Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.
Arus Akbar Silondae, Wirawan B. Ilyas. 2011. Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Elster, Jon. 2000. Marxisme : Analisis Kritis. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Ernawan, Erni. 2007. Business Ethics. Bandung: Alfabeta.
Haviland, William A. 1998. Antropologi, Edisi keempat jilid I. Jakarta: Erlangga.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Hesel, Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT. GramediaWidiasarana
Indonesia.
Keesing, R.M. 1992. Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporter. Jakarta:
Erlangga.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Koentjaraningrat. 2009. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: UI-Press.
Kotter, John P. dan James L. Heskett. 1997. Dampak Budaya Perusahaan Terhadap
Kinerja. New York: The Free Press A Division Simon and Schuster Pte. Ltd.
Margono. 1997. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta.
Samovar, Larry A., Richard E. Porter dan Edwin R. McDaniel. 2010. Komunikasi
Lintas Budaya, Edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika.
Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisas. Yogyakarta: UPM STIM-YKPN.
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Tika, Pabundu. 2005. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wibisono, Dermawan. 2006. Manajemen Kinerja Konsep, Desain, dan Teknik
Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Bandung: Erlangga.
Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi : Teori Aplikasi dan Penelitian.
Sumber Internet :
http://www.londonsumatra.com/content.aspx?code=10000000 (kamis, 12-10-15 jam
15.10 WIB)
https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan#Jenis-jenis_perusahaan (kamis, 12-10-15
jam 16.04 WIB)
http://www.pengertianpakar.com/2015/04/pengertian-korporasi- menurut-pakar.html
BAB III
BUDAYA KORPORASI DAN PENERAPANNYA DI KANTOR DIVISI SEI MERAH PT. PP. LONSUM INDONESIA, Tbk.
Pada bab ini peneliti akan membahas rumusan masalah pertama mengenai
bagaimana budaya korporasi dan penerapannya di Kantor Divisi Sei Merah PT. PP.
LONSUM Indonesia, Tbk. Bagaimana para karyawan di kantor Divisi Sei Merah
tersebut bekerja sehari – hari akan menunjukkan suatu kebiasaan karyawan dalam
bekerja. Dalam bab ini akan menjabarkan jawaban dari rumusan masalah tersebut dari
struktur kerja karyawan perusahaan maupun buruh harian yang merupakan bagian
dari pekerja di kantor Divisi. Fungsi kerja dari masing – masing karyawan juga akan
dapat terlihat jelas.
3. 1. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan 3. 1. 1. Visi Perusahaan
Visi dari Lonsum adalah To be the Leading 3C (Crops, Cost, Conditions)
and Research Driven Suistanble Agribusiness yaitu menjadi perusahaan
agribisnis terkemuka yang berkelanjutan dalam hal Tanaman – Biaya –
Lingkungan (3C) yang berbasis penelitian dan pengembangan. Visi ini di
rumuskan dari beberapa komponen yaitu :
a. Leading : Better than best, role mode (leaders/organization)
- Crops – quality plantations (estate performance), appropriate infrastructure
- Cost – low cost
- Condition – conducive working environment, conducive social environment
b. Research Driven – Breeding, consultative servise (External and Internal) c. Suistanble Agribusiness – Very Long Business
Visi perusahaan adalah sesuatu yang penting, karena visi merupakan
rangkaian kalimat yang menyatakan cita – cita atau impian sebuah organisasi atau
perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Secara singkat dapat dinyatakan,
visi adalah pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Perusahaan
membutuhkan visi yang dapat digunakan sebagai :
1. Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan.
2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya.
3. Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan (corporate culture)
3. 1. 2. Misi Perusahaan
Menurut Wheelen, Wibisono (2006) misi merupakan rangkaian kalimat
yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang
disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa
(Wheelen dalam Wibisono, 2006: 46). Tujuan dari pernyataan misi adalah
karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam suatu
bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevansinya oleh
semua pihak yang terkait.
Lonsum memiliki Misi : To add Value for stakeholders in Agribusiness
yakni menambah nilai bagi “stakeholders” di bidang agribisnis. Misi ini memiliki
beberapa komponen penting yaitu :
a. Add – Kaizen (Incremental), yang terdiri dari : Leading (exponential) dan
Innovation.
b. Value – Profit, yakni : People (Employee and Community) dan Planet
(Suistanable environment)
c. Stakeholders – Shareholder : Employee, Community, and Suistanble
Environment.
d. Agribusiness – Suistanaible and integrated Agribusiness. 3. 1. 3. Nilai Perusahaan
Dengan disiplin sebagai falsafah hidup; Kami menjalankan usaha kami dengan
menjungjung tinggi integritas; Kami menghargai seluruh pemangku kepentingan dan
secara bersama – sama membangun kesatuan untuk mencapai keunggulan dan inovasi
yang berkelanjutan.
Nilai – nilai perusahaan tersebut lah yang menjadi nilai dasar para karyawan
emban dalam bekerja sehari – hari. Nilai yang diciptakan oleh perusahaan akan
menjadi keharusan para karyawan gunakan sebagai acuan mereka dalam bekerja
maupun bersosialisasi sesama karyawan. Setiap kegiatan yang terjadi di ruang lingkup
perusahaan akan terus menjunjung tinggi nilai – nilai perusahaan yang telah
3. 2. Fungsi dan Struktur Organisasi PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.
Berikut adalah pemaparan bagian dari struktur organisasi PT. PP. Lonsum
Indonesia, Tbk. serta fungsi dari bagiannya masing – masing dalam bekerja, yaitu:
1. Board of Commisioner
Dewan Komisaris adalah posisi yang tertinggi dalam struktur
organisasi di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk Medan. Posisi ini
dikuasai oleh pemegang saham yang pengangkatannya ditunjuk/disahkan
oleh pemegang saham. Wewenang dan tanggung jawab dari Dewan
Komisaris adalah sebagai berikut:
a. Mengawasi pekerjaan Direksi.
b. Berhak memeriksa dokumen, gedung dan kekayaan perusahaan.
c. Meminta berbagai keterangan dari Direksi yang berkenaan
dengan kepentingan perseroan.
d. Berhak memeriksa atas beban perusahaan serta meminta
bantuan ahli untuk melakukan pemeriksaan.
e. Berhak meminta agar Presiden Direktur memanggil para Persero
untuk menyelenggarakan Rapat Luar Biasa.
f. Mempertimbangkan serta memutuskan laporan tahunan dan
program kerja tahunan yang diajukan Presiden Direktur.
g. Menyetujui kebijaksanaan Presiden Direktur dalam penggunaa n
2. President Director
Presiden Direktur adalah pemimpin tertinggi yang berkuasa penuh
terhadap perusahaan dengan berkewajiban mengusai pekerjaan para
direktur. Presiden Direktur berkewajiban mempertanggung jawabkan
segala sesuatu hal yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan kepada
Dewan Komisaris. Wewenang dan tanggung jawab dari Presiden Direktur
adalah sebagai berikut:
a. Membuat kebijaksanaan yang diperlukan dalam perusahaan.
b. Mengatur strategi agar pelaksanaan operasi perusahaan dapat
berjalan dengan lancar.
c. Merencakan dan mengendalikan kebijaksanaan keuangan yang
dibuat oleh bagian keuangan termasuk menyetujui anggaran
belanja perusahaan.
3. Director Research
a. Mengadakan diskusi dan menemani para ahli dari kons ultasi
perusahaan selama kunjungan ke perusahaan.
b. Mengontrol produksi bibit sawit, karet, dan hasil pemeliharaan
bibit unggul.
4. Director Production
a. Bertugas dan bertanggung jawab atas perencanaan, pengaturan
bidang produksi termasuk kelancaran proses produksi baik
kualitas maupun kuantitas.
5. Director Accounts
a. Merencanakan dan mengawasi keuangan perusahaan dalam hal
pengadaan dana agar tidak terjadi suatu pemborosan atau
penggunaan uang yang tidak tepat.
b. Mengawasi dan mengatur karyawan bagian keuangan.
c. Bertanggung jawab terhadap pembukuan laporan keuangan.
d. Mengendalikan atau mengadakan pengawasan terhadap arus
uang masuk dan keluar.
6. Inspectorate
a. Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan.
b. Mengadakan percobaan – percobaan terhadap tanah, bibit dan
lain – lain baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.
7. Estate Departement
a. Membuat laporan bulanan dan tahunan.
b. Memperkirakan pengeluaran tahunan.
c. Menunjukkan hasil panen bulanan dan laporan hasil panen
tengah bulan.
d. Mengatur peredaran uang tunai.
e. Membuat laporan rutin ke pemerintah.
f. Membuat perbandingan harga tiap bulan.
g. Mengurus penjualan bibit.
j. Menganalisa daun tanaman.
