batak Toba

xi + 56 halaman

(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 18 Juni 2015

Pembimbing Tanda Tangan

1. Rehulina Ginting, drg., M.Si ……….

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 18 Juni 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Rehulina Ginting, drg., M.Si

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Rehulina Ginting, drg., Msi., selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, arahan, saran dan waktu yang sangat berguna dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Seluruh staf pengajar Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokeran Gigi USU Yendriwati, drg, M.Kes, Lisna Unita R, drg, M.Kes, Minasari, drg, MM, Dr. Ameta Primasari, drg, M.DSc, M. Kes yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi.

3. Staf Departemen Biologi Oral, khususnya Kak Ngaisah dan Kak Dani yang telah membantu dalam hal administrasi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Yumi Lindawati, drg., MDSc selaku Dosen Pembimbing Akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

5. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi USU atas bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjalankan kuliah.

(7)

7. Teman- teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Ashvina, Bowo, Ayu, Frischa, Agnes, Raeesa, Shinta, Steffi, Melissa, Nirosa, Cassie, Stanley, Widya, Dwi, Kak Thelia, Kak May, Kak Michelle, Bang Adi, Bang Balan, Bang Yosua atas dukungan dan bantuannya selama pengerjaan skripsi.

8. Sahabat-sahabat penulis yaitu Mutiara, Cyntia, Ayu, Dytha, Revina, Annysa, Neggy, Khaera, Dina M, Kak Ruth dan seluruh teman- teman FKG USU angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

Teristimewa kepada kedua orang tua penulis tercinta yaitu P. Saragih dan A. Pardede serta adik penulis yaitu Daniel M.S dan Anggi K.S yang selalu mendoakan, memberikan dukungan moril, semangat maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Akhirnya tiada lagi yang dapat penulis ucapkan selain ucapan syukur sedalam dalamnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, 18 Juni 2015 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN………. xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 ... Rumusan Masalah ... 3

1.3 ... Tujuan Penelitian ... 3

1.4 ... Hipotesa Penelitian ... 4

1.5 ... Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.5.2 Manfaat Praktis ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ... Tumbuh Kembang ... 5

2.2 ... Faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang ... 5

2.2.1 Nutrisi ... 6

2.2.2 Penyakit ... 7

2.2.3 Ras ... 7

2.2.3.1 Kaukasoid ... 7

(9)

2.2.3.3 Mongoloid ... 7

2.2.4 Sosio-Ekonomi ... 8

2.2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang Rahang ... 8

2.2.5.1 Perkembangan Ramus ... 8

2.2.5.2 Sudut Gonial Mandibula ... 9

2.2.5.3 ... Temporo Mandibular Joint ... 9

2.2.6 Erupsi Gigi... 11

2.3 Vertikal Dimensi ... 11

2.3.1 Vertikal Dimensi Istirahat. ... 12

2.3.2 Vertikal Dimensi Oklusi. ... 12

2.4 Oklusi ... 12

2.4.1 Oklusi Klas I Anlgle (Neutro Oklusi) ... 12

2.4.2 Oklusi Klas II Angle (Disto Oklusi) ... 13

2.4.3 Oklusi Klas III Angle (Mesio Oklusi)... 13

2.5 Fungsi pada VDO ... 14

2.5.1 Mastikasi ... 14

2.5.2 Fonetik ... 15

2.5.3 Estetik... 16

2.6 Perubahan Vertikal Dimensi Oklusi... 17

2.7 Cara Mengukur Vertikal Dimensi Oklusi ... 17

2.7.1 Foto wajah ... 18

2.7.2 Radiografi ... 18

2.7.3 Model Rahang ... 18

2.7.4 Pengukuran Langsung pada Wajah ... 18

2.8 Nilai Konversi Jarak VDO dengan Panjang Jari Tangan . 19 2.9 Landasan Teori ... 22

2.10 Kerangka Teori ... 24

2.11 Kerangka Konsep ... 25

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 26

3.3 Populasi dan Sampel. ... 26

3.3.1 Populasi... 26

3.3.2 Sampel ... 26

3.3.2.1 Besar Sampel ... 26

3.4 Kriteria Pemilihan Sampel ... 27

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 27

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 28

3.5 Variabel Penelitian. ... 28

3.5.1 Variabel Bebas ... 28

(10)

3.5.3 Variabel Terkendali ... 28

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 29

3.6 Definisi Operasional. ... 30

3.7 Alat Penelitian... 31

3.8 Cara Penelitian ... 31

3.8.1 Pemilihan Sampel ... 31

3.8.2 Pengukuran Vertikal Dimensi Oklusi dan Panjang Jari Tangan ... 31

3.8.2.1 Pengukuran Vertikal Dimensi Oklusi ... 31

3.8.2.2 Pengukuran Panjang Jari Tangan ... 32

3.8.3 Nilai Konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi dengan Panjang Jari (telunjuk, kelingking, dan ujung ibu jari Sampai ujung telunjuk ... 34

3.8.4 Contoh Cara Perhitungan ... 35

3.9 Alur Penelitian ... 36

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 37

BAB 5 PEMBAHASAN ... 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Persentase distribusi frekuensi jumlah sampel penelitian yang memenuhi kriteria pada suku Batak Toba Oklusi klas I Angle usia

19-25 tahun………. 37

2 Rerata jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle pada

kelompok usia 19-25 tahun ... 38

3 Jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun

antara laki-laki dan perempuan ... 38

4 Rerata jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle pada

kelompok usia 19-25 tahun antara laki-laki dan perempuan ... 39

5 Nilai konversi jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle dengan panjang jari telunjuk tangan kanan kelompok usia 19-25

tahun laki-laki dan perempuan ... 40

6 Nilai konversi jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle dengan panjang jari kelingking tangan kanan kelompok usia 19-25

tahun laki-laki dan perempuan ... 41

7 Nilai konversi jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle Dengan Jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk tangan kanan

usia 19-25 tahun laki-laki dan perempuan ... 42

8 Analisis regresi antara jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun laki-laki dan perempuan dengan panjang jari

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Perbedaan tinggi wajah bagian bawah dan sudut dataran mandibula

karena perbedaan panjang ramus dan besar sudut gonial ... 9

2 Oklusi Klas I Angle ... 13

3 Oklusi Klas II Angle ... 13

4 Oklusi Klas III Angle... 14

5 Pembagian wajah secara horizontal menjadi tiga bagian ... 16

6 Tinggi wajah bagian bawah (A) normal, (B) berkurang (C) bertambah 17 7 Anatomi jari tangan tulang phalangeal ... 21

8 Posisi kepala subjek tegak lurus dengan lantai ... 32

9 Posisi jari telunjuk saat pengukuran ... 33

10 Posisi jari kelingking saat pengukuran ... 33

11 Posisi ibu jari dan telunjuk saat pengukuran ... 34

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Skema alur pikir

2. Kuesioner

3. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian 4. Informed Consent

5. Dokumentasi

6. Ethical Clearance

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Biologi Oral

Tahun 2015

Elisabeth Saragih

Nilai Konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi Dengan Panjang Jari Tangan Kanan Pada Suku Batak Toba

xi + 56 halaman

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimensi vertikal adalah jarak bidang vertikal dari hubungan maksila dan mandibula, diukur dari dua titik anatomis (biasanya satu pada ujung hidung dan satu lagi pada dagu), satu pada jaringan tidak bergerak dan satu lagi pada jaringan bergerak, yaitu dari titik Subnasal pada maksila dan titik Menton pada mandibula.1,2

Dimensi vertikal dibedakan atas Vertikal Dimensi Oklusi (VDO) dan Vertikal Dimensi Istirahat (VDI). VDO adalah jarak sepertiga wajah bagian bawah pada keadaan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah berkontak atau berada dalam oklusi interkuspal sedangkan VDI adalah jarak vertikal wajah bawah pada saat gigi geligi tidak berkontak atau pada saat istirahat, dan terdapat jarak sebesar 2 mm antara gigi geligi pada maksila dan mandibula, atau freeway space sebesar 2 mm.1,2,3 Jarak Vertikal Dimensi pada setiap orang berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan rahang, gigi geligi, Temporo Mandibular Joint (TMJ), nutrisi, sosial ekonomi, dan ras (herediter). Ras adalah salah satu faktor yang memengaruhi perbedaan tumbuh kembang. Hasil penelitian Odias RR (2008) di Medan, tinggi wajah perempuan suku batak yaitu 18,3576 cm dengan tinggi wajah atas 5,8959 cm, tinggi wajah tengah 6,0408 cm, dan tinggi wajah bawah 6,4209 cm. Persentase tiap-tiap wajah pada suku batak merupakan yang paling mendekati ke nilai neoclasial cannon dibanding suku/ras lain seperti Turki, Korea, Afrika, Jawa dan Cina. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa perbedaan bagian-bagian wajah pada tiap ras menyebabkan perbedaan tinggi VDO yang berada pada sepertiga wajah bagian bawah.4,5

