Lampiran 4.1
Persyaratan dan Kriteria Hotel Resort Bintang 4
Untuk membangun sebuah Hotel Resort khususnya Bintang 4 harus
memperhatikan persyaratan dan kriteria bangunan sebagai berikut :
1. Lokasi dan Lingkungan
2. Lokasi hotel mudah dicapai kendaraan umum/pribadi roda empat langsung ke
area hotel dan dekat dengan tempat wisata. Hotel harus menghindari
pencemaran yang diakibatkan gangguan luar yang berasal dari suara bising,
bau tidak enak, debu, asap, serangga dan binatang mengerat.
3. Hotel harus memiliki taman baik di dalam maupun di luar bangunan &
memiliki tempat parkir kendaraan tamu hotel.
4. Tersedianya fasilitas Olah Raga dan Rekreasi.
5. Hotel harus mempunyai sarana kolam renang dewasa dan anak-anak.
Tersedianya area permainan anak. Tersedianya Diskotik atau Night Club.
Hotel pantai menyediakan fasilitas untuk olah raga air. Hotel gunung
menyediakan fasilitas untuk olah raga gunung seperti mendaki gunung,
menunggang kuda atau berburu. Hotel harus menyediakan satu jenis sarana
olah raga dan rekreasi lainnya merupakan pilihan dari tennis, bowling, golf,
fitness center, sauna, billiard, jogging.
6. Bangunan hotel memenuhi persyaratan perizinan sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku.
7. Ruang hotel memperhatikan arus tamu, arus karyawan, arus barang/produksi
hotel. Unsur dekorasi Indonesia harus tercermin dalam Ruang Lobby,
Restoran, Kamar Tidur, Function Room.
8. Banyak kamar tidur standar berjumlah 100 buah termasuk 4 kamar suite.
9. Hotel harus menyediakan restoran minimal 3 buah yang berbeda jenisnya,
restoran dengan ketentuan 1,5 m2 per tempat duduk. Tinggi restoran tidak
boleh rendah dari tinggi ruang tamu (2, 60 m).
10.Hotel harus menyediakan satu bar yang terpisah dari restoran. Jumlah tempat
duduk sebanding dengan luas bar dengan ketentuan 1,1 m2 per tempat duduk.
Lebar ruang kerja bar tender minimal 1 m. Bar dilengkapi dengan tempat
untuk mencuci peralatan dan perlengkapan yang terdiri dari atas Wastafel
dengan dua buah keran air panas dan air dingin. Mesin pencuci gelas. Saluran
pembuangan air.
11.Tersedianya Function Room yaitu ruang untuk acara-acara tertentu (ruang
serba guna).
12.Tersedianya Lobby dengan luas minimal 100 m2.
13.Hotel harus menyediakan Lounge.
14.Hotel menyediakan telepon umum di lobby.
15.Hotel menyediakan toilet umum di lobby
16.Hotel menyediakan ruangan yang disewakan untuk keperluan lain di luar
kegiatan usaha hotel minimal 3 ruangan untuk kegiatan yang berbeda.
17.Hotel harus menyediakan ruangan poliklinik.
18.Tersedianya Dapur dengan luas sekurang-kurangnya 40 % dari luas restoran.
19.Tersedianya area Administrasi yang terdiri dari Kantor Depan (Front Office)
dan Kantor Pengelola Hotel
20.Tersedianya area Tata Graha. Yang terdiri dari: Ruang Seragam (Uniform
Room), Ruang
21.Jahit Menjahit,Ruang Binatu dengan luas minimal 100 m2
22.Tersedianya area dan ruang Operator
23.Tersedianya Gudang yang terdiri dari :
Gudang Botol Kosong Gudang barang-barang bekas
Ruang penerimaan barang/bahan yang dapat menampung minimal 1 (satu) truk. Ruang Karyawan
Ruang Loker dan kamar mandi/WC yang terpisah untuk pria dan wanita, ruang Makan Karyawan, dapur Karyawan dan Ruang Ibadah
Karyawan.
Berikut adalah tabel pembagian hotel menurut Keputusan Direktur Jendral
Hotel Bintang Empat (****)
Hotel bintang empat sudah termasuk hotel yang cukup berkelas dengan
para karyawan dan staff yang lebih profesional dalam melayani tamu yang
datang. Mereka juga dibekali informasi mengenai pariwisata di sekitar hotel.
Hotel ini memiliki bangunan yang cukup besar dekat dengan pusat perbelanjaan,
restoran dan hiburan. pelayannya pun diatas rata rata sehingga tamu akan puas
bila menginap. Berikut kriterinya :
– Jumlah kamar standar, minimum 50 kamar
– Memiliki minimum 3 kamar suite
– Luas kamar standar, minimum 24 m2
– Luas kamar suite, minimum 48 m2
– Memiliki Lobby dengan luas minimum 100 m2
– Memiliki Bar
– Memiliki sarana rekereasi dan olah raga
– Kamar Mandi dilengkapi dengan instalasi air panas/dingin
DAFTAR PUSTAKA
Neufert, Ernst., Data Arsitek Jilid 1 . terjemahan oleh Sjamsu Amril, Erlangga,
Jakarta, 1990
Ginting, Nurlisa and Julaihi Wahid. 2015. Exploring Identity's Aspect of
Continuity of Urban Heritage Tourism, http://dx.doi.org/10.1016/
j.sbspro.2015.08.227. Diakses pada tanggal 23 Juli 2016.
Manihuruk, Rosenman, 2014. Menikmati Pesona Danau Toba di Desa Tongging Karo.
http://harianjambi.com/berita-menikmati-pesona-danau-toba-di-desa-tongging-karo.html. Diakses pada tanggal 9 Maret 2016.
Silalahi, Elly Maria, 2013. Tongging-Sumut, Desa Wisata Yang Terbengkalai.
http://www.kompasiana.com/els766hi/tongging-sumut-desa-wisata-yang-terbengkalai-seri-ngebolang-1_55294beb6ea834453f8b45b0.
http://www.vilaombak.com/. Diakses pada tanggal 3 Maret 2016.
https://id.wikipedia.org/wiki/Eklektisisme. Arsitektur Eklektik. Diakses pada
tanggal 3 Maret 2016.
Prabo Hindarto. 2009. Arsitektur Eklektik. www.astudioarchitect.com. Diakses
pada tanggal 7 Maret 2016.
Sumalyo Yulianto. Arsitektur Modern, akhir abad XIX dan abad XX, Gadjah
Mada University.
Cespratama, 2010. Konsep Pengembangan Pariwisata Pengembangan Pariwisata. http://www.scribd.com/doc/27064086/A-Konsep-Pengembang
an-Pariwisata-Pengembangan-Pariwisata-Merupakan#scribd. Diakses pada
tanggal 7 Maret 2016.
Juwana, Jimmy S., Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta, 2005.
Bull, Chris. An Introduction To Leisure Studies, SAGE, United Kingdom, 2002.
Gee, Chuck Y. Resort Development and Management, Watson-Guptil Publication,
New York, 1998.
Nyoman S. Pendit. Ilmu Pariwata. Jakarta: Akademi Pariwisata Trisakti, 1999.
De Chiara, Joseph dan Lee E. Koppelman, Standar Perencanaan Tapak,
Erlangga, Jakarta, 1997.
Lawson, Fred, Hotel and Resort Planning, Design, and Refurbishment,
Architectural Press, Oxford. 2004.
Rutes, Penner, Hotel Design, Planning & Development, WW. Norton &
Company, USA. 2001.
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Karo dalam Angka, 2015.