8. Bahlias Research Station (North Sumatera and South Sumatera)
a. Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan.
b. Meneliti dan mengadakan percobaan – percobaan terhadapan
tanah, bibit, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.
9. Seed production section
Bertugas khusus untuk memproduksi benih seperti sawit, coklat dan
karet baik untuk keperluan sendiri maupun untuk dijual.
10. Tissue Cultur
a. Melakukan pengembangan bibit dan menggunakan kultur
jaringan.
b. Melakukan penelitian atas bibit – bibit tersebut.
11. Management Departement
a. Mengadakan perencanaan tenaga kerja, training, kenaikan
pangkat sampai pada masalah pemberhentian maupun pensiun.
b. Mengurusi segala macam sekretariat, pengaturan perjalanan
tamu – tamu perusahaan, tiket, akomodasi, dll.
c. Mengurus hal – hal yang berhubungan dengan hukum, agraria,
perizinan, dan keamanan.
d. Bertindak sebagai public relation perusahaan.
e. Mengawasi masalah umum di dalam perusahaan baik itu
masalah karyawan, staf maupun masyarakat yang mempunyai
12. Training Section
a. Merencanakan training.
b. Mengadakan pelatihan – pelatihan kepada tenaga kerja yang
baru maupun yang lama baik staf maupun karyawan.
13. General and Home Affect
Menangani dan mengendalikan masalah, problem, dan gangguan yang
terjadi di rumah atau kediaman atau di mana saja untuk para Dewan
komisaris, Presiden Direktur dan Direktur.
14. Clinic Section
Menangani pengobatan para staf dan karyawan kantor di klinik – klinik
dan juga pelayanan yang diberikan oleh medis yang disediakan perusahaan.
15. Draffing Section
a. Membuat gambar bangunan dan pabrik.
b. Membuat peta – peta kebun Commodity Section.
c. Menerima pesanan konsumen terhadap hasil produksi yaitu
kelapa sawit, karet dan coklat.
d. Mengirimkan pesanan.
16. Estate Departement
a. Melakukan evaluasi terhadap tugas Inspector.
b. Melakukan pengontrolan data perkebunan.
c. Bertanggung jawab terhadap kegiatan bidang tanaman.
17. Development Officer
Bertanggung jawab atas lahan yang akan dipergunakan untuk
penanaman bibit.
18. Personnel Section
a. Mendokumentasikan kartu dan berkas staf dan karyawan.
b. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian staf, karyawan dan
buruh.
c. Mengurus acara – acara keagamaan.
d. Mempersiapkan dokumen dan izin yang diperlukan baik untuk
karyawan maupun pihak luar.
e. Memeriksa dan mengontrol rekening pengobatan pada klinik
pada perusahaan.
19. Public relation / security
a. Sebagai utusan / perwakilan perusahaan untuk menghadiri
undangan baik dari perusahaan ataupun relasi.
b. Mewakili perusahaan dalam pameran dan promosi yang
dilakukan oleh perusahaan.
c. Menangani masalah – masalah yang terjadi baik di kantor
maupun di perkebunan seperti demonstrasi dan sekaligus juga
20. General Affairs Department
Berfungsi sebagai bagian umum yang tugasnya untuk memberikan
pelayanan bagian umum seperti membuat surat – surat dinas, surat
perjalanan dinas, cuti karyawan, kesehatan, keagamaan, olahraga, humas,
serta bidang- bidang umum lainnya.
3. 3. Tanggung Jawab Perusahaan
Perusahaan yang akuntabel akan memperhatikan tanggung jawab
perusahaan atau sering disebut CSR (Corporate Social Responsbility) nya
semaksimal mungkin yang akan didukung oleh semua insan perusahaan yang
bersih (good corporate governence). Lonsum menggabungkan fungsi
Lingkungan dan Komunitas menjadi satu Departemen yaitu Environment & CSR
Coordination untuk memastikan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan
dapat dikoordinasikan secara lebih baik dan efektif.
Disadari bahwa komunitas merupakan suatu pemangku kepentingan yang
berarti bagi bisnis Lonsum. Karena itu mereka yang tinggal di sekitar lingkungan
operasional Lonsum perlu mendapat perhatian dalam penentuan Kebijakan
Lingkungan Perusahaan dalam hal pengembangan program – program
kesejahteraan. Laporan CSR yang terpisah termasuk dalam agenda setiap rapat
direksi, dan seluruh proyek yang terkait dengan lingkungan dan komunitas telah
digabungkan dalam satu departemen CSR guna menjamin tercapainya tujuan –
Perseroan melanjutkan program – program pengembangan komunitas dalam
berbagai aspek yang meliputi pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, layanan
masyarakat, infrastruktur, dan bencana alam.
a. Pendidikan
Di tahun 2008, Lonsum memberikan 144 beasiswa bagi murid – murid
SD, SMP dan SMA di sekitar lingkungan perkebunan, termasuk memberikan
buku – buku dan sejumlah komputer. Perseroan juga melaksanakan rehabilitasi
sepuluh bangunan sekolah di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan
Timur. Sebuah program untuk meningkatkan wawasan para guru TK dilaksanakan
oleh Lonsum melalui kerjasama dengan Indonesian Heritage Foundation.
b. Kesehatan
Program pemeriksaan kesehatan untuk para ibu dan anak – anak
diselenggarakan di salah satu dari empat perkebunan kami di Sumatera Utara.
Program tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan ibu – ibu yang melahirkan dan
bayinya, pemeriksaan darah, USG, konsultasi kehamilan, dan pemberian susu dan
vitamin.
c. Kepedulian Sosial
Selama Lebaran dan Natal tahun 2008, Perseroan menyediakan 6.465
bingkisan bagi keluarga tidak mampu yang tinggal di sekitar perkebunan kami di
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat
d. Ekonomi
Dalam Upaya untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan
komunitas di sekitar perkebunan, perusahaan membe rikan bimbingan penyuluhan
dalam peternakan kambing yang dilaksanakan di Sumatera Utara dan Selatan.
Program ini berlangsung sukses berkat tekniknya yang mudah, risiko kegagalan yang
rendah dan secara relatif hasilnya cepat dinikmati oleh masyarakat.
3. 4. Aktifitas Penerapan Budaya Korporasi
Lokasi penelitian yang ditempati oleh peneliti awalnya dari saran paman
teman peneliti. Awal penelitian ditujukan di kantor pusat Medan, namun dikarenakan
alasan banyak data yang bocor karena mahasiswa yang magang maka peneliti
diajukan untuk melakukan penelitian di kebun Sei Merah, Tanjung Morawa. Segala
persiapan surat pengantar dari kampus segera dipersiapkan oleh peneliti. Beliau
kemudian membuat surat pengantar dari kantor Medan untuk mendapatkan izin
melakukan penelitian di lokasi kebun tersebut. Beliau memberikan arahan bagaimana
peneliti bisa ke lokasi serta mendapatkan izin sah dari manajer Sei Merah Estate dan
rumah tinggal selama penelitian berlangsung.
Sesampainya peneliti di lokasi , peneliti mendatangi kantor satpam dan
kemudian peneliti dibawa ke suatu ruangan untuk bertemu dengan bapak manajer
kebun. Pak Eddy sesuai dengan paman teman pe neliti sampaikan sebelumnya di
Medan untuk dijumpai. Setelah berkenalan Pak Eddy kemudian memperkenalkan
rumah dinas Pak Ardy yang menjabat sebagai pengolah data kebun Sei Merah.
Pak Ardy kemudian mengantarkan peneliti ke rumah dinas yang beliau
tempati juga. sesampainya di rumah tersebut Pak Ardy yang kemudian beliau
mengatakan cukup panggil Abang saja dari pada Bapak menunjukan ruangan yang
menjadi kamar tidur peneliti. Bentuk rumah yang sederhana selayaknya rumah model
lama perkebunan yang di kelilingi tanaman sawit dengan jarak yang cukup jauh antar
rumah. Bahan rumah sudah permanen dengan bata dan semen dan peneliti akan
tinggal bersama bang Ardy kedepannya.
Pada hari kamis tanggal dua bulan oktober pukul lima pagi peneliti dan Bang
Ardy sudah bangun dan bergegas untuk memulai aktifitas masing – masing. Bang
Ardy kemudian mengantarkan peneliti ke kantor Divisi dan diperkenalkan kepada
asisten lapangan Sei Merah. Ir. M. Surya adalah nama beliau selaku as isten lapangan
(field assistant) kebun Sei Merah. Beliau sempat heran dengan peneliti karena paman
teman peneliti adalah keturunan India. Kemudian peneliti menjelaskan kepada beliau
bagaimana hubungan peneliti dengan Pak Silen yang adalah paman teman peneliti.
