• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa mengenyam pendidikan sama sekali, mustahil manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia sesuai dengan pandangan hidup mereka. Pendidikan juga merupakan proses interaksi antar individu maupun individu dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu yang bersangkutan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak kearah suatu tujuan yang dinilai tinggi, yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan serta memiliki sifat yang benar. Pendidikan yang berhasil adalah usaha yang berhasil membawa anak didik pada tujuan yang diharapkan.

(18)

2

pembelajaran. Sebaliknya, proses pembelajaran yang monoton cenderung membuat peserta didik menjadi bosan dan pasif. Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu dilakukan secara optimal pada semua mata pelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika.

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan kemampuan berpikir, karena itu matematika sangat diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari, sehingga matematika perlu diberikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi. Oleh karena itu, banyak siswa yang secara sadar mengakui pentingnya matematika, bahkan para orang tua sering memaksa mereka untuk mengikuti pelajaran tambahan. Ini membuat anak merasa terpaksa mem-pelajari matematika, sehingga kurang tertarik dengan matematika. Akibatnya anak akan kesulitan memahami dan menguasai matematika.

(19)

3

Dalam pembelajaran, pemahaman konsep merupakan faktor yang sangat penting, karena pemahaman konsep yang dicapai siswa tidak dapat dipisahkan dengan masalah pembelajaran yang merupakan alat untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang diajarkan. Untuk mencapai pemahaman konsep yang baik diperlukan suasana belajar yang tepat, agar siswa senantiasa meningkatkan aktivitas belajarnya. Proses pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan demikian, diharapkan pemahaman konsep siswa dapat meningkat.

Uno (2006:125) mengungkapkan bahwa untuk mempelajari matematika hendaknya berprinsip pada: (1) Materi matematika disusun menurut urutan tertentu atau tiap topik matematika berdasarkan subtopik tertentu; (2) Seorang siswa dapat memahami suatu topik matematika jika ia telah memahami subtopik pendukung atau pra-syaratnya, (3) Perbedaan kemampuan antarsiswa dalam mempelajari atau memahami suatu topik matematika dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh perbedaan penguasaan subtopik prasyaratnya; (4) Penguasaan topik baru oleh siswa tergantung pada penguasaan topik sebelumnya. Hal ini berarti bahwa pemahaman suatu konsep matematika sangat diperlukan siswa untuk dapat memahami materi pembelajaran matematika berikutnya dengan baik.

(20)

4

Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini, siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka lebih tertarik dalam pembelajaran dan memahami satu sama lain. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi satu sama lain adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari ketrampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe, salah satunya Student Teams Achievement Divisions (STAD). STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana yang mana siswa ditempatkan dalam tim belajar heterogen berdasarkan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang beranggotakan tiga sampai enam orang. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim, selanjutnya diadakan kuis untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

(21)

5

tipe STAD dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa kelas XPM semester ganjil SMKN 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Apakah penerapan model pembelajarn kooperatif tipe STAD efektif

digunakan dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa ?”

Dari rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan pertanyaan sebagai berikut: Apakah rata-rata peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan rata-rata peningkatan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

(22)

6

2. Bagi guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

3. Bagi siswa, menumbuhkan semangat saling tolong-menolong dan kerja sama, meningkatkan daya tarik siswa terhadap matematika, dan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan pendekatan konvensional.

2. Pemahaman konsep matematis adalah pengertian abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan objek atau kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut. Adapun indikator pemahaman konsep adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

(23)

7

e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep atau pemecahan masalah.

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil (4 sampai 5 orang ) yang heterogen, untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran dikelas. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terdiri dari 5 kompone utama,yaitu presentasi kelas, kegiatan kelompok, evaluasi, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.

(24)

8

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005:24) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai.

(25)

9 jika mampu memberikan pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta didik harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif, dan terarah pada tujuan dan pembentukkan kompetensi peserta didik. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai. Lebih lanjut, Satria (2005) menyatakan bahwa efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam penelitian ini, efektivitas dikatakan tercapai bila rata-rata peningkatan pemahaman konsep pada pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada rata-rata peningkatan pemahaman konsep pada pembelajaran konvensional.