BAB III METODOLOGI
Pada bab ini diuraikan langkah-langkah kegiatan penelitian yang berisi penjelasan mengenai metodologi dan pendekatan penelitian, teknik mengumpulkan data, menganalisa dan mengolah data, serta menguji keabsahan data yang akan digunakan untuk menghasilkan rancangan bangunan.
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian
lapangan dengan mengumpulkan informasi atau data tentang
keadaan-keadaan secara nyata dari orang-orang dan perilaku yang diamati kemudian
dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata
disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti
dengan informan. Jadi dalam penelitian ini tidak dibenarkan mengisolasi
(menyendirikan) individu atau kelompok kedalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kesatuan yang utuh dan
tidak terpisahkan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi
(ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya,
kelompok sosial atau sistem. Metode etnografi yang digunakan dalam
penelitian ini merujuk pada metode etnografi yang dikemukan oleh Spradley
(2007) yang disebut analisis maju bertahap, di mana analisis data dilakukan
sejak tahap pengumpulan data dan secara bertahap terus dilakukan hingga
akhir peneltian. Akhir penelitian ditentukan sepenuhnya oleh peneliti, hal ini
karena dalam penelitian etnografi tidak dapat diperoleh hasil penelitian yang
sempurna yang dapat melaporkan kebudayaan di wilayah penelitiannya
secara utuh dan menyeluruh.Seorang etnografer memfokuskan perhatiannya
pada detail-detail kehidupan lokal dan menghubungkannya dengan
proses-proses sosial yang lebih luas.
dengan persoalan kebudayaan, dunia kehidupan dan identitas. Dalam kajian
budaya yang berorientasi media, etnografi menjadi kata yang mewakili
beberapa metode kualitatif, termasuk pengamatan pelibatan, wawancara
mendalam dan kelompok diskusi terarah.
Inti etnografi adalah upaya untuk memperlihatkan makna-makna
tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa
makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam bahasa, dan di antara
makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung
melalui kata-kata dan perbuatan, sekalipun demikian, di dalam masyarakat,
orang tetap menggunakan sistem makna yang kompleks ini untuk mengatur
tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain,
serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup. Sistem makna ini
merupakan kebudayaan mereka, dan etnografi selalu mengimplikasikan teori
kebudayaan (Spradley, 2007).
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan.
Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup
dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw
Malinowski, bahwa tujuan “etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan
pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi
melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat,
mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi
etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi lebih dari itu, etnografi
belajar dari masyarakat.
Hasil akhir penelitian komprehensif etnografi adalah suatu naratif
deskriptif yang bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang
menginterpretasikan seluruh aspek-aspek kehidupan dan mendeskripsikan
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan catatan seorang etnografi,
observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan
penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu,
sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Sumber data dan jenis data
yang terdiri atas kata-kata dan tindakan, sumber tertulis, foto. Berdasarkan
pendapat di atas, dapat dipahami bahwa cara pengumpulan data merupakan
salah satu kegiatan utama yang harus diperhatikan dalam suatu penelitian.
a) Observasi
Cartwright dan Cartwright mendefinisikan “observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu”. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu
kesimpulan atau diagnosis. Menurut Patton, tujuan “observasi adalah mendeskripsikan setting yang di pelajari, aktifitas-aktifitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dlam aktifitas, dan makna kejadian
dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati
tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu hal yang penting, namun
sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi”.
Teknik observasi yang digunakan adalah observasi aktif, dimana
peneliti melibatkan diri secara penuh atau langsung terhadap kegiatan
masyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan mengamati kegiatan yang
dilaksanakan oleh masyarakat.
b) Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dalam penelitian ini
di maksudkan untuk memahami dan lebih mendalami suatu kejadian atau
subjek penelitian. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara
mendalam (in-depth interview), di lakukan dengan cara menemui
sumber-sumber data yang akurat mengenai permasalahan yang di teliti.
Wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan
secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk
memunculkan pandangan dan opini dari para informan. Dengan jenis
wawancara ini peneliti dapat menyatu dengan subjek maupun objek
penelitian untuk memahami secara mendalam tentang penelitian itu
sendiri.
c) Catatan Etnografer
Selama proses penelitian, peneliti dapat mengumpilkan
dokumen-dokumen yang menjadi sumber data sekunder yang merupakan data
tertulis dari objek yang di teliti. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik
seperti koran, makalah maupun artikel atau dokumen pribadi seperti buku
harian, maupun catatan sang peneliti mengenai penelitian tersebut.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Charle O. Frake, bahwa suatu
deskripsi kebudayaan dihasilkan oleh suatu catatan dari berbagai peristiwa
yang terjadi dalam suatu masyarakat pada suatu priode waktu tertentu,
yang tentu saja meliputi berbagai tangapan informan terhadapap peneliti
dengan berbagai pernyataan, tes dan perlengkapannya
3.3. Teknik Analisis Dan Pengolahan Data
Dalam teknik analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini
mengunakan analisis Komponensial (Componential Analysis). Menurut
Spradley (2007), analisis komponensial adalah teknik-teknik analis yang
mengunakan pendekatan kontras antar elemen. Teknik analisis ini di gunakan
untuk menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan yang
kontras satu sama lain dalam domain-domain yang telah ditentukan untuk
dianalisis lebih terperinci. Selain itu analisis dilakukan sesudah maupun
berlangsung selama pengumpulan data di lapangan, dan di lakukan secara
terus menerus. Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan
menganalisis data peneliti juga perlu mendalami kepustakaan guna
mengkonfirmasikan teori baru yang barangkali ditemukan.
Pengolahan data yang dilkukan meliputi mereduksi data, menyajikan
data, display data, serta menarik kesimpulan dan melaksanakan verifikasi.
Pengolahan data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan
sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah
mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan rangkuman yang inti,
proses dengan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada
di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan.
Satuan-satuan itu dikategorisasikan pada langkah berikutnya.
Kategori-kategori itu dibuat sambil melakukan koding. Tahap akhir dari analisis data
ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.
1) Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan
itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran
yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila
sewaktu-waktu data diperlukan kembali.
2) Display Data
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil
penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengolongan, dari hasil
reduksi data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik
kesimpulan data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan
data.
3) Kesimpulan Dan Verifikasi
Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi
berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan
subyek penelitian. Dapat juga membentuk kelompok-kelompok diskusi
dengan teman sejawat dan pihak-pihak lain yang dianggap memahami
permasalahan penelitian.
3.4. Keabsahan Data
Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik
triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut. Triangulasi ini dilakukan untuk menjamin bahwa data
yang dikumpulkan benar-benar telah mempersentasikan fenomena yang
menjadi fokus penelitian. Triangulasi di lakukan melalui wawancara,
observasi langsung dan observasi tidak langsung.
Observasi tidak langsung ini dilaksanakan dalam bentuk pengamatan
atas beberapa perilaku dan kejadian, yang kemudian dari hasil pengamatan
tersebut di tarik benang merah yang menghubungkan antara berbagai
fenomena kejadian. Dalam rangka menghilangkan atau mengurangi bias
pemahaman peneliti dengan pemahaman si pelaku maka perlu diadakan
pencegahan berupa triangulasi pada objek lain mengenai hal yang sama.
Menurut Nasution, metode pencegahan dilakukan dengan bentuk pertanyaan
yang berbeda atau malah cara pengamatan yang berlainan. Tujuan hal ini
terutama adalah membandingkan informasi yang didapat dari berbagai pihak,
agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Hal ini sekaligus
mencegah subjektivitas peneliti.
