ABSTRACT
RELATIONSHIP SELF-CONCEPT WITH CAREER OPTIONS STUDENTS CLASS X SENIOR HIGH SCHOOL 5 BANDAR
LAMPUNG LESSONS YEAR 2010/2011
By :
Samsul Prapanca
The problem in this study is the difficulty in choosing a career student. according to the analysis of this research is the impact of a weak self-concept of students. The purpose of this study was to determine the relationship between self-concept and career choice of class X 5 SMA Belfast school year 2010/2011.
This study is descriptive with analysis korelasional.Populasinya bejumlah The sample totaled 309 people and 77 people on class X High School District Belfast Year Lesson 5 2010/2011. Data collection techniques using a questionnaire self-concept and career choice, while the data analysis using contingency coefficient technique.
From the analysis of data obtained by the correlation index conduction relations self-concept and career choice C 0.37 <Cmax 0.7, based on the guidelines for the relationship that the value of the correlation coefficient C = 0.37 is in the interval 0.21 to 0.40, namely the relationship being. Thus the hypothesis is rejected nihilnya (Ha ≠ 0) and the research hypothesis (Ha) accepted. It is proved that the densest either a significant positive relationship significance of 1% or 5% between Self-concept with Career Options in Bandar Lampung SMA 5 a category of being. This means that the more positive self-concept of students, the more precise or realistic career choices of students.
The results of this study indicate that the relationship between self-concept of career options in the country five high school students are at Belfast's relationship. Based on the results of research conducted, the researchers propose the following suggestions: (a) Students are expected to develop the concept that the students were able to determine his career. Because the teen career options depend on the agreement between himself and his understanding of the work to be lived; (b) The counselor is expected to help solve problems faced by students who have a negative self-concept, (c) Schools are expected to provide information relating to the concept of self and choice career, so that students can describe themselves so as to define the concept of career choice, (d) to other researchers, should be able to use samples or different data analysis techniques so that deficiencies can be corrected in this study.
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PILIHAN KARIER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh:
Samsul Prapanca
Masalah dalam penelitian ini adalah kesulitan siswa dalam memilih karirnya. menurut analisis peneliti hal ini merupakan dampak dari konsep diri siswa yang lemah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan pilihan karir siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini ini bersifat deskriptif dengan analisis korelasional.Populasinya bejumlah 309 orang dan Sampelnya berjumlah 77 orang pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data menggunakan angket konsep diri dan pilihan karir, sedangkan analisis datanya menggunakan teknik koefisien kontingensi.
Dari hasil analisis data diperoleh indek korelasi hubungan antaran konsep diri dengan Pilihan karir C 0,37 < Cmaks 0,7, berdasarkan pedoman tingkat hubungan koefisien korelasi bahwa nilai C= 0,37 berada pada interval 0,21 – 0,40 yaitu tingkat hubungan sedang. Dengan demikian hipotesis nihilnya ditolak (Ha ≠ 0) dan hipotesis penelitian (Ha) diterima. Hal ini membuktikan bahwa terpadat hubungan positif yang signifikan baik signifikasi 1% ataupun 5% antara Konsep Diri dengan Pilihan Karier di SMA Negeri 5 Bandar Lampung dengan kategori sedang. Hal ini berarti bahwa semakin positif konsep diri siswa maka semakin tepat atau realistis pilihan karier siswa.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Hubungan antara konsep diri terhadap pilihan karir pada siswa SMA negeri 5 Bandar Lampung berada pada tingkat hubungan yang sedang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengajukan saran sebagai berikut: (a) Siswa diharapkan mampu mengembangkan konsep dirinya agar siswa mampu menentukan kariernya. Karena pilihan karier remaja bergantung pada persetujuan antara pemahaman dirinya dan pekerjaan yang akan dijalaninya; (b) Konselor diharapkan membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa yang memiliki konsep diri negatif; (c) Sekolah diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan konsep diri maupun pilihan karier, agar siswa dapat menggambarkan konsep dirinya sehingga mampu menentukan pilihan karier; (d) Kepada peneliti lain, hendaknya dapat menggunakan sampel atau teknik analisis data yang berbeda sehingga kekurangan dalam penelitian ini dapat diperbaiki.
PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2010/2011
(Skripsi)
Oleh
SAMSUL PRAPANCA (0613052044)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR ISI
2. Identifikasi Masalah... 7
3. Pembatasan Masalah... 7
4. Rumusan Masalah... 7
B. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian……….………..…. 8
1. Tujuan Penelitian………. 8
2. Manfaat Penelitian……….…………... 8
C. Kerangka Pikir... 8
D. Hipotesis Penelitian... 10
2. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri... 12
1. Pengertian Konsep Diri... 12
2. Perkembangan Konsep Diri... 13
3. Kategori Konsep Diri... 15
4. Tingkatan Konsep Diri... 15
5. Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri... 17
B. Pilihan Karier... 21
1. Pengertian Pilihan Karier... 21
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Karier... 23
3. Teori Pilihan Karier... 28
4. Perkembangan Pilihan Karier... 30
C. Remaja... 31
1. Pengertian Remaja... 31
3. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian………...……...………….. 36
B. Populasi Dan Sampel Penelitian...………..….…... 37
1. Populasi Penelitian... 37
2. Sampel Penelitian... 37
C. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional... 38
1. Variabel Penelitian... 38
2. Definisi Operasional... 39
D. Teknik Pengumpulan Data... 40
E. Pengujian Instrumen Penelitian…...………... 44
1. Validitas... 45
2. Reliabilitas... 47
F. Teknik Analisis Data... 48
1. Langkah-langkah Analisis Data... 49
2. Teknik Analisis Data... 50
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data... 56
1. Deskripsi Konsep Diri... 56
2. Deskripsi Pilihan Karier... 57
B. Hasil Analisis Data... 58
1. Uji Normalitas Angket Konsep Diri... 58
2. Uji Normalitas Angket Pilihan Karier... 59
3. Uji Hipotesis Penelitian... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi instrumen angket konsep diri dan pilihan karier... 74
2. Angket Sebelum uji coba... 75
3. Angket yang tidak memberikan kontribusi... 79
4. Angket setelah uji coba / angket penelitian... 80
5. Laporan hasil uji coba Instrumen……….. 83
6. Hasil uji coba perhitungan validitas dan reliabilitas………. 86
7. Hasil sebaran angket uji coba………. 94
8. Hasil sebaran angket penelitian………. 105
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi Sampel Penelitian... 38
2. Kisi-kisi Angket Penelitian……….... 43
3. Skor Angket Konsep diri………..…... 49
4. Skor Angket Pilihan Karier………..….………. 50
5. Klasifikasi Skor Konsep Diri……….………….…... 51
6. Klasifikasi Skor Pilihan Karier………..……….… 52
7. Interpretasi Persentase……….……….. 53
8. Klasifikasi Data Konsep Diri Siswa……… 56
9. Klasifikasi Data Pilihan Karier Siswa………. 57
10. Mencari Rata-rata dan Simpangan Baku Konsep Diri……… 58
11. Uji Normalitas data Angket Konsep Diri……… 59
12. Mencari Rata-rata dan Simpangan Baku Pilihan Karier………… 60
13. Uji Normalitas Data Angket Pilihan Karier………. 61
14. Data Mengenai Konsep Diri Dan Pilihan Karier……… 62
MOTTO
Kematangan Dan Keprofesionalan Seseorang itu Di Dasari oleh Pengalaman Serta Ilmu Dan
Berjalan Dengan Seiring Waktu
PERSEMBAHAN:
Kupanjatkan rasa syukur atas rahmat dan hidayah kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan, semangat, motivasi, dan doa untuk kesuksesanku
2. Nenekku tersayang yang selalu memberikan semangat dan menjadi motivasi keberhasilanku
3. Adiku yang tercinta Revas yang selalu memberikan do’a dan motivasi untuk kesuksesanku
4. Kakak ku Ika Nurhidaya Yang Selalu memberikan Tambahan motivasi kelulusan
5. Sahabat-sahabatku dian Sahaputra,agung prabudi,Hendra pencipta nusantara yang selalu membantuku, mendukung setiap langkahku, dan selalu mendampingiku disetiap kesulitanku
