• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) 1,25% pada mahasiswi USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) 1,25% pada mahasiswi USU"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENURUNAN JUMLAH BAKTERI DALAM SALIVA

SETELAH BERKUMUR LARUTAN EKSTRAK DAUN

SALAM

(EUGENIA POLYANTHA)

1,25%

PADA MAHASISWI USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

NEGGY YUDIBRATA 110600149

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2015

Neggy Yudibrata

Penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) 1,25% pada mahasiswi USU

ix + 26 halaman

Bahan aktif yang terkandung di dalam obat kumur herbal dapat meningkatkan kemampuan penyembuhan serta menjaga kesehatan rongga mulut secara menyeluruh. Ekstrak daun salam mengandung minyak atsiri 0,05%, tanin dan flavonoid yang mempunyai efek antiinflamasi dan antimikroba. Penelitian ini adalah eksperimental ulang dengan rancangan pre dan posttest control group. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan penurunan jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan setelah berkumur larutan ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) 1,25% selama 30 detik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sampel adalah 30 orang mahasiswi USU yang secara random dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan masing-masing kelompok 15 orang. Pada kelompok perlakuan diberikan larutan ekstrak daun salam 1,25% sebanyak 15 ml dan kelompok kontrol diberikan akuades sebanyak 15 ml, kemudian sampel diinstruksikan berkumur selama 30 detik. Penghitungan jumlah bakteri sebelum dan setelah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA USU. Perbedaan penurunan jumlah bakteri dalam saliva antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dianalisis dengan uji T. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara penurunan jumlah bakteri dalam saliva pada kelompok perlakuan (55,3x103 ± 9,3x103 CFU/ml) dan kelompok kontrol (5,3x103 ± 3,1x103 CFU/ml) dengan p=0,0001. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa berkumur dengan larutan ekstrak daun salam 1,25% efektif dalam menurunkan jumlah bakteri dalam saliva.

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 18 Mei 2015

Pembimbing : Tanda Tangan

(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 18 Mei 2015

TIM PENGUJI

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini telah disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis untuk kedua orang tua tercinta Handy Susanto dan Aida serta abang Oky Yudibrata atas perhatian, kasih sayang, doa, bimbingan, semangat serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati serta perhargaan yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, saran, dukungan, bantuan, motivasi dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes., selaku tim penguji, telah meluangkan waktu, saran, dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan / Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan, saran, masukan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., selaku Ketua Laboratorium Obat Tradisional yang telah membantu dalam prosedur pembuatan obat kumur.

(6)

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Agnes Siagian, Dina Fachriza, Dytha Debrina, Eldora Teohardi, Elisabeth Saragih, Fatma Diana, Felix, Frischa Novita, Grace Siahaan, Inderjeet Kaur, Khaera Cameliya, Monica Evana, Ulfah Yunida serta teman-teman stambuk 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penulisan skripsi.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 18 Mei 2015 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva ... 6

2.4 Pengaruh Daun Salam Terhadap Bakteri ... 10

2.5 Kerangka Konsep ... 11

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 12

(8)

3.2.1 Tempat... 12

3.2.2 Waktu ... 12

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 12

3.3.1 Populasi ... 12

3.3.2 Sampel ... 12

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 13

3.5 Metode Penelitian ... 14

3.5.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Salam ... 14

3.5.2 Prosedur Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Salam 1,25%... 15

3.5.3 Prosedur Berkumur... ... 15

3.5.4 Penghitungan Jumlah Bakteri ... ... 16

3.6 Pengolahan dan Analisis Data... ... 16

3.7 Etika Penelitian ... ... 17

3.8 Alur Penelitian ... ... 18

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Responden... ... 19

4.2 Rata - rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum berkumur (baseline) pada kelompok kontrol dan perlakuan... 19

4.3 Rata - rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% dan akuades ... 19

4.4 Hasil analisis penurunan rata - rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur antara kelompok kontrol dan perlakuan ... 20

BAB 5 PEMBAHASAN ... 21

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Rata - rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum berkumur (baseline)

pada kelompok kontrol dan perlakuan... 19 2 Rata - rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah

berkumur pada kelompok perlakuan dan kontrol... 20 3 Hasil analisis statistik penurunan rata - rata jumlah bakteri dalam

saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kuesioner pemilihan sampel

2 Lembar pemeriksaan klinis calon subjek penelitian 3 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian 4 Informed Consent

5 Lembar hasil pemeriksaan

6 Surat persetujuan komisi etik penelitian

7 Surat izin melakukan penelitian di Fakultas Farmasi USU 8 Surat izin melakukan penelitian di Fakultas MIPA USU 9 Hasil pemeriksaan jumlah bakteri