3.5.Informan
Menurut James Spradley, informan adalah seorang pembicara asli
dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa sebagai model
imitasi dan sumber informasi. Informan merupakan pembicara asli (native
spaker) diminta oleh peneliti untuk berbicara dalam bahasa sendiri dan
sampel didasarkan pada pilihan peneliti tentang aspek apa dan siapa yang
dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus sepanjang
penelitian, sampling bersifat purposive yaitu tergantung pada tujuan fokus
suatu saat.
Bagi peneliti memang tidak mudah menentukan informan kunci.
Karena itu, berbagai hal perlu dipertimbangkan agar jendela dan pintu masuk
peneliti semakin terbuka dan peneliti mudah dipercaya oleli responden.
Pertimbangan yang harus dilakukan dalam menentukan informan kunci,
antara lain:
a) orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi tentang masalah
yang diteliti;
b) usia telah dewasa;
c) sehat jasmani rohani;
d) bersikap netral, tidak memiliki kepentingan pribadi; dan
e) berpengetahuan luas.
Pada saat etnografer ke lapangan, mengambil data, mereka akan
mendengarkan dan mengamati langsung maupun berperan serta, lalu
mengambil kesimpulan. Setiap langkah pengambilan data akan disertai
pengambilan kesimpulan sementara. Pemilihan informan kunci ada strategi
khusus, antara lain dapat melalui empat macam cara, sebagai berikut:
a. secara insidental, artinya peneliti menemui seseorang yang sama sekali belum diketahui pada salah satu wilayah penelitian. Tentu cara
semacam ini kurang begitu menguntungkan, tetapi tetap strategis
dilakukan. Peneliti bisa menyamar sebagai pembeli atau penjual
tertentu ke suatu wilayah. Yang penting, sikap dan perilaku peneliti
tidak menimbulkan kecurigaan;
b. menggunakan modal orang-orang yang telah dikenal sebelumnya.
Peneliti berusaha menghubungi beberapa orang, mungkin melalui orang
terdekat. Cara ini dipandang lebih efektif, karena peneliti bisa
mengemukakan maksudnya lebih leluasa. Melalui orang dekat tersebut,
c. sistem quota, artinya informan kunci telah dirumuskan kriterianya, misalkan ketua organisasi, ketua RT, dukun dan sebagainya.
d. secara snowball, artinya informan kunci dimulai dengan jumlah kecil (satu orang), kemudian atas rekomendasi orang tersebut, informan
kunci menjadi semakin besar sampai jumlah tertentu. Informan akan
berkembang terus, sampai memperoleh data jenuh. Dari cara-cara
tersebut, peneliti dapat memilih salah satu yang paling cocok.
Pemilihan didasarkan pada aspek kemudahan peneliti memasuki setting
dan pengumpulan data. Jika cara yang telah ditempuh gagal, peneliti
boleh juga menggunakan cara yang lain sampai diperoleh data yang
mantap.
Kerangka Metodologi Etnografi
Diagram 3.1 Kerangka Metodologi Etnografi
Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian lapangan dengan
mengumpulkan informasi atau data tentang keadaan-keadaan secara nyata dari orang-orang dan
perilaku yang diamati kemudian dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan
gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti
dengan informan.
Penelitian menggunakan pendekatan etnografi yang mendeskripsikan dan menginterpretasikan
budaya, kelompok sosial ataupun sistem.
Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dengan cara observasi,
wawancara dan catatan etnografer.
Teknik Analisis dan Pengolahan Data Teknik pengolahan data dengan mereduksi data,
mendisplay data yang nantinya akan menghasilkan
kesimpulan.
Keabsahan Data
Informan
Pemilihan informan dapat melalui empat cara yaitu secara insidental, orang
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
Pada bab ini berisi tentang analisa fungsi yang meliputi organisasi ruang, kebutuhan ruang, program ruang dan persyaratan ruang yang direncanakan serta analisa dan penerapan tema terhadap lingkungan pada site.
4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan 4.1.1 Analisa Lokasi
a. Kriteria Pemilihan Lokasi
Dalam pemilihan lokasi, ditemukan beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Terletak dekat dengan pusat aktifitas kebudayaan masyarakat Karo.
2. Terletak tidak jauh dari objek-objek wisata lain.
3. Memiliki potensi wisata yang tinggi.
4. Aksesbilitas yang mudah bagi pengunjung, pengelola, maupun
kendaraan servis.
5. Karakter penampilan lingkungan yang cukup baik seperti
kontekstual visual, sejarah, dan lain-lain.
6. Memiliki citra sebagai situs kebudayaan yang cukup dikenal.
7. Tingkat kebutuhan masyarakat setempat akan sarana rekreasi
tinggi namun belum memadai.
8. Berdekatan dengan pergerakan/ perpindahan publik.
9. Tersedianya jaringan utilitas, seperti jaringan PLN, PDAM,
telekomunikasi, saluran pembuangan kota dan lain-lain.
b. Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Program Pemerintah yaitu menjadikan Danau Toba sebagai geopark
agar dapat menunjang pariwisata di Kabupaten Karo khususnya Desa
Tongging. Maka diperlukannya Pengembangan Pariwisata Baru atau yang disebut dengan “New Tourism Development”. Hal ini dapat menjadi acuan
c. Pencapaian
Jarak yang ditempuh untuk menuju Desa Tongging adalah 40km dari
Berastagi. Hanya tersedia satu jalan yang dipenuhi tanjakan serta turunan.
Jalan menuju desa ini hanya dapat ditempuh menggunakan perjalanan darat,
yang dapat diakses oleh angkutan pribadi maupun angkutan umum.
d. Area Pelayanan
Area disekitar site hendaknya dekat dengan fasilitas-fasilitas rekreasi
seperti Danau Toba dan Air Terjun Sipiso-piso yang dapat menarik
wisatawan untuk berkunjung dan berekreasi.
e. Lokasi Site
1. Kasus Proyek : Tongging Lakeside Leisure Resort 2. Status Proyek : Fiktif
3. Pemilik Proyek : Swasta dan Pemerintah 4. Lokasi Tapak : Jl. Tongging-Silalahi
5. Letak Geografis : 02°53 23.6 Lintang Utara dan 98°31 18.8 Bujur Timur
6. Batas-batas Tapak
- Batas Utara : Persawahan - Batas Timur : Danau Toba - Batas Selatan : Persawahan
- Batas Barat : Persawahan, Permukiman 7. Luas Lahan : ± 3 Ha (± 30.000 � )
8. Peruntukan Lahan : Permukiman, persawahan, pariwisata 9. Kontur : Relatif Datar
10.Pemilik Lahan : Swasta
11.KLB : 1-8 Lantai
12.GSB : Jl. Tongging-Silalahi : 5m Danau Toba : 30-50m Permukiman : 5m 13.Fungsi Eksisting : Persawahan
4.1.2 Analisa Potensi Lahan
Lahan yang berada di lokasi site memiliki potensi yang sangat baik. Site berada pada jalan utama sehingga aksesibilitas mencapai site sangat mudah. View danau toba berbatasan langsung dengan site sehingga para pengunjung dapat melakukan aktifitas rekreasi air seperti memancing, diving & snorkling, boat tour dan lain-lain.