Sempat beliau tertawa karena tau peneliti adalah suku batak dan Pak Silen adalah
keturunan India. Beberapa pertanyaan mendasar beliau mengenai mak sud dan tujuan
peneliti ada di Kantor tersebut menjadi modal awal perkenalan peneliti dengan Bapak
asisten lapangan Sei Merah tersebut.
Suatu Ruangan yang sederhana dengan bangunan semi permanen merupakan
kantor dari Divisi Sei Merah tersebut. Dinding papan masih terlihat khas zaman dulu
tanpa ada perubahan yang berarti. ketika memasuki kantor Divisi, semua karyawan
akan menanggalkan alas kakinya di luar. Ruangan tersebut terlihat sangat sederhana
Kesan yang peneliti lihat dalam kantor Divisi tersebut sangatlah sederhana dan jauh
dari apa yang orang luar bayangkan tentang PT. PP. Lonsum sangatlah modern. Di
kantor hanya terdapat Pak Surya, seorang ibu karyawan , seorang bapak serta dua
muda – mudi yang sedang bekerja di dalam.
Pak Surya kemudian memperkenalkan peneliti kepada Buk Tuty selaku
Division Clerk untuk menunjukkan kegiatan sehari – hari yang akan peneliti lakukan. Peneliti pun kemudian berkenalan dengan Buk Tuty dan Pak Surya pergi untuk
bekerja ke lapangan. Peneliti juga berkenalan dengan dua orang PW (Piece Work)
Ganang dan Pinka. Buk Tuty menyuruh peneliti untuk mengikuti kegiatan dari Bang
Ganang dan Kak Pinka dalam bekerja. Pekerjaan mereka berdua adalah membantu
kerjaan Buk Tuty dalam mengisi data – data mentah yang masuk dari mandor sehari –
harinya.
Bang Ganang yang adalah mahasiswa perguruan tinggi swasta di Medan.
Beliau bekerja di kantor Divisi sembari kuliah walaupun orangtuanya kurang setuju
akan kegiatannya. Bang Ganang bekerja menggunakan laptop miliknya sendiri untuk
mengolah data mentah yang akan diserahkan kemudian kepada bagian data Sei Merah
Estate. Peralatan komputer maupun printer yang seharusnya menjadi fasilitas kantor
tidak ada sama sekali disediakan oleh pihak perkebunan. Jadi beliau harus memiliki
laptop sendiri dan jika harus memprint data, beliau harus ke kantor Estate untuk
memprint hardcopy maupun menyerahkan flasdisk untuk mengirim data.
Kuliah Bang Ganang sudah diaturnya untuk masuk sore sampai malam agar
kerjanya tidak terganggu. Namun orangtuanya kurang setuju karena takut akan
hanya untung iseng – iseng saja mengisi waktu luang kuliah saja sekalian untuk bantu
– bantu uang kuliah beliau. Peneliti melihat sosok Bang Ganang sangat diperlukan
oleh Pak Surya dalam mempersiapkan data – data lapangan untuk kemudian Pak
Surya persentasikan di Sei Merah Estate. Entah kenapa fasilitas dari Estate masih saja
tidak ada yang mendukung kerjanya.
Peneliti hanya memperhatikan Bang Ganang mengetik data mentah yang
diolahnya ke laptopnya. Sampai pada jam Sembilan lewat tiga puluh menit pagi
mereka menghentikan kerjaan masing – masing. Jam istirahat mereka di kantor Divisi
dimulai. Peneliti ditawarin 4wolen oleh Buk Tuty dan karyawan lainya sembari
mengeluarkan bekal mereka masing – masing. Karena peneliti masih baru di sana
maka peneliti menolak ajakan mereka dengan alasan sudah sarapan pagi tadi sebelum
ke kantor dan mereka pun melanjutkan wolen mereka masing – masing. Peneliti
kembali kerumah tinggalnya yang terletak di belakang kantor Divisi untuk sekedar
melepas dahaga dan merebah sejenak.
Gambar 7. Kantor Divisi Sei Merah
Pagi jam sepuluh jadwal istirhat selesai dan peneliti kembali ke kantor Divisi.
Sesampainya di kantor Bang Ganang tidak terlihat di kantor. Buk Tuty mengatakan
bahwa Bang Ganang lagi di kantor Sei Merah Estate karena dipanggil Pak Surya.
Peneliti kemudian disuruh untuk membantu kerjaan Kak Pinka dalam mencatat data
mentah mandor ke buku. Awalnya peneliti hanya melihat – lihat apa yang dikerjakan
oleh Kak Pinka agar kerjanya tidak terganggu. Peneliti melihat begitu banyak data
mandor yang harus beliau pindahkan dan merumuskannya kembali sesuai ketetapan
perusahaan.
Kak Pinka adalah karyawan harian (PW) sama halnya Bang Ganang, tapi Kak
Pinka tidak ada kuliah lagi. Ayah beliau bekerja sebagai security di Sei Merah Estate.
Beliau pun dapat peluang bekerja di Sei Merah Estate karena rekomendasi ayah
beliau. Peneliti melihat tugas yang diberikan kepada beliau sendiri sangatlah banyak.
Apalagi beliau juga harus memindahkan data tersebut ke laptop yang juga merupakan
milikya pribadi tanpa ada fasilitas dari pihak perusahaan PT. PP. Lonsum. Mereka
seakan dibebani harus wajib memiliki laptop sendiri untuk mengerjakan kerjaan
mereka dengan beban data mentah yang cukup banyak.
Pada ke tujuh penelitian, selasa tanggal tujuh bulan Oktober Sei Merah Estate
kedatangan tamu dari LKBM Medan. Di Kantor Divisi Sei Merah terdapat Pak Surya
dan Pak Eddy yang sedang mempersiapkan denah lokasi lapangan. Pak Surya
mengajak peneliti untuk ikut serta kelapangan melihat kegiatan LKBM di lapangan.
Tibalah dua orang perempuan dan laki – laki dari bus selaku LKBM tersebut. Setelah
Kegiatan tersebut dibantu oleh mandor pestisida Bang Havis dan beberapa
anggotanya. Satu demi satu pokok sawit didata mereka sebagai simple data. Tim
LKBM adalah tim khusus yang dibentuk oleh PT. PP. Lonsum dari tamatan SMA
untuk disebar ke kebun – kebun Lonsum sebagai tim survei lapangan. Pak Eddy
mengatakan bahwa sekarang ini segala sesuatunya memang sudah mulai ketat. Hal itu
disebabkan IndoAgri adalah pemilik perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk.
saat ini.
Gambar 8. Map tahun tanam Sei Merah Estate
Ketika di tengah perjalanan mendata pokok sawit, terdengar Pak Eddy sedang
menelepon seseorang. Kemudian Pak Eddy menceritakan kepada Peneliti bahwa ada
orang yang ketangkap oleh centeng kebun mencuri buah sawit di kebun. Pak Eddy
menyuruh centeng untuk membawa mereka ke Polres dan difoto untuk dokumentasi.
manajer di Sei Merah Estate. Biasanya pelaku akan dibawa ke Polre s untuk ditindak
lebih lanjut. Namun banyak dari mereka akan ditebus oleh pihak keluarga mereka
masing – masing. Menurut Pak Eddy warga sekitar kebun lah yang sering mengambil
buah sawit tersebut. Pengambilan buat sawit terkadang dilakukan secara paksa, di
mana buah sawit masih muda dan belum waktunya di panen. Hal tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan pokok sawit yang bisa mengakibatkan buah yang
nantinya tumbuh lagi bisa cacat produksi. Tengah hari mereka kembali ke kantor
Divisi Sei Merah untuk rehat dan wolen di sana dan aktifitas akan dilanjutkan
kembali jam dua siang nanti.
Jam dua siang mereka dan peneliti memulai kembali kegiatan survei ke
lapangan yang berbeda. Lokasi yang mereka survei terlihat pokok yang sudah tinggi
dan lebih tua dari pokok sawit di lapangan sebelumnya. Pro ses pemeriksaan pohon
yang satu – satu secara detail membuat terasa lama. Ketika karyawan LKBM berada
di depan anggota Bang Havis, Pak Eddy mengatakan kepada mereka agar
mempercepat proses pendataan pokok sawit. Pak Eddy mengarahkan mereka agar
tidak terlalu jujur dalam memberikan data. Pihak perusahaan tidak pernah tau apa
yang sebenarnya dikerjakan di lapangan, jadi jika mereka memberikan informasi data
pokok sawit yang sebenarnya itu malah akan membuat rapot yang buruk bagi mereka.
