• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI PANJANG TULANG JARI TELUNJUK TANGAN (digiti II) TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KORELASI PANJANG TULANG JARI TELUNJUK TANGAN (digiti II) TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN INDEX FINGER LENGTH (digitiII) AND STATURE OF BALINESE AND BATAKNESE MAN IN TANJUNG SENANG

SUBDISTRICT BANDAR LAMPUNG DISTRICT

By

INDRANI NUR WINARNO PUTRI

The crime rate of Lampung in 2012-2014 was increased. The murder with mutilation cases also increased, it was proven by six mutilation cases that reported to media in 2005-2008. The incomplete body make a difficult condition to identifying process. Stature prediction not only can be predicted by the length of long bone but also by the length of short bone such as index finger bone. The aim of this study are to identify the correlation between index finger length and stature.

The study was conducted in October - November 2016 in Tanjung Senang subdistrict using analytic correlative method and cross sectional approach. Sample was taken by consecutive sampling and obtained 35 man in the age of 21-45 years old.

The index finger length mean in Balinese man is 7,264 cm while the stature mean is 167,449 cm with the coefficient correlation (r) in right index finger 0,466 and 0,538 in left index finger. The index finger length mean in Bataknese man is 7,358 cm while the stature mean is 169,789 cm with the coefficient correlation (r) in right index finger 0,508 and 0,613 in left indext finger.Both index finger length in Balinese showed intermediate correlation with positive direction. The right index finger in Bataknese showed intermediate correlation while the left index finger showed strong correlation with positive direction.

(2)

TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

Oleh

INDRANI NUR WINARNO PUTRI

Angka kriminalitas di Provinsi Lampung pada tahun 2012-2014 mengalami peningkatan. Kasus pembunuhan disertai mutilasi pun meningkat dibuktikan dalam tahun 2005-2008 terdapat 6 kasus mutilasi yang dilaporkan ke media. Kondisi jasad yang tidak utuh dapat mempersulit proses identifikasi. Prediksi tinggi badan tidak hanya menggunakan panjang tulang panjang namun bisa juga menggunakan panjang tulang pendek seperti panjang jari telunjuk tangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan dengan tinggi badan.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober – November 2016 di Kecamatan Tanjung Senang, dengan metode analisis korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel sebanyak 35 pria berusia 21-45 tahun setiap suku Bali dan Batak dengan menggunakan teknikconsecutive sampling.

Rerata panjang jari telunjuk tangan pria dewasa suku Bali adalah 7,246 cm sementara rerata tinggi badannya adalah 167,449 dengan koefisien korelasi (r) pada telunjuk kanan 0,466 dan 0,538 pada telunjuk kiri. Rerata panjang jari telunjuk tangan pria dewasa suku Batak 7,358 cm dan tinggi badan 169, cm dengan koefisien korelasi (r) pada telunjuk kanan 0,508 dan 0,613 pada telinjuk kiri. Panjang tulang jari telunjuk pada kedua tangan memiliki korelasi sedang dengan arah positif terhadap tinggi badan suku Bali. Pada panjang tulang jari telunjuk kanan suku Batak memiliki korelasi sedang sementara pada telunjuk kiri memiliki korelasi kuat dengan arah positif terhadap tinggi badan.

(3)

KORELASI PANJANG TULANG JARI TELUNJUK TANGAN (Digiti II) TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Oleh :

Indrani Nur Winarno Putri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

KORELASI PANJANG TULANG JARI TELUNJUK TANGAN (Digiti II) TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Indrani Nur Winarno Putri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN INDEX FINGER LENGTH (digitiII) AND STATURE OF BALINESE AND BATAKNESE MAN IN TANJUNG SENANG

SUBDISTRICT BANDAR LAMPUNG DISTRICT

By

INDRANI NUR WINARNO PUTRI

The crime rate of Lampung in 2012-2014 was increased. The murder with mutilation cases also increased, it was proven by six mutilation cases that reported to media in 2005-2008. The incomplete body make a difficult condition to identifying process. Stature prediction not only can be predicted by the length of long bone but also by the length of short bone such as index finger bone. The aim of this study are to identify the correlation between index finger length and stature.

The study was conducted in October - November 2016 in Tanjung Senang subdistrict using analytic correlative method and cross sectional approach. Sample was taken by consecutive sampling and obtained 35 man in the age of 21-45 years old.

The index finger length mean in Balinese man is 7,264 cm while the stature mean is 167,449 cm with the coefficient correlation (r) in right index finger 0,466 and 0,538 in left index finger. The index finger length mean in Bataknese man is 7,358 cm while the stature mean is 169,789 cm with the coefficient correlation (r) in right index finger 0,508 and 0,613 in left indext finger.Both index finger length in Balinese showed intermediate correlation with positive direction. The right index finger in Bataknese showed intermediate correlation while the left index finger showed strong correlation with positive direction.

(6)

TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

Oleh

INDRANI NUR WINARNO PUTRI

Angka kriminalitas di Provinsi Lampung pada tahun 2012-2014 mengalami peningkatan. Kasus pembunuhan disertai mutilasi pun meningkat dibuktikan dalam tahun 2005-2008 terdapat 6 kasus mutilasi yang dilaporkan ke media. Kondisi jasad yang tidak utuh dapat mempersulit proses identifikasi. Prediksi tinggi badan tidak hanya menggunakan panjang tulang panjang namun bisa juga menggunakan panjang tulang pendek seperti panjang jari telunjuk tangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan dengan tinggi badan.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober – November 2016 di Kecamatan Tanjung Senang, dengan metode analisis korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel sebanyak 35 pria berusia 21-45 tahun setiap suku Bali dan Batak dengan menggunakan teknikconsecutive sampling.

Rerata panjang jari telunjuk tangan pria dewasa suku Bali adalah 7,246 cm sementara rerata tinggi badannya adalah 167,449 dengan koefisien korelasi (r) pada telunjuk kanan 0,466 dan 0,538 pada telunjuk kiri. Rerata panjang jari telunjuk tangan pria dewasa suku Batak 7,358 cm dan tinggi badan 169, cm dengan koefisien korelasi (r) pada telunjuk kanan 0,508 dan 0,613 pada telinjuk kiri. Panjang tulang jari telunjuk pada kedua tangan memiliki korelasi sedang dengan arah positif terhadap tinggi badan suku Bali. Pada panjang tulang jari telunjuk kanan suku Batak memiliki korelasi sedang sementara pada telunjuk kiri memiliki korelasi kuat dengan arah positif terhadap tinggi badan.

(7)
(8)
(9)
(10)

Penulis dilahirkan di Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 17 Januari

1995, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Winarno ST dan Ibu

Miroah S.Pd.,M.Pd.

Pendidikan Taman Kanak (TK) diselesaikan di TK Abdul Halim Jakarta Barat pada

tahun 2001. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri Grogol

Selatan 01 Pagi Jakarta Selatan pada tahun 2007. Pendidikan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 19 Jakarta Selatan pada tahun 2010.

Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 78 Jakarta

Barat pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis diterima di Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung penulis

pernah aktif sebagai Bendahara Umum Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam dan

(11)

i

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana ini

untuk kalian keluargaku

Mama, Papa tercinta Adik Rani dan Adik Sasa tersayang

Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah,

niscaya Allah akan mengankat (derajat) orang-orang yang beriman

di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

(12)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, yang telah melimpatkan anugrah, nikmat dan ridho-Nya, serta bantuan

dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat

beriring salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan

para sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Korelasi Panjang Tulang Jari Telunjuk Tangan (digiti II)

terhadap Tinggi Badan Pria Dewasa suku Bali dan suku Batak di Kecamatan Tanjung

Senang, Bandar Lampung” ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran Universitas Lampung.

Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih terhadap semua

pihak yang telah memberi dukungan moril dan spiritual, maka dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orangtuaku, Mama dan Papa tercinta Miroah, S.Pd., M.Pd dan

Winarno, ST yang menjadi inspirasi terbesar penulis. Terimakasih atas segala

dukungan baik moral, spiritual dan materil yang diberikan. Semoga Allah

SWT selalu memberikan yang terbaik, umur panjang, kesehatan kebahagian

(13)

iii

2. Adik-adikku tersayang Tyas Nur Winarno Putri dan Faris Nur Winarno Putra,

terimakasih telah menjadi adik-adik yang pintar dan penurut semoga penulis

bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian berdua;

3. Kepada Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung;

4. Kepada Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp. PA selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung;

5. Kepada dr. Novita Carolia, M.Sc selaku pembimbing I saya yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga pikiran, dan semangat untuk saya selama

melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk bimbingan

dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi;

6. Kepada dr. Anggraeni Janar Wulan M.Sc selaku pembimbing II saya yang

telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan arahan yang diberikan

selama proses penyusunan skripsi;

7. Kepada dr. Handayani Dwi Utami, M.Sc., Sp.F dan dr. Khairun Nisa B.

M.Kes.,AIFO selaku penguji yang telah memberikan kritik, saran dan

masukan dalam memperbaiki skripsi;

8. Kepada dr. Merry Indah Sari M.MedEd yang telah memberikan kritik dan

saran untuk perbaikan skripsi;

9. Kepada ibu Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc selaku pembimbing akademik

(14)

10. Seluruh Staf dosen pengajar dan Staf karyawan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung yang telah berbagi ilmu dan pengalaman selama

perkuliahan;

11. Keluarga besar yang telah membantu dalam berbagai hal dan selalu

memberikan dukungan;

12. Kepada seluruh responden warga Kecamatan Tanjung Senang, Bandar

Lampung yang telah bersedia meluangkan waktu demi terpenuhinya data

penelitian dan terselesaikannya skripsi ini;

13. Kepada sahabat terdekat dan terbaik Marco Manza Adi Putra terimakasih atas

dukungan, perhatian dan waktunya selama tiga tahun ini semoga selalu

menemani di tahun-tahun berikutnya;

14. Kepada Dea Saragih, Luh Dina, Rachel Sitepu, Ayu Lingga, Desindah, Julia

dan Aradila atas kebaikannya meluangkan waktu dalam membantu penelitian;

15. Kepada Kuah Ketoprak Faridah, Sayyik, Fauziah, Nida, Zahra, Kak Christine,

Meti, Hanum, Zulfa, Wahid, Marco, Fadel, Tito, Fuad, Firza yang menjadi

keluarga utama di tempat perantuan ini, semoga persahabatan kita bisa terjaga

selamanya;

16. Kepada dosen-dosen anatomi dr. Anggraeni Janar Wulan M.Sc, dr. Rekha

Nova Iyos dan dr. Catur Ariwibowo serta teman-teman asdos anatomi Iqbal

Reza, Jyuldi Prayoga, M Azzaky, Bang Joshua, Marliando, Teguh, Sutria,

Fauziah, Kak Ria, Indah Iswara, Rosi Indah, Azzren, Ira, dan Ara terimakasih

(15)

v

17. Kepada teman-teman seluruh angkatan 2013 (Cere13ellums) semoga kita

semua bisa menjadi dokter yang amanah;

18. Kepada SC 08 dan keluarga besar PMPATD Pakis Rescue Team, terimakasih

atas pengalaman, ilmu, dan kebersamaan selama menjalankan setiap amanah

yang diberikan kepada saya. Semoga selalu berjaya, semangat, tanggap

terampil mandiri. Salam Lestari;

19. Kepada KKN Banding Agung Dede, Cantika, Rosihan, Andan, Sarah dan

Dhiah terimakasih atas kebersamaan dan pengalaman-pengalaman yang kalian

ajarkan;

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi

karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Namun, penulis berharap

semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga segala

keikhlasan, kebaikan dan dukungan selama ini mendapat balasan oleh Allah SWT.

Amin.

Bandar Lampung, Desember 2015

Penulis

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.1.1 Pengertian Rangka Tubuh Manusia ... 7

2.1.2 Osteogenesis ... 8

2.1.3 Anatomi Pergelangan Tangan dan Jari Tangan ... 10

2.1.4 Tinggi Tubuh Manusia ... 13

2.1.5 Penyakit yang Mempengaruhi Tinggi Badan... 16

2.1.6 Hubungan Panjang Tulang dengan Tinggi Badan ... 17

2.1.7 Suku Bali dan Suku Batak ... 19

(17)

vii

2.2 Kerangka Teori ... 21

2.3 Kerangka Konsep ... 22

2.4 Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 23

3.2 Tampat dan Waktu Pelaksanaan ... 23

3.3 Populasi Penelitian ... 23

3.4 Sampel Penelitian ... 24

3.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 25

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Oprasional Variabel ... 27

3.7 Instrumen dan Prosedur Penelitian ... 28

3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 30

3.9 Etik Penelitian ... 32

3.10 Alur Penelitian ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 34

4.2 Pembahasan ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 45

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rumus Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Tulang ... 16

2. Definisi Oprasional Variabel ... 28

3. Uji Normalitas Tinggi Badan dan Panjang Jari Telunjuk

tangan suku Bali dan Batak... 35

4. Rerata Tinggi Badan dan Panjang Jari Telunjuk Tangan

suku Bali dan suku Batak... 35

5. Hasil Analisis Korelasi Pearson suku Bali... 37

6. Hasil Analisis Korelasi Pearson suku Batak ... 38

7. Aplikasi rumus regresi dan perbandingan panjang tulang

jari telunjuk tangan terhadap tinggi badan ... 40

8. Kriteria tinggi badan menurut Martin Knussman ... 41

(19)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Osifikasi Endokondral ... 9

2. Tulang pada Tangan Kanan ... 10

3. Kerangka Teori ... 21

4. Kerangka Konsep ... 22

5.Microtoise dan Kaliper Geser ... 28

6. Cara Pengukuran Tinggi Badan ... 29

7. Pengukuran Panjang Jari Telunjuk Tangan ... 30

(20)

1.1 Latar Belakang Masalah

Badan Pusat Statistik dalam studi statistik kriminalitas tahun 2015 di Indonesia

mengungkapkan bahwa selama periode tahun 2012–2014, jumlah kejadian kejahatan

atau tindak kriminalitas di Indonesia berfluktuasi, begitu pula di Provinsi Lampung.

Data di Biro Pembinaan dan Operasional, Mabes Polri memperlihatkan jumlah

kejadian kejahatan (total crime) di Lampung yang dilaporkan ke kepolisian daerah

selama tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah 5.197, 4.812 dan 7.755 (Badan Pusat

Statistik, 2015). Termasuk didalamnya kasus pembunuhan disertai mutilasi.

