DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama : Anumi Manurung
Tempat / tanggal lahir : Simalungun, 08 Agustus 1991
Agama : Katolik
Anak ke : 1 dari 4 bersaudara
Nama Ayah : P. Manurung
Nama Ibu : R.Rumapea
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Silau Laut , ASAHAN
II. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1997 – 2003 : SD Negeri 0146795 Air Joman
2. Tahun 2003 – 2006 : SMP N 2 Air Joman
3. Tahun 2006 – 2009 : SMA METHODISTS 2 Kisaran
4. Tahun 2009 - 2012 : D-III Akademi Kebidanan Pemko Tebing Tinggi
5. Tahun 2014 – 2015 : Program D- IV Bidan Pendidik Fak. Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Anna,L.K.(2013).“Jumlah Penderita Kankerserviks Makin Tinggi”.Kompas (Online).http://health.kompas.com/Jumlah.Penderita.Kanker.Serviks.Makin.Tin
ggi
Arikunto,suharsini,v (2010).Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta .Diakses tanggal3 November 2014
Bayu,J.(2014). “Breast Examination and Cervical Cancer Prevention (BRAVE)2014”,SeminarPLDFKUniversitas
Indonesia
Hidayat ,A,(2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Kumalasari, I , (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta Selatan : Salemba Medika.
Manuaba, I, (2005). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta: EGC.
Ningrum, E, S, (2014). Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Trans Info Media
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Rasidi, (2008). Kanker Serviks. Jakarta : Garda Media.
Sastrosudarmo, Wh, (2012). Kanker. Jakarta : Garda Media.
Tilong, (2012). Bebas Dari Ancaman Kanker Serviks. Jogjakarta: FlashBooks.
BAB III
KERANGKA KOSEPTUAL A.Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
Perilaku ibu terhadap pelaksanaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas
Soposurung kecamatan Balige kabupaten Tobasa.Penelitian ini menilai perilaku
ibu terhadap pemeriksaan pap smear meliputi pengetahuan, sikap, tindakan.
Dimana hasilnya dikategorikan pada melakukan ya dan tidak. Hal ini dapat dilihat
dari kerangka konsep peneliti dibawah ini :
Skema 3.1 Kerangka KonsepPenelitian Perilaku Ibu terhadap
pemeriksaan Pap smear − Pengetahuan
− Sikap
− Tindakan
Pemeriksaan Pap smear oleh Ibu pasangan usia subur
− Ya
B .Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional 1. Pengetahuan Segala sesuatu
yang diketahui ibu tentang Pap smear
Angket Kuesioner 1.Baik bila menjawab
Angket Kuesioner 1. Positif bila jumlah
BAB IV
METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui
Perilaku Ibu Terhadap Pelaksanaan Pap Smear Di Puskesmas Soposurung
Kec.Balige Kab.Tobasa Tahun 2015.
B.Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PUS yang datang
mengunjungi puskesmas Soposurung kecamatan Balige kabupaten Tobasa
yang berjumlah 267 orang pada tahun 2015.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang
dianggap mewakili dari seluruh populasi (Notoatmodjo,2010). Jumlah populasi
>100 orang, maka sampel yang diambil sebanyak 10-25% dari jumlah total
populasi (Arikunto, 2006).
Jumlah sampel = populasi x 25%
= 267 x 25%
= 66,7 ( 67 responden )
Berdasarkan rumus diatas maka sampel yang diambil yaitu 67 orang ibu
PUS yang datang ke Puskesmas Soposurung kecamatan Balige kabupaten
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan accidental
sampling, yaitu dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau datang
ke Puskesmas Soposurung selama penelitian dilaksanakan.
C.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Soposurung kecamatan Balige
kabupaten Tobasa, dengan pertimbangan keterbatasan waktu serta jarak yang
dapat dijangkau peneliti dan belum pernah ada dilakukan penelitian tentang
perilaku ibu terhadap pelaksanaan Pap Smear di Puskesmas tersebut.
D.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari penyusunan proposal sejak bulan
November 2014 sampai penyusunan hasil penelitian.
E. Pertimbangan Etik
Dalam pelaksanaan penelitian ini didasarkan pada prinsip etik dalam
penelitian dimana terdapat prinsip manfaat (the principle of beneficence) yaitu
peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (nonmalafience).
Dimana pada praktiknya sebelum dilakukan penelitian, maka peneliti terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan dari institusi pendidikan yaitu program studi
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin dari kepala Puskesmas
Soposurung kec. Balige kab. Tobasa.
Kemudian peneliti juga memberikan penjelasan kepada calon responden
tentang tujuan dan prosedur penelitian. Jika responden bersedia, maka peneliti
mempersilahkan responden untuk menandatangani informed consent. Kemudian
adanya prinsip menghormati martabat manusia (the principle of respect for human
tidak tanpa ada paksaan dari pihak manapun, berhak bertanya, menolak informasi
yang diberikan, dan dapat mengakhiri keikutsertaannya.
Dalam hal ini dapat diartikan jika calon responden tidak bersedia, maka
calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses
pengmpulan data berlangsung. Prinsip selanjutnya yaitu keadilan (the principle of
justice) dimana responden berhak untuk mendapatkan keadilan dan tindakan yang
sama sebelum dan setelah penelitian, dalam hal arti lebih menekankan pada
prinsip keadilan.
Dalam prinsip ini responden berhak mendapatkan kerahasiaan atas apa yang
telah dia lakukan dalam penelitian. Dalam aplikasinya yaitu,peneliti tidak boleh
mencantumkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat
responden dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga kerahasiaan
identitas responden. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau
identification number) sebagai pengganti identitas responden (Setiawan, 2011).
F. Instrumen Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan instrument berupa
kuesioner yang telah digunakan oleh peneliti sebelumnya dan dianggap mampu
menjawab kebutuhan penelitian kali ini.
