• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penggunaan Arima Dan Var Dalam Memproyeksi Permintaan Kredit Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Penggunaan Arima Dan Var Dalam Memproyeksi Permintaan Kredit Di Indonesia"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ARIMA DAN VAR DALAM MEMPROYEKSI PERMINTAAN KREDIT DI INDONESIA

OLEH

SYARIFUDDIN 090501014

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Nama : Syarifuddin

PERSETUJUAN PERCETAKAN

NIM : 090501014

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Efektivitas Penggunaan ARIMA dan VAR dalam Memproyeksi Permintaan Kredit di Indonesia

Tanggal, ______________ Ketua Program Studi

NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D

Tanggal, ______________ Ketua Departemen

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Nama : Syarifuddin

PERSETUJUAN

NIM : 090501014

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Efektivitas Penggunaan ARIMA dan VAR dalam Memproyeksi Permintaan Kredit di Indonesia

Tanggal, Juli 2013 Pembimbing

NIP. 19630818 198803 1 005 Wahyu Ario Pratomo, SE,M.Ec

Tanggal, Juli 2013 Pembaca Penilai

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”EFEKTIVITAS

PENGGUNAAN ARIMA DAN VAR DALAM MEMPROYEKSI

PERMINTAAN KREDIT DI INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis saya

sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau

lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin,

dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juli 2013 Penulis

NIM. 09050101

(5)

ABSTRACT

ARIMA USE AND EFFECTIVENESS IN PROJECTING VAR CREDIT DEMAND IN INDONESIA

Research carried out by using ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) with VAR method (Vector Autoregresive) to see which one is more effective in forecasting. The method is done using ARIMA has several stages, see kestasioneran date integration derejat test (unit roots), correlogram, and correlogram are in differencing. Once the date is stationary on first differencing it will be done by using ARIMA modeling. The model has been used with the ARIMA model is ARIMA (1,1,0), (0,1,1), (1,1,1), (2,2,0), (0,2,2), ( 2,2,2).

(6)

conducted with VAR method in which data is inflation and JIBOR, forecasting values generated ascending as can be seen in Table 4.18. While forecasting is done with ARIMA method with data on the number of credit decreased, this indicates that there is a correlation between the increase JIBOR, inflation and credit demand.

(7)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ARIMA DAN VAR DALAM MEMPROYEKSI PERMINTAAN KREDIT DI INDONESIA

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average ) dengan metode VAR ( Vector Autoregresive ) untuk melihat mana yang lebih efektif dalam melakukan peramalan. Metode yang

dilakukan dengan menggunakan ARIMA memiliki beberapa tahap yaitu melihat

kestasioneran data dengan uji derejat integrasi (Akar-akar unit), correlogram, dan

correlogram yang di differencing. Setelah data stasioner pada first differencing

maka akan dilakukan permodelan dengan menggunakan ARIMA. Model yang

telah digunakan dengan model ARIMA adalah ARIMA (1,1,0), (0,1,1), (1,1,1),

(2,2,0), (0,2,2), (2,2,2). Dari enam model yang dilakukan yang digunakan untuk

peramalan berikutnya adalah model ARIMA (1,1,0) dimana model ini signifikan

dan nilai F Statistic sebesar 30.38796 sedangkan model ARIMA (0,1,1) memiliki

F Statistic lebih tinggi sebesar 58.92521. Namun model yang sesuai untuk

peramalan adalah ARIMA (1,1,0) sedangkan ARIMA (0,1,1) tidak sesuai karena

data yang diramalkan akan terlalu turun atau sngat bias, pada data kredit ini yang

sesuai yang dilakukan untuk peramalan adalah ARIMA (1,1,0). Dengan metode

ARIMA yang digunakan dapat dilihat tingkat kesalahan rata-rata terendah

(RMSE) sebesar 8,70 yang menyakinkan untuk hasil peramalan pada tahun

berikutnya. Sedangkan model VAR melalui beberapa tahap untuk melakukan

peramalan yaitu uji stasioneritas, estimasi model VAR, impulse response,

(8)

Metode VAR yang dilakuakan kita harus melihat dahulu respone dari beberapa

variabel serta hubungan antar variabel, setelah semuanya saling mempengruhi

antara satu variabel dengan variabel lainya maka selanjutnya dilakukan

peramalan. Hasil peramalan yang dilakukan dengan metode VAR dimana datanya

adalah inflasi dan suku bunga jibor, nilai peramalan yang dihasilkan menaik

seperti dapat dilihat pada tabel 4.18. Sedangkan peramalan yang dilakukan dengan

metode ARIMA dengan data jumlah kredit menurun, ini mengidikasikan bahwa

ada korelasi antara kenaikan suku bunga jibor, inflasi dan permintaan kredit.

Untuk lebih jelasnya apabila terjadi kenaikan suku bunga jibor dan inflasi maka

permintaan kredit menurun sesuai dengan hasil peramalan yang dilakukan dan

teori yang ada. Dari melihat hasil peramalan yang dilakukan dari kedua metode

tersebut dapat di simpulkan bahwa yang lebih efektif digunakan untuk peramalan

adalah metode ARIMA karena tingkat rata-rata kesalahan metode ARIMA cukup

kecil, sedangkan model VAR harus melakukan beberapa tahap untuk melihat hasil

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada allah swt berkat rahmat dan

hidayahnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Efektivitas

Penggunaan ARIMA dan VAR dalam Memproyeksi Permintaan Kredit di

Indonesia”. Adapun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2012/2013.

Skripsi ini tidak terlepas dari jasa berbagai pihak yang telah membantu

terselesaikannya skripsi ini, baik saran, motivasi dan doa. Karena itu dengan hati

yang tulus saya ucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Kedua orangtua tercinta bapak Sahman, Ibu Rohani, dan teman-teman saya

Fredy Dermawan Tambunan, Tagor Saleh Harahap. Semoga allah swt

memberikan rahmat dan karunianya kepada kalian semua, amiin ya

robbal’lamiin.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen dan Bapak

Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi dan

Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak selaku Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dosen pembimbing yang

selama ini telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku dosen pembaca penilai yang telah

memberikan masukan.

(10)

8. Seluruh Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan dan Pegawai Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Sahabat-sahabat terkasih di kelompok kecil ku dan semua teman-teman

Ekonomi Pembangunan Stambuk 2009, semoga allah swt selalu melimpahkan

taufik dan hidayahnya kepada kalian semua.

10.Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak

dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf.

Tulisan ini masih jauh dari sempurna, karena itu semua kritik dan saran

dari pembaca akan sangat berharga bagi penulis, demi perbaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata

penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2013

Penulis

Syarifuddin

(11)

DAFTAR ISI

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN URAIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Kredit ... 7

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Metode ARIMA ... 17

3.2. Klasifikasi Model ARIMA (Box-Jenkins) ... 18

3.3. Tahapan Metode ARIMA ... 20

(12)
(13)

4.9. Peramalan dengan Metode VAR ... 56

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 59

5.2. Saran ... 60

BAB VI : DAFTAR PUSTAKA ... 61

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman

3.1 Pola Autokorelasi dan Autokorelasi Parsial ... 22

4.10 Hasil Prediksi Kredit Pada Tahun 2013

(15)

4.11 Uji Akar-akar unit INF Periode

Januari 2005 s/d Desember 2012 ... 47

4.12 Uji Akar-akar unit INF Periode

Januari 2005 s/d Desember 2012 Differencing ... 48 4.13 Uji Akar-akar unit JBR Periode

Januari 2005 s/d Desember 2012 Differencing ... 49 4.14 Etimasi Model VAR Periode

Januari 2005 s/d Desember 2012 ... 51

4.15 Lag Lenght Periode

Januari 2005 s/d Desember 2012 ... 52

4.16 Variace Decomposition Periode

Januari 2005 s/d Desember 2012 ... 55

4.17 Uji Kausalitas Periode

Januari 2005 s/d Desember 2012 ... 56

4.18 Hasil Prediksi Model VAR Pada Tahun 2013

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Penelusuran Kredit (Off-Balance Sheet)

Bank Umum Berdasarkan

Jenis Kredit dan Golongan Penyalur

Dalam Miliaran Rupiah... 62

2 Tingkat Inflasi (Indek Harga Konsumen)

Dalam Bentuk Persentase (%) ... 63

3 SUKU BUNGA JIBOR

(Jakarta Interbank Offered Rate)

(17)

ABSTRACT

ARIMA USE AND EFFECTIVENESS IN PROJECTING VAR CREDIT DEMAND IN INDONESIA

Research carried out by using ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) with VAR method (Vector Autoregresive) to see which one is more effective in forecasting. The method is done using ARIMA has several stages, see kestasioneran date integration derejat test (unit roots), correlogram, and correlogram are in differencing. Once the date is stationary on first differencing it will be done by using ARIMA modeling. The model has been used with the ARIMA model is ARIMA (1,1,0), (0,1,1), (1,1,1), (2,2,0), (0,2,2), ( 2,2,2).

