• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PROBLEM BASED LEARNING KELAS X AKSELERASI DI SMAN 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PROBLEM BASED LEARNING KELAS X AKSELERASI DI SMAN 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PROBLEM BASED LEARNING KELAS X

AKSELERASI DI SMAN 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Oleh

ARYULINA AMIR

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Proses pembelajaran PBL mata pelajaran sejarah kelas X akselerasi di SMA Negeri 2 Bandar Lampung (2) Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah kelas X Akselerasi di SMA Negeri 2 Bandar lampung Penelitian menggunakan pendekatan tindakan kelas (Classrom Action

Reserch) pada pembelajaran Problem based learning mata pelajaran sejarah dilaksanakan dengan tiga siklus, pada siklus pertama, menggunakan PBL Individu, siklus kedua menggunakan PBL Group, siklus ketiga menggunakan PBL berpasangan, penentuan materi didasarkan pada pemahaman mereka tentang tradisi masyarakat Lampung, Data diambil melalui observasi dan test uraian dan data dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Kesimpulan penelitian adalah (1) Proses pembelajaran pada mata pelajaran sejarah dengan model PBL mampu meningkatkan sikap berpikir kritis siswaketika diterapkan model PBL berpasangan pada siklus III ternyata, setiap siswa memiliki tanggung jawab untuk mempresentasikan dan melaporkan hasil pemecahan masalah karena mereka hanya terdiri dari dua orang.(2) Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa juga mengalami peningkatan ditunjukkan dengan peningkatan pada indikator berfikir kritis siswa, pada siklus I belum ada indikator yang mencapai kriteria baik, siklus II sudah 4 indikator baik yaitu merumuskan masalah, memberikan argument, melakukan deduksi dan induksi dan siklus III enam indikator berfikir kritis mencapai kriteria baik yaitu merumuskan masalah, memberikan argument, melakukan deduksi, melakukan induksi, melakukan evaluasi dan mengambil keputusan.

.

(2)

CRITICAL THINKING IN ENHANCING LEARNING THROUGH PROBLEM BASED LEARNING HISTORY CLASS X ACCELERATION

SMAN 2IN THE STUDY OF BANDAR LAMPUNG 2011-2012

By

ARYULINA AMIR

The purpose of this study was to determine (1) The process of learning the history of the PBL class X subject acceleration in SMAN 2 Bandar Lampung (2) increase students' critical thinking skills in history class X subject acceleration in SMAN 2 Bandar Lampung

Class action research approach (Classrom Action Reserch) on learning Problem based learning subjects performed with three cycles of history, in the first cycle, adapted to the original understanding of the Lampung tradition , the second cycle of tradition Lampung seibatin. Tradition in the third cycle pepadun, determination materials based on their understanding of the traditions of Indonesia, data taken through the observation and description and test data were analyzed using descriptive qualitative

Research conclusions are (1) The learning process in subjects with a history of the PBL models can improve the attitude of critical thinking applied siswaketika PBL models in pairs on the third cycle turns, each student has the responsibility to present and report the results of solving the problem because they only consist of two people. ) increase students 'critical thinking skills are also experiencing an increase shown by the increase in students' critical thinking indicators, the cycle I do not have good indicators that reached criterion, the second cycle was 4 is a good indicator that is formulating the problem, giving the argument, do the deduction and induction cycle III and six indicators of critical thinking to achieve a good criterion is to formulate the problem, giving the argument, do the deduction, induction, evaluation and decision. .

.

(3)

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PROBLEM BASED LEARNING KELAS X

AKSELERASI DI SMAN 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Tesis

oleh

ARYULINA AMIR

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENIDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2012 `

(4)

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAHMELALUI PROBLEM BASED LEARNING KELAS X

AKSELERASI DI SMAN 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2011-2012

oleh

ARYULINA AMIR Tesis

Sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENIDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(5)

AKSELERASI DI SMAN 2 BANDAR

LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Nama Mahasiswa : ARYULINA AMIR

No. Pokok Mahasiswa : 1023031008

Program Studi : Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Hasil Tesis Telah Diseminarkan pada : Hari/ Tanggal : Rabu / 9 Mei 2012

Tempat : Ruang B1 Pascasarjana Pendidikan IPS

Telah diperbaiki dan disetujui oleh : 1. Pembahas

Pembahas I, Pembahas II,

Dr. Pargito M.Pd Dr. H. Darsono M.Pd NIP 19590414 198603 1 005 NIP 195410161980031003

MENYETUJUI

2.Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr Sudjarwo, M.S Dr. Herpratiwi, M.Pd

NIP.195305281981031002 NIP. 196409141987122001

3. Ketua Program Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Sudjarwo, M.S ... ...

Sekretaris : Dr. Herpratiwi, M.Pd .. ...

Penguji Anggota 1 : Dr. Pargito, M.Pd ...

Penguji Anggota II : Dr. Darsono, M.Pd ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003

3. Direktur Program Pascasarjana

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S NIP 19530528 1981031 002

(7)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa,

1. Tesis dengan judul ” PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DALAM

PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PROBLEM BASED LEARNING KELAS X AKSELERASI DI SMAN 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012” adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiatisme

2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung

Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 9 Mei 2012

Aryulina Amir NPM 1023031008

(8)

Alhamdulillahirobilalamin, Segala puji dan syukur pada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas lampung

2. Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S. selaku Ketua Program Pascasarjan P.IPS FKIP Universitas lampung, sekaligus sebagai Pembimbing I

3. Dr. Hi Pargito, M.Pd selaku Sekretaris Program Pascasarjan P.IPS FKIP

Universitas lampung , yang telah memberi bimbingan dan kemudahan serta solusi dalam penyelesaian tesis ini

4. Dr. Herpratiwi M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan sabar memberi

(9)

proses belajar

6. Keluargaku tercinta yang ikut memberi semangat dan dukungan dengan penuh kesabaran

7. Rekan Mahasiswa Pascasarjana P.IPS FKIP Universitas lampung, Khususnya mahasiswa angkatan 2010

8. Drs. Sobirin selaku Kepala Sekolah, rekan-rekan dan siswa –siswiku di

SMA Negeri 2 Bandar Lampung yang banyak mendukung dalam penyelesain tesis ini

9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini, yang nama nya tidak dapat disebutkan satu persatu semoga dukungan dan segala yang telah diberikan selalu mendapatkan Imbalan, Rahmat serta Hidayah dari Allah SWT.

Akhirnya Penulis berharap tesis ini dapat memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan.