(17)

adanya korelasi signifikan antara panjang jari dengan tinggi badan. Maka panjang jari telunjuk dan jari manis dapat digunakan untuk memprediksi tinggi badan.6 Berdasarkan penelitian Sidlauskas (2005) di Kansas korelasi antara pergelangan tangan dan skeletal yaitu waktu tahap osifikasi yang sama pada periode 6-18 tahun, dan sama-sama selesai pada usia 18 tahun.7 Pada penelitian Pudyani (2005) pertumbuhan fasial maksimal dicapai dengan tercapainya tinggi badan maksimal.8 Berdasarkan penelitian Jyoti (2013) terdapat berbagai faktor yang dapat membantu memprediksi tinggi badan yang didapatkan dari panjang telapak tangan kanan dan panjang phalangeal, baik pada laki-laki maupun perempuan di India Utara. Rasio jari kelingking dan jari manis menunjukan adanya perbedaan antara rasio jari laki-laki dan perempuan. Perbedaan panjang jari ini terjadi juga pada ras atau kelompok etnik yang berbeda. Pada ras Kaukasian menunjukan bahwa rasio jari kelingking : jari manis lebih tinggi dibanding ras kulit hitam dan ras Asia Timur.9

Jarak VDO dapat berubah menjadi lebih rendah atau menjadi lebih tinggi. Penurunan jarakVDO dapat terjadi karena atrisi, kehilangan gigi yang lama akibat pencabutan gigi, penyakit periodontal dan kecelakaan. Jarak VDO meningkat, dapat terjadi karena pemakaian gigi tiruan yang pembuatannya terlalu tinggi. Akibat jarak VDO yang berubah, dapat mengganggu fungsi mastikasi, fonetik dan etstetik.5,10,11

(18)

panjang jari telunjuk (A), panjang jari kelingking (B) dan jarak dari ujung ibu jari sampai ujung telunjuk (C). Persamaan yang didapatkan untuk ras India pada laki-laki VDO= [31.123 + (0.423 x A)], VDO= [33.075 + (0.461 x B)], VDO= [42.568 + (0.299 x C)], pada perempuan VDO= [42.162 + (0.235 x A)], VDO= [35.167 + (0.382 x B)], VDO = [48.228 + ( 0.152 x C)].1

Berdasarkan uraian diatas terdapat hubungan yang signifikan antara jari tangan dengan bagian tubuh yang lain. Adanya penelitian mengenai pengukuran jarak VDO normal dengan mengonversikan jarak VDO normal tersebut dengan panjang jari dan karena penelitian konversi jarak VDO dengan panjang jari tangan belum pernah dilakukan di kota Medan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian nilai konversi jarak VDO dengan panjang jari tangan kanan pada Suku Batak Toba usia 19-25 tahun dengan Oklusi Klas I Angle.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka timbul permasalahan yang hendak diteliti berapakah nilai koversi jarak Vertikal Dimensi Oklusi dengan panjang jari tangan kanan pada Suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui nilai konversi jarak Vertikal Dimensi Oklusi dengan panjang jari tangan kanan pada suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui nilai rerata jarak Vertikal Dimensi Oklusi suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun berdasarkan usia dan jenis kelamin.

(19)

3. Mengetahui nilai konversi jarak Vertikal Dimensi Oklusi dengan panjang jari kelingking berdasarkan jenis kelamin.

4. Mengetahui nilai konversi jarak Vertikal Dimensi Oklusi dengan jarak ujung ibu jari ke ujung jari telunjuk berdasarkan jenis kelamin.

1.4 Hipotesa Penelitian

H0= Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai rerata VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun antar masing-masing kelompok usia, jenis kelamin dan nilai konversi jarak VDO tehadap panjang jari tangan telunjuk, kelingking, ujung ibu jari sampai ujung telunjuk antara laki- laki dan perempuan.

Hα = Terdapat perbedaan yang signifikan nilai rerata VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun antar masing-masing kelompok usia, jenis kelamin dan nilai konversi jarak VDO tehadap panjang jari tangan telunjuk, kelingking, ujung ibu jari sampai ujung telunjuk antara laki- laki dan perempuan.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu mengetahui nilai konversi jarak Vertikal Dimensi Oklusi suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun.

1.5.2 Manfaat Praktis

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuh Kembang

Tumbuh kembang memegang peranan penting karena akan menentukan status kematangan tulang. Kematangan tulang dapat ditentukan dari banyaknya kalsifikasi tulang. Kalsifikasi tulang pada dasarnya adalah pengendapan mineral terutama kalsium dan fosfor ke dalam matriks organik tulang. Pada masa tumbuh kembang penting untuk menjaga kesehatan, nutrisi dan faktor lain yang memengaruhi tumbuh kembang agar tercapai tumbuh kembang yang maksimal.12,13

Maturitas pada skeletal biasanya digunakan sebagai indikator dalam menentukan puncak pertumbuhan mandibula. Tahap maturasi menunjukan adanya korelasi dengan kecepatan pertumbuhan maksila dan mandibula. Beberapa penelitian mengenai pertumbuhan pada manusia mengenai puncak pertumbuhan tubuh pada masa pubertas, termasuk pertumbuhan mandibula, memiliki hubungan yang dekat dengan osifikasi yang terjadi pada telapak tangan, sehingga penting untuk mengetahui tumbuh kembang pada maksila, mandibula dan telapak tangan.7,14,15,16

2.2 Faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang

(21)

2.2.1 Nutrisi

Nutrisi termasuk salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh pada tumbuh kembang tulang secara prenatal. Pembentukan tulang terjadi secara berkesinambungan. Nutrien diantaranya protein dapat memengaruhi pertumbuhan tulang dengan jalan menghambat diferensiasi seluler, merubah kecepatan sintesis unsur pokok matriks tulang yaitu protein kolagen dan non kolagen yang masing - masing mempunyai peranan spesifik pada pembentukan tulang. Malnutrisi dapat berdampak pada ukuran, proporsi tulang, kualitas dan tekstur jaringan, dan awal mulai terjadi pertumbuhan. Dampak dari malnutrisi dapat kembali baik untuk tingkat atau taraf tertentu pada anak-anak yang mempunyai daya penyembuhan yang baik. Beberapa sel atau sekelompok sel kemungkinan lebih peka dari sel yang lain selama siklus kehidupan. Tahap peka ini kemungkinan bersifat sementara, tetapi rangkaian kelainan yang parah dapat memengaruhi kemampuan pembentukan struktur jaringan yang normal.8

(22)

2.2.2 Penyakit

Penyakit yang lazim terjadi ketika masa kanak-kanak tidak menunjukan banyak efek pada pertumbuhan fisiknya. Namun penyakit yang terjadi secara lama dan melemahkan akan berdampak pada semua aspek pertumbuhan.12,13

2.2.3 Ras

Meskipun perbedaan pertumbuhan pada ras yang berbeda dikaitkan dengan faktor nutrisi dan lingkungan ras tersebut, namun terdapat beberapa bukti bahwa ras berperan dalam proses pertumbuhan. Contohnya pada orang Amerika kulit hitam, kalsifikasi dan erupsi gigi terjadi hampir 1 tahun lebih cepat dibanding Amerika kulit putih. Secara garis besar, ras di dunia terbagi atas tiga yaitu:12.13

2.2.3.1.Kaukasoid

Yang termasuk dalam ras Kaukasoid adalah bangsa Eropa, orang-orang yang memiliki nenek moyang bangsa Eropa, orang Indian dan sebagian dari orang-orang Afrika Utara. Biasanya memiliki ciri genetik hidung mancung dan bibir tipis. Ras kaukasoid memiliki bentuk tengkorak Mesokranium (rata-rata /sedang).

2.2.3.2 Negroid

Bangsa Afrika di dataran sub sahara serta orang-orang Amerika kulit hitam termasuk ke dalam ras negroid. Biasanya memiliki ciri hidung yang lebar, dan bibir tebal. Ras negroid memiliki bentuk tengkorak Dolichokranium (tengkorak kepala panjang).