(18)

conducted with VAR method in which data is inflation and JIBOR, forecasting values generated ascending as can be seen in Table 4.18. While forecasting is done with ARIMA method with data on the number of credit decreased, this indicates that there is a correlation between the increase JIBOR, inflation and credit demand.

(19)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ARIMA DAN VAR DALAM MEMPROYEKSI PERMINTAAN KREDIT DI INDONESIA

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average ) dengan metode VAR ( Vector Autoregresive ) untuk melihat mana yang lebih efektif dalam melakukan peramalan. Metode yang

dilakukan dengan menggunakan ARIMA memiliki beberapa tahap yaitu melihat

kestasioneran data dengan uji derejat integrasi (Akar-akar unit), correlogram, dan

correlogram yang di differencing. Setelah data stasioner pada first differencing

maka akan dilakukan permodelan dengan menggunakan ARIMA. Model yang

telah digunakan dengan model ARIMA adalah ARIMA (1,1,0), (0,1,1), (1,1,1),

(2,2,0), (0,2,2), (2,2,2). Dari enam model yang dilakukan yang digunakan untuk

peramalan berikutnya adalah model ARIMA (1,1,0) dimana model ini signifikan

dan nilai F Statistic sebesar 30.38796 sedangkan model ARIMA (0,1,1) memiliki

F Statistic lebih tinggi sebesar 58.92521. Namun model yang sesuai untuk

peramalan adalah ARIMA (1,1,0) sedangkan ARIMA (0,1,1) tidak sesuai karena

data yang diramalkan akan terlalu turun atau sngat bias, pada data kredit ini yang

sesuai yang dilakukan untuk peramalan adalah ARIMA (1,1,0). Dengan metode

ARIMA yang digunakan dapat dilihat tingkat kesalahan rata-rata terendah

(RMSE) sebesar 8,70 yang menyakinkan untuk hasil peramalan pada tahun

berikutnya. Sedangkan model VAR melalui beberapa tahap untuk melakukan

peramalan yaitu uji stasioneritas, estimasi model VAR, impulse response,

(20)

Metode VAR yang dilakuakan kita harus melihat dahulu respone dari beberapa

variabel serta hubungan antar variabel, setelah semuanya saling mempengruhi

antara satu variabel dengan variabel lainya maka selanjutnya dilakukan

peramalan. Hasil peramalan yang dilakukan dengan metode VAR dimana datanya

adalah inflasi dan suku bunga jibor, nilai peramalan yang dihasilkan menaik

seperti dapat dilihat pada tabel 4.18. Sedangkan peramalan yang dilakukan dengan

metode ARIMA dengan data jumlah kredit menurun, ini mengidikasikan bahwa

ada korelasi antara kenaikan suku bunga jibor, inflasi dan permintaan kredit.

Untuk lebih jelasnya apabila terjadi kenaikan suku bunga jibor dan inflasi maka

permintaan kredit menurun sesuai dengan hasil peramalan yang dilakukan dan

teori yang ada. Dari melihat hasil peramalan yang dilakukan dari kedua metode

tersebut dapat di simpulkan bahwa yang lebih efektif digunakan untuk peramalan

adalah metode ARIMA karena tingkat rata-rata kesalahan metode ARIMA cukup

kecil, sedangkan model VAR harus melakukan beberapa tahap untuk melihat hasil

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kegiatan manusia akan selalu diarahkan kepada kegiatan yang akan

datang, yang keberadaannya tidak dapat diketahui secara pasti. Oleh karena itu

perlu melakukan sesuatu untuk masa yang akan datang serta memperhitungkan

kondisi yang akan datang atau meramalkannya. Kondisi pada waktu yang akan

datang tidaklah dapat diperkirakan secara pasti, namun usaha untuk

meminimalkan ketidakpastian itu lazim dilakukan dengan metode atau teknik

peramalan tertentu.

Permalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan

hubungan, kecendrungan dan pola data yang sitematis (Makridakis 1999).

Peramalan menggunakan pendekatan statistik maupun non statistik keduanaya

bertujuan untuk meramalkan yang diharapkan mendekati data yang aktual.

Peramalan yang dilakukan berdasarkan runtun waktu pada data yang ada sesuai

urutan waktu pada priode tertentu.Dengan metode peramalan ini dapat

mempermudah bank sentral dalam melakukan kebijakan perbankannya pada masa

yang akan datang, untuk mengukur tingkat permintaan kredit sesuai dengan faktor

yang mempengaruhinya. Untuk penggunaaan teknik peramalan diperlukan data

yang terdahulu, dengan asumsi pola data pada waktu yang lalu akan berulang

(22)

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA), dikembangkan oleh George Box dan Gwilym Jenkins sehingga disebut ARIMA Box-Jenkins. Metode

ini merupakan dari metode penghalusan, metode regresi, dan metode

dekomposisi. Metode ini banyak digunakan untuk peramalan harga saham,

permintaan kredit, tenaga kerja, dan runtun waktu lainya. Dengan menggunakan

ARIMA dapat dilakukan melalui lima tahap, yaitu kestasioneran data,

pengidetifikasian model, pengistimasian parameter model, pengujian model, dan

penggunaan model untuk peramalan. Pada tahap satu, data runtun waktu harus

diperiksa kesastisionerannya (apakah rata rata dan variansnya konstan, homogen

dari waktu kewaktu) karena data yang dianalisis pada ARIMA adalah data yang

statisioner. Pemeriksaan dilakukan dengan metode otokorelasi dan otokorelasi

parsial (dibicarakan kemudian) atas datanya. Pada tahap kedua, data yang telah

statisioner berdasarkan hasil analisis otokorelasi dan otokorelasi parsial atas data

yang ststisioner atau yang telah distasionerkan itu. Dari pengidentifikasian hasil

datanya berupa model AR (autoregresive). I (integrated), MA (moving avarage)

atau kombinasi dari dua (ARI,IMA,ARMA) atau ketiganya (ARIMA) komponen

model itu.

Dengan metode ARIMA yang diakukan dapat mempermudah dalam

memperhitungkan tingkat permintaan kredit dimasa yang akan datang secara

akurat dengan menggunakan metode tersebut. Dengan memproyeksikan

(23)

perbankan indonesia agar proyeksi yang diharapkan dapat terjadi secara

kenyataan. Sebagaimana pemberiaan kredit merupakan salah satu bentuk usaha

yang dilakukan dalam dunia perbankan.

Selain menggunakan metode ARIMA, dalam penelitian ini juga akan

menggunakan metode VAR (Vector Autoregresive) yang merupakan Sebagian

besar model ekonometrika deret waktu adalah dibangun berdaarkan teori yang

ada, dengan kata lain teori ekonomi yang menjadi dasar dalam mengembangkan

hubungan antar peubah pada model. Model ini disebut juga model struktural atau

teoritis, dan estimasinya dapat memberikan informasi yang numerik dan sekaligus

alat untuk menguji teori yang ada. Namun sering kali teori ekonomi belum

mampu menemukan spesifikasi yang tepat untuk model. Hal ini disebabkan teori

ekonomi yang ada terlalu kompleks, sehingga perlu dilakukan penyederhanaan

dalam model atau sebaliknya fenomena yang ada terlalu kompleks sehingga tidak

cukup dijelaskan dengan teori yang ada.

Jika data yang digunakan dalam analisis adalah deret waktu, model Vector Autoregresive (VAR) menawarkan alternatif permodelan sebagai jalan keluar persoalan tersebut. Model VAR disebut sebagai model non-struktural atau model

yang tidak teoritis.

Hubungan antar peubah didalam suatu sistem dinamis tidak dapat

dijelaskan dalam persamaan tunggal yang statis, melaikan harus beberapa

(24)

(INF) pada priode t dipengaruhi tingkat suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR)

Dengan demikian itu merupakan suatu perbedaan metode antara ARIMA

dan VAR, dimana model ARIMA tidak memandang hubungan yang timbal balik

dari variabel tersebut. Model ARIMA hanya meramalkan data berapa bulan atau

tahun kedepan, sedangkan medel VAR perlunya adanya hubungan yang searah

atau timbal balik dalam meramalkan permintaan kredit beberapa bulan kedepan

atau tahunnya. Untuk menguji kedua metode tersebut mana yang lebih efektif

dalam melakukan peramalan permintaan kredit di indonesia maka perlu di

lakukan pengkajian lebih lanjut dengan metode yang akan digunakan.