Kuesioner tentang data demografi responden meliputi umur, pendidikan
terakhir, dan pekerjaan ibu. Pertanyaan untuk pengetahuan sebanyak sepuluh (10)
soal dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : a, b,
dan c, jika menjawab benar maka diberi nilai satu (skor = 1), sedangkan jika salah
Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan sebagai berikut :
1. Menentukan skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar : 10
Skor terkecil : 0
2. Menetukan nilai rentang ( R )
Rentang = 10 – 0
= 10
3. Menentukan nilai panjang kelas ( i )
Panjang kelas ( i ) = ������� (�)
�����������
= 10 3
= 3,3
4. Menentukan skor kategori
No Kategori Skor Jumlah
pertanyaan yang benar
1. Kurang 0 + 3,3 = 3,3 0 – 3
2. Cukup 3,4 + 3,3 = 6,7 4 – 7
3. Baik 6,7 + 3,3 = 10 8 – 10
Kuesioner ini berisi pertanyaan untuk sikap sebanyak sepuluh (10)
pertanyaan dengan bentuk pertanyan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban :
sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pertanyaan 1-5
merupakan pertanyaan positif dan pertanyaan 6-10 merupakan pertanyaan negatif.
Untuk pertanyaan positif skor Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Ragu(R) = 3
negatif (SS) =1, (S) = 2, Ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 4, Sangat Tidak Setuju
(STS) = 5. Total skor sikap diperoleh nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 50.
Jadi,semakin positif skor semakin baik sikap ibu dalam pelaksanaan Pap Smear.
Untuk mendapatkan criteria digunakan perhitungan sebagai berikut :
1. Menentukan skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar : 50
Skor terkecil : 10
2. Menetukan nilai rentang ( R )
Rentang = 50 – 10
= 40
3. Menentukan nilai panjang kelas ( i )
Panjang kelas ( i ) = ������� (�)
�����������
= 40 2
= 20
4. Menentukan skor kategori
No Kategori Skor
1. Negatif 10 – 25
2. Positif 26 – 50
Kuesioner ini juga berisi pertanyaan untuk tindakan sebanyak 10 soal
dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari Ya (dilakukan) dan Tidak.
Jika menjawab Ya maka skor = 1, dan jika menjawab Tidak maka skor = 0. Total
skor terendah 0 dan tertinggi 10. Jadi semakin tinggi skor menunjukkan tindakan
1. Menentukan skor terbesar dan terkecil
Skor terbesar : 10
Skor terkecil : 0
2. Menetukan nilai rentang ( R )
Rentang = 10 – 0
= 10
3. Menentukan nilai panjang kelas ( i )
Panjang kelas ( i ) = ������������������ (�)
= 10 2
= 5
4. Menentukan skor kategori
No Kategori Skor
1. Negatif 0 – 5
2. Positif 6 – 10
G.Validitas dan Realibitas Instrumen 1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalian
suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid menmpunyai validitas yang tinggi
dan sebaliknya, instrumen yang kurang valid berart memiliki validitas rendah
(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas
2. Uji Realibitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Arikunto, 2010).
Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang ibu yang mempunyai kriteria
yang sama dengan sampel, kemudian data diolah menggunakan komputerisasi.
Reliabilitas dilakukan pada ibu di puskesmas Air Joman Angka koefisien
reliabilitas berkisar antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1 maka semakin
reliable instrument yang digunakan. Dengan menggunakan alpha cronbach,
instrument dikatakan reliable apabila hasil uji > 0,07 (Potter Perry,2005)
Dari hasil pengujiuan statistic diperoleh hasil reliabilitas yaitu > 0,07
maka dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian reliable.
H.Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh
dari hasil pengisian kuesioner langsung dengan menggunakan kuesioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep teoritis untuk mendapatkan data
tentang perilaku ibu dalam pelaksanaan Pap Smear.
Data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah antara lain : Editing
adalah upaya untuk memeriksa1 kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan, Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Tabulating yaitu membuat
tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian dan Persentase merupakan data yang
ditabulasi diubah dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus : P =�
� x
I. Analisa Data
Analisa data yang dilakukan adalah analisa univariat, dimana semua
variabel dianalisa secara deskriptif dengan menghitung frekuensinya. Dari
pengolahan data deskriptif, data demografi disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi dan persentase. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi untuk melihat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu terhadap
pelaksanaan Pap Smear di Puskesmas Soposurung kecamatan Balige kabupaten
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Soposurung Kec. Balige Kab
Tobasa tahun 2015 terhadap 67 responden yang berkunjung ke pelayanan
kesehatan puskesmas diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Karakteristik Responden a. Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden Puskesmas Soposurung Kec. Balige Kab Tobasa tahun 2015 (n=67)
Karakteristik Frekuensi Presentase
Usia
Berdasarkan tabel 5.1 dapat lihat bahwa umur responden 22-26 tahun
sebanyak 15 orang (22,4%) lebih tinggi dibandingkan umur responden
27-31 tahun sebanyak 27-31 orang (46,3%). Tingkat pendidikan responden
sedangkan jumlah SMP dan PT sama 10 orang (14,9%). Sebagian
responden adalah bekerja yaitu 20 orang (29,9%) dan responden yang tidak
bekerja berjumlah 47 orang (70,1%).
b. Pengetahuan tentang Pap Smear
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang Pap Smear berdasarkan pengetahuan kategori di Puskesmas Soposurung Kec. Balige Kab Tobasa
tahun 2015 (n=67)
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik
Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan kategori pengetahuan
lebih banyak responden dengan pengetahuan tinggi yaitu 40 orang (59,7%)
dibandingkan dengan kategori rendah yaitu 2 orang (3%).
