• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat Pada Lahan Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Sektor Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat Pada Lahan Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Sektor Porsea"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT

PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA

PULP LESTARI SEKTOR PORSEA

SKRIPSI

OLEH :

DAVID UCOK SAGALA /081202061 BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT

PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA

PULP LESTARI SEKTOR PORSEA

SKRIPSI

OLEH :

DAVID UCOK SAGALA /081202061 BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat pada Lahan Hutan Tanaman Industri PT. Poba Pulp Lestari

Sektor Porsea Nama : David Ucok Sagala

NIM : 081202061

Program Studi : Kehutanan

Disetujui Oleh,

Komisi Pembimbing :

Dr. Deni Elfiati, S.P, M.P.

Ketua Anggota Dr. Delvian, S.P, M.P.

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

DAVID UCOK SAGALA: Exploration and Potential of Phosphate Solubilizing Fungi at Industrial Forest Land of PT. Toba Pulp Lestari Sector Porsea under the guidance Dr. DENI ELFIATI, S.P, M.P. and Dr. DELVIAN, S.P, M.P.

This research was conducted to isolate, examine and identification the best phosphate solubilizing fungi from industrial forest land of PT. Toba Pulp Lestari Sector Porsea. This research was done in soil biologic laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatera, started at March until September 2013. The parameters of this research were dissolved phosphate and pH. This research was using factorial completely randomized design with 2 factors which were isolates and sources of phosphate. The results showed that the interaction between isolates and sources of phosphate giving significant effect in dissolved phosphate. Sources of phosphate giving significant result in pH decreased. The results both of macroscopic and microscopically identification showed all isolate was one of Aspergillus genus.

(5)

ABSTRAK

DAVID UCOK SAGALA: Eksplorasi Dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat Pada Lahan Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Sektor Porsea. Dibawah bimbingan Dr. DENI ELFIATI, S.P, M.P. dan Dr. DELVIAN, S.P, M.P.

Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi, menguji dan mengidentifikasi jamur pelarut fosfat yang paling baik dari lahan Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Sektor Porsea. Penelitian ini dilakukan di laboratorium biologi tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,dimulai dari Maret sampai September 2013. Parameter dari penelitian ini adalah P-terlarut dan pH. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor yaitu isolat dan sumber fosfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara isolat dan sumber fosfat berpengaruh nyata terhadap P-terlarut. Sumber fosfat berpengaruh nyata dalam penurunan pH. Hasil pengamatan secara makroskopis da mikroskopis menunjukkan bahwa isolat termasuk dalam genus Aspergillus.

(6)

RIWAYAT HIDUP

David Ucok Sagala dilahirkan di Manado, Sulawesi Utara pada tanggal 01 Maret 1990. Anak pertama dari empat bersaudara dari Ayahanda P. Sagala dan Ibunda Y. Pantouw. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD St. Antonius V Medan. Pada tahun 2005 lulus dari SMP Tri Sakti-1 Medan. Pada tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 5 Medan, dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Program Studi Kehutanan, Jurusan Budidaya Hutan, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, pada tahun 2010 penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) dihutan dataran tinggi Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam Deleng Lancuk Kabupaten Karo Sumatra Utara. Penulis juga melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012.

Penulis melakukan penelitian pada bulan Maret sampai dengan September 2012 dengan judul “Eksplorasi Dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat Pada Lahan Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Sektor Porsea” di bawah bimbingan Dr. Deni Elfiati, S.P, M.P. dan Dr. Delvian, S.P, M.P.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat pada Lahan Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari sektor Porsea”.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang turut membantu penulis menyelesaikan ini.

1. Ayah dan Ibu serta keluarga yang telah membesarkan, mendidik, serta selalu mendukung penulis lewat doanya yang tulus.

2. Komisi pembimbing saya, Dr. Deni Elfiati, S.P, M.P selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Delvian. S.P, M.P selaku anggota yang telah membimbing, memberi masukan, dan arahan yang sangat bermanfaat. 3. Seluruh pegawai di Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara

yang telah memberikan banyak dukungan.

4. Ema Shanti Alessandra yang telah memberikan waktu dan dorongan beserta keluarga.

5. Darus, Iwa, Deo, Noviar, Nita, Memey, Yohana, Rani, Sarah, Dinda, Ayu serta teman-teman Budidaya Hutan yang namanya tak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini tidak luput dari kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaannya. Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2013

(8)

DAFTAR ISI

Kondisi Umum Lahan Hutan Tanaman Industri ... 4

Mikroba Pelarut Fosfat ... 4

Peranan Mikroba Pelarut Fosfat ... 6

Mekanisme Pelarutan Fosfat ... 7

Potensi Mikroba Melautkan Fosfat ... 9

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Hasil analisis sifat kimia sampel tanah ... 17 2. Hasil pengukuran indeks pelarutan dalam media Pikovskaya padat

dengan sumber P yang berbeda ...21 3. Kemampuan isolat dalam melarutkan berbagai sumber fosfat dalam

media Pikovskaya cair……… ...23 4. Hasil rataan pH media dari berbagai sumber P setelah 7 hari inokulasi ...26 5. Penampakan Isolat JPF potensial secara makrokopis dan mikrokopis

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Hasil pengukuran indeks pelarutan dalam media Pikovskaya padat

dengan sumber P yang berbeda ... 35 2. Tabel hasil pengukuran pH media sumber P setelah 7 hari inokulasi

dan analisis sidik ragam ... 37 3. Kriteria penilaian sifat kimia tanah Staf Pusat Penelitian Tanah ...

(13)

ABSTRACT

DAVID UCOK SAGALA: Exploration and Potential of Phosphate Solubilizing Fungi at Industrial Forest Land of PT. Toba Pulp Lestari Sector Porsea under the guidance Dr. DENI ELFIATI, S.P, M.P. and Dr. DELVIAN, S.P, M.P.

This research was conducted to isolate, examine and identification the best phosphate solubilizing fungi from industrial forest land of PT. Toba Pulp Lestari Sector Porsea. This research was done in soil biologic laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatera, started at March until September 2013. The parameters of this research were dissolved phosphate and pH. This research was using factorial completely randomized design with 2 factors which were isolates and sources of phosphate. The results showed that the interaction between isolates and sources of phosphate giving significant effect in dissolved phosphate. Sources of phosphate giving significant result in pH decreased. The results both of macroscopic and microscopically identification showed all isolate was one of Aspergillus genus.