1.2.Perumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah menentukan

metode yang terbaik dalam memproyeksikan permintaan kredit, apakah metode

ARIMA atau VAR.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:

1.Untuk mengetahui tingkat permintaan kredit pada masa yang akan datang serta

dapat memprediksikannya.

2.Dengan kedua metode yang dilakukan antara ARIMA dan VAR dapat

membandingkan metode mana yang terbaik dalam memprediksi permintaan kredit

(25)

3.Dengan melakukan peramalan melalui metode yang ada dapat mengindikasikan

kepada pihak perbankan Indonesia untuk melakukan kebijakannya dimasa yang

akan datang,agar peramalan yang dilakukan dapat terealisasi secara nyata.

4.Dengan metode peramalan yang dilakukan dapat diketahui seberapa besar

pengaruh permintaan kredit terhadap kondisi ekonomi pada masa akan datang

terutama pada pertumbuhan ekonomi, dengan meningkat atau menurunnya

permintaan kredit dimasa yang akan datang mengidikasikan kondisi ekonomi

mengalami pertumbuhan atau penurunan (resesi)

1.4.Manfaat Penelitian

1.Sebagai informasi kepada perbankan Indonesia terhadap permintan kredit di

Indonesia untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi tingkat permintaan kredit

tersebut.

2.Sebagai suatu pengetahuan yang konkret dan yang terbaik dalam melakukan

peramalan kredit di Indonesia serta sebagai alat kebijakn untuk maa yang akan

datang.

3.Sebagai suatu tindakan yanga harus dilakuakan oleh pihak perbankan dalam

mengambil keputusan dalam jangka panjang dengan mengetahui informasi dari

peramalan yang dilakukan tersebut.

4.Dengan metode peramalan yang dilakukan dapat sebagai alat tolak ukur

perbankan dalam mengabil kebijakan dalam menetapkan suku bunga kredit agar

permintaan kredit meningkat, karena dalam penelitian ini menggunakan variabel

(26)

permintaan kredit meningkat seiring pertumbuhan ekonomi meningkat sesuai

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN URAIAN TEORITIS 2.1.Pengertian Kredit

Pemberian kredit adalah suatu usaha yang diberikan oleh pihak bank

kepada nasabahnya serta sebagai sumber pendapatan utama bank yang terbesar,

serta sumber resiko yang terbesar yang diberikan kepada badan perorangan

maupun badan usaha.

Kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust, oleh karena itu dasar pemikiran kredit itu berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh pihak perbankan kepada badan perorangan atau

badan usaha dengan perjanjian yang dilakukan oleh pemberi kredit dan penerima

biak dalam hal angsuran maupun bunga.

2.2.Unsur unsur Kredit

a.Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara persetujuan pemberian kredit

dan pelunasanya.

b.Kepercayaan, yang melandasi pihak kreditur kepada debitur,bahwa setelah

jangka waktu tetentu debitur akan mengembalikan sesuai kesepakatan oleh kedua

belah pihak.

c.Penyerahan, yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan uang kepada

pihak debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo.

d.Resiko, yang mungkin timbul sepanjang jarak pemberian kredit dan

(28)

e.Persetujuan, yang menyatakan kesepakatan antara kreditur dan debitur dalam

suatu perjanjian.

2.3.Penilaian Pemberian Kredit

Penilai pemberian kredit dengan pendekatan 5C antara lain sebagai

berikut:

a.Character (watak)

yaitu penilaian atau analisis yang dilakukan untuk mengetahui sifat dan

sikap dari calon debitur. Hal ini dilakukan agar debitur bisa memenuhi kewajiban

kewajibannya.

b.Capacity (kapasitas)

Untuk mengethui kemampuan manajemen perusahaan dalam

mengoperasikan perusahaannya sehinga dapat memenuhi kewajibannya secara

rutin pada saat jatuh tempo. Hal yang perlu diketahui oleh pihak bank, apakah

perusahaan yang diberikan kredit dapat memasarkan produksinya dengan baik....?,

Kemampuan teknologi debitur, kemampuan calon debitur dalam

mencegah kegagalan dalam berproduksi.

c.Capital (modal)

dalam pendekatan ini seberapa jauh ketersedian modal yang disetor oleh

perusahaan, cadangan cadangan dan laba yang ditahan dalam struktur keuangan

perusahaan. Untuk mencegah resiko yang mungkin terjadi dalam kemacetan

pembayaran kewajiban debitur oleh karena itu perlu melakukan pendekatan ini.

(29)

Penilaian ini dilihat dari sisi makro yang melingkupi perusahaan atau

kebijakan pemerintah, baik perusahaan nasional maupun internasional. Variabel

yang diperhatikan adalah variabel ekonomi.

e.Collateral (jaminan)

Penilaian yang dilakukan terhadap jaminan debitur sebagai jaminan

daripada jumlah kredit yang diberikan oleh bank, yang bermanfaat pada masa

yang akan datang, apabila terjadi kredit macat pihak bank akan mudah

mengkonversikannya menjadi uang pada waktu yang ditentukan.

Selain konsep 5C bank juga melakukan penilaian pemberian kredit melalui

konsep 5P antara lain sebagai berikut:

a.People

Yaitu penilaian pemberian kredit melalui calon debitur dilihat dari mitra

usahanya, orangnya/lembaga yang menjamin debitur, yang sangat penting dalam

menunjang kegiatan usaha kreditur.

b.Purpose

Penilaian terhadap maksud permohonan kredit dari calon debitur agar

penggunaan jumlah atau jenis kredi tersebut dapat terarah, aman, produktif serrta

membawa manfaat bagi pengusaha, masyarakat, bank dan otoritas moneter.

c.Payment

sejauh mana pihak debitur dapat melunasi kewajiban kewajibanya

angsuran pokok besrta bunganya, hal ini berkaitan arus kas perusahaan dan

(30)

d.Protection

Bila perusahaan mengalami kegagalan atau macat dalam pembayarannya

pihak bank sudah terlindungi dari kesulitan kreditnya, bank sudah mempunyai

alternatif dalam penyelesaian kreditnya dengan agunan yang dikuasai beserta

pengikatan yuridis sesuai ketentuan yang berlaku.

e.Perspective

posisi usaha kreditur pada masa yang akan datang,mampu mengikuti

kondisi ekonomi, keuangan dan fiskal.

Penilaian kredit merupakan salah satu proses kegiatan untuk memberikan

kredit yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan kredit tersebut untuk

memenuhi kewajaibanya. Namun dengan kelima konsep tersebut dalam analisa

kredit, aspek hukum mempunyai kedudukan yang strategis yang merupakan hal

yang terpenting dari aspek lainnya, karrena walaupun aspek yang lainnya sudah

terpenuhi namun secara hukum tidak sah, maka semua ikatan debitur dan kreditur

bisa gagal,pada akhirnya mengalami kesulitan dalam penyelesaiannya.

2.4.Pengenalan ARIMA

ARIMA (Aoturegesive Integreted Moving Avarege) pertama kali dikembangkan oleh George Box dan Gwilym jenkins yang disebut ARIMA

Box-jenskin. Metode ini merupkan penggabungan dari metode penghalusan, metode

regresi, dan metode dekomposisi. Model ini juga digunakan bila datanya tersdia

dalam jumlah yang cukup besar sehingga sehingga membentuk runtut waktu yang

yang cukup panjang. Dalam menggunakan metode ARIMA datanya harus

(31)

parsial, data yang stasioner yaitu data yang rata-rata dan variansnya relatif konstan

dari priode ke priode, jadi sebelum dilanjutkan datanya harus stasioner.

2.5.Model ARIMA

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalal model ARIMA dengan

menggunakan data kredit secara bulanan mulai tahun 2004 sampai tahun 2012.

Untuk menguji kemempuan memprediksi dari metode ARIMA yang dilakukan

maka akan dibandingkan dengan output proyeksi dari model dengan data yang

aktual. Pengelolaan data yang dilakukan dengan software eviews.

Beberapa langkah yang dilakukan dalam pembetukan model ARIMA yaitu

(Nochrawi etal, 2006)

Langkah pertama adalah identifikasi model yang meliputi identifikasi data

yang stasioner dan identifikasi data ordo ARIMA, agar data dapat dimodelkan

maka data tersebut harus stasioner. Untuk melakukan pendugaan agar data

stasioner maka kita bisa melakukan dua cara yaitu:

1.Dengan melihan trendnya dalam grafik

2.Menggunakan correlogram

Dengan melihat grafik tersebut kita bisa menduga tentang kestasioneran

data,untuk lebih yakin lagi kita bisa melakukan dengan correlogram.Dengan

menggunakan correlogram maka kita cari apakah data tersebut stasione pada level 1st difference atau 2nd difference. Difference adalah menghitung perubahan atau selisih nilai observasi.Jika data tidak stasioner pada level, maka pelu diketahui

(32)

(ACF) setelah time lag 2 atau 3 akan menuju nol. Kestasioneran data itu sangat

diperlukan dalam keberlangsungan metode ARIMA, pada tahap identifikasi akan

dientukan lag AR dan MA yang sesuai dengan bantuan korelogram otokorelasi

dan korelogram otokorelasi partial.