6. Para pengajar dan pendidik hidupku 7. Untuk kekasih ku……….
RIWAYAT HIDUP
Penulis Lahir di Kelurahan Sukun Kecamatan Tanjung Rejo Kota Malang Jawa Timur tanggal 5 Febuary 1987, adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Hi.Dahrul Qotni.BE Dan Ibu Hj.Nurwilis Erva M.Spg
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
1. Latar Belakang
Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus
menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya, maka
semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan
kariernya. Kemampuan remaja terutama dalam menilai, memahami dirinya
sendiri secara nyata akan sangat membantu untuk menentukan langkah
selanjutnya yaitu memilih karier dengan tepat. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa remaja yang telah memahami dan mengerti dengan baik
tentang konsep dirinya pribadi maka akan dapat membantu dalam menentukan
kariernya dengan tepat.
Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Pada masa ini, remaja mengalami banyak perubahan fisik dan psikologis.
Perubahan fisik yaitu perubahan yang berkaitan dengan fisik seperti bentuk
kemenarikan dan ketidakmenarikan diri,dan lain sebagainya. Perubahan
psikologis yaitu perubahan yang berkaitan dengan psikis seperti remaja mudah
emosi. Perubahan ini menyebabkan perubahan dalam sikap dan perilaku pada
diri remaja. Coopersmith menyatakan konsep diri dibagi menjadi 2 tingkatan:
“Pertama, konsep diri positif atau baik yang memiliki ciri : mampu melihat dirinya secara realistis, pengharapan yang realistis, harga diri yang tinggi. Kedua, konsep diri negatif atau buruk yang memiliki ciri: kurang percaya diri, pengetahuan yang tidak tepat tentang dirinya, pengharapan yang tidak realistis dan harga diri yang rendah”
(Fauzan dan Hidayah, 1992:61).
Para ahli mengemukakan rumusan tentang pengertian konsep diri, dan secara
umum konsep diri dapat diartikan sebagai pandangan serta sikap terhadap diri
sendiri yang mencakup seluruh aspek pribadi berdasarkan atas pandangan,
persepsi, pikiran, perasaan dan keyakinan individu terhadap dirinya sendiri.
Setiap individu memiliki konsep diri yang berbeda-beda. Perbedaan ini
didasarkan pada pemahaman dan pengalaman individu selama proses
perkembangannya. Fitts (Fauzan dan Hidayah, 1992: 61) menjabarkan konsep
diri dalam 5 kategori, yaitu:
Masalah yang dihadapi generasi muda saat ini adalah masalah yang
berhubungan dengan lapangan pekerjaan. Hal ini menunjukkan masalah yang
berhubungan dengan lapangan pekerjaan, perlu strategi khusus untuk
menyiapkan diri dalam persaingan memasuki dunia kerja. Untuk itu perlu suatu
bimbingan yang membantu individu mengetahui dan memahami kemampuan
dirinya, mengarahkan dirinya untuk dapat mempersiapkan diri memasuki dunia
kerja.
(Kusbandiami, 1990:16) mengemukakan bahwa:
“Masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli adalah, karena kurang adanya kesesuaian antara Self Consept (pemahaman diri/gambaran diri) dengan pengalaman. Pemahaman ini menitikberatkan pada penghargaan dan penilaian diri yang terlalu tinggi atau terlalu rendah”.
Bidang layanan dalam bimbingan konseling yang diperkirakan tepat untuk
siswa memilih karirnya adalah bimbingan karir. Bimbingan karier merupakan
salah satu pelayanan bantuan kepada siswa agar mereka memperoleh
pemahaman dunia kerja dan akhirnya mereka mampu menentukan pilihan kerja
dan menyusun perencanaan karier
Bimbingan karier merupakan bagian dari bimbingan konseling di sekolah yang
telah diimplementasikan dalam kurikulum tahun 2004 baik dalam jenjang SMP
maupun SMA. Tujuan bimbingan karier adalah membantu siswa untuk
memahami dan mengarahkan dirinya dalam proses persiapan memasuki dunia
kerja atau menyiapkan diri dalam memasuki dunia pendidikan yang lebih
diberikan kepada siswa, agar siswa mengetahui dan memahami dunia kerja atau
studi lanjut yang dijalani siswa setelah lulus dari SMA. Di SMA Negeri 5
Bandar lampung siswa kelas X telah mendapatkan materi bimbingan karier,
karena penjurusan di SMA tersebut dilaksanakan pada kelas XI. Untuk itu
materi tentang karier telah diberikan kepada siswa mulai dari kelas X, agar
siswa yang nantinya naik ke-kelas XI dapat menentukan jurusan sesuai dengan
bakat dan minat serta nilai yang telah dimiliki. Salah satu minat remaja ialah
minat pada pekerjaan. Thomas (dalam Hurlock, 1997:221) menyatakan “pada
masa remaja, remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang disukai
dan pekerjaaan yang dicita-citakan ”.
Dalam masa ini pilihan karier individu hanya berdasarkan kesenangan,
ketertarikan, atau minat, sedangkan faktor yang lain tidak dipertimbangkan
seperti keadaan diri siswa sendiri. Hal ini, kurang diperhatikan oleh siswa
dalam memilih karier atau melanjutkan ke perguruan tinggi, sehingga remaja
berubah-ubah dalam menentukan pilihan kariernya, misalnya remaja yang
awalnya memilih setelah lulus SMA untuk bekerja, tetapi karena banyak
temannya melanjutkan study maka pilihannya berubah. Perubahan pilihan
karier pada remaja disebabkan oleh siswa yang kurang mengetahui dan
memahami mengenai keadaan dan kemampuan dirinya sehingga perlu
Fenomena yang sering terjadi dalam hal pilihan karier baik yang berhubungan
dengan melanjutkan studi atau pekerjaan bahwa siswa SMA pada umumnya
cenderung kurang mempertimbangkan beberapa hal dalam memilih suatu studi
lanjut atau pekerjaan. Siswa hanya mempertimbangkan pilihannya karena
penilaian diri yang terlalu tinggi atau rendah terhadap pekerjaan yang
dipandang siswa mempunyai penghargaan dari masyarakat, seperti gaji yang
tinggi atau status pekerjaan itu sendiri. Siswa memandang hanya dari satu sisi
saja tidak melihat secara menyeluruh mengenai tugas, hak dan kewajiban
pekerjaan yang akan dijalaninya. Selain itu, ada juga yang memilih jenis karier
hanya karena mengikuti teman-temannya. Hal ini, dapat dilihat ketika siswa
memilih perguruan tinggi, siswa tersebut mengikuti temannya tanpa
mempertimbangkan apakah pilihannya memasuki PT sesuai dengan keadaan
diri siswa tersebut. Hal ini kadang-kadang tidak diperhatikan oleh individu
tersebut. Karena jika siswa salah menentukan pilihan kariernya maka akan
berpengaruh terhadap masa depannya.
Fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa kebanyakan remaja mengalami
kebingungan ketika ditanya tentang rencana karier yang akan dipilih. Hasil
studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung terhadap
15 siswa, hanya satu orang yang mampu menyebutkan dengan mantap akan
berkarier dibidang apa nanti setelah selesai bersekolah. Sisanya hanya
menggeleng, menjawab “bingung” dan komentar seadanya, “lihat nanti
siswa SMA Negeri 5 Bandar Lampung memilih untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi dari pada langsung bekerja. Hal ini berarti bahwa semakin
banyak siswa yang membutuhkan pemahaman tentang konsep diri untuk
menunjang pilihan kariernya.
“Kebanyakan keputusan pilihan karier yang dibuat oleh para remaja mengalami perubahan yang menyulitkan dan tak terduga. Dalam pemilihan karier yang dilakukan oleh remaja, eksplorasi, pengambilan keputusan, perencanaan, dan perkembangan identitas memegang peran penting” (Santrock, 2003).
Ketika selesai menempuh pendidikan, orang cenderung memilih pekerjaan atau
karier dengan bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan. Kemudian
karier akan mengalami proses eksplorasi selama seseorang bekerja sampai
menemukan bentuk dan tempat yang paling tepat. Andaikan seseorang tak
kunjung menemukan karier yang tepat, proses eksplorasi yang tidak menentu
dapat terus berlangsung. Kondisi demikian berpotensi menciptakan
keputusasaan yang pada akhirnya menambah angka pengangguran di negeri ini.
Hollander and Parker (Rachadiani, 2002:33) menyatakan bahwa:
“Pilihan karier remaja bergantung pada persetujuan antara pemahaman dirinya dan pekerjaan yang akan dijalaninya. Dari pendapat di atas berarti bahwa pilihan karier tergantung dari pemahaman dirinya yaitu pemahaman mengenai dirinya sendiri seperti bakat, minat, cita-cita dan hubungannya dengan karier yang dipilihnya. Dengan kata lain bahwa pemahaman mengenai dirinya sendiri atau konsep diri berhubungan dengan karier yang dipilihnya”.
Berkaitan dengan latar belakang yang diungkapkan tersebut, maka peneliti
diri dengan pilihan karir pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2010/2011”.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Ada beberapa siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang sulit
dalam menentukan pilihan karirnya.
2. Terdapat beberapa Siswa kurang memahami kemampuan dirinya dalam
memilih karirnya.
3. Terdapat beberapa siswa yang kurang dapat mempertimbangkan faktor
faktor dirinya dalam memilih karir.
4. Beberapa siswa mengalami kesulitan mengambil keputusan untuk
menentukan karir yang tepat bagi masa depannya.
3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diajukan, maka
peneliti membatasi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:
”Memahami kesulitan siswa dalam memilih karir pada Siswa Kelas X SMA
4. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian ini adalah: ”Apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri
dengan pilihan karier pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung?”.
B.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
“Mengetahui hubungan antara konsep diri dengan pilihan karier pada siswa
kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Konselor : sebagai masukan dalam menyusun program kegiatan bimbingan
konseling khususnya materi konsep diri dan pemilihan karier dalam upaya
membantu siswa untuk menentukan pilihan kariernya yang sesuai dengan
kemampuan dan keadaan dirinya
2. Terhadap program Bimbingan dan Konseling di sekolah mengenai konsep
diri siswa sehingga siswa dapat memilih karier yang tepat untuk dirinya
3. Siswa : dapat menentukan pilihan karier ataupun studi lanjut yang akan
dipilih secara tepat sesuai dengan konsep dirinya atau sesuai dengan
C.Kerangka Pikir
Masalah yang dihadapi generasi muda saat ini adalah masalah yang berhubungan
dengan lapangan pekerjaan yang semakin sulit dan banyak persaingan. Perlu
strategi khusus untuk menyiapkan diri dalam persaingan memasuki dunia kerja
seperti kematangan diri dan kemampuan diri . Untuk itu perlu suatu bimbingan
yang membantu individu mengetahui dan memahami kematangan dan kemampuan
pada dirinya, mengarahkan dirinya untuk dapat mempersiapkan diri memasuki
dunia kerja.
Seperti yang dikemukakan oleh Super bahwa: ”masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli adalah, karena kurang adanya kesesuaian antara Self Consept (pemahaman diri/gambaran diri) dengan pengalaman. Pemahaman ini menitikberatkan pada penghargaan dan penilaian diri yang terlalu tinggi atau terlalu rendah” (Kusbandiami, 1990:16).
Di SMA Negeri 5 banyak sekali di temukan bayak siswa yang kurang mampu
memahami dirinya dalam memilih karirnya. Faktor faktor yang mempengaruhi
seperti keluarga lingkungan dan indifidu tersebut. Dalam keluarga mungkin
orangtua kurang minat anaknya bekerja atau keluarga terlalu masa bodoh terhadap
karir anak tersebut. Kedua faktor lingkungan yang kurang mendukung ataupun di
lingkungannya banyak anak yang hanya lulusan rendah atau tidak tamat sekolah
sehingga siswa kesilitan meminta pendapat tentang pemilihan karirnya.Dari
individu tersebut mungkin masih tahap berkembang atau belum matang dalam
Bidang layanan dalam bimbingan konseling yang diperkirakan tepat untuk siswa
memilih karirnya adalah bimbingan karir. Bimbingan karier merupakan salah satu
pelayanan bantuan kepada siswa agar mereka memperoleh pemahaman dunia kerja
dan akhirnya mereka mampu menentukan pilihan kerja dan menyusun
perencanaan karir.
Bimbingan karir merupakan bagian dari bimbingan konseling di sekolah yang
telah diimplementasikan dalam kurikulum tahun 2004 baik dalam jenjang SMP
maupun SMA. Tujuan bimbingan karier adalah membantu siswa untuk memahami
dan mengarahkan dirinya dalam proses persiapan memasuki dunia kerja atau
menyiapkan diri dalam memasuki dunia pendidikan yang lebih tinggi, yaitu
perguruan tinggi. Oleh karena itu bimbingan karier sangat penting diberikan
kepada siswa, agar siswa mengetahui dan memahami dunia kerja atau studi lanjut
yang dijalani siswa setelah lulus dari SMA. Di SMA Negeri 5 Bandar lampung
siswa kelas X telah mendapatkan materi bimbingan karier, karena penjurusan di
SMA tersebut dilaksanakan pada kelas XI. Untuk itu materi tentang karier telah
diberikan kepada siswa mulai dari kelas X, agar siswa yang nantinya naik ke-kelas
XI dapat menentukan jurusan sesuai dengan bakat dan minat serta nilai yang telah
dimiliki.
Gambar I.I.Kerangka pikir penelitian. KONSEP DIRI
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Hubungan antara Konsep
Diri dengan Pilihan Karier Siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2010/2011”.
Berdasarkan hipotesis penelitian yang diajukan maka untuk menguji hipotesis
tersebut, hipótesis diubah menjadi hipótesis statistik, yaitu :
Ho : Tidak ada hubungan antara konsep diri dengan pilihan karier baik
signifikasi 1% ataupun 5% pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011.
Ha : Ada hubungan antara konsep diri dengan pilihan karier signifikasi 1%
ataupun 5% pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Pada masa ini, remaja mengalami banyak perubahan fisik dan psikologis.
Perubahan fisik yaitu perubahan yang berkaitan dengan fisik seperti bentuk
tubuh, tampang atau penampakan lahiriyah anak dan menyangkut pada
kemenarikan dan ketidakmenarikan diri, dan lain sebagainya. Perubahan
psikologis yaitu perubahan yang berkaitan dengan psikis seperti remaja mudah
emosi. Perubahan ini menyebabkan perubahan dalam sikap dan perilaku diri
remaja yang berarti dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri remaja.