Bandar Lampung, 9 Mei 2012 Penulis

(10)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa,

3. Tesis dengan judul ” PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS DALAM

PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PROBLEM BASED LEARNING KELAS X DI SMAN 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012” adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiatisme

4. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung

Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 10 Maret 2012

Aryulina Amir NPM 1023031008

(11)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobilalamin, Segala puji dan syukur pada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas lampung

2. Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S. selaku Ketua Program Pascasarjan P.IPS FKIP Universitas lampung, sekaligus sebagai Pembimbing I

10. Dr. Hi Pargito, M.Pd selaku Sekretaris Program Pascasarjan P.IPS FKIP Universitas lampung , yang telah memberi bimbingan dan kemudahan serta solusi dalam penyelesaian tesis ini

(12)

proses belajar

13. Keluargaku tercinta yang ikut memberi semangat dan dukungan dengan penuh kesabaran

14. Rekan Mahasiswa Pascasarjana P.IPS FKIP Universitas lampung, Khususnya mahasiswa angkatan 2010

15. Drs. Sobirin selaku Kepala Sekolah, rekan-rekan dan siswa –siswiku di

SMA Negeri 2 Bandar Lampung yang banyak mendukung dalam penyelesain tesis ini

16. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini, yang nama nya tidak dapat disebutkan satu persatu semoga dukungan dan segala yang telah diberikan selalu mendapatkan Imbalan, Rahmat serta Hidayah dari Allah SWT.

Akhirnya Penulis berharap tesis ini dapat memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan.

Bandar Lampung, 10 Maret 2012 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Daftar isi ... ii

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar... iv

Daftar Lampiran ... v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4 Perumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Kegunaan Penelitian ... 10

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Program Akselerasi ... 12

2.2 Berfikir Kritis dalam pembelajaran Sejarah... 20

2.3 Belajar dan pembelajaran Sejarah ... 26

2.4 Pembelajaran Berbasis Masalah dalam sejarah ... 32

2.5 Berfikir kritis dalam pembelajaran PBL ... 48

2.6 Berfikir kritis dalam pembelajaran Sejarah di SMA ... 50

2.7 Berfikir kritis dalam IPS Sejarah di SMA...56

2.8 Aktivitas belajar... ... 58

2.9 Teori Belajar yang mendukung kemampuan berfikir kritis dalam PBL .. 60

(14)

3.1 Jenis Penelitian ... 78

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Tindakan Kelas ... 80

3.2.1 Waktu Penelitian Tindakan Kelas ... 80

3.2.2 Tempat Penelitian Tindakan Kelas ... 80

3.3 Subjek dan Objek Penelitian Tindakan Kelas ... 80

3.4 Operasionalisasi Tindakan ... 81

3.4.1 Berfikir kritis ... 81

3.4.1.1 Definisi Konseptual ... 81

3.4.1.2 Operasional Tindakan ... 81

3.4.2 Proses pembelajaran Problem Based Learning ... 81

.3.4.2 1. Definisi Konseptual ... 81

3.4.2.2 Operasional Tindakan ... 82

3.5 Prosedur Penelitian ... 85

3.6 Tehnik pengumpulan Data ... 88

3.7 Kisi-kisi Instrumen berfikir kritis ... 90

3.7.1 Indikator Penelitian ... 93

3.8 Kisi-kisi Aktivitas Belajar ... 94

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Siklus Pertama...94

4.1.1 Perencanaan ...94

4.1.2 Pelaksanaan Penelitian ...96

4.1.3 Tahap Observasi dan evaluasi ... 99

4.1.4 Tahap Analisis dan Refleksi...103

4.1.5. Rekomendasi...106

4.2 Hasil Penelitian Siklus Kedua... 107

4.2.1 Tahap perencanaan Siklus Kedua...107

4.2.2. Tahap pelaksanaan Siklus Kedua... 111

4.2.3 Tahap Observasi dan evaluasi ... 113

4.2.4 Tahap Analisis dan Refleksi... 118

(15)

4.3.1 Tahap perencanaan Siklus Ketiga...124

4.3.2. Tahap pelaksanaan Siklus Ketiga...127

4.3.3 Tahap Observasi dan evaluasi ...129

4.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi...133

4.3.5. Rekomendasi...136

4.4 Analisis Antar Siklus..………. 136

4.5 Pembahasan...140

4.5.1 Proses Pembelajaran PBL mata pelajaran Sejarah kelas X Akselerasi SMA Negeri 2 Bandar Lampung... 140

4.5.2 Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis siswa...144

4.5.3 Keterbatasan Penelitian...154

V. Kesimpulan dan saran 5.1 Kesimpulan...156

5.2 Saran...156

5.3 Implikasi ... 157

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. IPKG I...162

2. IPKG 2 ...166

3. Daftar Aktivitas Siswa Siklus I... 172

4. Daftar Aktivitas Siswa Siklus 2...173

5. Daftar Aktivitas Siswa Siklus 3...174

6. Analisis Berfikir Kritis...175

7. Soal Siklus I...181

8. Soal Siklus 2...182

9. Soal Siklus 3...183

10. Silabus...184

11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SiklusI...191

12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2...193

(17)

Daftar Gambar

1.Kegiatan Siswa Siklus 1 ... 97

2. Kegiatan Siswa Siklus II ... 112

3. Kegiatan Siswa Siklus III ... 128

4.Diagram Batang Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran ... 148

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2009. prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta: Rineka Cipta.

Balitbang Puskur. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaaraan SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas

BSNP 2007, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Depdikbud. 1998. Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN No.0433/P/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional guru dan Angka Kriditnya. Dirjen Dikdasmen. Jakrta

Depdiknas, 2007, Belajar dan Berkarya Suatu Tinjauan Psikologi untuk Pengelolaan program Akselerasi, Dikdasmen,

.

--- 2008, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, SMA Suatu model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan Dan Bakat Istimewa, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

---. 2008, Pengembangan Pembelajaran, buku suplemen manajemen pembelajaran CI/BI, Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

DPR RI, 2005. Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI. 14 Th 2005). Sinar Grafika. Jakarta.

(19)

Harmanto, Gatot. 2008. Sejarah Bilingual Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1 dan 2. Yrama Widya. Bandung.

Hopkins, David. 1993. A. Teachers Guide to Classroom Reseach , Open university Press: Bristol, PA

http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1803525-bagaimana-berfikir-kritis/#ixzz1qf15YMYM

Ibrahim,M., Nur, M., 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya: University Press

Irawan, Prasetya. 1997. Teori Belajar. Bahan Ajar Program Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI) untuk Dosen Muda. PAU-PPAL Dirjen Dikti DEPDIKBUD. Jakarta.

Kartodirdjo, Sartono. 1993 Pendekatan ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta

Kurniawan, Yedi (Saduran). 1996. Training and Education of Children. Mahjubah Magazine Iran. Firdaus. Jakarta.