Humas Polda Metro Jaya melaporkan dalam analisa dan evaluasi situasi

keamanan dan ketertiban masyarakat selama periode Januari-Desember 2010 kasus

pembunuhan yang menonjol dan menjadi laporan utama adalah 2 kasus pembunuhan

disertai mutilasi dari 3 kasus pembunuhan yang menjadi laporan utamanya (Pusat

Komunikasi dan Informasi Bidang Humas Polda Metro Jaya, 2010). Setidaknya

dalam kurun waktu empat tahun sejak 2005-2008 tercatat ada 6 kasus mutilasi dan

diberitakan di media massa (Markumet al., 2010).

Identifikasi terhadap korban mutilasi memerlukan data-data yang mendukung,

(21)

2

tidak terkumpul pada satu tempat. Penemuan potongan jasad tidak selalu dalam

bentuk tulang panjang bisa juga dalam bentuk potongan tulang pendek seperti jari

tangan. Data tinggi badan yang diketahui dapat memperkirakan postur tubuh korban

agar lebih mudah diketahui identitasnya. Terdapat berbagai manfaat lain dari

pengukuran panjang tulang dengan tinggi badan diantaranya digunakan oleh para

arkeolog untuk mengidentifikasi fosil atau mengidentifikasi korban pada bencana

alam yang menyebabkan beberapa bagian tubuh korban terpisah dari badan (Ebiteet

al., 2008).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari korelasi antara panjang tulang

dengan tinggi badan diantaranya panjang tulang humerus, tibia, femur, ulna, telapak

kaki, telapak tangan, lengan bawah dengan tinggi badan (Amalia, 2014; Sutriani,

2013; Handajani dan Prima, 2014; Ilayperuma, Nanayakkara dan Palahepitiya, 2009).

Penelitian pada pengukuran tulang pendek tidak jarang dilakukan di luar negeri

seperti pengukuran panjang jari tangan (Suseelamma et al., 2014; Kumar et al.,

2014). Namun penelitian mengenai korelasi panjang tulang jari terhadap tinggi badan

masih jarang dilakukan di Indonesia.

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan

diantaranya adalah suku, jenis kelamin dan umur (Moore dan Agur, 2002). Setiap

suku di Indonesia walaupun memiliki kemiripan (ras mongoloid) tetapi memiliki ciri

fisik yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya persilangan antar ras

(Koentjaraningrat, 1997). Umur berpengaruh pada tinggi badan terutama dalam

(22)

tahun pada pria (Gilsanz dan Ratib, 2012). Berdasarkan penelitian hubungan antara

panjang jari terhadap tinggi badan yang dilakukan di India menggunakan rumus

korelasi Pearson terdapat korelasi yang lebih kuat jika dilakukan pada pria dibanding

wanita dengan koefisien korelasi pada wanita adalah 0,342 dan pada pria 0,513

(Oladipo et al., 2014). Sementara dalam korelasi antara panjang jari tangan dengan

tinggi badan, jari tangan yang memiliki korelasi terkuat adalah jari telunjuk (Tyagi,

1999).

Sampai saat ini, penelitian mengenai korelasi antara panjang tulang pendek salah

satunya panjang jari telunjuk tangan (digiti II) masih jarang dilakukan di Indonesia.

Pemilihan suku didasarkan pada banyaknya jumlah suku Bali di Indonesia, di

Provinsi Lampung sendiri jumlahnya cukup banyak yaitu 104.810 orang dan suku

Batak merupakan suku terbanyak ketiga di Indonesia dengan jumlah di Provinsi

Lampung sebesar 52.311(Badan Pusat Statistik, 2011). Berdasarkan latar belakang

diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti korelasi antara panjang tulang jari

telunjuk tangan (digiti II) terhadap perkiraan tinggi badan pria dewasa suku Batak

dan suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Menarik kesimpulan dari latar belakang bahwa adanya korelasi antara panjang

tulang dengan tinggi badan dan hal ini dipengaruhi oleh ciri fisik yang berbeda dari

(23)

4

1. Bagaimana korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap

tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang Bandar

Lampung?

2. Bagaimana korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap

tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar

Lampung?

3. Bagaimana rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II)

terhadap tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang

Bandar Lampung?

4. Bagaimana rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II)

terhadap tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang

Bandar Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi dan

memformulasikan rumus regresi tinggi badan dengan panjang tulang jari telunjuk

tangan (digitiII) pada pria dewasa suku Bali dan suku Batak.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap

tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang Bandar

(24)

2. Menganalisis korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap

tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar

Lampung.

3. Mencari rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap

tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang Bandar

Lampung.

4. Mencari rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap

tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar

Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, berikut manfaat yang diharapkan dari penelitian ini :

1. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahun dibidang anatomi, antropometri, dan

forensik terkait panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi

badan pria dewasa suku Bali dan suku Batak, sehingga dapat menerapkan ilmu

yang didapat.

2. Bagi pembaca, menambah pengetahuan menganai panjang tulang jari telunjuk

dan korelasinya dengan tinggi badan pria dewasa di suku Bali dan Suku Batak,

serta menambah wawasan lain dibidang kesehatan.

3. Bagi instansi terkait, memperkirakan tinggi badan jenazah yang sudah tidak

utuh dengan menggunakan panjang tulang jari telunjuk (digiti II), serta

(25)

6

panjang tulang jari telunjuk (digiti II) pada suku Bali dan suku Batak (Ilmu

Kedokteran Forensik).

4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi untuk penelitian yang serupa.

5. Bagi popuasi yang diteliti, membuat perhitungan khusus untuk mencari tinggi

badan melalui panjang tulang jari telunjuk tangan (digitiII) pada suku Bali dan

(26)

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Rangka Tubuh Manusia

Definisi dari tulang adalah jaringan ikat yang bersifat kaku dan

membentuk sebagian besar kerangka serta merupakan jaringan penunjang tubuh

yang utama (Moore dan Dalley, 2013). Kerangka manusia terdiri dari jaringan

tulang yang menyangga struktur tubuh yang berdaging dan melindungi organ–

organ vital seperti organ di dalam tengkorak yaitu otak, rongga dada seperti

jantung, paru-paru, sumsum tulang, sel darah dan sebagainya. Selain berfungsi

sebagai organ pelindung, tulang juga memiliki fungsi sebagai penyimpan

cadangan kalsium, fosfat dan ion-ion lainnya yang dapat dilepas dan disimpan

dengan cara terkendali untuk mempetahankan konsentrasi ion-ion penting dalam

cairan tubuh (Mescher, 2012).

Pada bayi jumlah total tulangnya adalah lebih sekitar 300 tulang yang

sebagian besar berpasangan, namun ketika dewasa jumlah itu menjadi genap 206

akibat dari penyatuan beberapa tulang seperti tulang sacrum dan tulang coxae

(Basmajian dan Slonecker, 2010). Keseluruhan dari struktur rangka inilah yang

(27)

8

2.1.2 Osteogenesis

Cara terbentuknya tulang ada dua cara osifikasi intramembranosa dan

endokondral. Osifikasi intramembranosa biasa menghasilkan tulang pipih

sementara osifikasi endokondral menghasilkan tulang panjang dan tulang

pendek. Pada osifikasi endokondral jaringan tulang mula-mula terbentuk seperti

suatu kerah (bone collar) yang mengelilingi diafisis model kartilago. Adanya

kerah ini dapat menghambat difusi oksigen dan nutrien ke dalam kartilago

dibawahnya. Hal ini memicu perubahan degeneratif di tempat tersebut sehingga

terproduksinya alkali fosfatase dan menimbulkan kalsifikasi di daerah tersebut.