2.2.3.3 Mongoloid

(23)

2.2.4 Sosio-Ekonomi

Anak-anak yang besar pada keluarga dengan tingkat sosio-ekonomi yang tinggi menunjukan pertumbuhan lebih awal dan juga tumbuh dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan anak yang besar pada keluarga dengan tingkat sosio-ekonomi yang rendah.12,13

2.2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang Rahang 2.2.5.1 Perkembangan Ramus

(24)

2.2.5.2 Sudut Gonial Mandibula

[image:24.612.150.529.362.465.2]

Sudut gonial seseorang juga memengaruhi vertikal dimensi anterior wajah nya. Orang yang memiliki sudut gonial yang lancip memiliki kecenderungan bentuk wajah seperti bentuk wajah ramus yang panjang, yaitu bentuk wajah kotak dan wajah bagian bawah yang pendek dibanding wajah bagian tengahnya. Umumnya memiliki sudut dataran mandibula yang datar. Orang yang memiliki sudut gonial yang tumpul memiliki kecenderungan bentuk wajah seperti bentuk wajah ramus yang pendek, yaitu bentuk wajah yang panjang, gigi yang terlihat jelas sampai gusi dan wajah bagian bawah yang lebih tinggi dibanding wajah bagian tengahnya. Umumnya dataran mandibulanya curam. Ada beberapa bukti yang muncul bahwa bentuk sudut gonial dipengaruhi oleh otot pengunyahan. Otot pengunyahan yang lebih kuat dan berkembang, maka sudut gonialnya lebih jelas atau lancip.2

Gambar 1. Perbedaan tinggi wajah bagian bawah dan sudut dataran mandibula karena perbedaan panjang ramus dan besar sudut gonial 2

2.2.5.3 Temporo Mandibular Joint

(25)

gangguan mekanis merupakan salah satu syarat terjadinya harmoni fungsional dalam sistem stomatognati dan merupakan intisari dari kedokteran gigi.18

Remodeling TMJ yang ada dapat terjadi dalam dua kategori yaitu remodeling fungsional dan remodeling disfungsional. Remodeling fungsional TMJ dikarakteristikan dengan perubahan morfologi yang melibatkan struktur artikular sendi yang tidak berhubungan dengan percepatan yang signifikan pada sendi atau oklusi. Remodeling fungsional dikarakteristikan dengan perubahan morfologi TMJ, tinggi ramus yang stabil, oklusi yang stabil dan pertumbuhan yang normal. Remodeling TMJ menjadi disfungsional jika berakibat kurang baik pada sendi dan oklusi. Hal yang membedakan remodeling disfungsional yaitu perubahan morfologi TMJ (berkurangnya volume kepala kondilus), berkurangnya tinggi ramus, retrusi mandibula yang terjadi secara progresif pada dewasa, dan penurunan pertumbuhan pada remaja. Remodeling disfungsional biasanya ditandai dengan resorpsi kondilar yang terjadi secara progresif. Akibat dari remodeling fungsional (resorpsi kondilus) terlihat jelas pada posisi mandibula orang dewasa. Saat kondilus resorpsi secara progresif, mandibula retrusi secara progresif. Resorpsi kondilus dan efek pada mandibula yaitu retrusi mandibula memiliki hubungan yang jelas. Efek remodeling disfungsional (resorpsi kondilus) pada pertumbuhan mandibula kurang jelas. Saat kondilus resorpsi secara progresif, mandibula meningkat menjadi Klas II karena pertumbuhan yang kurang. Faktor yang mengurangi kapasitas remodeling fungsional atau meningkatkan tekanan pada TMJ dapat menyebabkan perubahan yang tidak baik pada morfologi TMJ, fungsi dan oklusi.17,18

(26)

tidak stabil) mungkin mengarahkan resorpsi spinal postglenoid dan kondilus posterior.17,18

Oklusi Klas I dengan adanya tekanan pada kondilar berdasarkan definisi, merupakan oklusi yang tidak stabil. Koreksi ketidaksesuaian oklusi (ortodontik, bedah ortognatik, dan prostodontik) pada hungan gigi Klas I, jika berhubungan dengan tekanan pada sendi, dapat mengarah pada resorpsi kondilus. Amett dan Tamborello (2013) telah mengamati resorpsi kondilus ketika sedang oklusi Klas I dengan kondilus mandibula pada posisi posterior selama bedah ortognatik. Terapi ortodontik dan prostodontik berpotensi mengubah posisi kondilus, walaupun bukan termasuk prosedur bedah, tapi perubahan dapat terjadi juga seperti yang diamati pada bedah ortognatik.18

2.2.6 Erupsi Gigi

Pada tumbuh kembang yang normal, gigi pada maksila dan mandibula erupsi untuk mempertahankan kontak oklusi selama pertumbuhan wajah dan kepala. Bisa saja terjadi variasi erupsi gigi yang menyebabkan perubahan VDO. Setelah pertumbuhan selesai, erupsi gigi penting untuk menjaga VDO jika terjadi keausan. Jika ketika erupsi gigi mengalami keausan, maka vertikal dimensinya akan seperti itu, setelah terjadi keausan, tetapi jika erupsi tanpa terjadi keausan, maka vertikal dimensi lebih tinggi.2

2.3 Vertikal Dimensi

(27)

2.3.1 Vertikal Dimensi Istirahat

Vertikal Dimensi Istirahat (VDI) merupakan jarak yang dihitung dari dua titik yang sudah ditentukan, yaitu ujung hidung dan dagu, ketika mandibula pada posisi istirahat. Posisi istirahat yaitu posisi mandibula ketika seseorang dalam keadaan istirahat dan nyaman dalam keadaan tubuh tegak dan otot sedikit melakukan aktivitas.1,4,5

2.3.2 Vertikal Dimensi Oklusi

Vertikal Dimensi Oklusi (VDO) merupakan jarak yang dihitung dari dua titik yang sudah ditentukan, yaitu ujung hidung dan dagu, ketika sedang kontak oklusi 1,4,5.11

2.4 Oklusi

Oklusi adalah kontak antara gigi-geligi rahang atas dengan rahang bawah tanpa diperantarai oleh makanan atau benda lain dimana lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan tertutup. Faktor genetik dan lingkungan,alam dan pemeliharaan, akan memengaruhi gigi geligi dan oklusi. Hal-hal yang penting dalam oklusi yaitu keadaan gigi-gigi, otot dan fungsi neuromuskular yang membentuk gerakan rahang dan kontak antara gigi geligi. Adanya gangguan pada hal tersebut seperti karies, atrisi, kehilangan gigi, akan mengakibatkan perubahan posisi interkuspa yang dapat memengaruhi oklusi. Perubahan kecil pada posisi interkuspa ini akan berlangsung berkesinambungan dan adaptasi terhadap hilangnya dimensi vertikal oklusi bisa terjadi.16 Oklusi berdasarkan hubungan M1 permanen terdiri dari tiga Klas.19

2.4.1 Oklusi Klas I Angle (Neutro Oklusi)

(28)
[image:28.612.250.426.156.278.2]

gigi pada maksila dan mandibula erupsi dengan baik dan normal untuk mempertahankan kontak oklusi selama pertumbuhan wajah dan kepala.

Gambar 2. Oklusi Klas I Angle12

2.4.2 Oklusi Klas II Angle (Disto Oklusi)

Oklusi yang ditandai dengan tonjol mesio bukal molar permanen atas terletak pada ruangan antara dua tonjol gigi (embrassure) molar pertama permanen dengan premolar kedua bawah.

Gambar 3. Oklusi Klas II Angle12

2.4.3 Oklusi Klas III Angle (Mesio Oklusi)

[image:28.612.254.445.438.561.2]
(29)
[image:29.612.243.412.92.216.2]

Gambar 4. Oklusi Klas III Angle12

2.5 Fungsi pada VDO

Jarak VDO yang berubah menimbulkan rasa tidak nyaman pada TMJ dan otot pengunyahan. Pada jarak VDO yang bertambah meningkatnya risiko trauma jaringan lunak terhadap area gigi tiruan, meningkatnya tinggi wajah bagian bawah, meningkatnya kejadian menggigit pipi, kesulitan dalam menelan dan berbicara, timbul rasa nyeri dan kliking pada TMJ, otot wajah yang menjadi tegang, berkurangnya jarak freeway space sedangkan jarak VDO yang berkurang trauma relatif lebih kecil terhadap area gigi tiruan, berkurangnya tinggi wajah bagian bawah, terjadi angular cheilitis karena sudut mulut melipat, kesulitan menelan, timbul rasa nyeri, kliking dan rasa tidak nyaman pada daerah TMJ disertai rasa sakit kepala dan neuralgia, hilangnya kekuatan otot, sudut mulut turun, garis vermilion bibir terlihat berlipat dan jelas, berkurangnya ruang dan volum rongga mulut.2,4,20

Secara umum jarak VDO memiliki pengaruh pada tiga fungsi, yaitu fungsi mastikasi, fonetik dan estetis.20,21,22,23

2.5.1 Mastikasi

(30)

segmen posterior dari gigi-gigi mandibula. Lengkung rahang yang bergigi lengkap pada oklusi tidak diragukan lagi dan pada mastikasi sifat ini memberikan manfaat tambahan yaitu menampung bolus didalam lengkung rahang. Jika gigi geligi tanggal dan mengakibatkan tinggi VDO berkurang maka dapat menyulitkan pengunyahan karena makanan akan berjalan melintas melalui daerah rahang ini ke regio vestibulum, sehingga harus dikembalikan ke tempatnya oleh lidah. Juga harus dicari bidang pengunyahan yang lebih nyaman. Selain itu tinggi VDO yang berkurang menyebabkan otot mastikasi tidak seadekuat saat VDO masih normal, sehingga akan mempersulit proses mastikasi.20,21

2.5.2 Fonetik

Salah satu metode terkenal untuk menilai posisi dan relasi yang akurat dari gigi geligi insisivus adalah dengan mengamati seberapa dekat gigi-gigi ini saling berkontak selama bicara. Pada relasi rahang Klas I dengan relasi insisivus yang stabil, ujung gigi-gigi insisivus maksila dan mandibula harus berjarak serapat mungkin satu

terhadap yang lain, tanpa saling menyentuh pada saat mengucapkan huruf “s”.Ini

dikenal sebagai “jarak bicara terdekat” dan diperkenalkan oleh Silverman (1953) sebagai metode untuk menentukan relasi vertikal dalam konstruksi gigi tiruan penuh lepasan. Sehingga VDO yang berubah, terutama karena kehilangan gigi anterior, membuat pengucapan menjadi berubah yaitu pada kata yang mengandung huruf s, ch, j, p, b, m.