Langkah kedua menentukan ordo maksimal AR(p) dan MA(q), untuk melkukan ordo maksimal AR(p) dan ordo maksimal MA (q) dapat dilihat banyaknya koefisien autokorelasi yang signifikan berbeda dari nol. Untuk

menentukan ordo maksimal AR(p),kita melihat dari garis partial autocorelation sedangkan untuk menentukan ordo maksimal MA(q), kita melihat garis autocorelation.

Langkah ketiga adalah dianogtic checking dan pemilihan model yang

terbaik, setelah model ARIMA ditentukan maka dipilih model yang cocok dengan

data. Model yang cocok dengan data di indikasikan dengan mengamati apakah

residual dari model terestimasi merupakan white noise atau tidak.

Langkah keempat tahap peramalan model ARIMA berdasarkan pada

model AR dan MA.

Model AR(p)

Yt = αo+α1Yt-1+α2Yt-2+α3Yt-3+...+αpYt-p+et

Model MA

(33)

Model ARMA (p,q)

Yt = γo+α1Yt-1+α2Yt-2+α3Yt-3+...+αpYtp-β1et-1-β2et-2-β3et-3-...-βqet-q+et

Misal model ARIMA (2,1,2) dengan ordo differencing=1

ARMA (2,2) :Yt = γo+α1Yt-1+α2Yt-2-β1et-1-β2Yt-2+et

ARIMA (2,1,2) :Yt-Yt-1 = γo+α1(Yt-1-Yt-2)+α2(Yt-2-Yt-3)-β1et-1-β2et-2+et

2.6.Pengenalan (VAR)

Sebagian besar model ekonometrika deret waktu adalah dibangun

berdaarkan teori yang ada, dengan kata lain teori ekonomi yang menjadi dasar

dalam mengembangkan hubungan antar peubah pada model. Model ini disebut

juga model struktural atau teoritis,dan estimasinya dapat memberikan informasi

yang numerik dan sekaligus alat untuk menguji teori yang ada. Namun sering kali

teori ekonomi belum mampu menemukan spesifikasi yang tepat untuk model. Hal

ini disebabkan teori ekonomi yang ada terlalu kompleks, sehingga perlu dilakukan

penyederhanaan dalam model atau sebaliknya fenomena yang ada terlalu

kompleks sehingga tidak cukup dijelaskan dengan teori yang ada.

Jika data yang digunakan dalam analisis adalah deret waktu,model Vector Autoregresive (VAR) menawarkan alternatif permodelan sebagai jalan keluar persoalan tersebut.Model VAR disebut sebagai model non-struktural atau model

(34)

Hubungan antar peubah didalam suatu sistem dinamis tidak dapat

dijelaskan dalam persamaan tunggal yang statis, melaikan harus beberapa

persamaan yang bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. Misalnya Inflasi

(INF) pada priode t dipengaruhi tingkat suku bunga Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) pada waktu t dan suku bunga SBI pada waktu t-1 model regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut:

INF = α1+α2JBR+α3INFt-1+e1t...(1.1)

Disisi lain INF mempengaruhi pergerakan JBR pada masa yang akan datang sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

JBR= β1+β2INFt-1+β2JBR+e2t...(1.2)

Dari persamaan 1.1 dan 1.2 menunjukkan adanya hubungan yang bersifat

dinamis atau saling mempengaruhi antara INF dan JBR, kedua persamaan tersebut dapat disederhanakan dengan menyebsitusi persamaan 1.2 kepersamaan 1.1 yaitu:

INF1 = α1+α2 (β1+β2INF+β3JBRt-1+e2t) + α3INFt-1+e1t...(1.3)

= (α1+α2β1)+(α3+α2β2)INFt-1+α2β3JBRt-1+(α2e2t+e1t)

Atau bisa ditulis dalam bentuk yang sederhana sebagai berikut:

INFt = α11+α12INFt-1+α13JBRt-1+ѵ1t...(1.4)

Dengan melakukan subsitusi dar persamaan (1.1)dan (1.2) juga akan diperoleh

(35)

JBRt = α1+α2INFt-1+α3JBRt-1+ѵ2t...(1.5)

Dengan memperhatikan model diatas maka deret waktunya menuntut

kestasioneran data oleh karena itu data yang akan dimasukkan ke model VAR

haruslah data yang staioner. Seringkali untuk persyaratan ini dilakuakan

transformasi data atau melakukan proses deferensiasi (pembedaan).

2.7.Kelebihan dan Kelemahan VAR

Kelebihan analisis VAR sebagai berikut:

1.Model VAR memiliki model yang sederhana dan tidak perlu embadakan mana

variabel yang eksogen dan mana variabel endogan. Seluruh variabel penelitian

dianggap variabel endogen.

2.Etimasi model VAR sangat mudah yaitu dengan menggunakan OLS

3.Peramalan yang menggunakan model VAR lebih mudah dibandingkan dengan

model persamaan simultan yang lebih kompleks.

Kelemahan Analisis VAR

1.Model VAR merupakan model yang atheoritic atau tidak berdasarkan teori hal

ini tidak persamaan simultan. Pada persamaan simultan, pemilihan variabel yang

akan dimasukkan dalam persamaan memegang peranan penting dalam

(36)

2.Pada medel VAR, penekananya terletak pada peramalan sehingga model ini

kurang cocok digunakan dalam menganalisis kebijakan.

3.Permasalahan yang besar dalam model VAR adalah pada pemilihan (lag length) panjang lag yang tepat. Oleh karena semakin penjang lag, jumlah parameter yang

akn bermasalah pada drajat bebas akan bertambah.

4.Variabel yang tergabung pada model VAR harus stasioner. Apabila tidak

stasioner,perlu dilakukan transformasi bentuk data, misalnya melalui first difference.

5.Sering ditemui kesulitan dalam menginterpretasi setiap koefisien pada estimasi

model VAR sehingga sebagian besar peneliti melakukan interpretasi pada estimasi

IRF dan variance decompotition.

Dengan dua model yang dilakukan yaitu ARIMA dan VAR dalam

memprediksi permintaan kredit di Indonesia melalui pendekatan tersebut akan

dibuktikan, bagaimana tingkat permintaan kredit pada masa yang akan datang

yang sangat mempengaruhi suatu prekonomian indonesia. Disisi lain pada dunia

perbankan permintaan kredit merupakan suatu pendapatannya yang sangat

mempengaruhi Return On Asset (ROA), melalui metode peramalan yang dilakukan sangat membantu untuk melakukan kebijakan perbankan dimasa yang

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif lebih tepatnya Riset

Kecenderungan (trend analysis) yang merupakan suatu penelitian bertujuan untuk melihat kondisi yang akan datang dengan melakukan proyeksi atau peramalan.

Peramalan yang dilakukan dengan metode ARIMA dan VAR dengan data yang

runtut waktu untuk memprediksi permintaan kredit di masa yang akan datang.

Metode peramalan yang akan dilakukan harus menggunakan beberapa langkah

yang akan dilakukan agar data tersebut stasioner dan signifikan dalam penelitian.

Metode tersebut yang akan dilakukan sebagai berikut:

3.1.Metode ARIMA (AoturegesiveIntegreted Moving Avarege)

Metode ARIMA (Box-Jenkins) adalah metode peramalan yang tidak

menggunakan teori atau pengaruh antar variabel seperti model regresi, sehingga

metode ini tidak memerlukan penjelasan mana variabel bebas dan mana variabel

terikat. Metode ini tidak juga memerlukan pola data seperti times series

decomposition, artinya data yang akan diprediksi tidak perlu dibagi menjadi

komponen trend, musiman, siklis, atau acak. Metode ini secara murni melakukan

prediksi berdasarkan data data historis yang ada.