(14)

ABSTRAK

DAVID UCOK SAGALA: Eksplorasi Dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat Pada Lahan Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Sektor Porsea. Dibawah bimbingan Dr. DENI ELFIATI, S.P, M.P. dan Dr. DELVIAN, S.P, M.P.

Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi, menguji dan mengidentifikasi jamur pelarut fosfat yang paling baik dari lahan Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari Sektor Porsea. Penelitian ini dilakukan di laboratorium biologi tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,dimulai dari Maret sampai September 2013. Parameter dari penelitian ini adalah P-terlarut dan pH. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor yaitu isolat dan sumber fosfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara isolat dan sumber fosfat berpengaruh nyata terhadap P-terlarut. Sumber fosfat berpengaruh nyata dalam penurunan pH. Hasil pengamatan secara makroskopis da mikroskopis menunjukkan bahwa isolat termasuk dalam genus Aspergillus.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan Tanaman Industri banyak dikembangkan di Sumatera dan Kalimantan, dimana kondisi tanahnya kritis atau kurang produktif (marginal). Memperhatikan kondisi lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang tidak subur, tentu saja akan mempunyai masalah dalam pertumbuhan tanaman tersebut, karena tanaman cepat tumbuh dan mempunyai riap tinggi, membutuhkan masukan unsur hara yang banyak dan cepat tersedia, yang tidak dapat dipenuhi oleh kondisi lahan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu masukan unsur hara yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman (Hardiatmi, 2008).

Unsur fosfat (P) adalah unsur esensial kedua setelah N yang berperan penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Ketersediaan fosfat dalam tanah jarang yang melebihi 0,01% dari total P. Sebagian besar bentuk fosfat terikat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Fosfat tersebut tidak dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh tanaman, karena fosfat dalam bentuk P-terikat di dalam tanah. Pada tanah-tanah masam, fosfat akan bersenyawa dalam bentuk-bentuk Al-P, Fe-P, dan occluded-P, sedangkan pada tanah-tanah alkali, fosfat akan bersenyawa dengan kalsium (Ca) sebagai Ca-P membentuk senyawa kompleks yang sukar larut (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006)

(16)

sebagai residu dalam tanah (Jones, 1982). Hal ini akan menyebabkan defisiensi fosfat bagi pertumbuhan tanaman.

Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P dan untuk mengatasi rendahnya P tersedia atau kejenuhan P dalam tanah adalah dengan memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut P. Mikroorganisme pelarut P adalah mikroorganisme yang dapat melarutkan P sukar larut menjadi larut, baik yang berasal dari dalam tanah maupun dari pupuk, sehingga dapat diserap oleh tanaman, dalam hal ini jamur pelarut fosfat (JPF) (Saraswati dan Sumarno, 2008).

Eksplorasi dan penelitian khususnya tentang mikroba pelarut fosfat masih sangat jarang dilakukan di lahan hutan tanaman industri PT. Toba Pulp Lestari. Atas dasar inilah penelitian ini dilakukan, untuk dapat melihat keberadaan jamur pelarut fosfat dan menguji potensinya dalam melarutkan ikatan fosfat pada lahan hutan tanaman industri sehingga dapat mengefisienkan pemupukan dengan bantuan jamur pelarut fosfat.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi jamur pelarut fosfat, mengkaji kemampuannya melarutkan fosfat, dan mengidentifikasi jamur pelarut fosfat paling potensial di sekitar rhizosfer pada lahan hutan tanaman industri Toba Pulp Lestari sektor Porsea.

Hipotesis Penelitian

(17)

Kegunaan Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI)

Pembangunan hutan tanaman industri memerlukan tanah yang subur agar

hasil tanaman dapat optimum. Produktivitas suatu ekosistem dapat dipertahankan

jika tanah dapat melakukan fungsinya secara optimal. Tanah merupakan salah satu

faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat

dimanipulasi melalui teknik silvikultur dalam rangka perbaikan kesuburan tanah

(Fisher dan Binkley 2000).

Secara umum kondisi kesuburan kimia tanah lahan di bawah tegakan

Eucalyptus termasuk rendah dilihat dari pH tanah, ketersediaan P-tanah,

ketersediaan N-tanah, dan ketersediaan mineral-mineral basa tanah (Ca, Mg, K),

sehingga memerlukan manajemen lahan yang lebih baik dengan masukan hara

berupa pupuk dari luar (Mindawatidkk, 2010).

Pupuk yang diberikan tidak akan diserap seluruhnya oleh tumbuh-tumbuhan. Suatu bagian (persentase) tertentu akan hilang melalui pencucian tanah, penguapan atau imobilisasi. Proporsi pupuk yang diserap oleh tumbuhan menunjukkan tingkat efisiensi pemupukan. Tingkat efisiensi ini tergantung terutama pada jenis pupuk, kondisi tanah dan iklim, serta bentuk pengelolaan yang diterapkan (Mackensen, 2000). Melihat kondisi ini maka diperlukan mikroba pelarut fosfat untuk membantu meningkatkan efisiesi pemupukan.

Mikroba Pelarut Fosfat

(19)

jumlah bahan organik yang akan mempengaruhi populasi serta aktivitasnya dalam tanah. Mikroba yang hidup dekat daerah perakaran secara fisiologis lebih aktif dibanding mikroba yang hidup jauh dari daerah perakaran. Keberadaan mikroba pelarut fosfat beragam dari satu tempat ke tempat lainnya karena perbedaan sifat biologis mikroba itu sendiri. Terdapat mikroba yang hidup pada kondisi masam dan ada pula yang hidup pada kondisi netral dan basa, ada yang hipofilik, mesofilik dan termofilik ada yang hidup aerob maupun anaerob dan beberapa sifat lain yang bervariasi. Masing-masing mikroorganisme memiliki sifat-sifat khusus dan kondisi lingkungan optimal yang berbeda-beda yang mempengaruhi efektivitasnya melarutkan fosfat (Ginting dkk, 2006).