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit gigi dan mulut merupakan faktor risiko dan fokal infeksi penyakit sistemik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut sebesar 23,4%. Riskesdas juga melaporkan 75% penduduk Indonesia mengalami riwayat karies gigi. Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan contoh penyakit gigi yang paling umum diderita dan pada dasarnya disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme patogen di dalam rongga mulut.Sekumpulan mikroorganisme tersebut membentuk komunitas yang kompleks dan berkembang dalam suatu matriks intraseluler yang dikenal dengan plak gigi.1,2

Di dalam rongga mulut terdapat berbagai jenis mikroba yang tergolong sebagai flora normal. Flora normal tersebut dalam keadaan tertentu dapat menjadi patogen karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Saliva yang berada di dalam rongga mulut merupakan cairan protektif, rendahnya sekresi dan kapasitas bufer dalam saliva menyebabkan berkurangnya kemampuan membersihkan sisa makanan, mengeliminasi mikroorganisme, kemampuan menetralisasi asam, serta menyebabkan demineralisasi enamel. Suatu penurunan kecepatan sekresi saliva dapat diikuti oleh peningkatan jumlah Streptoccocus mutans dan Lactobacillus.4

(12)

lain di rongga mulut. Plak terdiri atas materi organik dan inorganik yang berbentuk padat dan sekitar 20% dari plak adalah air. Plak disebabkan oleh 3 faktor yaitu organisme kariogenik, organisme penyebab kelainan periodontal dan lipopolisakarida. Pembentukan plak diawali oleh kemampuan bakteri untuk membentuk polisakarida seluler yang memungkinkan bakteri melekat pada gigi dan berkaitan satu sama lainnya, proses itu terjadi di daerah permukaan gigi pada rongga mulut. Koloni kuman penghasil asam dapat melarutkan enamel gigi sehingga menyebabkan gigi berlubang. Plak juga menjadi penyebab utama penyakit periodontal.5,6

Pengendalian plak merupakan hal yang penting dalam perawatan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut. Pengendalian plak adalah upaya mengurangi dan mencegah penumpukan plak pada permukaan gigi, upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Menyikat gigi, penggunaan pembersih lidah (tongue scraper) dan dental floss merupakan cara mekanis yang efektif dalam mengendalikan plak, mencegah dan mengendalikan gingivitis apabila dilakukan secara teratur, secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan obat kumur yang merupakan perawatan non invasif tambahan bagi seseorang setelah menyikat gigi.7

(13)

dan antimikroba. Minyak atsiri telah lama direkomendasikan manfaat terapeutiknya dalam perawatan gigi karena membantu mencegah infeksi, bau mulut, dan penyakit periodontal dengan efek samping yang minimal.8-10

Penelitian secara in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa gugus hidroksil yang terdapat pada struktur senyawa flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik dan transport nutrisi yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap beberapa jenis kuman. Tanin bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel.6

Konsentrasi larutan ekstrak daun salam yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Setyohadi yang menyatakan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun salam adalah 1,25%. Pada konsentrasi ekstrak daun salam 1,25% tidak diperoleh adanya pertumbuhan koloni bakteri Streptoccocus mutans.11 Penelitian Murhadi menyatakan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak daun salam lebih tinggi dibandingkan aktivitas antibakteri ekstrak daun pandan untuk pelarut yang sama.12 Penelitian Hasan mengenai sitotoksisitas ekstrak daun salam menyatakan bahwa daun salam aman untuk dikonsumsi.13

(14)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat dirumuskan adalah apakah berkumur dengan larutan ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) 1,25% selama 30 detik dapat menurunkan jumlah bakteri dalam saliva.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penurunan jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan setelah berkumur larutan ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) 1,25% selama 30 detik dibandingkan dengan kelompok kontrol.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% dan akuades.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% dan akuades.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penurunan rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% dan akuades.

1.4Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan rata - rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

2. Ada perbedaan penurunan rata – rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat umum diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi mengenai manfaat daun salam dalam menjaga kesehatan rongga mulut.

(15)

syarakat, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan referensi/materi dalam melakukan penyuluhan.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva

Saliva memainkan peran penting dalam menjaga integritas jaringan rongga mulut, pengunyahan dan penelanan serta berbicara. Rata-rata saliva yang tidak distimulasi atau resting flow rate adalah sebesar 0,3-0,4 ml/menit tetapi pada beberapa orang dapat mencapai 2 ml/menit, sedangkan rata-rata saliva yang distimulasi dapat bervariasi berkisar 0,2-6 ml/menit.Saliva terdiri atas 99,5% air dan 0,5% substansi organik serta anorganik.Substansi organik dalam saliva mengandung molekul besar dan kecil. Molekul yang besar umumnya berupa protein dalam bentuk glikoprotein, serum albumin dan enzim, sedangkan yang termasuk dalam molekul kecil yaitu glukosa, urea dan kreatinin. Hampir seluruh substansi organik diproduksi oleh sel kelenjar saliva, sisanya ditransportasi ke saliva melalui darah. Substansi anorganik terdiri atas kalsium, fosfor, sodium, potasium, magnesium dan karbon dioksida, oksigen serta nitrogren yang terlarut. Enzim saliva yang utama adalah enzim amilase namun apabila menderita suatu penyakit, banyak enzim yang terbentuk akibat aktivitas bakteri dan leukosit.14