Diagram 4.1 Analisa Potensi
4.1.3 Analisa Tata Guna Lahan
Diagram 4.2 Analisa Tata Guna Lahan
Keterangan :
Gambar 4.3 Kondisi Sekitar Site
Site Permukiman Warung Kopi
Permukiman Jalan Utama Persawahan
Bukit Belakang Site Bukit Samping Site Keramba
4.1.4 Analisa Pencapaian
Diagram 4.3 Analisa Pencapaian Sumber : https://www.google.com/earth/
Pencapaian site hanya bisa dilalui oleh 1 (satu) jalan saja yaitu Jl. Tongging-Silalahi dengan sirkulasi 2 arah. Lebar jalan utama menuju site 5 m. Area sekitar site tidak terdapat pedestrian. Perkiraan jarak menuju site sebagai berikut :
Dari Kota Medan → Site : 92 km
Dari Kota Berastagi → Site : 40 km Dari Kota Kabanjahe → Site : 29 km Dari Air Terjun Sipiso-piso → Site : 7 km
Pencapaian dari Medan
4.1.5 Analisa View ke Dalam
Diagram 4.4 Analisa View ke Dalam
Tanggapan : secara keseluruhan keberadaan site memiliki view ke dalam yang sangat baik. Disetiap sisi memberi kesan lapang karena tidak ada bangunan yang menghalangi pandangan ke site. Namun terkesan gersang dikarenakan tidak banyak pepohonan.
View sangat baik karena tidak dihalangi oleh apapun.
View sangat baik karena tidak dihalangi apapun
memberikan kesan lapang.
View sangat baik karena tidak dihalangi apapun. View sangat baik
karena site berada pada jalan utama
4.1.6 Analisa View ke Luar
`Diagram 4.5 Analisa View ke Luar
Tanggapan : secara keseluruhan view keluar site sangat baik. View terbaik adalah menghadap langsung ke danau toba. Keseluruhan view pada sisi site dapat dimanfaatkan dengan baik.
View ke sisi utara site merupakan rumah warga 1 Lt. dan lahan kosong serta
pepohonan
View ke sisi selatan site menghadap bukit. View ke sisi
barat merupakan rumah warga 1
Lt.
View ke sisi timur site langsung menghadap Danau
4.1.7 Analisa Iklim 4.1.7.1 Analisa Matahari
Diagram 4.6 Analisa Matahari
Matahari adalah salah satu sumber panas yang paling besar mempengaruhi bangunan dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan secara termal. Matahari juga memiliki potensi sebagai pencahayaan yang alami.
Tanggapan :
Menghindari panas matahari yang berlebihan dengan cara : - Membuat shading buatan atau alami.
- Orientasi bangunan dibuat memanjang searah timur-barat.
Terbit Tenggelam
Matahari siang, tingkat radiasi tinggi, tidak baik untuk kesehatan.
Matahari pagi mengandu ng vitamin
yang baik untuk kesehatan. Matahari
sore mengandun
g radiasi yang tinggi,
4.1.7.2 Analisa Angin
Diagram 4.7 Analisa Angin
Tipe iklim di daerah Kabupaten Karo adalah:
- Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4°C–19,3°C, dengan kelembaban udara pada tahun 2006 rata-rata setinggi 88,39%, tersebar antara 86,3%-90,3%.
- Terdapat dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Tanggapan:
Untuk dapat mengalirkan angin masuk ke dalam site, maka massa bangunan dibuat miring untuk menghindari sudut tegak lurus (90°) terhadap arah datang angin.
Angin dapat dijadikan potensi untuk mengalirkan penghawaan yang sejuk/ dingin, sehingga taman wisata ini semakin mampu mencitrakan karakter dari
topografi alam sekitar.
Pada bulan April-September,
arah angin dari Timur
dan
Tenggara.
Arah angin dari Barat, kira-kira pada bulan
4.1.8 Analisa Kebisingan
Diagram 4.8 Analisa Kebisingan
Analisa :
- Sumber kebisingan utama berasal dari warung kopi, dikarenakan aktivitasnya sebagai tempat berkumpul warga sekitar.
- Jalan utama yang berbatasan langsung dengan site tidak menjadi ancaman dikarenakan jarangnya kendaraan yang melintasi jalan ini.
Tanggapan:
4.1.9 Analisa Polusi
Diagram 4.9 Analisa Polusi
Tanggapan : Untuk mengurangi polusi udara pada sisi barat dan selatan site, diberikan buffering berupa vegetasi.
Merupakan kawasan permukiman sehingga tingkat polusi udara sangat minim sekali.
Berbatasan langsung dengan Danau Toba sehingga tingkat polusi udara sangat
minim sekali. Merupakan
kawasan permukiman sehingga tingkat
polusi udara sangat minim
sekali.
Menjadi salah satu sumber polusi udara yang dihasilkan dari aktivitas kendaraan bermotor yang
4.1.10 Analisa Vegetasi
Diagram 4.10 Analisa Vegetasi Sumber : https://www.google.com/earth/
Keterangan :
1. Cemara Angin (Casuarina equisetifolia) 2. Sawah Jagung
3. Pohon Peneduh 4. Pohon Peneduh
Secara keseluruhan, vegetasi yang ada pada site didominasi oleh pohon peneduh dan pohon cemara angin. Sedangkan site digunakan sebagai persawahan jagung. Adapun fungsi dari pohon cemara adalah sebagai :
- Pemecah angin - Pembatas pandang - Pengarah pandang
Tanggapan :
- Pepohonan yang berada pada sekeliling site akan dipertahankan, karena berfungsi sebagai peredam suara alami.
- Penambahan variasi terhadap pepohonan yang tentunya sesuai dengan keadaan topografi dan iklim dari Desa Tongging.
- Akan dilakukan pemaksimalan dalam landscape, sehingga dapat menarik dan nyaman untuk dikunjungi.
1
2
3
4.2 Analisa Fungsional 4.2.1 Analisa Pengunjung
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, jumlah tamu hotel dan akomodasi lainnya pada tahun 2009-2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jumlah Tamu Hotel Menurut Asal Negara, 2009-2014 Asal
Negara
Tamu Hotel dan Akomodasi Lainnya Menurut Asal Negara (Jiwa)
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Domestik 136171 84715 132306 180049 183469 203244
Asing 19774 14668 33020 33446 29502 29055
Sumber : BPS Kabupaten Karo 2015
Sedangkan jumlah tamu hotel berbintang pada tahun 2013-2014 adalah :
Tabel 4.2 Jumlah Tamu Hotel Berbintang Menurut Asal Negara, 2013-2014 Hotel
Berbintang
2013 2014
Asal Negara (Jiwa) Asal Negara (Jiwa) Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah
Bintang 1 4234 3418 7652 3340 2583 5923
Sumber : BPS Kabupaten Karo 2015
Menurut Menteri Pariwisata, Arief Yahya, Danau Toba termasuk 10
destinasi prioritas pariwisata yang dikembangkan. Bapak Presiden Indonesia, Jokowi, meminta Danau Toba segera menjadi “top destination” yang mampu
menyedot minimal 1 juta wisatawan (Kompasiana, 2016).
Jumlah wisatawan yang diprediksi untuk 5 tahun mendatang yaitu 2021
adalah 1.000.000 pengunjung. Dari 1.000.000 pengunjung, yang diharapkan
ke Desa Tongging sebesar 20%. Maka perhitungannya : 20% x 1.000.000 =
4.2.2 Analisa Kebutuhan Ruang, Program dan Besaran Ruang
Berdasarkan jumlah wisatawan yang diprediksi untuk 5 tahun
mendatang, maka jumlah kamar yang diperlukan dapat dihitung dengan
rumus :
Jumlah Kamar = � � � % � , � Keterangan :
P : Proyeksi jumlah wisatawan
l : Lama menginap (diprediksi 2 hari)
60% : Room occupancy rates
1,75 : Indeks jumlah orang per kamar
365 : Jumlah hari dalam 1 tahun
Jumlah Kamar = . � % � , � = 1.044 kamar
Dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, dapat diperoleh unit kamar hotel berbintang yang sudah tersedia dari tahun 2013-2014 ialah :
Tabel 4.3 Banyaknya Unit Akomodasi Tahun 2013-2014 Hotel
Berbintang
2013 2014
Hotel Berbintang (Unit) Hotel Berbintang (Unit) Unit Kamar Tempat
Banyaknya Unit Akomodasi Kamar dan Tempat Tidur Hotel Berbintang dan Akomodasi Lainnya, 2013-2014
Sampai tahun 2014, hotel berbintang telah menyediakan 848 unit
kamar, sehingga untuk tahun 2012, kekurangan kamar diprediksi sebanyak :
1.044 - 848 = 196 kamar. Tongging Lakeside Leisure Resort dirancang
memfasilitasi hotel bintang 4 yang memiliki standarisasi ruang dan fasilitas
yang dapat dilihat pada Lampiran 4.1.