Mikroorganisme pelarut fosfat terdiri atas bakteri, fungi dan sedikit aktinomisetes (Chen et al., 2002). Mikroorganisme yang termasuk dalam kelompok bakteri pelarut fosfat antara lain Pseudomonas striata, P. diminuta, P. fluorescens, P. cerevisia, P. aeruginosa, P. putida, P. denitrificans, P. rathonis,

Bacillus polymyxa, B. laevolacticus, B. megatherium, Thiobacillus sp., Mycobacterium, Micrococcus, Flavobacterium, Escherichia freundii,

(20)

Umumnya mikroorganisme pelarut fosfat secara alami berada di tanah berkisar 0,1-0,5% dari total populasi mikroorganisme. Populasi mikroorganisme pelarut fosfat dari kelompok bakteri jauh lebih banyak dibandingkan dengan kelompok fungi. Jumlah populasi bakteri pelarut fosfat dapat mencapai 12 juta organisme per gram tanah sedangkan fungi pelarut fosfat hanya berkisar dua puluh ribu sampai dengan satu juta per gram tanah (Alexander, 1977).

Jamur pelarut fosfat merupakan salah satu anggota mikroba tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan dan pengambilan P oleh tumbuhan. Bentuk ikatan P yang umum ditemui pada kondisi masam adalah AlPO4 dan FePO4. Jamur pelarut fosfat mampu melarutkan P dalam bentuk AlPO4

Peranan Mikroba Pelarut Fosfat

lebih baik dibanding BPF pada kondisi masam (Premono, 1998)

Secara umum kondisi kesuburan kimia tanah lahan di bawah tegakan

termasuk rendah hingga sangat rendah dilihat dari pH tanah, ketersediaan P-tanah,

ketersediaan N-tanah, dan ketersediaan mineral-mineral basa tanah (Ca, Mg, K),

sehingga memerlukan manajemen lahan yang lebih baik dengan masukan hara

berupa pupuk dari luar (Mindawatidkk, 2010).

(21)

Mekanisme Pelarutan Fosfat

Mekanisme kimia pelarutan fosfat dimulai saat mikroba pelarut fosfat mengekresikan sejumlah asam organik berbobot molekul rendah hasil metabolisme seperti asetat, propionat, glutamat, formiat, glikolat, fumarat, oksalat,

suksinat, tartarat, sitrat, laktat, malat, fumarat dan α-ketoglutarat (Beauchamp dan Hume, 1997). Meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti

dengan penurunan pH. Penurunan pH dapat pula disebabkan oleh pembebasan asam sulfat dan nitrat pada oksidasi kemoautotrofik sulfur dan amonium. Perubahan pH berperan penting dalam peningkatan kelarutan fosfat. Asam-asam organik tersebut akan bereaksi dengan bahan pengikat fosfat seperti Al3+, Fe3+, Ca2+ atau Mg2+

Jamur pelarut fosfat memiliki 3 mekanisme dalam meningkatkan penyerapan P yaitu: (1) secara fisik dimana infeksi jamur pada akar tanaman dapat membantu pengambilan fosfor dengan memperluas permukaan sampai akar; (2) secara kimia jamur diduga mendorong perubahan pH perakaran. Jamur juga menghasilkan asam sitrat dan asam oksalat yang menggantikan posisi ion fosfat yang terfikasasi; (3) secara fisiologi, jamur menghasilkan hormon auksin, sitokinin dan giberelin yang mampu memperlambat proses penuaan akar sehingga memperpanjang masa penyerapan unsur hara (Premono, 1998).

membentuk khelat organik yang stabil yang mampu membebaskan ion fosfat terikat sehingga dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan (Setiawati, 1998).

(22)

tanah yang lebih dominan adalah fosfatase yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Joner et al., 2000).

Pada proses mineralisasi bahan organik, senyawa fosfat organik diuraikan menjadi bentuk fosfat anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan enzim fosfatase. Enzim fosfatase dapat memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa-senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia (Paul dan Clark, 1989).

(23)

Potensi Mikroba Melarutkan Fosfat

Kemampuan pelarutan fosfat terikat secara kuantitatif dapat pula diukur dengan menumbuhkan biakan murni mikroba pelarut fosfat pada media cair Pikovskaya. Kandungan P terlarut media cair tersebut diukur setelah masa inkubasi. Sebagai contoh, cendawan Aspergillus sp. mampu melarutkan P terikat dari media tersebut sebesar 11,32 mg P2O5

Penelitian Lestari dan Saraswati (1997) melaporkan bahwa jamur pelarut P mampu meningkatkan kadar fosfat terlarut sebesar 27-47% di tanah masam. Penelitian Goenadi dan Saraswati (1994), menunjukkan JPF mampu melarutkan fosfat 12-162 ppm di media Pikovskaya dengan sumber P dari AlPO

/50 ml media (Dewi, 2007).

4

Penelitian dengan jamur sebagai mikroba pelarut P juga telah banyak dilakukan, jenis jamur yang paling banyak diteliti adalah Aspergillus sp dan Penicillium sp. Kelompok Penicillium sp mampu melarutkan 26-40% Ca

.

3(PO4)2,

(24)

AlPO4 sebesar 135% dan dapat meningkatkan P larut pada tanah Ultisol sebesar 30.4% dibandingkan kontrol.

(25)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2013. Pengambilan sampel tanah dilakukan di lahan Hutan Tanaman Industri Toba Pulp Lestari sektor Porsea. Analisis tanah dilaksanakan di Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Sumatera Utara. Isolasi jamur, uji potensi dan identifikasi jamur pelarut fosfat dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah contoh tanah yang berasal dari Hutan Tanaman Industri, kapas, akuades, kantung plastik, label, alkohol 96%, plastik kraf, aluminium foil, kaca preparat dan kaca objek. Media padat Pikovskaya untuk komposisi per liter akuades: (glukosa 10 g; Ca3(PO4)2 5 g; (NH4)2SO4 0,5 g; KCl 0,2 g; MgSO4.7H2O 0,1 g; MnSO4 0,002 g; FeSO4 0,002 g; ekstrak khamir 0,5 g; agar 20 g; akuades), larutan fisiologis (8,5 g NaCl per liter akuades), AlPO4, FePO4

Alat yang digunakan adalah cangkul, Erlenmeyer 250 ml, pipet tetes, cawan petri, tabung reaksi, timbangan, inkubator, laminar air flow, gelas ukur volume 100 ml, autoklaf, rotarimixer, sentrifuge 8000 rpm, shaker, jarum ose, sprayer, kamera digital, masker, sarung tangan, bunsen, kotak es (cool box) dan mikroskop.