Menurut Hurlock (1997 :235):
dalam penyesuaiannya terhadap hidup. Seperti keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan diri, aspirasi dan kemampuan dari tipe-tipe yang berbeda”.
Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus
menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya, maka
semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan
kariernya. Kemampuan remaja terutama dalam menilai, memahami dirinya
sendiri secara nyata akan sangat membantu untuk menentukan langkah
selanjutnya yaitu memilih karier dengan tepat. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa remaja yang telah memahami dan mengerti dengan baik
tentang konsep dirinya pribadi maka akan membantu dalam menentukan
kariernya dengan tepat. Menurut pendapat Hurlock (1997 :245) konsep diri
dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Ideal self, yaitu pengertian seseorang tentang bagaimana dirinya yang seharusnya.
b. Social self, yaitu pengertian seseorang yang berhubungan dengan perasaan mengenai dirinya.
c. Real self, yaitu pengertian seseorang tentang bagaimana diri yang sebenarnya.
Adapun pendapat Malcolm (Soenardji, 1998 : 137) yang menyatakan bahwa:
“Semakin berkembang pergaulan seseorang maka ia mampu untuk mengetahui lingkungannya, sementara ia mengetahui lingkungannya, ia pun mengetahui siapa dirinya, dan iapun mengembangkan sikap terhadap dirinya sendiri dan perilakunya. Pengetahuan dan sikap ini dikenal dengan konsep diri atau self concept”.
Dari keseluruhan pengertian mengenai konsep diri tersebut di atas maka dapat
terhadap dirinya sendiri yang diperoleh dari hasil belajar lingkungan sekitar
yang menyangkut fisik maupun psikis.
Burk menyatakan bahwa:
”konsep diri seseorang dibentuk melalui belajar. Sebagai hasil belajar, mengandung unsur-unsur deskriptif (penggambaran diri), unsur evaluatif (penilaian) yang berbaur dengan pengalaman. Dengan kata lain siswa dapat mengetahui gambaran mengenai dirinya sendiri atau konsep diri melalui hasil belajar. membatasi pengertian konsep diri sebagai cara menyadari persepsi dirinya, penilaian dirinya, dan penampakan dirinya. Di mana dalam penilaian diri individu itu tercakup unsur kognitif yaitu dalam rangka memahami seluruh aspek dirinya, harapan-harapannya dan pengaruh tingkah lakunya. Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh anggapan atau penilaian orang sekitar tehadap dirinya” (Kusbandiami, 1990 : 26).
2. Perkembangan Konsep Diri
Perkembangan konsep diri dapat terjadi secara terus menerus dan berdasarkan
pengalaman yang dimiliki remaja tersebut. Hurlock (1997 : 232) menyebutkan
adanya konsep diri yang pertama kali diperoleh anak dari keluarga atau melalui
interaksi dengan keluarganya yang tidak terbatas pada ayah dan ibunya.
Menurut Fauzan dan Hidayah dalam Nuraini, 2002 : 11
Konsep diri berkembang melalui proses interaksi individu dengan lingkungannya. Pengembangan konsep diri ini dipengaruhi oleh konsep diri primernya. Oleh karena itu dengan semakin banyak dan luas lingkungan di mana individu dapat bergaul maka perubahan konsep diri dapat terjadi setiap kali individu mengadakan penilaian ulang terhadap dirinya berdasarkan pengalaman-pengalaman individu yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya
Dari uraian pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri
sehingga individu akan memperoleh pengalaman dari lingkungannya. Dengan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya maka individu akan
melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri sehingga perubahan konsep diri
dapat terjadi. Hurlock (1997 : 233) mengatakan bahwa:
”Konsep diri anak berkembang didasarkan pada hubungannya atau interaksinya dengan keluarga. Perlakuan-perlakuan yang diterima anak baik lisan maupun fisik atau perbuatan akan membentuk konsep diri anak. Konsep diri dimulai di lingkungan keluarga (oleh orang tua) dalam perkembangannya dapat lebih dimantapkan atau diubah”.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan-perlakuan dari
keluarga baik fisik maupun nonfisik dapat mempengaruhi konsep diri anak
sehingga dapat berdampak tidak baik bagi pembentukan konsep dirinya.
Misalnya, anak yang dididik oleh orang tua dengan keras hal ini dapat
menyebabkan anak menjadi anak yang pemarah, keras.
3. Kategori Konsep Diri
Konsep diri dapat terbagi atas beberapa kategori. Kategori konsep diri menurut
Fitts (dalam Fauzan dan Hidayah, 1992 : 61) menjabarkan konsep diri dalam 5
kategori, yaitu : diri fisik, diri keluarga, diri pribadi, diri sosial, dan moral etik.
Berdasarkan pendapat tersebut kategori konsep diri dapat dijabarkan:
a.Diri Fisik, pandangan seseorang terhadap fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motoriknya.
b.Diri keluarga, pandangan dirinya dan penilaian seseorang mengenai anggota keluarga serta harga dirinya sebagai anggota keluarga. c.Diri pribadi, bagaimana seseorang menggambarkan identitas
d.Diri social, bagaimana nilai seseorang dalam melakukan interaksi sosial.
e.Diri moral etik, bagaimana perasaan seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan dan penilaiannya mengenai yang dianggap naik dan buruk.
4. Tingkatan Konsep Diri
Konsep diri dapat terbagi atas beberapa tingkatan. Tingkatan konsep diri
menurut Coopersmith (dalam Fauzan dan Hidayah, 1992 : 63) yaitu : konsep
diri tinggi, konsep diri sedang, dan konsep diri rendah.
a.Konsep diri yang tinggi atau positif memiliki ciri: mandiri, aktif, penuh percaya diri, ekspresif, kreatif mempunyai aspirasi cukup baik, mengejar hasil sebaik mungkin, dan realistik terhadap kemampuan yang dimiliki.
b.Konsep diri yang sedang memiliki ciri utama yang menonjol cenderung bergantung pada kelompoknya atau orang lain.
c.Konsep diri yang rendah atau negatif memiliki ciri: kurang percaya diri, mudah putus asa, kurang berorientasi pada prestasi.
Adapun pendapat dari Sari (dalam Mazidah, 2005 : 34) yang membagi konsep
diri menjadi dua tingkatan yaitu:
a. Konsep diri positif, ciri-cirinya:
1) Memiliki keyakinan yang besar kemampuannya sehingga mampu menunjukkan sikap dan tindakan yang tegas, memiliki inisiatif dan dapat bertindak asertif (sesuai dengan diyakini benar).
2) Aktif dan mampu menunjukkan partisipasinya dalam suatu
kelompok diskusi atau kelompok teman-teman sebaya.
3) Mudah mencari teman dan berbaur dalam lingkungan sosial sekitarnya
4) Berhasil dalam bidang akademis dan dapat menampilkan
potensinya secara optimal.
5) Dapat berperan sebagai “pemimpin” di antara teman-teman
b. Konsep diri negatif, ciri-cirinya :
1) Ragu-ragu dan takut menyatakan gagasannya dalam suatu
kelompok atau situasi yang dihadapinya. 2) Takut menerima kritik
3) Bersifat pendiam dan kurang menunjukkan partisipasinya dalam kelompok teman-teman sebaya, tampil sebagai anak yang pasif dan penakut.
4) Lambat dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan baru, sulit bergaul dan menjalin persahabatan dengan teman-teman sebayanya.
5. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan
konsep diri remaja. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri siswa
antara lain yaitu:
a. Usia kematangan
Remaja yang matang terlambat dari awal, diperlukan seperti orang yang
hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan baik, remaja yang matang terlambat akan
diperlakukan seperti anak-anak sehingga cenderung berperilaku kurang
dapat menyesuaikan diri.
b. Penampilan diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun
perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik, cacat fisik, merupakan
sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri,
sebaliknya, penampilan diri yang rapi menimbulkan penilaian yang
.
c. Kepatutan jenis kelamin
Kepatutan jenis kelamin yaitu menerima keadaan fisiknya dalam penampilan
diri, minat, dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik.
Remaja yang kurang menerima keadaan fisiknya akan membuat remaja tidak
percaya diri terhadap penampilan dirinya sehingga remaja akan selalu
menjaga penampilannya, misalnya dengan olah raga setiap satu minggu
sekali. Remaja yang menerima keadaan fisiknya akan berpengaruh baik
terhadap tingkah lakunya, sebaliknya jika remaja menolak keadaan fisiknya
maka akan berakibat tidak baik terhadap tingkah lakunya sehingga tidak
dapat mencapai konsep diri yang baik. Seseorang yang berpenampilan tidak
rapi atau kotor, namun orang tersebut merasa kalau penampilannya rapi,
sehingga dengan penampilan yang demikian membuat orang yang ingin
mendekatinya tidak jadi berbicara dengannya.
d. Nama dan julukan
Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai
namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada
cemoohan.
e. Hubungan keluarga
Kelompok sosial pertama yang dikenal anak adalah keluarga. Keluarga
merupakan tempat awal bagi anak untuk mengembangkan kepribadiannya.
Oleh karena itu, hubungan antara anak dengan keluarga yaitu orang tua,
dirinya dengan salah satu orang dikeluarganya yang dianggap patut dijadikan
contoh bagi keluarganya, misalnya remaja yang kagum kepada ibunya
karena mempunyai hati yang baik dan sayang terhadap keluarga, hal inilah
yang dijadikan idola oleh anak untuk menjadi seperti ibunya.
f. Teman-teman sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua
cara: pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari pandangan
teman-teman tentang dirinya, dan kedua, remaja berada dalam tekanan untuk
mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.
g. Kreativitas
Remaja didorong untuk berkreasi sesuai dengan keinginannya. Misalnya,
semasa kanak-kanak, anak diikutkan dalam lomba menggambar. Dengan
perlombaan ini diharapkan anak dapat mengembangkan ide-idenya melalui
gambar serta warna yang dituangkan oleh anak kedalam gambar tersebut.
Hal ini dilakukan agar pada masa remaja, anak menjadi lebih kreatif
sehingga dapat mengembangkan ide-ide barunya tanpa meminta bantuan
dari orang lain.
h. Cita-cita
Jika remaja mempunyai cita-cita yang tidak realisrik, remaja akan
mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan
reaksi-reaksi bertahan di mana remaja menyalahkan orang lain atas
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hurllock, dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri
remaja. Diantaranya : usia kematangan remaja, penampilan diri, cita-cita yang
dimiliki, kreativitas, teman-teman sebaya, dan hubungan remaja dengan
keluarga.
Selain itu pendapat dari Rais (dalam Fauzan dan Hidayah, 1992 : 63) yang
mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja yaitu :
a.Faktor lingkungan,bagaimana reaksi orang lain terhadap diri atau tingkah laku remaja itu, bagaimana bentuk pujian atau hukuman yang remaja terima.
b.Jenis kelamin.
c.Harapan-harapan masyarakat setempat.
d.Suku bangsa yang dalam konteks kehidupan sosialnya termasuk mayoritas ataukah minorita.
e.Nama dan pakaian.
Coopersmith mengemukakan tiga factor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu:
“Konsep diri dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) pertumbuhan fisik dan
perkembangan, (2) pengalaman sekolah, (3) dan praktik asuhan orang tua
terhadap anak.” (Fauzan dan Hidayah, 1992 : 63).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu yang berasal dari individu sendiri (intern) dan faktor yang berasal
B. Pilihan Karier
1. Pengertian Pilihan Karier
Kata pilihan berarti menentukan sesuatu. Sedangkan karier pengertiannya
berbeda-beda. Super (dalam Manrihu 1988: 25 ) mendefinisikan istilah karier
sebagai sekuensi-sekuensi dan peranan kehidupan lainnya yang seluruhnya
menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan dalam keseluruhan
pola perkembangan dirinya, serangkaian posisi-posisi yang diberi upah atau
tidak berupah yang diduduki oleh seseorang sejak remaja sampai pensiun.
Munandir (1996) menyatakan bahwa
karier adalah pekerjaan, berkarier berarti bekerja dan pekerjaan yang ditekuni adalah karier bagi seseorang. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karier merupakan salah satu rangkaian yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja yang dapat diramalkan dan dikontrol oleh seorang individu.
Perencanaan karier adalah suatu gambaran kehidupan seseorang untuk
mempersiapkan diri dan pemahaman terhadap lingkungannya. Berbeda dengan
perencanaan karier pilihan karier adalah suatu proses kegiatan menyusun
rencana karier yang ingin digelutinya di masa yang akan datang. Dengan kata
lain dalam rangka memasuki jabatan pekerjaan atau keahlian tertentu
dibutuhkan suatu bekal kemampuan dan keterampilan yang relevan, yang dapat
Ginzberg menyatakan bahwa: ”pilihan pekerjaan merupakan proses
pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hayat bagi mereka yang
mencari banyak kepuasan dari pekerjaannya” (Munandir, 1996 : 92).
Sedangkan menurut Holland (dalam Munandir, 1996 : 107) pilihan pekerjaan
merupakan hasil interaksi diri dengan kekuatan-kakuatan lingkungan luar serta
pilihan pekerjaan merupakan perluasan kepribadian dan merupakan usaha
untuk mengungkapkan diri kehidupannya.
Pilihan karier merupakan keinginan atau cita-cita seseorang setelah
menyelesaikan studinya pada jenjang pendidikan tertentu yang meliputi
keterlibatan dalam proses pilihan, orientasi menuju kerja dan penentuan
pengambilan keputusan karier berdasarkan pengetahuan tentang dirinya sendiri
dan pekerjaan yang akan dimasukinya dan pada penelitian ini mengacu pada
pendapat di atas. Selain itu pilihan karier merupakan suatu tindakan ekspresif
yang memantulkan motivasi, pengetahuan, kepribadian dan kemampuan
seseorang dalam memilih suatu karier. Dalam beberapa hal pilihan karier ini
mengacu pada beberapa macam informasi tertentu, motivasi, pengetahuan
masalah-masalah karier, pemahaman dirinya dan wawasan serta
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
Derajat pilihan karier ini ditentukan sejauh mana ketepatan siswa dalam
dimasukinya kelak. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa pilihan karier adalah menentukan dan membuat keputusan pekerjaan
yang ingin ditekuni sepanjang kehidupan seseorang dan dijadikan sebagai
sumber nafkah hidupnya.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Karier
Faktor-faktor yang Mempengaruhi pilihan karir bersumber dari diri
individu, yaitu :
1) Kemampuan inteligensi
Kemampuan inteligensi yang dimiliki individu memegang peranan yang
penting, sebab kemampuan inteligensi yang dimiliki seseorang dapat
dipergunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam memasuki suatu
pekerjaan, jabatan atau karier dan juga sebagai pelengkap dalam
mempertimbangkan memasuki atau jenjang pendidikan tertentu.
2) Bakat
Perlu sedini mungkin bakat-bakat yang dimiliki seorang anak-anak
disekolah diketahui dalam rangka memberikan bimbingan belajar yang
paling sesuai dengan bakatnya dan memprediksi bidang kerja, jabatan, atau
karier para murid setelah menamatkan studinya.