(31)

2.5.3 Estetik

[image:31.612.220.444.421.660.2]

Arti kata estetik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengenai keindahan; menyangkut apresiasi keindahan (alam, seni dan sastra) serta mempunyai penilaian terhadap keindahan. Untuk membuat kesan positif, yang dinilai pertama kali adalah wajah yang estetis, termasuk didalamnya senyum yang menarik. Kecantikan erat hubungannya dengan estetik. Kecantikan atau wajah yang menarik pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial, kebudayaan, ras/suku, dan umur. Faktor-faktor ini ditentukan oleh keseimbangan dan kesimetrisan dari wajah. Tinggi wajah dibagi secara horizontal terbagi menjadi tiga, yaitu sepertiga atas dimulai dari Trichion (Tr) ke Glabella (Gl), sepertiga tengah dari Glabella (Gl) ke Subnasal (SubN), dan sepertiga bawah dari Subnasal (SubN) ke Menton (Me). Menurut Mack, bagian sepertiga wajah bawah memengaruhi penampilan seseorang secara signifikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Milutinovic (2014) pada ras kaukasia, kelompok yang memiliki wajah menarik memiliki proporsi sepertiga wajah bawah yang harmonis, sesuai dengan beauty cannon (30%:70%) subnasal-stomion, stomion-menton.22,23

Gambar 5. Pembagian wajah secara horizontal menjadi tiga bagian24

Tr

Gl

SubN

(32)

Jika VDO seseorang berkurang, maka proporsi bagian wajah bawah tidak lagi satupertiga dibanding bagian lain, dan akibat dari perubahan proporsi ini akan menyebabkan penampilan seseorang tidak menarik. Garis senyum menjadi turun, dan lama kelamaan akan terjadi angular cheilitis disudut bibir, selain itu akan terlihat lebih tua karena dagu menjadi mundur, berkurangnya dukungan jaringan lunak sehingga vermilion bibir turun serta turunnya nasolabial sulci dan sudut hidung. 15

2.6 Perubahan Vertikal Dimensi Oklusi

Perubahan VDO bisa menjadi lebih rendah atau menjadi lebih tinggi. Perubahan ini dapat memperburuk keseimbangan orofasial.1,4 Bertambahnya jarak vertikal antara mandibula dan maksila dapat disebabkan karena adanya modifikasi pada gigi, posisi gigi dan gigi tiruan yang terlalu tinggi melebihi tinggi VDO yang normal.1,20 Berkurangnya jarak vertikal antara mandibula dan maksila karena kehilangan gigi yang lama akibat pencabutan gigi, penyakit periodontal, kecelakaan, adanya modifikasi pada gigi, posisi gigi, gigi tiruan terlalu rendah kurang dari tinggi VDO yang normal dan resorpsi linggir alveolar.1,20

[image:32.612.150.495.441.580.2]

A B C

Gambar 6. Tinggi Wajah bagian bawah (A) = Normal (B)= Berkurang (C)= Bertambah20

2.7 Cara Mengukur Vertikal Dimensi Oklusi

(33)

VDO. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh dokter gigi dalam menentukan VDO seseorang yaitu dari foto wajah, radiografi, model rahang dan pengukuran langsung pada wajah.1,2,20

2.7.1 Foto Wajah

Foto lama pasien atau dibuat saat belum ekstraksi. Foto ini harus menunjukan saat pasien oklusi maksimum. Foto ini diperbesar sampai dengan ukuran yang sebenarnya dan jarak antara batas anatomik harus diukur dan dibandingkan dengan pasien untuk menghindari kesalahan.4,20

2.7.2 Radiografi

Profil radiografi sefalometri dan radiografi fosa kondilus digunakan untuk menentukan hubungan vertikal rahang. Namun cara ini jarang digunakan karena teknik yang kurang akurat.4,20

2.7.3 Model Rahang

Model rahang merupakan model rahang pasien yang didapatkan dari pencetakan yang dilakukan dalam rongga mulut pasien (model gips) yang merupakan record model rahang pasien. Memeriksa VDO dari model rahang pasien bisa sebelum ekstraksi atau sebelum kehilangan VDO.20

2.7.4 Pengukuran Langsung pada Wajah

(34)

2.8 Nilai Konversi Jarak VDO dengan Panjang Jari Tangan Kanan

Anatomi telapak tangan terdiri dari tulang phalangeal, metakarpal dan karpal. Tulang phalangeal merupakan tulang yang membentuk jari tangan. Tulang phalangeal terdiri dari proksimal phalangeal, medial phalangeal dan distal phalangeal. Untuk tiap jari diberi kode I, II, III, IV dan V dari ibu jari sampai kelingking (Gambar 7). 25,26,27

(35)
(36)
[image:36.612.203.460.75.308.2]

(37)

2.9 Landasan Teori

Jarak Vertikal Dimensi Oklusi (VDO) dipengaruhi oleh tulang maksila, mandibula, TMJ dan dipengaruhi oleh oklusi. Tulang maksila dan mandibula, juga tulang kranial mencapai ukuran maksimal pada masa tumbuh kembang yang sudah selesai.18 Pada usia 19-25 tahun, tumbuh kembang gigi geligi dan rahang telah selesai, sehingga ukuran tulang pada usia tersebut merupakan ukuran maksimal dan tidak mengalami penambahan ukuran lagi. Pada Oklusi Klas I ditandai dengan tonjol mesio bukal molar permanen atas terletak pada celah (groove) bagian bukal molar pertama permanen bawah. Pada tumbuh kembang yang normal, tidak ada gangguan selama tahap tumbuh kembang maka gigi pada maksila dan mandibula erupsi dengan baik dan normal untuk mempertahankan kontak oklusi selama pertumbuhan wajah dan kepala. Ini merupakan bentuk oklusi yang normal. Dengan oklusi Klas I maka bisa didapatkan jarak VDO yang normal. VDO merupakan jarak bidang vertikal dari hubungan maksila dan mandibula, diukur dari dua titik anatomis biasanya satu pada ujung hidung dan satu lagi pada dagu pada saat oklusi (SubNasal-Menton).1

Hasil penelitian Odias RR (2008) di Medan, tinggi wajah perempuan suku Batak yaitu 18,3576 cm dengan tinggi wajah atas 5,8959 cm, tinggi wajah tengah 6,0408 cm, dan tinggi wajah bawah 6,4209 cm. Persentase tiap- tiap wajah pada suku batak merupakan yang paling mendekati ke nilai neoclasial cannon dibanding suku/ras lain. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa perbedaan bagian- bagian wajah pada tiap ras menyebabkan perbedaan tinggi VDO yang berada pada sepertiga wajah bagian bawah21

(38)
(39)

2.10 Kerangka Teori

Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang

Kepala Tangan

Mandibula

Tinggi Wajah

Panjang Jari Tangan

Metacarpal

Nilai Konversi VDOdengan panjang jari tangan kanan

Phalangeal Carpal

Maksila Erupsi

Gigi TMJ Panjang Ramus Sudut Gonial 1/3 Tengah Glabella -SubNasal 1/3 Atas Trichion -Glabella 1/3 Bawah Subnasal - menton Ujung ibu jari sampai ujung telunjuk Kelingking Telunjuk VD

VDI VDO

(40)

2.11 Kerangka Konsep

VDO

Jarak Titik SubNasion

–Titik Menton

x Tinggi VDO

Panjang Jari

Telunjuk Kelingking Jarak ujung ibu jari –

ujung telunjuk Ujung telunjuk sampai ke titik terdekat MP crease telunjuk Ujung ibu jari sampai ujung telunjuk Ujung kelingking sampai ke titik terjauh MP crease kelingking

x panjang jari telunjuk

x panjang jari kelingking x jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk

Nilai konversi jarak VDO dengan panjang jari tangan kanan (telunjuk,

kelingking, ujung ibu jari sampai ujung telunjuk)

Analisa Regresi Suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia

19-25 tahun laki-laki dan perempuan

Jarak interpupil

(41)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik rancangan cross sectional dengan mengumpulkan data-data jarak Vertikal Dimensi Oklusi suku Batak Toba usia 19-25 tahun baik laki- laki maupun perempuan dan dianalisis dengan panjang jari telunjuk, kelingking dan jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Sumatera Utara (FKG USU) dan Politeknik Negeri Medan (Polmed).