(26)

Prosedur Penelitian

1. Pengambilan contoh tanah

Pengambilan sampel dilakukan pada dua lahan. Pertama, pada lahan yang ditumbuhi oleh Eucalyptus spp yang berumur sekitar 3 tahun, diambil secara zig zag di sela-sela jarak tanam sebanyak 20 titik pada kedalaman 0-20 cm di sekitar rhizosfer tanaman. Kedua, pada lahan bekas tebangan atau lahan yang tidak ditumbuhi vegetasi, diambil secara diagonal pada kedalaman 0-20 cm. Berat tanah yang diambil pada tiap titik adalah 250 g sehingga total berat sampel tanah adalah 5000 g. Sampel tanah dari tiap titik dimasukkan dalam kantung plastik yang terpisah. Sampel tanah selanjutnya dibawa ke laboratorium biologi tanah untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Sampel tanah dianalisis pH, C-organik, P-tersedia dan P-total di Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Sumatera Utara.

2. Isolasi jamur pelarut fosfat

(27)

tersebut tidak diperoleh jamur pelarut fosfat. Selanjutnya tuangkan 12 ml media Pikovskaya (suhu sekitar 45-50ºC) ke dalam cawan petri yang telah berisi 1 ml suspensi tanah, lalu putar cawan petri ke arah kanan 3 kali dan ke arah kiri 3 kali agar media bercampur dengan suspensi tanah merata, biarkan sampai media mengeras (padat). Setelah media mengeras, cawan petri diinkubasi pada inkubator dalam keadaan terbalik selama 3 hari dengan suhu 25-30ºC. Setelah diinkubasi selama 3 hari dilakukan pengamatan pada jamur yang tumbuh pada media. Keberadaan jamur pelarut fosfat ditunjukkan dengan terbentuknya daerah bening (holozone) yang mengelilingi koloni jamur. Koloni tersebut kemudian dimurnikan pada media baru dan dipindahkan ke tabung reaksi yang berisi media Pikovskaya, disimpan pada suhu 28°C untuk pengujian selanjutnya.

3. Uji potensi pada media padat

(28)

potensi jamur dengan menggunakan nilai indeks pelarutan yaitu nisbah antara diameter zona jernih terhadap diameter koloni (Premono, 1998).

4. Uji potensi pada media cair

Jamur pelarut fosfat yang terpilih selanjutnya diuji kemampuannya melarutkan fosfat pada media Pikovskaya cair. Pengujian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan tiga kali ulangan dan dua faktor perlakuan.

a. Faktor yang diuji adalah jamur pelarut fosfat sebagai faktor pertama yang terdiri atas, yaitu:

J1 = isolat 1 (JNV8) J2 = isolat 2 (JV8)

J3 = isolat 3 (JNV4) J4 = isolat 4 (JV14)

b. Faktor kedua yaitu sumber P pada media Pikovskaya cair terdiri dari: P1 = Ca3(PO4)2

P2 = AlPO 4

P3 = FePO4

(29)

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut : J1P1 J2P1 J3P1 J4P1

J1P2 J2P2 J3P2 J4P2 J1P3 J2P3 J3P3 J4P3 J1P4 J2P4 J3P4 J4P4

Dengan demikian jumlah perlakuan (4 x 4) x 3 = 48 satuan percobaan. Model linier Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :

Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + εij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada percobaan ke-k yang memperoleh perlakuan taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor ke B

µ = Nilai tengah umum

αi = Perlakuan faktor A pada taraf ke-i βj = Perlakuan faktor B pada taraf ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi dari faktor A ke-i dan faktor B ke-j

εij = Galat percobaan dari satuan percobaan ke-k pada kombinasi taraf ke-i

faktor A dan taraf faktor B.

(30)

Prosedur uji potensi pada media cair

Sebanyak 50 ml media Pikovskaya cair ditempatkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan sebanyak satu jarum ose biakan murni jamur pelarut fosfat diinokulasikan pada media cair tersebut, selanjutnya diinkubasi secara diam dilakukan selama 7 hari pada suhu kamar. Setelah proses inokulasi selesai, kultur disentrifugasi dengan kecepatan 8000 rpm selama 10 menit sampai terjadi pemisahan antara filtrat dengan endapan jamur pelarut fosfat. Diambil filtrat dengan menggunakan pipet untuk mengukur kandungan P tersedia. Filtrat ditentukan kadar P-tersedianya dengan metode kolorimetri dan dihitung dengan Bray-2. Setelah itu, digunakan pH meter untuk mengetahui pengaruh pelarutan fosfat oleh jamur terhadap pH media.

5. Identifikasi jamur pelarut fosfat yang potensial melarutkan fosfat

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sifat Kimia Sampel Tanah

Keberadaan mikroba di dalam tanah terutama dipengaruhi oleh sifat kimia tanah. Hasil analisis sifat kimia sampel tanah dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis sifat kimia sampel tanah

Parameter Satuan Nilai Kriteria

Bervegetasi Non vegetasi Bervegetasi Non vegetasi

pH (H2O) - 6.66 5.62 Netral Agak masam

C- Organik % 2.31 1.36 Sedang Rendah

P- Tersedia Ppm 27.90 41.41 Tinggi Sangat tinggi

P- Total % 0.049 0.085 Rendah Tinggi

Sumber kriteria: Staf Pusat Penelitian Tanah-Bogor dan BPTP-Medan

Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah terlihat bahwa tanah yang bervegetasi, memiliki pH tanah yang netral. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya bentuk pengelolaan tanah seperti pemberian pupuk secara berkala sehingga menyebabkan pH tanah menjadi netral. Tutupan tajuk juga dapat mengurangi proses pencucian kation-kation basa yang menjadi penyebab pH tanah menjadi turun sehingga lahan yang bervegetasi cenderung memiliki pH netral.

(32)

dan penghanyutan kation-kation basa. Tanah masam juga dapat terjadi akibat oksidasi mineral tanah bereaksi masam, seperti akibat penggunaan pupuk yang meninggalkan reaksi asam seperti urea, yang diduga menjadi penyebab dalam penurunan pH.