ARIMA merupakan suatu metode yang menghasilkan ramalan

(38)

Metode ARIMA dinotasikan (p,d,q)

Dimana

P : orde atau derajat autoregresive(AR)

D : orde atau derajat defferencing (pembeda) dan

Q : orde atau derajat moving avarage (MA)

Dan untuk medel ARIMA musiman di notasikan sebagai berikut:

(p,d,q) (P,D,Q)S,dengan:

(p,d,q) merupakan bagian yang musim dari model

P : orde atau derajat autoregresive (AR)

D : orde atau derajat differencing (pembeda)dan

Q : orde atau derajat moving average (MA)

3.2.Klasifikasi Model ARIMA (Box-Jenkins)

Model ini di bagi tiga yaitu model autoregresive (AR), moving avarege

(MA), dan model penggabungan ARIMA (autoregresive moving averege) yang mempunyai karakteristik dari dua model pertama (Hendranata, 2003)

1.Model Autoregresive (AR)

(39)

Yt = αo+α1Yt-1+α2Yt-2+α3Yt-3+...+αpYt-p+et

Dimana:αo=konstanta

α1Yt-1+α2Yt-2+α3Yt-3 = parameter autoregresive (p )

αpYt-p+et = error term pada saat t 2.Model Moving Averege (MA)

Bentuk dari moving averege (MA) ber ordo q sebagai berikut:

Yt = βo+et-β1et-1-β2et-2-β3et-3...-β1et-q

Dimana: βo=konstanta

et-β1et-1-β2et-2-β3et-3 = parameter moving averege

β1et-q = error term pada saat t-q

3.Model Campuran

a.Proses ARMA

Model umum bentuk campuran AR dan MA (p,q) sebagai berikut:

Yt = γo+α1Yt-1+α2Yt-2+α3Yt-3+...+αpYtp-β1et-1-β2et-2-β3et-3-...-βqet-q+et

b.Proses ARIMA

Persamaan dari model ARIMA adalah sebagai berikut:

(40)

ARMA (2,2) :Yt = γo+α1Yt-1+α2Yt-2-β1et-1-β2Yt-2+et

ARIMA (2,1,2) :Yt-Yt-1 = γo+α1(Yt-1-Yt-2)+α2(Yt-2-Yt-3)-β1et-1-β2et-2+et

3.3 Tahapan Metode ARIMA

Tahapan metode ARIMA ada beberapa langkah untuk menyelesaikan data

time series tersebut,apakah dengan proses AR murni (p,0,0) atau MA murni (0,0,q) atau ARMA (p,0.q) atau proses ARIMA (p,d,q). Adapun langkah langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:

1.Identifikasi model

2.Penaksiran parameter

3.Pemeriksaan diagnoatic

(41)

Penggunaan model untuk peramalan Berikut flowchart tahapan metode ARIMA (Box-Jenkins)

Suatu tahapan dalam model ARIMA gambar flowchart (Box-jenkins)

3.3.1.Uji Stasioner

Suatu data yang runtun waktu bisa dikatakan stasioner jika nilai rata

ratanya tidak berubah. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung

autokorelasi dari deret data yang asli. Apabila data tersebut turun dengan cepat

mendekati nol setelah nilai kedua dan seterusnya bahwa data tersebut.

menandakan datanya stasioner di dalam bentuk aslinya. Apabila data yang

digunakan melalui ARIMA tidak stasioner,perlu dilakukan modifikasi untuk

menghasilkan data yang stasioner, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan

pembeda (defferencing) yaitu mengurangi data suatu priode dengan nilai data Rumusan model umum dan uji stasioner

data

Identifikasi model tentatif (sementara) dengan memilh (p,d,q)

Estimasi parameter model

Pemeriksaan (uji) diagnosa apakah model memadai ?

tidak

(42)

Metode Box-Jenkins hanya dapat diterapkan, dijelaskan atau mewakili

data yang stasioner atau setelah defferencing, sebab data yang stasioner tidak

memiliki unsur trend, maka yang ingin dijelaskan dengan metode ini adalah unsur

sisanya.

Apabila data tidak stasioner perlu dilakukan pembeda pertama, untuk tujuan

praktis suatu maksimum dari dua pembedaakan mengubah data menjadi deret

stasioner.

3.3.2.Identifikasi Model

Langkah selanjutnya setelah data stasioner maka yang akan dilakukan

adalah menetapkan model ARIMA yang cocok (tentatif) dan menetapkan p,d,q

jika yang dilakukan tanpa pembedaan (defferencing) maka diberi 0, dan jika melalui pembedaan diberi 1 dan seterusnya.

Pada identifikasi model datanya yang telah stasioner maka yang akan

digunakan adalah sebagai berikut:

a.ACF (Autocorrelation function) yaitu fungsi yang menunjukkan besarnya korelasi antara pengamatan antara pada waktu t dengan pengamatan pada waktu sebelumya.

(43)

Dalam memilih berapa p dan q dapat dibantu dengan mengamati fungsi autocorrelation dan partial autocorrelation (autocorrelogram) dengan series yang dipelajari dengab acuan sebagai berikut:

Tabel 3.1.Pola Autokorelasi dan Autokorelasi Parsial

Autocorrelation Partial autocorrelation ARIMA

tentative

Menuju nol setelah lag Menurun,secara bertahap/bergelombang

Pada umumnya peneliti harus mengidentifikasi autokorelasi secara eksponensial

menjadi nol, jika autokorelasi melemah menjadi nol maka terjadi proses AR.

Dan apabila autokorelasi parsial melemah secara eksponensial berarti terjadi

proses MA. Jika keduanya terjadi berati terjadi proses ARIMA, (Arsyad,1995).

3.3.3.Penaksiran Parameter Model

Setelah berhasil menetapkan menetapkan identifikasi model sementara,

selanjutnya parameter-parameter AR dan MA, musiman dan tidak musiman

harus ditetapkan dengan cara yanr terbaik, terdapat dua cara untuk mendapatkan

(44)

parameter-parameter terbaik dalam mencocokkan deret berkala yang akan di

modelkan (Makridakis, 1999) yaitu sebagi berikut:

a.Dengan cara mencoba coba menguji beberpa nilai yang berbeda dan memilih

satu nilai tersebut (sekumpulan nilai, apabila terdapat lebih dari satu parameter

yang akan ditaksir) yang meminimumkan jumlah kuadrat sisa (sum of squared residuals)

b.Perbaikan secara iteratif memilih taksiaran awal dan kemudian membiarkan

program memperhalus penaksiran tersebut.

3.3.4.Uji Diagnostic

Pada tahap ini dilakuakan pengujian terhadap residual model yang

diperoleh, model yang baik memiliki sifat yang rendom (white noise). Analisis residual dilakukan dengan korelogram, baik melalui ACF maupun PACF. Jika koefisien ACF maupun PACF secara individual tidak signifikan, residual yang

didapatkan bersifat rendom. Jika residual tidak rendom harus kembali ketahap

sebelumnya untuk memilih model yang lain. Pengujian signifikansi ACF dan

PACF dapat dilakuakan uji dari Barlett, Box dan Pierce maupun Ljung Box

3.3.5.Peramalan dengan Model ARIMA

Apabila model sudah memadai maka akan dilakukan peramalan dan

apabila belum memadai maka harus ditetapkan model yang lain. Untuk

(45)

error (RMSE) Mean Absolut Error (MAE) atau Mean Absolute Porcengtage Error (MAPE). Semua teknik yang dilakukan adalah untuk mengukur tingkat kesalahan.

3.4.Pengertian Model Vector Autoregresive (VAR)

Hubungan antar peubah didalam suatu sistem dinamis tidak dapat

dijelaskan dalam persamaan tunggal yang statis, melaikan harus beberapa

persamaan yang bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. misalnya inflasi

(INF) pada priode t dipengaruhi tingkat suku bunga Jakarta Iinterbank Offered Rate (JIBOR) pada waktu t dan suku bunga JBR pada waktu t-1 model regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut:

INF = α1+α2SBI+α3INFt-1+e1t...(1.1)

Disisi lain INF mempengaruhi pergerakan JBR pada masa yang akan datang sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

SBI = β1+β2INFt-1+β2JBRt-1+e2t...(1.2)

Dari persamaan 1.1 dan 1.2 menunjukkan adanya hubungan yang

bersifat dinamis atau saling mempengaruhi antara INF dan SBI, kedua persamaan tersebut dapat disederhanakan dengan menyebsitusi persamaan 1.2

kepersamaan 1.1 yaitu:

(46)

= (α1+α2β1)+(α3+α2β2)INFt-1+α2β3JBRt-1+(α2e2t+e1t)

Atau bisa ditulis dalam bentuk yang sederhana sebagai berikut:

INFt = α11+α12INFt-1+α13JBRt-1+ѵ1t...(1.4)

Dengan melakukan subsitusi dar persamaan (1.1) dan (1.2) juga akan diperoleh

persamaan berikut:

JBRt = α1+α2INFt-1+α3JBRt-1+ѵ2t...(1.5)

Dengan memperhatikan model diatas maka deret waktunya menuntut

kestasioneran data oleh karena itu data yang akan dimasukkan ke model VAR

haruslah data yang staioner. Seringkali untuk persyaratan ini dilakuakan

transformasi data atau melakukan proses deferensiasi (pembedaan).