Tabel 5.4
Distribusi jawaban pengetahuan responden tentang Pap Smear berdasarkan pengetahuan kategori di Puskesmas Soposurung Kec. Balige Kab Tobasa
tahun 2015 (n=67)
No Pertanyaan Jawaban Responden Jumlah
Benar Salah
F % F % F %
1 Apakah yang dimaksud dengan pap smear?
51 76,1 16 23,9 67 100
2 Apakah tujuannya dilakukan pap smear?
52 77,6 15 22,4 67 100
3 Siapakah yang sebaiknya mengikuti pemeriksaan pap smear?
57 85,1 10 14,9 67 100
4 Menurut ibu,kapankah pemeriksaan pap smear untuk pertama kalinya dilakukan?
57 85,1 10 14,9 67 100
5 Pemeriksaan dengan metode pap smear sebaiknya dilakukan
setiap?
6 Sebelum melakukan pap smear,ibu harus berada dalam kondisi seperti dibawah ini?
51 76,1 16 23,9 67 100
7 Bagaimanakah prosedur pemeriksaan pap smear?
50 74,6 17 25,4 67 100
8 Apakah resiko tidak dilakukan pemeriksaan pap smear?
50 74,6 17 25,4 67 100
9 Dibawah ini merupakan salah satu proses yang dapat membantu penyebaran kanker serviks melalui kecuali?
51 76,1 16 23,9 67 100
10 Menurut ibu,terdiri dari
berapakah stadium pada kanker leher rahimtersebut?
41 61,2 26 38,8 67 100
Dari tabel terlihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 57 orang
responden (85,1%) menjawab benar pada poin 3 dan poin 4 sedangkan
sebagian besar responden yaitu sebanyak 17 orang (25,4%) menjawab salah
pada poin 7 dan poin 8.
2. Sikap tentang Pap Smear
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi sikap responden tentang Pap Smear berdasarkan sikap kategori di Puskesmas Soposurung Kec. Balige Kab Tobasa
tahun 2015
Dari tabel 5.3 menunjukkan sikap responden dengan pemeriksaan pap
smear dengan kategori baik 66 orang (98,5%) dan kategori kurang 1 orang
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi sikap responden tentang Pap Smear berdasarkan sikap kategori di Puskesmas Soposurung Kec. Balige Kab Tobasa
tahun 2015 (n=67)
No Pernyataan Jawaban Responden Jmlh
SS S R TS STS
pemeriksaan ini
Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk pernyataan positif, mayoritas
responden yaitu 30 orang (44,8%) menyatakan sangat setuju pada poin soal
keempat, sedangkan 26 orang responden (38,8%) menyatakan setuju pada
poin soal kedua, sebanyak 17 orang responden (25,4%) menyatakan
ragu-ragu pada poin soal keempat, sebanyak 29 orang responden (43,3%)
menyatakan tidak setuju pada poin soal kedua, sebanyak 2 orang responden
(3,0%) menyatakan sangat tidak setuju pada poin soal keempat.
3. Tindakan tentang Pap Smear
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Pap Smear Berdasarkan Tindakan Kategori Di Puskesmas Soposurung Kec. Balige Kab Tobasa
Tahun 2015
Sikap Frekuensi Persentase
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat responden yang pernah melakukan
pemeriksaan pap smear sebanyak 28 orang (41,8%) dan yang tidak pernah
melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak 39 orang (58,2%).
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Pap Smear Berdasarkan Tindakan Kategori Di Puskesmas Soposurung Kec. Balige Kab Tobasa
Tahun 2015 (n=67)
No Pernyataan Jawaban Responden Jumlah
Ya Tidak
f % f % f %
1 Ibu rutin datang kepuskesmas 48 71,6 19 28,4 67 100
2 Apakah ibu melakukan pemeriksaan pap smear
30 44,8 37 55,2 67 100
3 Apakah ibu melakukan rutin pemeriksaan pap smear setiap 6-12 bulan
31 46,3 36 53,7 67 100
4 Ibu datang ke puskesmas setelah 2 minggu menstruasi, pap smear dilakukan
36 53,7 31 46,3 67 100
5 Pemeriksaan pap smear dilakukan setelah menikah
34 50,7 33 49,3 67 100
6 Ibu melakukan pemeriksaan pap smear setelah ada keluhan.
37 55,2 30 44,8 67 100
7 Apakah ibu pencegahan kanker serviks selain pap smear
35 52,2 32 47,8 67 100
8 Ibu menganjurkan pemeriksaan pap smear kepada keluarga
41 61,2 26 38,8 67 100
9 Apakah ibu pernah diberi penjelasan resiko tidak dilakukan pap smear
33 49,3 34 50,7 67 100
10 Pemeriksaan pap smear disetujui suami
40 59,7 27 40,3 67 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa sebanyak 48 orang responden (71,6%)
menyatakan rutin datang ke puskesmas sedangkan sebanyak 19 orang
responden (28,4%) menyatakan tidak rutin datang ke puskesmas. Namun
44,8% ibu yang melakukan pemeriksaan pap smear dan yang tidak
melakukan sebanyak 55,2%. Dan 46,3% ibu melakukan rutin pemeriksaan
pap smear setiap 6-12 bulan dan yang tidak melakukan 53,7%, sedangkan
dilakukan sebanyak 53,7% dan yang tidak melakukan 46,3% dan 50,7%
responden yang melakukan pemeriksaan pap smear dilakukan setelah
menikah dan yang tidak 49,3%. Sedangkan ibu yang melakukan
pemeriksaan pap smear setelah ada keluhan sebanyak 55,2% dan yang tidak
melakukan 44,8%, dan 52,2% ibu yang melakukan pencegahan kanker
serviks selain pap smear dan yang tidak melakukan 47,8%. Sedangkan
61,2% ibu menganjurkan pemeriksaan pap msear kepada keluarga, dan tidak
melakukan sebanyak 38,8% dan 49,3% ibu pernah diberi penjelasan resiko
tidak dilakukan pap smear dan yang tidak melakukan 50,7%. Ada 59,7%
responden di setujui suami melakukan pemeriksaan pap smear dan yang
tidak disetujui sebanyak 40,3%.