Besarnya bahan organik yang terdekomposisi dipengaruhi pH tanah karena besarnya pH mempengaruhi jumlah mikroba pendekomposer. Jika pH mendukung, jumlah dan aktivitas dekomposer akan meningkat sehingga semakin besar hara terutama P yang dilepaskan dalam tanah. Ketersedian fosfat dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH karena P sangat rentan diikat pada kondisi masam maupun basa. Ketersediaan fosfat akan menurun pada pH <5,5 atau >7,0.

Kriteria kadar P-tersedia pada tanah yang ditanami vegetasi dan tanah dari lahan bekas tebangan berkisar dalam kriteria sangat tinggi. Hal ini terjadi karena ada kegiatan input hara berupa pemupukan khususnya pupuk P yang diberikan dalam pemeliharaan. Pemupukan pupuk TSP dilakukan sebanyak tiga kali (pada awal masa tanam, umur 1 bulan dan umur 2 bulan). Pupuk P ini lebih bersifat lebih bersifat persisten dalam tanah dan tidak mudah hilang tercuci keluar lahan serta tidak mudah menguap sehingga mengakibatkan banyaknya P-tersedia dalam tanah.

Isolasi Jamur Pelarut Fosfat

(33)

tebangan atau lahan kosong ditemukan di 5 titik yang diberi kode JNV4, JNV8, JNV12, JNV16 dan JNV19.

Populasi jamur pelarut fosfat yang ditemukan di tanah yang ditumbuhi vegetasi sebanyak 29,24 x 103 SPK/ml, sedangkan jamur yang ditemukan lahan tanpa vegetasi atau lahan bekas tebangan sebanyak 37,20 x 103

Populasi jamur pelarut fosfat juga dipengaruhi oleh ketersediaan P di dalam tanah. Semakin banyak P-tersedia dalam tanah semakin banyak pula aktivitas mikroorganisme dalam tanah itu. Kadar P-tersedia pada lahan bevegetasi dan non-vegetasi masing-masing adalah 27,90 ppm dan 41,41 ppm. Jumlah ini termasuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Dibandingkan dengan lahan yang ditumbuhi vegetasi, lahan lahan bekas tebangan memiliki kadar P-tersedia yang lebih tinggi. Hal ini yang diduga menjadi alasan jumlah populasi pada lahan bekas tebangan lebih banyak dibandingkan dengan lahan yang ditanami dengan Eucalyptus.

(34)

Jumlah populasi jamur pelarut fosfat pada lahan bekas tebangan lebih banyak dibandingkan dengan lahan yang ditanami vegetasi. Hal ini tidak sesuai seperti yang diakatakan Telaumbanua (2011), bahwa mikroba yang berada dekat daerah perakaran akan lebih aktif daripada mikroba yang jauh dari perakaran yang membuat pada tahap isolasi diperoleh banyak mikroba tanah termasuk mikroba pelarut fosfat. Hal sebaliknya terjadi pada lahan bekas tebangan yang justru tidak memiliki perakaran dengan jumlah jamur pelarut fosfat yang lebih banyak dibandingkan dengan lahan yang bervegetasi.

Eksudat akar bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi jumlah mikroorganisme dalam tanah, karakteristik atau sifat kimia tanah, faktor lingkungan dan faktor-faktor lain juga berperan dalam mempengaruhi jumlah mikroorganisme dalam tanah. Melihat karakteristik tanah pada lahan bekas tebangan, kemungkinan besar jumlah populasi jamur pelarut fosfat bisa lebih banyak dibandingkan dengan lahan yang bervegetasi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Ginting, dkk (2006) yang mengatakan bahwa mikroba hidup pada berbagai kondisi, ada pada kondisi masam dan ada pula yang hidup pada kondisi netral dan basa, ada yang hipofilik, mesofilik dan termofilik ada yang hidup aerob maupun anaerob dan beberapa sifat lain yang bervariasi. Masing-masing mikroorganisme memiliki sifat-sifat khusus dan kondisi lingkungan optimal yang berbeda-beda yang mempengaruhi efektivitasnya melarutkan fosfat.

(35)

Kemampuan JPF Melarutkan P dalam Media Pikovskaya Padat

Jamur pelarut fosfat yang diperoleh selanjutnya diukur kemampuannya melarutkan P-terikat pada media Pikovskaya padat. Sebagai sumber P media padat adalah Ca3(PO4)2, AlPO4, FePO4

Hasil indeks tersebut terbukti berkorelasi tinggi terhadap jumlah P yang dapat dilarutkan secara kualitatif, maka pengukuran holozone dilakukan dengan menghitung nilai indeks pelarutan tiap isolat. Hasil pengukuran indeks pelarutan dapat dilihat pada Tabel 2.

dan batuan fosfat (RP). Jamur yang dapat melarutkan fosfat ditandai dengan terbentuknya zona bening pada sekitar koloni. Perbandingan antara zona bening dan koloni jamur ini merupakan indeks pelarutan dari masing-masing jamur.

Tabel 2. Hasil pengukuran indeks pelarutan dalam media Pikovskaya padat dengan berbagai sumber P yang berbeda

Isolat

Keterangan: - tidak membentuk holozone

(36)

melarutkan fosfat dari sumber RP dan tidak satupun fosfat yang terlarut dari sumber FePO4. Hal ini disebabkan oleh sifat atau karakteristik isolat itu sendiri yang mengeluarkan asam organik yang tidak dapat melarutkan fosfat dari sumber FePO4

1. Konsentrasi fosfat tidak larut dalam air, untuk menuang medium ini ke dalam cawan petri perlu digoyang-goyang terlebih dahulu. Ada kemungkinan bahwa konsentrasi fosfat tidak seragam, sehingga zona jernihnya juga berpengaruh

atau dikarenakan oleh faktor teknis seperti penuangan media pada cawan petri sehingga mengakibatkan ketebalan agar berbeda pada tiap media yang dituangkan ke dalam cawan petri. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan Goenadi Saraswati (1994), variasi indeks pelarutan fosfat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:

2. Ketebalan agar. Ketebalan agar di dalam cawan juga akan mempengaruhi zona jernih. Agar yang lebih tebal tentunya lebih sulit untuk dilarutkan daripada agar yang tipis.