3) Minat
Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai suatu pekerjaan jabatan,
atau karier. Jika seseorang tidak berminat pada suatu pekerjaan yang
dengan baik. Sehingga orang tersebut menjadi tidak nyaman atau mudah
bosan terhadap pekerjaan yang dijabatnya.
4) Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki
dalam mereaksi terhadap dirinya sendiri, orang lain atau situasi tertentu.
Namun, pada masa remaja terjadi perubahan dalam sikap maupun perilaku.
Hal ini akibat pengaruh teman sebayany. Karena pada masa ini remaja
mempunyai kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan
sosial sehingga pergaulan remaja semakin luas .
5) Konsep diri
Konsep diri sangat berpengaruh terhadap pilihan karier. Karena pilihan
karier merupakan cerminan dari konsep diri. Seseorang yang dapat memilih
karier sesuai dengan konsep dirinya maka orang tersebut mampu menilai
dirinya sendiri terhadap pilihan karier yang dipilihnya.
6) Nilai
Nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang
dipilihnya serta berpengaruh terhadap prestasi dalam pekerjaan. Setiap
individu mempunyai nilai sendiri-sendiri dalam bekerja. Karena nilai yang
dianut individu berbeda dengan nilai yang dianut dalam bekerja. Misalnya
individu yang mempunyai nilai bahwa seseorang yang telah lama bekerja
di perusahaan selama bertahun-tahun pantas mendapatkan kenaikan gaji
dengan orang tersebut yaitu karyawan atau pegawai tidak perlu kenaikan
gaji karena yang didapatnya menurut perusahaan sudah mencukupi.
7) Prestasi
Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang
ditekuni oleh seseorang berpengaruh terhadap pilihan jabatan di kemudian
hari.
8) Keterampilan
Keterampilan dalam bidang tertentu juga sangat berpengaruh terhadap
pilihan jabatan seseorang. Jika seseorang tidak memiliki keterampilan
khusus seperti keterampilan berbahasa asing, dapat mengoperasikan
komputer, dan lain sebagainya maka orang tersebut akan kalah bersaing
dengan orang yang memiliki keterampilan khusus. Dengan mempunyai
keterampilan khusus maka orang tersebut memungkinkan diterima
diperusahaan atau instansi yang dituju oleh pencari kerja. Karena
mempunyai keterampilan berbeda dengan keterampilan yang dimiliki oleh
orang lain.
9) Penggunaan waktu senggang
Penggunaan waktu senggang juga sangat menentukan pilihan karier
seseorang. Waktu senggang dapat dimanfaatkan dengan kegiatan yang
berguna, misalnya kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti menulis
10) Hobi atau kegemaran
Setiap individu mempunyai hobi yang berbeda dengan hobi yang dimiliki
oleh orang lain. Kegemaran individu dalam bidang karang mengarang,
tulis menulis artikel dan lain sebagainya memiliki kecenderungan untuk
menentukan kariernya sesuai dengan hobinya. Dengan hobi yang
dimilikinya seseorang dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan
hobinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi kerja yang dijabatnya.
11) Pengalaman kerja
Pengalam kerja merupakan bekal seseorang untuk memasuki dunia kerja.
Dengan pengalaman kerja yang didapat maka orang tersebut akan siap
memasuki dunia kerja, sebaliknya, orang yang tidak mempunyai
pengalaman kerja akan tidak siap memasuki dunia kerja. Sehingga tidak
mengetahui yugas-tugas yang akan dijalaninya nanti.
12) Penampilan lahiriah
Penampilan lahiriah juga sangat berpengaruh terhadap pemilihan karier.
Jika seseorang berpenampilan tidak rapi maka orang tersebut kemungkina
besar tidak diterima dalam pekerjaan. Karena penampilan lahiriah
merupakan gambaran dari kepribadian orang tersebut.
13) Masalah pribadi
Masalah atau problema dari dirijuga dapat berpengaruh dengan pemilihan
karier. Individu yang mengalami masalah akan menyelesaikan masalahnya
menghadapi masalah di pekerjaan nantinya akan menyelesaikan dengan
cara yang baik pula.
Adapun Faktor-faktor yang bersumber dari luar individu, meliputi :
1) Kelompok primer
Keluarga merupakan kelompok primer yaitu awal pertama pembentukan
pribadi anak dan sosial bagi anak. Karena keluarga, anak mengenal
terlebuh dahulu orang-orang yang ada disekitarnya seperti: ayah, ibu,
kakak atau adiknya.
2) Kelompok sekunder
Kelompok sekunder ialah kelompok yang didasarkan atas
kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai aktivitas kelompok itu. Mesalnya,
kelompok para ahli disuatu bidang ilmu, kelompok politik, kelompok
agama dan lain sebagainya.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut konsep diri merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pilihan karir karena seseorang yang dapat memilih karier
sesuai dengan konsep dirinya maka orang tersebut mampu menilai dirinya
3. Teori Pilihan Karier
Beberapa ahli barat yang mempunyai perhatian soal karier dan pilihan karier
antara lain: Donald E. Super (dalam Munandir, 1996: 93-94) menyatakan
bahwa:
a. Orang itu berbeda-beda kemampuan, minat, dan kepribadiannya (individual differences).
b. Karena sifat tersebut, orang itu mempunyai kesempatan untuk melakukan sejumlah pekerjaan.
c. Setiap pekerjaan menghendaki pola kemampuan, minat, dan sifat kepribadian yang cukup luas sehingga bagi orang tersedia beragam pekerjaan dan setiap pekerjaan terbuka bagi bermacam-macam orang.
d. Preferensi dan kemampuan vokasional, dan konsep diri orang itu berubah-ubah, pilihan dan penyesuaian merupakan proses yang berkelanjutan.
e. Orang mengalami proses perubahan melalui tahap-tahap
pertumbuhan (growth), eksplorasi (eksploration), kemapanan (establishment), pemeliharaan (maintenance), kemunduran (decline), tahap realistik, sedangkan tahap kemampuan terbagi atas fase uji coba (trial) dan keadaan mantap (stable). Tahap-tahap kehidupan tersbut disebut “daur besar” (maxicycle). Orang mangalami juga daur yang lebih kecil ketika dalam peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya, yaitu waktu terjadi ketidakmantapan karier. Keadaan ini menimbulkan pertumbuhan baru, eksplorasi baru, dan pelembagaan baru.
f. Pola karier orang ditentukan oleh taraf sosioekonomi orang tua, kemampuan mental, ciri kepribadian, dan oleh tersedianya kesempatan, yang dimaksud dengan pola karier ialah tingkat pekerjaan yang dicapai dan bagaimana sekuensi (runtutan), frekuensi (keseringan), dan durasi (lama kelangsungan) pekerjaan-pekerjaan yang masih bersifat uji coba dan yang sudah mantap. g. Perkembangan karier adalah proses mensintesis dan membuat
kompromi dan pada dasarnya ini adalah soal konsep diri. Konsep diri merupakan hasil interaksi kemampuan bawaan, keadaan fisik, kesempatan berperan, dan evaluasi apakah peranan yang dimainkan itu memperoleh persetujuan orang lebih tua atau atasan dan teman-teman.
i. Penyaluran kemampuan, minat, sifat kepribadian, dan nilai menentukan diperolehnya kepuasan kerja dan kepuasan hidup. Kepuasan juga bergantung pada kemapanan dalam pekerjaan, situasi pekerjaan, dan cara hidup yang memungkinkan orang memainkan peranan yang dinilai cocok dan patut.
j. Kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan itu selaras dengan penerapan konsep diri.
k. Bekerja dan pekerjaan merupakan titik pusat organisasi kepribadian bagi kebanyakan orang, sedangkan bagi segolongan orang lagi yang menjadi titk pusat adalah hal lain, misalnya pengisian waktu senggang dan kerumahtanggaan .