Ibarat kuda di kota Berastagi, di mana mata kuda itu ditutup dari sisi kanan
dan kiri agar pandangannya fokus ke depan saja. Pak Eddy menjelaskan kepada
anggota pestisida Bang Havis supaya lebih menonjolkan pokok yang bagus dan
mengurangi pokok sawit yang kurang bagus. Tim LKBM memang hanya mencatat
lapangan kebun sawit. Sampai akhirnya jam e nam sore pendataan pokok sawit pun
selesai dan kembali ke kantor Divisi Sei Merah untuk pulang.
Pagi hari besoknya peneliti kembali ke kantor Divisi Sei Merah dengan
semangat akan mendapatkan pengalaman yang baru lagi. Terlihat beberapa mandor
dan angota-angotanya berkumpul di depan pintu kantor untuk melakukan briefing
sebelum melakukan pekerjaan mereka masing – masing pada hari itu. Kegiatan dipagi
hari seperti itu sudah merupakan hal wajib yang mereka lakukan untuk
menginstruksikan kegiatan apa saja yang akan dilakukan di lapangan serta apa yang
mereka butuhkan untuk bekerja. Kegiatan tersebut dilakukan sek itar setengah jam
sampai masing – masing mandor dengan anggotanya b ubar. Peneliti kembali
membantu kerjaan Kak Pinka dan Bang Ganang yang diberikan oleh Buk Tuty.
Hari itu Kak Pinka mengerjai menghitung daily harvest cost masing – masing
mandor panen. Setiap pagi peneliti melihat seluruh mandor panen menyerahkan data
manen yang dikerjakan mereka. Kemudian Kak Pinka mengolah data lapangan
mandor panen ke buku besar Divisi Sei Merah. Setiap lapangan yang dipanen
memiliki rumus yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan untuk menghitung
Gambar 9. Buku pendataan Daily Harvesting Cost Sei Merah
Kak Pinka yang bertugas membantu mengerjakan pekerjaan Buk Tuty sering
kelihatan lelah karena beban tugas yang dirasanya begitu banyak. Setelah
penghitungan rumus DHC panen selesai, peneliti kemudian membantu beliau untuk
mencatat hasil penghitungannya ke mading depan kantor. Hasil yang ditulis didepan
mading bertujuan agar keterbukaan hasil upah yang akan diterima PW saat manen.
Dari hasil penghitungan tersebut mereka juga dapat tau siapa PW yang bekerja dan
yang tidak hadir pada hari kerja. Hasil upah yang mereka dapat sesuai dengan berat
jumlah janjang buah yang mereka panen di setiap lapangan pokok kelapa sawit. Siang
harinya peneliti bertemu dengan Mandor Suhaidi di kantor Divisi. Mandor Suhaidi
mengatakan saat memanen buah sawit, mereka tidak boleh sembarang manen buah.
Mandor melihat jatuhnya lima buah brondolan sawit yang menandakan buah sawit
Gambar 10. Papan Mading Daily Harvesting Cost Sei Merah
Setiap melakukan manen mandor panen selalu mengawasi anggotanya dalam
memanen dan mereka akan diawasi oleh Pak Satu sebutan bagi mandor satu yaitu Pak
Kusno. Hasil panen tiap lapangan akan dibagi oleh mandor. Mandor satu, mandor
panen, DRP panen, dan centeng. Mereka akan bekerja sama dalam menjaga hasil
panen yang banyak serta menjaga hasil buah yang akan diangkut dari orang – orang
yang hendak mencuri hasil buah.
Pak Suhaidi selaku mandor satu bercerita – cerita mengenai keluarganya
sembari mengerjai laporan tertulis mandor saat panen. Beliau me ngatakan kepada
peneliti bahwa ia memiliki seorang putra dan putri yang kuliah di Medan. Anak laki –
laki beliau sempat tidak mau kuliah karena lebih memilih untuk langsung kerja saja.
Namun karena Pak Suhaidi bekerja di situ juga tamatan sarjana maka beliau memaksa
putranya untuk kuliah sembari bekerja di kebun perusahaan. Beliau tidak mau
anaknya kerja tanpa ada ilmu yang bisa menjamin kehidupannya jika putranya tidak
akan putranya tersebut apakah putranya benar – benar mengikuti perkuliahannya di
Medan atau tidak.
Berbeda dengan putri Pak Suhaidi, beliau banyak menawari anaknya untuk
kerja tapi putrinya lebih memilih kuliah dari pada bekerja. Pak Suhaidi mengatakan
kalau orang yang kerja di kebun seperti ini sangat jarang anak – anaknya yang
memilih untuk melanjutkan jenjang sekolahnya ke bangku perkuliahan. Kebanyakan
dari mereka lebih memilih untuk bekerja menghasilkan uang yang kemudian membeli
sepeda motor lalu menikah. Pemikiran Pak Suhaidi yang peneliti lihat lebih maju dari
karyawan yang lainnya mungkin karena beliau adalah tamatan sarjana. Sehingga anak
– anaknya pun tidak mau seperti anak – anak yang lain yang hanya memikirkan
mendapatkan uang.
Putra beliau memang ikut bekerja di kebun perusahaan untuk menambah uang
jajan anaknya. Pak Suhaidi tetap bertanggung jawab akan uang kuliah putranya di
Medan dengan harapan anaknya akan lebih sukses darinya nanti. Istrinya membuka
warung makan di rumah mereka, dari pendapatan jual makan itu saja sudah bisa
memenuhi dapur mereka kata Pak Suhaidi kepada peneliti. Tidak terasa pembicaraan
tersebut telah jam dua siang, di mana jam segitu adalah jadwal berakhir jam kerja para
karyawan Divisi. Peneliti membantu mereka bersih – bersih serta menutup jendela
dan kemudian pulang sama – sama.
Pagi subuh seperti biasa peneliti datang ke kantor Divisi Sei Merah dan
melihat proses briefing dari Pak Eddy kepada seluruh karyawan Divisi sei Merah.
Pagi itu tanah memang becek dikarenakan gerimis yang turun. Terlihat tanah liat yang
mulai bersinar dan gerimis pun telah berhenti. Bang Ganang, Kak Pinka dan peneliti
membersihkan teras kantor yang kelihatan jorok oleh bekas pijakan tanah liat. Buk
Tuty, Pak Udin dan Bang Pion sibuk mengerjakan berkas yang akan mereka kerjakan
hari itu.
Setelah membersihkan pekarangan kantor mereka pun istirahat dan kemudian
wolen bersama. Ketika itu Pak Surya datang dengan membuka sepatunya di luar dan
masuk kantor tanpa sepatu. Pak Surya menawari peneliti untuk ikut dalam proses
pemupukan pokok sawit pagi itu. Kemudian Beliau mengantarkan peneliti ke gudang
sebelah kantor Divisi untuk bertemu dengan supir truk yang akan membawa pupuk ke
lapangan yang akan dipupuk. Peneliti pun berkenalan dengan supir truk tersebut di
dalam truk sembari pergi menuju lapangan yang nantinya dituntun oleh mandor
Mariono di sana.
Bang Toyo dulunya adalah kernek truk yang dibawanya de ngan status
karyawan PW. Setelah sekian lama Bang Toyo menjadi kernek truk hingga mahir
dalam mengoprasikannya. Sekarang Bang Toyo sudah diberi kepercayaan sebagai
operator truk dengan status sebagai karyawan DRP. Beliau telah berumah tangga dan
mendapati rumah tinggal dari pihak perusahaan. Peneliti dibawa keliling – keliling
kebun untuk mengantarkan pupuk yang ada di dalam bak truk. Di setiap titik yang
telah ditentukan, anggota mandor Parlindungan sudah ada yang menunggu untuk
menurunkan pupuk dari dalam bak truk. Terlihat banyak pekerja harian lepas yang
menunggu pupuk datang untuk disiangi secara manual.
Tengah hari pekerjaan mengantarkan pupuk pun berhenti sejenak untuk
istirahat. Bang Toyo serta beberapa anggota mandor Parlindungan yang menurunkan
wolen bersama mereka, namun peneliti menolaknya. Terlihat mereka begitu
menikmati bekal yang mereka bawa sambil berbincang – bincang ringan. Selesai
mereka wolen mereka menghisap rokok mereka sambil membereskan tempat bekal
mereka dan bersiap – siap untuk melanjutkan kerjaan melangsir pupuk di dalam bak
truk ke lapangan pokok sawit lainya. Setelah selesai melangsir pupuk tersebut peneliti
pun di antar kembali ke kantor Divisi. Sesampainya di kantor Divisi, peneliti
kemudian izin pulang karena sudah jam dua siang waktunya selesai bekerja.