2. Belajar

(26)

10 Mustaqim dan Wahib (1991:62) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan baik lahir maupun batin, tidak hanya perubahan tingkah laku yang tampak melainkan juga perubahan yang tidak tampak dan perubahan itu adalah perubahan yang positif bukan negatif. Perubahan positif yang dimaksud adalah perubahan menuju ke arah kemajuan atau perbaikan, sedangkan perubahan negatif merupakan perubahan yang menuju ke arah kemunduran.

Abdurrahman (2003: 28) mengemukakan bahwa, “Belajar merupakan suatu proses seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut dengan hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, disimpulkan bahwa belajar adalah seluruh aktivitas baik fisik maupun psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku positif yang terjadi melalui proses interaksi dengan lingkungannya .

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(27)

11 Hal ini sesuai dengan Slavin (2008:284) yang mengatakan

Pembelajaran kooperatif mengondisikan siswa belajar dalam kelompok kecil, dimana mereka saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua siswa dalam kelompok tersebut mencapai hasil belajar yang tinggi.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep-konsep yang dianggap sukar dengan cara mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan teman kelompoknya.

STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat sampai enam orang yang merupakan campuran menurut tingkat kemampuan dan jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan materi yang sedang dipelajari.

Slavin (2008 : 143) mengatakan bahwa dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari tiga sampai empat siswa. Teknik instruksional model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima langkah yaitu:

1. Presentasi. Materi dipresentasikan secara khusus di depan kelas, biasanya dengan menggunakan pendekatan konvensional seperti ceramah, diskusi atau video. Siswa harus memperhatikan dengan baik selama presentasi kelas karena akan membantu siswa dalam tes.

(28)

12 materi. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep, dan menjawab pertanyaan.

3. Kuis/tes. Pada akhir periode belajar, siswa diberikan kuis berdasarkan pada materi mingguan secara individual dan tanpa saling membantu satu dengan yang lainnya.

4. Poin perkembangan individu. Setiap siswa diberi skor dasar berdasarkan skor tes awal, kemudian siswa diberi skor untuk tes akhir. Poin peningkatan individu diberikan berdasarkan selisih antara skor tes akhir dengan skor tes awal. Dalam hal ini para siswa yang meraih prestasi rendah bisa memberikan kontribusi sebanyak mungkin pada tota nilai kelompok, seperti halnya para siswa yang lebih kemampuannya lebih tinggi.

5. Penghargaan kelompok. Setelah poin peningkatan individu diperoleh, penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan individu.

4. Pembelajaran Konvensional

(29)

13 guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru.

Menurut Hannafin (dalam Juliantara, 2009) sumber belajar dalam pembelajaran konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru atau ahli. Sumber-sumber inilah yang sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Oleh karena itu, sumber belajar (informasi) harus tersusun secara sistematis mengikuti urutan dari komponen-komponen yang kecil ke keseluruhan dan biasanya bersifat deduktif. Oleh sebab itu, apa yang terjadi selama pembelajaran jauh dari upaya-upaya untuk terjadinya pemahaman. Siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan menghafal dan menguasai potongan-potongan informasi sebagai prasyarat untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Artinya bahwa siswa yang telah mempelajari pengetahuan dasar tertentu, maka siswa diharapakan akan dapat menggabungkan sub-sub pengetahuan tersebut untuk menampilkan prilaku (hasil) belajar yang lebih kompleks.

5. Pemahaman Konsep

(30)

14 Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Carpenter (dalam Bennu, 2010) yang menyatakan “salah satu ide yang diterima secara luas dalam pendidikan matematika adalah bahwa siswa harus memahami matematika.”

Skemp (dalam Muaddab, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu pemahaman instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional (relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi.

Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah memahami mengapa hal tersebut

bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

(31)

15 dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar.

Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (dalam Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam beberapa kriteria yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Untuk menilai pemahaman konsep matematika dapat dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator dari pemahaman konsep matematika. Adapun indikator pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah :

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

(32)

16 B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa kelas X Pm SMKN 1 Bandar Lampung ini merupakan penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (X). Sedangkan pemahaman konsep matematis siswa sebagai variabel terikat (Y).

Pemahaman konsep merupakan modal penting bagi siswa untuk dapat menerapkan matematika dalam kehidupannya, sehingga manfaat pelajaran matematika benar-benar dapat dirasakan siswa. Oleh karena itu, rendahnya pemahaman konsep matematis siswa merupakan permasalahan yang harus mendapatkan perhatian serius dari guru. Permasalahan ini dapat terjadi karena proses pembelajaran yang berlangsung selama ini terpusat pada guru sehingga selama pembelajaran matematika hanya terjadi komunikasi satu arah yang menyebabkan siswa mengalami kejenuhan dan pasif selama pembelajaran.

(33)

17 Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk berperan aktif menyelesaikan masalah yang ada di kelompoknya secara bersama-sama. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok. Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif selama kegiatan pembelajaran, membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, berpikir kritis, serta memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar individu.

Model pembelajaran kooperatif ini mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang ditemui selama proses pembelajara. Pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat penting bagi siswa untuk memperoleh kenyamanan dalam mengeksplorasi pengetahuan yang di-milikinya. Hal ini dimungkinkan karena siswa akan merasa lebih nyaman jika mengemukakan pikirannya melalui diskusi dengan teman dibanding dengan guru, sehingga penguasaan terhadap materi pelajaran akan lebih baik, hal ini dapat berimplikasi pada hasil belajar yang diperoleh siswa akan menjadi lebih baik

(34)

18 guna mengembangkan pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup adanya kesenjangan dalam pemahaman materi masing-masing, sehingga menerapkan model pembelajaran kooperatif akan lebih memberdayakan siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, setelah pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD diharapkan pemahaman konsep siswa dapat meningkat. Dengan pemahaman konsep yang optimal akan membantu siswa dalam memperoleh hasil belajar yang baik.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak diperhatikan.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Hipotesis Umum

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2) Hipotesis Kerja

(35)
(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar Rineka Cipta. Jakarta

Bennu. 2010. Pemahaman Konsep. [on line]. Tersedia: http://sudarman- bennu. blogspot. com/2010/02/pemahaman-konsep.html. (01 Desember 2012)

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djarwanto. 1985. Statistika nonparametrik. Yogyakarta : BPFE

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [on line]. Tersedia: http://herdy07. wordpress.com/. (28 Agustus 2011)

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia:

http://www.kompasiana.com/ikpj. 27 Agustus 2012

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. [on line]. Tersedia: http://hafismuaddab. wordpress.com/ 2010/01/13/pemahaman-siswa/. (26 Desember 2012)

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Mustaqim dan Wahib, Abdul. 1991. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta

(37)

Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar Lampung). Unila. Bandar Lampung

Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jakarta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Sutikno, M. Sobry.2005. Pembelajaran Efektif.NTP Pres.Mataram.

Suyitno. 2004. Menjelajahi Pembelajaran Inovatif. Mass Media Buana Pustaka: Sidoarjo.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul: “ANALISIS

In this paper, by applying offset tracking technique to COSMO- SkyMed images, we were able to estimate the high-resolution and high-precision surface velocity distribution

“Analisis kesalahan siswa kelas VI SD dalam menyelesaikan soal-soal matematika berdasarkan kompetensi yang sulit pada UASBN tahun pelajaran 2007/2008 di Kecamatan

Alas sebuah prisma tegak segitiga berbentuk segitiga siku-siku.. Panjang sisi siku- sikunya 7 cm dan

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

Penulisan Ilmiah ini merupakan penerapan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic dalam kehidupan sehari-hari.Program aplikasi yang berjudul APLIKASI PENYEWAAN VCD DENGAN

Sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di dalam Microsoft Visual Basic 6.0 maka, dapat dibuat sebuah program sederhana yang

Pada KTT ASEAN Ke-12, para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 sejalan dengan Visi ASEAN 2020 dan BALI