Selanjutnya Harmiyanto (1992) menguraikan pandangan Anne Roe yang
menggolongkan pekerjaan atau karier menjadi delapan kelompok secara
horizontal, yaitu:
a. Pemberi Layanan (Service)
Golongan pekerjaan ini membutuhkan perhatian terhadap perasaan, kebutuhan, dan kesejahteraan orang perseorangan.
b. Usaha atau Dagang (Business Contact)
Pekerjaan ini embutuhkan tatap muka dari penjual terhadap konsumen berupa komoditi, investasi, realstate, dan layanan lainnya.
c. Organisasi (Organization)
Pekerjaan ini menitik beratkan pada mengemudikan dan bekerja bersama-sama dalam lapangan bisnis, industri, dan dalam lapangan pemerintahan.
d. Teknologi (Technology)
Pekerjaan ini meliputi berbagai yang berkaitan dengan produksi, pemeliharaan, dan transportasi dari barang-barang dan penggunaanya.
e. Pekerjaan Lapangan (Out Door)
Pekerjaan ini meliputi hal yang berhubungan dengan bidang pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan, dan pekerjaan lain yang sejenis.
f. Pengetahuan (Science)
Pekerjaan yang berkaitan dengan pengembangan dan praktik teori-teori ilmu pengetahuan.
g. Budaya Umum(General Cultural)
Pekerjaan yang berhubungan dengan pemeliharaan, melindungi, dan memindahkan warisan budaya.
Lapangan kerja ini membutuhkan bakat, keahlian khusus, kreativitas dalam seni, dan pertunjukan di atas panggung.
4. Perkembangan Pilihan Karier
Perkembangan karier berlangsung seumur hidup dan melalui tahap-tahap yang
masing-masing mempunyai ciri khas. Sebagian besar teori perkembangan karier
menyatakan bahwa proses pemilihan karier dalam suatu bidang pekerjaan
merupakan suatu proses perkembangan individu dalam masa hidupnya dan
terkait dengan pendidikan yang akan atau telah ditempuhnya.
Ginzberg Menyatakan bahwa perkembangan karier yang dapat disimpulkan ke
dalam serangkaian tahap-tahap perkembangan kehidupan manusia yaitu:
“(1) periode fantasi (03-11 tahun), (2) periode tentatif (11-18 tahun), (3) periode realistis (18-22 tahun). Periode tentatif terbagi atas empat tahap, yaitu: sub tahap minat (11-12 tahun), dengan ciri umum pilihan dan rencana karier individu cenderung atas dasar minat. Sub tahap kapasitas (13-14 tahun) keterampilan dan kemampuan pribadinya digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan pilihan dan rencana-rencana karier. Sub tahap nilai (15-16), individu menganggap penting peranan nilai-nilai pribadi dalam proses pilihan kariernya, mengerti perbedaan berbagai gaya hidup yang disiapkan oleh pekerjaan, kesadaran tentang pentingnya waktu mulai berkembang dan menjadi lebih sensitif terhadap perlunya pekerjaan. Sub tahap transisi (17-18) individu mulai menghadapi pentingnya membuat keputusan dengan segera, konkrit dan realistis tentang pekerjaan yang akan datang atau pendidikan yang mempersiapkan kesuatu karier tertentu nanti dan individu menyadari bahwa keputusan-keputusan sekarang akan mempengaruhi masa depannya.
(Dalam Manrihu, 1998) menyatakan bahwa:
ditandai dengan meluasnya pengenalan dengan berbagai dimensi masalah dalam memutuskan pekerjaan apa yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dan atas dasar kepuasan-kepuasan yang sekarang.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1997:206).
Piaget menyatakan (dalam Hurlock, 1997: 206)
secara psikologis mengemukakan masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa (Sarwono, 1989: 71). Siswa SMA dikatakan sebagai remaja karena pada masa transisi dari periode anak ke periode dewasa.
2. Ciri-Ciri Remaja
Masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang
lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
dalam masalah hak. Masa remaja memiliki berbagai ciri-ciri salah satunya
dikemukakan oleh Hurlock (1997: 207-209) ciri-ciri remaja sebagai berikut:
a. Masa remaja sebagai periode penting
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dijalaninya. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Oleh karena itu, pada masa remaja anak ingin diperlakukan seperti orang dewasa.
c. Masa remaja sebagai masa perubahan
Pada masa remaja awal, perubahan fisik maupun psikis terjadi dengan cepat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Demikianpun sebaliknya jika perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan dan perilaku ; pertama, meningginya emosi tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. Karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja; kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh masyarakat; ketiga, berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah, misalnya sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas yang lebih penting dari pada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebaya. Bahkan remaja mulai mengerti bahwa kualitas lebih penting dari pada kuantitas; keempat, sebagian besar remaja bersikap ragu-ragu terhadap setiap perubahan, misalnya remaja menginginkan kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan diri remaja untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
d. Masa remaja sebagai masa bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah pada masa remaja sering terjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Karena pada masa ini, remaja merasa dirinya mampu mengatasi masalahnya sendiri, sehinggga remaja tidak memerlukan bantuan orang tua atau guru. Sebaliknya, pada masa kanak-kanak masalah diselesaikan oleh orang tua dan guru.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Remaja pada masa ini mencari identitas siapa dirinya, apa peranannya di masyarakat. Untuk mencari identitasnya remaja mewujudkan dalam simbol status dalam bentuk mobil, pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat.
f. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang remaja inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita remaja semakin tidak realistik. Misalnya remaja yang bercita-cita menjadi manajer. Namun oleh orang tuanya dipaksakan masuk ke kedokteran, sehingga remaja menjadi marah atau sakit hati atau kecewa apabila remaja tidak berhasil mencapai cita-citanya.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya ke usia dewasa, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan pandangan buruk dialami oleh remaja beberapa tahun yang lalu dan untuk memberikan kesan bahwa mereka hampir dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti; minum-minuman keras, mengggunakan obat-obatan, dan melakukan seks pranikah.
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Havighurst (dalam Hurlock, 1997:10) mengenai tugas-tugas perkembangan
masa remaja sebagai berikut :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karier ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat dan nilai-nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada siswa SMA karena
siswa SMA telah dikatakan sebagai remaja yang ada pada masa transisi dari
siswa SMA disini mampu dalam menggambarkan tentang konsep dirinya
karena talah melalui beberapa tugas perkembangan seperti yang telah diuraikan
diatas, sehingga siswa SMA apakah juga mampu dalam memilih kariernya.
D. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Pilihan Karier Siswa
Konsep diri merupakan sikap seseorang menyadari persepsi dirinya, penilaian
dirinya dan penampakan dirinya. Di mana dalam penilaian diri individu itu
tercakup unsur kognitif yaitu dalam rangka memahami sebuah aspek dirinya,
harapan-harapannya dan pengaruh tingkah lakunya.
(Munandir, 1996:93).menyatakan
Kerja itu perwujudan konsep diri. Artinya orang yang mempunyai konsep diri dan ia berusaha menerapkan konsep diri itu dengan memilih pekerjaan. Pilihan karier adalah soal mencocokkan (matching). Di dalam kehidupan seseorang terjadi perubahan-perubahan dan hal ini berpengaruh pada usahanya untuk mewujudkan konsep diri itu”
Kemampuan siswa untuk memahami dirinya sendiri, akan menjadikan siswa dapat
mempunyai gambaran yang jelas tentang dirinya serta dapat mengevaluasi dirinya.