3.5.Bentuk bentuk Model VAR

Secara umum terdapat tiga bentuk model VAR yaitu:

a.Unrestricted VAR adalah bentuk VAR terkait persoalan kointegrasi dan hubungan teoritis, jika data yang digunakan dalam pemodelan VAR adalah data

yang stasioner pada level. Bentuk VARyang digunakan adalah unrestricted

VAR.

b.Restricted VAR atau disebut Vector Error Correction Model (VECM),yaitu bentuk VAR yang teristeriksi. Restriksi diberikan karena data tidak stasioner

(47)

peubah-peubah endogen agar konvergen kedalam kointegrasinya, namun tetap

membiarkan keberadaan dinamisasi jangka pendek. Istilah Vector Error

Correction Model (VECM) digunakan karena adanya koreksi secara bertahap

melalui penyesuaian jangka pendek terhadap deviasi long run equilibrium

model.

c.Struktural VAR merupakan bentuk VAR yang direstriksi berdasarkan hubungan teoritis yang kuat dan skema ordering (urutan) peta hubungan terhadap peubah-peubah yang digunakan dalam model VAR. Olehh karena itu

S-VAR juga dikenal sebagai bentuk VAR yang teoritis (thorical VAR).

3.6.Etimasi Model VAR

Seperti halnya model VAR merupakan sistem persamaan simultan,

namun mengingat peubah yang bebas yang ada disemua persamaan sama maka

estimasi dapat dilakukan dengan menerapkan metode OLS terhadap setiap persamaan.

Jika peubah bebas yang ada di suatu persamaan berbeda dengan

persamaan lainya, persoalanya berubah menjadi near VAR. Pada kasus ini bisa

digunakan estimasi parameter model dengan metode SUR (Seemingly Unrelated Regression)

(48)

menangkap pengaruh dari setiap peubah terhadap peubah lainya dalam sistem

VAR.

Dalam penentuan lag optimal, dapat ditentukan dengan menggunakan

beberapa kriteria,yaitu LR (Sequential modified Likelihood Ratio test Statistic), AIC (Akaike Information Criterion), SC(Schwarz Information Criterion), FPE (Final Prediction Error), dan HQ (Hannan-Quinn informationcriterion).

Kriteria pemilihan lag optimal adalah pada LR yang terbesar atau pada

AIC, SC, FPE, dan HQ bernilai kecil,agar kriteria dapat dibandingkan untuk

berbagai lag maka banyaknya observasi yang digunakan dalam setiap model

VAR yang dibadingkan haruslah sama.

3.7.Analisi dalam Model VAR

Terdapat beberapa analisis penting dalam medel VAR. Empat

diantaranya yang umum dilakuakn adalah sebagai berikut:

1.Peramalan

2.Impulse response

3.Forecat error decompotition variance

4.Uji kausalitas

3.7.1.Peramalan

(49)

peramalan (forecasting), khususnya untuk proyeksi atau peramalan jangka pendek (short term forecast). Sebelum untuk peramalan biasanya digunakan simulasi untuk mencocokkan data aktual dengan nilai fited value nya. Simulasi

pada dasarnya memiliki dua teknik, yaitu teknik simulasi statis dan dinamis.

Simulasi statis dilakuakan dengan hanya menggunakan persamaan secara

sendiri sendiri. Simulasi dinamis menggunakan semua persamaan yang ada

dalam VAR secara simultan. Sesuai dengan tujuan model VAR bahwa diantara

peubah-peubahnya terjadi interaksi, maka simulasi yang relevan yang

digunakan adalah simulasi dinamis.

3.7.2.Impulse Response

Model VAR juga dapat digunakan untu melihat dampak perubahan dari

satu peubah dari sistem terhadap peubah lainnya dalam sistem secara dinamis.

Caranya adalah dengan memberikan guncangan (shock) pada salah satu peubah endogen. Guncangan yang diberikan biasanya sebesar satu standar deviasi dari

peubah tersebut (biasanya disebut Innovation). Penelusuran pengaruh guncangan sebesar satu standar deviasi yang dialami oleh satu peubah didalam

sistem terhadap nilai-nilai peubah saat ini dan beberapa priode mendatang

disebut sebagai teknik Impulse Response Function (IRF)

(50)

Yt = μ+νt+A1νt-1+A2νt-2+Apνt-p...(1.11)

Jika vector ѵt naik sebesar d, maka dampak terhadap Yt+s (untuk S˃0)

diberikan oleh ASd. Oleh karena itu matriks

At = ðŷ

Analisis FEDV dalam model VAR bertujuan untuk memprediksi

kontribusi presentase varian setiap peubah karena adanya perubahan peubah t+s...(1.12)

ðą

Merupakan dampak kenaikan satu unit νit terhadap Yj.t+s dampak tersebut di plot

dengan s (untuk S > 0). Inilah yang disebut IRF.

Untuk memberikan ilustrasi yang sederhana,perhatiakanlah model VAR berikut:

Yt = A11Yt-1+a12Xt-1+ν1t

Xt = A21Yt-1+a22Xt-1+ν2t...(1.13)

Adanya guncangan pada priode t pada persamaan Y yakni perubahan pada νit dengan segera akan memberikan dampak one for one Yt, tetapi belum berdampak pada xt pada priode t+1, perubahan akibat νit tersebut akan berdampak pada xt melalui yt-1 dan xt-1. Dampak itu terus berlanjut pada priode

t+2 dan seterusnya. Jadi, perubahan ν1t akan mempunyai dampak berantai dari

priode t,t+1,t+2,..., t+s terhadap semua variabel dan model. Dampak yang berantai inilah yang disebut impulse response.

(51)

tertentu dalam sistem VAR. Pada analisis impulse response sebelumnya

digunakan untuk melihat dampak guncangan dari suatu peubah terhadap peubah

lainya, dalam analisis FEDV digunakan untuk menggambarkan relatif

pentingnya setiap peubah dalam sistem VAR karena adanya shock.

3.7.4Uji Kausalitas

Persamaan regresi yang dibangun lebih memusatkan perhatian pada

hubungan satu arah. Dalam kenyataanya, prilaku peubah ekonomi tidak hanya

mempunyai hubugan satu arah, tetapi juga menunjukkan hubungan dua arah

yang dikenal dengan konsep kausalitas.

Uji kausalitas adalah pengujian untuk menentukan sebab akibat antara

peubah dalam sistem VAR. Hubungan sebab akiabt ini dapat menggunakan uji

kausalitas Ganger. Model kausalitas Granger dapat ditulis sebagai berikut:

Untuk menyelesaikan persamaan (2.11) dan (2.12) Granger membentuk

empat model regresi sebagai berikut:

•Persamaan untuk menguji apakah X yang mempengaruhi Y:

(52)

Restricted:

•Persamaan untuk menguji apakah Y mempengaruhi X:

Unrestricted:

Restricted:

Prosedur pengujian baik pada pasangan (2.13) dan (2,14) maupun pada

pasangan (2.15) dan (2.16) menggunakan uji F. Nilai F hitung menggunakan

(53)

Di mana

RSSR : Residual sum of squares persamaan restricted

RSSUR : Residual sum of squares persamaan unrestricted

∑ : Jumlah observasi

K : Jumlah parameter estimasi pada persamaan unrestricted

(54)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1.Uji Stasioner

Suatu data yang runtun waktu bisa dikatakan stasioner jika nilai rata ratanya tidak

berubah. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung autokorelasi dari deret

data yang asli. Apabila data tersebut turun dengan cepat mendekati nol setelah nilai kedua

dan seterusnya bahwa data tersebut menandakan datanya stasioner di dalam bentuk aslinya.

Apabila data yang digunakan melalui ARIMA tidak stasioner, perlu dilakukan modifikasi

untuk menghasilkan data yang stasioner,salah satu cara yang dilakukan adalah dengan

pembeda (defferencing) yaitu mengurangi data suatu priode dengan nilai data sebelumnya.

Metode Box-Jenkins hanya dapat diterapkan, dijelaskan atau mewakili data yang

stasioner atau setelah defferencing, sebab data yang stasioner tidak memiliki unsur trend,

maka yang ingin dijelaskan dengan metode ini adalah unsur sisanya.

(55)

Apabila data tidak stasioner perlu dilakukan pembeda pertama, untuk

tujuan praktis suatu maksimum dari dua pembedaakan mengubah data menjadi

deret stasioner. Untuk itu dapat dilihat dengan grafik dibawah ini untuk

mendeteksi data yang stasioner dan autocorrelogram pada difference berapakah

data tersebut stasioner. Untuk itu dapat dilihat grafik di bawah ini kesetasioneran

data tersebut.