Komponen organik terbesar dalam saliva adalah protein dan glikoprotein yang mempunyai pengaruh atau peranan besar terhadap mikroflora rongga mulut. Peran protein dan glikoprotein saliva tersebut adalah:

1. Membentuk aquired pelllicle, suatu lapisan tipis yang melekat pada gigi, sebagai tempat perlekatan mikroorganisme sekaligus sebagai pertahanan lapisan pertama enamel gigi.

2. Berperan sebagai sumber nutrien primer untuk pertumbuhan mikroorganisme di dalam rongga mulut.

3. Menyebabkan agregasi mikroorganisme dan memfasilitasi pembersihan dari rongga mulut dengan adanya penelanan.

4. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme eksogen.15

(17)

memfermentasikan karbohidrat yang hasilnya bersifat asam. Konsumsi karbohidrat yang berlebihan akan menyebabkan derajat keasaman (pH) plak gigi menurun dalam kurun waktu tiga hingga lima menit dibawah nilai pH yang kritis (5,5 hingga 6,0), lingkungan asam ini akan menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin.16

Bakteri yang bersifat kariogenik berpoliferasi dan bertambah jumlahnya apabila kondisi rongga mulut berada dalam lingkungan pH yang rendah. Saliva yang melapisi seluruh bagian di rongga mulut akan berinteraksi secara selektif dengan bakteri dan membentuk salivary bacterial pellicle. Interaksi bakteri pada komponen saliva tergantung pada afinitas komponen tersebut dan juga kuantitas bakteri dalam saliva. Saliva memiliki adesin yang merupakan reseptor spesifik dalam membantu perlekatan bakteri pada permukaan gigi.17

2.2Obat Kumur

Manfaat obat kumur bagi rongga mulut yaitu menyegarkan nafas, mengontrol pembentukan kalkulus dan mencegah masalah gigi dan mulut seperti karies, gingivitis dan menghambat pembentukan plak.Pada umumnya, obat kumur mengandung:

1. Agen antibakterial: gluconate chlorhexidine 0,2% merupakan bahan efektif yang umum digunakan, namun kerugiannya terdapat pada rasanya yang kuat dan kecenderungan menimbulkan stain pada gigi.

2. Alkohol untuk meningkatkan aktivitas antibakteri dan rasa, dan membantu mempertahankan agen perasa dalam larutan.

3. Sorbitol untuk memberikan rasa manis.

4. Surfaktan untuk menjaga bahan-bahan tetap berada dalam larutan. 5. Agen pewarna, pengawet dan air sebagai transport.

Obat kumur sebaiknya digunakan selama 30 detik sebanyak 15 ml dalam 2 kali sehari setelah menyikat gigi.14

2.2 Daun Salam

(18)

salam umumnya tumbuh di dalam hutan dan dapat ditemukan pada daratan dengan ketinggian 1400 m di atas laut. Tinggi pohon dapat mencapai 25 m dengan akar yang lurus dan besar serta bunga yang berukuran kecil, berwarna putih dan harum.18 Daun salam berbentuk lonjong dan elips, memiliki panjang tangkai 0,5-1 cm, bentuk pangkal dan ujungnya meruncing, memiliki tepi yang rata, panjang daun 5-15 cm, dengan lebar 3-8 cm, permukaan atas daun berwarna hijau tua dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda.19

Gambar 1. Daun salam20

2.3.1 Taksonomi Daun Salam

Taksonomi daun salam (Eugenia polyantha) diklasifikasikan sebagai berikut:18 Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil) Ordo : Myrtales

Famili :(suku jambu-jambuan)

Genus

Spesies : Syzygium polyanthum

(19)

Salamblatt (Jerman), Indonesische lorbeerlatt (Belanda), dan meselangan (Sumatera).18

2.3.2 Kandungan Daun Salam

Daun salam memiliki banyak khasiat yaitu dapat digunakan sebagai perawatan pada penyakit diabetes, hipertensi dan kolesterol tinggi. Daun salam memiliki kandungan aktif seperti minyak atsiri yang terdiri atas sitral, seskuiterpen, lakton, eugenol dan fenol. Senyawa lain yang terkandung pada daun salam adalah tanin dan flavonoid. Senyawa yang terkandung dalam daun salam menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki potensi untuk dikembangkan manfaatnya.19