(Mescher, 2012).

Pembuluh darah berpenetrasi melalui kerah tulang yang sebelumnya di

susupi osteoklas yang membawa sel-sel osteoprogenitor ke daerah sentral.

Berikutnya osteoblas melekat pada matriks kartilago yang telah mengapur dan

menghasilkan lapisan tulang primer yang mengelilingi sisa matriks tulang rawan.

Proses ini membentuk pusat osifikasi primer (Mescher, 2012). Proses osifikasi

endokondral dapat dilihat pada gambar 1.

Pusat osifikasi sekunder muncul tidak lama kemudian di epifisis model

kartilago dan berkembang dengan cara yang sama. Selama perluasan dan

remodelingberlangsung, pusat osifikasi primer dan sekunder membentuk rongga

yang secara berangsur diisi dengan sumsum tulang. Pada pusat osifikasi

sekunder, tulang rawan ada pada dua daerah yaitu kartilago sendi yang ada

(28)

kartilago epifisial (lempeng pertumbuhan yang menghubungkan epifisis dan

diafisis).

Kartilago epifisial bertanggung jawab atas pertumbuhan tulang

memanjang dan biasanya sudah hilang pada orang dewasa. Hilangnya lempeng

pertumbuhan terjadi pada waktu yang berbeda-beda dan tuntas hilang di semua

tulang pada usia 20 tahun (Mescher, 2012). Pertumbuhan panjang tulang tangan

terutama semua carpal, metacarpal dan phalanx akan terhenti di usia 15 - 17

tahun pada perempuan dan 17 - 19 tahun pada laki-laki (Gilsanz dan Ratib,

2012).

(29)

2.1.3 Anatomi Jari Tangan

Tulang jari tangan (digitorum) melekat pada tulang-tulang metacarpal.

Tulang–tulangdigitorum (phalanges)memiliki 14 ruas tulang, 2 ruas untuk ibu

jari dan 3 ruas untuk jari lainnya yang terdiri dari phalanxproksimal, medial dan

distal. Pada setiap phalanx-nya terdiri dari caput, corpus dan basis. Corpus-nya

berbentuk runcing ke arah distal, dan permukaannya berbentuk konveks di dorsal

sementara bagian sisinya datar dan kasar yang berfungsi sebagai tempat

melekatnya tendo otot-otot fleksor. Basis dari phalanx bagian proksimalnya

berbentuk oval dengan permukaan sendi berbentuk konkaf. Caput phalanx lebih

kecil dari basisnya (Basmajian dan Slonecker, 2010). Gambar tulang digitorum

dapat dilihat pada gambar 2.

(30)

Tulang-tulang phalanges dihubungkan oleh sendi-sendi yang disebut

articulationes digitorium. Sendi-sendi ini terdiri atas sendimetacarpophalangeal

dan interphalangeal. Sendi metacarpophalangeal adalah sendi condyloid yang

menghubungkan ossa metacarpi dan ossa phalanges proximales. Selain sendi

tulang-tulang phalanges juga dihubungkan oleh ligamen yaitu ligamentum

collaterale medial dan ligamentum collateral lateral yang berada di lateral dan

medial persendian, ligamentum palmaria ventral yang berada di ventral

persendian dan ligamentum metacarpale tranversum profundum yang

menghubungkan ligamentum palmaria dan articulations metacarpophalangeal

(Pulsen dan Waschke, 2010).

Tulang-tulang jari tangan dilapisi oleh beberapa lapisan. Lapisan paling

luar adalah kulit.Fasciaadalah lapisan dibawah kulit,fascia dibagi menjadi dua

yaitu fascia superficialis (jaringan subkutan) yang terdiri atas lemak dan fascia

profundayang mengelilingi otot (Moore dan Agur, 2013).

Terdapat tendo-tendo yang melekat pada jari tangan dan membanttu

pergerakan. Pada bagian dorsal terdapat tendo m. extensor pollicis brevis danm.

extensor pollicis longusyang melekat pada digiti I, sementara tendom. extensor

digitorummelekat pada empat jari lainnya. Pada bagian ventral terdapat tendom.

flexor digitorum superficialis dan m. flexor digotorum profundus. Tendo-tendo

pada jari-jari tangan ini memiliki pembungkus yang disebut dengan vaginae

tendinum palmar. Pada digiti I terdapat tendo m. flexor pollicis longus dan

(31)

✄☎

brevis, caput superficiale. Terdapat mm. lumbricales yang berada di

articulationes metacarpophalangeaepada bagian proximaldigitiII, III, IV. Pada

bagian proximaldigitiV tepatnya di sekitararticulationes metacarpophalangeae

terdapatm. lumbricalis(Pulsen dan Waschke, 2010).

Aliran vena padaos digitorumdidapat darivv. digitales palmaresdan arteri

yang memperdarahios digitorumadalahaa. digitales palmares propriaedanaa.

digitales palmares communes. Saraf yang mempersarafi digiti I, II, III adalah

cabang dari n. medianus sementara digiti IV dan V dipersarafi oleh n. ulnaris

(Pulsen dan Waschke, 2010).

Perhitungan panjang jari telunjuk tangan pada manusia hidup dipengaruhi

oleh panjang tulang, dan panjang jaringan-jaringan disekitar tulang seperti

jaringan epidermis, dermis, subkutis yang berisikan jaringan lemak dan kuku.

Terdapat beberapa perubahan yang mempengaruhi panjang jari telunjuk manusia

yang masih hidup dengan panjang tulang jari telunjuk tangan dari jasad ataupun

potongan jari telunjuk tangan. Perubahan tersebut adalah tanda-tanda

pembusukan atau dekomposisi yang disebabkan oleh terhentinya sirkulasi ke

jaringan. Pembusukan pada jari tangan tidak secepat organ lain yang memiliki

vaskularisasi yang banyak seperti otak, lien, lambung dan lain-lain. Pembusukan

dapat ditandai dengan perubahan warna kehijauan, adanya bau busuk,

pembengkakan dan terlepasnya kuku bisa juga didapatkan larva lalat setelah

(32)

2.1.4 Tinggi Tubuh Manusia

Tinggi badan adalah jarak yang diukur dari ujung kepala (vertex) hingga ke

ujung kaki atau calcaneus (Suseelamma et al., 2014). Pengukuran tinggi badan

berguna dalam bidang Ilmu Antropologi Forensik yaitu dalam mengidentifikasi

jasad melalui analisis sisa rangka manusia dengan tujuan mendapatkan informasi

yang sebanyak-banyaknya tentang rangka manusia yang diperiksa. Terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi badan secara garis besar dibedakan

menjadi :

a. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi tinggi badan seseorang diantaranya

adalah genetik, ras, jenis kelamin dan usia. Faktor genetik adalah salah satu

faktor yang mempengaruhi kapasitas maksimal pertumbuhan seseorang.