B. Pembahasan
1. Pengetahuan Tentang Pap Smear
Hasil penelitian dari 67 responden didapatkan 40 responden (59,7%)
memiliki pengetahuan baik terhadap pemeriksaan papsmear. Menurut
Notoatmodjo, (2003) pengetahuan adalah hasil “tahu”, ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Teori WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003) menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri
atau pun dari orang lain.
Seorang ibu memperoleh pengetahuan mengenai pemeriksaan pap
smear yang perlu dilakukan untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya
kanker leher rahim yang dapat dicegah setelah ibu tersebut dengan rutin
mengenyam pendidikan SD 3 orang, SMP 10 orang, SMA 44 orang,
Perguruan Tinggi 10 orang, dapat juga membantu penilaian baik tidaknya
pemeriksaan tersebut dilakukan.
2. Sikap Tentang Pap Smear
Hasil penelitian dari 67 responden didapatkan hasil sikap positif 66
(98,5%). Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud
dalam suatu tindakan nyata. Seorang ibu akan sangat setuju, jika wanita
yang sudah pernah melakukan hubungan seks sebaiknya menjalankan
pemeriksaan pap smear sebagai antisipasi terhadap timbulnya penyakit
kanker leher rahim. Namun belum tentu ibu tersebut bersedia melakukan hal
itu karena didorong rasa malu dan takut untuk menjalani tata cara
pelaksanaannya yang bersifat pribadi sekali. Atau ibu tersebut benar benar
melakukan pemeriksaan ini, jika telah merasakan adanya keluhan keluhan
pada alat kelamin
3. Tindakan tentang Pap Smear
Hasil penelitian dari 67 responden didapatkan mayoritas tidak
melakukan pemeriksaan pap smear ada 39 responden (58,2%). Menurut
Notoatmodjo (2007) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata,
diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara
lain lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
saran kesehatan. Dalam hal ini mayoritas responden tidak melakukan
tindakan karena responden mendapat informasi dari ibu yang pernah
melakukan pemeriksaan pap smear dan hasilnya mayoritas responden tidak
Bila ditilik dari domain perilaku seharusnya apabila pengetahuan baik,
sikap baik atau positif maka akan diikuti dengan tindakan yang baik pula.
Namun dari hasil penelitian yang didapatkan hal tersebut tidak sejalan
dengan teori yang ada. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam factor
salah satunya, ibu kurang informasi, pengalaman dari ibu yang pernah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan umur diketahui ibu yang berkunjung ke puskesmas
Soposurung yang paling banyak umur 33 tahun sebanyak 9 orang (13,4%)
sedangkan kelompok ibu yang berumur 23 tahun yang paling sedikit
berkunjung ke puskesmas soposurung yaitu 1 orang (1,5%). Dari tingkat
pendidikan SMA sebanyak 44 orang (65.7%), perguruan tinggi sebanyak 10
orang (14,9%) dan 10 orang (14,9%) berpendidikan SMP serta 3 orang (4,5%)
berpendidikan SD.
Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu yang datang mengunjungi
puskesmas soposurung diketahui sebanyak 63 orang (%) banyak mengetahui
segala sesuatu berkaitan dengan Pap Smear atau terkategori berpengetahuan
baik, 14 orang (%) berpengetahuan cukup baik dan 5 orang (%) yang sangat
sedikit mengetahui hal yang berkaitan dengan Pap Smear.
Berdasarkan sikap ibu yang datang mengunjungi puskesmas soposurung
deketahui sebanyak 71 orang (%) ibu yang mempunyai sikap positif atau
termasuk kategori baik terhadap kegiatan Pap Smear dan 11 orang (%)
mempunyai sikap kurang baik.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan mayoritas ibu tidak melakukan
pemeriksaan pap smear sebanyak 39 responden (58,2%) dan yang melakukan
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku ibu terhadap pelaksanaan pap
smear di puskesmas Soposurung kecamatan Balige kabupaten Toba samosir,
maka disarankan:
1. Bagi Profesi Bidan
Diharapkan kepada bidan untuk semakin peduli terhadap masyarakat agar
pemeriksaan pap smear dapat terlaksana dan masyarakat juga mendapat
kepuasaan terhadap pelayanan pemeriksaan pap smear oleh bidan.
2. Bagi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan seperti Akademi Kebidanan dapat
membina mahasiswa sehingga menghasilkan tenaga kesehatan yang
berkualitas,agar nantinya mahasiswa mampu mengaplikasikannya dalam
meningkatkan pemeriksaan pap smear di masyarakat.
3. Bagi tempat penelitian
Bagi Penanggung jawab dan para tenaga kesehatan di Puskesmas
Soposurung diharapkan peningkatan upaya promosi program pap smear
oleh pihak puskesmas Soposurung upaya pencegahan penyakit kanker leher
rahim, dan mampu terus memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat secara menyeluruh dan meningkatkan mutu pemeriksaan pap
smear.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan
1. Konsep Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kejadian atau aktivitas
organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya
adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku
manusia itu mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain
sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir,
persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan
kerangka analis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan
oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara
tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu merupakan
penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas
atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan
lingkungan adalah kondisi atau lahan pertemuan antara kedua faktor dalam
rangka terbentuknya perilaku yang disebut proses belajar (learning process).
Menurut Skinner (1938), seorang ahli perilaku mengatakan bahwa
perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
adanya tanggapan atau respon. Skinner membedakan adanya 2 (dua) respon
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu, sedangkan
operant respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan
berkembang diikuti diikuti oleh perangsang (stimulus) tertentu.