Waktu : Maret 2015-April 2015

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah suku Batak Toba di FKG USU dan Polmed.

3.3.2 Sampel

Sampel diperoleh dengan cara purposive sampling dimana penelitian tidak dilakukan pada seluruh populasi, tetapi terfokus pada target yang memenuhi kriteria inklusi.

3.3.2.1 Besar Sampel

(42)

n1=n2

Keterangan:

n1 n2 = Besar sampel minimum (laki-laki, perempuan)

σ02 = SD gabungan antara VDO laki- laki dan perempuan = 3,6 ( Indian journal of Dental Research, a newtechnique to determine vertical dimension of

occlusion from anthropometric measurements of fingers) Z (1-α/2)= Devial baku alpha untuk α= 5% (1.96)

Z (1-β) = Devial baku betha untuk β= 10% (1,282)

µ0-µa = Selisih rerata yang bermakna, ditetapkan sebesar 2,0

Hasil perhitungan

n1=n2≥ (1,96+1,282)2 (3,6)2 ≈ 34 (2,0)2

n1 = 35 n2 = 35

Jadi jumlah sampel minimal adalah 70 orang suku Batak Toba usia 19 -25 tahun yang terdiri dari 35 orang laki-laki dan 35 orang perempuan.

3.4 Kriteria Pemilihan Sampel 3.4.1 Kriteria Inklusi :

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu:

1. Gigi lengkap Molar 2-Molar 2 Rahang atas dan Rahang bawah jumlah gigi = 28

(43)

4. Usia 19-25 tahun 5. Oklusi klas I Angle

6. Jari tangan kanan lengkap dan tidak ada anomali

3.4.2 Kriteria Eksklusi :

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu: 1. Open bite anterior

2. Atrisi tidak melebihi 1/3 permukaan insisal/oklusal 3. Traumatik oklusi

4. Sedang atau memiliki riwayat gangguan sendi temporomandibular 5. Ada riwayat trauma pada wajah

6. Pernah perawatan ortodontik

7. Pernah mengalami bedah ortognatik

8. Pernah mengalami operasi di bagian telapak tangan 9. Deep bite

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Yang termasuk variabel bebas pada penelitian ini adalah Suku Batak Toba Dua Generasi

3.5.2 Variabel Terikat

Yang termasuk variabel terikat pada penelitian ini adalah Jarak Vertikal Dimensi Oklusi, nilai konversi panjang jari (telunjuk, kelingking, jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk)

3.5.3 Variabel Terkendali

(44)

 Laki-laki

 Perempuan 3. Oklusi klas I Angle 4. Sehat

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Gizi/nutrisi 2. Olahraga 3. Berat Badan 4. Tinggi Badan 5. Genetik

Variabel Bebas

Suku Batak Toba Dua Generasi

Variabel Terikat

Jarak Vertikal Dimensi Oklusi, nilai konversi panjang jari -telunjuk -kelingking -jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk

Variabel Terkendali

1. Jenis Kelamin

 Laki-laki

 Perempuan 2. Umur 19-25 tahun 3. Oklusi klas I Angle 4. Sehat

Variabel Tidak Terkendali

(45)

3.6 Definisi Operasional

a. Vertikal dimensi adalah jarak bidang vertikal dari hubungan maksila dan mandibula, diukur dari dasar hidung sampai ujung dagu.

Vertikal Dimensi Oklusi adalah tinggi wajah bawah pada keadaan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah berkontak atau oklusi.

b. Panjang jari telunjuk tangan kanan: dari ujung jari (tip of finger) sampai ke titik yang paling dekat dengan MP joint crease digiti II( Metacarpo-Phalangeal crease).

c. Panjang jari kelingking tangan kanan: dari ujung jari (tip of finger) sampai ke titik yang paling jauh dengan MP joint crease digiti V (Metacarpo-Phalangeal crease).

d. Jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk tangan kanan: ibu jari dirapatkan ke telunjuk, kemudian tandai ujung ibu jari di telunjuk dengan menggunakan pulpen. Jarak diukur dari ujung telunjuk sampai tanda ujung ibu jari.

e. Anthropometri merupakan ilmu pengukuran tubuh manusia, seperti pengukuran diameter atau lingkar, panjang, dan lebar.

f. Suku Batak Toba Dua Generasi ke Atas adalah kakek, nenek, ayah dan ibu sampel merupakan suku batak toba.

g. Oklusi adalah kontak maksimum antara gigi-geligi rahang atas dengan rahang bawah dimana lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan tertutup.

Oklusi klas I Angle (neutro oklusi) : Oklusi yang ditandai dengan tonjol mesio bukal molar permanen atas terletak pada celah (groove) bagian bukal molar pertama permanen bawah.

h. Nilai konversi vertikal dimensi oklusi dengan panjang jari merupakan bentuk rumus matematis dari analisis regresi untuk mendapatkan VDO dari parameter panjang jari yang diukur .

i. Sehat keadaan sempurna pada fisik dan tidak ada penyakit sistemik.

(46)

k. Kaliper digital modifikasi merupakan kaliper digital yang di tambahkan penopang dagu dari bahan fiber tanpa mengubah akurasi (0,01 mm).

l. Usia jika usia tersebut lebihnya ≤ 6 bulan maka dimasukkan ke kelompok

usia tersebut, jika lebihnya > 6 bulan, dimasukkan ke kelompok usia di atasnya.

3.7 Alat penelitian

Alat penelitian meliputi : a. Kursi

b. Kaliper digital Eee brand dengan ketelitian 0,01 mm c. Kertas dan ATK (Alat Tulis Kantor)

d. Masker e. Sarung tangan

f. Timbangan berat badan GEA brand g. Alat ukur tinggi badan General Care brand

3.8 Cara Penelitian 3.8.1 Pemilihan sampel

Sampel diperoleh melalui pengisian kuesioner dan pemeriksaan klinis rongga mulut pada Suku Batak Toba usia 19-25 tahun. Subjek yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian maka subjek diminta untuk menandatangani informed consent.

3.8.2 Pengukuran Vertikal Dimensi Oklusi dan Panjang Jari Tangan 3.8.2.1 Pengukuran Vertikal Dimensi Oklusi

a. Sampel diinstruksikan untuk duduk diatas kursi yang telah disediakan dan posisi kepala tegak lurus dengan lantai.

(47)
[image:47.612.232.448.168.396.2]

c. Setelah sampel oklusi dengan baik, dilakukan pengukuran tinggi vertikal dimensi oklusi dengan menggunakan kaliper digital yang sudah dimodifikasi dari dasar hidung sampai ke ujung dagu (titik yang ditarik sejajar garis median).

Gambar 8. Posisi kepala subjek tegak lurus dengan lantai1

d. Pencatatan hasil pengukuran tinggi vertikal dimensi oklusi

3.8.2.2 Pengukuran Panjang Jari Tangan 1. Jari telunjuk

a. Sampel diinstruksikan untuk memposisikan telapak tangannya dalam posisi supinasi.

(48)

Gambar 9. Posisi jari telunjuk saat pengukuran1

c. Pencatatan hasil pengukuran panjang jari telunjuk

2. Jari Kelingking

a. Sampel diinstruksikan untuk memposisikan telapak tangannya dalam posisi supinasi.

[image:48.612.217.459.508.683.2]

b. Dilakukan pengukuran dari ujung jari (tip of finger) sampai ke titik yang paling jauh dengan MP joint crease digiti V (Metacarpo-Phalangeal crease) dengan menggunakan kaliper digital.

(49)

c. Pencatatan hasil pengukuran panjang jari kelingking

3. Ujung ibu jari sampai ujung telunjuk

a. Sampel diinstruksikan untuk memposisikan telapak tangannya dalam posisi supinasi.

[image:49.612.186.496.263.459.2]

b. Ibu jari dirapatkan ke telunjuk, kemudian tandai ujung ibu jari di telunjuk dengan menggunakan pulpen. Jarak diukur dari ujung telunjuk sampai tanda ujung ibu jari.