3. Kecepatan pertumbuhan mikroba. Ada mikroba yang tumbuh dengan cepat dan ada mikroba yang tumbuh lambat.

(37)

Jamur pelarut fosfat yang mampu melarutkan fosfat dari ikatan AlPO4, tidak mampu melarutkan fosfat dari ikatan FePO4. Selanjutnya JPF yang mampu melarutkan fosfat dari ikatan Ca3(PO4)2 belum mampu melarutkan fosfat dari ikatan RP. Hal ini sesuai dengan pernyataan Elfiati (2005) yang menyatakan setiap jamur memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam melarutkan ikatan fosfat Ca3 (PO4)2, AlPO4, FePO4 dan RP. Isolat JPF yang mampu mereduksi senyawa fosfat mungkin terkait erat dengan kemampuannya dalam menghasilkan asam organik, karena menurut Ginting, dkk (2006) asam organik yang dilepaskan oleh isolat JPF mampu mengikat PO

Ada lima isolat yang mampu melarutkan P dari tiga media Pikovskaya yaitu JV2, JV8, JV14, JNV4, dan JNV8. Kelima isolat ini kemudian dipilih lagi empat isolat untuk diuji dalam media Pikovskaya cair. Isolat-isolat itu JV8 dan JV14 mewakili tanah yang bervegetasi, JNV4 dan JNV8 untuk tanah yang tidak bervegetasi.

4.

Kemampuan JPF Melarutkan P dalam Media Pikovskaya Cair

(38)

menunjukkan kemampuan MPF dalam melarutkan fosfat secara kualitatif semakin besar, walaupun hal ini belum cukup untuk menggambarkan kemampuan MPF dalam pelarutan fosfat yang sebenarnya (Nautiyal, 1999).

Pengujian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan isolat MPF yang telah diisolasi dalam melarutkan fosfat terutama pada media Pikovskaya cair. Keempat isolat ini dipilih karna memiliki holozone yang lebih luas atau indeks pelarutan yang lebih besar dibandingkan dengan isolat lainnya pada media Pikovskaya dari berbagai sumber P. Tabel 3 menunjukkan jumlah P-terlarut dalam media Pikovskaya cair dengan berbagai sumber P hasil inkubasi selama 7 hari.

Tabel 3. Kemampuan isolat dalam melarutkan berbagai sumber fosfat dalam media Pikovskaya cair

Isolat Sumber P Rataan P-tersedia (ppm) Kriteria

JNV8 Ca3(PO4)2 45,29f Sangat tinggi

Sumber kriteria : Staf Penelitian Tanah-Bogor dan BPTP-Medan (Lampiran 5)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

(39)

45,29 ppm, 38,27 ppm, 29,10 ppm, dan 33,91 ppm. Pada media AlPO4 sebagai sumber P , isolat JNV8, JV8, JN4 dan JV14 memiliki kemampuan melarutkan P yang juga hampir sama dengan nilai masing-masing 17,79 ppm, 7,67 ppm, 12,06 ppm, dan 6,81 ppm. Demikian pula kemampuan isolat untuk melarutkan P dari media FePO4

Media dengan berbagai sumber fosfat memiliki kemampuan yang berbeda dalam melarutkan fosfat. Media Ca

dan RP. Dapat disimpulkan bahwa keempat isolat memiliki kemampuan yang tidak berbeda dalam melarutkan satu sumber fosfat, hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan rancangan percobaan yang menyebutkan bahwa isolat tidak berpengaruh nyata dalam pelarutan P.

3(PO4)2 yang dilarutkan oleh isolat JNV8 senilai 45,29 ppm. Isolat yang sama hanya mampu melarutkan P sebanyak 7,67 ppm pada media AlPO4, 5,35 ppm pada media FePO4, dan 4,73 ppm pada media Rock phosphate (RP). Begitu juga dengan isolat lain yang menunjukkan bahwa media Ca3(PO4)2 lebih banyak melarutkan P dibandingkan dengan media dengan media AlPO4

Kemampuan untuk melarutkan fosfat dari sumber Ca , FePO4, dan Rock phosphate (RP).

(40)

sehingga dapat membebaskan ion fosfat dari bentuk tidak tersedia menjadi bentuk yang tersedia (Widjajanti,1991).

Selain mengukur kadar P-tersedia, dilakukan juga pengukuran pH media

untuk mengetahui perubahan yang terjadi yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil rataan pH media dari berbagai sumber P setelah 7 hari inokulasi

Sumber P pH awal Rataan pH Kriteria

Ca3(PO4)2 6.95 4.65c Masam

AlPO4 7.00 4.01abc Sangat masam FePO4 6.97 3.60bc Sangat masam

RP 6.95 3.47a Sangat masam

Sumber kriteria : Staf Penelitian Tanah-Bogor dan BPTP-Medan (Lampiran 5)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Hasil uji lanjut menunjukkan perubahan pH media Ca3(PO4)2, AlPO4, FePO4

Perubahan pH berperan penting dalam peningkatan kelarutan fosfat. Proses pelarutan fosfat dari yang terikat menjadi tersedia disertai dengan perubahan pH. Penurunan pH ini diduga akibat pembebasan sejumlah asam-asam organik oleh jamur pelarut fosfat. Penurunan pH pada media disebabkan oleh asam-asam organik yang dihasilkan JPF sebagai hasil metabolismenya diantaranya asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat, glioksalat, malat, fumarat, tartarat, dan α-ketobutirat (Rao, 1994). Asam-asam organik yang dikeluarkan oleh jamur mengubah pH media yang semula netral menjadi masam. Jamur pelarut fosfat dengan asam organik yang dihasilkannya mampu melepaskan P dari ikatannya menjadi bentuk terbebas. Asam organik yang dihasilkan oleh

(41)

jamur pelarut fosfat akan bereaksi dengan bahan pengikat fosfat seperti Al3+, Fe3+, Ca2+

Asam-asam organik melarutkan P pada media dan dalam tanah melalui mekanisme antara lain: kompetisi anion ortofosfat pada tapak jerapan, perubahan pH media, pengikatan logam membentuk logam organik dan khelat oleh ligan organik. Terdapatnya asam-asam organik ini dalam tanah sangat penting artinya dalam mengurangi ikatan P oleh unsur penjerapannya dan mengurangi daya racun logam seperti aluminium pada tanah masam. Menurut Premono (1994), kecepatan pelarutan P dari mineral P oleh asam organik ditentukan oleh: (1) kecepatan difusi asam organik dari larutan tanah, (2) waktu kontak antara asam organik dan permukaan mineral, (3) tingkat dissosiasi asam organik, (4) tipe dan letak gugus fungsi asam organik, (5) affinitas kimia agen pengkhelat terhadap logam dan (6) kadar asam organik dalam larutan tanah.

sehingga dapat membebaskan ion fosfat yang terikat menjadi tersedia (Setiawati, 1998).