Berdasarkan hasil analisa aktivitas, perhitungan yang mengacu pada
data Badan Pusat Statistik tentang jumlah pengunjung, serta standarisasi hotel
bintang 4 (Lampiran 4.1) maka diperoleh kebutuhan ruang dan besaran ruang
sebagai berikut.
Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
Kebutuhan Ruang
Sub. Kebutuhan
Ruang Standart Sumber Kapasitas Luas
Private Kamar Hotel - Standart
Courtyard Room Cottage Standart
Teras 2 K. Tidur 2. K. Mandi
Total luas cottage (termasuk sirkulasi + 30%) = 1.200 �� Public Total luas restoran buffet + sirkulasi (30%) = 317,2 ��
- Parasailing
- Rowing
Total luas area rekreasi (termasuk sirkulasi + 30%) = 6.989 �� Fasilitas Total luas multifunction room + sirkulasi (30%) = 158,6 ��
Galeri Total luas ruang pertunjukan budaya + sirkulasi (30%) = 299 ��
R. House
Total luas ruang housekeeping/laundry + sirkulasi (30%) = 150,8 �� Ruang ME R. Genset Total luas keseluruhan bangunan (termasuk sirkulasi + 30%) = 12.518,95 ��
4.2.3 Analisa Fasilitas Parkir Parkir Pengunjung
Berdasarkan prediksi untuk 5 tahun mendatang yaitu pada tahun 2021, jumlah pengunjung Desa Tongging adalah 200.000 wisatawan. Dengan perhitungan jumlah kamar hotel dan cottage yang ada di “Tongging Lakeside Leisure Resort”, maka jumlah pengunjung adalah sebanyak ±500 wisatawan/hari.
Asumsi pembagian pengendara kendaraan adalah sebagai berikut : - Mengendarai sepeda motor : 50% (250 orang)
- Mengendarai mobil : 30% (150 orang) - Kendaraan umum/bus : 20% (100 orang) - Berjalan kaki : 10% (50 orang)
Dengan asumsi 1 mobil dapat memuat 4 orang, 1 sepeda motor dapat
memuat 2 orang, dan 1 bus dapat memuat 20 orang, maka diperoleh :
- Jumlah sepeda motor yang parkir : 125 sepeda motor
- Jumlah bus yang parkir : 5 bus
Berdasarkan standar yang diperoleh dari Neufert Data Arsitek, maka
dapat diperoleh luasan parkir kendaraan pengunjung sebagai berikut :
- Parkir sepeda motor : 125 x 2 � = 250 �
- Parkir mobil : 38 x 12,5 � = 475 �
- Parkir bus : 5 x 20 � = 100 �
Jadi luas lahan parkir untuk pengunjung adalah : 825 ��.
Parkir Pengelola
Jumlah seluruh pengelola “Tongging Lakeside Leisure Resort” adalah 40 orang. Dengan asumsi pembagian persentase pengendara kendaraan, maka
:
- Pengelola dengan mobil : 10 orang
- Pengelola dengan sepeda motor : 30 orang
Dengan asumsi 1 mobil memuat 1 orang dan 1 sepeda motor memuat 1
orang, berdasarkan Neufert Data Arsitek, maka diperoleh :
- Pengelola dengan mobil : 10 x 12,5 � = 125 �
- Pengelola dengan sepeda motor : 30 x 2 � = 60 �
Jadi luas lahan parkir untuk pengelola adalah : 185 ��.
Luas lahan parkir yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 1.010 ��.
4.2.4 Analisa Bentuk
Pemilihan bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap faktor-faktor :
1. Kesesuaian bentuk site
2. Orientasi bangunan
3. Konstruksi bangunan
5. Ekonomi bangunan
6. Kesan atau tampilan yang ingin dicapai
Tanggapan : Berdasarkan faktor-faktor di atas dan dikombinasikan dengan
analisa fungsi dan penerapan tema, maka diambil bentuk
seperti Gambar 4.4. Selain menunjukkan kesan klasik, bentuk
tersebut juga menjadi solusi untuk bangunan tower kamar hotel
dengan konsep single loaded.
Gambar 4.4 Analisa Bentuk Massa
4.3 Analisa Teknologi 4.3.1 Struktur
Struktur terdiri dari :
1. Sub Structure (pondasi bangunan)
2. Upper Structure (badan dan atap bangunan)
Kriteria pemilihan struktur :
a) Kriteria teknik
Sistem struktur harus dapat memenuhi persyaratan esensial yaitu
kekakuan, kekuatan, kestabilan dan ketahanan terhadap kebakaran.
b) Kriteria fungsi
Sistem struktur harus dapat memenuhi fungsi ruang fasilitas utama dalam
c) Kriteria estetika
Sistem struktur harus dapat mengekspresikan keindahan.
Sub Structure
Jenis pondasi terbagi dalam 2 (dua) klarifikasi, yaitu :
- Pondasi dangkal : untuk bangunan sederhana, berlantai sedikit, yang
bebannya relatif ringan, berupa pondasi setempat maupun lajur.
- Pondasi dalam : untuk bangunan kompleks, berlantai banyak, yang
bebannya relatif besar berupa pondasi tiang, sumuran dan terapung.
Dalam memilih pondasi yang sesuai untuk "Tongging Lakeside Leisure
Resort" ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
1. Keadaan tanah pondasi
- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 m
di bawah permukaan tanah, maka pondasinya yaitu pondasi telapak
(spread foundation).
- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 m di
bawah permukaan tanah, maka digunakan pondasi tiang atau pondasi tiang
apung (floating pile foundation) untuk memperbaiki kondisi tanah.
- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 m di
bawah permukaan tanah, maka digunakan pondasi tiang pancang (pile
driven foundation) bila tidak terjadi penurunan.
- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30 m di
bawah permukaan tanah, maka dipakai tiang baja atau tiang yang dicor di
tempat.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, harus memperhatikan :
- Kondisi beban
- Sifat dinamis bangunan
3. Batasan-batasan di sekelilingnya
- Ditinjau dari segi pelaksanaannya, khususnya bila ada di dalam kota, ada
memasukkan kondisi lingkungan ke dalam pertimbangan.
Berdasarkan analisa di atas, maka bangunan "Tongging Lakeside
Leisure Resort" menggunakan pondasi tiang pancang (pile driven
foundation).
Upper Structure
Pemilihan struktur badan berdasarkan pertimbangan :
- Dapat memenuhi kebutuhan fungsi bangunan pada "Tongging Lakeside
Leisure Resort".
- Keuntungan struktur yang ekonomis, tahan gempa dan mudah dalam
pelaksanaannya.
Berdasarkan kriteria di atas, maka bangunan "Tongging Lakeside
Leisure Resort" menggunakan sistem struktur grid dengan konstruksi beton.
4.3.2 Utilitas
Penggunaan sistem utilitas dan kelengkapan bangunan dipertimbangkan
terhadap :
1) Kenyamanan dan keamanan pengguna terhadap suhu, cahaya, kebisingan
dan bahaya kebakaran.