Kadar normal hormon seperti GH (Growth Hormone) yang mutlak

dibutuhkan, hormon tiroid, insulin dan hormon seks yang berperan sekunder

dalam pertumbuhan perlu diperhatikan. Selama masa kehamilan faktor

pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor hormon-hormon dari plasenta, setelah

kelahiran GH baru berperan aktif.

Terdapat 2 masa pertumbuhan pesat selama masa kehidupan seseorang

yaitu fase 2 tahun pertama pascakelahiran dan masa pubertas. Growth

Hormonememiliki peran penting dalam meningkatkan jumlah sel dan ukuran

sel dari jaringan tulang. Hormon tiroid memiliki peran tersendiri dalam

(33)

✞✟

hormon tiroid memadai, hal ini ditandai oleh pada anak kondisi hipotiroid

pertumbuhannya akan terganggu tetapi kondisi hipertiroid tidak

mempengaruhi pertumbuhan. Hormon androgen seperti testosteron

merupakan hormon yang paling poten dalam membuat lonjakan pertumbuhan

pada pria. Sementara hormon estrogen menghentikan pertumbuhan linier

dengan merangsang perubahan komplit lempeng epifisial menjadi tulang

(Sherwood, 2009).

Perbedaan ras memiliki peran yang penting pada pengukuran tinggi

badan, perbedaan ras dapat diliat dari warna kulit rambut dan sebagainya.

Pada ras Afrika dan Skandinavia memiliki tinggi yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan ras Asia hal ini disebabkan oleh tungkai mereka yang

panjang (Moore dan Agur 2002). Penentuan ras juga berguna untuk

menentukan tinggi badan kaitannya dengan formula yang tersedia. Dengan

melakukan pemeriksaan yang baik seorang ahli dapat menentukan apakah

tulang yang diperiksa berasal dari ras Mongoloid, Negroid ataupun Kaukasoid

(Idries dan Tjiptomartono, 2013).

Hal-hal lain yang mempengaruhi tinggi badan adalah jenis kelamin, pria

dewasa cenderung lebih tinggi dibanding perempuan karena memiliki tungkai

yang lebih panjang, tulang pria juga lebih berat dan besar. Sementara pada

wanita memiliki tulang-tulang yang lebih pendek dan kecil dan lemak

subkutan di panggul dan paha sehingga terkesan lebih pendek. Pelvis pada

(34)

memiliki sudut lateral siku yang lebih luas sehingga deviasi lateral lengan

bawah terhadap lengan atas juga lebih besar (Moore dan Agur, 2002). Pacu

tumbuh selama masa pubertas berperan sebesar 17% dari tinggi badan anak

laki-laki sementara perempuan hanya 12%. Hal ini disebabkan oleh adanya

growth hormone (GH) yang meningkat pada masa pubertas akhir pada

laki-laki dan pubertas awal pada perempuan (Styne, 2003). Hal ini pula yang

mungkin menyebabkan pada umur 12 tahun laki-laki memiliki pertumbuhan

yang lebih cepat dibandingkan dengan perempuan, sementara perempuan pada

umur 10-14 tahun (Moore dan Agur, 2002). Selain itu perbedaan tinggi tulang

pada manusia juga disebabkan oleh maturasi dari berbagai tulang yang

menyusun tinggi badan. Faktor-faktor yang mempengaruhi maturasi tulang

adalah jenis kelamin, suku, hormon dan umur (Gilsanz dan Ratib, 2012).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi tinggi badan adalah gizi,

sosioekonomi dan aktivitas fisik. Diet yang memadai, termasuk protein total

dan asam amino potensial penting untuk sintesis protein yang dibutuhkan

dalam pertumbuhan. Anak yang memiliki kondisi malnutrisi tidak akan

mencapai potensi pertumbuhan yang maksimal. Sebaliknya seseorang tidak

akan melebihi pertumbuhan maksimal yang telah ditentukan secara genetis

walaupun mengkonsumsi makanan yang melebihi dari jumlah yang

dibutuhkan. Kelebihan asupan makanan dengan pola aktifitas yang sedikit

(35)

☛☞

2.1.5 Penyakit yang Mempengaruhi Tinggi Badan

Defisiensi GH dapat menyebabkan dwarfism (cebol) yang memiliki

gambaran utama pertumbuhan tulang yang terhambat disertai dengan

karakteristik yang kurang tampak yaitu otot yang kurang berkembang dan lemak

subkutis yang berlebihan. Hipersekresi GH paling sering disebabkan oleh sel

tumor penghasil GH di hipofisis anterior. Gejalanya bergantung pada usia pasien

ketika kelainan sekresi tersebut dimulai. Jika hal ini terjadi pada masa anak-anak

dimana lempeng episial belum menutup maka yang terjadi adalah kelainan yang

disebut gigantisme (Sherwood, 2009).

Kifosis adalah suatu kelainan dimana kurva dari tulang belakang berada di

luar batas normal.Menurut The Scoliosis Re-search Society (SRS) rentan sudut

antaraupper end plateT5 danlower end plateT12 sebesar 10-40 derajat. Kifosis

paling sering terjadi pada laki-laki (Yaman dan Dalbayrak, 2014). Lordosis

adalah melengkungnya tulang belakang di daerah lumbal atau pinggang ke arah

depan sehingga kepala tertarik kearah belakang. Skoliosis merupakan suatu

kondisi penderita tidak merasakan sakit namun pada suatu kondisi tertentu

misalnya saat tiba-tiba akan berdiri atau duduk dalam waktu yang lama posisi

tubuh tidak akan seimbang karena ketidakseimbangan kerja dari salah satu sisi

tubuh sehingga apabila terjadi terus menerus terjadi ketidakseimbangan posisi

(36)

2.1.6 Hubungan Panjang Tulang dengan Tinggi Badan

Terdapat beberapa kasus dimana barang bukti yang ada tidak berbentuk

tubuh korban yang lengkap, melainkan potongan rangka manusia sehingga

dokter diharapkan dapat mampu memperkirakan perkiraan tinggi badan dan

penentuan ras. Dalam memperkirakan tinggi badan akan menjadi lebih mudah

untuk dikerjakan bila tulang yang diperiksa adalah tulang panjang dan kemudian

dengan formula Stevenson atau formula Trotter (Idris dan Tjiptomartono, 2013).

Pada umumya tinggi badan dapat diketahui dari pengukuran tulang panjang,

yaitu (Idries, 2002):

a) Tulang pada paha (femur) menunjukkan 27 persen tinggi badan

b) Tulang kering (tibia) menunjukkan 22 persen tinggi badan

c) Tulang lengan menunjukkan 35 persen tinggi badan

d) Tulang belakang menunjukkan 35 persen dari tinggi badan

Hal –hal yang sebaiknya diperhatikan dalam perhitungan tulang adalah.