Gambar 11. Gudang Divisi Sei Merah
Sesampainya peneliti di rumah tinggal, peneliti keluar rumah mencari
kede makan karena belum ada makan saat jam istirahat tadi. Tidak jauh dari rumah itu
ada rumah yang sekalian menjual makan di pekarangan rumahnya. Peneliti pun
memesan mie instan dan nasi putih untuk dimakan. Ibuk penjual pun masuk ke dapur
dan masak pesanan peneliti. Tinggal lah peneliti dan suami ibu itu di halaman rumah
Bapak itu adalah pensiunan karyawan DRP perusahaan dalam hal memanen
buat sawit di lapangan. Ayah dari Bapak itu perantauan dari pulau Jawa yang terikut
masa transmigrasi besar – besaran ke pulau Sumatera. Ayah beliau dulunya pekerja
PT. PP. Lonsum juga sebagai pemanen buah sawit. Sejak kecil bapak itu sudah diajak
bekerja memotong dahan pokok sawit serta menggunakan 5eggrek untuk alatnya.
Sehingga masa sekolah bapak itu sudah ikut bekerja di kebun bersama ayahnya
karena sudah terampil dan dipercaya oleh pihak mandor saat itu.
Datang ibu itu dengan membawa makan pesanan peneliti tadi dengan dib antu
putrinya sambil menggendong anak kecil. Peneliti kemudian menghabiskan makanan
yang dibuat ibu tadi dengan lahapnya karena sudah menahan lapar dari jam istirahat.
Sehabis makan peneliti pun kembali berbicara dengan bapak itu tadi untuk
melanjutkan ceritanya tadi yang sempat terputus. Bapak itu kini sudah menjadi
pengangguran di situ dan rumah tinggal yang seharusnya mereka tinggalkan diberi
kompensasi oleh pihak perusahaan sembari menunggu putranya menyelesaikan
sekolah tahun ini. Bapak itu sudah mengajukan permohonan ke kantor Estate untuk
mempekerjakan putranya di situ agar rumah yang mereka tempati sekarang mendapat
izin untuk lanjut ditinggali. Namun pihak perusahaan tidak memberikan jalan untuk
anaknya bisa bekerja di perusahaan.
Pagi yang cerah kembali menyambut hari peneliti di lokasi. Peneliti sudah
terbiasa mengerjakan menghitung Daily Harvesting Cost tugasnya Kak Pinka dengan
rumus yang dicatatnya. Setelah menghitung peneliti juga akan mencatatnya kembali
ke papan tulis mading agar karyawan DRP dan PW bisa mengetahui jumlah cost yang
dihasilkan. Seperti biasa pagi itu kami wolen bersama di kantor dan saling berbagi
5
lauk. Hari itu Pak Surya ikut wolen bersana di kantor sembari menawarkan peneliti
agar selepas itu untuk ikut mereka mupuk di lapangan dengan mesin jonder. Peneliti
kemudian bergegas ke rumah tinggal untuk mengganti sepatu agar mudah dilapangan
nantinya.
Gambar 12. Mesin jonder dengan alat spin
Peneliti menuju lokasi ditemani oleh Bang Zulfirman karena beliau juga akan
mengawasi proses pemupukannya. Sewaktu menunggu mesin jonder dan pupuk
peneliti berbincang – bincang seputaran kebun di perusahaan itu. Beliau mengatakan
bahwa banyak pokok sawit yang mati dikarenakan ulah warga sekitar kebun.
Pensiunan dari perusahaan tersebut juga ada yang ikut meracun pokok sawit agar
mati. Sebagian lahan kebun PT. PP. Lonsum di Sei Merah Estate ini ada yang
disengketakan oleh warga sekitar kebun. Mereka mengklaim bahwa lahan mereka
besaran ke kantor Sei Merah Estate sehingga pihak perusahaan meningkatkan
penjagaan di lahan sengketa tersebut.
Pada waktu dulu ada masa dimana pokok sawit banyak diserang oleh jamur
dari dalam pokok sawit. Setelah dilakukan penelitian, oleh pihak perusahaan
melobangi pokok sawit yang terserang penyakit untuk memasukkan obat kedalam
pokok sawit. Hasil dari pelobangan itu mengakibatkan pokok sawit berlobang dan
dari situ lah warga kembali memasukkan racun ke dalam pokok sawit agar mati.
Setelah mengetahui itu kemudian pihak perusahaan memberikan semen ke pokok
sawit yang masih hidup. Pokok sawit yang sudah terkena racun akan ditebang dan
dilakukan penanaman ulang pokok sawit.
Mesin jonder tersebut kemudian datang dengan truk pembawa pupuk beser ta
Pak Satu. Kemudian mereka merencanakan alur penggunaan mesin tersebut. Mesin
jonder digunakan untuk pemupukan pokok sawit dengan kontur lahan yang
bergelombang dan tidak rata. Pemupukan dengan mesin jonder dan alat spin memang
sangat membantu dalam pemupukan di lokasi tersebut. Bang Zul sebagai kerne t dan
Pak Yono pengemudi terlihat sangat mahir dalam menjalankan mesin jonder tersebut.
Peneliti senyum – senyum dengan Pak Satu melihat kemahiran Pak Yono yang sudah
tua itu lihai di lokasi yang terjal dalam mengoperasikan mesin jonder tersebut.
Sewaktu proses pemupukan berlangsung Pak Surya pun datang untuk melihat proses
pemupukan dengan mesin jonder berlangsung. Pak Surya mengatakan bahwa sangat
disayangkan kalau tahun depan Pak Yono sudah harus pensiun dari perusahaan.
Dikarenakan keahlian beliau dalam mengoperasikan mesin jonder di tanah yang terjal
mengatakan bahwa dirinya juga akan pensiun tahun depan jadi beliau tidak perlu
pening – pening mencari pengganti Pak Yono sebagai operator mesin jonder.
Gambar 13. Proses pemupukan
Peneliti menayakan mengenai lahan Sei Merah Estate yang akan
digunakan pihak pemerintah untuk dijadikan jalan tol. Pihak perusahaan PT. PP.
Lonsum di Sei Merah Estate baru saja memperpanjang HGU (Hak Guna Usaha)
selama seratus tahun. Pemerintah mencanangkan memberikan ganti rugi pokok yang
akan ditebang pada areal yang akan digunakan sebagai jalan tol nantinya. Pihak
perusahaan awalnya memberi harga empat juta per pokok sebagai ganti rugi yang
akan ditanggung pemerintah. Hasil dari negoisasi antara pihak perusahaan PT. PP.
LONSUM Indonesia, Tbk. dengan pemerintah mencapai kesepakatan diharga dua juta
per pokok kelapa sawit. Tentu itu sangat merugikan pihak perusahaan dikarenakan
[image:31.596.117.517.163.414.2]Surya menyuruh peneliti untuk melihat ke lokasi yang akan dijadikan jalan tol oleh
pemerintah.
Gambar 14. Areal perusahaan yang dialihfungsikan jalan tol
Sepulang peneliti dari lokasi pembangunan jalan tol kemudian menjumpai Pak
Surya kembali di lokasi lapangan yang sedang di jonder. Peneliti melihat beberapa
pokok sawit yang terlihat rapuh dan ditumbuhi oleh jamur. Pak Surya menjelaskan
bahwa itu adalah penyakit bagi pokok sawit yang disebut ganoderma. Pak Surya
menjelaskan kepada peneliti bahwa ganoderma adalah suatu penyakit bagi pokok
kelapa sawit yang diibaratkan seperti penyakit kanker. Tumbuhnya jamur pada pokok
sawit tersebut akan perlahan menggrogoti jaringan pada pokok dan kemudian akan
rapuh serta mati dengan sendirinya. Sampai saat ini penyakit itu masik belum
ditemukan obatnya, jadi jika ada pokok kelapa sawit yang terkena genoderma akan
[image:32.596.121.514.161.422.2]Gambar 15. Pokok kelapa sawit yang terkena ganoderma
Penebaran pupuk dengan mesin jonder sudah selesai dikerjakan siang itu.
Peneliti dan yang lainnya berkumpul untuk pulang menuju kantor Divisi Sei Merah.
Sesampainya peneliti di kantor Divisi, terlihat semua sibuk akan kerjaannya masing –
masing. Mandor Arief kemudian terdengar mengeluh akan banyaknya catatan mandor
setiap hari yang dicatat. “sampai – sampai nyentuh istriku aja enggak sempat di
rumah”, kata Pak Arief memecah suasana sibuk di dalam kantor. Seketika seluruh
karyawan di dalam kantor melihat Pak Arief sambil tertawa melepas penat.