B. Pengetahuan
1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra yaitu, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dimana dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, antara lain kesadaran (Awareness), dimana
orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus suatu objek.
Kemudian merasa tertarik (Interest), yaitu adanya ketertarikan orang
terhadap stimulus. Dimana disini sikap sudah mulai timbul. Menimbang
(Evaluation), yaitu menimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya, setelah menimbang maka seseorang akan mencoba (Trial), dimana
subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam)
tingkatan, yaitu tahu (know) dimana tahu dapat diartikan sebagai mengingat
suatu materi yang telah dipelajari sebelumya yang termasuk ke dalam tingkat
pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatuyang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu,
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan. Kemudian di
tingkat selanjutnya adalah memahami (comprehension)yang diartikan sebagai
suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau metari harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan dan meramalkan.
Kemudian adanya aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsp dalam konteks atau situasi yang lain. Setelah
tingkatan aplikasi maka timbullah analisis (analysis) yang merupakan suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih adalam suatu stuktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesi itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi-formulasi yang ada, misalnya: dapat meringkas, dapat
menyesuaikan, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
Pada tingkatan terakhir yaitu adanya evaluasi (evaluation) dimana evaluasi ini
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penialian itu berdasarkan suatu
kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah secara
sistematik dan logis adalah dengan menggunakan cara non ilmiah
tanpa melalui penelitian.
Cara-cara kuno ini antara lain, cara coba salah (Trial and Eror)
dimana cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka
dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan.
Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease oleh Summers
(1926), yang berawal saat Summers sedang bekerja dengan ekstrak
acetone dan suatu hari ia ingin bermain tennis, dimana ia terburu-buru
sehingga menyimpan acetone ke dalam kulkas. Dimana keesokan
harinya ia ingin meneruskan percobaannya ternyata ekstrak acetone
yang disimpan di dalam kulkas timbul kristal-kristal yang disebut
enzim urease.
Ada juga dengan cara kekuasaan atau otoritas yang dapat diartikan
dimana sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, seperti para pemuka agama,
pemegang pemerintahan, dan sebagainya. Dengan kata lain
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas
yaitu orang mempunyai kekuasaan atau wibawa, tanpa terlebih dahulu
menguji atau membuktikan kebenarannya.
Selain itu ada juga berdasarkan pengalaman pribadi dimana
pengalaman adalah guru yang terbaik, seperti yang terkandung dalam
pepatah dimana pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu
pengetahuan. Dengan cara akal sehat (Common Sense) yaitu akal sehat
(common sense) kadang-kadang dapat menemukan teori atau
Adapun kebenaran melalui wahyu seperti ajaran atau dogma adalah
suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi.
Dimana kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh
pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran
tersebut rasional atau tidak.kemudian kebenaran secara intuitif dimana
kebenaran ini diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses
diluar kesadaran tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.
Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya dengan intuisi atau suara
hati atau juga bisikan hati saja. Dan terakhir yaitu induksi merupakan
proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan
khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam
berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan
pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra.
b. Cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah yang disebut metode
penelitian ilmiah atau lebih populer dengan sebutan metodologi
penelitian (research methodology) yang mula-mula dikembangkan
oleh Francis Bacon pada tahun 1561-1626 (Notoatmodjo, 2010).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan baik yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor internal dan eksternal yaitu : faktor internal terdiri
dari umur yang merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak dia
dilahirkan hingga berulang tahun. Jika seseorang itu memiliki umur yang
Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap sehingga pengetahuan
diperolehnya akan semakin baik. Dimana terdapat 3 (tiga) kriteria umur, yaitu :
kriteria umur ibu trebagi dari umur <20 tahun, 20-35 tahun dan >35 tahun,
kriteria umur remaja yaitu 10-12 tahun,13-15 tahun,16-19 tahun ( Ariani,2014).
Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah
satunya adalah adanya perbedaan tingkat kesadaran antara lai-laki dan
perempuan. Pada umumnya perempuan akan memiliki kesadaran yang baik
dalam mencari tahu informasi daripada laki-laki baik itu secara formal maupun
informal.
Kemudian faktor pendidikan , dimana pendidikan merupakan seluruh
proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu yang berupa interaksi
individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang
melibatkan perilaku individu maupun kelompok.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada
perkembangan orang lain untuk menuju ke arah cita-cita tertentu untuk mengisi
kehidupan sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Dimana makin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut menerima
informasi. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa.
Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan, seseorang dengan
pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki.
Dimana kriteria pendidikan, yaitu : Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi/Perguruan Tinggi
Pekerjaan merupakan suatu aktifitas yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari. Pekerjaan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, dimana
seseorang yang bekerja akan berinteraksi dengan orang lain sehingga akan
memiliki pengetahuan yang baik. Dimana kriteria pekerjaan yaitu :
PNS/TNI/POLRI, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Buruh/Petani, Ibu Rumah
Tangga ( Ariani, 2014).
Faktor eksternal terdiri dari lingkungan dimana lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,biologis maupun
sosial. Kemudian faktor sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau tradisi
yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik
atau buruk. Status ekonomi njuga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu (Ariani,2014).
C.Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi arau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Allport dalam menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga)
komponen pokok, yaitu: 1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap
suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau elevasi emosional terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain, menerima (receiving)
diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
perhatian itu terhadap ceramah-ceramah. Kemudian merespons (responding)
dimana memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. Setelah
merespon yaitu menghargai (valuing) merupakan tindakan mengajak orang lain
untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Dan terakhir bertanggung jawab
(responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).
Sikap (Attitude) juga mrupakan perasaan atau pandangan seseorang yang
disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek ataustimulus.