Gambar 11.Posisi ibu jari dan telunjuk saat pengukuran1

d. Pencatatan hasil pengukuran ujung ibu jari sampai ujung telunjuk

3.8.3 Nilai Konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi dengan Panjang Jari (Telunjuk, Kelingking dan Ujung Ibu Jari Sampai Ujung Telunjuk)

(50)

3.8.4 Contoh Cara Perhitungan

Setelah mendapatkan persamaan regresi dari analisis regresi, maka nilai jarak VDO didapatkan dengan memasukkan panjang jari telunjuk, kelingking, jarak ujung ibu jari sampai telunjuk ke dalam persamaan.

Y= [36,265 +( 0,486 x A )]

Y= Jarak VDO

A= Panjang jari telunjuk laki-laki suku Batak Toba usia 19 tahun ( 69,43 mm )

Y= [36,265 +( 0,486 x 69,43 )]

Y= [36,265 + 33,742 ]

Y= 70,01 mm

(51)

3.9 Alur Penelitian

Populasi penelitian

Kuesioner kriteria eksklusi dan inklusi

Sampel penelitian

Sampel duduk tegak pada kursi yang disediakan kemudian diinstruksikan untuk rileks dan mengoklusikan gigi geligi

VDO Jari tangan

Jari telunjuk Jari kelingking Ujung ibu jari- ujung telunjuk Panjang ujung ibu jari- ujung telunjuk Panjang Jari telunjuk Panjang Jari kelingking Jarak VDO Data

Pengukuran dengan kaliper digital yang dimodifikasi

(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada mahasiswa suku Batak Toba usia 19-25 tahun oklusi Klas I Angle di Medan dengan jumlah sampel 70 orang yang dibagi atas 35 orang laki-laki 35 orang perempuan dan masing-masing kelompok usia yaitu 19, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25 tahun terdiri dari 5 orang subjek penelitian setiap sub kelompok usia. Selanjutnya dilakukan pengukuran jarak VDO, panjang jari tangan kanan yaitu jari telunjuk, kelingking dan jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk menggunakan kaliper digital yang dimodifikasi.

4.1 Hasil Pengukuran Sampel Penelitian

Tabel 1. Persentase distribusi frekuensi jumlah sampel penelitian yang memenuhi kriteria pada suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun

Karakteristik Kategori Frekuensi

Usia (tahun) 19-25 70 (100%)

Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

35 (50%) 35 (50%)

Pendidikan Mahasiswa 70 (100%)

Asal sampel FKG USU

POLMED

60 (85,7%) 10 (14,3%)

[image:52.612.107.534.390.540.2]
(53)
[image:53.612.109.535.127.341.2]

Tabel 2. Rerata jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle pada kelompok usia 19-25 tahun

Usia (Tahun) Rerata VDO (mm) Batas Atas (mm) Batas Bawah (mm) SD (mm)

x ± SD (mm)

P

19 67,16 79,87 59,78 5,590

67,65 ± 4,680 0,995

20 68,49 76,86 62,44 4,947

21 67,66 74,08 60,30 5,047

22 67,67 74,47 59,65 4,796

23 67,60 76,34 61,62 4,777

24 68,03 72,53 58,24 4,610

25 66,95 72,44 59,27 4,229

Uji Oneway Anova, *signifikan p<0,05

[image:53.612.108.533.518.590.2]

Tabel 2 yang dianalisa dengan uji ANOVA menunjukan Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan rerata jarak VDO antar masing-masing kelompok usia 19, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25 tahun (p>0,05).

Tabel 3. Jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun antara laki-laki dan perempuan

Kelompok VDO (mm) Batas Atas

(mm)

Batas Bawah

(mm) P

N x ± SD

Laki-laki 35 70,76 ± 3,614 79,87 63,37

0,0001*

Perempuan 35 64,54 ± 3,384 72,35 58,24

Uji T tidak berpasangan, *signifikan p<0,05

(54)
[image:54.612.108.534.125.321.2]

Tabel 4. Rerata jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle pada kelompok usia 19-25 tahun antara laki-laki dan perempuan

Usia (Tahun)

VDO Laki-Laki (mm)

SD (mm)

VDO Perempuan (mm)

SD (mm)

P

19 69.88 6.042 64.43 3.908 0,136

20 72.63 3.273 64.36 1.266 0,001*

21 70.91 4.396 64.40 3.381 0,032*

22 70.66 3.159 64.68 4.405 0,042*

23 70.83 4.224 64.37 2.721 0,024*

24 70.25 2.288 65.80 5.488 0,150

25 70.16 2.301 63.74 3.033 0,006*

Uji T tidak berpasangan, *signifikan p<0,05

(55)

4.2 Hasil Analisis Nilai Regresi VDO Dengan Panjang Jari Tangan

Tabel 5. Nilai konversi jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle dengan panjang jari telunjuk tangan kanan kelompok usia 19-25 tahun laki-laki dan perempuan

Usia (Tahun)

Nilai Regresi VDO laki-laki

(mm)

SD (mm)

Nilai Regresi VDO perempuan

(mm)

SD (mm)

P

19-25 70,73 1,824 64,76 1,362 0,0001*

19 70,01 1,760 64,36 1,745 0,001*

20 72,08 2,362 64,78 0,560 0,002*

21 70,69 0,578 64,35 0,680 0,0001*

22 70,27 1,844 64,78 0,418 0,0001*

23 70,97 1,320 64,85 1,119 0,0001*

24 70,85 1,856 65,09 1,339 0,0001*

25 70,22 2.549 64,56 1,248 0,005*

Uji T tidak berpasangan, *signifikan p<0,05

[image:55.612.109.534.185.418.2]
(56)

Tabel 6. Nilai konversi jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle dengan panjang jari kelingking tangan kanan kelompok usia 19-25 tahun laki-laki dan perempuan

Usia (Tahun)

Nilai Regresi VDO Laki-Laki

(mm)

SD (mm)

Nilai Regresi VDO Perempuan

(mm)

SD (mm)

P

19-25 70,56 1,567 64,53 0,701 0,0001*

19 70,76 0,782 64.54 0,113 0,0001*

20 71,45 0,892 64.56 0,755 0,0001*

21 71,27 0,579 64.50 0,644 0,0001*

22 70.24 1,969 64.55 0,047 0,0001*

23 70.95 1,213 64.53 0,099 0,0001*

24 70.38 0,911 64,52 0,048 0,0001*

25 70.25 1,479 64,55 0,053 0,0001*

Uji T tidak berpasangan, *signifikan p<0,05

[image:56.612.110.533.141.375.2]
(57)

Tabel 7. Nilai konversi jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle dengan jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk tangan kanan kelompok usia 19-25 tahun laki-laki dan perempuan

Usia (Tahun)

Nilai Regresi VDO Laki-Laki

(mm)

SD (mm)

Nilai Regresi VDO Perempuan

(mm)

SD (mm)

P

19-25 70,58 1,710 64,53 0,254 0,0001*

19 70,00 1,246 64.47 0,423 0,0001*

20 71,13 1,493 64.42 0,254 0,0001*

21 70.85 0,741 64.63 0,255 0,0001*

22 70.01 1,538 64.56 0,309 0,001*

23 71,75 1,381 64.73 0,127 0,0001*

24 70.22 1,175 64,45 0,099 0,0001*

25 71,23 1,668 64,49 0,943 0,0001*

Uji T tidak berpasangan, *signifikan p<0,05

[image:57.612.109.533.141.375.2]
(58)

Tabel 8. Analisis regresi antara jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun laki-laki dan perempuan dengan panjang jari telunjuk jari kelingking jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk

Jenis Kelamin

Variabel Dependent

Variabel Independent

Persamaan Regresi R2 (%)

SE

Laki-laki &

Perempuan

VDO A Y=21,816+0,667xA 0,370 3,742

B Y=37,702+0,496xB 0,242 4,104

C Y=34,614+0,539xC 0,358 3,778

Laki-laki VDO A Y=36.265+0,486xA 0,255 3.166

B Y=52.428+0,291xB 0,107 3.466

C Y=49.595+0,327xC 0,147 3.389

Perempuan VDO A Y=45.317+0,289xA 0,095 3.269

B Y=63.442+0,019xB 0,000 3.434

C Y=60.100+0,077xC 0,005 3.426

Uji Regresi Linear A= Panjang Jari Telunjuk B= Panjang Jari Kelingking

C= Jarak Ujung Ibu Jari sampai Ujung Telunjuk

[image:58.612.120.530.402.609.2]
(59)
(60)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak Vertikal Dimensi Oklusi dan nilai konversinya dengan panjang jari tangan kanan pada suku Batak Toba, Oklusi Klas I Angle, usia 19-25 tahun yang dilakukan di kota Medan. Subjek yang diteliti adalah mahasiswa sebanyak 70 orang yang memenuhi kriteria inklusi, eksklusi dan hasil pengisian kuesioner. Dari hasil pengisian kuesioner diperoleh subjek yang tidak pernah menggunakan alat ortodonti, tidak ada gangguan TMJ, tidak ada penyakit sistemik dan tidak pernah operasi wajah (rahang) dan telapak tangan kanan. Subjek ini dibagi atas 35 orang laki-laki dan 35 orang perempuan, masing-masing kelompok jenis kelamin dibagi atas sub kelompok berdasarkan usia 19, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25 tahun sebanyak 5 orang.