2) Kelangsungan kegiatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan kantor dari
kerusakan.
4.3.3 Sistem Pencahayaan 1) Pencahayaan alami
Dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan alami pada
ruang- ruang yang memungkinkan diberi bukaan jendela, ruang
perkantoran, ruang pameran, dan fasilitas penunjang lainnya.
2) Pencahayaan buatan
bertujuan untuk menimbulkan suasana ruangan seperti lampu sorot (spot
light) pada atrium atau exhibition and convention hall.
4.3.4 Sistem Pengkondisian Udara 1. Pengkondisian alami
Berupa pemanfaatan udara luar yang masuk ke dalam bangunan dengan
cara aliran silang (cross ventilation).
2. Pengkondisian buatan
Sistem pengudaraan buatan digunakan untuk ruang-ruang tertutup, yang
menuntut kondisi udara yang stabil dan faktor kenyamanan.
a. Central Station System
All air system
- Condenser, evaporator dan AHU diletakkan pada suatu tempat
- Udara dingin di masukkan melalui ducting
- Menggunakan sentral AHU yang dilengkapi Central Direct Examtion
Coil atau Central Direct Draigne Coil
Tabel 4.5 Keuntungan dan Kerugian Central Station System
b. Water System
- AHU diletakkan pada setiap ruangan/lantai dengan kapasitas pelayanan
tertentu (ruang pelayanan maksimal adalah 3000 m2)
Keuntungan Kerugian
Rangkaian lebih sederhana dan pendek sirkulasinya
Mudah dirancang dan dipasang rangkaiannya
Pemeliharaannya pada sentral saja, operation dan maintenance lebih mudah
Initial Cost tinggi (biaya ducting dan isolasi)
- Setiap AHU dihubungkan oleh pipa air dingin dengan sentral
Tabel 4.6 Keuntungan dan Kerugian Water System
Keuntungan Kerugian
Rangkaian lebih sederhana dan pendek sirkulasinya
Mudah dirancang dan dipasang rangkaiannya
Pemeliharaannya pada sentral saja, operation dan maintenance lebih mudah
Ukuran shaft lebih kecil
Sentral dapat terletak pada luar bangunan
Initial Cost tinggi (biaya ducting dan isolasi)
Memerlukan air dalam jumlah besar dan tempat
penampungannya
4.4 Analisa dan Penerapan Tema (Pendekatan Perancangan)
Perancangan “Tongging Lakeside Leisure Resort” menggunakan tema arsitektur eklektik yang menggabungkan arsitektur tradisional yang
dipadukan dengan gaya arsitektur klasik.
Pada masyarakat Karo terdapat suatu rumah yang dihuni oleh beberapa
keluarga, yang penempatan jabu-nya didalam rumah tersebut diatur menurut
ketentuan adat dan didalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat, itulah yang
disebut dengan Siwaluh Jabu (Gambar 4.4 (a)). Rumah adat Karo ini berbeda
dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah
adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai
kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo. Pendekatan
perancangan yang akan digunakan pada proyek ini adalah sebagai berikut :
a. Bentuk Bangunan
Pada bangunan hotel mengambil bentuk bangunan klasik yang massive
dan diberi Parthenon pada bagian entrance. Sedangkan bentuk cottage
Jabu. Maksud dari rumah panggung sendiri adalah untuk menghindari
ancaman dari binatang buas.
b. Jendela
Bentuk jendela pada hotel menggunakan gaya arsitektur klasik (Gambar
4.5 (c)). c. Atap
Atap yang akan digunakan adalah dak beton dan atap yang diadaptasi dari
Rumah Sianjung-anjung, bermuka empat, yang dapat terdiri dari satu atau
dua tersek (Gambar 4.5 (d)).
d. Ornamen
Pada bangunan akan ditambah ornamen-ornamen untuk menambah
nilai-nilai tradisional pada bangunan. Rumah adat Karo biasanya mengunakan 5
warna pada ornamennya (Gambar 4.5 (e)) yang melambangkan jumlah
marga di tanah Karo. Serta gambar cicak yang melambangkan orang Batak
selalu dapat beradaptasi dengan lingkungannya (Gambar 4.5 (f)).
a b c
d e f
Gambar 4.5 (a) Siwaluh Jabu, (b) denah skematik Siwaluh Jambu, (c) jendela
klasik renaissance, (d) atap Rumah Sianjung-anjung, (e) ornamen lima warna
rumah adat Karo, dan (f) ornamen berbentuk cicak.
4.5Kesimpulan
1. Perancangan dan perencanaan Tongging Lakeside Leisure Resort berada pada daerah pengembangan pariwisata yaitu di Desa Tongging, Kabupaten Karo yang berbatasan langsung dengan Danau Toba.
2. Perancangan dan perencanaan bangunan ini dilatarbelakangi oleh program pemerintahan yaitu “New Tourism Development” atau Pengembangan
Pariwisata Baru yang dapat menarik wisatawan dengan fasilitas akomodasi yang juga menyediakan fasilitas rekreasi yang dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara di daerah Desa Tongging.
3. Tongging Lakeside Leisure Park ini merupakan bangunan multi-fungsi yang terdiri dari hotel resort dan difasilitasi dengan beberapa fasilitas rekreasi baru yang menyajikan konsep cultural-rekreatif-edukatif.
4. Luas lahan perancangan yaitu ±3 Ha dengan kondisi lahan merupakan lahan kosong yang digunakan warga setempat sebagai persawahan. Kondisi kontur relatif datar.
5. Daerah lokasi site didominasi oleh lahan kosong atau persawahan. Di sekitar site terdapat beberapa permukiman dan satu warung kopi.
6. Perancangan dan perencanaan bangunan ini menggunakan pendekatan terhadap tema arsitektur eklektik yang menggabungkan arsitektur tradisional dengan arsitektur bergaya klasik untuk menciptakan satu gaya baru.
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
Pada bab ini diuraikan mengenai hasil analisis komprehensif yang
digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah, serta membahas konsep
dasar, perancangan tapak, struktur dan utilitas bangunan.
5.1 Konsep Dasar
Konsep dasar perancangan “Tongging Lakeside Leisure Resort” ini menginterpretasikan penerapan arsitektur eklektik yang memadukan
arsitektur tradisional Batak Karo yang dikemas dengan arsitektur klasik, di
mana diterapkan/ditransformasikan elemen-elemen fisik tetapi juga elemen
non fisik seperti nilai-nilai budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi,
dan lain-lain ke dalam bentuk bangunan dan rancangan tapak. Sehingga tetap
dapat melestarikan unsur-unsur budaya lokal dengan lapisan modernisasi.
Dari segi tampak hotel, dapat terlihat jelas penerapan arsitektur
eklektik, yaitu perpaduan gaya arsitektur tradisional dan klasik. Jendela pada
hotel menggunakan gaya arsitektur klasik dengan struktur modern namun
dengan tambahan ornamen tradisional rumah adat Suku Karo yaitu Rumah
Sianjung-anjung.
Gambar 5.1 Tampak Depan Hotel
Gambar 5.2 Tampak Samping Kanan Hotel
5.2 Konsep Perancangan Tapak 5.2.1 Zoning Tapak
Konsep pembagian daerah fungsi pada site adalah sebagai bentuk
respon dari analisa site yang telah dilakukan di Bab IV.
5.2.2 Sirkulasi Kendaraan
Konsep perletakkan masuk dan keluar untuk kendaraan (dari jalan
utama-masuk ke site-keluar ke jalan utama) muncul sebagai respon dari hasil
analisa pencapaian dan zoning site.