Dimana sikap merupakan konsep yang penting dalam psikologi sosial yang
membahas unsur sikapbaik sebagai individu maupun kelompok. Dimana secara
garis besar menurut Azwar dalam Ariani 2014, struktur sikap terdiri dari tiga
komponen yang saling menunjang yaitu : komponen kognitif merupakan
representasi yang dipercayai oleh individu pemilik sika, dimana komponen
kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki individu (Ariani, 2014).
Adanya komponen afektif yang merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional, dimana aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin dapat mengubah sikap seseorang dimana
Komponen yang ketiga yaitu, komponen konatif yang merupakan aspek
kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang dan berisi kecenderungan untuk bertindak atau bereaksiterhadap
sesuatu dengan cara tertentu yang berkaitan dengan objek yang dihadapinya
adalah hal yang logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah
dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. (Ariani, 2014).
1. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap antara lain
: pengalaman pribadi, dimana merupakan dasar pembentukan sikap yang harus
meninggalkan kesan kuat. Sikap seseorang akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribaditerjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
Orang lain yang dianggap penting (Significant Others),byaitu merupakan
orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku
dan opini kita. Pada umumnya, individu akan memiliki sikap yang searah
(konformis) dengan orang yang dianggap penting, misalnya orang tua, suami
atau istri, teman dekat, guru dan pemimpin.
Media masa, dimana dalam penyampaian informasi media massa
membawa pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini individu. Jika pesan
–pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat , maka akan member dasar
afektif dalam menilai suatu hal hingga membentuk sikap tertentu. Contoh
media massa antara lain, media cetak, elektronik, papan, dan lain-lain.
Lembaga pendidikan yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Dimana pemahaman baik atau buruk, benar
atau salah, akan menetukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan
Faktor emosional merupakan suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang
fungsinya sebagai semacam penyaluran atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Emosional dapat bersifat sementara atau menetap (tahan lama
atau persisten), seperti contoh dalam bentuk prasangka (sikap tidak toleransi).
2. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap merupakan serangkaian kalimat yang berisi
tentang sikap seseorang terhadapsuatu objek. Dimana, pernyataansikap terbagi
atas 2 jenis, yaitu : positif (favourable) adalah pernyataan sikap yang berisi
tentang hal-hal yang positif atau kalimat yang mendukung atapun memihak
pada objek sikap.
Kemudian negatif (unfavourable)adalah pernyataan sikap yang berisi
tentang hal-hal negatif atau kalimat yang tidak mendukung pada objek sikap
(Ariani, 2012).
D.Praktek atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Tingkatan-tingkatan tindakan atau praktek ini mempunyai beberapa bagian, yaitu:
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (Guided Respons )
Dapat melakukan berbagai sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).
E.Pap Smear 1. Pengertian
Pap smear disebut juga test Pap adalah prosedur sederhana untuk
mengambil sel serviks bagian bawah, ujung dari uterus. Dinamai sesuai dengan
penemunya, George Papanicolaou,MD. Pap smear tidak hanya efektif untuk
mendeteksi kanker serviks tetapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai
dapat menimbulkan kanker (Kumalasari,dkk, 2012).
Test Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi dari serviks dan portio
untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau portio
sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, dkk, 2008).
Pap smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil
dari leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Pap smear
merupakan tes yang aman dan murah yang telah dipakai bertahun-tahun
lamanya untuk mendekteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher
2. Tujuan Pap smear
Pemeriksaan Pap smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring
(skirining) dan pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini
sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi
lebih murah dan mudah (Dalimartha, 2004).
Manfaat pap smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut
(Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan
Pap smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker
korpus endometrium, kegansan tuba fallopi, dan mungkin keganasan
ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan
setelah mendapat kemotrapi dan radiasi.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap smear bertujuan untuk menggikuti siklus menstruai dengan
ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan
mentukan kemungkinan keguguran pada hamil muda.
d. Menetukan proses peradangan
Pap smear berguna untuk menetukan proses peradangan pada
berbagai infeksi dan jamur.
3. Sasaran Pelaksanaan Pap smear
Menurut Mardiana 2007 pap smear sebaiknya dilakukan oleh setiap
wanita yang telah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual, tidak
merupakan pencegahan primer yang bertujuan untuk menghindari faktor
resiko. Pap smear dilakukan pada wanita yang sudah menikah atau wanita yang
sudah menikah atau wanita yang sudah berhubungan seksual.
Adapun wanita yang mempunyai resiko tinggi dan dianjurkan untuk
melaksanakan pap smear adalah: a) Wanita yang melakukan hubungan seksual
diusia muda. b) Wanita yang melakukan kontak seksual dengan berganti-ganti
pasangan. c) Wanita perokok. d) Wanita yang kurang mengkonsumsi sayuran
dan buah-buahan.
4. Waktu pemeriksaan Pap smear dilakukan
Pemeriksaan pap smear sebaiknya dilakukan secara rutin 1tahun sekali.
Bila dalam 3 kali pemeriksaan hasilnya normal atau negatif maka pemeriksaan
ini dapat diulang setiap 3 tahun sekali pada wanita tanpa resiko.pada wanita
yang mempunyai faktor seperti yang telah dikemukakan diatas, sebaiknya
pemeriksaan tetap dilakukan setiap tahun sekali (Aziz, 2006).
5. Prosedur Pemeriksaan Pap smear
Menurut Manuaba (2005) , dan Rasjidi (2008), prosedur pemeriksaan
Pap smear adalah:
a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve
(cocor bebek), spatula ayre, kaca objek yang telah diberi label atau
tanda, dan alkohol 95%
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
c. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks
posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.
e. Spatula dengan ujung pendek dimasukan ke dalam
endoserviks,dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360º searah jarum
jam.
f. Sediaan yang telah didapat, dioleskan diatas kaca objek pada sisi yang
telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45º satu kali usapan.
g. Celupkan kaca objek kedalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
h. Kemudian sedian dimasukan kedalam wadah transpor dan dikirim ke
ahli patologi anatomi.