Berasan di kantor Divisi Sei Merah dilakukan setiap pertengahan bulan. Siang
itu ketika kerjaan di kantor sudah hampir rampug datang lah beberapa orang yang
membersihkan teras kantor. Terpal ditebar lebar di teras kantor dan tidak lama satu
mobil truk sedang datang membawa beberapa karung. Peneliti melihat keadaan di
luar kantor dan Kak Pinka memberitahu bahwa akan ada berasan. Pekerjaan yang
[image:33.596.132.501.107.342.2]itu. Sebagian karung beras diambil dari sisa berasan sebelumnya di gudang belakang
kantor. Setelah semua disusun rapi di teras kantor timbangan pun digantung.
Gambar 16. Suasana berasan di kantor Divisi Sei Merah
Sembari menunggu Buk Tuty datang dari kantor Sei Merah Estate para
karyawan dibariskan rapi di teras kantor. Buk Tuty datang dengan membawa buku
untuk mendata jatah para karyawan yang akan mendapatkan jatah berasan.
Kebanyakan yang datang untuk mengambil jatah berasan adalah istri dan anak – anak
dari karyawan. Pembagian beras pun dilakukan dari barisan paling depan. Awal
barisan masih rapi dan beraturan, namun karena merasa lama mengantri yang
mengantri di belakang mulai mendesak kedepan sehingga yang mengantri mulai
berdesakan. Dikarenakan mereka saling mengenal jadi kejadian itu mereka anggap
sebagai candaan tanpa ada yang marah karena berdesakan mengantri jatah beras.
Peneliti melihat beras yang dibagikan adalah jenis beras catu yang jarang sekali
[image:34.596.119.513.162.393.2]Minggu terakhir peneliti di Divisi Sei Merah pun akan berakhir. Peneliti
mendapat kesempatan untuk mengikuti Pak Arief untuk mengikuti proses memanen
buah sawit. Pagi itu peneliti kembali kerumah untuk mengganti sepatu lapa ngan dan
membawa kendaraan sendiri. Pak Arief sudah bersiap di depan kantor Divisi Sei
Merah dan tidak menunggu lama langsung menuju kebun tempat lapangan yang akan
di panen. Di lokasi panen para karyawan manen sedang menunggu kehadiran mandor
panen mereka untuk mendapatkan pengarahan terdahulu. Setelah mendapatkan
pengarahan dari Pak Arief mereka pun langsung mengambil bagiannya
masing-masing di lapangan.
Para pemanen terlihat sudah mahir dalam mengeggrek buah sawit dari
pokoknya. Peneliti melihat kekompakan setiap tim pemanen, ada yang mengeggrek
buah ada yang memantau pokok, ada yang melihat pokok sawit yang sudah produktif
serta yang menganggkut janjang buah ke lokasi penjemputan truk. Disela – sela para
pemanen terlihat dua orang anak kecil yang masih SD ikut ambil bagian dalam
memanen. Tugas mereka hanya mengumpulkan brondolan sawit yang jatuh beserakan
disekitar pokok sawit yang telah dieggrek pemanen. Peneliti mendapatkan informasi
dari para pemanen bahwa anak SD yang ikut memanen tersebut adalah keluarga salah
Gambar 17. Anak kecil yang ikut mengumpulkan brondolan sawit
Buah sawit yang jatuh dieggrek oleh pemanen kemudian diangkat ke
pinggiran lapangan untuk dikumpulin disatu tempat beserta brondola n sawit yang
dikumpulin. Tidak lama beberapa orang akan datang untuk menimbang berat buah
yang dikumpulin serta mengangkutnya ke dalam truk. Hasil timbangan buah itulah
yang akan dicatat oleh mandor sebagai data mentah di kantor Divisi Sei Merah
nantinya. Peneliti melihat mereka mengangkut janjang buah sawit kedalam truk
dengan besi berbentuk mata pancing dengan pundak mereka sebagai tumpuannya.
Truk akan terus berjalan dan para pengangkut buah sawit akan berlari ketempat yang
ada buah sawitnya dengan ditemani Bang Pion untuk mencatat berat panen di setiap
lapangan.
Upah harian para karyawan manen tergantung dari jumlah panen yang mereka
kumpulkan dihari itu dibagi dengan centeng sebagai penjaga buah sawit yang
dikumpulin. Pak Arief mengatakan bahwa buah sawit juga tidak bisa sembarangan
dipanen. Para pemanen dan mandor melihat tingkat CPO yang disetejui oleh pihak
[image:36.596.147.491.107.323.2]hasilnya tidak akan dihitung dan pihak pemanen akan mengganti rugi buah yang
dipanen. Mereka akan memanen buah dari pokok sawit setelah melihat lebih dari lima
buah brondolan yang jatuh. Hal tersebut menandakan bahwa buah sawit siap untuk
dipanen karena memiliki kandungan CPO yang sesuai dengan kriteria perusahaan.
[image:37.596.140.494.212.438.2]BAB. IV
BUDAYA KORPORASI PT. PP. LONSUM INDONESIA, Tbk. DAN AKTIFITAS KARYAWAN DI KANTOR DIVISI
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI
4. 1. Globalisasi
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang
bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia
global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat
akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting
kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang
harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan
kehidupan di era globalisasi ini dapat mempengaruhi perkembangan sosial budaya
pada suatu bangsa. Globalisasi juga merupakan suatu proses yang mencakup
keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya
batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring dan dikontrol.
Globalisasi merupakan hal yang bisa sangat mengerikan jika dapat merubah
semua tatanan kehidupan dengan meninggalkan nilai – nilai luhur bangsa. Globalisasi
dapat memperluas wawasan budaya, meningkatkan kemampuan asing, meningkatkan
pengetahuan, mengubah sikap mental ke arah yang lebih, meningkatkan produktivitas
kerja, dan memberikan arah dalam perilaku. Indonesia sebagai bagian dari masyarakat
perubahan itu justru memunculkan dampak dan manfaat bagi negara Indonesia.
Globalisasi menyumbangkan pengaruh besar yang mencakup berbagai aspek dalam
kehidupan, baik dalam aspek ekonomi, informasi dan teknologi, budaya, ilmu
pengetahuan maupun hukum. Dengan sendirinya tantangan – tantangan pun hadir
untuk dihadapi.
Perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. melihat dari sejarahnya pada
bab yang sebelumnya banyak mendapatkan perubahan – perubahan dari pemiliknya.
Budaya korporasi yang ditanamkan diperusahaan tersebut pun memiliki perubahan –
perubahan baik itu dari budaya luar maupun dari budaya di sekitarnya. Perusahaan
perkebunan yang berkembang di bawah pimpinan bangsa Eropa khusunya Inggris ini
masih menggunakan budaya perusahaan asing yang akan terus berubah untuk
mengikuti arus globalisasi saat ini. IndoAgri selaku pemegang saham terbesar di
perusahaan PT. PP. Lonsum tersebut juga terjadi perubahan – perubahan yang berarti,
semata – mata untuk melayani perubahan – perubahan globalisasi sampai dewasa ini.
Segala bentuk budaya korporasi yang telah ditanamkan akan sembari menc ari budaya
korporasi baru yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan tersebut.
Pemegang saham PT. PP. Lonsum yang mayoritas dimiliki oleh etnis cina
memiliki budaya korporasi yang berbeda dari sebelumnya. Etos kerja tinggi yang
umumnya dimiliki oleh etnis cina menjadi suatu permasalahan bagi beberapa
karyawan perusahaan khusunya di kantor Divisi Sei Merah Estate. Penggabungan
beberapa budaya lokal dengan budaya asing menjadi tantangan tersendiri bagi
perusahaan untuk dapat mengikuti arus globalisasi yang semakin menderas. Suatu
korporasi yang terjadi pasti memiliki sikap yang berbeda – beda bagi karyawan dalam
menaggapinya. Namun, budaya korporasi yang dirancang oleh perusahaan PT. PP.
Lonsum tentunya dirancang untuk dapat menjawab tantangan – tantangan globalisasi
saat ini.
4. 2. Penerapan Nilai Budaya Korporasi
Setiap perusahaan akan menemukan nilainya sendiri dari budaya korporasi
yang mereka ciptakan dan gunakan dalam kehidupan sehari – hari untuk bekerja.
Inovasi yang berkelanjutan dan unggul yang secara bersama – sama dibangun antara
pemangku kepentingan dengan menjunjung tinggi integritas. Perusahaan tersebut
menjalankan usahanya dengan integritas yang tinggi di mana disiplin adalah kata
kunci bagi falsafah perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. Perusahaan dengan
pemangku kepentingan akan terus menggali inovasi – inovasi yang terbaru. Integritas
yang tinggi seakan hal yang wajib bagi perusahaan untuk dimatangkan mengikuti arus
di era globalisasi saat ini. Penerapan nilai tersebut menjadi budaya yang digunakan
oleh setiap karyawan.