2.3.3 Manfaat Daun Salam

a. Antioksidan

Senyawa fenol merupakan komponen antioksidan utama yang terdapat pada ekstrak daun salam. Penelitian Perumal menyatakan, kandungan antioksidan pada ekstrak daun salam sebesar 333,75±1,92 GAE (Garlic Acid Equivalen) g-1.21

b. Antibakteri

Flavonoid merupakan suatu senyawa fenol yang tersebar luas pada hampir semua tumbuhan tingkat tinggi, kecuali alga. Penelitian secara in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa flavonoid mempunyai aktifitas biologis dan farmakologis, antara lain sebagai antibakteri. Tanin yang juga merupakan senyawa fenol bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel.9

c. Antijamur

(20)

daun salam 3% juga mengurangi produksi konidia dan hifa dengan persentase mencapai 84,67%.22

2.4 Pengaruh Daun Salam Terhadap Bakteri

Hasil penelitian in vitro Nurhayati menunjukkan bahwa ekstrak daun salam (Eugenia polyantha wight) 6,25% mampu menghambat koloni bakteri Streptococcus mutans pada polyvinyl siloxane. Penelitian secara in vitro Fithrony juga menyatakan, ekstrak daun salam dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan E.coli pada konsentrasi 20%.10

(21)

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Perlakuan

Berkumur larutan ekstrak daun salam dengan konsentrasi 1,25%

Variabel Efek

Jumlah bakteri dalam saliva (CFU/ml)

Variabel Tidak Terkendali

1. Diet

2. Waktu dan frekuensi menyikat gigi

Variabel Terkendali

1. Volume obat kumur 2. Lama berkumur

(22)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental ulang atau pre dan post control group design yaitu dengan melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan.

3.2 Tempat dan Waktu penelitian

3.2.1 Tempat

1. Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara: untuk pembuatan simplisia, perkolasi, pembuatan ekstrak hingga formulasi larutan ekstrak daun salam 1,25%.

2. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara: sebagai tempat untuk penghitungan jumlah koloni bakteri dalam saliva.

3.2.2 Waktu

Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu ± 10 bulan (Agustus 2014 – Mei 2015) untuk pembuatan proposal, pengambilan sampel, persiapan pembuatan larutan ekstrak daun salam 1,25%, pelaksanaan penelitian, pembuatan laporan hasil hingga ujian skripsi.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswi Universitas Sumatera Utara angkatan 2011 – 2013.

3.3.2 Sampel

(23)

Kriteria Inklusi:

1. Jumlah gigi permanen ≥ 20 (sesuai dengan metodologi penelitian oleh Shetty mengenai perbandingan efektifitas anti gingivitis dan anti plak dari obat kumur ekstrak herbal)24.

2. Kooperatif dan bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent.

3. Karies maksimal 5 gigi dengan tingkat kedalaman tidak melebihi karies dentin (sesuai kriteria inklusi dan eksklusi penelitian Gupta mengenai efek obat kumur ekstrak Ocimum sanctumand terhadap plak dan inflamasi gingiva)25.

Kriteria Eksklusi:

1. Karies profunda, radiks

2. Menggunakan pesawat ortodonti cekat. 3. Menggunakan protesa.

4. Menderita penyakit sistemik seperti penyakit jantung dan penyakit saluran pernafasan.

4. Menggunakan obat kumur sehari-hari.

5. Menggunakan antibiotik selama 3 bulan terakhir.

Setelah sampel diperoleh, secara random dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing terdiri atas 15 subyek, yaitu kelompok perlakuan berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% dan kelompok kontrol berkumur akuades.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel perlakuan: Larutan ekstrak daun salam 1,25%

Ekstrak daun salam yang dilarutkan dengan akuades sebagai pengencer, sorbitol untuk memberikan rasa manis dan peppermint oil untuk aroma. Konsentrasi yang digunakan sebesar 1,25%.

2. Variabel efek

(24)

3. Variabel terkendali

a. Volume obat kumur: volume larutan yang dikumurkan sebanyak 15 ml, sesuai dengan metodologi penelitian Suartini.4

b. Lama berkumur: berkumur dilakukan selama 30 detik yang merujuk pada Eley dan Manson yang menyatakan obat kumur umumnya dikumur selama 30 detik.14

4. Variabel tak terkendali:

a. Diet: Jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

b. Waktu dan frekuensi menyikat gigi: waktu yang dipilih ketika menyikat gigi dan intensitas menyikat gigi.