Identifikasi Jamur Pelarut Fosfat yang Potensial dalam Melarutkan Fosfat Identifikasi dilakukan pada JPF yang mampu membentuk holozone paling cepat, berwarna bening dengan diameter paling tinggi pada media padat serta mampu melarutkan P-terikat paling besar pada media cair. Jamur yang kemudian dipilih untuk diamati secara mikroskopis adalah JNV8, JV8, JNV4, dan JV14. Jamur-jamur ini dipilih karena dianggap memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan dengan jamur jamur lainnya.

(42)

a Gambar 1. Morfologi Aspergillus

Keterangan:

Gambar 1. Morfologi sel Aspergillus a. Vesikel, b. Metulae, c. Spora (Malloch, 1997)

Gambar 2. Aspergillus

Keterangan:

Gambar 2. Penampakan Aspergillus

dibawah mikroskop (perbesaran 40 kali) a. spora, b. tangkai konidia (konidiofor)

Hasil identifikasi yang dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis menunjukkan bahwa hasil isolasi jamur yang didapat adalah jamur genus

(43)

Aspergillus. penampakan Aspergillus secara makroskopis dan mikroskopis dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penampakan Isolat JPF potensial secara makrokopis dan mikrokopis serta identifikasi JPF

(44)

Aspergillus

Secara makrokopis, pada awal pertumbuhan koloni genus Aspergillus membentuk lapisan padat yang berwarna coklat kekuningan, kemudian setelah berumur 7 hari koloni berubah menjadi warna coklat kehitaman. Hifa berseptat, hifa yang muncul diatas permukaan merupakan hifa fertil, koloninya berkelompok. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdiameter 5-6,5 μm, berwarna hitam. Memiliki tangkai konidiofor yang agak panjang dan spora berbentuk semi bulat berwarna coklat kehitaman.

Aspergillus tergolong mikroba mesofilik dengan pertumbuhan pada suhu 35°C-37°C (optimum), 6°C-8°C (minimum), 45°C - 47°C (maksimum). Derajat kemasaman untuk pertumbuhan adalah 2-8,5 tetapi pertumbuhan akan lebih baik pada kondisi keasaman atau pH yang rendah (Gilman, 1971).

Taksonomi fungi Aspergillus

Kingdom : Myceteae (Fungi) Divisio : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Eurotiales

Famili : Trichocommaceae Genus : Aspergillus

(45)
(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jamur pelarut fosfat yang ditemukan sejumlah 66,44 x 103

2. Isolat JNV8, JV8, JNV4, dan JV14 memiliki indeks pelarutan yang paling besar dan kadar P-tersedia paling besar 45,29 ppm pada isolat JNV8.

SPK/ml

3. Hasil identifikasi baik secara makroskopis maupun mikroskopis menunjukkan bahwa isolat JNV8, JV8, JNV4, dan JV14 termasuk genus Aspergillus.

Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Mycrobiology. 2nd Ed. John Wiley and Sons. New York. 467 p.

Anas, I., E. Premono dan R. Widyastuti. 1993. Peningkatan efisiensi pemupukan P dengan menggunakan mikroorganisme pelarut P. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor.

Banik, S. 1982. Available phosphate content of an alluvial soils as influenced by inoculation of some isolated phosphate-solubilizing mikroorganism. Plant Soil 60: 353-364.

Beauchamp, E.G dan D.J. Hume. 1997. Agricultural soil manipulation: The use of bacteria, manuring and plowing. In J.D. van Elsas., J.T. Trevors dan E.M.H. Wellington (eds). Modern Soil Microbiology. Marcel Dekker, New York. P 643-664.

Chen, X., J.J. Tang, Z.G. Fang, dan S. Hu. 2002. Phosphate-solubilizing microbes in rhizosphere soils of 19 weeds in southeastern China. Journal of Zhejiang University Science 3: 355-361

Dewi, I. R. 2007. Makalah: Bakteri Pelarut Fosfat. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Elfiati, D. 2005. Peranan Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan Tanaman. USU e-Repository. Medan.

Fisher RF, dan Binkley D. 2000. Ecology and management of forest soil. John Willey & Sons, Inc.

Fitter, A.H. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press, Yogyakarta. Gilman, J.C. 1971. A Manual of Soil Fungi. The Lowa State University Press.

USA.

Ginting, R.C.B., R. Saraswati, dan E. Husen. 2006. Mikroorganisme Pelarut Fosfat. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian, Bogor. Hal. 144-146.

Goenadi, D.H., dan R. Saraswati. 1994. Kemampuan Melarutkan Fosfat dari Beberapa Isolat Fungi Pelarut Fosfat. Menara Perkebunan 61(3):61-66. Gunarto, L. dan L. Nurhayati. 1994. Karakterisasi dan identifikasi bakteri pelarut

(48)

Tahunan 1994 Hasil Penelitian Tanaman Pangan, Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, 29-30 Maret 1994.

Hardiatmi, S. J. M. 2008. Kontribusi Agroforestry Dalam menyelamatkan Hutan dan Ketahanan pangan Nasional. Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 7, No. 1, Hal : 26- 32.

Joner, E.J., I.M. Aarle, dan M. Vosatka. 2000. Phosphatase activity of extraradical arbuscular mycorrhiza hyphae: a review. Plant Soil 226: 199-210.

Jones, U.S. 1982. Fertilizers and Soil Fertility. 2nd ed. Reston Publ. Co. Reston, Virginia.

Lestari, P. 1994. Pengaruh fungi pelarut fosfat terhadap serapan hara P dan pertumbuhan tanaman jagung. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Lestari, Y. dan R. Saraswati. 1997. Aktivitas Enzim Fosfatase Jamur Pelarut

Fosfat pada Tanah Podzolik Merah Kuning dalam Prosiding Seminar Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Menyongsong Era Globalisasi, Banjarmasin.