Dari grafik kredit diatas terlihat bahwa data kredit memiliki trend menaik,

jika data memiliki trend dugaan pertama data tidak stasioner. Maka dilanjutkan

20

30

40

50

60

70

05

06

07

08

09

10

11

12

(56)

dengan uji integrasi atau autocorrelogram dan autocorrelogram parsial, dengan

melihat data stasioner pada difference berapa data tersebut stasioner. maka akan

dilakukan pengujian difference pertama dan difference kedua untuk melihat pada

level berapakah data tersebut stasioner. Maka dari itu dapat dilihat data yang

stasioner dibawah ini.

Tabel 4.1 Uji Akar-akar unit Periode Januari 2005 s/d Desember 2012

Null Hypothesis: KREDIT has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.560346 0.0389

Test critical values: 1% level -4.058619

5% level -3.458326

Included observations: 94 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

KREDIT(-1) -0.340700 0.095693 -3.560346 0.0006

D(KREDIT(-1)) -0.338378 0.096343 -3.512215 0.0007

C 15.17714 4.227799 3.589844 0.0005

@TREND(2005:01) -0.065130 0.022399 -2.907795 0.0046

R-squared 0.345005 Mean dependent var -0.112670

Adjusted R-squared 0.323172 S.D. dependent var 5.437433

S.E. of regression 4.473352 Akaike info criterion 5.875774

Sum squared resid 1800.979 Schwarz criterion 5.984000

Log likelihood -272.1614 F-statistic 15.80189

Durbin-Watson stat 2.169436 Prob(F-statistic) 0.000000

Dari hasil uji derajat integrasi atau uji akar –akar unit dapat di

(57)

kredit stasioner pada α= 5%. Dengan demikian tidak terdapat akar- akar unit tidak

perlu dilanjutkan pada tes derajat integrasi ke dua. Untuk lebih jelasnya lagi dapat

dilihat melalui tabel correlogram dibawah ini.

Tabel 4.2 Correlogram Periode Januari 2005 s/d Desember 2012

(58)

Dari tabel correlogram level pertama dapat di interpretasikan bahwa nilai

koefisien ACF cukup tinggi (0,642) pada lag satu kemudian menurun secara

perlahan. Namun sampai lag ke 36 nilai koefisien ACF tidak begitu besar

(-0,151), pola nilai seperti ini menunjukkan bahwa data tidak stasioner.Oleh karena

itu perlu dilakukan lagi different pada level kedua seperti tabel correlogram

(59)

Tabel 4.3 Correlogram Periode Januari 2005 s/d Desember 2012 differencing

Dari tabel correlogram level kedua dengan different dapat di interpretasikan

nilai ACF semakin rendah sebesar (-0,496) pada lag satu dan ini diikuti pada lag

(60)

akan dilakukan adalah dengan pemilihan model ARIMA yang terbaik untuk

melakukan peramalan.

4.2.Identifikasi Model ARIMA

Langkah selanjutnya setelah data stasioner maka yang akan dilakukan

adalah menetapkan model ARIMA yang cocok (tentatif) dan menetapkan p,d,q jika yang dilakukan tanpa pembedaan (defferencing) maka diberi 0, dan jika melalui pembedaan diberi 1 dan seterusnya.

Pada identifikasi model datanya yang telah stasioner maka yang akan

digunakan adalah sebagai berikut:

a.ACF (Autocorrelation function) yaitu fungsi yang menunjukkan besarnya korelasi antara pengamatan antara pada waktu t dengan pengamatan pada waktu

sebelumya.

b.PACF (Partial Autocorrelation function) yaitu fungsi yang menunjukkan besarnya korelasi parsial antara pengamatan pada waktu ke t dengan pengamatan pada waktu sebelumya. Setelah data stasioner maka dapat dilihat model yang

sesuai dengan melakukan autoregresive dan moving averege atau autoregresive

integred moving everege serta manakah model yang terbaik, untuk melanjutkan

(61)

4.2.1.Model ARIMA (1,1,0)

Tabel 4.4 Model ARIMA (1,1,0) Periode Januari 2005 s/d Desember 2012

Dependent Variable: D(KREDIT) Method: Least Squares

Date: 07/21/13 Time: 23:57 Sample(adjusted): 2005:03 2012:12

Included observations: 94 after adjusting endpoints Convergence achieved after 3 iterations

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.093678 0.326816 -0.286640 0.7750

AR(1) -0.495926 0.089964 -5.512527 0.0000

R-squared 0.248292 Mean dependent var -0.112670

Adjusted R-squared 0.240121 S.D. dependent var 5.437433

S.E. of regression 4.739866 Akaike info criterion 5.970942

Sum squared resid 2066.902 Schwarz criterion 6.025054

Log likelihood -278.6343 F-statistic 30.38796

Durbin-Watson stat 2.317247 Prob(F-statistic) 0.000000

Inverted AR Roots -.50

Dari tabel ARIMA (1,1,0) dapat di interpretasikan bahwa AR(1) signifikan

sebab nilai probabilitas= 0,0000 < (α= 5%) artinya model tersebut diterima.

Dengan begitu dapat dilihat nilai determinasi, F-Statistik, SIC, secara berturut

(62)

4.2.2.Model ARIMA (0,1,1)

Tabel 4.5 Model ARIMA (0,1,1) Periode Januari 2005 s/d Desember 2012

Dependent Variable: D(KREDIT) Method: Least Squares

Date: 07/21/13 Time: 23:59 Sample(adjusted): 2005:02 2012:12

Included observations: 95 after adjusting endpoints Convergence achieved after 11 iterations

Backcast: 2005:01

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.106684 0.113978 -0.936009 0.3517

MA(1) -0.749362 0.066730 -11.22977 0.0000

R-squared 0.387857 Mean dependent var -0.058358

Adjusted R-squared 0.381274 S.D. dependent var 5.434279

S.E. of regression 4.274555 Akaike info criterion 5.764065

Sum squared resid 1699.279 Schwarz criterion 5.817831

Log likelihood -271.7931 F-statistic 58.92521

Durbin-Watson stat 2.076133 Prob(F-statistic) 0.000000

Inverted MA Roots .75

Dari tabel ARIMA (0,1,1) dapat di interpretasikan bahwa MA(1)

signifikan sebab nilai probabilitas= 0,0000 < (α= 5%) artinya model tersebut

diterima. Dengan begitu dapat dilihat nilai determinasi, F-Statistik, SIC, secara

(63)

4.2.3.Model ARIMA (1,1,1)

Tabel 4.6 Model ARIMA (1,1,1) Periode Januari 2005 s/d Desember 2012

Dependent Variable: D(KREDIT) Method: Least Squares

Date: 07/22/13 Time: 00:01 Sample(adjusted): 2005:03 2012:12

Included observations: 94 after adjusting endpoints Convergence achieved after 15 iterations

Backcast: 2005:02

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.114281 0.118167 -0.967109 0.3361

AR(1) -0.072203 0.136389 -0.529390 0.5978

MA(1) -0.722926 0.094926 -7.615656 0.0000

R-squared 0.389609 Mean dependent var -0.112670

Adjusted R-squared 0.376194 S.D. dependent var 5.437433

S.E. of regression 4.294561 Akaike info criterion 5.783970

Sum squared resid 1678.336 Schwarz criterion 5.865139

Log likelihood -268.8466 F-statistic 29.04236

Durbin-Watson stat 2.007728 Prob(F-statistic) 0.000000

Inverted AR Roots -.07

Inverted MA Roots .72

Dari tabel ARIMA (1,1,1) dapat di interpretasikan bahwa AR(1) tidak

signifikan sebab nilai probabilitas= 0,5978 < (α= 5%), sedangkan MA(1)

signifikan sebab nilai probabilitas= 0,0000 < (α=5%) artinya model tersebut

ditolak. Dengan begitu dapat dilihat nilai determinasi, F-Statistik, SIC, secara

(64)

4.2.4. Model ARIMA (2,2,0)

Tabel 4.7 Model ARIMA (2,2,0) Periode Januari 2005 s/d Desember 2012

Dependent Variable: D(KREDIT) Method: Least Squares

Date: 07/22/13 Time: 00:02 Sample(adjusted): 2005:04 2012:12

Included observations: 93 after adjusting endpoints Convergence achieved after 3 iterations

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.116040 0.578839 -0.200470 0.8416

AR(2) 0.015344 0.104319 0.147087 0.8834

R-squared 0.000238 Mean dependent var -0.115140

Adjusted R-squared -0.010749 S.D. dependent var 5.466851

S.E. of regression 5.496154 Akaike info criterion 6.267245

Sum squared resid 2748.901 Schwarz criterion 6.321709

Log likelihood -289.4269 F-statistic 0.021635

Durbin-Watson stat 2.987673 Prob(F-statistic) 0.883389

Inverted AR Roots .12 -.12

Dari tabel ARIMA (2,2,0) dapat di interpretasikan bahwa AR(2) tidak

signifikan sebab nilai probabilitas= 0,8834 < (α= 5%) artinya model tersebut

ditolak. Dengan begitu dapat dilihat nilai determinasi, F-Statistik, SIC, secara

berturut turut, 0,000238;0,021635.