3.5 Metode Penelitian

3.5.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Salam

1. Sebanyak 1000 gram daun salam diseleksi dari segi kesegarannya, warnanya yang hijau tua, bentuknya yang elips kemudian ditimbang 500 gram dan dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan.

2. Daun salam dikeringkan di dalam freeze dryer selama 3 hari dengan suhu 40°C.

3. Daun salam yang sudah kering ditimbang seberat 100 gram dan dihaluskan menjadi serbuk (simplisia).

4. Simplisia diletakkan dalam wadah tertutup dan ditambahkan etanol 70% untuk perendaman dan didiamkan selama 1 jam sambil sesekali diaduk dengan spatula.

5. Masa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator yang bagian dasarnya telah diletakkan kapas yang telah dibasahi etanol 70% dan dilapisi kertas saring, kemudian dituangkan etanol 70% sampai penuh.

6. Perkolator ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 24 jam. 7. Infus perkolator dibuka dan cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 20 tetes/menit, hasil dari perkolator ditampung dalam wadah berupa botol.

(25)

9. Ekstrak dimasukkan ke dalam botol kaca dan disimpan dalam kulkas.

3.5.2 Prosedur Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Salam 1,25%

1. Larutan ekstrak daun salam 1,25% berarti mengandung 1,25 gram ekstrak daun salam dalam 100 ml larutan. Larutan obat kumur yang dibuat sebanyak 500 ml. Ekstrak kental daun salam ditimbang sebanyak 6,25 gram, dan dilarutkan dengan 450 ml akuades. Setelah itu Carboxymethyl cellulose (CMC) 0,5% ditambahkan untuk melarutkan zat yang tidak terlarut dalam akuades secara homogen, ditambahkan sorbitol 10% yang merupakan polisakarida yang sulit dipecah oleh bakteri sebanyak 50 ml untuk memberi rasa manis dan peppermint oil 2 tetes untuk memberikan aroma. Larutan diaduk menggunakan sendok hingga homogen dan dimasukkan ke dalam botol kosong dengan corong kaca.

2. Pembuatan akuades menggunakan prosedur yang sama, akuades sebanyak 450 ml dan dengan menambahkan pewarna, CMC 0,5%, sorbitol 10% sebanyak 50 ml dan peppermint oil 2 tetes sehingga menyerupai larutan ekstrak daun salam 1,25%. Kemudian dimasukkan kedalam botol kosong dengan corong kaca.

3.5.3 Prosedur Berkumur

1. Seluruh subjek (30 orang) yang telah terpilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dikumpulkan untuk diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian dan diberi lembar informed consent untuk diisi.

2. Sampel dibagi secara acak menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

3. Sebelum diberikan perlakuan, subjek kedua kelompok diminta untuk menggigit cotton roll selama 1 menit (sesuai metodologi penelitian Botelho)26 dan

saliva yang dirangsang ditampung sebanyak 5 ml dalam tabung yang steril (pre test) dan ditutup rapat. Kemudian sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA USU untuk dilakukan penghitungan jumlah koloni bakteri.

(26)

sama diulangi pada kelompok kontrol, yaitu berkumur dengan akuades.

5. Setelah berkumur, air bekas berkumur dibuang dan subjek diinstruksikan kembali untuk menggigit cotton roll selama 1 menit kemudian saliva dari kedua kelompok ditampung sebanyak 5 ml dalam tabung steril (posttest) dan ditutup. Sampel dibawa ke laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA USU untuk dilakukan penghitungan jumlah koloni bakteri.

3.5.4 Penghitungan Jumlah Bakteri

1. Sebanyak 1 ml sampel saliva (pretest) dan 1 ml sampel saliva (posttest) pada kedua kelompok dipindahkan ke tabung reaksi untuk dilakukan pengenceran pada kedua sampel pre test dan post test.

2. Pengenceran dilakukan dengan cara: Tiga tabung reaksi berisi 9 ml sodium chloride 0,9% yang telah tersedia diberi nomor 1 sampai dengan 3, tabung nomor 1 adalah tabung yang berisi sampel saliva dan kemudian dihomogenisasikan, setelah suspensi tersebut homogen, diambil suspensi sebanyak 1 ml dengan pipet steril dan dipindahkan ke tabung nomor 2. Setelah dipindahkan ke tabung nomor 2, suspensi diaduk sampai homogen sehingga terjadi pengenceran, dari tabung nomor 2 diambil suspensi sebanyak 1 ml dengan pipet steril dan dipindahkan ke tabung nomor 3. Suspensi dari tabung nomor 3 diambil sebanyak 0,1 ml kemudian disebar dengan pada piring petri steril yang mengandung natrium agar (NA) dengan menggunakan hockey stick.