Pengukuran tulang menggunakan osteometric board. Tulang harus dalam

keadaan kering (dry bone). Formula yang dapat digunakan untuk pengukuran

tinggi pada ras mongoloid adalah formula Stevenson, Trotter dan Gleser (Idries,

2002). Rumus perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang dapat dilihat

(37)

✎✏

Tabel 1. Rumus perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang (Idries, 2002)

Pada hubungan antara tinggi badan dengan jari tangan ditemukan korelasi

yang bermakna terutama pada jari telunjuk, jari tengah dan jari manis namun

pada ibu jari dan kelingking tidak ditemukan korelasi. Semakin panjang jari

maka semakin tinggi pula perkiraan tingginya (Fatati, 2014). Menurut penelitian

yang dilakukan di India Utara terdapat korelasi yang bermakna dengan rumus

korelasi Pearson antara panjang jari telunjuk dan jari manis terhadap tinggi

badan dan hal ini lebih berkorelasi pada pria dibandingkan dengan wanita

(Krishan et al,. 2012). Penelitian hubungan antara panjang jari terhadap tinggi

badan yang dilakukan di India menggunakan rumus korelasi Pearson juga

menunjukkan adanya korelasi yang lebih kuat jika dilakukan pada pria dibanding

wanita dengan koefisien korelasi pada wanita adalah 0,342 dan pada pria 0,513

(38)

Uttarakhand mengenai hubungan panjang telunjuk dengan tinggi badan pada

laki-laki rumus regresi sebagai berikut (Kumaret al,. 2014) :

Tangan kanan : Tinggi Badan = 136,051 + 5,538 (Panjang Jari Telunjuk

Tangan Kanan)

Tangan kiri : Tinggi Badan = 134,602 + 5,571 (Panjang Jari Telunjuk

Tangan Kiri)

2.1.7 Suku Bali dan Suku Batak

Indonesia memiliki mayoritas penduduk ras Melayu. Ras melayu memiliki

dua jenis kelompok yaitu Proto-Melayu (Melayu muda) dan Deutro-Melayu

(Melayu tua). Suku Batak merupakan salah satu suku dari kelompok

Proto-Melayu yang pada awal kedatangan menempati daerah Sumatra Utara. Suku Bali

merupakan salah satu suku dari kelompok Deutro-Melayu (Daldjoeni, 1991).

Suku Bali merupakan suku asli Indonesia yang telah ada sejak zaman

pra-klasik atau sebelum abad kesembilan. Sekitar 80% suku Bali menganut Hindu

dan hal ini telah berlangsung sangat lama yaitu sejak agama Hindu masuk ke

Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,1998). Suku Bali berasal

dari provinsi Bali itu sendiri, namun seiring dengan perkembangan zaman

banyak orang-orang suku Bali yang berpindah tempat tinggal ke daerah lain.

Jumlah suku Bali di Indonesia adalah 3,9 juta orang, sementara di Lampung

sendiri jumlah suku Bali menduduki peringkat keenam dengan jumlah penduduk

(39)

✓✔

Suku Batak merupakan suku terbanyak ketiga di Indonesia dengan jumlah

suku menempati 3,58 persen dari total penduduk di Indonesia. Jumlah suku

Batak di Lampung termasuk minoritas karena hanya berjumlah 52.311 orang

(Badan Pusat Statistik, 2011). Suku Batak memiliki budaya yang sangat kaya

dapat terlihat dari sub-suku batak yang cukup banyak seperti Batak Toba, Batak

Karo, Batak Mandailing-Angkola, Batak Pakpak dan Batak Simalungun (Kozok,

1999). Seiring dengan berkemangnya waktu suku ini berkembang menjadi

beberapa marga dan tradisi.

2.1.8 Kecamatan Tanjung Senang

Kecamatan Tanjung Senang merupakan kecamatan yang terletak di kota

Bandar Lampung. Luas wilayah kecamatan ini adalah 973 Ha. Pada awalnya

Kecamatan Tanjung Senang merupakan bagian dari Kecamatan Kedaton dan

menjadi kecamatan yang berdiri sendiri pada tahun 2001. Kecamatan ini terdiri

dari lima kelurahan yaitu Tanjung senang, Way Kandis, Perumnas Way Kandis,

Labuhan Dalam dan Pematang Wangi.

Jumlah penduduk kecamatan ini adalah 39.980 orang dengan jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 19.896 orang dan perempuan sebanyak 20.084

orang. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tanjung Senang. Data

penduduk berdasarkan suku tidak tersedia, namun terdapat data penduduk

berdasarkan agama yaitu agama Hindu sebanyak 986 orang, sementara Kristen,

Katolik, Budha berturut-turut 1.904, 1.836, 621 dan sisanya adalah penduduk

(40)

2.2 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka hubungan antara teori-teori yang ingin diamati

untuk di ukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmojo, 2002). Banyak hal

yang dapat mempengaruhi tinggi badan, adanya internal seperti faktor herediter,

faktor hormonal dan faktor ekskternal. Berdasarkan teori diatas digambarkan

kerangka teori penelitian sebagai berikut.

Gambar 3.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi badan. (Moore, 2002; Sherwood, 2009; Gilanz dan Ratib, 2012)

(41)

✗✗

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 4.Kerangka konsep penelitian

2.4 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat korelasi panjang jari telunjuk tangan (digiti II) dengan tinggi badan

pada suku Bali.

2. Terdapat korelasi panjang jari telunjuk tangan (digiti II) dengan tinggi badan

pada suku Batak.

3. Terdapat rumus regresi khusus untuk menentukan tinggi badan pria dewasa

suku Bali.

4. Terdapat rumus regresi khusus untuk menentuka tinggi badan pria dewasa suku

(42)

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis korelatif dengan pendekatan cross

sectional, dimana tiap subyek hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran

variabel bebas adalah panjang jari telunjuk pada suku dan variabel terikat yaitu tinggi

badan diambil dalam satu waktu yang bersamaan (Dahlan, 2008).

3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016.

3.3 Populasi Penelitan

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang memiliki karakteristik tertentu dari

peneliti.

3.3.1 Populasi target adalah pria dewasa suku Bali atau pria dewasa suku Batak

3.3.2 Populasi terjangkau adalah pria dewasa suku Bali atau pria dewasa suku di

(43)

✘ ✙

3.4 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro dan Ismael, 1995). Pada

penelitian ini peneliti menggunakan populasi pria dewasa suku Bali dan suku Batak

dengan menggunakan rumus besar sampel untuk analisis korelatif yang bertujuan

mencari korelasi antara variabel bebas dan terikat yang keduanya berskala numerik :

=

(Z + Z )

0,5 ln

1 +

1

+ 3

=

(1,645 + 1,282 )

0,5 ln

1 + 0,513

1

0,513

+ 3

N= 29,668

Keterangan :

• n = jumlah sampel

• = derivat baku normal untuk (Kesalahan tipe I ) ditetapkan sebesar

5% dengan hipotesis satu arah, sehingga = 1,645

• =derivat baku normal untuk (Kesalahan tipe II) ditetapkan sebesar

10% dengan hipotesis satu arah, maka = 1,282

(44)

Jumlah sampel yang didapat dari rumus diatas adalah minimal 29,668

dibulatkan menjadi 30 orang setiap sukunya. Pada penelitian kali ini untuk

menghindari kesalahan dalam pemeriksaan kriteria inklusi, sampel dibulatkan

menjadi 35 orang setiap sukunya. Pengukuran panjang jari telunjuk telapak tangan

dilakukan secara bersamaan tidak dipisah satu sama lain. Sehingga jumlah total

sampel yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu 70 orang. Cara pengambilan sampel

menggunakan metode non-probability yaitu teknik consecutive sampling dimana

pengambilan data dilakukan dengan cara urutan, setiap subyek yang datang terlebih

dahulu dan memenuhi kriteria akan dimasukkan kedalam penelitian sampai jumlah

sampel terpenuhi.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1 Kriteria Inklusi

a. Pria dewasa usia 20-45 tahun.

b. Penduduk yang berdomisili di Kecamatan Tanjung Senang, Bandar

Lampung.

c. Dua generasi diatas responden bersuku asli Bali untuk kelompok

sampel suku Bali dan bersuku asli Batak untuk kelompok sampel suku

Batak.

d. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed

concent.