Liliasari, Alo, 2002, Prasangka dan konflik; Komunikasi lintas Budaya Masyarakat Multikultural, Yogyakarta, LKIS

Lie, Anita, 2002. Mempraktekkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas, Gramedia, Jakarta

Makkmun, Abin, 2003, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT Rosda karya Remaja

Mar’at, 1984 Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Meurah, Cut; Wangsa Jaya dan Yuli Katarina. 2002. Sejarah untuk SMA Kelas X. Phibetha Aneka Gama. Jakarta.

Nur,M 2001. Perkembangan Selama ANak-anak dan remaja, Surabaya PSMS. Program Pascasarjana Unesa

Nur, M. 2002. Psikologi Pendidikan: Fondasi untuk Pengajaran, Surabaya, PSMS Program Pascasarjana Unesa

Nur,M.& Wikandari, P.R 2000. Pengajaran berpusat kepada siswa dan pendekata kontruktivis dalam pengajaran. Surabaya: PSMS Program Pascasarjana Unesa

(20)

Notosusanto, 1979, Pengantar Sejarah Indonesia, PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta

Pakpahan, Rogers. 2009. Penilaian Sejarah SMA. Puspendik Balitbang Depdiknas. Jakarta.

Pargito. 2009. Bahan Ajar Metodologi Penelitian. PPS Pendidikan IPS Universitas Lampung.

---,2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen, anugerah Utama Raharja, Lampung

Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosda Karya Rofiq, M. Aunur dan Zainuri. 2010. Pengembangan Model Silabus. Makalah

disampaikan pada: Pendidikan dan Pelatihan Guru Sejarah SMA Jenjang Lanjut Tanggal 10 s.d. 23 Maret 2010 di PPPPTK PKn dan IPS Malang. Rofiq, M. Aunur dan Zainuri. 2007. Penyusunan Silabus. Makalah disampaikan

pada: Diklat Sejarah SMA Jenjang Dasar Tanggal 4 s.d. 17 Juli 2007 di PPPPTK PKn dan IPS Malang.

Riduwan, 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Alfabeta Bandung

Rusyan, A. Tabrani. 1996. Pendidikan Masa Kini dan Mendatang. Bina Mulia. Jakarta.

Sagala, Syaiful, 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Al Fabet Sanjaya, Wina, 2005. Strategi Belajar mengajar , Pusat penerbitan Universitas

Terbuka , Jakarta

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.Sukmadinata, Nana syaodih 2004 Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi,

Sardiman, 1992, Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar, Jakarta, Penerbit PT Raja Grafindo Persada

Sardiman, 2004, Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar, Jakarta, Penerbit PT Raja Grafindo Persada

Slavin, R.E1994. Educational Psichology Theory and Practise. Fourth Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2009. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

.

(21)

Teknik Instruksional (PEKERTI) untuk Dosen Muda. PAU-PPAL Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2001. Media Pembelajaran (Pembuatan dan Penggunaannya). CV Sinar Baru . Bandung.

Suhardjono, A. Aziz Hoesein dan Suharta. 1996. Pedoman Penilaian Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan Sebagai Bagian dari Angka Kridit Pengembangan Profesi Guru. Dikdasmen DEPDIKBUD. Jakarta.

Suhardjono, A. Azis Hoesein dan Suharta. 1995. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan Sebagai Bagian dari Angka Kridit Pengembangan Profesi Guru. Dikdasmen DEPDIKBUD. Jakarta.

Sukmadinata, Nana Syaodih 2004. Kurikulum dan Pembelajaran kompetensi .Kusuma Karya Bandung

Sukidin; Basrowi dan Suranto. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendekia. Surabaya.

Sumantri, Muhammad, 2001 Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Remaja Rosdakarya, Bandung

Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Adicita Karya Nusa. Jakarta.

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Suryabrata, Sumadi. 1999. Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Syani, Abdul 2012 Pluralitas Budaya di Lampung Konflik dan Solusinya, Bahan

kegiatan pemantapan penghayatan nilai-nilai sejarah, kebangsaan, pembauran bangsa dan kewarganegaraan bagi guru SMP,SMA,SMK Provinsi Lampung 16 Februari 2012 Hotel Sahid Teluk Betung Lampung Syaodah, Nana 2004 Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Yayasan

Kesuma Bandung,

Tim Puspendik. 2008. Tes Tertulis. Puspendik Balitbang Depdiknas. Jakrta. Wardiyatmiko, K. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta.

(22)

Widja, I Gde. 1989. Dasar - Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta : Debdikbud

(23)

DAFTAR TABEL

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sejarah SMA Kelas X (Silabus 2011).Semester I………

Rencana Tindakan………

Kisi-kisi Instrumen Berfikir Kritis……….… Kisi-kisi Objek berpikir Kritis Siklus I... Kisi-kisi Objek berpikir Kritis Siklus II... Kisi-kisi Objek berpikir Kritis Siklus III……….. Kisi-kisi Aktivitas Belajar... ………... Nilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I………...

Data Hasil Nilai Pelaksanaan Siklus I………... Hasil Observasi Terhadap Aktivitas dalam Pembelajaran Sejarah

Siklus I……….

Data Hasil Observasi Terhadap indikator Aktivitas dalam pembelajaran

Sejarah………..

Data Hasil penelitian berpikir kritis siswa pada siklus I ... Nilai rencana pelaksanaan pembelajaran... Data hasil nilai pelaksanaan model siklus II... Hasil observasi terhadap aktivitas dalam pembelajaran sejarah siklus II... Data Hasil observasi terhadap Indikator aktivitas dalam pembelajaran Sejarah siklus II...

Data hasil penelitian berpikir kritis siswa pada siklus II………

Nilai rencana pelaksanaan pembelajaran... Data hasil nilai pelaksanaan model siklus III... Hasil observasi aktivitas dalam pembelajaran sejarah siklus III... Data Hasil observasi Indikator aktivitas siklus III... Data hasil penelitian berpikir kritis siswa pada siklus III………….

Peningkatan Aktivitas dan sikap berpikir kritis………

(24)

DAFTAR Gambar

1. Kegiatan Siswa Siklus I……….. 97 2. Kegiatan siswa siklus II……….112

3. Kegiatan siswa siklus III………128

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

(26)

pendidikan merupakan tanggung jawab: keluarga, sekolah, masyarakat, negara dan individu. Tujuan pendidikan sangat tergantung dari proses pembelajaran. Diantara pelakunya dalam proses pembelajaran di sekolah adalah guru. Peranan guru sulit digantikan oleh yang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus lagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Tujuan utama dari pembelajaran adalah agar siswa belajar.