Mackensen, J. 2000. Penelitian hutan tropis. Kajian suplai hara lestari pada hutan tanaman cepat tumbuh. Implikasi ekologi dan ekonomi di Kalimantan Timur. Badan kerjasama teknis Jerman-Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH. Jerman.

Maningsih, G. dan I. Anas. 1996. Peranan Aspergillus niger dan bahan organik dalam transformasi P anorganik tanah. Dalam Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. Badan Litbang Pertanian. Puslittanak. 14: 31-36.

Mindawati, N., Indrawan, A., Mansur, I. dan Rusdiana, O. 2010. analisis sifat-sifat tanah di bawah tegakan Eucalyptus urograndis. Tekno Hutan Tanaman Vol. 3 No_1 2010.

Nautiyal, S.C. 1999. An efficient microbiological growth medium for screening phosphate solubilizing microorganisms. FEMS Lett. 170:265 – 270.

Paul, E.A. dan F.E. Clark. 1989. Phosphorus transformation in soil. In Soil Microbiology and Biochemistry. Academic Press, Inc. Harcourt Brace Jovanovich, Publ.n New York.

Premono, E.M. 1994. Jasad renik pelarut fosfat, pengaruhnya terhadap P tanah dan efisiensi pemupukan P tanaman tebu. Disertasi. Program Pascasarjana IPB.

(49)

Fertilizer Efficiency by Phosphate Solubilizing Microbes and Its Prospect in Indonesia). Hayati 5(4): 89 – 94.

Rao, N.S.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. UI Press, Jakarta.

Saraswati, R. dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Iptek Tanaman Pangan Vol. 3 No. 1 – 2008.

Setiawati, T. C. 1998. Efektifitas Mikroba Pelarut P dalam Meningkatkan Ketersediaan P dan Pertumbuhan Tembakau Besuki Na-Oogst (Nicotiana tabacum L.). Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor

Sitorus, E. S. P. 2013. Isolasi Dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat Pada Lahan Bekas Kebakaran Hutan Desa Tongging Kabupaten Karo. USU Press. Medan

Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Telaumbanua, Y. S. 2011. Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat Pada

Ekosistem Lahan Gambut Desa Telaga Suka Kabupaten Labuhan Batu. USU Press. Medan

Walksman, S.A. dan R.L. 1981. The Soil and The Microbe. John Wiley and Sons. Inc. New York.

Widjajanti, E. 1991. Peningkatan Kelarutan P Sumber Fosfat Sukar Larut Dengan Menggunakan Bakteri Pelarut P. Disertasi UNPAD Bandung

(50)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Kemampuan isolat dalam melarutkan berbagai sumber fosfat dalam media Pikovskaya cair dan analisis sidik ragam

Isolat Sumber P Ulangan Rataan

(51)

Rataan pengukuran P-tersedia pada interaksi jenis isolat pelarut P dengan berbagai

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%

P1 : Media Pikovskaya dengan sumber P (Ca3(PO4)2 P2 : Media Pikovskaya dengan sumber P (AlPO

) 4 P3 : Media Pikovskaya dengan sumber P (FePO

) 4

P4 : Media Pikovskaya dengan sumber P (RP (Batuan fosfat) )

Lampiran 2. Tabel hasil pengukuran pH media sumber P setelah 7 hari inokulasi dan analisis sidik ragam

Isolat Sumber P Ulangan Rataan

pH Kriteria

1 2 3

(52)

FePO4 4,62 4,82 3,26 12,70 4,23 Sangat masam

Tengah F-hitung F-Tabel Perlakuan 15 15,16 1,01 2,33* 2,13

Keterangan : * = berpengaruh nyata

Rataan pengukuran pH pada perlakuan berbagai sumber P

Perlakuan Rataan

(53)

P1 4,65c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% P1 : Media Pikovskaya dengan sumber P (Ca3(PO4)2

P2 : Media Pikovskaya dengan sumber P (AlPO

) 4

P3 : Media Pikovskaya dengan sumber P (FePO ) 4

P4 : Media Pikovskaya dengan sumber P (RP (Batuan fosfat) )

Lampiran 3. Kriteria penilaian sifat kimia tanah Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP-Medan (1982)

Sifat tanah Satuan Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi

(54)

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

1. Isolasi Jamur Pelarut Fosfat 2. Pemurnian Jamur Pelarut Fosfat

3. Uji Media Padat hari ke-1 4. Uji Media Padat hari ke-2

(55)

7. Uji Media Padat hari ke-5 8. Uji Media Padat hari ke-6

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis sifat kimia sampel tanah
Tabel 2. Hasil pengukuran indeks pelarutan dalam media Pikovskaya padat     dengan berbagai sumber P yang berbeda
Tabel 3. Kemampuan isolat dalam melarutkan berbagai sumber fosfat dalam
Tabel 4. Hasil rataan pH media dari berbagai sumber P setelah 7 hari inokulasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Seminar Nasional Membangun Karakter Enterpreneur berbasis Konservasi dalam Bidang Boga, Busana dan Kecantikan,. Manager Spa, Peluang dan Tantangan FT UNNES

Bila dilihat dari data rata-rata (avg) flow /detik vs jumlah host yang ditampilakan pada tabel 2 dan gambar 6 diatas, kontroler Floodlight dapat memberikan kemampuan yang baik

Masruki Kabib., M.T., selaku Dosen pembimbing I dan selaku dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus yang telah meluangkan waktu, wacana, serta

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “ Pengaruh Penambahan Trace Metal (Ni,Co) terhadap Pembuatan Biogas dari Sampah Organik dan Kotoran Sapi ”

Dengan ini, pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak kedua untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan formulir pendaftaran, pengajuan klaim

Hasil penelitian ini bagi perpustakaan IAIN Tulungagung berguna untuk menambah literatur di bidang pendidikan terutama yang bersangkutan dengan Pembelajaran Kitab

Kecapi suntul dicirikan dengan buah berbentuk bulat m em anjang, pangkal buah m eruncing, ukuran lebih kecil dibandingkan kecapi m asam dengan rasa daging buah m anis.. Tanam an

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya dengan judul : “ STATUS DAN KEDUDUKAN ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO.12 TAHUN 2006