5.1 Hasil Pengukuran Jarak Vertikal Dimensi Oklusi 5.1.1 Jarak VDO Berdasarkan Usia

(61)

Jarak VDO dipengaruhi oleh faktor erupsi gigi, TMJ, besar sudut gonial, dan panjang ramus mandibula.2 Faktor di atas dipengaruhi oleh ras, asupan nutrisi, jenis kelamin, dan jenis makanan selama masa tumbuh kembang. Disamping itu faktor lain seperti tinggi badan, berat badan dan aktivitas fisik juga dapat memengaruhi ukuran VDO. Tinggi badan akan memengaruhi ukuran/panjang tulang, berat badan akan memengaruhi ketebalan jaringan lunak yang diukur dan khususnya pada rahang, aktivitas fisik yang dimaksud adalah pengunyahan dapat memengaruhi ukuran tulang rahang. Pada penelitian ini diperoleh berat badan antara 42,5-81 kg, tinggi badan antara 146-187 cm, dan yang mempunyai kebiasan olahraga sebanyak 5 orang, namun pada penelitian ini data yang diperoleh tidak dilakukan penelitiannya walaupun hal-hal tersebut dapat memengaruhi hasil pengukuran jarak VDO, sehingga selanjutnya perlu diteliti hubungan berat badan, tinggi badan dan aktivitas fisik terhadap jarak VDO untuk memeperoleh hasil yang lebih akurat. Jarak VDO ini akan mencapai ukuran yang maksimal apabila tumbuh kembang telah sempurna. Secara umum proses tumbuh kembang ini akan selesai pada usia 18-19 tahun untuk laki-laki dan untuk perempuan usia 16-17 tahun pada populasi orang Barat.29 Belum diperoleh data mengenai akhir proses tumbuh kembang pada laki-laki dan perempuan di Indonesia, khususnya pada suku Batak Toba. Berdasarkan hasil penelitian ini mengenai jarak VDO suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle pada kelompok usia 19-25 tahun diperoleh sebesar 67,65 ± 4,680 mm. Dihubungkan dengan hasil pengukuran jarak VDO oleh Basnet (2015) pada ras Mongoloid (64,60 ± 4,48 mm) dan pada ras Arya (67,94 ± 5,02 mm) di Nepal, 30 begitu juga penelitian Rassol (2007) di Iraq (68,40 ± 2,9 mm) 31 maka hasil penelitian pada suku Batak Toba usia 19-25 tahun oklusi Klas I Angle ini menunjukkan hasil yang masih termasuk dalam batasan yang sama dengan penelitian Basnet dan Rassol. Meskipun demikian ras dapat memengaruhi tumbuh kembang tulang rahang (panjang ramus mandibula, sudut gonial, oklusi, TMJ dan erupsi gigi), begitu juga jenis kelamin, jenis makanan dan asupan nutrisi. 12,13

(62)

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar tiap kelompok usia 19-25 tahun (p=0,995), artinya jarak VDO usia 19, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25 tahun memiliki ukuran dalam batasan yang sama. Berdasarkan teori, pada usia 18 tahun proses tumbuh kembang sudah selesai,29 maka penelitian ini dilakukan pada mahasiswa suku Batak Toba usia lebih dari 18 tahun sampai 25 tahun. Mendukung hasil penelitian ini, yaitu tidak ada perbedaan jarak VDO antar umur 19-25 tahun.

5.1.2 Jarak VDO Berdasarkan Jenis Kelamin

Menurut Hauspie (2010) bahwa ukuran tubuh laki-laki lebih besar daripada perempuan, meliputi panjang, lebar, tinggi dan berat.12,29,32,33 Hal ini dipengaruhi faktor genetik, lingkungan, nutrisi, jenis makanan dan aktivitas fisik. Hasil penelitian ini (Tabel 3) yang dianalisis dengan uji T tidak berpasangan diperoleh jarak VDO usia 19-25 tahun pada laki-laki (70,76 ± 3,614 mm) lebih besar secara signifikan daripada jarak VDO perempuan (64,54 ± 3,384 mm) (p<0,05). Hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor yang memengaruhi tubuh laki-laki lebih besar daripada perempuan. Dibandingkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ruchi Lada pada 400 orang Ras India untuk pengukuran jarak VDO di India, yaitu jarak VDO pada laki-laki 61,4 ± 4,266 mm lebih besar daripada jarak VDO perempuan 56,7 ± 3,008 mm.1 Data yang diperoleh ini sama seperti data Ruchi di India, meskipun jarak VDO pada laki dan perempuan suku Batak lebih besar daripada jarak VDO pada laki-laki dan perempuan di India. Hal ini mungkin ada hubungan dengan faktor gizi, genetik, dan aktivitas fisik.12,29,32,33

(63)

akan lebih besar daripada perempuan.34,35 Menurut teori ini seharusnya jarak VDO laki-laki lebih besar daripada perempuan, namun hasil penelitian ini jarak VDO antara laki-laki dan perempuan usia 19 dan 24 tahun yang seharusnya berbeda menunjukan tidak ada perbedaan secara signifikan. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut khusus untuk kelompok usia 19 dan 24 tahun karena tidak diketahui faktor -faktor apa saja yang menyebabkan jarak VDO laki-laki dan perempuan kelompok usia ini tidak berbeda secara signifikan. Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti keadaan sampel saat ini, tanpa meneliti faktor genetik, lingkungan, asupan nutrisi, jenis makanan dan aktivitas fisik, sehingga selanjutnya perlu diteliti faktor-faktor tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Selain itu penelitian ini hanya dilakukan pada 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan tiap sub kelompok usia, sehingga perlu juga penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

Pada tabel 4 juga dilihat rerata jarak VDO laki-laki usia 20 tahun sebesar 72,63 mm. Ukuran ini menunjukan hasil yang lebih besar dibanding jarak VDO kelompok usia lainnya. Pada penelitian ini, hal ini disebabkan jarak VDO dari 5 orang sampel laki-laki usia 20 tahun, terdapat 2 orang sampel yang jarak VDO nya diatas rata-rata yaitu 75,45 mm dan 76,86 mm. Berdasarkan data foto sampel yang ada, 2 sampel ini memiliki bentuk wajah yang oval, berbeda dengan bentuk wajah sampel yang lain. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti bentuk wajah karena bentuk wajah dapat memengaruhi jarak VDO dimana bentuk wajah yang oval memiliki ukuran wajah yang lebih panjang dibanding bentuk wajah yang lain.2

5.2 Hasil Analisis Nilai Regresi VDO dengan Panjang Jari Tangan

Sama seperti tumbuh kembang tubuh secara umum akan selesai pada usia 18 tahun, demikian pula tumbuh kembang pada tangan usia 18 tahun akan diperoleh ukuran jari tangan yang maksimal, namun ukuran panjang jari dapat bertambah panjang dikarenakan genetik, nutrisi, dan aktivitas fisik.12,29,32,33

(64)

satunya dengan mengonversikan jarak VDO dengan panjang jari tangan kanan. Adapun jari tangan yang digunakan karena jari dapat digunakan sebagai pedoman untuk memperkirakan jarak VDO, juga karena adanya hubungan yang signifikan antara jarak VDO dengan panjang jari tangan (jari telunjuk, kelingking, dan jarak ujung ibu jari sampai telunjuk) (p<0,05). Selain itu metode ini dipilih karena alat-alat yang digunakan lebih sederhana, pengukuran mudah dilakukan, lebih ekonomis, nyaman, dan tidak memerlukan radiografi.1

5.2.1 Nilai Regresi Jarak VDO dengan Panjang Jari Telunjuk

Berdasarkan hasil penelitian ini (Tabel 8) nilai konversi jarak VDO dengan panjang jari tangan kanan pada Suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun diperoleh persamaan regresi jarak VDO dengan panjang jari telunjuk (A): [21,816 + (0,667 x A)], kemudian pada laki-laki [36,265 + (0,486 x A)], dan pada perempuan [45,317 + (0,289 x A)]. Dihubungkan dengan hasil penelitian Ruchi Ladda di India (2013), persamaan regresi pada laki-laki [31,23 + (0,423 x A)] dan pada perempuan [41,162 + (0,235 x A)], menunjukkan hasil yang berbeda dengan suku Batak Toba. Sehingga bila dihitung jarak VDO suku Batak Toba laki-laki 70,73 mm perempuan 64,76 mm dan di India laki-laki 61,56 mm perempuan 56,81 mm. Perbedaan persamaan regresi ini dapat disebabkan data yang diperoleh untuk konversi yaitu jarak VDO dan panjang jari telunjuk berbeda antara Batak Toba dan India, maka dari itu nilai regresi pun akan berbeda.