Bagaimanapun baiknya guru, apabila tidak terjadi proses belajar pada para siswa maka pembelajaran tidak akan baik. Sebaliknya,meskipun cara atau metode yang digunakan guru sangat sederhana tetapi apabila mendorong para siswa untuk banyak belajar cukup berhasil. Berkaitan dengan pendapat tersebut maka guru professional harus bisa memilah dan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran. supaya tujuan pendidikan dapat tercapai bagi semua siswa. Seperti yang diungkapkan Muhammad Asrori (2008: 16), setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain dalam aspek fisik, pola pikir, dan cara-cara merespon atau mempelajari sesuatu yang baru. Dalam konteks belajar, setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan dikenal berbagai strategi untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individual tersebut

(27)

siswa. Begitu komplek faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun yang berasal dari luar diri siswa. Menurut Suryabrata (2004: 55), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu keadaan di lingkungan sekitar pelajar seperti keluarga, masyarakat, lingkungan pergaulan pelajar dan sebagainya dan faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar yaitu kondisi dalam diri siswa.

Selama ini, guru di dalam pembelajaran masih merupakan figur sentral dan mengendalikan seluruh kegiatan. Pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru (teacher centered) bukan berpusat pada siswa (student centered). Guru masih secara konvensional, dengan sistem ceramah tanpa dibarengi strategi lainnya. Akibatnya, siswa tidak aktif dan kurang mendapatkan pengalaman belajar. Siswa diibaratkan sebagai gelas kosong yang siap diberi apa saja sampai penuh, sehingga proses pembelajaran kurang menarik dan membosankan serta kurang memberikan kesempatan siswa untuk aktif. Proses pembelajaran kurang melibatkan siswa dalam dirinya serta kurang mewujudkan interaksi antar siswa. Guru masih mempunyai paradigma lama, yakni mengelompokan siswa berdasarkan nilai dan memasukan siswa dalam kategori pandai dan bodoh, aktif dan tidak aktif. Kemampuan siswa dinilai dari rangking dan posisi siswapun direduksi berdasarkan angka-angka. Bagi siswa yang memperoleh angka tinggi maka akan memperoleh rangking kelas yang tinggi pula demikian sebaliknya.

(28)

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. Guru dalam menerapkan pembelajaran di kelas hendaknya memahami bahwa siswa adalah seorang individu yang berkembang dan perlu dikembangkan sesuai dengan potensinya. Dengan demikian, tugas seorang guru dalam pembelajaran hendaknya berupaya memahami siswa sesuai dengan keunikannya.

(29)

Mengingat pentingnya upaya peningkatkan hasil belajar dan kemampuan berfikir kritis siswa, maka peningkatan proses pembelajaran perlu dilakukan. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh mutu pembelajaran di dalam kelas, di samping faktor lain yang terintegrasi yaitu kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan belajar yang konduksif, buku sumber, administrasi sekolah, manajemen sekolah, serta dukungan dari masyarakat. Dinyatakan dalam Konsep

Dasar Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Depdiknas, 2003:23): ”Pembelajaran

merupakan kegiatan utama di sekolah. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi, strategi, dan teknik sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa,

karakteristik guru, dan kondisi nyata sumberdaya yang tersedia di sekolah”.

(30)

learning dengan harapan dapat memunculkan sikap berfikir kritis. Selama ini, pembelajaran pada program akselerasi kurang bervariasi, untuk mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal dan memacu kecerdasan spiritual, inteletual dan emosionalnya maka diperlukan sikap untuk berinisiatif dalam menjawab soal-soal yang berbasis masalah dan belum disampaikan oleh guru sehingga kemampuan berfikir masih dangkal. Hal ini menunjukkan kemampuan berfikir kritisnya belum muncul dan masih rendah. Hendaknya siswa yang mengerjakan tugas beranggapan sebagai suatu kebutuhan untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit demi sedikit. Penting bagi siswa untuk mengetahui manfaat belajar, menggunakan pengetahuan dan keterampilan. Transfer belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan menyajikan suatu pembelajaran yang dapat mengajak siswa membangun pengetahuan yang sudah dimilikinya serta mengkaitkan materi belajar dengan dunia nyata. Pembelajaran seperti ini dapat disajikan melalui pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL).

(31)

Untuk merealisasikan Strategi PBL diperlukan peran siswa agar dapat aktif bahkan mampu berfikir kritis, Indikator kemampuan berpikir kritis beragam, siswa dikatakan berfikir kritis rendah apabila perhatiannya kurang, semangat juang rendah, malas belajar, malas jalan sendiri, ketergantungan, mau jalan jika dipaksa, konsentrasi kurang, mudah berkeluh kesah dan pesimis ketika menghadapi permasalahan. Kondisi ini terjadi di kelas akselerasi jurusan IPA, yang memiliki kecenderungan acuh terhadap terhadap mata pelajaran IPS (sejarah).

Berdasarkan kondisi yang terjadi, peneliti perlu mencari strategi yang mampu membuat siswa termotivasi untuk belajar sehingga terjadi pembelajaran yang kondusif dan bermakna. Strategi yang peneliti pilih untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa adalah Strategi belajar berbasis masalah yang digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan melibatkan aktivitas siswa, sehingga kemampuan untuk berfikir kritis muncul dan berdampak pada hasil belajar yang baik. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model sejarah, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

Menurut hal-hal di atas jelas bahwa pembelajaran sejarah harus bermuara pada pemecahan masalah, sebagai esensi secara kumulatif dari kemampuan–

kemampuan yang harus dikuasai siswa. Pendapat ahli menegaskan bahwa:”Dalam

(32)

masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai

konsep sejarah” (Depdiknas, 2005: 45).

PBL dapat digambarkan sebagai proses untuk menuju pada pemahaman konsep, penalaran, dan pemecahan masalah. Masalah yang dihadapkan kepada siswa dalam proses pembelajaran disediakan sebagai suatu fokus dari keterampilan berpikir siswa untuk memecahkan masalah. Pembelajaran seperti ini untuk mengkondisikan agar siswa mau belajar dengan sendirinya, yang pada ahirnya hasil belajar siswa lebih baik Tentu saja menuntut bimbingan yang lebih intensif dari guru, sehingga muncul interaksi multi arah, yaitu interaksi antar siswa, dari siswa ke guru, serta yang tidak kalah penting adalah interaksi antar siswa dengan bahan ajar. Artinya PBL dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan kajian di atas maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis melalui Problem Based Learning dalam mata pelajaran sejarah di kelas X akselerasi di SMA Negeri 2 Bandar Lampung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Guru sejarah masih sangat dominan peranannya dalam proses pembelajaran di kelas X akselerasi SMA Negeri 2 Bandar Lampung.