F. Resiko tidak dilakukannya pemeriksaan Pap smear
Resiko tidak dilakukannya pemeriksaan Pap smear ialah kanker serviks.
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, yaitu suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara uterus dengan vagina (Wh. Sastrosudarmo, 2012)
Kanker rahim merupakan tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim).
Kanker rahim biasa terjadi setelah masa menopause, paling sering menyerang
wanita yang berusia 50-60 tahun. Kanker bisa menyebar (metastase) secara lokal
maupun keberbagai bagian tubuh, misalnya kanalis servikalis, tuba fallopi,
ovarium, daerah disekitar rahim, sistem getah bening, atau kebagian tubuh lainnya
melalui pembuluh darah (Yohana, 2012).
Penyebab langsung dari kanker serviks ialah HPV (human papillomavirus).
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis(kondila akuminata) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18,
Faktor resiko penyebab terjadinya kanker serviks yaitu: a)Perkawinan dalam
usia muda, b) Pasangan seksual yang berganti-ganti, c) Jumlah kelahiran dengan
jarak pendek dan terlalu banyak, d) Paling banyak terjadi pada usia 40-50 tahun,
e) Infeksi virus, f) Banyak dijumpai pada kondisi sosial ekonomi rendah, g)
Hygine hubungan seksual kurang (Manuaba, 2009).
Menurut Wh.Sastrosudarmo dalam bukunya perubahan prakanker pada
serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi
kecuali jika wanita tersebut menjalanipemeriksaan panggul dan pap smear. Gejala
baru muncul ketika sel serviks yang abnormalberubah menjadi ganas dan
menyusup kejaringan sekitarnya.
Pada saat ini akan timbul gejala sebagai berikut:
a. Perdarahan vagina yang abnormal,terutama diantara 2 menstruasi, setelah
melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
b. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
c. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna
pink,cokelat,mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
a. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
b. Nyeri panggul, punggung atau tungkai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pap smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam
mendeteksi dini kanker serviks yang sederhana, murah, praktis dan mudah.
Sederhana artinya cukup dengan mengambil apusan sel rahim lalu
mengamatinya di bawah mikroskop, maka lesi prakanker dapat di deteksi bila
terlihat sel-sel yang tidak normal. Praktis, artinya dapat dilakukan dimana saja,
tidak memerlukan biaya khusus, cukup tempat tidur sederhana yang
representatif, spekulum dan lampu. Mudah, karena dapat digunakan oleh
dokter umum, bidan dan perawat yang terlatih (DepKes RI, 2008).
Menurut daftar WHO (World Health Organization), setiap 2 menit ada
satu penduduk dunia meninggal karena kanker serviks di negara berkembang.
Kanker serviks banyak dijumpai di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Beberapa
negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia kanker serviks
masuk urutan pertama (Depkes, 2012).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2013, prevalensi kanker di
Indonesia sendiri sudah mencapai 1,4 per 1.000 penduduk dan merupakan
penyebab kematian nomor satu. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat,
setiap tahunnya lebih dari 15.000 perempuan menderita kanker servik di
Indonesia (FK UI, 2014).
Berdasarkan data subdit kanker direktorat pengendalian penyakit tidak
36.761.000 jiwa usia 30-50 tahun, prevalensi kanker serviks masih ada di rasio
1,3 per 1000 penduduk atau sekitar 840 orang. Hal ini menunjukkan prevalensi
kanker servik masih sangat tinggi (Promkes.Dinkeskerawang.com,2014).
Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah
penderita kanker serviks pada tahun 2010 tercatat 475 kasus, tahun 2011
sebanyak 548 kasus dan tahun 2012 sebanyak/681 kasus.
Kanker serviks merupakan jenis kanker paling umum pada perempuan
diseluruh dunia setelah kanker payudara. Bukti kuat pendukung kanker serviks
disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus( HPV), dengan resiko tertinggi
Human Papiloma Virus ( HPV) sub tipe genital meningkatkan resiko beragam
penularan. Ketika awal kanker terjadi, langkah klinis harus diambil tumor pada
stadium awal dapat diatur dengan biopsi atau histerektomi sederhana,
sedangkan tumor lanjut dapat diberlakukan operasi atau dengan radioterapi.
Apabila terjadi metastasis, terapi dengan cara radiasi yang dikombinasikan
kemoterapi. Berbagai belahan dunia berkembang, kanker serviks sangat
berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas perempuan.
Namun demikian, tidak banyak wanita yang berkeinginan dan melakukan
pemeriksaan pap smear sesuai yang disarankan. Hal tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya, perasaan malu, nilai-nilai, agama, takut nyeri,
pengetahuan kurang, sikap penolakan, rendahnya kesadaran diri untuk
pemeriksaan pap smear.
Survei awal yang dilakukan peneliti pada tahun 2014 jumlah ibu
pasangan usia subur di Puskesmas Soposurung 99 orang. Hasil wawancara
mengatakan tahu dengan pelaksanaan pap smear, dan sebagian ibu mengatakan
tidak tahu dengan pelaksanaan pap smear.
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana “Perilaku Ibu Terhadap Pelaksanaan Pap Smear di
Puskesmas Soposurung kecamatan Balige kabupaten Tobasa”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini
adalah ”Bagaimana perilaku ibu terhadap pelaksanaan pap smear di Puskesmas
Soposurung kecamatan Balige kabupaten Tobasa”.
C. Tujuan Penelitian 1. Umum
Untuk mengetahui Perilaku ibu terhadap pelaksanaan pap smear di
Puskesmas Soposurung Tahun 2015.