Disiplin adalah nilai yang ditanamkan perusahaan kepada setiap karyawan di
perusahaan tersebut. Nilai yang menjadi budaya bagi perusahaan tersebut akan terus
diturunkan kepada setiap karyawan di perusahaan. Bagi karyawan yang baru budaya
disiplin ini akan diberikan kepada mereka dan akan diteruskan kepada setiap
karyawan yang baru. Setiap divisi perusahaan akan menyebarkan disiplin yang
diturunkan dari pemimpin perusahaan. Hal tersebut akan mereka sebar melalui
pertemuan – pertemuan maupun pelatihan – pelatihan bagi seluruh karyawan
Peneliti melihat kegiatan briefing yang setiap pagi dilakukan di Kantor sei
Merah sebelum mereka melakukan pekerjaan mereka di hari itu. Pertemuan yang
mereka langsungkan dipimpin oleh Pak Eddy selaku manajer Sei Merah Estate dan
Pak Surya kemudian akan meneruskan pertemuan sesama karyawan kebun dengan
para mandor. Kebiasaan melakukan briefing setiap pagi sudah menjadi kebiasaan para
karyawan di Kantor Divisi. Pertemuan itu dilakukan sebelum jam masuk kerja
dimulai selama lebih kurang tiga puluh menit. Hal tersebut dilakukan agar setiap
karyawan tau apa – apa saja yang harus mereka kerjakan di hari itu dan apa – apa saja
alat – alat yang diperlukan. Tidak jarang pertemuan mereka juga sebagai waktu di
mana para karyawan menyampaikan kebutuhan mereka selama bekerja se rta
hambatan – hambatan yang terjadi di lapangan.
Disiplin mengenai waktu juga menjadi hal mutlak yang harus setiap karyawan
perusahaan miliki. Disiplin waktu juga telah menjadi budaya yang ditanam
perusahaan. Jam masuk kerja, istirahat, bahkan jam pulang kerja karyawan.
Perusahaan kini telah menggunakan mesin fingerprint untuk mengawasi jam kerja
para karyawan bekerja di lapangan sehingga mereka menggunakan waktu secara
efektif. Para karyawan di Divisi Sei Merah awalnya tidak adanya pengawasan jam
kerja, hanya adanya karyawan yang bertugas mengawasi absen para karyawan kebun
dan para mandor untuk mengawasi kinerja setiap karyawan kebun di lapangan.
Nilai yang menjadi budaya korporasi perusahaan tersebut akan menjadi suatu
integritas yang tinggi. Menjunjung suatu integritas yang tinggi adalah hasil dari
kerjasama antar sesama pemangku kepentingan dengan para karyawan perusahaan.
yang lain. Disiplin kerja yang baik dan mendapatkan hasil yang sesuai target akan
memberikan pengaruh sendirinya bagi karyawan. Setiap aspek perusahaan akan terus
menjaga dan mengembangkan yang menjadi kebanggaan perusaan saat ini. Menjaga
kualitas hasil buah yang akan di panen serta loyalitas kerja bagi seluruh pegawai
Divisi Sei Merah.
Ketika para karyawan kebun bekerja, mandor satu dan Pak Surya bahkan Pak
Eddy sering ikut mengawasi kerja para karyawannya. Setiap kerjaan yang d ilakukan
karyawan kebun akan selalu diperhatikan cara kerja mereka dan akan terus melakukan
inovasi – inovasi yang unggul dalam hal berkebun. Karyawan kebun dikasih
kebebasan untuk terus menemukan inovasi yang dapat mereka gunakan saat bekerja.
Seperti halnya mandor Havizh dan anggotanya menemukan ramuan baru dalam
mengurangi wabah kumbang yang sering merusak bibit pokok kelapa sawit di
kawasan replanting. Penemuaan mereka kemudian akan disebar ke berbagai divisi
yang ada untuk dijadikan penangkal hama kumbang.
Pak Surya yang menjabat sebagai asisten lapangan di Kantor Divisi Sei Merah
yang sebelumnya menjabat sebagai asisten lapangan di kota Palembang. Sistem rotasi
yang ditanamkan perusahaan bersifat lima tahun sekali. Hal tersebut membuat seluruh
Divisi di Indonesia akan mendapatkan pemimpin Divisi yang baru dan segar. Setiap
asisten lapangan yang mereka miliki pasti mempunyai kemampuan yang berbeda –
beda. Untuk menyeimbangkan serta pembaruan di setiap Kantor Divisi maka
perusahaan akan terus merotasi asisten lapangannya. Asisten lapangan yang bagus
kinerjanya menurut perusahaan akan ditempatkan di lokasi Divisi yang mengalami
kemunduran dan sebaliknya bagi asisten lapangan yang prestasinya biasa – biasa saja
menjelaskan bahwa lokasi Divisi yang akan didapat setiap aisten lapangan tergantung
kedekatan mereka kepada manajer kebun.
Sei Merah Estate memiliki dua lokasi Divisi, yaitu Divisi Sei Merah yang
peneliti lakukan penelitian dan Divisi Kalitawang. Peneliti berjumpa dengan asisten
lapangan Divisi Kalitawang bernama Pak Doddy ketika malam pertama peneliti di Sei
Merah. Pak Doddy asisten Divisi Kalitawang yang masih muda dan berbadan besar.
Beliau asisten lapangan kebun PT. PP. Lonsum di kota Palembang. Perpindahan
beliau dipercepat karena serangan orang tidak dikenal ketika lagi makan di warung.
Mereka mengatakan bahwa warga kebun kota Palembang banyak yang jahat.
Serangan tersebut menyebabkan banyak luka tusukan di perut dan badan lainnya.
Sistem absensi karyawan biasanya dilakukan manual dipagi hari. setelah absen
mereka akan kembali bekerja ke lapangan. Meskipun ada karyawan yang telat mereka
akan mengisi jam masuk selanjutnya dari absen jam sebelumnya. Pulang kerja jam
dua siang mereka langsung pulang kerumah langsung. Pak Udin lah yang bertugas
mengecek apakah benar mereka berada di lapangan saat jam kerja berlangsung.
Biasanya jika kerjaan mereka sudah selesai sebelum jam dua siang, mereka akan
langsung pulang ke rumah masing – masing sebelum jam pulang kerja. Hanya saja
para mandor akan kembali ke Kantor Divisi Sei Merah untuk menyelesaikan catatan
tentang kerjaan mereka. Para mandor akan melaporkan kegiatan mereka selama di
lapangan dan para anggotanya yang bekerja. Penilaian d ari para mandor kepada
anggotanya yang masih baru dan berstatus buruh harian lepas (BHL) akan
PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. membuat sistem absensi baru dengan alat
fingerprint agar lebih efektif mengenai data absensi setiap karyawan. Siang itu
karyawan dari PT. PP. Lonsum di Medan dengan ditemani karyawan data ke
karyawanan Sei Merah Estate datang ke Kantor Divisi Sei Merah untuk
mensosialisasikan penggunaan fingerprint. Pagi hari ketika briefing sudah
disampaikan Pak Surya untuk hadir jam dua siang dalam rangka mensosialisasikan
sistem absensi yang terbaru. Sistem absensi dengan fingerprint akan memberikan data
yang akurat bagi perusahaan agar para karyawannya tidak ada yang melakukan
kecurangan pada jam kerja. Para karyawan yang lembur juga akan jelas terdata jadwal
pulangnya dan tidak ada karyawan yang mengisi absen karyawan yang lainnya.
Tidak biasa siang itu Kantor Divisi Sei Merah sudah dikerumuni oleh para
karyawan lapangan dan para mandor. Mereka menunggu jam dua untuk mengabsen
jam pulang dengan alat fingerprint. Sebelumnya setiap karyawan Divisi Sei Merah
mendatangi kantor Sei Merah Estate untuk memasukkan data jari karyawan ke alat
tersebut. Jam menunjukkan dua siang dan mereka mulai berdesak – desakan mencoba
alat tersebut agar jam yang mereka absen tidak kelewatan. Perempuan maupun laki –
laki semua gabung berdesakan ingin cepat melakukan absen pulang lalu pulang
Gambar 19. Para karyawan melakukan absensi dengan alat fingerprint
Besok paginya para karyawan sudah berkumpul di depan jendela kantor untuk
berdesakan mengisi absen karena takut telat akan membuat gaji mereka terpotong.
Alat fingerprint yang cumin satu buah yang membuat proses absensi menjadi lama.
Pagi itu Kak Pinka ditelepon pihak Sei Merah Estate untuk mengantarkan buku
laporan Divisi Sei Merah dan membawa flashdisk yang ada di alat fingerprint.