2. Guru sejarah dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran masih

(33)

3. Untuk mencegah iklim kelas yang dapat mengembangkan potensi keunggulan siswa sehingga pembelajaran sejarah yang dilakukan mengarah pada konteks permasalahan.

4. Strategi pembelajaran yang digunakan guru di kelas X akselerasi SMA Negeri 2 Bandar Lampung. masih konvensional atau belum berorientasi pada Problrm Based Learning.

5. Kemampuan berfikir kritis siswa di kelas X akselerasi SMA Negeri 2 Bandar Lampung. pada bidang studi sejarah masih rendah.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini difokuskan kepada kemampuan berpikir kritis siswa melalui Problem Based Learning pada mata pelajaran sejarah kelas X akselerasi SMA Negeri 2 Bandar Lampung.

1.4 Perumusan Masalah:

1) Bagaimanakah proses pembelajaran Problem Based Learning dalam mata

pelajaran sejarah kelas X Akselerasi di SMA Negeri 2 Bandar Lampung? 2) Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata

pelajaran sejarah kelas X Akselerasi di SMA Negeri 2 Bandar Lampung melalui pembelajaran Problem Based Learning?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mendekripsikan:

1) Proses pembelajaran Proses Based Learning mata pelajaran sejarah kelas X

(34)

2) Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah kelas X Akselerasi di SMA Negeri 2 Bandar Lampung melalui pembelajaran Problem Based Learning.

1.6 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian diharapkan memberikan sumbangsih bagi pengembangan pendidikan Sejarah . Secara praktis penelitian ini bermanfaat:

1.6.1 Bagi Siswa

a. Meningkatkan pemahaman tingkat berfikir siswa

b. Memberi solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. c. Meningkatkan kepekaan terhadap masalah sosial melalui berfikir kritis d. Penerapan Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa.

1.6.2 Bagi Guru

a. Sebagai referensi untuk menerapkan pendekatan model pembelajaran

Problem Based Learning

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengadakan penelitian tentang

tingkat berfikir kritis siswa 1.6.3 Bagi Sekolah

a. Sebagai sumbangan penelitian dalam rangka mengembangkan ilmu

pengetahuan di sekolah

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Kepala Sekolah melakuan kajian

(35)

1.7 Ruang Lingkup

1.7.1 Ruang Lingkup Penelitian

(36)

1.7.2 Ruang Lingkup Ilmu

(37)

siswa tetapi juga harus mengajarkan tentang makna dan nilai-nilai atas ilmu pengetahuan itu untuk kepentingan kehidupan siswa kearah yang lebih baik. Unsur terpenting dari sejarah adalah kejadian masa lalu, dengan konsep dasar manusia, ruang dan waktu terkait dengan peristiwa masa lampau dan bersifat kronologi, berdasarkan urutan waktu kejadian. Atas dasar ini maka sejarah harus mengenai sasaran kebutuhan siswa agar tidak terlalu banyak diberi hal abstrak tapi hal yang nyata dan berguna bagi siswa. Oleh karena itu dalam penelitian berkonsentrasi pada sejarah sebagai bagian kawasan IPS dengan standar kompetensi memahami prinsif dasar ilmu sejarah dan kompetensi dasar mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra aksara dan masa aksara yang diaksanakan pada semester ganjil kelas X tahun pelajaran 2011-2012

(38)
(39)

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Program Akselerasi

Program akselerasi adalah layanan penyelenggaraan pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa dengan tujuan: (1) memberikan pelayanan pendidikan sesuai kecerdasan kemampuan peserta didik, sehingga peserta didik dapat belajar optimal. (2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat menyelesaikan program pendidikannya sesuai kecepatan belajarnya, sehingga dapat selesai lebih awal dari waktu yang dijadwalkan dari peserta didik biasa. (3) Mengefektifkan pelayanan pembelajaran dan meningkatkan efesiensi penyelenggaraan pendidikan dalam rangka mempercepat proses penyediaan SDM yang berkualitas. (4) Memberikan motivasi belajar kepada peserta didik melalui metode dan tekhnik pembelajaran yang menantang. Dan (4) membantu pemerintah dalam meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan secara swadaya.

(40)

kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual namun juga berbagai jenis kemampuan lainnya yang yang disebut oleh Gardner dengan teorinya yang dikenal Multiple Inteligences (1983) yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, kecerdasan logikan, kecerdasan matematikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam proses percepatan belajar ini dibatasi hanya pada kemampuan intelektual umum saja,

Untuk pendekatan unidimensional, criteria yang digunakan hanya semata-mata skor IQ saja. Secara operasional batasan kemampuan intelektual umum yang digunakan adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 skala Wechsler. Sedangkan untuk pendekatan multidimensional criteria yang digunaan lebih dari satu. Dalam hal ini batasan yang digunakan adalah mereka yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas (ditetapkan skor IQ 125 keatas skala Wechsler), dimensi kreativitas cukup (ditetapkan skor CQ dalam nilai baku cukup) dan pengikatan diri terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik).

(41)

oleh fihak sekolah maka definisi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program percepatan belajar adalah Mereka yang oleh psikolok dan/guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi memuaskan dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitasyang memadai dan keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik. Untuk mendapatkan peserta didik yang disampaikan 14 ciri-ciri keberbakatan yang telah memiiki korelasi yng signifikan dengan tiga aspek tersebut (Balitbang Depdikbud, 1986): (1) lancar berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya), (2) memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan, (3) memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir kritis dan logis, (4) mampu belajar/ bekerja secara mandiri, (5) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), (6) mempunyai tujuan yang jelas dalam kegiatan atau perbuatan, (6) cermat atau teliti dalam mengamati, (7) memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah, (8) mempunyai minat luas, (9) mempunyai daya inajinasi yang tinggi, (10) belajar dengan mudah dan cepat, (11) mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat, (12) mampu berkonsentrasi dan (13) tidak memerlukan dorongan (Motivasi) dari luar

(42)

tidak membolehkan seseorang peserta didik melaju melampaui rombongan belajarnya. Model ini dengan demikian membebaskan peserta didik berpeluang melaju kencang sesuai dengan kemampuannya dalam bidang studi yang ditetapkan sebagai bidang studi yang diakelerasikan.

(43)

tampak wariasi aksiran yang masing-masing siswa atas ragaman pokok bahasan yang telah dikuasai oleh setiap siswa.