(45)

✜✢

a. Pernah atau sedang mengalami fraktur, trauma atau cidera pada

tulang jari telunjuk tangan (digiti II) baik tangan kanan ataupun

tangan kiri dan kerangka penyusun tinggi badan.

b. Adanya kelainan penyusun tinggi badan seperti scoliosis, kyphosis

danlordosis, gigantism, cretinism, dwarfism.

3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 3.6.1 Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas : Panjang tulang telunjuk jari tangan (digitiII)

b. Variabel terikat : Tinggi badan

c. Variabel terkendali : Usia, jenis kelamin dan suku

3.6.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional pada penelitian ini digunakan dengan tujuan

memudahkan dalam melakukan penelitian. Tabel definisi operasional terdapat

(46)

Tabel 2.Definisi operasional variabel

No Variabel Definisi Satuan Alat Ukur Skala

1. Tinggi Badan Diukur dari titik tertinggi di kepala

a. Kuesioner untuk menyesuaikan identitas responden dengan kriteria

inklusi dan eksklusi. Pada lembar ini juga disediakan kolom pencatatan

hasil pengukuran tinggi badan dan panjang jari telunjuk tangan.

(47)

✥✦

c. Microtoise yang terkalibrasi untuk mengukur tinggi badan responden

dengan satuan sentimeter (cm). Gambar microtoise terdapat pada

gambar 5.

d. Kaliper geser untuk mengukur panjang jari telunjuk tangan. Gambar

caliper geser terdapat pada gambar 5.

Gambar 5.Microtoisedan Kaliper Geser

3.7.2 Prosedur Penelitian

a. Pengumpulan data dan pengisian kuesioner

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan

lembaran kuesioner yang berisikan tentang identitas responden dan

hal-hal yang berhubungan dengan kriteria inklusi agar tidak terjadi

kekeliruan dalam penelitian. Sebelum dilakukan pengumpulan,

responden lebih dulu dijelaskan mengenai penelitian yang akan

dilakukan dan diberi lembar informed concent untuk meminta

(48)

b. Pengukuran tinggi badan

Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan microtoise,

tinggi diukur dari titik tertinggi kepala (cranium) yang disebut vertex,

ke titik terendah dari tulang calcaneus yang disebul heel. Posisi

pengukuran tinggi badan diambil dalam keadaan responden tidak

memakai alas kaki dan berdiri pada tempat yang datar sementara bagian

kepala belakang, punggung, bokong, dan tumit merapat pada dinding

dengan posisi kepala menghadap lurus ke arah depan (Dilon dan

Fahmida, 2007; Handajani dan Prima, 2014). Prosedur pengukuran

tinggi badan diperlihatkan pada gambar 6.

Gambar 6.Cara Pengukuran Tinggi Badan (Dilon dan Fahmida, 2007)

3.7.2.1 Pengukuran panjang jari telunjuk tangan

Pengukuran panjang jari telunjuk diukur jaraknya dari batas

(49)

✩✪

distalnya adalah ujung distal dari phalanx distal (dactylion) digiti ke-2.

Pengukuran menggunakan kaliper geser dengan skala numerik dan satuan

hasil sentimeter (Kumar et al., 2014). Prosedur pengukuran panjang jari

telunjuk tangan terdapat pada gambar 7.

Gambar 7.Pengukuran Panjang Jari Telunjuk Tangan (Oladipoet al.,2015)

3.8 Pengolahan dan Analisi Data 3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan menggunakan bantuan komputer dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengeditan, proses untuk mengoreksi data untuk memastikan kelengkapan

dan kesempurnaan data

b. Pengodean, memberi kode pada data sehingga menjadi lebih mudah dalam

pengolahan data

(50)

d. Tabulasi, menyajikan data dalam bentuk tabel

3.8.2 Analisis Data

Perolehan hasil didapat dari analisa statistik sebagai berikut :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menentukan nilai rata-rata dari

variabel bebas dan terikat. Pada penelitian dilakukan penghitungan

rata-rata panjang tulang telunjuk tangan terhadap tinggi badan.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis data yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dengan uji statistik.

a) Korelasi

Untuk melakukan uji statistik sebelumnya harus dilakukan uji

untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikat

berdistribusi norma atau tidak (uji normalitas). Jumlah sampel pada

penelitian ini adalah kurang dari 50 sampel maka uji normalitas yang

digunakan adalah Shapiro Wilk. Setelah dilakukan uji normalitas

didapatkan data terdistribusi normal. Selanjutnya untuk mencari

hubungan korelasi antara panjang tulang jari telunjuk tangan dengan

tinggi badan digunakan rumus korelasiPearson(Dahlan, 2008).

b) Regresi Linier

Korelasi dan regresi linier mempunyai kesamaan dan perbedaan.

Kesamaannya yaitu keduanya digunakan untuk menunjukkan

(51)

✭✮

korelasi hanya sekedar menunjukkan adanya hubungan tanpa adanya

penghitungan seberapa kuat variabel bebas mempengaruhi variabel

terikat. Sementara pada rumus regresi dapat menunjukkan seberapa

kuat variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dan meramalkan

nilai variabel numerik. Persamaan regresi dapat dihitung dengan

computer menggunakan rumus (Dahlan, 2008) :

y = a + bx

Keterangan :

y =variabel terikat x =variabel bebas

a =konstanta b= koefisien regresi

3.9 Etik Penelitian

Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuanethical clearancedari Komisi Etik

Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan Nomor Surat

107/UN26.8/DL/2017, izin dari Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung serta

(52)

3.10 Alur Penelitian

Gambar 8.Alur Penelitian Proposal Penelitian

PengurusanEthical Clearance

Perizinan Kecamatan Tanjung Senang

Penampisan subyek dengan hasil data dari kuesioner

Pelaksanaan penelitian dengan pengukuran tinggi badan

Pengumpulan hasil pengukuran

Pelaksanaan penelitian dengan pengukuran panjang jari telunjuk kanan

Tabulasi Data

(53)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

a. Terdapat korelasi sedang (r=0,466) antara panjang tulang jari telunjuk tangan

kanan dengan tinggi badan dan terdapat korelasi sedang (r=0,538) antara panjang

tulang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan

Tanjung Senang.

b. Terdapat korelasi sedang (r=0,508) antara panjang tulang jari telunjuk tangan

kanan terhadap tinggi badan dan terdapat korelasi kuat (r=0,613) antara panjang

tulang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan pria dewasa suku Batak di

Kecamatan Tanjung Senang.