2. Khusus
Tujuan khusus penelitian dengan judul “Perilaku Ibu Terhadap
Pelaksanaan Pap Smear di Puskesmas Soposurung Tahun 2015” adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu terhadap
pelaksanaan Pap Smear di Puskesmas Soposurung Kecamatan Balige
Kabupaten Tobasa.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu terhadap pelaksanaan
Pap Smear di Puskesmas Soposurung Kecamatan Balige Kabupaten
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan ibu terhadap
pelaksanaan Pap Smear di Puskesmas Soposurung Kecamatan Balige
Kabupaten Tobasa.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi Bidan
Sebagai bahan masukan dan penambahan pengetahuan tentang perilaku ibu
terhadap pelaksanaan pap smear di unit pelayanan kesehatan, rumah sakit,
dan klinik bersalin.
2. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan bagi peserta
didik kebidanan terkait dengan perilaku ibu terhadap pelaksanaan pap
smear.
3. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai penambah pengetahuan
informasi lanjutan bagi tenaga medis untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan pap smear. 4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama menjadi mahasiswa D4 Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara
Mothers Against Execution Behavior Pap Smear in
Soposurung sub-district Puskesmas District Balige
Tobasa 2015
ABSTRACT
Anumi manurung
Background: Pap smear is one type of inspection skirining early detection of cervical cancer in a simple, inexpensive, practical and easy. Simple means simply by taking swabs cervical cells and then examined under a microscope, the precancerous lesions can be seen diteksi when cells that are not normal. Practical means it can be done anywhere does not require special costs, quite simple beds representative, speculum and light. Easy, because it can be used by general practitioners, midwives, and nurses were trained.
Objective: to know the mother's behavior towards the implementation of a pap smear in the sub-district Puskesmas Soposurung Balige Toba Samosir.
Methods: The design used in this research is descriptive with cross sectional
approach is to determine the Mothers Against Execution Behavior Pap smear.Tehnik sampling is sampling total saturated ie sampling or sample the entire population used as a sample, the sample in this study as many as 67 people ,
Results: In this study, the majority of respondents obtained a good knowledge as much as 40 people (59.7%), the majority being positive as many as 66 people (98.5%), and the majority of act No (Not applicable) are as many as 39 people (58.2% ).
Conclusion: The results of this study can be seen the action the majority of women do not perform pap smears. It is suggested that a midwife for more care to the community or the mother that pap smears can be accomplished.
PERILAKU IBU TERHADAP PELAKSANAAN PAP SMEAR DI
PUSKESMAS SOPOSURUNG KECAMATAN BALIGE
KABUPATEN TOBASA
ANUMI MANURUNG
145102112
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAMD-IVBIDAN PENDIDIK FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Mothers Against Execution Behavior Pap Smear in
Soposurung sub-district Puskesmas District Balige
Tobasa 2015
ABSTRACT
Anumi manurung
Background: Pap smear is one type of inspection skirining early detection of cervical cancer in a simple, inexpensive, practical and easy. Simple means simply by taking swabs cervical cells and then examined under a microscope, the precancerous lesions can be seen diteksi when cells that are not normal. Practical means it can be done anywhere does not require special costs, quite simple beds representative, speculum and light. Easy, because it can be used by general practitioners, midwives, and nurses were trained.
Objective: to know the mother's behavior towards the implementation of a pap smear in the sub-district Puskesmas Soposurung Balige Toba Samosir.
Methods: The design used in this research is descriptive with cross sectional
approach is to determine the Mothers Against Execution Behavior Pap smear.Tehnik sampling is sampling total saturated ie sampling or sample the entire population used as a sample, the sample in this study as many as 67 people ,
Results: In this study, the majority of respondents obtained a good knowledge as much as 40 people (59.7%), the majority being positive as many as 66 people (98.5%), and the majority of act No (Not applicable) are as many as 39 people (58.2% ).
Conclusion: The results of this study can be seen the action the majority of women do not perform pap smears. It is suggested that a midwife for more care to the community or the mother that pap smears can be accomplished.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul”
Perilaku Ibu Terhadap Pelaksanaan Pap Smear.”yang merupakan salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang telah memfasilitasi selama proses belajar mengajar.
2. Nurasnah Sitohang, S.Kep, NS,M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan
motivasi, arahan dan bimbingan dalam menjalani proses pembelajaran.
3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya dan memberi ilmunya dengan sabar dalam membimbing,penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini, dalam penyusunan KTI ini hingga selesai.
4. Kepala Puskesmas Soposurung kecamatan Balige kabupaten Toba Samosir yang telah
memberikan izin, masukan serta arahan kepada penulis untuk melakukan penelitian
tentang Perilaku Ibu Terhadap Pelaksanaan Pap Smea0072a.
5. Bapak dan Ibu staf dosen di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera yang telah
banyak memberikan ilmu selama menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.
6. Ayahanda P.Manurung dan Ibunda R.Rumapea yang tercinta dan tersayang yang telah
membesarkan, membimbing, mendidik, serta mengasuh saya dengan penuh kasih
sayang dari lahir hingga pada saat ini telah mendukung saya dalam moril dan material.
7. Buat keluarga besar saya, yang telah memberikan motivasi, dukungan selama menuntut
8. Teristimewa seluruh teman-teman terkhusus kak Elvivian Zebua, kak Crisna Doharta
Manullang, dede pudan Yohana Sianturi dan kost Cempaka Girls, D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Akhir kata penulis do’akan segala bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat
imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Medan, 09 Juli 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi operasional ... 22
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden ... 31
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pengetahuan responden... 32
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jawaban pengetahuan responden ... 32
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi sikap responden ... 33
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi jawaban sikap responden ... 34
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi tindakan responden ... 35
DAFTAR SKEMA