Setiap bidang studi akan disediakan jejak rekam visual sendiri yang didalamnya memuat nama siswa dan urutan pokok bahasan. Secara tradisional diujudkan dalam tabel yang ditulis dalam kertas manila ditempel pada dinding kelas, namun dalam sajian yang lebih modern dapat disajikan dalam komputer yang setiap saat dapat dibuka oleh siswa sendiri dan dilakukan perubahan kemajuan penguasaan pokok bahasan oleh siswa , namun melalui jejak rekam ber-IT menuntut sekolah atau semua siswa mampu mengoperasionalkan komputer.

(44)

dapat melakukan kerjasama dalam memperoleh bahan ajar seperti upaya memperoleh pemahaman materi.

Kedudukan guru sebagai fasilitator dan konsultan pembelajaran bagi siswa yang memerlukan sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat terjadi didalam maupun diluar kelas. Variasi pembelajaran menjadi variatif karena siswa dengan kemajuan yang berbeda dapat pula tinggal didalam kelas untuk bersama belajar menguasai pokok bahasan namun dapat dilakukan diluar kelas. Pelaksanaan pembelajaran model akselerasi ini karena dapat berlangsung diluar kelas bahkan diluar sekolah, maka sangat memungkinkan terjadinya pembelajaran terjadwal di kelas.

(45)

bobot evaluasi harus diperhatikan, apabila permintaan evaluasi dari siswa tertunda akibat belum tersedianya evaluasi kemajuan penguasaan pokok bahasan maka makna akselerasi akan hilang sebab layanan percepatann berarti tidak dapat terpenuhi.

Prinsif yang dikembangkan dalam model ini adalah prinsif stelsel aktif yang sangat menekankan keaktifan siswa berinisiatif dan kreatif bagi kemajuan belajar sendiri tanpa harus dibarengkan dengan peserta didik lain. Apabila percepatan ini benar-benar terjadi dan tidak ada hambatan tehnis yang menghalangi maka dimungkinkan terjadi waktu tersisa sehingga ada kemungkinan yang bakal terjadi yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah: (1) sekolah akan punya peluang besar untuk melakukan pengayaan atas materi yang dipandang penting dan sulit, (2) dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan penguasaan bidang studi khusus untuk pembinaan olimpiade MIPA.

2.2 Berpikir Kritis dalam pembelajaran Sejarah

(46)

masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah (Sukmadinata, Nana,2004: 177) Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating), (Sukmadinata, 2004:176)

(47)

Tabel 2.1 Indikator-Indikator dari Kemampuan Berfikir Kritis

Kemampuan Berfikir Kritis Indikator-indikator

Merumuskan masalah - Memformulasi pertanyaan yang mengarahkan investigasi

Memberikan argument - Argumen sesuai dengan kebutuhan - menunjukkan persamaan dan perbedaan

Melakukan deduksi - Pengambilan kesimpulan untuk suatu atau beberapa kasus khusus yang didasarkan kepada suatu fakta umum Melakukan induksi - Pengambilan kesimpulan yang

diperoleh dari fakta-fakta khusus Melakukan evaluasi - Mengevaluasi berdasarkan fakta

- Memberikan alternatif lain Mengambil keputusan dan

tindakan

- Menentukan jalan keluar

- Memilih kemungkinan yang akan dilaksanakan

Sumber : Modifikasi dari Ennis, 1985 dalam Arnyana 2004 2.2.1 Langkah-Langkah Berpikir Kritis

Berfikir kritis merupakan tahap berfikir tingkat tinggi dari seseorang. Memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

1) Penentuan isu, masalah, rencana atau kegiatan pokok yang akan dikaji. Pokok yang akan dikaji perlu ditentukan dan dirumuskan dengan jelas sebab akan menjadi fokus kajian.

2) Sudut pandang. Dari sudut pandang mana pokok kajian tersebut akan dikaji. Kemacetan lalu lintas umpamanya dapat dilihat dari sudut tata kota, disiplin, ekonomi, kesehatan, dll.

3) Alasan pemilihan pokok kajian. Setiap pemilihan pokok kajian perlu memiliki alasan yang kuat. Alasan-alasan tersebut akan menjelaskan pentingnya pokok kajian.

4) Perumusan asumsi. Asumsi adalah idea atau pemikiran-pemikiran dasar yang dijadikan pegangan dalam mengkaji suatu pokok kajian. Asumsi-asumsi tersebut menentukan arah dari kajian.

5) Penggunaan bahasa yang jelas. Bahasa merupakan alat berpikir. Penggunaan bahasa yang jelas dalam merumuskan, dan mengkaji masalah akan meningkatkan kemampuan berpikir.

(48)

kenyataan ini bisa bersumber dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, informasi dari pemegang kekuasaan atau data statistik. 7) Kesimpulan yang diharapkan. Rumusan tentang

kesimpulan-kesimpulan apa yang diharapkan diperoleh dari kajian tersebut. Kesimpulan merupakan hasil akhir dari suatu kajian. Rumusan kesimpulan hendaknya didasari oleh logika berpikir, alasan, dan fakta-fakta nyata.

8) Implikasi dari kesimpulan. Suatu kesimpulan memiliki beberapa implikasi bagi penerapannya. Implikasi ini terkait dengan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan hasil, saran, dan pemecahan masalah maupun mengatasi hambatan dan dampak-dampak negatif.(Sukmadinata, Nana, 2004:177)

Kedelapan langkah berpikir kritis dapat digunakan untuk mengkaji berbagai isu, masalah atau merencanakan suatu kegiatan atau proyek. Khusus untuk pemecahan masalah kedelapan langkah tersebut dapat dipadatkan menjadi empat langkah saja, yaitu : (1) perumusan dan pembatasan masalah, (2) perumusan hasil-hasil yang ingin dicapai, (3) pemecahan yang bisa dilakukan serta alasannya, dan (4) kesimpulan. Pembelajaran seperti halnya dalam kehidupan masyarakat, siswa dituntut untuk membedakan sesuatu yang benar dan salah, baik dan buruk. Dengan mengabaikan dasar-dasar pertimbangan moral, apakah nilai absolut yang bersumber dari agama, atau nilai relatif tergantung pada lingkungan dan budaya, orang selalu dituntut untuk memberikan pertimbangan nilai.