5.2.3 Parkir
Parkir untuk pengunjung Tongging Lakeside Leisure Resort didesain dekat dengan jalur masuk utama agar terwujud sirkulasi publik yang nantinya para pengunjung dapat langsung menuju area rekreasi. Sedangkan parkir untuk para penghuni dirancang mengitari drop off terlebih dahulu lalu menelusuri site menuju parkir yang berdekatan dengan cottage dan hotel.
5.2.4 Gubahan Massa
Gubahan massa pada proyek pembangunan Tongging Lakeside Leisure
Resort seperti yang terlihat di Gambar 5.6.
Gambar 5.6 Konsep Gubahan Massa
Keterangan :
A : Hotel
B : Galeri Kebudayaan C : R. Pertunjukan D : Cottage Tipe Family E : Cottage Tipe Standart F : R. Ganti
G : Kios dan Toilet H : Loket Buah I : Area Berkebun J : Loket Memancing
K : Taman Bermain Anak L : Pos Jaga
M : Kolam Berenang N : Area Duduk O : Loket Tiket Masuk P : Taman Bunga Q : Parkir Umum
R : Parkir Khusus Penghuni S : Dermaga
5.3 Konsep Perancangan Bangunan
Kawasan “Tongging Lakeside Leisure Resort” ini merupakan kawasan multi massa yang terdiri dari hotel (6 lantai), galeri dan retail (1 lantai), ruang pertunjukan (1 lantai), kios (1 lantai) dan cottage 11 unit (@1 lantai).
Zoning pada bangunan hotel dapat dilihat pada Gambar 5.7.
5.3.1 Hirarki Ruang a. Hotel
Diagram 5.1 Hirarki Hotel Lt. 1
Diagram 5.3 Hirarki Hotel Lt. 3-6
b. Hirarki Cottage Tipe Standart
Diagram 5.4 Hirarki Cottage Tipe Standart
c. Hirarki Cottage Tipe Family Room
d. Hirarki Galeri
Diagram 5.6 Hirarki Galeri
e. Hirarki R. Pertunjukan
5.4 Konsep Struktur Bangunan
Pada bangunan hotel, struktur yang digunakan adalah struktur rigid frame, yang memiliki kemampuan untuk menahan gaya pada arah vertikal dan horizontal dengan stabil. Dengan struktur ini, maka dapat disusun layout ruang-ruang dalam yang lebih efisien. Untuk pondasi, bangunan hotel menggunakan pondasi tiang pancang dengan bahan beton bertulang, sehingga dapat menahan beban bangunan dengan baik.
Gambar 5.8 Detail Pondasi Tiang Pancang
Gambar 5.9 Detail Pondasi Tiang Pancang Pada Core Bangunan
Sedangkan pada bangunan lainnya seperti cottage, ruang pertunjukan,
galeri dan retail serta kios menggunakan rangka baja ringan pada bagian atap
dan pondasi umpak yang sangat cocok digunakan pada lahan berkontur.
Gambar 5.11 Detail Pondasi Umpak
5.5 Konsep Utilitas Bangunan 5.5.1 Konsep Penyediaan Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari PDAM, bila mengalami kerusakan maka sumur bor akan digunakan sebagai sumber air cadangan.
5.5.2 Konsep Pembuangan Air Kotor
Sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota, air buangan harus terlebih dahulu melalui proses treatment.
Diagram 5.9 Sistem Skematik Air Kotor
5.5.3 Konsep Penanggulangan Kebakaran
Pencegahan kebakaran berarti segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali, salah satunya adalah melalui sistem deteksi awal untuk mengaktifkan alarm peringatan. Sedangkan penanggulangannya adalah untuk memadamkan penyalaan api yang tidak terkendali tersebut, yaitu sistem pemadaman yang diaktifkan alarm. Sistem deteksi awal kebakaran, yaitu :
1. Alat deteksi asap (Smoke Detector)
Mempunyai kepekaan tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi asap di dalam ruang tempat alat itu dipasang.
2. Alat deteksi nyala api (Flame Detector)
Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan cara menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api tersebut.
Sistem pemadaman kebakaran terbagi atas tiga bagian, yaitu : 1. Pencegahan
2. Penanggulangan
a. Fire Hydrant : Melayani area seluas 500-800 � . b. Fire Extinguser : Melayani area selauas 200-250 � . c. Pilar Hydrant : Diletakkar diluar bangunan.
d. Sprinkler : Melayani area seluas 10-25� / sprinkler yang bekerja secara
otomatis memadamkan api.
Diagram 5.10 Sistem Skematik Kebakaran
5.5.4 Konsep Sistem Elektrikal 1. Sumber arus dari PLN. 2. Generator Set (Genset)
Untuk kebutuhan listrik pada saat terjadi pemadaman listrik PLN seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Minimal genset ini dapat menyuplai listrik 50% dari listrik yang dibutuhkan yaitu mencakup tenaga listrik utama, seperti penerangan umum, AC, pompa dan lift.
3. UPS (Uninterupted Power Supply)
Diagram 5.11 Sistem Skematik Elektrikal
5.5.5 Konsep Sistem Transportasi Vertikal
Pada bangunan hotel menggunakan sistem transportasi vertikal yaitu lift. Untuk penghuni menggunakan lift penghuni (Gambar 5.12 (a)) dengan kapasitas ± 13 orang /1.000 kg. Sedangkan untuk servis menggunakan lift servis (Gambar 5.12 (b)) dengan kapasitas ± 2.000 kg.
a b
Gambar 5.12 (a) Lift Penumpang, (b) Lift Barang.
BAB VI
PERANCANGAN ARSITEKTUR
Pada bab ini akan dilampirkan peta situasi, gambar-gambar hasil rancangan serta foto-foto gambar dan maket.
6.1 Sketsa Suasana
Dibawah ini merupakan suasana kawasan Tongging Lakeside Leisure Resort yang terdiri dari perspektif suasana seluruh kawasan (Gambar 6.1 (a)), bangunan utama yaitu hotel (Gambar 6.1 (b)), area taman bunga dan sirkulasi menuju parkir penghuni (Gambar 6.1 (c)), area belakang hotel (Gambar 6.1
(d)), area parkir pengunjung kawasan (Gambar 6.1 (e)), area parkir penghuni
dan cottage pada kawasan (Gambar 6.1 (f)), taman bermain pada area cottage (Gambar 6.1 (g)), dan dermaga (Gambar 6.1 (h)).
a b
c d
Gambar 6.1 (a) tampak atas kawasan Tongging Lakeside Leisure Resort, (b) tampak depan bangunan utama, (c) taman bunga publik, (d) tampak
e f
g h
Gambar 6.1 (e) area parkir para pengunjung, (f) area parkir penghuni dan cottage pada kawasan, (g) taman bermain pada area cottage, dan (h) dermaga.
Pada bangunan utama, hotel, terdiri dari 3 jenis kamar yaitu Superior (Gambar 6.2 (a)), Deluxe (Gambar 6.2 (b)), dan Junior (Gambar 6.2 (c) dan
(d)).
a b
c d
6.2 Foto Maket
Berikut ini adalah hasil maket dari proyek Tongging Lakeside Leisure Resort.