Pemahaman diri merupakan langkah pertama mendasari pemahaman berikutnya
yaitu pemahaman tentang nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat sekitar, termasuk nilai-nilai pekerjaan.
(Rachadiani, 2002: 33) menyatakan
memilih pekerjaan. Dengan kata lain bahwa pemahaman mengenai dirinya sendiri atau konsep diri berhubungan dengan karier yang dipilihnya
Konsep diri merupakan sikap seseorang terhadap dirinya yang mengandung unsur
deskriptif dan evaluatif terhadap dirinya sendiri. Bila analisa digunakan dalam
bimbingan karier, maka melalui pemahaman diri ini secara deskriptif hendaknya
menjadikan siswa dapat mempunyai gambaran yang jelas tentang dirinya serta
dapat mengevaluasi dirinya.
Dalam bimbingan karier, pemahaman diri merupakan langkah pertama yang
mendasari pemahaman berikutnya yaitu pemahaman tentang nilai-nilai kehidupan,
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat sekitar, atau nilai-nilai orang lain
termasuk nilai pekerjaan. Melalui bimbingan karier yang diberikan setahap demi
setahap siswa berhasil memperoleh gambaran tentang dirinya. Konsep diri siswa
yang terbentuk menjadi pangkal tolak semua tingkahlakunya, termasuk dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan korelasional,
karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara
konsep diri siswa dengan pilihan karier. Data yang diperoleh berupa angka-angka
maka, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.Namun apabila
dilihat dari faktor-faktor yang diteliti, yaitu bahwa faktor-faktor yang diteliti
terjadi secara wajar tanpa dilakukan suatu perlakuan yang disengaja, maka
penelitian ini dapat juga digolongkan dalam jenis penelitian deskriptif. Deskriptif
artinya penelitian ini hanya menggambarkan dan mengarahkan (Arikunto, 1996)
Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat
hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla
dkk,1993:87).
Melalui penelitian korelasi dapat memastikan berapa besar hubungan yang
disebabkan oleh variabel lain. Pengukuran korelasi digunakan untuk menentukan
besarnya arah hubungan. Tujuan dari penelitian korelasi ini adalah untuk mencari
dan menjelaskan hubungan antara variabel yang diteliti dan berapa besar hubungan
variabel tersebut. Dalam penelitian ini variabel (X) adalah konsep diri dan variabel
(Y) adalah pilihan karier siswa.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek sumber informasi yang
diteliti. Populasi dapat berupa orang, benda, tumbuhan, peristiwa atau gejala
yang memiliki ciri-ciri tertentu dan jelas. Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian (Arikunto, 2002:108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun ajaran
2010/2011 yang terdiri dari 8 kelas yang berjumlah 309 siswa. Dengan dasar
pertimbangan bahwa siswa kelas X akan memasuki penjurusan yang nantinya
juga akan berpengaruh pada studi lanjut serta karier yang dipilihnya, siswa
kelas X juga telah mendapatkan materi bimbingan karier.
2. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2002:109) sampel adalah sebagian atau perwakilan dari
populasi yang akan diteliti. Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa kelas X
SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 77 siswa,
yang memenuhi persyaratan dalam penelitian. Arikunto (2002:109)
berpendapat bahwa: ”Untuk subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua.
Jika subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%”.
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 25% dari populasi. Jumlah
sampel keseluruhan adalah 77.25 (dibulatkan 77 siswa). Siswa diambil secara
merata dari kedelapan kelas yang ada. Dalam menentukan siswa sampel,
dilakukan teknik random (acak). Jumlah populasi dan sampel yang diambil
dapat dilihat pada tabel distribusi sampel sebagai berikut:
Tabel 3.I. Distribusi Sampel Penelitian.
No Kelas Populasi Sampel
1. X – 1 40 10
2 X – 2 40 10
3 X – 3 37 9
4 X – 4 38 9
5 X – 5 40 10
6 X – 6 38 10
7 X – 7 36 9
8 X – 8 40 10
Jumlah 309 77
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Pengertian variabel menurut Masri Simarimbun adalah, konsep yang diberi
nilai lebih dari satu nilai (Masri S. 1985: 25). Variabel penelitian ini juga
dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel adalah
gejala-gejala yang mengandung lebih dari satu nilai, baik dalam variasinya maupun
dalam tingkatannya yang akan menjadi objek penelitian. Variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (Independent Variabel)
Merupakan variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah konsep diri (X).
2. Variabel terikat (Dependent Variabel)
Merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah pilihan karir siswa (Y).
2. Definisi Operasional Variabel
Moh. Nazir (1983:152) mengatakan bahwa definisi operasional adalah suatu
definisi yang duberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara
memberi arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa definisi operasional
adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu
variabel. Variabel yang didefinisikan secara operasional dimaksudkan agar
operasional variabel adalah konsep diri sebagai variabel bebas sedangkan
variabel terikatnya pilihan karier siswa.
Konsep diri adalah persepsi, penilaian, penggambaran terhadap dirinya sendiri
yang diperoleh dari hasil belajar lingkungan sekitar yang menyangkut fisik
maupun psikis. Adapun indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Konsep diri, meliputi : (1) diri fisik, (2) diri pribadi, (3) diri keluarga, (4) diri
sosial, dan (5) diri moral etik.
Pilihan Karir adalah menentukan dan membuat keputusan pekerjaan yang ingin
ditekuni sepanjang kehidupan seseorang dan dijadikan sebagai sumber nafkah
hidupnya. Adapun indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pilihan karir, meliputi : (1) gambaran individu tentang diri sendiri, (2) tujuan
berkarir, (3) pemilihan tempat karir, dan (4) keputusan yang berkaitan dengan
pekerjaan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian, peneliti harus memiliki data yang sesuai dengan keadaan
yang ada di lapangan. Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah data hasil penyebaran angket konsep diri dan pilihan karir siswa. Angket
adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
digunakan untuk mengumpulkan data atau memperoleh data tentang konsep diri
siswa dan pilihan karier.
”Angket digunakan atas dasar pertimbangan (1) dapat menjaring informasi atau
keterangan responden dalam waktu singkat, (2) karena data yang diperoleh
merupakan pelaporan diri sebab siswalah yang paling tahu tentang dirinya sendiri,
(3) lebih efisien, menghemat biaya, waktu dan tenaga, (4) dapat mengungkap data
yang memerlukan pemikiran dan bukan jawaban spontan” (Hidayah, 1998:24-25).
Bentuk angket dalam penelitian ini adalah angket terstruktur dengan bentuk
jawaban tertutup. Bentuk jawaban dalam angket konsep diri dan pilihan karier
siswa adalah jawaban berskala yaitu jawaban disusun bertingkat dan responden
diminta menyatakan pembenaran dan penolakan terhadap setiap pernyataan.
Angket yang digunakan disusun berdasarkan indikator-indikator jabaran variabel
yang dinyatakan dalam bentuk butir-butir pertanyaan, sehingga angket tersebut
tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai. Bentuk pengukuran alat ukur
angket adalah dengan skala linkert, dengan menggunakan empat alternatif jawaban
yaitu: sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Adapun tahap-tahap
yang dilakukan untuk menyusun instrumen adalah sebagai berikut:
1) Menyusun instrumen penelitian
a. Menyusun konstruk instrument. Konstruk instrumen disusun dengan
mengembangkan upaya-upaya yang dilakukan oleh penulis dengan cara
menentukan dahulu variabel-variabel penelitiannya. Dari variabel kemudian