Minimal ada tiga hal pokok berkenaan dengan berpikir kritis dalam masalah etika. Pertama, prinsip-prinsip moral yang menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Wilson (1993) “kepekaan moral”, meliputi

kewajiban, kasih sayang, keterbukaan dan pengendalian diri”. Orang yang

(49)

lingkungan pekerjaan. Supaya bisa berfikir secara kritis melibatkan suatu rangkaian yang terintegrasi tentang kemampuan dan sikap berfikir, berfikir secara aktif dengan menggunakan intelegensia, pengetahuan, dan ketrampilan diri untuk menjawab pertanyaan, dengan cermat menggali situasi dengan cara mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan relevan, berfikir untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah berbagai ide dan mencapai kesimpulan yang berguna, mendiskusikan ide kedalam suatu cara yang terorganisasi untuk pertukaran dan menggali ide dengan orang lain.

Sebagai seorang profesional berfikir kreatif harus selalu melihat kedepan, profesional tidak boleh membiarkan berfikir menjadi sesuatu yang rutin atau standar. Seorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru, seorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang paling efektif dan ilmiah dan memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain. Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki kita menjadi lebih mampu untuk membetuk asumsi, ide-ide dan membuat simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar

(50)

diri, tetapi juga dasar dalam interaksi dengan orang lain, kebersamaan, kerjasama, dst. Prinsip lain adalah ketiga prinsip dari ilmu pengetahuan modern, yaitu : interdependensi, diferensiasi, dan organisasi diri. Manusia dalam kehidupannya saling tergantung, dalam kesaling-tergantungan ini harus tercipta harmoni. Perbuatan yang mengarah pada penciptaan harmonis adalah bermoral, sedang yang merusak harmoni itu tidak bermoral. Dalam perkembangan manusia baik sebagai individu maupun masyarakat, terjadi diferensiasi, berkembang ke arah keberagaman. Mengakui dan menghargai keragaman, perbedaan antar orang itu bermoral, sedangkan mengabaikan keberagaman, menyamakan setiap orang itu kurang bermoral.

Manusia adalah organisme yang dapat mengelola dirinya sendiri. Setiap orang mampu dan harus mengelola, memimpin, dan mengatur dirinya sendiri. Mengakui dan menghargai kemampuan orang untuk mengelola dirinya sendiri adalah bermoral, dan mengingkari kemampuan tersebut adalah kurang bermoral.

Kedua, kewajiban (moral) yang muncul dari hubungan. Manusia hidup dalam saling hubungan dengan yang lain, bukan dalam isolasi. Seorang pemikir kritis mencoba memahami tanggungjawabnya. Apa yang harus dia lakukan dalam menjalin persahabatan dengan teman, apa tugas dan kewajibannya sebagai pegawai, sebagai warga masyarakat dan sebagai warga Negara.

(51)

prinsip-prinsip moral yang kuat, mencari pemecahan dan akibat yang tidak merugikan orang lain. Berpikir kritis adalah suatu kegiatan mental dari seorang yang toleran dengan jiwa terbuka untuk memperluas pemahaman. Pemikir kritis selalu menguji proses pemikirannya agar tercapai pemahaman yang sempurna

2.3 Belajar dan Pembelajaran Sejarah

Belajar adalah proses berpikir. Dalam berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui proses interaksi secara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (self regulated).

Melalui belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir. Aktualisasi potensi ini sangat berguna bagi manusia untuk dapat menyesuaikan diri demi pemenuhan kebutuhannya. Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, definisi belajar dari beberapa ahli dalam Purwanto (2003:84) di antaranya:

1) Gagne dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke dalam waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

(52)

3) Witherington dalam buku Educational Psycology mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau pengertian.

Sementara dalam Darsono (2000:3-4) definisi belajar dari beberapa ahli di antaranya :

1) Morris L. Bigge dalam buku Learning Theories for Theacers (1992) mengemukakan belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis. Perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi tertentu.

2) Marle J. Moskowitz dan Arthur R. Orgel dalam buku General Psychology (1975) mengemukakan belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak lahir.

3) James O. Whittaker dalam buku Introduction to Psycholog (1970) mendefinisikan belajar sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman. Perubahan itu tidak termasuk perubahan fisik, kematangan, karena sakit, kelelahan, dan pengaruh obat-obatan.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, menurut Purwanto (2003:85) dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu :

1) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

(53)

pengertian, pemecahan suatu masalah/ berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.

Berdasarkan definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk mengadakan perubahan dalam dirinya secara keseluruhan baik berupa pengalaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku sebagai akibat dari latihan serta interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian belajar yang merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (Sagala : 2003). Sedangkan Garret dalam Sagala (2003 : 13) menyatakan bahwa :

”Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang tertentu lama melalui latihan pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu

perangsang”.

(54)

guru dengan tujuan memperlancar proses belajar. Belajar yang terbaik ialah dengan mengalami sendiri, dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca indera. Hal-hal yang pokok dalam “belajar” adalah bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual maupun potensial, bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 20 menyatakan ”pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar”. Dari pernyataan tersebut agar pembelajaran

dikatakan berhasil, harus ada interaksi antara siswa sebagai peserta didik dengan guru sebagai pendidik maupun dengan sumber belajar. Selanjutnya menurut Dimyati dalam Sagala (2005 : 62) memberikan pengertian

pembelajaran adalah ”kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dari pengertian tersebut, agar pembelajaran sejarah berjalan dengan baik guru harus mempersiapkan bahan belajar sebelum proses pembelajaran dimulai.

(55)

menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi teror dan kekacauan dalam kehidupan kita.

Tujuan mata pelajaran sejarah di sekolah adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

1) Agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah.

2) Membangun kesadaran akan pentingnya waktu (time) yang

merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan.

3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta-fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan (sejarah)

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban Bangsa Indonesia di masa lampau. 5) Menumbuhkan pemahaman terhadap peserta didik bahwa proses

terbentuknya Bangsa Indonesia melalui proses yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang. 6) Menumbuhkan kesadaran dalam peserta didik bahwa mereka

(56)

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggung jawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.

Pembelajaran sejarah merupakan sutau kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif yang mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajaran sejarah secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pembelajaran (Widarwati, 2007:17)

(57)

berdasarkan rentang waktu. Dipandang dari dimensi pembelajaran sejarah dalam kelas tatap dominan sekalipun tehnologi yang dapat dimanfaatkan dalamproses pembelajaran berkembang amat cepat . Hal ini disebabkan ada dimensi-dimensi proses pendidikan atau lebih khusus lagi proses pembelajarn sejarah , yang diperankan oleh guru sejarah yang tidak dapat digantikan oleh tehnologi

2. 4. Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Sejarah

(58)

Pembelajaran dengan membiasakan siswa untuk melakukan sendiri, menemukan masalah dan memecahkan masalah, dengan berkolaborasi untuk saling bertukar pikiran dengan sesama teman dan keaktifan siswa. Sejarah merupakan bagian dari disiplin ilmu yang tidak hanya bersifat pengetahuan, tetapi juga belajar konsep mengapa peristiwa itu terjadi yang memerlukan pemahaman, dan analisa mengenai suatu peristiwa sejarah sehingga mampu merangsang untuk berfikir tingkat tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk didalamnya bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000 ; 2)

” Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti project

based teaching (pembelajaran proyek), experience based education (pendidikan berdasarkan pengalaman), authentic learning (pembelajaran autentik), dan anchored instruction (pembelajaran berakar pada kehidupan

nyata)”. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah

menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan tanpa guru, mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar PBL terdiri dari penyajian situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan.