3. Setelah itu, piring petri dimasukkan ke dalam inkubator 37°C selama 2x24 jam.

4. Sesudah 48 jam, jumlah bakteri pada setiap piring petri dihitung menggunakan Colony counter.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

(27)

ekstrak daun salam dan akuades, dan uji t tidak berpasangan (t-unpaired) untuk menghitung perbedaan baseline salivary bacterial count pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol serta perbedaan penurunan jumlah bakteri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

3.7 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 1. Lembar persiapan (Informed Consent)

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini.

2. Ethical Clearance

(28)

3.8 Alur Penelitian

a. Sebelum Penelitian

b. Saat Penelitian

Pembuatan ekstrak

Formulasi larutan ekstrak daun salam Konsentrasi 1,25%

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Sampel saliva sebelum berkumur (Baseline salivary bacterial count)

Berkumur akuades 15 ml selama 30 detik Berkumur larutan ekstrak daun

salam 1,25% 15 ml selama 30 detik

Sampel saliva sesudah Penghitungan jumlah koloni bakteri (CFU/ml)

Uji t berpasangan (sebelum-sesudah

berkumur)

Sampel saliva sesudah berkumur (Posttest)

(29)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Responden

Rata-rata DMFT pada kelompok perlakuan yaitu 2,13 ± 1,13, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata DMFT sebesar 2,20 ± 0,86.

4.2 Rata-rata Jumlah Bakteri dalam Saliva Sebelum Berkumur (Baseline)

pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum berkumur (baseline) pada kelompok kontrol adalah 274,1x103 ± 12,6x103 dan kelompok perlakuan 268,3x103 ± 20,5x103. Secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan dengan p=0,353 yang berarti bahwa kondisi awal pada kedua kelompok sama.(Tabel 1)

Tabel 1. Rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum berkumur (baseline) pada kelompok kontrol dan perlakuan

4.3 Rata-rata Jumlah Bakteri dalam Saliva Sebelum dan Sesudah

Berkumur dengan Larutan Ekstrak Daun Salam 1,25% dan Akuades

Pada kelompok perlakuan, rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur adalah 268,3x103 ± 20,5x103 CFU/ml dan sesudah berkumur 213x103 ± 20,7x103 CFU/ml. Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan terhadap penurunan jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% dengan p=0,0001. Pada kelompok kontrol (akuades), rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur adalah 274,1x103 ± 12,6x103 CFU/ml dan sesudah berkumur 268,9x103 ± 13,4x103 CFU/ml. Hasil analisis statistik uji t berpasangan menunjukkan ada perbedaan yang signifikan terhadap penurunan jumlah

Kelompok n Rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur (CFU/ml)

Hasil analisis statistik Perlakuan 15 268,3x103 ± 20,5x103 p=0,353

(30)

bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur akuades dengan p=0,0001. (Tabel 2)

Tabel 2. Rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan dan kontrol

Kelompok n

Rata-rata jumlah bakteri Hasil analisis

4.4 Hasil Analisis Statistik Penurunan Rata-rata Jumlah Bakteri dalam

Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur antara Kelompok Kontrol dan

Perlakuan

Penurunan rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok kontrol adalah 5,3x103±3,1x103 CFU/ml lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan yaitu 55,3x103 ± 9,3x103 CFU/ml. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan nilai p=0,0001 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti berkumur dengan larutan ekstrak daun salam 1,25% lebih efektif dalam menurunkan jumlah bakteri dibandingkan dengan berkumur akuades. (Tabel 3)

Tabel 3. Hasil analisis statistik penurunan rata - rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan dan kontrol

Kelompok n Penurunan jumlah bakteri (CFU/ml) Hasil analisis statistik Perlakuan 15 55,3x103 ± 9,3x103 p=0,0001

(31)

BAB 5

PEMBAHASAN

Rata-rata DMFT pada kelompok perlakuan adalah 2,13 ± 1,13, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata DMFT 2,20 ± 0,86, secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan dengan p=0,857. Rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum berkumur pada kelompok perlakuan adalah 268,3x103 ± 20,5x103 CFU/ml dan pada kelompok kontrol 274,1x103 ± 12,6x103 CFU/ml, hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan p=0,353. Hal ini berarti kedua kelompok berada dalam kondisi pemeriksaan awal yang sama (Tabel 1).