Peneliti menemani Kak Pinka ke kantor Sei Merah Estate dan menyerahkan buku
laporan dan flashdisk absen. Mereka memberikan satu unit alat fingerprint untuk
Divisi Sei Merah agar proses pengabsenan dapat lebih cepat dilakukan. Laporan dari
Pak Surya bahwa satu alat absen yang ada di Kantor Divisi Sei Merah membuat para
karyawan lapangan berdesakan untuk mengabsen.
Proses pengabsenan dengan alat fingerprint memang masih banyak
kekurangannya, beberapa karyawan yang mengabsen masih tidak terdata identitasnya.
Karyawan yang namanya tidak teridentifikasi di alat fingerprint menjadi panik karena
[image:45.596.139.496.108.323.2]perempuan dan laki – laki yang berpisah membantu proses pengabsenan lebih cepat
dan tidak berdesakan. Para karyawan terlihat sudah rapi dan bersih karena lepas
bekerja mereka pulang kerumah dahulu sembari menunggu jam dua siang untuk absen
pulang.
Menurut para karyawan lapangan Sei Merah dengan dibuatnya absen
menggunakan fingerprint tidak begitu berguna. Mereka pagi – pagi akan mengisi
absen dengan fingerprint di Kantor Divisi Sei Merah dan berangkat ke lapangan untuk
bekerja. Untuk mengetahui apakah mereka memang betul – betul ada bekerja
dilapangan adalah tugas Pak Udin yang memantaunya di lapangan. Pekerj aan yang
mereka lakukan bisa saja dilakukan dengan cepat sebelum jam pulang kerja. Para
karyawan umumnya memiliki kebun mereka sendiri, jadi mereka mempercepat
pekerjaan mereka di lapangan dan setelah itu mereka akan bekerja di kebun milik
mereka sendiri. Sepulang dari kerja di lapangan sebagian pulang kerumah mereka
untuk berintirahat dan mandi. Jam tengah dua siang mereka kembali datang ke Kantor
Divisi Sei Merah untuk mengisi absen pulang dengan alat fingerprint.
Para karyawan di Sei Merah Estate sudah menggunakan absen dengan alat
fingerprint. Bang Ardy karyawan data Sei Merah Estate yang tinggal bersama peneliti
sering pulang kerja sampai malam jam sembilan. Bang Ardy mengatakan kalau
bekerja di situ harus seperti makan dengan lauk dan sayurnya juga. Beliau
mengatakan kalau bekerja di perusahaan tersebut hanya mengandalkan gaji saja tidak
lah cukup. Karyawan diberikan upah tambahan jika lembur jam pulang kerja.
Bagaimana caranya agar beliau bisa pulang sampai malam agar mendapatkan jam
kerja yang lebih. Mengulur kerjaan dengan menyelesaikannya pelan akan mengulur
Estate melakukan hal sedemikian. Mendapatkan penghasilan lebih dari hasil jam
lembur membuat mereka lebih lama bekerja di kantor,
Manajer, asisten kebun, dan asisten lapangan terkecuali mendapatkan jam
lembur karena mereka tergolong staf di PT. PP. Lonsum. Satu hari dua puluh empat
jam adalah jam kerja para staf yang diberikan perusahaan. Kategori staf memang
memiliki fasilitas yang lebih ketimbang para karyawan yang lainnya. Rumah tinggal
yang permanen, asisten rumah tangga sendiri, tukang taman sendiri dan fasilitas
rumah lainnya yang membuat kenyamanan bagi para staf. Kapan perusahaan
membutuhkan mereka untuk dipanggil haruslah siap sedia mau jam berapa pun itu.
Meskipun jam pulang kerja sudah selesai namun mereka harus tetap mengawasi
bagaimana keadaan kebun sekitarnya.
Supir bus yang membawa tim LKBM dari medan bertugas membawa anak
sekolah pagi – pagi dan menjemput mereka sepulang sekolah. Ketika siang hari di
kebun saat mensurvei lapangan, supir pergi untuk menjemput anak sekolah yang akan
pulang. Anak sekolah yang merupakan anak dari karyawan PT. PP. Lonsum Divisi
Sei Merah lah yang dijemput. Pak Amin yang merupakan supir bus di Sei Merah
Estate hanya bekerja menjemput dan mengantarkan anak – anak karyawan Divisi Sei
Merah bersekolah sehari – harinya. Hari itu beliau mendapatkan tugas tambahan
dengan membawa tim LKBM tersebut. Hari sudah mulai gelap dan melewati jam
pulang kerja Sei Merah Estate pukul empat sore. Pak Amin terlihat nyantai saja meski
waktu bekerja sudah lewat jamnya. Beliau mengatakan kalau tim LKBM belum
pulang tidak menjadi masalah mau sampai jam berapa pun. Jam kerja beliau sudah
Upah lembur sesuatu yang sangat diharapkan oleh setiap karyawan di Sei
Merah Estate untuk menambah penghasilan mereka. Lewat dari jam pulang kerja
terhitung lembur setiap jamnya. Dalam satu jam mereka mendapatkan upah lima belas
ribu dan jika lebih dari tiga jam akan dikalikan dua ratus persen. Keuntungan persen
yang sampai dua ratus persen yang membuat karyawan bela – belain untuk kerja
lembur. Berbeda dengan karyawan PW seperti Kak Pinka dan Bang Ganang yang
tidak akan mendapat jam lembur sampai mereka menjadi karyawan. Peneliti sering
menemani Kak Pinka di Kantor Divisi Sei Merah sampai Buk Tuty pulang kantor
lewat jam pulang kerja. Buk Tuty yang pulangnya lama akan mendapatkan jam
lembur sedangkan Kak Pinka yang harus menunggu Buk Tuty pulang tidak
mendapatkan upah jam lembur sama sekali. Kak Pinka di Kantor Divisi Sei Merah
bekerja seakan lebih mendapatkan beban kerja yang banyak karena beliau masih baru
bekerja di Divisi Sei Merah. Karyawan PW yang tidak hadir bekerja tidak akan
dibayar kerjanya namun jika beban jam kerja yang berlebih akan dihitung sebagai
loyalitas bekerja saja.
Peneliti pernah ikut dalam proses melangsir pupuk dengan mobil truk. Bang
Pitoyo yang dulunya hanya kernek truk berstatus karyawan PW kini menjadi supir
utama truk dengan status karyawan DRP. Beliau kini tinggal bersama istri dan
anaknya di rumah tinggal yang disediakan oleh pihak perkebunan. Ketika menjadi
kernek truk, beliau diajak oleh supir utama truk untuk membantunya melangsir pupuk
ke lapangan. Dari situ Bang Pitoyo terus belajar bagaimana mengoperasikan truk dan
akhirnya mendapatkan kepercayaan oleh pihak perusahaan untuk menjadi supir
cadangan. Selama perjalanan melangsir pupuk, Bang Pitoyo terlihat sangat akrab
pupuk pun dihabiskan dengan berbincang – bincang seputar pekerjaan di kebun Sei
Merah Estate.
Bang Pitoyo bisa menjadi supir truk karena telah terjadi suatu hal pada sup ir
yang sebelumnya. Beliau bisa menjadi supir utama truk itu karena supir yang
sebelumnya telah dipecat oleh pihak PT. PP. Lonsum Sei Merah Estate. Supir yang
sebelumnya telah ketahuan oleh pihak perusahaan telah melakukan kecurangan.
Ketika membawa buah sawit hasil panen, supir tersebut ketahuan menurunkan
beberapa jenjang buah di pinggir jalan dan nantinya sepulang dari gudang quality
control akan diambilnya kembali. Hal tersebut sudah kategori pencurian oleh orang
dalam. Pihak perusahaan PT. PP. Lonsum tidak mentolerir yang namanya kasus
pencurian. Oleh sebab itulah supir tersebut dipidanakan oleh pihak Sei Merah Estate
ke kantor polisi Tanjung Morawa. Keluarga supir tersebut pun dikeluarkan dari rumah
tinggal perusahaan tersebut karena pemecatan langsung yang diberikan kepadanya.
Perusahaan PT. PP. LONSUM Indonesia, Tbk. menyediakan fasilitas seperti
rumah tinggal yang akan diberikan kepada para karyawannya. Rumah tinggal yang
didapat hanya diperuntukkan oleh karyawan DRP dan staf kebun tersebut. Rumah
tinggal karyawan kebun bersifat sementara hanya ketika mereka masih aktif bekerja
di Divisi Sei Merah. Pada umumnya para karyawan yang tinggal di rumah tinggal
pihak perusahaan tidak memilik rumah lagi diluar kebun. Jika mereka dipecat ataupun
pensiun tidak memiliki rumah pribadi yang mereka tempati nantinya. Oleh sebab itu
anak dari karyawan Divisi Sei Merah dari mudanya sudah diproyeksikan be