(59)

2.4.1 Ciri-ciri Problem Based Learning

ciri-ciri Problem Based Learning sebagai berikut: (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. Misalnya, dalam mata pelajaran Sejarah Nasional Indonesia tentang kehidupan manusia pra sejarah seperti kehidupan sosial ekonomi yang bersifat foodproduction dan masyarakat sendenter yang tidak lagi selalu berpindah tempat tinggal dan hidup dengan mencari bahan makanan tetapi sudah memproduksi makanan dari bahan-bahan yang sudah mereka tanam. (2) Berfokus pada keterkaitan antara disiplin

Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Sejarah, Ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata agar dalam pemecahanya siswa meninjau masalah itu dari perspektif mata pelajaran lain

(60)

(3) Penyelidikan autentik

Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefenisikan masalah, mengembangkan hipotesis d (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Sehingga strategi penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari. (4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk itu dapat berupa transkip debat, laporan model fisik, video atau program computer (Ibrahim dan Nur, 2000:5-7).

Misalnya, dalam pelajaran sejarah tentang kebudayaan Indonesia pada masa neolitikum dan megalitikum dapat ditampilkan gambar dan photo.

(61)

sehingga didapatkan kesimpulan, di samping itu Problem Based Learning hendaknya berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu dan dapat menghasilkan berbagai solusi dari suatu permasalahan.

Strategi pembelajaran Problem Based Learning dapat ditetapkan :

a. Guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat

materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.

b. Apabila guru bermaksud untuk menggembangkan keterampilan

berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.

c. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.

d. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab

dalam belajarnya.

e. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang

dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).

(62)

2.4.2 Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning

Tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir, memusatkan keterkaitan antardisiplin. Penyelidikan autentik, kerjasama, dan meghasilkan karya. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan:1)Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik, 3) Menjadi pembelajar yang mandiri

Tentang berpikir tingkat tinggi, Resnick (1987) memberikan penjelasan sebagai berikut :

1 . Berpikir tingkat tinggi adalah nonalgoritmik, yaitu alur tindakan yang tidak sepenuhnya dapat ditetapkan sebelumnya.

2. Berpikir tingkat tinggi adalah cenderung kompleks. Keseluruhan

alurnya tidak dapat diamati dari satu sudut pandang.

3. Berpikir tingkat tinggi sering kali menghasilkan banyak solusi, masing-Masing dengan keuntungan dan kerugian.

4 . Berpikir tingkat tinggi melibatkan pertimbangan dan interpretasi. 5. Berpikir tingkat tinggi melibatkan penerapan banyak kriteria,

yang kadang- kadang bertentangan satu dengan lainnya.

6. Berpikir tingkat tinggi seringkali melibatkan ketidakpastian.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas tidak selamanya diketahui.

(63)

berpikir. Kita tidak mengakui sebagai berpikir tingkat tinggi pada seseorang jika ada orang lain membantunya setiap saat. 8. Berpikir tingkat tinggi melibatkan pencarian makna, menemukan

struktur pada keadaan yang tampaknya tidak teratur.

9. Berpikir tingkat tinggi adalah kerja keras. Ada pengerahan kerja mental besar besaran saat melakukan berbagai jenis elaborasi dan pertimbangan yang dibutuhkan.

a. ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah

(64)

b. Pemodelan Peran Orang Dewasa

Resnick juga memberikan rasional tentang bagaiman pengajaran berbasis masalah membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar tentang pentingnya peran orang dewasa. Dalam banyak hal pengajaran berbasis masalah bersesuaian dengan aktivitas mental di luar sekolah sebagaimana yang diperankan oleh orang dewasa.

1) Pembelajaran berbasis masalah mendorong kerja sama dalam

menyelesaikan tugas.

2) Pembelajaran berbasis masalah memiliki unsur-unsur belajar

magang. Hal ini tersebut mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat memahami peran penting dari aktivitas mental dan belajar yang terjadi di luar sekolah. 3) Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam

penyelidikan pilihhan sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena tersebut.

c. Pembelajaran Otonom dan Mandiri

(65)

sendiri. Dengan begitu, siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya kelak

2.4.3 Tahapan Problem Based Learning

Di dalam Problem Based Learning diperlukan tahap-tahap penerapanya, sehingga penerapannya tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaanya. Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan PBL. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah PBL yang kemudian dia namakan pemecahan masalah (problem solving), yaitu :

1. merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah

yang akan dipecahkan.

2. menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara

kritis dari berbagai sudut pandang.

3. merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4. mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5. pengujian hipotesis, yaitu langka siswa mengambil atau

Gambar

Tabel
Tabel 2.1 Indikator-Indikator dari Kemampuan Berfikir Kritis
Tabel. 3.1 Rencana Tindakan
Tabel.3.2  Kisi-kisi Instrumen Tes Berfikir kritis
+4

Referensi

Dokumen terkait

Karena pilihan karier remaja bergantung pada persetujuan antara pemahaman dirinya dan pekerjaan yang akan dijalaninya; (b) Konselor diharapkan membantu memecahkan

Kepada guru mata pelajaran Pedidikan Kewarganegaraan agar dapat memberikan pemahaman dan pengertian tentang arti penting dari budaya daerah sebagai identitas bangsa

Sedangkan pemahaman konsep matematis siswa sebagai variabel terikat (Y). Pemahaman konsep merupakan modal penting bagi siswa untuk dapat menerapkan matematika dalam

Sedangkan pemahaman konsep matematis siswa sebagai variabel terikat (Y). Pemahaman konsep merupakan modal penting bagi siswa untuk dapat menerapkan matematika dalam

(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah proses individu menguasai dengan cara menerima dan memahami informasi

Problem Based Learning (PBL) disertai jurnal penelitian dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X-8 SMA Negeri 2 Boyolali.. Kata kunci : Problem

Berdasarkan pengertian PBL maka dapat disimpulkan bahwa, PBL adalah model pembelajaran yang memusatkan pembelajaran kepada peserta didik untuk memecahkan suatu masalah