Pada kelompok perlakuan, rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% adalah 268,3x103 ± 20,5x103 CFU/ml dan sesudah berkumur turun menjadi 213x103 ± 20,7x103 CFU/ml.Pada kelompok kontrol rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur akuades adalah 274,1x103 ± 12,6x103 CFU/ml dan sesudah berkumur turun menjadi 268,9x103 ± 13,4x103 (Tabel 2). Hasil uji t berpasangan menunjukkan ada perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah berkumur pada kedua kelompok dengan p=0,0001. Penurunan jumlah bakteri ini disebabkan karena aksi mekanis berkumur menstimulasi mechanoreceptors pada jaringan gingiva yang menyebabkan produksi dan aliran saliva meningkat sehingga mengeliminasi jumlah bakteri dalam rongga mulut.27 New York Times Health menyatakan bahwa berkumur akuades setelah makan dapat mengurangi jumlah bakteri dalam rongga mulut.28

(32)

gugus hidroksil yang terdapat pada struktur senyawa flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dan DNA mikroba. Tanin menghambat pertumbuhan bakteri dengan menyebabkan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel.6 Hal ini sesuai dengan penelitian Prabhakar yang menjelaskan bahwa berkumur dengan ekstrak herbal menunjukkan penurunan jumlah bakteri rongga mulut yang signifikan antara sebelum dan sesudah berkumur.29

(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% sebesar 268,3x103 ± 20,5x103 CFU/ml dan sesudah berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% sebesar 213x103 ± 20,7x103 CFU/ml. Rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum berkumur akuades sebesar 274,1x103 ± 12,6x103 CFU/ml dan sesudah berkumur akuades sebesar 268,9x103 ± 13,4x103 CFU/ml.

2. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur larutan ekstrak daun salam 1,25% dengan p=0,0001. Ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur akuades dengan p=0,0001.

3. Ada perbedaan yang signifikan antara penurunan jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan (55,3x103 ± 9,3x103 CFU/ml) dan kelompok kontrol (5,3x103 ± 3,1x103 CFU/ml) dengan p=0,0001. Hal ini menunjukkan berkumur dengan larutan ekstrak daun salam 1,25% efektif dalam menurunkan jumlah bakteri.

6.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan:

(34)

DAFTAR PUSTAKA

1. Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Sambutan menteri kesehatan pada kongres XXIV PDGI 2. Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Sambutan menteri kesehatan pada BKGN

).

3. Anonymous. Flora normal rongga mulut

.php?id=9517 (15 Mei 2015).

4. Suartini NK, Juliasih NK. Berkumur ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) menurunkan total mikroba dalam mulut dan akumulasi plak gigi. Widya Biologi 2012; 3(2): 44-51.

5. Prasetya R. Perbandingan jumlah koloni bakteri saliva pada anak-anak karies dan non karies setelah mengkonsumsi minuman berkarbonisasi. Indonesian J Dentistry 2008; 15(1): 65-70.

6. Merrystia N, Subianto A, Salim S. Rebusan daun salam (Eugenia Polyantha) dalam menghambat pertumbuhan plak pada restorasi gigi tiruan tetap. J Prosthodontics 2013; 4(1): 27-31.

7. Dewi PF. Pengaruh konsumsi permen karet yang mengandung xylitol terhadap pembentukan plak gigi. eprints.undip.ac.id/24284/1/Putti.pdf (25 Agustus 2014).

8. Sumono A, Wulan A. Kemampuan air rebusan daun salam (Eugenia

polyantha) dalam menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp. Majalah Farmasi Indonesia 2009; 20(3): 112-7.

(35)

10.Nurhayati DM, Fithrony H, Kuntjoro M. Konsentrasi efektif ekstrak daun salam dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans pada polyvinyl siloxane. J Prosthodontics 2010; 1(2): 11-22.

11.Setyohadi R, Hamid AA, Laila SN. Uji efektivitas antimikroba ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap Streptoccocus mutans rongga mulut secara in vitro. J Ked Brawijaya 2010; 26(2): 124-8.

12.Murhadi, Suharyono AS, Susilawati. Aktivitas antibakteri ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) dan daun pandan (Pandanus amaryllifolius). J Teknologi dan Industri Pangan 2007; 28(1): 17-23.

13.Hasan MH, Adam A, Mansor M. Genotoxicity, mutagenicity and cytotoxicity effects of Eugenia polyantha. Disertasi. Selangor: Program Studi Magister Farmasi Universiti Teknologi Mara, 2010: 2-3.

14.Manson JD, Eley BM. Periodontics. 5 th ed., London: Elsevier, 2004: 21, 139. 15.Supartinah S. Saliva dan kaitannya dengan penyakit rongga mulut anak.

16.Stookey GK. The effect of saliva on dental caries. J American Dental

Association 2008; 139(2): 115-25.

17.Scannapieco FA. Saliva-bacterium interactions in oral microbial ecology. Critical Reviews in Oral Biology and Medicine 1994; 5(4): 203-28.

18.Sumono A, Wulan A. The use of bay leaf (Eugenia polyantha) in dentistry. Majalah Farmasi Indonesia 2008; 41(3): 147-50.