c. Terdapat rumus regresi khusus pada panjang jari telunjuk kanan dengan tinggi

badan (Y = 121,440 + 6,374x ± 5,37) dan terdapat rumus regresi khusus pada

panjang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan (Y = 121,924 + 6,257x ± 5,12) pria

dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang

d. Terdapat rumus regresi khusus pada panjang jari telunjuk kanan dengan tinggi

(54)

panjang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan (Y = 102,573 + 9,118x ± 5,29) pria

dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberi saran sebagai berikut :

a. Rumus regresi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan untuk

kepentingan ilmu kedokteran forensik

b. Sebaiknya diadakan penelitian terhadap tulang jari tangan lain ataupun bagian

tubuh lainnya dengan jumlah sampel lebih besar yang dilakukan baik pada pria

maupun perempuan dewasa suku Bali dan Batak untuk memperoleh rumus regresi

yang lebih akurat.

c. Sebaiknya diadakan penelitian pada suku-suku lain terutama suku mayoritas di

Indonesia untuk melengkapi data antropometri dan diharapkan dapat memberi

kontribusi pada ilmu kedokteran forensik.

d. Pemerintah daerah sebaiknya melengkapi penduduk berdasarkan suku di

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia F. 2014. Hubungan tulang humerus dengan tinggi badan pada pria dewasa suku Lampung Pesisir dan suku Lampung Menggala. [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.

Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati T. 2008. Metode Pengukuran Manusia. Airlangga University Press.

Badan Pusat Statistik. 2011. Kewarganegaraan, suku bangsa, agama, dan bahasa sehari-hari penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik kriminal 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bardale RV, Dahodwala TM, Sonar VD. 2013. Estimation of stature from index and ring finger lenght. J Indian Aced Forensic Med 4(35).

Basmajian JV, Slonecker CE. 2010. Grant anatomi klinik. Jakarta: Karisma.

Dahlan. 2008. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, deskriptif, bivariat, dan multivariate, dilengkapi dengan menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika.

Daldjoeni N. 1991. Ras-ras umat manusia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

(56)

Ebite LE, Ozoko TC, Eweka AO, Otuaga PO, On O, Om'Iniabohs FAE. 2008. Height: ulna ratio: a method of stature estimation in a rural community in Edo State, Nigeria. The internet Journal of Forensic Science 3(1).

Fatati A. 2014. Korelasi antara tinggi badan dan panjang jari tangan. Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Erlangga 40–44.

Gilsanz V, Ratib O. 2012. Hand bone age bone development. Los Angeles. [Online Jurnal] [diunduh 20 april 2016] Tersedia dari : http://doi.org/10.1007/978-3-642-23762-1.

Handajani PT, Prima A. 2014. Panjang tulang femur dapat menjadi penentu tinggi badan. Jurnal Kedokteran Syah Kuala 14(2):38–42.

Idries AM. 2002. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Tangerang Selatan: Karisma.

Idries AM, Tjiptomartono AL. 2013. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.

Ilayperuma I, Nanayakkara G, Palahepitiya N. 2009. Prediction of personal stature based on the hand length. Galle Medical Journal. (14:15–18). [Online Jurnal] [diunduh 20 april 2016] Tersedia dari : http://doi.org/10.4038/gmj.v14i1.1165. 20 April 2016

Koentjaraningrat. 1997. Masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Kosif R, Diramali M. 2012. Comparison of all hand digit length ratios in left- and right- handed individuals.Turkey Journal Medical Science. 42(3): 545-552

(57)

Legal Medicine. [Online Jurnal] [diunduh 20 april 2016] Tersedia dari: http://doi.org/10.1016/j.jflm.20 April 2016.

Kumar L, Agarwal S, Garg R, Dixit AP. 2014. Correlation between index finger and stature in Uttarakhand population. Anthropologist. 17(3):1007–1009.

Markum ME, Putra IE, Primadlhi A. 2010. Perilaku memutilasi di Indonesia. Insan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia 12 (1).

Mescher AL. 2012. Histologi dasar junquiera. Edisi Dua Belas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Moore KL, Agur AMR. 2002. Anatomi klinik dasar. Jakarta: Hipokrates.

Moore KL, Dalley EF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Oladipo G, Ezi G, Okoh P, Abidoye A. 2015. Index and ring finger lengths and their correlation with stature in a Nigerian population. Annals of Bioanthropology, 3(1):18.

Paulsen F, Waschke J. 2013. Sobotta: atlas anatomi manusia jilid 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pusat Komunikasi dan Informasi Bidang Humas Polda Metro Jaya. 2010. Puskominfo Bidang Humas Polda Metro Jaya. [Online Jurnal] [diunduh 24 Mei 2016] Tersedia dari: http://humaspoldametrojaya.blogspot.co.id/2010/12/jumpa-pers-akhir-tahun-2010-polda.

Rosadi R. 2009. Hubungan kebiasaan duduk terhadap kejadian skoliosis pada anak usia 11-13 tahun di SD Pabelan Kartasura [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(58)

Styne DM. 2003. The regulation of pubertal growth. Horm Res (60):22-6.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta

Suseelamma D, Gayathri P, Deepthi S, Chandra MMUK, Amarnath. 2014. Study of correlation between stature and length of fingers. Scholars Journal of Applied Medical Sciences (2):773–784.

Sutriani, K.T. 2013. Panjang ulna dengan tinggi badan aktual dewasa muda di kota semarang [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.

Tyagi AK, Kohli A, Verma SK, Aggrawal BBL. 1999. Correlation between stature and finger length. International Journal of Medical Toxicology and Legal Medicine 1(2): 20-22.

Wilujeng ID. 2016. Korelasi antara panjang tulang radius dengan tinggi badan pria dewasa suku lampung dan suku jawa di kelurahan gisting kecamatan tanggamus [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung

Gambar

Gambar 1. Osifikasi endokondral ( Mescher, 2012).
Gambar 2. Tulang pada tangan kanan (Moore dan Dalley, 2013).
Gambar 3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi badan. (Moore, 2002;Sherwood, 2009; Gilanz dan Ratib, 2012)
Gambar 4. Kerangka konsep penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Alasan utamanya adalah diagram ini sangat mudah untuk dipahami clan para teknisi di pabrik umumnya telah lebih dahulu familiar dengan jenis diagram ladder

mekanisme/ aturan yang ditetapkan dan username tersebut telah digunakan oleh pengguna yang lain. Username bersifat unik bagi seluruh pengguna. 2) Masukan kata sandi yang

+iri utama masakan Melayu ialah penggunaan rempah ratus yang banyak serta santan yang penting untuk menghasilkan makanan berlemak dan pekat. $erasa seperti

Dari hasil estimasi yang dilakukan diperoleh bahwa nilai R-Squared (R 2 ) sebesar 0,969154, artinya variasi yang terjadi pada variabel permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rata-rata lama hari pemasangan infus dalam terjadinya flebitis pada pasien yang dipasang infus di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian

042.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 5689 Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Penelitian

• Isu serangan fisik terhadap murabithun (warga Palestina di Al-Quds yang secara bergiliran iktikaf menjaga masjid Al-Aqsha) sudah menyebar di tengah warga Al-Quds, dikabarkan

Sedangkan menurut istilah seperti yang dikemukakan oleh Ash-Shabuni: “Memindahkan bahasa Al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan mencetak terjemah ini kebeberapa