(65)

Tabel 4.8 Model ARIMA (0,2,2) Periode Januari 2005 s/d Desember 2012

Dependent Variable: D(KREDIT) Method: Least Squares

Date: 07/22/13 Time: 00:04 Sample(adjusted): 2005:02 2012:12

Included observations: 95 after adjusting endpoints Convergence achieved after 4 iterations

Backcast: 2004:12 2005:01

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.057533 0.568900 -0.101131 0.9197

MA(2) 0.015364 0.103684 0.148181 0.8825

R-squared 0.000235 Mean dependent var -0.058358

Adjusted R-squared -0.010515 S.D. dependent var 5.434279

S.E. of regression 5.462774 Akaike info criterion 6.254618

Sum squared resid 2775.297 Schwarz criterion 6.308384

Log likelihood -295.0944 F-statistic 0.021890

Durbin-Watson stat 2.968054 Prob(F-statistic) 0.882700

Dari tabel ARIMA (0,2,2) dapat di interpretasikan bahwa MA(2) tidak

signifikan sebab nilai probabilitas= 0,0000 < (α= 5%) artinya model tersebut

diterima. Dengan begitu dapat dilihat nilai determinasi, F-Statistik, SIC, secara

(66)

4.2.6.Model ARIMA (2,2,2)

Tabel 4.9 Model ARIMA (2,2,2) Periode Januari 2005 s/d Desember 2012

Dependent Variable: D(KREDIT) Method: Least Squares

Date: 07/22/13 Time: 00:05 Sample(adjusted): 2005:04 2012:12

Included observations: 93 after adjusting endpoints Convergence achieved after 12 iterations

Backcast: 2005:02 2005:03

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.120215 0.587688 -0.204556 0.8384

AR(2) 0.075076 1.060828 0.070771 0.9437

MA(2) -0.059337 1.067047 -0.055608 0.9558

R-squared 0.000265 Mean dependent var -0.115140

Adjusted R-squared -0.021951 S.D. dependent var 5.466851

S.E. of regression 5.526527 Akaike info criterion 6.288723

Sum squared resid 2748.825 Schwarz criterion 6.370419

Log likelihood -289.4256 F-statistic 0.011940

Durbin-Watson stat 2.987273 Prob(F-statistic) 0.988133

Inverted AR Roots .27 -.27

Inverted MA Roots .24 -.24

Dari tabel ARIMA (2,2,2) dapat di interpretasikan bahwa AR(2) tidak

signifikan sebab nilai probabilitas= 0,9437 < (α= 5%), sedangkan MA(2)

signifikan sebab nilai probabilitas= 0,9558 < (α=5%) artinya model tersebut

ditolak. Dengan begitu dapat dilihat nilai determinasi, F-Statistik, SIC, secara

berturut turut, 0,000265; 0,011940; 6,370419. Dengan melihat beberapa model

ARIMA model yang terbaik adalah model ARIMA (1,1,0) sedangkan model

ARIMA yang lainnya tidak diterima atau tidak bisa dilakukan sebagai peramalan.

4.3.Peramalan dengan Model ARIMA

Apabila model sudah memadai maka akan dilakukan peramalan dan apabila

(67)

kesalahan peramalan bisa menggunakan Root Mean Squares error (RMSE) Mean Absolut Error (MAE) atau Mean Absolute Porcengtage Error (MAPE). Semua teknik yang dilakukan adalah untuk mengukur tingkat kesalahan.

-40

Root Mean Squared Error 8.705346 Mean Absolute Error 6.571502 Mean Abs. Percent Error 16.56257 Theil Inequality Coefficient 0.133204 Bias Proportion 0.564626 Variance Proportion 0.266180 Covariance Proportion 0.169194

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai bias proportion 0,564626

> 0,2, sedangkan nilai covariance proportion 0,169194 > 0,1 dengan demikian

model ini bisa meramal data kredit. Selain itu juga bisa dilihat nilai rata-rata

kuadrat kesalahan peramalan terbesar), 8,70 (RMSE) rata-rata absolut kesalahan

sebesar 6,57 (MAE), dan rata-rata persentase absolut kesalahan sebesar 16,56

(MAPE). Untuk itu dapat dilihat hasil peramalan dengan menggunakan ARIMA

(68)

Tabel 4.10 hasil Prediksi Kredit Pada Tahun 2013 dalam Bentuk Miliaran

(Rupiah)

4.4.Uji Derajat Integrasi Model VAR

Langkah yang harus dilakukan dalam dalam estimasi model VAR dengan

data time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data atau diseebut

stationary stochastic process. Uji ini dapat dilakukan dengan dengan

menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) pada derajat yang sama (level

atau different). Sehingga diperoleh data yang stasioner, yaitu data yang variansnya

Bulan Jumlah

Januari 27.874

Pebruari 27.781

Maret 27.687

April 27.593

Mei 27.500

Juni 27.406

Juli 27.312

Agustus 27.219

September 27.125

Oktober 27.031

November 26.938

(69)

yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecendrungan untuk mendekati nilai

rata-ratanya (Ender,1995).

Tabel 4.11 Uji Akar-akar unit INF Periode Januari 2005 s/d Desember 2012

Null Hypothesis: INF has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.426973 0.3635

Test critical values: 1% level -4.057528

5% level -3.457808

Included observations: 95 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

INF(-1) -0.108715 0.044795 -2.426973 0.0172

C 1.382367 0.609259 2.268933 0.0256

@TREND(2005:01) -0.012316 0.006643 -1.853861 0.0670

R-squared 0.062069 Mean dependent var -0.031789

Adjusted R-squared 0.041679 S.D. dependent var 1.423174

S.E. of regression 1.393201 Akaike info criterion 3.532154

Sum squared resid 178.5727 Schwarz criterion 3.612803

Log likelihood -164.7773 F-statistic 3.044102

Durbin-Watson stat 1.592635 Prob(F-statistic) 0.052465

Dari hasil uji derajat integrasi atau uji akar –akar unit dapat di

interpretasikan bahwa nilai probabilitas = 0,3635 < (α= 5%), artinya variabel INF

tidak stasioner pada α= 5%. Dengan demikian terdapat akar- akar unit perlu

dilanjutkan pada tes derajat integrasi ke dua. Untuk lebih jelasnya lagi dapat

Gambar

Tabel
Tabel 3.1.Pola Autokorelasi dan Autokorelasi Parsial
Tabel 4.1 Uji Akar-akar unit Periode Januari 2005 s/d Desember 2012
Tabel 4.2 Correlogram Periode Januari 2005 s/d Desember 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengerjakan skripsi ini diharapkan mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer memiliki kemampuan untuk menganalisis, merangkum dan menerapkan atau

Kode Etik Dosen, Mahasiswa dan Tenaga Kependidikan Politeknik Negeri Lhokseumawe dapat disetujui untuk dipakai sebagai pedoman dalam rangka menjalankan kegiatan akademik

Secara keseluruhan jumlah tembaga yang terlarut (massa tembaga dalam katoda dan larutan hasil elektrolisis), adalah semakin naik dan terjadi peningkatan yang relatif tinggi pada

Demikian juga yang terjadi di Jawa Barat, politik identitas kesundaan ini mulai bangkit di era reformasi ini, baik dalam bentuk perdebatan wacana tentang kesundaan,

partikulatJcubic foot untuk diameter 0,5 11m, atau jumlah partikulat lebih kecil atau sarna dengan 3530 partikulat / m3 untuk diameter 0,5 11m, temyata seluruh ruangan tersebut di

Menetapkan Tata Cara Pengangkatan, Pemberhentian, dan Pengunduran Diri Dewan Pengawas pada Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Perhubungan yang

Pilih model topi keledar yang berbeza dengan pelindungan yang mencukupi jika anda merancang untuk menjalankan aktiviti lebih daripada penunggangan basikal rekreasi.. • Apa-apa

Dengan adanya laporan ini saya mengharapkan bisa menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui pengalaman yang telah saya rasakan selama melakukan kegiatan praktik kerja lapangan