19.Utami P. The miracle of herbs. Jakarta: AgroMedia Pustaka, 2013: 61-3. 20.Anonymous. Bay leaves, California. http://www.savoryspiceshop.com/-

spices/baycal.html (10 September 2014).

21.Perumal S, Mahmud R, Piaru SP, Cai LW, Ramanathan S. Potential anti radical activity and cytotoxicity assesment of Ziziphus mauritiana and Syzygium polyanthum. International J Pharmachology 2012; 8(6): 536-40. 22.Sabandar CW. Profile of Eugenia polyantha wight. http://carlasabandar.files-

(36)

23.Kasjono HS, Yasril. Teknik sampling untuk penelitian kesehatan. Yogyakarta: Graha ilmu, 2009: 129-34.

24.Shetty PR, Setty SB, Kamat SS, Aldarti AS, Shetty SN. Comparison of the antigingivitis and antiplaque efficacy of the herbal extract mouthwash with chlorhexidine and listerine mouthwashes. Pakistan Oral and Dental J 2013; 33(1): 77.

25.Gupta D, Bhaskar DJ, Gupta RK. A randomized controlled clinical trial of Ocimum sanctumand chlorhexidine mouthwash on dental plaque and gingival inflammation. J Ayurveda & Integrative Medicine 2014; 5(2): 110.

26.Botelho AM, Santos RA, Martins GJ, Carvalho CO, Paz MC, Azenha C et al. Efficacy of a mouthrinse based on leaves of the neem tree (Azadirachta inidica) in the treatment of patients with chronic gingivitis: a double blind, randomized, controlled trial. J Med Plants Research 2008; 2(11): 341-6.

27.Gomes SG, Custodio W, Cury AA, Garcia RC. Effect of salivary flow rate on masticatory efficiency. Int J Prosthodontics 2009; 22(2): 168-72.

28. New York Times Health. Periondontitis health guides. http://www.nytimes- com/health/guides/disease/periodontitis/prevention.html

29.Prabhakar AR, Ahuja V, Basappa N. Effect of curry leaves, garlic and tea tree oil on S.mutans and Lactobacilli in children-a clinical and microbiology study. Pesq Bras Odontoped Clin Integr 2009; 9(3): 259-63.

(37)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN SETELAH

PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Alamat : Telepon/HP :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai subjek pada penelitian yang berjudul :

“Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan

Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) 1,25% pada Mahasiswi USU”

Mahasiswa Peneliti Medan, ...2015 Subjek penelitian

(38)

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/

KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lembar Hasil Pemeriksaan

Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak

Daun Salam (Eugenia polyantha) 1,25% pada Mahasiswi USU

No. Urut :

Kelompok a. Perlakuan b. Kontrol Nama :

Jumlah Koloni Bakteri (CFU/ml) Pretest

Sebelum Berkumur

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

Tests of Normality

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference pre test Equal variances

assumed

t-test for Equality of Means Std. Error

Difference

(45)

pre test Equal variances

T-Test (Baseline Kontrol-Perlakuan)

Group Statistics Baseline Kontrol 15 274.1333 12.61443 3.25703

Perlakuan 15 268.2667 20.47810 5.28742 Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig.

Baseline Equal variances assumed

.599 .445

Equal variances not assumed

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

t df Baseline Equal variances

assumed

t-test for Equality of Means Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Baseline Equal variances assumed

6.21008 -6.85410 18.58744 Equal variances not

assumed

(46)

T-Test (Ekstrak Daun Salam) Pair 1 Sebelum &

Sesudah 15 .973 .000

Paired Samples Test

(47)

Mean

of Variances t-test for Equality of Means

Gambar

Gambar 1. Daun salam20
Tabel 1. Rata-rata  jumlah  bakteri  dalam saliva sebelum berkumur (baseline) pada    kelompok kontrol dan perlakuan
Tabel 2. Rata-rata  jumlah  bakteri  dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur pada    kelompok perlakuan dan kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Tantangan berupa pemilihan bahan baku dan produk disarankan untuk dihadapi dengan penggunaan parameter-parameter pembanding, seperti Chemical Value, Fuel Value, dan

9 Tahun 1998 dinyatakan, bahwa warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berkewajiban dan bertanggung jawab untuk (1) menghormati hak-hak dan kebebasan

The increasing industrial production in Asia leads to over exploitation of water resources and discharge of significant pollution load. Water and wastewater reuse is the solution

Dinding prostat dijahit dengan cat gut cromic no 2 dan dklem dengan pean bengkok sebanyak 6, bagian bawah dan bagian atas diklem dengan pean lurus, diantara

Henny Permatasari,

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015

PENERIMA TUNJANGAN PROFESI GURU.. Nama lengkap dan gelar

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015