6.3 Gambar Kerja
Hasil perancangan pada proyek Tongging Lakeside Leisure Resort merupakan gambar kerja yang meliputi :
1. Peta Situasi dan Lokasi Site (Lampiran 1) 2. Potongan Tapak (Lampiran 2)
3. Site Plan (Lampiran 3) 4. Ground Plan (Lampiran 4)
5. Denah Hotel Lantai 1 (Lampiran 5) 6. Denah Hotel Lantai 2 (Lampiran 6)
7. Denah Tower Tipikal Lantai 3-4 (Lampiran 7) 8. Denah Tower Tipikal Lantai 5-6 (Lampiran 8) 9. Rencana Interior Hotel Lantai 1 (Lampiran 9)
10.Rencana Interior Hotel Lantai 2 dan kamar hotel (Lampiran 10) 11.Tampak Bangunan Utama (Lampiran 11 & 12)
12.Potongan Bangunan Utama (Lampiran 13) 13.Bangunan Cottage Tipe Standart (Lampiran 14) 14.Bangunan Cottage Tipe Family Room (Lampiran 15) 15.Galeri (Lampiran 16)
16.Ruang Pertunjukan (Lampiran 17) 17.Kios (Lampiran 18)
18.Rencana Pondasi Bangunan Utama (Lampiran 19)
19.Rencana Pembalokan dan Rencana Atap Bangunan Utama (Lampiran 20 & 21)
20.Detail Pondasi (Lampiran 22) 21.Detail Pembalokan (Lampiran 23) 22.Detail Atap (Lampiran 24)
23.Diagram Skematik Utilitas Bangunan Utama (Lampiran 25) 24.Rencana Sanitasi Kawasan (Lampiran 26)
25.Rencana Elektrikal Kawasan (Lampiran 27) 26.Rencana Kebakaran Kawasan (Lampiran 28)
27.Rencana Utilitas Cottage dan Fasilitas Pendukung (Lampiran 29 & 30) 28.Rencana Sanitasi Bangunan Utama/ Lantai (Lampiran 31 & 32)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas mengenai kasus proyek yang mengacu pada
terminologi judul yang digunakan, kebutuhan ruang berdasarkan studi kasus
fungsi sejenis dan juga menjabarkan tinjauan teoritis yang mendukung tema
yang dipilih, interpretasi tema, serta keterkaitan tema dengan judul.
2.1 Terminologi Judul
Judul dari proyek ini adalah Tongging Lakeside Leisure Resort. Berikut
ini merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut :
Tongging
Tongging merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Merek, Kabupaten Karo, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Tongging
juga sangat terkenal karena objek wisatanya yang sangat terkenal dan
begitu indah yakni Air Terjun Sipiso-Piso (Wikipedia, 2016).
Lakeside
Lake atau danau merupakan suatu tempat yang luas yang mempunyai air yang tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu
(Jorgensen and Vollenweiden, 1989).
Side adalah bagian bidang (permukaan) yang di luar sekali; pinggir (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016).
Lakeside atau tepi danau adalah suatu tempat yang luas yang mempunyai air dengan aliran tertentu yang berada pada bagian luar
(pinggir).
Leisure
Leisure atau waktu luang berasal dari kata latin “licere” yang berarti diizinkan (To be Permited) atau menjadi bebas (To be Free). Kata
lain dari leisure adalah loisir yang berasal dari bahasa Perancis yang
artinya waktu luang (Free Time), George Torkildsen (Januarius Anggoa,
Waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak digunakan untuk “bekerja”; mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah
waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang
digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati. Dari sisi fungsi, waktu luang
adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi,
meningkatkan mutu pribadi, sebagai selingan dan hiburan, sarana rekreasi,
sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai
kegiatan menghindari sesuatu (Sukadji, 2000).
Sedangkan menurut Chris Bull dalam bukunya yang berjudul “An introduction to leisure studies” menjelaskan pengertian waktu luang
adalah jika seseorang sedang tidak bekerja, maka ia memiliki waktu luang.
Dengan kata lain : waktu luang = tidak bekerja.
Resort
Resort dapat didefinisikan sebagai daerah tujuan yang secara relatif mandiri dan secara tipikal menyediakan fasilitas dan pelayanan
dalam tingkat besar, termasuk perencanaan yang didesain untuk rekreasi
dan relaksasi. Pelayanan yang ditawarkan hotel resort, tidak ditekankan
pada fasilitas tempat tinggal saja, tetapi ditekankan kepada fasilitas
rekreatif lainnya sebagai bagian dari komponen utama pelayanan hotel.
Ruang terbuka dan lansekap adalah elemen yang paling diutamakan dan
diperhatikan dalam merencanakan sebuah hotel resort (Richard, 2011).
Sedangkan menurut Chuck Y. Gee, Resort Development and
Management, Watson-Guptil Publication (1998), resort adalah sebuah
kawasan yang terencana, yang tidak hanya sekedar untuk menginap, tetapi
juga untuk istirahat dan rekreasi.
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa Tongging Lakeside Leisure
Resort merupakan sebidang lahan yang digunakan saat memiliki waktu yang
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi, meningkatkan mutu
kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan yang dilakukan di
kawasan tepi air di salah satu desa yang ada di Kecamatan Merek, Kabupaten
Karo, provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
2.2 Tinjauan Fungsi
Berikut ini akan diuraikan beberapa tinjauan fungsi seperti studi
banding, pengguna, kegiatan, kebutuhan ruang, dan persyaratan ruang.
2.2.1 Studi Banding Proyek Hotel Resort
2.2.1.1 Hotel Vila Ombak, Gili Trawangan, Lombok
Hotel Vila Ombak (Gambar 2.1) terletak di sisi Timur Selatan pulau
Gili Trawangan (Lombok). Radius Gili Trawangan adalah 7.5km (2.5km x
3km). Gili Trawangan adalah pulau yang terbesar dari tiga pulau yang
membentuk "The Gilis", yang juga terdiri dari Gili Air dan Gili Meno.
Pulau-pulau ini terkenal dengan pantai berpasir putih kristal yang indah dengan
perairan yang jelas, beragam, tempat berkembangnya kehidupan laut, suasana
damai santai di siang hari, dan kehidupan malam yang ramai.
Gambar 2.1 Hotel Vila Ombak, Gili Trawangan, Lombok
Sumber : http://www.vilaombak.com
Hanya beberapa menit dari pusat kota, Hotel Vila Ombak memiliki
dan toko-toko butik (Gambar 2.2). Gili Trawangan, itu sendiri adalah pulau
yang bebas mobil dan sepeda motor. Surga tropis dengan suasana dasar
Indonesia yang menyeimbangkan petualangan dan aktivitas dengan
ketenangan dan kedamaian.
Berikut adalah program ruang yang ada pada Hotel Vila Ombak, Lombok : Tabel 2.1 Program Ruang Hotel Vila Ombak, Lombok
6. Akoya Pool
Dan juga tersedia beberapa fasilitas yaitu :
Tabel 2.2 Fasilitas Hotel Vila Ombak, Lombok
NO. FASILITAS KETERANGAN GAMBAR
1. The Roemah - Acara Ulang tahun - Berkumpul dengan
teman-teman
3. Ombak Tours - Menikmati pemandangan pantai dan laut
- Tur keliling daratan lombok
4. Water Sport - Glass Bottom Boat - 3 Pulau Snorkeling Trip - Banana Boating
- Romantic 3 Gili Island Boat Trip
- Voli Pantai
- Mini Sepak Bola Pantai
5. Gili Breizh Divers
6. Gili Ombak Express Fast Boat
- Antar-jemput gratis dari hotel ke pelabuhan
7. 3 Level Swimming Pool
- Kolam renang air garam dengan jacuzzi, air terjun dan pulau kolam renang
8. Seahorse Restaurant
- Menyantap sarapan pagi dengan nuansa tropis
9. Ombak Joglo Restaurant
- Restoran terbuka dengan pemandangan laut
10. Ipanema - Cafe yang menyediakan makanan lokal dan khas Meksiko
11. Blue Beach Bar
- Bar tepi pantai
12. Island Pool Bar
13. Hidden Pool Bar
- Menyantap makanan sambil berenang di kolam tengah penginapan