(65)

5.2.2 Nilai Regresi Jarak VDO dengan Panjang Jari kelingking

Berdasarkan hasil penelitian ini (Tabel 8) nilai konversi jarak VDO Suku Batak Toba Oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun dengan panjang jari tangan kanan, diperoleh nilai regresi jarak VDO dengan jari kelingking (B) Y= [37,702 + (0,496 x B)], kemudian pada laki-laki [52,428 + (0,291 x B)], dan pada perempuan [63,442 + (0,019 x B)]. Dihubungkan dengan hasil penelitian Ruchi Ladda di India, persamaan regresi yang didapatkan pada laki-laki [33,075 + (0.461 x B)] dan pada perempuan [35,167 + (0,382 x B)], menunjukkan hasil yang berbeda dengan suku Batak Toba. Sehingga bila dihitung jarak VDO suku Batak Toba laki-laki 70,56 mm perempuan 64,53 mm dan di India laki-laki 61,64 mm perempuan 56,97 mm. Perbedaan persamaan regresi ini dapat disebabkan data yang diperoleh untuk konversi yaitu jarak VDO dan panjang jari kelingking berbeda antara Batak Toba dan India, maka dari itu nilai regresi pun akan berbeda.

Pada penelitian ini juga dilakukan analisis dengan uji T tidak berpasangan (Tabel 6) diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa nilai konversi VDO dengan panjang jari kelingking pada laki-laki (70,56 ± 1,567 mm) lebih besar daripada perempuan (64,53 ± 0,701 mm) (p<0,05), dengan demikian maka Ho ditolak yaitu terdapat perbedaan nilai konversi jarak VDO dengan panjang jari kelingking antara laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan adanya hormon androgen yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang terlihat dari ukuran rahang dan jari laki-laki lebih besar daripada perempuan.1,34

5.2.3 Nilai Regresi Jarak VDO dengan Jarak Ujung Ibu Jari Sampai Ujung Telunjuk

(66)

Ladda di India, persamaan regresi yang didapatkan pada laki-laki [42,568 + (0,299 x C)] dan pada perempuan [48,228 + (0,152 x C)], menunjukkan hasil yang berbeda dengan suku Batak Toba. Sehingga bila dihitung jarak VDO suku Batak Toba laki-laki 70,58 mm perempuan 64,53 mm dan di India laki-laki-laki-laki 61,47 mm perempuan 56,77 mm. Perbedaan persamaan regresi ini dapat disebabkan data yang diperoleh untuk konversi yaitu jarak VDO dan jarak ujung ibu jari sampai telunjuk berbeda antara Batak Toba dan India, maka dari itu nilai regresi pun akan berbeda.

Pada penelitian ini juga dilakukan analisis dengan uji T tidak berpasangan (Tabel 7) diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa nilai konversi VDO dengan jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk pada laki-laki (70,58 ± 1,710 mm) lebih besar daripada perempuan (64,53 ± 0,254 mm) (p<0,05), maka Ho ditolak yaitu terdapat perbedaan nilai konversi jarak VDO dengan jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk antara laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan adanya hormon androgen yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang terlihat dari ukuran rahang dan jari laki-laki lebih besar daripada perempuan.1,34

(67)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan jarak Vertikal Dimensi Oklusi suku Batak Toba oklusi Klas I Angle usia 19-25 tahun pada signifikansi p= 0,05 yaitu:

1. Nilai rerata jarak VDO usia 19-25 tahun : 67,65 ± 4,680 mm, pada laki-laki : 70,76 ± 3,614 mm pada perempuan : 64,54 ± 3,384 mm, tidak ada perbedaan yang signifikan pada masing-masing tingkat usia, ada perbedaan yang signifikan antar jenis kelamin kecuali pada tingkat usia 19 dan 24 tahun.

2. Nilai konversi terhadap panjang jari telunjuk (A) pada laki-laki [36.265 + (0,486 x A)] lebih besar secara signifikan daripada perempuan [45.317 + (0,289 x A)].

3. Nilai konversi terhadap panjang jari kelingking (B) pada laki-laki [52.428 + (0,291 x B)] lebih besar secara signifikan daripada perempuan [63.442 + (0,019 x B)].

4. Nilai konversi terhadap jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk (C) pada laki-laki [49.595 + (0,327 x C)] lebih besar secara signifikan daripada perempuan [ 60.100 + ( 0,077 x C )].

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

(68)
(69)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ladda R, Bhandari AJ, Kasat VO, Angadi GS. A new technique to determine vertical dimension of occlusion from anthropometric measurements of fingers. Indian J Dent Res 2013; 24(3): 316-20.

2. Spear FM. Approaches to vertical dimension. http://www.kinzerspear.com/.../ Spear-Approaches_to_Vertical_Dimension.pdf.(20 Oktober 2014).

3. Tavano KTA, Seraidarian PI, Oliveira DD, Jansen WC. Determination of vertical dimension of occlusion in dentate patients by cephalometric analysis. The Gerodontology Society and John Wiley&Sons A/S, Gerodontology 2012:297-305.

4. Wirahadikusumah A, Koesmaningati H, Fardaniah S. Digital photo analysis as a predictor of physiological vertical dimension. J Dent Indonesia 2011;18(2): 38-44.

5. Pound E. The vertical dimension of speech. inclusivemagazine.com. (20 Oktober 2014).

6. Bardele RV, Dahodwala TM, Sonar VD. Estimation of stature from index and ring finger length. J Indian Acad Forensic Med 2013; 35(4): 353-7.

7. Sidlauskas A, Zilinskaite L, Svalkauskiene V. Mandibular pubertal growth spurt prediction part one: method based on the hand-wrist radiographs. J Baltic Dent Maxillofac 2005;7(1): 16-20.

8. Pudyani PS. Reversibilitas kalsifikasi tulang akibat kekurangan protein pre dan post natal. Dent J 2005; 38(3): 115-9.

9. Almasry SM, El Domiaty MA, Algaidi SA, Elbastawisy YM, Safwat MD. Index to ring digit ratio in Saudi Arabia at Almadinah Almonawarah province: a diret and indirect measurement study. J Anat 2011;218:202-8.

(70)

11.Bhandari AJ, Ladda R, Bhandari AJ. Correlaton between vertical dimension of occlusion and length of little finger. J Pravara Med Rev 2012;4(4):10-4.

12.Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science. 3rded. New Delhi: Arya (Medi) Publishing House, 2003: 17-30.

13.Singh G. Textbook of orthodonics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers, 2007: 65-9.

14.Gupta M. Correlation between chronological age, dental age and skeletal age among monozygoyic and dizygotic twins. J Int Oral Health 2013; 5(1): 16-22. 15.Bagherpour A, Pousti M, Adelianfar E. Hand skeletal maturity and its correlation

with mandibular dental development. J Clin Exp Dent 2014; 6(3):275-9.

16.Subramaniam P, Naidu P. Mandibular dimensional changes and skeletal maturity. ContempClin Dent 2010; 1(4):218-22.

17.Aditya G. Perubahan pada sendi temporomandibula dan otot- otot pengunyahan setelah perawatan ortodonti dengan pencabutan premolar. J Unisulla 2010; 48(123): 1-11.

18.Arnett, Gunson. Condylar resorption. http://www.

arnettgunson.com/education-materials/tmj/condylar-resorption. (18 Desember 2014).

19.Thomsom H. Oklusi. AlihBahasa. Suta T, Yuwono L. Jakarta: EGC, 2012: 122-38.

20.Nallaswamy D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publi

Gambar

Gambar 1. Perbedaan tinggi wajah bagian bawah dan sudut dataran mandibula karena perbedaan panjang ramus dan besar sudut gonial 2
Gambar 2. Oklusi Klas I Angle12
Gambar 4. Oklusi Klas III  Angle12
Gambar 5. Pembagian wajah secara horizontal             menjadi tiga bagian24
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sementara hasil penelitian dari Natarsyah (2000) menyatakan bahwa Beta saham mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham yang ditunjukkan bahwa

Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode observasi atau pengamatan secara langsung, dan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah lantai satu atau lantai dasar

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa Metode CDS dan Heuristik Pour dapat mengurangi keterlambatan perusahaan dari enam kali keterlambtan

This study investigated how students’ motivation in the context of EFL was classified under different orientations and how the orientations were correlated with the use of

Harga signifikan ini lebih besar dari 0,05 ( p &gt;0,05) berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketersediaan informasi dengan pemenuhan imunisasi dasar anak. Hal

Sedangkan menurut istilah seperti yang dikemukakan oleh Ash-Shabuni: “Memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan mencetak terjemah ini kebeberapa

It is in view of the above that Development Action Association (DAA), under the Sustainable Fisheries Management Project (SFMP) with sponsorship from USAID, came on board to

Agnes Sindi Areta, 2020, 201510050311013, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Network Governance